laporan pkl acc bismilah

77
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN PENGADAAN BENIH KEDELAI BERMUTU DI BANK GEN BALAI BESAR LITBANG BIOTEKNOLOGI DAN SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN, BOGOR Oleh: Fierdha Wafa Azkia NIM A1L012172 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2015

Upload: fierdha-azkia

Post on 13-Apr-2017

170 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PENGADAAN BENIH KEDELAI BERMUTU DI BANK GEN BALAI

BESAR LITBANG BIOTEKNOLOGI DAN SUMBER DAYA GENETIK

PERTANIAN, BOGOR

Oleh:

Fierdha Wafa Azkia

NIM A1L012172

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

2015

Page 2: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PENGADAAN BENIH KEDELAI BERMUTU DI BANK GEN BALAI

BESAR LITBANG BIOTEKNOLOGI DAN SUMBER DAYA GENETIK

PERTANIAN, BOGOR

Oleh:

Fierdha Wafa Azkia

NIM A1L012172

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

2015

Page 3: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PENGADAAN BENIH KEDELAI BERMUTU DI BANK GEN BALAI

BESAR LITBANG BIOTEKNOLOGI DAN SUMBER DAYA GENETIK

PERTANIAN, BOGOR

Oleh:

Fierdha Wafa Azkia

NIM A1L012172

Diterima dan disetujui

Tanggal :

Mengetahui:

Pembantu Dekan I, Pembimbing,

Dr. Ir. Heru Adi Djatmiko, M.P. Ir. Tarjoko, M.S.

NIP. 19601108 198601 1 001 NIP. 5819581012 198701 1 001

Page 4: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

iv

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alah SWT atas limpahan rahmat

dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik

Kerja Lapangan dengan judul “Pengadaan Benih Kedelai Bermutu Di Bank

Gen Balai Besar Litbang Bioteknologi Dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Bogor” dengan lancar.

Tersusunnya Laporan Praktik Kerja Lapangan ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Heru Adi Djatmiko, M.P., selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Pertanian Universitas Jenderal Soedirman yang telah memberikan izin untuk

pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan.

2. Ir. Tarjoko, M.S., selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan,

saran, petunjuk dan motivasi dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja

Lapangan.

3. Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber

Daya Pertanian yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.

4. Kepala Kelompok Peneliti Pengelolaan Sumber Daya Genetik yang telah

secara langsung mendampingi dan memberikan ilmu yang bermanfaat dalam

Praktik Kerja Lapangan.

Page 5: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

v

5. Keluarga dan semua pihak yang telah mendukung baik moril maupun

materil, sehingga dapat terselesaikannya Laporan Praktik Kerja Lapangan

ini.

Laporan Praktik Kerja Lapangan ini dibuat sebagai hasil pelaksanaan

kegiatan Praktik Kerja Lapangan.

Purwokerto, Juli 2015

Penulis

Page 6: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

vi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix

I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Tujuan dan Sasaran ...................................................................... 4

C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan .................................................. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7

A. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kedelai................................. 7

B. Plasma Nutfah Kedelai ................................................................. 13

C. Syarat Benih Kedelai Bermutu ..................................................... 14

D. Pengujian Mutu Benih .................................................................. 17

III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN ..................................... 24

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan .............. 24

B. Materi Praktik Kerja Lapangan ..................................................... 24

C. Metode Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ............................... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 30

A. Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian

Bogor (BB-Biogen) ...................................................................... 30

1. Sejarah ..................................................................................... 30

2. Visi dan Misi BB-Biogen ......................................................... 31

3. Tugas Pokok dan Fungsi .......................................................... 32

4. Organisasi dan Struktur Lembaga............................................. 33

5. Sumber Daya Manusia ............................................................. 35

6. Fasilitas ................................................................................... 37

B. Pengadaan Benih Kedelai Bermutu ............................................... 41

1. Pengujian Bobot 100 Butir Benih Kedelai ................................ 42

Page 7: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

vii

2. Pengujian Daya Kecambah Benih Kedelai ............................... 46

3. Pengujian Kandungan Prolin .................................................... 54

C. Analisis SWOT ............................................................................ 60

1. Strenght (kekuatan) .................................................................. 60

2. Weakness (kelemahan) ............................................................. 62

3. Opportunities (peluang) ........................................................... 63

4. Threats (ancaman) ................................................................... 64

V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 65

A. Kesimpulan .................................................................................. 65

B. Saran ............................................................................................ 65

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 66

LAMPIRAN ............................................................................................ 67

Page 8: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Produksi kedelai Indonesia pada tahun 2010-2013 .......................... 2

2. Uraian stadia vegetatif dan generatif tanaman kedelai ..................... 12

3. Syarat kuantitatif mutu kedelai ........................................................ 16

4. Hasil pengujian 100 butir benih kedelai persilangan Tambora dengan

B.3293 ............................................................................................ 45

5. Hasil Pengujian daya kecambah kedelai .......................................... 52

6. Rata-rata hasil pengamatan tiap galur/ varietas .............................. 52

7. Nilai absorbansi kandungan prolin dengan spektrofotometer pada

gelombang 520nm .......................................................................... 57

Page 9: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Papan lembaga Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik

Pertanian (BB-Biogen) .................................................................... 31

2. Struktur organisasi BB-Biogen........................................................ 36

3. Bank Plasma Nutfah ....................................................................... 38

4. Screen House Uji Terbatas .............................................................. 39

5. Pengujian bobot 100 butir benih kedelai F6 hasil persilangan Varietas

Tambora dengan B3293 .................................................................. 44

6. Pengujian daya kecambah benih kedelai hasil panen 2014 .............. 51

7. Pengambilan data uji daya kecambah kedelai hasil panen tahun

2014 ............................................................................................... 52

8. Sampel daun kedelai ....................................................................... 55

9. Pengujian kandungan prolin ............................................................ 59

Page 10: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang

berperan penting dalam penyediaan bahan pangan dan pakan, terutama sebagai

sumber protein nabati. Proteinnya sekitar 40%, cukup tinggi jika dibandingkan

dengan kacang tanah, beras dan jagung. Protein dari kedelai dapat dimanfaatkan

untuk menggantikan protein hewani di negara-negara yang konsumsi protein

hewaninya masih rendah (Suprapto, 2001). Penggunaan kedelai sebagai bahan

makanan di Indonesia umumnya berupa produk seperti: kedelai rebus, kedelai goreng,

kecambah, tempe, tahu, tauco, dan kecap. Selain itu, industri peternakan, terutama

unggas telah mendorong berkembangnya industri pakan ternak yang

menggunakan bungkil kedelai sebagai komposisi pakan unggas (Tangendjaja

dkk., 2003). Keanekaragaman manfaat kedelai tersebut mendorong tingginya

permintaan kedelai di dalam negeri.

Permintaan kedelai yang tinggi di Indonesia belum diimbangi dengan

produksi kedelai yang cenderung berkembang lambat. Produksi kedelai di

Indonesia pada tahun 2010-2013 terus mengalami penurunan, sedangkan

kebutuhan kedelai meningkat mencapai 2,3-2,5 juta ton per tahun (Tabel 1). Hal

ini menyebabkan produksi kedelai di Indonesia belum mampu mencukupi

kebutuhan konsumsi kedelai nasional. Hasil produksi kedelai dalam negeri baru

memenuhi 20-30% dari kebutuhan nasional, sedangkan 70-80% kebutuhan

kedelai dipenuhi dari impor.

Page 11: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

2

Tabel 1. Produksi dan konsumsi kedelai Indonesia pada tahun 2010-2013

Sumber: *Badan Pusat Statistik (2014)

** Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (2014)

Secara garis besar terdapat dua kendala utama dalam pencapaian

swasembada kedelai di Indonesia yaitu kendala teknis dan non teknis. Kendala

non teknis lebih banyak kepada penerimaan dan sikap petani terhadap tanaman

kedelai. Kendala teknis disebabkan oleh masih rendahnya tingkat penggunaan

teknologi budidaya kedelai seperti penggunaan benih yang tidak berkualitas dan

tidak unggul.

Upaya peningkatan produksi kedelai di Indonesia dapat dilakukan secara

ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi merupakan upaya peningkatan

produksi hasil pertanian dengan cara perluasan areal tanam ke lahan-lahan

marginal seperti lahan lebak, lahan gambut dan lahan salin. Intensifikasi

merupakan upaya peningkatan produksi hasil pertanian dengan penggunaan

teknologi budidaya, penggunaan varietas unggul dan penanganan pasca panen

yang tepat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung program

intensifikasi yaitu dengan pengadaan benih kedelai bermutu. Upaya ini berpotensi

memberikan hasil tanaman yang tinggi, responsif terhadap perbaikan kondisi

lingkungan, serta memiliki sifat-sifat unggul lainnya.

Pengadaan benih bermutu sangat dipengaruhi oleh plasma nutfah. Plasma

nutfah merupakan sumber genetik yang memiliki nilai guna, baik secara nyata

Tahun Produksi (ton)* Konsumsi (ton)**

2010 907.031 2.365.228

2011 851.286 2.393.235

2012 843.153 2.444.807

2013 779.992 2.472.235

Page 12: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

3

maupun yang masih berupa potensi. Adanya keanekaragaman plasma nutfah yang

tinggi mengakibatkan upaya mencari dan memanfaatkan sumber-sumber gen

penting yang ada untuk program pemuliaan tanaman semakin terbuka lebar. Oleh

karena itu, tingginya keanekaragaman plasma nutfah memiliki aspek yang sangat

penting untuk dipertahankan (Kusumo et al., 2002).

B alai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB

Biogen) merupakan salah satu balai litbang pertanian yang memiliki empat

kelompok peneliti (Kelti) yaitu: Pengelolaan Sumber Daya Genetik (PSDG),

Biologi Molekuler (BM), Biologi Sel dan Jaringan (BSJ) dan Biokimia.

Kelompok peneliti PSDG mempriotaskan penelitian pengadaan benih bermutu

beberapa komoditas pangan, salah satunya adalah kedelai. Kelompok peneliti

PSDG ini memiliki bank gen dengan koleksi 993 aksesi kedelai yang 771

diantaranya telah didokumentasikan dalam pangkalan data disertai keragaman

karakter morfologinya berdasarkan 28 deskriptor (Kusumo et al., 2002).

Jumlah koleksi ini diprediksi akan semakin meningkat seiring dengan

dilakukannya eksplorasi maupun introduksi secara rutin. Deskripsi yang lebih

akurat dan lengkap serta pengetahuan mendalam tentang pola keragaman genetik

kedelai berguna untuk seleksi tetua sebagai bahan material genetik dalam program

perbaikan varietas dalam rangka pembentukan varietas kedelai komersial

(Thompson et al., 1998).

Page 13: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

4

B. Tujuan Dan Sasaran Praktik Kerja Lapangan

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan

Tujuan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan adalah mempelajari:

a. Aspek manajerial di Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya

Genetik Pertanian.

b. Aspek sosialisasi yaitu mempelajari proses pengadaan benih kedelai

bermutu mulai dari pengamatan di lapang, pengujian mutu benih serta

penyimpan benih di Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya

Genetik Pertanian.

c. Aspek pengembangan ilmu yaitu mengkaji permasalahan teknis dan

manajerial yang dihadapi oleh Balai Besar Litbang Bioteknologi dan

Sumber Daya Genetik dan memberikan masukan dan solusi, khususnya

permasalahan mengenai pengadaan benih kedelai bermutu serta upaya

pemecahan masalah tersebut.

2. Sasaran Praktik Kerja Lapangan

Sasaran dari Praktik Kerja Lapangan adalah mempelajari:

a. Aspek manajerial berupa visi dan misi, organisasi dan pengelolaan

lembaga, serta upaya pencapaian visi dan misi tersebut di bagian Tata

Usaha, Sub bagian Kepegawaian, Sub bagian Rumah Tangga dan

Keuangan di Balai Besar Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik

Pertanian.

b. Aspek sosialisasi berupa pengamatan calon benih di lahan, penanganan

benih pascapanen, pengujian mutu benih yang meliputi pengujian

Page 14: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

5

kemurnian benih, pengujian kadar air benih, pengujian daya kecambah,

pengujian biokhemis untuk uji viabilitas, pengujian berat 100 butir benih,

pengujian verifikasi benih, seleksi dengan pengujian prolin dan pengujian

kesehatan benih serta proses rejuvinasi di Bank Gen Balai Besar Litbang

Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian.

c. Aspek pengembangan ilmu yaitu mengkaji permasalahan teknis dan

manajerial yang dihadapi oleh Balai Besar Litbang Bioteknologi dan

Sumber Daya Genetik Pertanian, khususnya permasalahan terkait

pengadaan benih kedelai bermutu yang dihadapi oleh Kelompok Peneliti

Pengelolaan Sumber Daya Genetik dan memberikan masukan dan solusi

dari permasalahan tersebut sebagai solusinya.

C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan

1. Bagi mahasiswa, Praktik Kerja Lapangan ini bermanfaat untuk menambah

pengalaman dan wawasan tentang cara pengelolaan suatu organisasi, latihan

kerja untuk menambah pengetahuan hard skill dan soft skill, membangun

sikap, perilaku dan mental positif, memperoleh pengetahuan mengenai

pengadaan benih kedelai bermutu dan memperoleh ide atau topik untuk

penelitian skripsi.

2. Bagi institusi Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik

Pertanian, manfaat dari Praktik Kerja Lapangan ini adalah kehadiran

mahasiswa dapat membantu dalam melengkapi data dan informasi terkait

Page 15: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

6

pengadaan benih kedelai bermutu, mengetahui informasi tentang

permasalahan aplikasi yang ada di lapangan dan upaya pemecahannya.

3. Bagi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Praktik kerja

lapangan ini dapat bermanfaat untuk pengkayaan kurikulum dan

pengembangan ilmu serta langkah awal untuk melaksanakan kerjasama

sehingga dapat mendukung Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Page 16: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Taksonomi dan Morfologi Kedelai

Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh

manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan berkembangnya perdagangan antar

negara yang terjadi pada awal abad ke-19 menyebabkan tanaman kedelai juga ikut

tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan seperti Jepang, Korea, Indonesia,

India, Australia dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-

16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa

kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara dan pulau-pulau lainnya (Irwan,

2006). Klasifikasi tanaman kedelai menurut Tjitrosoepomo (2000) adalah Divisio:

Spermatophyta; Classis: Dicotyledoneae; Ordo: Rosales; Familia: Papilionaceae;

Genus: Glycine; dan Species: Glycine max.

Morfologi tanaman kedelai merupakan tanaman semusim yang tumbuh

tegak berkisar antara 10 sampai 200 cm, dapat bercabang sedikit atau banyak

tergantung kultivar dan lingkungan tumbuhnya (Hidajat, 1985). Tanaman kedelai

adalah tanaman cash crop yang dibudidayakan di lahan sawah (± 60%) dan di

lahan kering (± 40%) (Marwoto, 2005).

Daun pertama yang keluar dari buku di sebelah atas kotiledon, beberapa

daun tunggal terbentuk sederhana dan letaknya berseberangan (Hidajat, 1985).

Daun yang terbentuk kemudian beranak daun tiga, berselang-seling, licin atau

berbulu. Anak daun berbentuk bundar telur dan lanset (Shanmugasundaram dan

Sumarno, 1993).

Page 17: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

8

Bentuk daun kedelai ada dua macam yaitu bulat (oval) dan lancip

(lanceolat). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Sebagian

besar bentuk daun kedelai yang ada di Indonesia adalah berbentuk lonjong dan

khususnya varietas Agropuro berdaun lancip. Jumlah stomata pada daun berkisar

antara 190-320 buah/m2 (Irwan, 2006).

Batang tanaman kedelai berasal dari poros embrio yang terdapat pada biji

masak. Hipokotil merupakan bagian terpenting pada poros embrio yang terletak di

bawah keping biji. Bagian atas keping biji merupakan epikotil yang terdiri dari

dua daun sederhana yaitu primordia daun bertiga pertama dan ujung batang (Adie

dan Krisnawati, 2007).

Batang dan daun ditumbuhi bulu berwarna abu-abu atau coklat, tetapi ada

juga varietas kedelai tidak berbulu. Pertumbuhan batang dapat dibedakan atas tiga

tipe, yaitu determinat, semideterminat dan interdeterminat. Jumlah buku dan ruas

yang terbentuk pada batang utama tergantung dari reaksi genotip terhadap panjang

hari dan tipe tumbuh (Hidajat,1985). Pembentukan buku pada tanaman selesai

pada umur 35 HST, yaitu setelah daun trifoliat kelima sudah berkembang dengan

jumlah buku pada batang kira-kira 19 buah (Lersten dan Carlson, 1987).

Sistem perakaran pada kedelai terdiri dari akar tunggang yang terbentuk dari

calon akar, sejumlah akar sekunder yang tersusun dalam empat barisan sepanjang

akar tunggang, cabang akar sekunder dan cabang akar adventif yang tumbuh dari

bagian bawah hipokotil. Kedelai memiliki bintil-bintil akar yang berisi bakteri

Rhizobium japonicum. Bakteri tersebut memiliki kemampuan menambat nitrogen

dari atmosfer. Nitrogen dalam bentuk gas direduksi menjadi nitrogen yang

Page 18: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

9

tersedia untuk tanaman inang, sedangkan tanaman inang memasok fotosintat pada

rhizobia sebagai sumber energi (Soedarjo, 2007).

Bintil akar dapat terbentuk pada tanaman kedelai muda setelah ada akar

rambut pada akar utama atau akar cabang. Bintil akar terbentuk Rhizobium

javonicum (Hidajat, 1985). Adanya bintil akar sebagai organ simbiosis

memungkinkan kedelai untuk memfiksasi nitrogen dari udara. Akar kedelai

termasuk akar tunggang. Akar tunggangnya bercabang-cabang mencapai 2 m,

akar-akar sampingnya menyebar mendatar sejauh 2,5 m pada kedalaman 10-15cm

(Shanmugansundaram dan Sumarno, 1993).

Tanaman kedelai memasuki fase reproduktif saat tunas aksilar berkembang

menjadi kelompok bunga dengan jumlah 2-35 kuntum bunga untuk tiap

kelompok. Bunga pertama muncul pada buku kelima atau keenam ketika buku

kotiledon, daun primer dan daun bertiga dalam fase vegetatif. Bunga muncul ke

arah ujung batang utama dan ujung cabang (Adie dan Krisnawati, 2007).

Kedelai memiliki jenis bunga sempurna dengan penyerbukan bersifat

menyerbuk sendiri (Sumarno dan Hartono, 1983). Bunga kedelai terbentuk secara

berkelompok pada ketiak daun, beragam tergantung kultivar dan lingkungan,

berwarna putih atau ungu. Masa berbunga kedelai cukup panjang, berkisar antara

3-5 minggu untuk kultivar daerah iklim dingin, sedangkan untuk daerah tropik

lebih singkat (Hidajat, 1985). Kedelai berbunga pada umur 30-50 hari setelah

tanam (HST), dengan 60% bunga akan rontok sebelum membentuk polong

(Rukmana dan Yuniarsih, 1996).

Page 19: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

10

Pembentukan polong membutuhkan waktu sekitar 21 hari. Polong terbentuk

10-14 hari setelah bunga pertama muncul. Tiap polong berisi 2-4 biji, ukuran dan

berat biji tergantung varietas (Hidajat,1985). Warna polong beragam antara

kuning hingga kuning kelabu, coklat dan hitam. Pemanenan dapat dilakukan kira-

kira satu minggu setelah tanaman matang jika 90 % telah masak (Sumarno dan

Hartono, 1983).

Jumlah polong sangat bervariasi dalam satu polong berbiji 1-5 biji per

polong atau 2-3 biji per polong. Polong berlekuk lurus dan polong masak

berwarna kuning muda sampai kuning kelabu, cokelat atau hitam. Warna polong

tergantung pada keberadaan pigmen karoten dan xantofil, warna trikoma dan

pigmen antosianin (Adie dan Krisnawati, 2007).

Biji kedelai mempunyai bentuk yang berbeda tergantung kultivar, dapat

berbentuk bulat, agak gepeng, atau bulat telur, namun sebagian besar kultivar

bentuk bijinya bulat telur. Kulit biji dapat berwarna kuning, hijau, coklat, hitam

atau campuran dari warna yang disebabkan oleh pigmen antosianin dalam sel,

klorofil dalam plastida dan berbagai kombinasi dari uraian pigmen-pigmen dalam

lapisan palisade dari epidermis. Biji kedelai berkecambah secara optimal pada

suhu tanah 27-30oC (Hidajat, 1985).

Jumlah biji di dalam setiap polong berjumlah dua hingga tiga biji. Biji

kedelai dikelompokkan menjadi kelompok biji dengan ukuran besar (bobot lebih

besar dari 13 gram per 100 biji), sedang (10-13 gram per 100 biji) dan kecil (7-9

gram per 100 biji). Biji merupakan komponen morfologi kedelai yang bernilai

ekonomis. Biji kedelai sebagian besar tersusun oleh kotiledon dan dilapisi oleh

Page 20: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

11

kulit biji yang disebut testa. Bentuk biji bervariasi tergantung pada varietas

tanaman yaitu bulat, gepeng dan bulat telur (Irwan, 2006).

Kedelai merupakan tanaman menyerbuk sendiri yang bersifat kleistogami.

Periode perkembangan vegetatif bervariasi tergantung pada varietas dan keadaan

lingkungan termasuk panjang hari dan suhu. Kedelai diklasifikasikan sebagai

tanaman hari pendek karena hari yang pendek akan menginisiasi pembungaan

(Adie dan Krisnawati, 2007). Kedelai termasuk tanaman hari pendek yaitu

tanaman cepat berbunga apabila panjang hari 12 jam atau kurang dan tanaman

tidak mampu berbunga apabila panjang hari melebihi 16 jam (Sumarno, 2007).

Stadium pertumbuhan kedelai memiliki dua periode tumbuh, yaitu stadium

vegetatif dan generatif. Periode vegetatif dihitung sejak tanaman muncul dari

dalam tanah. Setelah stadium kotiledon, penandaan stadium vegetatif berdasarkan

jumlah buku yang dimulai dengan buku unifoliat. Stadium reproduktif dinyatakan

sejak waktu berbunga hingga perkembangan polong dan biji mencapai matang

dengan penandaan stadium memakai batang utama sebagai dasar (Hidajat, 1985).

Uraian stadium vegetatif dan generatif dapat dilihat pada Tabel 2.

Tipe pertumbuhan tanaman kedelai terbagi atas tiga tipe yaitu tipe

pertumbuhan determinit, indeterminit dan semi-determinit. Pada tipe determinet,

pertumbuhan vegetatif berhenti setelah fase berbunga, buku teratasnya

mengeluarkan bunga, batang tanaman teratas cenderung berukuran sama dengan

batang bagian tengah sehingga pada kondisi normal batang tidak melilit. Pada tipe

indeterminet, tunas terminal melanjutkan fase vegetatif selama pertumbuhan

(Adie dan Krisnawati, 2007).

Page 21: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

12

Tabel 2. Uraian stadia vegetatif dan generatif tanaman kedelai

Stadium Tingkatan Stadium Uraian

VE

VC

V1

V2

V3

Vn

R1

Stadium pemunculan

Stadium kotiledon

Stadium buku pertama

Stadium buku kedua

Stadium buku ketiga

Stadium buku ke-n

Mulai berbunga

Kotiledon muncul dari dalam tanah

Daun unifoliat berkembang

Daun terurai penuh pada buku

unifoliat

Daun bertiga yang terurai penuh pada

buku di atas buku unifoliat

Tiga buah buku pada batang utama

dengan daun terurai penuh

n buku pada batang utama dengan

daun terurai penuh

Bunga terbuka pertama pada buku

manapun di batang utama.

R2

R3

R4

R5

R6

R7

R8

Berbunga penuh

Mulai berpolong

Berpolong penuh

Mulai berbiji

Berbiji penuh

Mulai matang

Matang penuh

Bunga terbuka pada salah satu dari

dua buku teratas pada batang utama

dengan daun terbuka penuh

Polong sepanjang 5 mm pada salah

satu dari 4 buku teratas pada batang

utama dengan daun terbuka penuh

Polong sepanjang 2 cm pada salah satu

dari 4 buku teratas batang utama

dengan daun terbuka penuh

Biji sebesar 3 mm dalam polong di

salah satu dari 4 buku teratas dengan

daun terbuka penuh

Polong berisi satu biji hijau di salah

satu dari 4 buku teratas pada batang

utama dengan daun terbuka penuh

Satu polong pada batang utama telah

mencapai warna polong matang

95 % polong telah mencapai warna

polong matang

Sumber: Hidajat (1985).

Page 22: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

13

B. Plasma Nutfah Kedelai

Plasma nutfah kedelai yang sudah terkumpul di Bank Gen plasma nutfah

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya

Genetik Pertanian berjumlah 900 aksesi dengan 771 aksesi yang ada dalam

database dan 23 karakter yang sudah dikarakterisasi oleh deskriptor. Jumlah

koleksi ini diprediksi akan semakin meningkat seiring dengan dilakukannya

eksplorasi maupun introduksi secara rutin. Hal ini akan menambah variasi

kemungkinan gen unggul bagi tanaman kedelai. Sifat unggul yang dimaksud

antara lain berumur genjah, berproduksi tinggi, toleran terhadap cekaman

lingkungan fisik dan biotik,serta morfologi sempurna (Kusumo, et al., 2002).

Varietas unggul yang diminati oleh konsumen saat ini adalah berdaya hasil

tinggi, berukuran biji besar dan berumur genjah. Preferensi terhadap kedelai

berumur genjah lebih tinggi daripada berumur dalam. Hal ini karena dapat

meningkatkan indeks pertanaman. Selain itu, kedelai berumur genjah juga dapat

digunakan untuk menghindari kegagalan panen akibat cekaman kekeringan

katerna periode pengisian polong lebih pendek. Lama pengisian polong

merupakan periode kritis terjadinya kekeringan yang dapat menurunkan hasil

kedelai. Mekanisme semacam ini disebut mekanisme penghindaran (escape) yang

merupakan salah satu bentuk toleransi tanaman terhadap kekeringan. Oleh sebab

itu, kedelai berumur genjah memiliki resiko kegagalan panen yang lebih rendah

dibanding dengan kedelai berumur sedang dan dalam. Hasil penelitian

mengungkapkan bahwa kekeringan yang terjadi pada fase produktif dapat

Page 23: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

14

menurunkan hasil biji sebanyak 25-46% (Rosenzweig et al., 2003; Suhartina dan

Suyamto, 2005; Suhartina dan Nur, 2005).

Sasaran pembentukan varietas kedelai perlu diarahkan pada umur genjah

sekaligus berdaya hasil tinggi. Keberhasilan perakitan varietas antara lain

ditentukan oleh ketersediaan sumber gen yang terdapat dalam koleksi plasma

nutfah. Bahan genetik yang terkandung dalam plasma nutfah merupakan sumber

gen yang memiliki arti strategis dalam perakitan atau perbaikan varietas. Sumber

gen yang diperlukan dalam perakitan varietas perlu dilakukan karakterisasi atau

evaluasi terhadap plasma nutfah sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal

(Carter dan Ruffy, 1993; Hundak dan Patterson, 1995).

C. Syarat Benih Kedelai Bermutu

Pengertian benih menurut Undang-undang Republika Indonesia Nomor 12

tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab 1 Ketentuan Umum pasal 1

ayat 4 adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan

atau mengembangbiakkan tanaman. Menurut Sadjad (1993) benih dalam batasan

struktural berbeda dengan benih dalam batasan fungsional. Benih dalam batasan

struktural memiliki arti sama dengan biji tumbuhan sebagai bakal biji yang

dibuahi, sedangkan benih dalam batasan fungsional memiliki arti tidak sama

dengan biji. Biji dapat memiliki fungsi ganda baik sebagai bahan konsumsi

maupun sebagai bahan tanaman.

Menurut Sunantora (2000) mutu benih ditentukan oleh aspek genetis,

fisiologis dan fisik. Secara genetis, benih harus memiliki sifat-sifat sesuai dengan

Page 24: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

15

deskripsi varietas yang bersangkutan. Mutu fisiologis dan fisik yang tinggi dapat

diperoleh melalui proses penanganan pra dan pasca panen yang baik meliputi

teknik bercocok tanam, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma,

waktu panen, cara panen, prosesing dan penyimpanan.

Benih bermutu tinggi jika memenuhi persyaratan sebagai berikut (Deptan,

2000):

1. Murni dan diketahui nama varietasnya.

2. Berdaya kecambah tinggi yaitu minimal 80%.

3. Mempunyai vigor yang baik yaitu tumbuh cepat dan serempak serta

kecambahnya sehat.

4. Sehat, tidak menularkan penyakit, serta tidak terinfeksi cendawan yang

menyebabkan busuknya kecambah.

5. Bersih, tidak tercampur biji rumput, kotoran atau biji tanaman lain.

6. Bernas, tidak keriput, tidak ada bekas gigitan serangga serta telah kering

benar.

Mutu benih ditentukan oleh aspek genetis, fisiologis dan fisik. Secara

genetis, benih harus memiliki sifat-sifat sesuai dengan deskripsi varietas yang

bersangkutan. Mutu fisiologis dan fisik yang tinggi dapat diperoleh melalui proses

penanganan pra dan pasca panen yang baik meliputi teknik bercocok tanam,

pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma, waktu panen, cara panen,

prosesing dan penyimpanan (Sunantora, 2000).

Benih dengan mutu fisik yang tinggi adalah benih yang bersih dari

campuran kotoran (pasir, tanah, tangkai atau daun kering), bersih dari campuran

Page 25: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

16

benih-benih mati,bersih dari perangkat benih seperti kulit benih, endosperm dan

pecahan kotiledon. Mutu fisiologi benih mencerminkan kemampuan benih untuk

dapat hidup normal dalam kisaran keadaan alam yang luas. Benih dengan mutu

fisiologi tinggi mampu menghasilkan pertumbuhan tanaman yang berproduksi

normal apabila ditanam sesudah disimpan walaupun melalui periode simpan

dengan keadaan simpan yang suboptimum. Mutu genetik benih yang tinggi tidak

hanya ditinjau dari keseragaman genotipiknya tetapi juga keseragaman dalam

perwujudan fenotipik (Sadjad, 1993).

Benih kedelai yang digunakan pada dasarnya harus benih yang baik dan

bermutu tinggi. Benih yang baik dan bermutu tinggi akan menjamin pertanaman

yang bagus dan hasil panen yang tinggi. Hal ini dicerminkan oleh tingginya

tingkat keseragaman biji, daya tumbuh dan tingkat kemurnian (Deptan, 2000).

Berdasarkan SK Mentan No. 501/Kpts/TP. 830/8/1984 terdapat beberapa syarat

kuantitatif yang harus dipenuhi dalam pengadaan benih kedelai bermutu. Berikut

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Syarat kuantitatif mutu kedelai

Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (1992).

Kritetia Mutu Tingkat Mutu

I II III

Kadar air maksimal (% bb) 13 24 16

Kotoran maksimal (% bb) 1 2 5

Butir rusak (% bb) 2 3 5

Butir keriput (% bb)

Butir belah (% bb)

Butir warna lain (% bb)

0

1

0

5

3

5

8

5

10

Page 26: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

17

D. Pengujian Mutu Benih

Benih yang digunakan untuk budidaya pertanian diusahakan menggunakan

benih bermutu. Benih bermutu yaitu benih yang telah melewati berbagai proses

pengujian. Sifat-sifat benih yang perlu diuji adalah keaslian, kemurnian,

kebersihan, jumlah benih, kadar air, viabilitas, fisik, uji sinar X, fisiologis dan

perkecambahan (Daniel, 1950).

Keaslian yaitu benih harus benar varietasnya dan perlu dibandingkan

dengan contoh yang diketahui untuk pengesahan identitas botaninya. Kemurnian

yaitu rasio antara berat akhir dengan berat awal. Umumnya presentase ini diminta

paling sedikit 80%. Benih murni adalah benih yang berkenampakan normal

walaupun kekurangan perkembangan internal untuk perkecambahan. Kebersihan

yaitu rasio berat benih setelah dikurangi berat kotor dengan berat benih semula.

Jumlah benih banyaknya jumlah biji yang ditabur di dalam media per satuan berat

(jumlah biji murni per kilogram). Kadar air memberikan petunjuk kondisi tempat

biji disimpan dan sutau indeks kualitas berkaitan dengan umur hidup biji dalam

simpanan. Viabilitas adalah kemampuan daya hidup biji ditentukan saat

kemasakan biji pada waktu pemungutan dipengaruhi oleh penanganan selama

proses pembersihan dan lama penyimpanan. Viabilitas bisa diuji langsung secara

fisik, fisiologi atau dapan dipercaya dengan uji perkecambahan bahan yang

sesungguhnya (Daniel, 1950).

Uji fisik dilakukan dengan pemotongan sederhana dan memberikan hasil

lebih tinggi daripada uji perkecambahan yang sesungguhnya. Pada biji yang masih

hidup, endosperma berwarna putih dan sangat keras, sedangkan yang viabilitasnya

Page 27: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

18

rendah, endosperma masih sangat berair. Uji sinar X yaitu kulit biji, endosperma

dan embrio menyerap sinar X sampai berbagai tingkat. Foto sinat X menunjukkan

dengan jelas biji yang rusak dengan kontras kerapatan yang nyata. Perlakuan sinar

X tidak mempengaruhi viabilitas dan dapat digunakan secara rutin untuk

menyesuaikan peralatan pembersihan biji agar menghasilkan proporsi biji murni

dan berpotensi hidup tinggi. Uji fisiologis dilakukan dengan pewarnaan

tetrazolium chloride pada jaringan hidup dan pewarnaan indigo carmine pada

jaringan mati adalah salah satu contoh pengujian aktivitas enzim. Uji

perkecambahan harus ditratifikasikan dengan cara tertentu dan dikecambahkan

pada kondisi standar dan terkontrol. Uji perkecambahan memberikan estimasi

kemampuan berkecambah yang merupakan presentase perkecambahan kumulatif

total suatu kumpulan biji selama periode waktu tertentu. Perlu diketahui juga

bahwa energi perkecambahan melambat secara nyata (Daniel, 1950).

Metode pendugaan mutu fisiologis benih dapat dilakukan melalui metode

langsung dan tidak langsung. Metode langsung menggunakan indikator

pertumbuhan kecambah, benih dikecambahkan pada kondisi ideal yang dilakukan

di germinator, rumah kaca atau areal persemaian selama jangka waktu tertentu (uji

resmi). Metode tidak langsung didasarkan pada proses metabolisme serta kondisi

fisik yang merupakan indikasi tidak langsung disebut juga sebagai uji cepat

viabilitas (Zanzibar, 2009).

Analisis kemurnian benih merupakan kegiatan-kegiatan untuk menelaah

tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula presentase

berat dari benih murni (pure seed), benih tanaman lain, benih varietas lain, biji-

Page 28: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

19

bijian herba (weed seed) dan kotoran-kotoran pada massa benih. Benih murni

adalah meliputi semua varietas dan setiap spesies yang diakui sebagaimana yang

dinyatakan oleh pengirim atau penguji di laboratorium, dan biji yang masih utuh

meskipun berukuran lebih kecil daripada ukuran normal, belum terbentuk

sempurna, keriput, terkena penyakit atau telah tumbuh. Selain itu, benih yang

patah atau rusak masih tergolong sebagai benih murni asalkan berukuran lebih

besar dari setengah ukuran sebenarnya. Analisis kemurnian hanya mencari

seberapa banyak presentasi benih dalam beberapa kriteria seperti tersebut di atas

pada suatu contoh benih, sedangkan kemampuan benih untuk tumbuh dan

berkembang tidak termasuk dalam materi yang diuji (Sutopo, 2002).

Metode untuk menguji kemurnian benih ada dua yaitu Metode Kue (Pie

Method) dan Metode Mangkuk (Cup Method). Metode Kue (Pie Method)

dilakukan dengan cara benih ditebarkan di meja serata mungkin hingga

membentuk bulatan seperti kue. Hamparan benih tersebut kemudian dibagi

menjadi beberapa bagian dan diberi nomor, setelah itu secara acak dipilih nomor

mana yang akan dipakai untuk pengujian. Sedangkan Metode Mangkuk (Cup

Method) dilakukan dengan cara mangkuk ditata di atas nampan dengan jumlah

dan ukuran tertentu. Masing-masing mangkuk diberi nomor dan benih ditebarkan

serata mungkin sampai semua mangkuk terisi penuh dan benih habis terbagi rata.

Seacara acak dipilih mangkuk nomor berapa yang akan dipakai untuk pengujian

(Muschick, et al., 2010).

Pengujian viabilitas terhadap suatu benih perlu dicari metode standar agar

penilaian terhadap atribut perkecambahan dapat dilakukan dengan mudah.

Page 29: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

20

Beberapa metode pengujian yang dapat digunakan untuk menguji viabilitas yaitu

uji di atas kertas, uji antar kertas, uji kertas digulung didirikan, uji tetrazolium,

dan uji pada pasir. Uji di atas kertas dilakukan dengan cara benih diletakkan di

atas kertas substrat yang telah dibasahi. Metode ini sangat baik digunakan untuk

benih yang membutuhkan cahaya bagi perkecambahannya. Uji antar kertas

dilakukan dengan cara benih diletakkan diantar kertas substrat. Metode ini

digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya.

Uji kertas digulung didirikan dilakukan dengan cara benih diletakkan diantara

kertas substrat yang digulung dan didirikan. Metode ini digunakan bagi benih

yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya (Kuswanto, 1996).

Uji Tetrazolium (indikator cepat viabilitas benih) yaitu uji benih yang

menggunakan zat indikator 2.3.5 Trifenil tetrazolium. Uji tetrazolium juga disebut

uji biokhemis benih dan uji cepat viabilita. Uji ini disebut uji biokhemis karena uji

tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia yang berlangsung di dalam sel-

sel benih khususnya sel-sel embrio. Uji ini disebut juga uji viabilitas karena

indikasi yang diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan

kecambah, melainkan pola-pola perwarnaan pada embrio yang akan terbentuk

dalam beberapa saat saja setelah diterapkan., sehingga waktu yang diperlukan

untuk pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk

pengujian yang indikasinya berupa kecambah yang membutuhkan waktu berhari-

hati. Uji pada pasir dilakukan sebagai pengujian viabilitas dengan menggunakan

pasir sebagai media perkecambahannya. Pada metode ini yang perlu diperhatikan

Page 30: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

21

adalah besarnya butiran pasir dan kadar air media karena pasir memiliki kapasitas

menyerap air yang rendah (Kuswanto, 1996).

Kadar air benih merupakan jumlah air dalam suatu benih. Kadar air benih

dapat diukur berdasarkan berat basah atau berat kering benihnya. Bila kadar air

benih diberikan berdasarkan berat basahnya, maka jumlah airnya merupakan

persentase dari berat benih sebelum airnya dihilangkan. Bila kadar air benih

dinyatakan berdasarkan berat keringnya, maka jumlah airnya merupakan

persentase berat benih setelah airnya dihilangkan Justice dan Louis (1990). Kadar

air biji dapat ditentukan dengan menggunakan bermacam-macam alat pengukur

kadar air biji otomatis (seed moisture tester) atau setengah otomatis, seperti

Universal Moisture Tester, Burrow Moisture recorder, Burrows Model 700,

Digital Moisture Computer, dan lain-lain. Pengujian kadar air juga dapat

menggunakan Metode Tungku (Oven method). Metode ini dilakukan dengan cara

contoh biji (biji basah) baru dipanen dikeringkan di dalam tungku (oven) listrik

pada suhu 1050 – 110

0C selama 24 jam terus menerus. Sesudah biji tadi

didinginkan di dalam eksikator kemudian ditimbang lagi (didapat berat kering).

Kadar air biji dihitung menurut rumus (Kuswanto, 1996):

a. Kadar air biji = %100ker

xbasahBerat

ingBeratbasahBerat

b. Kadar air biji = %100ker

kerx

ingBerat

ingBeratbasahBerat

Kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan

suboptimal dinamakan vigor. Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor

Page 31: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

22

fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda,

sedangkan vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik

yang sama. Pada hakikatnya vigor benih harus relavan dengan tingkat produksi,

artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang

tinggi. Vigor benih yang tinggi menurut Sutopo (1984) adalah:

1 Tahan lama disimpan.

2 Tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

3 Cepat dan merata tumbuhnya.

4 Mempu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi dalam

keadaan lingkungan tumbuh yang suboptimal.

Pengujian vigor benih yang telah diterima dan distandarisai oleh ISTA

(International Seed Testing Association) masih terbatas pada benih yang

berukuran relatif besar yaitu Pengujian Accelerated Aging Test atau metode

pengusangan dipercepat pada kedelai dan Conductivity Test pada kacang kapri.

Pada pengujian vigor setelah Accelerated Ageing, waktu yang diperlukan

melebihi uji DB, yaitu 11 hari. Uji vigor benih yang termasuk dalam metode

pengusangan buatan adalah metode Accelerated Ageing Test dan metode

pengusangan cepat terkontrol (PCT). Metode PCT telah banyak dikembangkan

untuk mengevaluasi kualitas benih yang berukuran relatif kecil seperti cabai,

bawang, barley, dan benih kecil lainnya. Pengujian vigor untuk kedelai yang

sudah diterima sebagai metode resmi dalam peraturan ISTA (International Seed

Testing Association) adalah pengujian viabilitas setelah didera fisik (Accelerated

Page 32: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

23

Ageing Test) dan pengujian viabilitas secara biokhemis (uji tetrazolium/TZ)

(Copeland, L.O. dan M.B. McDonald, 2001).

Page 33: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

24

III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di Kelompok Peneliti Pengelolaan

Sumber Daya Genetik (PSDG) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen) selama 25 hari

kerja yaitu dimulai pada 19 Januari sampai 20 Februari 2015.

B. Materi Praktik Kerja Lapangan

Materi Praktik Kerja Lapangan terdiri dari materi umum dan materi khusus.

Materi umum yaitu mempelajari tentang struktur organisasi, kegiatan dan peranan

Kelompok Peneliti Pengelolaan Sumber Daya Genetik BB Biogen. Sedangkan

materi khusus yaitu mempelajari pengujian mutu benih kedelai yang dilakukan di

Bank Gen BB Biogen.

C. Metode Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan adalah metode

magang yaitu mengikuti semua kegiatan yang ada di Kelompok Peneliti

Pengelolaan Sumber Daya Genetik BB Biogen selama 25 hari jam kerja yang

telah ditetapkan oleh institusi terkait. Kegiatan tersebut digunakan untuk

mempelajari aspek menejerial, sosialisasi, dan pengembangan ilmu.

Aspek menejerial yaitu mempelajari pengelolaan lembaga, kinerja, visi dan

misi dan upaya pencapaiannya dari visi dan misi tersebut. Kegiatan tersebut

Page 34: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

25

dilakukan dengan wawancara terhadap pimpinan dan staf BB Biogen. Hasil dari

kegiatan tersebut selanjutnya dilakukan analisis deskriptif dan analisis SWOT.

Aspek sosialisasi yaitu mempelajari proses pengadaan benih kedelai

bermutu. Kegiatan tersebut dilakukan dengan cara mengikuti metode yang telah

dibakukan atau dikembangkan oleh BB Biogen. Apabila ada beberapa metode

yang belum dibakukan maka dapat menggunakan metode dari pustaka yang ada.

1. Pengawasan kemurnian

Kemurnian varietas dalam penangkaran benih kedelai dapat diawasi

berdasarkan keseragaman sifat-sifat tanaman. Sifat-sifat yang sering dipergunakan

untuk menentukan kemurnian varietas kedelai antara lainadalah warna hipokotil,

warna bunga, warna bulu, tipe tanaman, tinggi batang, umur matang, warna biji

serta penampilan secara keseluruhan dari masing-masing tanaman. Tanaman-

tanaman yang menyimpang dari deskripsi varietasnya dicabut atau dibuang

(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 1985).

2. Pemanenan

Benih kedelai mempunyai daya kecambah dan vigor terbaik bila dipanen

mencapai stadia matang fisiologis. Pada stadia ini kadang air dalam benih masih

sekitar 30-40% sehingga sangat menyukarkan proses pengeringan dan pembijian.

Oleh karena itu pemanenan kedelai untuk benih sebaiknya dilakukan setelah

polong kering, saat kadar air dibawah 18%, sebelum terjadi pembahasan kembali

oleh hujan (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 1985).

Page 35: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

26

3. Pembijian

Pembijian kedelai dilakukan tidak sampai merusak kulit biji sehingga

kedelai tetap utuh. Pembijian dapat dilakukan dengan menggunakan kayu, tangan

atau mesin. Kedelai yang dilakukan pembijian yaitu kedelai yang memiliki kadar

air 13-18% (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 1985).

4. Penyortiran

Benih kedelai dibersihkan dari kotoran, biji rusak dan biji-biji luka, biji

yang tidak bernas, terlalu gepeng atau terlalu kecil, sehingga diperoleh benih yang

mempunyai mutu fisik yang tinggi.

5. Pengujian Mutu Benih

a. Analisis kemurnian benih

Metode untuk menguji kemurnian benih ada dua yaitu Metode Kue (Pie

Method) dan Metode Mangkuk (Cup Method). Metode Kue (Pie Method)

dilakukan dengan cara benih ditebarkan di meja serata mungkin hingga

membentuk bulatan seperti kue. Hamparan benih tersebut kemudian dibagi

menjadi beberapa bagian dan diberi nomor, setelah itu secara acak dipilih nomor

mana yang akan dipakai untuk pengujian. Sedangkan Metode Mangkuk (Cup

Method) dilakukan dengan cara mangkuk ditata di atas nampan dengan jumlah

dan ukuran tertentu. Masing-masing mangkuk diberi nomor dan benih ditebarkan

serata mungkin sampai semua mangkuk terisi penuh dan benih habis terbagi rata.

Seacara acak dipilih mangkuk nomor berapa yang akan dipakai untuk pengujian

(Muschick, et al., 2010).

Page 36: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

27

b. Pengujian kadar air benih

Kuswanto (1997) menyatakan bahwa kadar air biji dapat ditentukan dengan

menggunakan:

1) Bermacam-macam alat pengukur kadar air biji otomatis (seed moisture

tester) atau setengah otomatis, seperti Universal Moisture Tester, Burrow

Moisture recorder, Burrows Model 700, Digital Moisture Computer, dan

lain-lain.

2) Metode tungku (Oven method). Dengan cara ini, contoh biji (biji basah)

baru dipanen dikeringkan di dalam tungku (oven) listrik pada suhu 1050 –

1100C selama 24 jam terus menerus. Sesudah biji tadi didinginkan di

dalam eksikator kemudian ditimbang lagi (didapat berat kering).

3) Kadar air biji dihitung menurut rumus :

a) Kadar air biji = %100ker

xbasahBerat

ingBeratbasahBerat

b) Kadar air biji = %100ker

kerx

ingBerat

ingBeratbasahBerat

c. Pengujian Daya Kecambah

Menurut peraturan ISTA (International Seed Testing Assosiation), substrat

yang dapat digunakan untuk pengujian daya kecambah yaitu:

a. Uji antara kertas. Persyaratan kertas yang dapat digunakan yaitu memiliki

daya serap dan daya pegang air yang tinggi, bersih, bebas mikroba, dan

mudah didapat. Kertas yang dapat digunakan contohnya adalah kertas

merang atau kertas stensil. Uji ini terbagi atas tiga macam yaitu uji di atas

Page 37: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

28

kertas, uji antar kertas dan uji kertas digulung didirikan. Pemilihan cara

pengujian yang tepat tergantung dari sifat benih yang akan diuji. Uji di

atas kertas dilakukan dengan cara benih diletakkan di atas kertas substrat

yang telah dibasahi. Metode ini sangat baik digunakan untuk benih yang

membutuhkan cahaya bagi perkecambahannya. Uji antar kertas dilakukan

dengan cara benih diletakkan di antar kertas substrat. Metode ini

digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk

perkecambahannya. Sedangkan uji kertas digulung didirikan dilakukan

dengan cara benih diletakkan diantara kertas substrat yang digulung dan

didirikan. Metode ini digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap

cahaya untuk perkecambahannya.

b. Uji dengan pasir. Pengujian viabilitas dapat menggunakan pasir sebagai

media perkecambahannya. Pada metode ini yang perlu diperhatikan adalah

besarnya butiran pasir dan kadar air media. Hal ini dikaranakan pasir

bersifat porus dan memiliki kapasitas menangkap air yang rendah.

d. Pengujian Vigor Benih

Uji vigor benih yang termasuk dalam metode pengusangan buatan adalah

metode Accelerated Ageing Test dan metode pengusangan cepat terkontrol (PCT).

Metode PCT telah banyak dikembangkan untuk mengevaluasi kualitas benih yang

berukuran relatif kecil seperti cabai, bawang, barley, dan benih kecil lainnya.

Pengujian vigor untuk kedelai yang sudah diterima sebagai metode resmi dalam

peraturan ISTA (International Seed Testing Association) adalah pengujian

viabilitas setelah didera fisik (Accelerated Ageing Test) dan pengujian viabilitas

Page 38: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

29

secara biokhemis (uji tetrazolium/TZ) (Copeland, L.O. and M.B. McDonald,

2001).

Page 39: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

30

VI. HASIL DAN PEMBAASAN

A. Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian

(BB-Biogen)

1. Sejarah

Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB-

Biogen) merupakan salah satu lembaga di bawah badan litbang pertanian yang

bertugas melaksanakan penelitian dan pengembangan (litbang) bioteknologi dan

sumber daya genetik (SDG) pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian sendiri merupakan instansi pemerintah yang bergerak untuk

mengembangkan IPTEK dalam bidang pertanian yang dapat dimanfaatkan oleh

orang banyak. BB-Biogen berlokasi di di Jalan Tentara Pelajar 3A, Kampus

Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor.

BB-Biogen pertama kali berdiri pada tahun 1918. Sejak didirikan, BB-

Biogen telah beberapa kali mengalami pergantian nama, sebagai berikut:

a. Tahun 1918 – 1949: Algemeen Proefstation voor den Landbouw

(Balai Besar Penyelidikan Pertanian)

b. Tahun 1949 – 1952: Jawatan Penyelidikan Pertanian

c. Tahun 1952 – 1966: Algemeen Proefstation voor den Landbouw

(Balai Besar Penyelidikan Pertanian/ General

Agriculture Experiment Station)

d. Tahun 1966 – 1980: Lembaga Pusat Penelitian Pertanian

e. Tahun 1980 – 1994: Balai Penelitian Tanaman Bogor (Balittan)

Page 40: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

31

f. Tahun 1994 – 2002: Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan

(Balitbio)

g. Tahun 2002 – 2003: Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Pertanian (Balitbiogen)

h. Tahun 2003–sekarang: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi

dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen)

Gambar 1. Papan lembaga Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya

Genetik Pertanian (BB-Biogen).

Sumber: Dokumentasi PKL, 2015.

2. Visi dan Misi BB-Biogen

a. Visi

Menjadi lembaga litbang berkelas dunia dalam mengembangkan

sumberdaya lokal Indonesia berbasis bioteknologi.

b. Misi

Misi BB-Biogen secara spesifik untuk mewujudkan visi tersebut adalah (1)

memperkuat kapasitas sumberdaya institusi dalam bidang pemanfaatan

sumberdaya genetik lokal berbasis bioteknologi, (2) menghasilkan dan

Page 41: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

32

mendiseminasikan teknologi dan rekomendasi bioteknologi dan pengelolaan

sumberdaya genetik, (3) melakukan analisis kebijakan dan rekomendasi tentang

pengembangan dan penerapan bioteknologi modern dan pengelolaan sumberdaya

genetik, (4) mengembangkan jejaring kerjasama dalam rangka pengembangan

IPTEKS dan pengembangan peran BB-Biogen dalam pembangunan pertanian.

Kebijakan mutu BB-Biogen yang telah ditetapkan untuk mendukung visi

dan misinya, sebagai berikut:

1). Menjadi pusat penelitian bioteknologi dan SDG pertanian yang unggul dan

mampu menumbuhkembangkan teknologi keilmuan profesionalisme dan

kesejahteraan masyarakat secara luas.

2). Berkomitmen tinggi untuk senantiasa melakukan perbaikan terus menerus

dalam memberikan dan meningkatkan kepuasan stakeholder melalui hasil

penelitian dan setiap aspek terkaitnya.

3). Berkontribusi untuk menerapkan sistem manajemen mutu secara efektif dan

berupaya memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan yang relevan.

3. Tugas Pokok dan Fungsi

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya

Genetik Pertanian (BB-Biogen) adalah unit pelaksana teknis di bidang penelitian

dan pengembangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. BB-Biogen ini terbentuk

berdasarkan SK Mentan No. 631/Kpts/OT.140/12/2003, yang secara efektif sejak

Januari 2004. BB-Biogen mempunyai tugas dan mandat untuk melaksanakan

kegiatan penelitian bioteknologi dan sumberdaya genetik pertanian, yaitu:

Page 42: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

33

a. Penyusunan program dan evaluasi penelitian dan pengembangan bioteknologi

dan sumberdaya genetik pertanian;

b. Pelaksanaan penelitian konservasi dan karakterisasi yang meliputi fisik,

kimia, biokimia, metabolisme biologis dan biomolekuler sumberdaya genetik

pertanian;

c. Pelaksanaan penelitian bioteknologi sel, bioteknologi jaringan, rekayasa

genetik, dan bioprospeksi sumberdaya genetik;

d. Pelaksanaan penelitian keamanan hayati dan keamanan pangan produk

bioteknologi;

e. Pelaksanaan pengembangan sistem informasi hasil penelitian dan

pengembangan bioteknologi dan sumberdaya genetik pertanian;

f. Pelaksanaan pengembangan komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis

produk bioteknologi pertanian;

g. Pelaksanaan kerjasama dan pendayagunaan hasil penelitian bioteknologi dan

sumberdaya genetik pertanian;

h. Pengelolaan tata usaha dan rumah tangga BB-Biogen.

4. Organisasi dan Struktur Lembaga

Organisasi dan struktur lembaga merupakan bagian yang penting dalam

sebuah lembaga karena melibatkan orang-orang untuk melakukan kegiatan dalam

mencapai tujuan organisasi dengan memisahkan tugas, tanggung jawab fungsi

pimpinan dan pelaksanaan. BB-Biogen merupakan unit pelaksanan teknis (UPT)

eselon IIb di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian

Pertanian sebagai hasil peningkatan status dan perubahan nama dari Balai

Page 43: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

34

Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (Balitbiogen) yang

berstatus eselon IIIa, melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian No.

631/Kpts/OT.140/12/2003 tanggal 30 Desember 2003. Peningkatan eselon

tersebut bertujuan untuk meningkatkan peran BB-Biogen dalam litbang

bioteknologi dan SDG pertanian.

Secara struktural dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala BB-

Biogen dibantu oleh tiga pejabat eselon IIIb, yaitu:

a. Kepala Bagian Tata Usaha (Kabag TU), yang membawahi tiga pejabat eselon

IV yaitu:

1). Kepala Subbagian (Kasubbag) Kepegawaian;

2). Kasubbag Rumah Tangga dan Perlengkapan;

3). Kasubbag Keuangan.

b. Kepala Bidang Program dan Evaluasi (Kabid PE), yang membawahi dua

pejabat eselon IV, yaitu:

1). Kepala Seksi Program (Kasi); dan

2). Kepala Seksi Evaluasi dan Pelaporan.

c. Kepala Bidang Kerja Sama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian (Kabid

KSPHP) membawahi dua pejabat eselon IV, yaitu:

1). Kepala Seksi Kerjasama Penelitian; dan

2). Kepala Seksi Pendayaguanaan Hasil Penelitian.

Selain itu, untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang menjadi

mandat BB-Biogen maka dibentuk lembaga internal. Lemabaga internal terdiri

atas lembaga internal fungsional dan lembaga internal non fungsional. Lembaga

Page 44: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

35

internal fungsional adalah Kelompok Peneliti (Kelti) yang dipimpin oleh Ketua

Kelti dan ditetapkan oleh Kepala BB-Biogen. Lembaga internal fungsional BB-

Biogen terdiri dari empat Kelti, yaitu:

a. Kelti Pengelolaan Sumber Daya Genetik (PSDG);

b. Kelti Biokimia (BK);

c. Kelti Biologi Molekuler (BM); dan

d. Kelti Biologi Sel dan Jaringan (BSJ).

Lembaga internal non fungsional adalah:

a. Program Penelitian;

b. Laboratorium dan Fasilitas Uji Terbatas (FUT) untuk pengujian produk

rekayasa genetik (transgenik);

c. Tim Panitia Evaluasi Karya Ilmiah (PEKI) yang sekarang menjadi Tim

Penilai Peneliti pada Tingkat Unit Kerja (TP2U) dan Tim Penilai Litkayasa

pada Unit Kerja (TPLU); dan

d. Tim Sumber Daya Manusia (SDM).

Struktur organisasi BB-Biogen secara skematis dapat dilihat pada Gambar 3.

5. Sumber Daya Manusia

BB -Biogen memiliki sumber daya manusia (SDM) sebanyak 225 orang,

terdiri atas 222 orang pegawai negeri sipil (PNS), dan 3 orang calon PNS. Dari

225 orang pegawai,72 orang peneliti aktif, 31 orang litkayasa, 1 orang arsiparis, 1

orang analisis kepegawaian serta 120 orang tenaga administrasi dan penunjang.

Berdasarkan jenjang pendidikannya, tenaga peneliti BB-Biogen, terdiri atas 37

orang S3, 31 orang S2, dan 28 orang S1.

Page 45: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

36

Gambar 2. Struktur organisasi BB-Biogen

Sumber: BB-Biogen, 2015.

Organisasi BB-Biogen dikepalai oleh Dr. Karden Mulya. Kepala BB-

Biogen membawahi empat bagian, yaitu Bagian Tata Usaha, Bidang Program dan

Evaluasi, Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian, dan Kelompok

Jabatan Fungsional. Bagian Tata Usaha dipimpin oleh Drs. Pandoyo, MM. Bagian

Tata Usaha memiliki tiga subbagian yaitu Subbagian Kepegawaian yang dipimpin

oleh Ir. Niswatin, M.Si, Rumah Tangga dan Perlengkapan yang dipimpin oleh

Drs. Matadjib dan Keuangan yang dipimpin oleh. Ir. Faizal Abidin. Bidang

Program dan Evaluasi dipimpin oleh Dr. Tri Puji Priyatno, M.Sc. Bagian ini

memiliki dua bagian yaitu Seksi Program yang dipimpin oleh Nur Azizah, S.si,

M.si dan Seksi Evaluasi yang dipimpin oleh Ir. Restu Aan Sonny Wibisono.

Page 46: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

37

Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian dipimpin oleh Ir.

Asmawati Achmad, MBA. Bagian ini membawahi Seksi Kerjasama yang

dipimpin oleh Ir. Kristina Dwiatmini, M.Si dan Seksi Pendayagunaan Hasil

Penelitian yang dipimpin oleh Ir. Ida. N. Orbani. Kelompok Jabatan Fungsional

memiliki empat kelompok peneliti yaitu Kelti Pengelolaan Sumber Daya Genetik

diketuai oleh Dr. Sutoro, Kelti Biologi Sel dan Jaringan diketuai oleh Prof. Dr.

Ika Mariska, Kelti Biologi Molekuler diketuai Prof. Dr. Bahagiawati. A. H dan

Kelti Biokimia diketuai oleh Dr. I Made Samudra.

6. Fasilitas

BB-Biogen memiliki beberapa fasilitas untuk mendukung pelaksanaan tugas

dan fungsinya. Fasilitas-fasilitas tersebut adalah:

a. Bank Gen

Bank Gen merupakan salah satu fasilitas yang digunakan untuk konservasi

plasma nutfah tanaman pangan. Beberapa fasilitas yang termasuk ke dalam Bank

Gen meliputi Laboratorium Bank Gen dan Genetika Tanaman, Field Gene Bank,

Laboratorium Kultur In Vitro dan Ruang Komputer. Laboratorium Bank Gen dan

Genetika Tanaman, memiliki 6 buah deep freezer (temperatur -18oC), 3 buah

chiller (temperatur 0-5oC) dan ruangan penyimpanan benih (temperatur 15-20

oC

dengan kelembaban 50%) untuk penyimpanan benih padi, jagung, kedelai,

sorgum dan kacang-kacangan. Field Gene Bank untuk konservasi lapang plasma

nutfah ubikayu, ubijalar dan ubi-ubian minor. Laboratorium Kultur In Vitro yang

dilengkapi perangkat penunjang untuk konservasi sumber daya genetik tanaman

Page 47: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

38

pangan secara in vitro dan kriopreservasi. Ruang komputer untuk kegiatan

pengembangan database sumber daya genetik tanaman pangan.

Gambar 3. Bank Plasma Nutfah

Sumber: BB-Biogen, 2015.

Koleksi sumber daya genetik pertanian di Bank Gen BB-Biogen sampai

dengan tahun 2015 terdapat 10.840 aksesi yang meliputi: padi 4.116 aksesi, padi

liar 94 aksesi, jagung 1.052 aksesi, sorgum 246 aksesi, gandum 83 aksesi, kedelai

888 aksesi, kacang tanah 821 aksesi, kacang hijau 915 aksesi, kacang tunggak 130

aksesi, kacang Bogor 9 aksesi, kacang gude 13 aksesi, komak 11 aksesi, kacang

koro benguk 9 aksesi, kacang koro pedang 7 aksesi, ubikayu 555 aksesi, ubijalar

1.364 aksesi, talas 245 aksesi, belitung 126, patat 34 aksesi, ganyong 63 aksesi,

gembili 17 aksesi, gadung 14 aksesi, ubi kelapa 20 aksesi, dan suweg 2 aksesi;

1.404 aksesi SDG mikroba pertanian (bakteri 1.259 aksesi, fungi 97 aksesi dan

virus 48 aksesi); dan 3.292 spesimen koleksi awetan serangga hama pertanian

(Diptera 1.793, Coleoptera 82, Dyctioptera 112, Orthoptera 61, Diptera-

Cyclorapha 458 dan Hymenoptera 786 spesimen).

Page 48: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

39

b. Fasilitas Uji Terbatas (FUT)

Fasilitas Uji Terbatas mempunyai tugas melakukan kegiatan penelitian

untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BB-Biogen khususnya

pengujian keamanan hayati tanaman hasil rekayasa genetik, baik untuk penelitian

maupun komersialisasi di Indonesia. Fasilitas Uji Terbatas mempunyai fungsi

yaitu melakukan uji weediness/invasiveness tanaman hasil rekayasa genetik;

melakukan uji dampak tanaman hasil rekayasa genetik terhadap organisme non

target; melakukan uji efikasi gen interes tanaman hasil rekayasa genetik;

melakukan persilangan tanaman hasil rekayasa genetik; memberikan pelayanan;

pelatihan dan konsultasi pengujian keamanan hayati tanaman hasil rekayasa

genetik.

Gambar 4. Screen House Uji Terbatas

Sumber: Dokumentasi PKL, 2015.

Peralatan yang tersedia di Fasilitas Uji Terbatas meliputi Growth Chamber:

Forma Scientific, Rumah Kaca double door, Ruang bioasai serangga, Gene Gun

PDS-1000/He Biorad, Ruang persiapan tanah, Gudang perbekalan, Oven

Page 49: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

40

Memmert Model 400, Emergency Shower merk Haws, Laminar air flow : Esco

model EBH, Autostill merk GFL 2004, Top Balance AND SK-1000, Top Balance

HL-400, Analytical Balance AA-250.

c. Laboratorium Kimia/ Biokimia

Laboratorium Kimia/Biokimia mempunyai tugas melakukan kegiatan

penelitian untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kelti Biokimia

khususnya di bidang biokimia/kimia. Laboratorium Kimia/Biokimia mempunyai

beberapa fungsi yaitu melakukan pengkajian tentang mekanisme interaksi

serangga hama/patogen dengan tanaman dan lingkungan yang mencakup interaksi

biokimia, fitokimia dan fisik; melakukan penelusuran senyawa bioaktif dari

tanaman dan/atau mikroba (bioprospeksi); melakukan pengembangan metode

analisis biokimia; melakukan studi proteomik dan/atau metabolomik tanaman dan

mikroba; melakukan pengembangan teknik dan perakitan perangkat (kit)

deteksi/identifikasi serangga hama, nematoda dan mikroba secara biokimia;

melakukan uji kesepadanan substansial tanaman dan mikroba hasil rekayasa

genetik dan; memberikan pelatihan, pelayanan dan konsultasi dibidang analisis

biokimia tanaman serta penggunaan perangkat deteksi/identifikasi.

Peralatan utama yang tersedia meliputi GCMS, mikroskop, PCR, AAS dan

spektrofotometer. Sedangkan analisis yang dapat dilakukan yaitu analisis residu

pestisida dan formulasi dengan GCMS, analisis hara tanah dan tanaman serta

analisis deteksi dengan serologi dan PCR.

d. Laboratorium Biologi Molekuler

Page 50: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

41

Laboratorium Biologi Molekuler (BM) mempunyai tugas melakukan

kegiatan penelitian untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kelti

Biologi Molekuler. Fungsi Laboratorium BM adalah melakukan analisis genotipe

secara molekuler; elakumkan identifikasi, isolasi, kloning, dan karakterisasi gen;

elakukan konstruksi, transformasi dan studi ekspresi gen; melakukan studi

functional genomics; melakukan deteksi produk rekayasa genetik secara

molekuler dan; memberikan pelatihan dan konsultasi teknik marka molekuler dan

transformasi genetik. Peralatan yang tersedia di Laboratorium BM meliputi

Freezer Tropicalized, Sansio, Electrophoresis unit, UV Stratalinker 1800

Stratagene, Timbangan Kern 77, Timbangan GT 410 Ohaus, Biosafety cabinet/

laminar flow lab culture Esco class II type A2, Inkubator, Centrifuge 5810

Eppendorf, Microfuge 12 Beckman, Electroporator micropulser Biorad,

Programmable thermal controller MJ Research DNA engine (single: PTC-100

dan tetrad: PTC-225), Vertical Gel Electrophoresis, ALF express II dan Repro set

dan Amersham Pharmacia Biotech.

B. Pengadaan Benih Kedelai Bermutu

Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Kelti PSDG dalam mempertahankan

keberadaan SDG kedelai yaitu pengkayaan atau eksplorasi, koleksi, pelestarian,

karakterisasi, evaluasi, dokumentasi dan rejuvinasi. Kegiatan yang diakukan

selama Praktik Kerja Lapangan yaitu pengadaan benih kedelai bermutu pada

tahap persiapan rejuvinasi kedelai. Rejuvinasi adalah peremajaan atau

pembaharuan viabilitas benih yang disimpan di Bank Gen sehingga SDG yang

Page 51: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

42

terkoleksi tetap memiliki mutu yang tinggi. Rejuvinasi kedelai dilakukan secara

berkala 1-3 tahun sekali tergantung pada keadaan tempat penyimpanan. Tahap

persiapan rejuvinasi kedelai yang telah dilakukan mencakup beberapa kegiatan

yaitu pengujian bobot 100 biji, pengujian daya kecambah benih dan pengujian

prolin.

1. Pengujian Bobot 100 Butir Benih Kedelai

Bobot 100 butir benih merupakan salah satu pengujian mutu fisik benih.

Penentuan berat untuk 100 butir dilakukan karena karakter ini merupakan salah

satu cirri dari suatu jenis benih yang juga tercantum dalam deskripsi jenis.

Menurut ISTA tujuan dilakukannya pengujian bobot 100 butir benih yaitu untuk

mengetahui berat setiap kelompok benih per 100 butir dan menentukan efisiensi

penentuan berat 100 butir yang dinyatakan dalam gram. Sedangkan, tujuan

dilakukannya pengujian bobot 100 butir benih kedelai di PSDG BB-Biogen

adalah untuk menentukan kebutuhan benih per hektar untuk pertanaman pada

pelaksanaan rejuvinasi. Prinsip pelaksanaan penentuan bobot 100 biji adalah 100

butir benih hasil uji kemurnian benih ditimbang dengan timbangan analitik yang

memiliki tingkat kepekaan tertentu kemudian beratnya dinyatakan dengan satuan

gram.

Benih kedelai yang diuji adalah benih F6 hasil persilangan Varietas

Tambora dengan B3293 di Pacet yang dipanen pada Tahun 2014. Benih yang

diuji sebanyak 36 galur. Pengujian bobot 100 butir benih dilakukan di bagian

prosesing PSDG BB-Biogen melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan, pengujian

dan dokumentasi.

Page 52: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

43

Pada tahap persiapan, benih yang akan diuji diambil dari ruang

penyimpanan. Sebelumnya benih tersebut merupakan benih hasil panen yang

sudah melalui proses analisis kemurnian benih yang kemudian dikemas dan

disimpan di ruang penyimpanan. Benih tersebut tersimpan di dalam kotak atau

box penyimpanan. Box benih dibuka kemudian kemasan benih pun dibuka.

Setelah itu benih sebanyak 100 biji pada setiap kemasan diambil sebagai sampel

yang kemudian dimasukkan kedalam kantung plastik bening. Benih diambil

secara acak sehingga mewakili setiap bobot benih dalam kantong kemasan. Pada

kantung plastik bening diberi tulisan nomor registrasi benih agar tidak terjadi

kekeliruan pada saat pengujian.

Tahap pengujian dilakukan dengan menimbang benih menggunakan

timbangan analitik. Timbangan yang digunakan meupakan timbangan digital

dengan sensitivitas yang tinggi. Oleh karena itu pada saat penimbangan

diusahakan menghentikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi tingkat error

seperti mematikan AC dan kipas angin. Masing-masing plastik bening yang berisi

sampel benih ditaruh di atas timbangan kemudian menunggu sampai angka pada

layar timbangan konstan. Setelah angka konstan maka data angka tersebut dicatat

dalam satuan gram.

Tahap dokumentasi dilakukan setelah proses pengujian bobot 100 biji. Pada

tahap ini semua data yang sudah didapatkan dimasukkan ke dalam tabel pengujian

dengan rapi. Dengan demikian, hasil pengujian disajikan dalam bentuk yang

mudah dibaca dan dipahami.

Page 53: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

44

a b

c d

e f

Gambar 5. Pengujian bobot 100 butir benih kedelai F6 hasil persilangan Varietas

Tambora dengan B3293.

Keterangan: a. Pengambilan benih kedelai di ruang penyimpanan, b.

Box penyimpanan benih kedelai, c. Isi box sampel, d. Pengambilan

sampel 100 butir benih kedelai, e. Penimbangan sampel kedelai berbiji

kuning, f. Penimbangan sampel kedelai berbiji hitam.

Sumber: Dokumentasi PKL, 2015.

Bobot 100 biji pada benih kedelai akan menunjukkan mutu fisik dari benih

kedelai. Mutu fisik benih ini dikatakan sesuai atau baik apabila bobot yang

didapatkan tinggi dan begitu pula sebaliknya. Hal ini terjadi karena, benih yang

Page 54: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

45

memiliki bobot besar menunjukkan bahwa benih tersebut benar-benar masak

fisiologis pada saat pemanennya. Berbeda dengan benih yang pemanennya

sebelum masak maka bibit itu akan ringan (Sukarman, 2005).

Tabel 4. Hasil pengujian 100 butir benih kedelai persilangan Tambora dengan

B3293

No. Bobot 100 biji

(g/100 biji)

Tipe

ukuran

Jumlah galur Mutu benih

1 <10 Kecil 0 Tidak unggul

2 10-14 Sedang 4 Sedang

3 >14 Besar 32 Unggul

Berdasarkan hasil pengujian, semua galur yang diuji memiliki kualitas

bobot 100 biji yang sedang dan unggul. Hal tersebut karena bobot 100 biji semua

galur yang diuji memiliki bobot lebih dari 10 gram sehingga termasuk ke dalam

kategori biji berukuran sedang dan besar. Ukuran biji kedelai dikelompokan

menjadi tiga kelompok yaitu biji berukuran kecil (kurang dari 10 g); biji

berukuran sedang (10-14 g); dan biji berukuran besar (lebih dari 14 g). Selain itu,

kulit permukaan biji kedelai semua galur memiliki tekstur halus, licin, tidak

keriput dan bernas. Dengan demikian galur-galur yang diuji memiliki kualitas

mutu fisiologis yang baik.

Berat 100 biji sangat erat hubungannya dengan hasil yang dicapai. Bila berat

dari 100 biji semakin tinggi maka semakin besar produktivitas hasil yang

diperoleh. Peningkatan produksi dapat dicapai melalui peningkatan bobot 100 biji

atau ukuran biji. Ukuran biji dapat dikendalikan oleh ukuran buah atau polong.

Page 55: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

46

2. Pengujian Daya Kecambah Benih Kedelai

Daya berkecambahnya benih dapat diartikan sebagai berkembangnya

bagian-bagian penting dari embrio suatu benih yang menunjukkan

kemampuannya untuk tumbuh normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan

demikian, pengujian daya tumbuh atau daya berkecambah benih pengujian

sejumlah benih dengan menghitung presentasi dari jumlah benih tersebut yang

mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan (Pramono, 2009).

Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan

kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar

dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum.

Pengujian daya kecambah benih di PSDG BB-Biogen menggunakan metode

laboratorium dimana seluruh kondisi lingkungan dikendalikan sesuai dengan yang

diinginkan. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil pengujian yang lebih

akurat dibandingkan dengan pengujian lapangan. Metode pengujian di

laboratorium ini hanya menentukan persentasi perkecambahan total dan dibatasi

pada permunculan dan perkembangan struktur-struktur penting dari embrio yang

menunjukkan kemampuan untuk menjadi tanaman normal. Sedangkan, kecambah

yang tidak menunjukkan kemampuan tersebut dinilai sebagai kecambah abnormal.

Benih yang tidak dorman tetapi tumbuh setelah periode pengujian tertentu dinilai

sebagai benih mati.

Hasil persentasi perkecambahan yang didapat dengan metode uji daya

kecambah di laboratorium harus memiliki korelasi positif dengan kenyataan di

lapangan. Oleh karena itu, beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah:

Page 56: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

47

a. Kondisi lingkungan di laboratorium harus menguntungkan dan

terstandarisasi.

b. Pengamatan dan penilaian baru dilakukan pada saat kecambah mencapai

suatu fase perkembangan, dimana dapat dibedakan antara kecambah normal

dengan kecambah abnormal.

c. Pertumbuhan dan perkembangan kecambah harus sedemikian sehingga dapat

dinilai mempunyai kemampuan tumbuh menjadi tanaman normal dan kuat

pada keadaan yang menguntungkan di lapangan.

d. Lama pengujian harus dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Pada saat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan sedang dilakukan uji daya

kecambah benih kedelai sebanyak 393 aksesi yang merupakan benih kedelai hasil

panen tahun 2014 di Bank Gen BB-Biogen. Benih kedelai tersebut terdiri dari

beberapa galur dan varietas yang sudah terkoleksi di Bank Plasma Nutfah.

Pelaksanaan uji daya kecambah dilakukan sebanyak empat kali. Hal tersebut

dilakukan karena keterbatasan cawan petri, germinator dan tenaga teknisi

sehingga pengujian tidak dilakukan dalam satu waktu. Benih kedelai yang diuji

pada pengujian pertama sampai ke pengujian ke empat secara berturut-turut yaitu

aksesi nomor 1-112, 113-226, 227-343 dan 344-393. Penulis hanya mengikuti

satu kali pengujian uji daya kecambah yaitu pada pengujian ke-3 dengan menguji

benih kedelai aksesi nomor 227-343.

Pengambilan contoh benih uji dilakukan secara acak sebanyak 50 benih

yang kemudian akan ditanam pada cawan petri. Metode pengujian benih kedelai

yang digunakan yaitu metode UDK (Uji di Atas Kertas). Kertas substrat yang

Page 57: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

48

digunakan adalah kertas merang karena memiliki daya serap air yang baik.

Sedangkan dalam pengecambahan digunakan germinator. Germinator adalah alat

pengecambah benih dimana lingkungan kondisi optimum untuk perkecambahan

dapat diatur.

Pengujian dilakukan sebanyak dua ulangan untuk setiap aksesi kedelai.

Pengujian tersebut dilakukan dengan cara melipat kertas merang menjadi dua

bagian. Masing-masing bagian kertas merang berbentuk setengah lingkaran.

Kemudian pada masing-masing bagian kertas merang dituliskan nomor registrasi

aksesi benih yang akan diuji serta dituliskan pula ulangan I dan ulangan II. Kertas

merang diletakkan pada bagian dalam cawan petri sebagai alas perkecambahan

benih yang akan diuji. Dengan demikian, dalam satu cawan petri terdapat dua

ulangan pengujian. Cawan petri yang telah berisi kertas merang dibasahi dengan

air aquades steril sampai lembab. Air yang diberikan tidak terlalu banyak dan

tidak terlalu sedikit sehingga dapat meminimalisir kegagalan perkecambahan

benih. Benih yang akan diuji diletakkan di atas kertas merang sebanyak 25 benih

untuk masing-masing ulangan. Setelah itu cawan petri disimpan di dalam

germinator. Germinator diatur dengan cara menekan tombol germinator yang

terdapat pada bagian depan pintu germinator. Suhu pada germinator diubah

menjadi 210C dan waktu untuk perkecambahan diatur menjadi 120 jam. Dengan

demikian germinator akan mematikan mesinnya secara otomatis setelah lima hari.

Pengamatan dimasukkan ke dalam empat kategori yaitu sebagai berikut:

a. Kecambah normal (N)

Page 58: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

49

Kecambah normal adalah kecambah yang memenuhi beberapa kriteria,

diantaranya adalah:

1) Kecambah yang memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik

terutama akar primer dan untuk tanaman yang secara normal

menghasilkan akar seminimal maka akar ini tidak boleh kurang dari dua.

2) Perkembangan hipokotil yang baik sempurna tanpa ada kerusakan pada

jaringan-jaringannya.

3) Pertumbuhan plumula yang sempurna dengan daun hijau dan tumbuh

baik, di dalam atau muncul dari koleoptil atau pertumbuhan epikotil yang

sempurna dengan kuncup yang normal.

4) Memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dua bagi dikotil.

b. Kecambah Abnormal (AN)

Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi

untuk berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini

digolongkan kedalam kecambah abnormal adalah:

1) Kecambah rusak: kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak

berat. Plumula atau radikula patah atau tidak tumbuh.

2) Kecambah cacat atau tidak seimbang: kecambah dengan pertumbuhan

lemah atau kecambah yang stuktur pentingnya cacat atau tidak

proporsional. Plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu

plumula tumbuh bengkok atau tumbuh ke bawah, sedangkan radikula

tumbuh sebaliknya.

Page 59: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

50

3) Kecambah lambat: kecambah yang pada akhir pengujian belum mencapai

ukuran normal. Ukuran kecambah lebih kecil jika dibandingkan dengan

kecambah normal.

c. Benih Keras (BK)

Benih keras adalah benih yang tetap keras sampai akhir pengujian. Benih

tersebut tidak mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak

mengembang, dan jika dibandingkan dengan benih segar tidak tumbuh,

ukuran benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kulit benih yang

impermeable terhadap gas dan air.

d. Benih Mati (BM)

Benih mati adalah benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras,

tidak segar dan tidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan

benih yang telah membusuk, warna benih agak kecokelatan. Hal ini

disebabkan karena adanya penyakit primer yang menyerang benih.

Evaluasi daya kecambah dilakukan dengan cara mengamati empat kategori

pengamatan tersebut. Langkah pertama yang dilakukan yaitu menghitung jumah

kecambah normal (N) terlebih dahulu. Setelah itu, kemudian menghitung jumalh

kecambah abnormal (AN), benih keras (BK) dan benih mati (BM). Setelah

dihitung selanjutnya dilakukan perhitungan daya kecambah untuk masing-masing

ulangan dengan rumus sebagai berikut:

Page 60: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

51

a b

c d

e f

Gambar 6. Pengujian daya kecambah benih kedelai hasil panen 2014.

Keterangan: a Persiapan pengujian benih kedelai, b. Pemplotan benih

uji, c. Pemberian air pada kertas merang, d. Cawan petri dibawa

menuju germinator, e. Cawan petri diletakkan di dalam germinator,

dan e. Suhu dan waktu germinator diatur.

Sumber: Dokumentasi PKL, 2015.

Page 61: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

52

Berdasarkan hasil pengujian daya kecambah didapatkan variasi daya

kecambah antar varietas atau galur. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan genetik

kedelai terhadap lama penyimpanan. Benih kedelai yang memiliki genetik yang

baik adalah benih yang memiliki daya kecambah lebih dari 80% meskipun telah

disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama.

a b

Gambar 7. Pengambilan data uji daya kecambah kedelai hasil panen tahun 2014.

Keterangan: a. Kecambah setelah 5 hari, b. pengamatan daya

kecambah.

Sumber: Dokumentasi PKL, 2015.

Tabel 5. Hasil pengujian daya kecambah kedelai

No. Daya Kecambah (%) Jumlah galur/

varietas

Kategori daya

kecambah

1 <80% 60 rendah

2 80-100% 56 tinggi

Tabel 6. Rata-rata hasil pengamatan tiap galur/ varietas

Kategori Persentase (%)

Kecambah Normal (N) 73.26

Kecambah Abnormal (AN) 7.34

Benih Keras (BK) 2.62

Benih Mati (BM) 16.51

Page 62: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

53

Berdasarkan hasil pengujian sebanyak 116 aksesi benih kedelai diketahui

bahwa jumlah galur/varietas yang memiliki kemampuan daya kecambah yang

tinggi yaitu sebanyak 56 galur/varietas. Daya kecambah benih rata-rata hanya

sebesar 73.26%. Data tersebut menunjukkan bahwa benih kedelai yang diuji

memiliki mutu yang rendah karena daya kecambahnya kurang 80%. Benih yang

baik dan berkualitas tinggi mempunyai daya kecambah di atas 80% (Sadjad,

1980). Benih kedelai yang diuji diduga mengalami kemunduran daya kecambah

benih. Benih kedelai relatif cepat mengalami kemunduran daya kecambah karena

kandungan proteinnya yang cukup tinggi yaitu sekitar 40%. Selama penyimpanan

protein yang terkandung dalam benih kedelai mudah terdegradasi sehingga

menurunkan kualitas dan mutunya.

Kemunduran benih adalah semua perubahan yang terjadi dalam benih yang

mengarah ke kematian benih (Byrd, 1983). Kemunduran benih merupakan proses

penurunan mutu secara berangsur-angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik

(irreversible) akibat perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor dalam.

Proses penuaan atau kemunduran benih secara fisiologis ditandai dengan

penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal,

penurunan pemunculan kecambah di lapangan (field emergence), terhambatnya

pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatnya kepekaan terhadap

lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan produksi tanaman

(Copeland dan Donald, 1985). Kemunduran benih kedelai selama penyimpanan

lebih cepat berlangsung dibandingkan dengan benih tanaman lain dengan

kehilangan vigor benih yang cepat yang menyebabkan penurunan perkecambahan

Page 63: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

54

benih. Benih yang mempunyai vigor rendah menyebabkan pemunculan bibit di

lapangan rendah, terutama dalam kondisi tanah yang kurang ideal. Sehingga benih

kedelai yang akan ditanam harus disimpan dalam lingkungan yang

menguntungkan (suhu rendah), agar kualitas benih masih tinggi sampai akhir

penyimpanan (Viera et. al., 2001).

Daya kecambah benih hasil pengujian menunjukkan benih kedelai hasil

panen 2014 mempunyai daya kecambah dibawah standar yang telah ditentukan.

Dengan demikian benih-benih tersebut perlu dilakukan rejuvinasi. Rejuvinasi

adalah peremajaan atau pembaharuan viabilitas benih yang disimpan di Bank Gen

sehingga SDG yang terkoleksi tetap memiliki mutu yang tinggi. Rejuvinasi

dilakukan dengan melakukan penanaman kembali pada setiap aksesi benih yang

memiliki mutu benih di bawah standar sehingga diperoleh benih dengan kualitas

mutu yang lebih baik.

3. Pengujian Kandungan Prolin

Pada kegitan Praktik Kerja Lapangan dilakukan pengujian kandungan prolin

dari ekstraksi daun kedelai. Prolin adalah asam amino yang proporsinya dapat

bertambah lebih cepat daripada asam amino lainnya dalam jaringan tanaman pada

kondisi kekeringan. Pengujian kandungan prolin dilakukan untuk skrining atau

menyeleksi aksesi yang memiliki ketahanan terhadap cekaman kekeringan. Tinggi

rendahnya kadar prolin dalam jaringan tanaman dapat digunakan untuk

mengevaluasi tingkat toleransi galur, varietas atau somaklon terhadap kekeringan

(Bates et al., 1973). Kemampuan mengakumulasi prolin bebas pada varietas yang

toleran kering selama kondisi cekaman kekeringan sangat nyata dibandingkan

Page 64: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

55

dengan varietas peka. Kandungan prolin yang tinggi dapat dijadikan sebagai

kriteria seleksi toleransi terhadap kekeringan (Liu et al, 1987).

Pengujian kandungan prolin menggunakan daun kedelai hasil tanam tahun

2014 di lahan kering sebanyak 25 aksesi. Setiap aksesi diambil sampel sebanyak

dua ulangan sehingga sampel yang diuji adalah sebanyak 50 sampel daun kedelai.

Bahan tanaman yang digunakan adalah daun kedua dari bagian pucuk atau ujung

atas tajuk yang telah mengembang dengan sempurna yang sudah diisolasi dan

disimpan dalam lemari es.

Gambar 8. Sampel daun kedelai.

Sumber: Dokumentasi PKL, 2015

Metode kerja yang dilakukan di PSDG BB-Biogen adalah metode Bates

(1973). Tahap pertama sampel daun ditimbang dengan menggunakan timbangan

analitik. Pada sampel ulangan 1 daun ditimbang seberat 0,3 gram sedangkan pada

sampel ulangan 2 daun ditimbang seberat 0,2 gram. Daun yang sudah ditimbang

kemudian dihaluskan dengan cara digerus menggunakan mortar hingga lembut.

Pada saat penggerusan daun ditambahkan larutan sulfosalisilat 3% sebanyak

Page 65: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

56

10ml. Larutan tersebut diberikan secara bertahap untuk memudahkan penghalusan

daun. Daun harus benar-benar halus sehingga tidak begitu banyak terlihat

seratnya. Daun yang sudah dihaluskan dengan larutan sulfosalisilat kemudian

disaring menggunakan kertas Whatman no 1 ke dalam tabung reaksi. Hal tersebut

untuk mendapatkan ekstraksi dari daun kedelai.

Daun kedelai yang sudah diekstraksi kemudian diambil sebanyak 2ml

dengan menggunakan mikropipet dan dimasukkan ke tabung reaksi yang lain.

Setelah itu ditambahkan 2ml asam ninhidrin dan 2ml asam asetat glasial. Setelah

selesai tabung reaksi ditutup dengan penutupnya dan disusun pada rak tabung

reaksi. Larutan prolin dipanaskan dengan cara memasukkan rak tabung reaksi tadi

ke dalam panci berisi air dengan suhu 100oC selama satu jam. Kemudian setelah

dipanaskan tabung reaksi diangkat dari panci dan dimasukkan kedalam wadah

yang berisi es batu selama 5 menit. Hal ini berfungsi untuk memutuskan ikatan-

ikatan senyawa pada daun kedelai.

Larutan prolin ditambahkan dengan 4ml toluen dikocok dengan

menggunakan vortex selama 15-20 detik. Setelah itu larutan prolin didiamkan

selama 2 jam. Kemudian larutan prolin diukur absorbansinya dengan

menggunakan spektrofotometer pada gelombang 520 nm.

Berdasarkan data hasil pengukuran kandungan prolin dengan

spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm diketahui bahwa nilai

absorbansi tertinggi yaitu pada galur MGL 2805 dan varietas Davros berturut-

turut sebesar 1.266 dan 1.056. Sedangkan nilai absorbansi terkecil yaitu pada

varietas Avoyelles dan galur PI. 203.398 dengan nilai absorbansi sebesar 0.440.

Page 66: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

57

Dengan demikian, galur MGL 2805 dan varietas Davros memiliki konsentrasi

prolin yang lebih tinggi dibandingkan dengan aksesi lainnya. Semakin tinggi

konsentrasi suatu larutan protein maka semakin pekat warna larutan dan semakin

besar nilai absorbansinya.

Tabel 7. Nilai absorbansi kandungan prolin dengan spektrofotometer pada

gelombang 520 nm.

Kode

Aksesi Galur/ Varietas

Nilai absorbansi (A)

Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata

16 Otau 0.877 0.995 0.936

8 F.94 0.567 0.423 0.495

25 Lokal Bali 0.621 0.622 0.622

26 Avoyelles 0.488 0.392 0.440

32 Kacang duduk 0.562 0.645 0.604

35 MGL 2805 1.004 1.527 1.266

37 Colombus 0.943 0.457 0.700

46 York Soybean 0.823 0.604 0.714

49 Orba 0.601 0.710 0.656

60 F.62-3977 0.278 0.434 0.356

70 Kedelai Pasuruan 0.457 0.716 0.587

73 ICA Cili 0.462 0.953 0.708

78 PI. 203.398 0.488 0.392 0.440

79 PI. 305.704 0.443 1.123 0.783

81 Kedelai Bali 0.613 0.531 0.572

87 Kedele Empyek 0.504 0.648 0.576

88 NT. KS No.5 0.559 0.699 0.629

95 Lokal Sumbar 0.358 0.957 0.658

96 Lokal Aceh 0.563 0.434 0.499

98 Hampton 0.767 0.519 0.643

101 Davros 0.487 1.625 1.056

Grb Grobogan 0.978 0.522 0.750

Ta Tambora 0.544 0.707 0.626

Ti Tidar 0.351 0.543 0.447

Wi Wilis 0.454 0.486 0.470

Page 67: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

58

Tingginya akumulasi prolin pada galur MGL 2805 dan varietas Davros

diduga karena prolin pada tanaman dengan ketersediaan air rendah disintesis

sebagai konsekuensi pengaturan osmotik sel dengan meningkatkan kadar senyawa

terlarut dalam sel sehingga potensial osmosis intrasel lebih rendah atau paling

tidak sebanding dengan potensial osmotik medium sekeliling sel. Beberapa hasil

penelitian menunjukkan peningkatan kadar prolin pada kondisi ketersediaan air

rendah diantaranya pada tanaman bayam dan tomat (Umebese et al., 2009) serta

tanaman jagung (Heidari dan Moaveni, 2009).

Terdapat korelasi positif antara akumulasi prolin dengan adaptasi tanaman

terhadap cekaman kekeringan. Akumulasi kompatibel osmolit dapat menurunkan

potensial air di dalam sel sehingga memungkinkan terjadinya pengambilan air

tambahan dari lingkungan dan menjaga mekanisme dari efek kekurangan air

(Mathius dkk, 2001). Menurut Rodriguez et al. (1997) penyesuaian osmosis pada

tanaman dapat membantu menghadapi cekaman air.

Secara umum kadar prolin daun mengalami peningkatan akibat cekaman

kekeringan (Sopandie et al. 1996). Hal ini berkaitan dengan peran yang besar dari

prolin sebagai osmoregulator. Peningkatan kandungan prolin pada tanaman

berhubungan dengan peningkatan periode cekaman kekeringan (Aziz dan Khan

2003). Akumulasi prolin terjadi pada jaringan tanaman sebagai respons terhadap

kekeringan (Stewart dan Voetberg 1985). Dengan demikian dari hasil pengujian

dapat disimpulkan bahwa kedelai galur MGL 2805 dan varietas Davros dapat

dijadikan sebagai tetua untuk perakitan tanaman kedelai toleran kekeringan.

Page 68: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

59

a b

c d

e f

Gambar 8. Pengujian kandungan prolin.

Keterangan: a. penimbangan daun kedelai, b. Penumbukan daun

kedelai, c. Pemasukan filtrat kedelai ke dalam tabung reaksi, f. Hasil

ekstraksi daun kedelai, i. pengocokan dengan vortex, j. pengukuran

absorbansi dengan spektofotometer.

Sumber: Dokumentasi, 2015.

Page 69: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

60

C. Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan suatu alat analisis yang dapat digunakan untuk

mengambil keputusan-keputusan terbaik dalam meningkatkan kualitas dan mutu

suatu lembaga. Tujuan dilakukannya analisis SWOT yaitu untuk mendapatkan

keputusan terbaik dalam penyelesaian permasalahan dengan cara menelusuri

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada pada suatu lembaga.

Dengan demikian, maka akan didapatkan solusi terbaik dalam peningkatan

kualitas dan mutu.

1. Strengths (kekuatan)

Strengths merupakan kekuatan yang berasal dari intenal yang dimiliki

lembaga sebagai modal peningkatan kualitas. Strenghts yang dimiliki BB-Biogen

yaitu hingga tahun 2014 BB-Biogen tercatat sebagai lembaga terbaik dalam

bidang konservasi dan koleksi plasma nutfah di Indonesia. Hal tersebut ditinjau

dari jumlah aksesi dan tiap komoditas yang dimiliki jumlahnya paling banyak

diantara lembaga lainnya baik negeri maupun swasta (lembaga konservasi atau

koleksi benih).

Kekuatan lainnya yaitu varietas dari setiap komoditi yang berhasil dikoleksi

tidak hanya varietas budidaya tetapi juga beberapa varietas liarnya. Keragaman

genetik yang terkoleksi tersebut sangat berguna dan diperlukan dalam rangka

seleksi tanaman dan pemilihan tetua dalam kegiatan pemuliaan tanaman. Jadi

dengan adanya koleksi berbagai varietas di BB-Biogen maka secara tidak

langsung dapat membantu berlangsungnya program kegiatan pemuliaan tanaman

dan bioteknologi.

Page 70: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

61

Selain itu, berbagai fasilitas yang dimiliki oleh BB-Biogen tergolong sangat

baik dan sudah terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional. BB-Biogen

memiliki berbagai laboratorium kerja khusus yang memadai, lahan percobaan

yang cukup luas serta peralatan kerja yang lengkap. Dengan demikian, proses

penelitian dan pengembangan pertanian mulai dari kegiatan konservasi, pemuliaan

tanaman, bioteknologi dan sebagainya dapat ditunjang dengan fasilitas unggul

yang berada di BB-Biogen.

BB-Biogen sebagai salah satu kolektor plasma nutfah tanaman di Indonesia

merupakan sarana utama untuk memperoleh keragaman genetik dalam

mendukung program pemuliaan tanaman dan bioteknologi. Kekuatan-kekutan

yang sudah dimiliki BB-Biogen dapat dijadikan kehandalan lembaga dalam

peningkatan kualitas lembaga. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan,

peran dan fungsi BB-Biogen akan sangat dibutuhkan dalam usaha peningkatan

produktivitas pertanian.

2. Weakness (Kelemahan)

Weaknesses merupakan kelemahan yang dimiliki lembaga yang perlu

ditangani agar hasil produktivitas lembaga tidak menurun. Menurut penulis selain

memiliki beberapa keunggulan atau kekuatan, BB-Biogen juga memiliki beberapa

kelemahan. Kelemahan BB-Biogen yaitu kurangnya perhatian terhadap tanaman

hortikultura dan perkebunan. Berdasarkan data harian penulis, tercatat hingga

tahun 2015 koleksi SDG di BB-Biogen sebanyak 10.840 aksesi meliputi kedelai

888 aksesi, padi 4.116 aksesi, padi liar 94 aksesi, jagung 1.052 aksesi, sorgum 246

aksesi, gandum 83 aksesi, kacang tanah 821 aksesi, kacang hijau 915 aksesi,

Page 71: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

62

kacang tunggak 130 aksesi, kacang bogor 9 aksesi, kacang koro pedang 7 aksesi,

ubikayu 555 aksesi, ubi jalar 1.364 aksesi, talas 245 aksesi, belitung 126 aksesi,

patat 34 aksesi, ganyong 63 aksesi, gembili 17 aksesi, gadung 14 aksesi, ubi

kelapa 20 aksesi, dan suweg 2 aksesi.

Sebagai lembaga yang berperan dalam konservasi tanaman, sebaiknya BB-

Biogen juga melakukan usaha konservasi dan koleksi tanaman hortikultura dan

perkebunan. Hal ini berkaitan dengan banyaknya permintaan baik secara lembaga

atau perorangan yang mencari beberapa komoditas tertentu di luar tanaman

pangan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini salah satunya

adalah mengadakan kerjasama dengan lembaga lain yang memiliki peran dalam

upaya konservasi tanaman hortikultura dan perkebunan seperti Balai Penelitian

Tanaman Sayuran (Balitsa) dan Balai Penelitian Tanaman Perkebunan (Balitbun).

Kelemahan lainnya yaitu kurangnya tenaga kerja teknis di bagian PSDG.

Tenaga kerja teknis di BB-Biogen disebut teknisi. Jumlah teknisi rata-rata tiap

komoditas yaitu dua orang teknisi. Menurut penulis jumlah ini masih sangat

kurang jika dikaitkan dengan banyaknya aksesi dan jenis pekerjaan yang harus

dilakukan. Misalnya, teknisi bertugas melakukan kegiatan rejuvinasi secara rutin

mulai dari persiapan, pengecekan, pengujian, penanaman di laboratorium,

penanaman di lapang, pemeliharaan, panen, hingga benih kedelai disimpan di

ruang penyimpanan. Akibat dari kurangnya jumlah teknisi, seringkali kegiatan

konservasi mengalami penundaan (delay) dari waktu yang telah ditetapkan. Selain

itu, perlakuan benih pascapanen menjadi tidak maksimal sehingga mengakibatkan

benih cepat mengalami kemunduran viabilitas. Salah satu solusi yang dapat

Page 72: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

63

dilakukan untuk mengatasi kelemahan BB-Biogen tersebut yaitu dengan adanya

penambahan jumlah teknisi untuk setiap jenis komoditas. Dengan demikian,

diharapkan dapat mempermudah pekerjaan dan meminimalisir terjadinya

kemunduran viabilitas atau kerusakan benih yang disimpan di BB-Biogen.

3. Opportunities (peluang)

Opportunities merupakan peluang yang dimiliki lembaga guna

meningkatkan produktivitas dari lembaga. Peluang yang dimiliki oleh BB-Biogen

yaitu jaringan kerjasama yang luas. Sampai tahun 2015 BB-Biogen sudah

bekerjasama dengan berbagai instansi, lembaga, perusahaan, dan Perguruan

Tinggi baik baik yang berada di dalam maupun luar negeri. Kerjasama dengan

instansi, lembaga dan perusahaan tersebut dapat berupa kerjasama penelitian,

training maupun kunjungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Lembaga, instansi dan perusahaan yang sudah melakukan kerjamasa

misalnya Badan Litbang Pertanian (KKP3N), Kementerian Riset dan Teknologi,

PT. Syngenta Indonesia, PT. East West Seed Indonesia, PT. BISI Internasional,

Bank Gen NIAS Tsukuba Jepang, International Rice Research Institut (IRRI) dan

sebagainya. Sedangkan kerjasama dengan Perguruan Tinggi, BB-Biogen

membuka peluang bagi mahasiswa Perguruan Tinggi yang ingin melakukan

magang, Praktik Kerja Lapangan (PKL), Kuliah Kerja Profesi (KKP), maupun

penelitian. Dengan jaringan yang kerjasama yang luas tersebut maka akses dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang SDG dan Bioteknologi

dapat berkembang dengan cepat.

Page 73: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

64

Selain itu, peluang lainnya adalah semakin meningkatnya permintaan

varietas unggul di Indonesia. BB-Biogen tercatat sebagai lembaga terbaik dalam

bidang konservasi dan koleksi plasma nutfah di Indonesia. SDG yang tersimpan di

BB-Biogen merupakan faktor utama dan penting dalam perakitan varietas unggul.

Permintaan akan varietas unggul terutama varietas toleran cekaman lingkungan

rawan dapat depenuhi dengan memanfaatkan SDG yang diatunjang dengan

berbagai fasilitas yang ada di BB-Biogen. Dengan demikian, usaha untuk

perakitan varietas unggul dapat dilaksanakan dengan mudah dan lancar.

4. Threats (ancaman)

Threats merupakan ancaman atau tantangan bagi suatu lembaga yang perlu

diwaspadai agar tidak mempengaruhi produktivitas dari lembaga. Ancaman yang

perlu diwaspadai BB-Biogen yaitu adanya kontroversi di kalangan masyarakat

terhadap produk tanaman transgenik bagi keseimbangan alam, kesehatan manusia

dan perekonomian global. Tanaman transgenik merupakan salah satu produk hasil

bioteknologi dimana tanaman telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies

tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya. Tanaman transgenik yang

berhasil dirakit oleh BB-Biogen diantaranya padi dan kedelai transgenik toleran

cekaman biotik dan abiotik. Berdasarkan hal tersebut, maka untuk mewaspadai

ancaman tersebut diperlukan pengujian yang selektif keamanan produk transgenik

sebelum disebarluaskan. Pengujian tersebut berupa pengujian keamanan ekologi

lingkungan, keamanan bagi konsumen produk, keamanan bagi keseahatan

manusia, keamanan bagi lingkungan sosial masyarakat serta keamanan bagi

perekonomian global.

Page 74: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

65

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. BB-Biogen merupakan salah satu lembaga di bawah badan litbang

pertanian yang bertugas melaksanakan penelitian dan pengembangan

(litbang) bioteknologi dan sumber daya genetik (SDG) pertanian yang

memiliki empat kelompok peneliti (Kelti) yaitu Kelti Pengelolaan Sumber

Daya Genetik, Kelti Biokimia, Kelti Biologi Sel dan Jaringan dan Kelti

Biologi Molekuler.

2. Salah satu kegiatan pengadaan benih kedelai bermutu di PSDG BB-

Biogen yaitu rejuvinasi atau peremajaan viabilitas benih sehingga SDG

yang terkoleksi tetap memiliki mutu yang tinggi. Persiapan rejuvinasi yang

dilakukan selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan yaitu pengujian

bobot 100 butir benih kedelai, pengujian daya kecambah dan pengujian

kandungan prolin untuk seleksi benih kedelai toleran kekeringan.

3. Permasalahan teknis dan manajerial yang dihadapi oleh PSDG BB-

Biogen yaitu kurangnya tenaga kerja teknisi yang mengelola SDG.

B. Saran

Sebaiknya saat pelaksanaan pengujian kandungan prolin untuk seleksi

genotip toleran kekeringan dilakukan pengukuran absorbansi filtrat dengan

spektrofotometer dengan spesifikasi tertentu pada gelombang 520nm sehingga

dihasilkan data absorbansi yang lebih akurat dan valid.

Page 75: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

66

DAFTAR PUSTAKA

Adie, M. M. dan A. Krisnawati. 2007. Biologi Tanaman Kedelai hal 45-73.

Dalam Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, H. Kasim. Kedelai:

Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Bogor.

Bates, L.S., R.P. Waldren, I.D. Teare. 1973. Rapid determination of free proline

water stress studies. Plant Soil. 39:205-207.

Byrd, H.W. 1983. Pedoman Teknologi Benih. Diterjemahkan oleh Emid Hamidin.

PT. Pembimbing Masa, Jakarta.

Copeland, L. O. and M.B. Mc. Donald. 1985. Principles of Seed Science and

Technology. Burgess Publishing Company, New York. 369 p.

Copeland, L.O. and M.B. McDonald. 2001. Principle of Seed Science and

Technology. 4th ed. Kluwer Academic Publisher, Massachusetts.

Departemen Pertanian. 2000. Teknologi Produksi Benih Kedelai. Loka Pengkajian

Teknologi Pertanian Koya Bara. Irian Jaya.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2014. Road Map Peningkatan Produksi

Kedelai Tahun 2010-2014. Kementerian Pertanian, Jakarta.

Heidari, Y. and P. Moaveni. 2009. Study of Drought Stress on Aba Accumulation

and Proline among in Different Genotypes Forage Corn. Research Journal

Of Biological Sciences 4 (10) : 1121 - 1124.

Hidajat, O. O. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai, hal. 73-86. Dalam

Somaatmadja, S., M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung dan

Yuswadi, (eds). Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Pangan, Bogor.

Irwan, A. W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glicyne max (L.) Merr.).

Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, Jatinangor.

Justice, O. L. dan L. N. Bass. 2002. Prisip dan Praktek Penyimpanan Benih.

Rajawali Press, Jakarta.

Kusumo, Surachmat et al. 2002. Pedoman Pembentukan Komisi Daerah dan

Pengelolaan Plasma Nutfah. Departemen Pertanian Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian Komisi Nasional Plasma Nutfah, Bogor.

Page 76: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

67

Kuswanto, H. 1996. Analisis Benih. Andi Offset, Yogyakarta.

Liu, W.F., S.T. Ho, Y.H. Chen, W.S. Chen. 1987. Relationship between free

proline accumulation in leaves and yields of sugarcane varieties under

drought. Plant Growth Regulation. 20:157-166.

Marwoto, P. 2005. Pengembangan Kedelai di Lahan Sub-Optimal. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Mathius, N.T., G. Wijana, E. Guharja, H. Aswindinnoor, Y. Sudirman, dan

Subronto. 2001. Respon Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

terhadap Cekaman Kekeringan. Menara Perkebunan. 69 : 29 - 45.

Muschick, M. 2010. The evolution of seed testing. Hal. 3-7. Dalam: M. Muschick,

P. Muschick, dan J. Taylor (Eds.). Seed testing international. ISTA News

Bulletin No. 139.

Pramono, E. 2009. Penuntun Praktikum Teknologi Benih. Universitas Negeri

Lampung, Bandar Lampung.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 1985. Kedelai. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Rodriguez, H.G., K.M. Roberts, W.J. Jordan, and M.C. Drew. 1997. Growth,

water relations and accumulation of organic and inorganic solutes in roots of

maize seeding during salt stress. Plant Physiol. 13 : 881 - 882.

Rukmana, R. dan Y. Yuniarsih. 1995. Kedelai Budidaya dan Pasca Panen.

Kanisius, Jakarta.

Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Grasindo, Jakarta.

Shanmugasundaram, S. dan Sumarno. 1993. Glycine max (L.) Merr., hal. 43-50.

Dalam Maesen, L.J.G. van der dan S. Somaatmadja. PROSEA Sumber

Daya Nabati Asia Tenggara 1. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Suhartina. 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-Kacangan dan Umbi-

Umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian,

Malang.

Sumarno dan A. G. Manshuri. 2007. Persyaratan Tumbuh dan Wilayah Produksi

Kedelai di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Pangan, Bogor.

Sumarno dan Hartono. 1983. Kedelai dan Cara Bercocok Tanam. Pusat Penelitian

Tanaman Pangan, Bogor.

Page 77: LAPORAN PKL ACC BISMILAH

68

Sunantora, I M. 2000. Teknik Produksi Benih Kedelai. Instalasi Penelitian dan

Pengkajian Teknologi Pertanian, Denpasar.

Suprapto, H.S. 2001. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Tangendjaja, B., Yusdja, Y. & Ilham, N. 2003. Analisis Ekonomi Permintaan

Jagung untuk Pakan. Dalam Karsyo et al. (Eds.). Ekonomi Jagung

Indonesia. Badan Litbang Pertanian. Dalam Sumarno, Suyamto, Widjono,

A., Her-manto, K. H, (Eds). Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

(pp. 1-27) Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pertanian, Bogor.

Thompson, J.A., R.L. Nelson, and L.O. Vodkin. 1998. Identification of diverse

soybean germplasm using RAPD markers. Crop sci. 38: 1348-1355.

Tjitrosoepomo, G. 2000. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University

Press,Yogyakarta.

Umebese, C.U., T.O. Olatimilehin, and T.A. Ogunsusi. 2009. Salicylic acid

protects nitrat reductase activity, growth and proline in amaranth and tomato

plants during water deficit. American Journal of Agricultural andBiological

Sciences 4 (3) : 224 - 229.

Viera, R. D., D. M. Tekrony, D. B. Egli and M. Rucker. 2001. Electrical

Conductivity of Soybean Seeds After Storage in Several Environments. Seed

Science and Technology. 29. 599-608.

Yogyakarta.

Zanzibar, M. 2009. Kajian metodeuji cepat sebagai metode resmi pengujian

kualitas benih tanaman hutan di Indonesia. Jurnal Standarisasi, Badan

Standarisasi Nasional 11 (1): 38-45.