laporan kegiatan badan ketahanan pangan bulan juli …
TRANSCRIPT
LAPORAN KEGIATAN
BADAN KETAHANAN PANGAN
BULAN JULI 2019
BADAN KETAHANAN PANGAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2019
i
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya laporan kegiatan Badan Ketahanan
Pangan bulan Juli Tahun 2019 telah dapat kami selesaikan.
Secara garis besar laporan ini memberi gambaran kinerja Badan ketahanan
Pangan selama Bulan Juli 2019, yang merupakan salah satu pertanggungjawaban
pelaksanaan Program dan Kegiatan dalam rangka mendukung peningkatan
Diversifikasi dan Pemantapan Ketahanan Pangan.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak atas tersusunnya laporan
ini. Saran perbaikan untuk peningkatan kinerja Badan Ketahanan Pangan sangat
kami harapkan.
Akhir kata semoga Laporan Kegiatan Badan Ketahanan Pangan Bulan Juli Tahun
2019 ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan dalam Peningkatan Diversifikasi dan Pemantapan Ketahanan
Pangan.
Kepala Badan Ketahanan Pangan,
Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng Nip.196108021989031011
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
1
I. TTIC SERAP AYAM PETERNAK MANDIRI UNTUK DONGKRAK HARGA
Anjloknya harga ayam hidup ditingkat peternak khususnya yang terjadi di
Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat menjadi berita yang kurang
menyenangkan sejak beberapa minggu diakhir Juni 2019. Akibat anjloknya harga
ayam hidup tersebut, banyak peternak mandiri menghentikan usahanya, bahkan
menjual kandang miliknya karena tidak sanggup lagi mengatasi mahalnya biaya
berternak ayam ras.
Merespon masalah tersebut, TTIC bergerak cepat turut melindungi peternak
ayam, khususnya peternak mandiri yang masih bertahan menekuni usahanya
dengan melakukan pembelian ayam hidup. Kehadiran TTIC melalui kerjasama
pembelian ayam hidup bertujuan agak peternak mandiri menjadi bergairah lagi
menjalanui usahanya.
Kerjasama ini melibatkan Perhimpunan Peternak Unggas Nasional ( PPUN)
Kabupaten Bogor yang menghimpun dan mengatur penjualan ayam peternak
mandiri serta pemilik Rumah Potong Ayam (RPA) dan blast freezer sehingga
TTIC menyalurkan ayam beku dari peternak mandiri di TTIC Jakarta dan Bogor,
serta ke outlet-outlet Toko Tani Indonesia (TTI) yang tersebar di Jabodetabek.
Pada tahap awal yaitu hari Selasa tanggal 2 Juli, TTIC telah menyerap 1,5
ton ayam hidup atau setara dengan 1 ton ayam beku yang dibeli langsung dari
peternak ayam mandiri di peternakan rakyat Kecamatan Ciseeng, Kabupaten
Bogor Jawa Barat. Pembelian ayam ras di peternak sesuai harga acuan
pemerintah (HAP Permendag 96/2018) sebesar Rp 18.000 - Rp 20.000/kg ayam
hidup, tergantung besaran ayam, jauh diatas harga pasar untuk wilayah Jawa
Barat yang saat itu berkisar Rp 10.000-Rp 15.000/kg. Pembelian tersebut terus
berlanjut dan tidak hanya di kabupaten Bogor, namun juga ke daerah-daerah
lainnya sampai harga di peternak sesuai stabil dan sesuai HAP.
Komitmen membantu peternak ayam secara tegas disampaikan oleh Kepala
BKP, ditegaskan bahwa MoU kerjasama dengan peternak mandiri di sekitar
Bogor harus dapat terlaksana, hal tersebut selain membantu peternak juga dapat
secara kontinyu bisa mengisi kebutuhan ayam broiler di TTIC dan outlet
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
2
TTI sekitar Jobodetabek. Selain itu BKP akan mendorong TTIC di propinsi sentra
peternakan ayam seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan DIY untuk melakukan hal
serupa. Dengan demikian peternak akan mendapat keuntungan yang layak dari
usahanya, dan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan ayam dengan harga
yang terjangkau. BKP juga menjamin bahwa pembelian ayam di peternak sesuai
HAP, dan harga ayam di TTIC dan TTI lebih murah dari harga pasar karena
memotong rantai distribusi.
Pemilik peternakan ayam pun menyambut baik rencana kerja sama ini
karena mereka memperoleh harga jual yang lebih menguntungkan, serta
mendapat jaringan pasar baru disamping pasar yang mereka punyai selama ini.
Kepedulian pemerintah menumbuhkan semangat para peternak untuk
meneruskan kembali usahanya, mereka berharap kerjasama yang saling
menguntungkan akan terus berjalan
Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, sebagai penanggungjawab
TTIC turut memperkuat yang disampaikan Kepala BKP bahwa kerjasama ini
sebagai bentuk peduli pemerintah terhadap usaha peternakan mandiri yang saat
ini harus bersaing hidup dengan peternak milik perusahaan dan sebagai pihak
yang paling terpuruk merasakan dampak penurunan harga ayam, dan berharap
kerjasama yang dibangun peternak mandiri dengan TTIC akan berjalan lancar
dan memberikan dampak positif bagi peternak ayam mandiri agar mereka bangkit
lagi serta bersemangat lagi menjalankan usahanya. Dengan demikian TTIC dan
TTI mendapat jaminan pasokan daging ayam, peternak mendapatkan harga
sesuai HAP, dan konsumen mendapat harga yang wajar, karena ayam langsung
dibeli dari peternak sehingga memutus rantai pemasaran.
II. KUNJUNGAN KEPALA PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN KE WILAYAH PELAKSANA PENGEMBANGAN KORPORASI USAHA (PKU)
1. DESA PENDUA, KAYANGAN, LOMBOK UTARA.
Kegiatan Pengembangan Korporasi Usahatani (PKU) yang diinisiasi BKP
mempercepat recovery petani pasca gempa di Lombok Utara Nusa Tenggara
Barat. Kehadiran PKU di Lombok Utara tidak saja mampu memotivasi petani
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
3
untuk bangkit dari keterpurukan akibat gempa bumi tahun lalu, tetapi juga
mampu memberikan harapan dan optimisme bagi petani dan masyarakat.
Kegiatan PKU dirancang untuk mengentaskan daerah rentan rawan
pangan, dengan tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Melalui PKU kegiatan usahatani dari hulu sampai hilir akan disentuh, sehingga
nilai tambah dan keuntungan yang dinikmati petani semakin besar.
Tahun 2019 Provinsi NTB menjadi satu satunya provinsi yang
mendapatkan 2 lokasi kegiatan PKU. Hal ini menunjukkan keseriusan upaya
pemerintah meningkatkan kesejahteraan petani. Atas pemilihan tersebut
pemerintah kabupaten dan masyarakat setempat berterimakasih kepada BKP
dan berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan itu dengan sebaik-baiknya
sehingga tujuan kegiatan dapat tercapai serta berkelanjutan.
Pada saat kunjungan Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
di daerah pelaksana PKU di Lombok Utara pada hari Rabu tanggal 3 Juli
2019, ketua Gapoktan Desa Pendua Kecamatan Kayangan, Kabupaten
Lombok Utara menyatakan bahwa Program PKU ini sangat tepat dan sangat
menolong anggotanya, apalagi mereka baru saja mendapat musibah bencana
alam, meningat dalam PKU bimbingan diberikan mulai dari hulu sampai hilir
sehingga membuat mereka optimisme dapat menjangkau masa depan dengan
lebih baik, untuk itu mereka semangat melakukan kegiatan sesuai dengan
arahan dan bimbingan yang diberikan.
Gapoktan Serumpun Desa Pendua sebagai pelaksana PKU terdiri Lima
kelompok tani yang membudidayakan komoditas bawang merah, cabai, dan
tomat. Sebagian produk yang dihasilkan petani diolah oleh gapoktan menjadi
pangan olahan seperti manisan tomat, bubuk cabai dan grading sayuran.
Atas semangat dan antusiasme petani dan masyarakat setempat
terhadap kegiatan PKU, Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
memberikan apresiasi, dan berharap agar kegiatan-kegiatan yang telah
dibangun melalui PKU dikelola dengan baik dengan melibatkan semua unsur,
sehingga bisa berkembang dan berkelanjutan sehingga kesejahteraan petani
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
4
terus meningkat dari tahun ketahun dan akhirnya daerah pelaksana PKU
menjadi wilayah tahan pangan dapat terwujud.
2. DI DESA SEMBALUN, LOMBOK TIMUR
Berdasarkan analisis Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA), Desa
Sembalun Lombok Timur merupakan salah satu daerah yang tergolong dalam
kategori rentan pangan, dalam rangka meningkatkan status ketahanan
pangan, kemandirian pangan dan kesejahteraan petani, BKP melaksanakan
kegiatan PKU diwilayah tersebut.
Dalam kunjungannya ke Gabungan Kelompok Tani Lendak Kuta Desa
Sembalun, Kec. Sembalun, Lombok Timur NTB pada hari Selasa tanggal 2
Juli, Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan menyampaikan
bahwa intervensi yang dilakukan PKU mencakup komponen on farm dan off
farm termasuk kelembagaan, regulasi dan pasar lintas sektor secara
terintegrasi dalam kelompok dalam bentuk koorporasi. Ditambahkan bahwa
kegiatan PKU tidak saja bertujuan meningkatkan produktivitas komoditas tapi
juga harus menghasilkan produk turunannya yang mampu menembus pangsa
pasar lebih luas sehingga memberi nilai tambah dan keuntungan lebih besar
bagi anggota gabungan kelompok tani. Untuk mendukung pemasaran produk
olahan yang lebih luas dan semakin berkembang gapoktan dituntut untuk
menjadi lembaga usaha berbadan hukum., peningkatan produktivitas
gapoktan diharapkan berdampak pada peningkatan kesejahteraan dan
pengentasan kemiskinan.
Gapoktan Lendak Kuta desa Sembalun bergerak dalam budidaya dan
pengolahan bawang putih dan kentang, mereka meyakini usaha yang
dikelolanya akan berkembang dan memiliki prospek cukup menjanjikan,
disampaikan bahwa kunjungan pusat memotivasi untuk lebih giat bekerja.
Saat ini Gapoktan sudah memproduksi olahan bawang putih berupa black
garlic (bawang putih hitam). ,
Seiring dengan semakin dikenalnya Kawasan Sembalun menjadi
destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri,
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
5
maka peluang pengembangan produk “oleh-oleh” yang memiliki ciri khas lokal
diharapkan semakin berkembang.
Pada kesempatan tersebut Kepala Pusat ketersediaan dan Kerawanan
Pangan menyatakan bahwa pengembangan usaha budidaya kentang dan
bawang putih sampai kepada produk olahan dalam kemasan (hulu sampai
hilir) yang dilakukan Gapoktan Lendak Kuta desa Sembalun dapat menjadi
peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Karena itu, PKU di desa ini
diharapkan bisa direplikasi didaerah lainnya.
III. TTIC/TTI KEMENTAN MERESPON CEPAT STABILKAN HARGA CABAI
Pergerakan harga cabai merah keriting dan cabai rawit merah sejak minggu
terakhir Juni terpantau masih cukup tinggi. Berdasarkan informasi di portal Info
Pangan Jakarta per 5 Juli 2019, rerata harga cabai merah keriting Rp 63.000/kg
dan cabai rawit merah Rp 59.000/kg.
Mencermati kondisi tersebut, TTIC Kementerian Pertanian melakukan respon
cepat untuk meredam dan mengendalikan harga cabai dengan menggelar Pasar
Cabai Murah di TTIC Pasar Minggu Jakarta dan TTIC Bogor, serta di 30 outlet
Toko Tani Indonesia (TTI) yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang.
TTIC/TTI merupakan outlet gapoktan yang memiliki peran strategis dalam
menyalurkan harga pangan yang wajar ke masyarakat menengah ke bawah.
Lokasi TTI yang tersebar di sekitar pemukiman masyarakat memungkinkan dapat
langsung menyentuh konsumen akhir dan tepat sasaran. TTIC/TTI merupakan
instrumen dalam upaya stabilisasi harga pangan yang digagas BKP Kementan.
Saat ini di Indonesia sudah ada 32 TTIC yang tersebar di 32 provinsi dan 3.899
TTI.
Pelepasan Gelar Pasar Cabai Murah dilakukan oleh Kepala BKP di Pasar
Minggu Jakarta pada hari Minggu tanggal 7 Juli 2019. Kepala BKP berharap gelar
pasar murah yang dilaksanakan dapat menurunkan dan menstabilkan kembali
harga cabai yang terus naik. Pada kesempatan tersebut Kepala BKP
mengingatkan kepada Kepala Dinas Ketahanan Pangan di daerah untuk selalu
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
6
memantau perkembangan harga pangan pokok dan melakukan langkah-langkah
stabilisasi harga bila harga bergejolak, sehingga dapat menekan dampak inflasi
dan membantu masyarakat mendapatkan harga yang wajar. Selain di TTIC
Jakarta dan Bogor gelar pasar cabai murah juga dilaksanakan di propinsi yang
harganya masih tinggi.
Dalam gelar pasar murah tersebut harga cabai merah keriting yang dijual
sebesar Rp 35.000/kg dan harga cabai rawit merah sebesar Rp 36.000/kg,
sedangkan harga dipasar pada saat itu adalah Rp. 65.000/kg untuk cabai merah
keriting, dan Rp. 55.000/kg untuk cabai rawit.
Pada hari pertama gelar pangan murah tersebut volume cabai yang
disediakan sebanyak 2 ton, dan pada hari berikutnya 1 ton, namun demikian
menurut Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan BKP yang merupakan
penanggung jawab TTIC/TTI, pasokan cabai akan terus diupayakan sampai
harga stabil. Stok cabai diperoleh langsung dari gapoktan PUPM cabai binaan
Kementan, sehingga disparitas harga di produsen dengan pedagang bisa ditekan,
dengan harga lebih rendah dari pasar sehingga masyarakat merasa terbantu.
Dalam gelar pasar murah cabai di TTIC/TTI ini antusiasme masyarakat
cukup tinggi untuk berbelanja walaupun harus antri, masyarakat merasa senang
dengan dilaksanakannya gelar cabai murah melalui TTIC/TTI, karena mereka
dapat memperoleh cabai dengan kualitas yang bagus, fresh, tetapi dengan harga
yang hanya setengahnya dari harga dipasar. Hal yang sama juga ditunjukan oleh
pengelola TTI, yang bersemangat dan penuh komitment membantu memasarkan
bahan pangan strategis dengan harga yang telah ditetapkan TTIC. Mereka
menyampaikan bahwa masyarakat sangat terbantu dengan even yang digelar
melalui TTIC/TTI. Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan BKP pada hari
Sabtu tanggal 13 Juli 2019 menjelaskan, pihaknya melakukan gelar cabai murah
sampai harga stabil. Hal ini dilakukan, karena dari pantauan yang dilakukan,
harga cabai di beberapa pasar Jabodetabek, belum beranjak turun, baik di tingkat
petani maupun pedagang. Harga cabai merah keriting rata-rata nasional di
tingkat produsen hari ini Rp. 41.750/kg, cabai rawit merah Rp.33.800/kg.
Sedangkan di Pasar DKI, harga cabai merah keriting rata-rata Rp 65.276/kg dan
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
7
cabai rawit merah 66.361/kg, melalui Gelar Cabai Murah, TTI menjual dengan
harga Rp 35.000/kg untuk cabai merah kerting dan cabai rawit merah.Kementan
bisa menjual harga cabai dengan harga murah dan masih fresh, karena
bekerjasama dengan gabungan kelompoktani
Gelar pasar cabai murah terus dilakukan di Jabodetabek dan kota besar
lainnya yang mengalami gejolak harga cabai, sampai harga stabil kembali. Hal
tersebut menjadi salah satu peran aktif TTIC/TTI dalam menjaga kestabilan harga
pangan yang berkontribusi dalam menurunkan inflasi.
IV. KEPALA BKP KEMENTAN PANEN SAYURAN DI OBOR PANGAN LESTARI (OPAL) TTIC
Usai melepas gelar cabai murah dalam rangka meredam potensi gejolak
harga cabai yang semakin pedas di TTIC Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada
hari Minggu tanggal 7Juli 2019, Kepala BKP melakukan panen sayuran di OPAL
TTIC. Saat ini lahan di TTIC dioptimalkan sebagai demplot dan percontohan bagi
masyarakat luas dalam rangka Optimalisasi Pekarangan dalam pemenuhan
kebutuhan pangan rumah tangga.
Kegiatan yang dikemas dengan nama Obor Pangan Lestari (OPAL) ini
memiliki misi agar masyarakat dengan lahan sekecil apapun dapat berbudidaya
berbagai tanaman.
Pada panen sayuran di kebun percontohan OPAL TTIC Pasar Minggu
tersebut Kepala BKP didampingi Sekretaris BKP dan Kepala Pusat Distribusi
Dan Cadangan. Kepala BKP menyatakan bahwa pemanfaatan lahan pekarangan
sebagai area pertanaman sangat perlu dilakukan sebagai pendukung pemenuhan
sumber pangan dan gizi keluarga. Pada area pertanaman dapat dibudayakan
aneka ragam sayuran, buah, dan ikan serta tanaman toga. Ditambahkan juga
bahwa aktivitas pertanaman sangat bagus untuk dapat dijadikan sebagai promosi
kepada masyarakat yang berkunjung ke TTIC dalam pemanfaatan lahan
pekarangan.
Kegiatan OPAL diselenggarakan oleh seluruh unit Kerja Eselon I lingkup
Kementerian Pertanian, UPT Lingkup Kementerian dan Dinas Provinsi Dan
Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang pertanian
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
8
dan/atau pangan. Pelaksanaan kegiatan OPAL disesuaikan dengan sumberdaya
lokal serta karakteristik wilayah.
V. BKP MENERIMA KUNJUNGAN DPRD SUMATERA BARAT.
Kunjungan Pimpinan dan Anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat ke BKP
pada hari Selasa tanggal 9 Juli 2019, diterima oleh Kepala Pusat Distribusi dan
Cadangan Pangan BKP, dilakukan untuk mendiskusikan Raperda Cadangan
Pangan Pemerintah Daerah.+
Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) memiliki peran strategis
dalam penyediaan pangan untuk penanganan bencana, kerawanan pangan,
kondisi darurat serta menjaga stabilisasi harga pangan di daerah.
Salah satu kelebihan CPPD adalah apabila terjadi bencana alam atau sosial
dalam skala kecil dan bersifat lokal, pemerintah daerah dapat langsung
menyalurkan bantuan kepada korban bencana. Meskipun pemerintah daerah
memiliki kewenangan dalam memanfaatkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP)
yang ada di Bulog, yaitu untuk provinsi sebesar 200 ton dan kabupaten/kota 100
ton dalam rangka penanganan tanggap darurat, namun dalam proses
pengeluarannya diperlukan persetujuan pemerintah pusat yang disertai dengan
penetapan status tanggap darurat. CPPD dapat menjadi bantuan pangan tanggap
darurat pertama sebelum turunnya bantuan beras dari CBP.
Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan menginformasikan
sesuai dengan yang telah diamanatkan dalam UU No 18 Tahun 2012 Tentang
Pangan pada Pasal 23 bahwa untuk mewujudkan Kedaulatan Pangan,
Kemandirian Pangan, dan Ketahanan Pangan, Pemerintah menetapkan
Cadangan Pangan Nasional, yaitu: Cadangan Pangan Pemerintah; Cadangan
Pangan Pemerintah Daerah; dan Cadangan Pangan Masyarakat.
Sesuai PP No 17 Tahun 2015 Pasal 5 dan 13 bahwa Cadangan Pangan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah berupa pangan pokok tertentu ditetapkan
berdasarkan jenis dan jumlahnya oleh Kepala Lembaga Pemerintah, Gubernur,
Bupati/Walikota dan Kepala Desa.
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
9
Mengingat mayoritas masyarakat di Indonesia mengkonsumsi beras sebagai
pangan pokok, dalam pengelolaan cadangan pangan pemerintah daerah dalam
penentuan besaran jumlah cadangan pangan yang ideal dimiliki oleh provinsi
maupun kabupaten/kota telah ditetapkan Permentan 11/2018 tentang Penetapan
Jumlah Cadangan Beras Pemerintah Daerah.
Ditekankan lebih lanjut, dalam mengatur Cadangan Pangan Pemerintah
Daerah dan keberlanjutan pengelolaannya, sebaiknya diatur dalam Peraturan
Daerah, sedangkan pelaksanaannya dapat bekerjasama melalui Bulog atau
BUMD, oleh karena itu seharusnya Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota
harus mengalokasikan APBD untuk pengadaan, pengelolaan dan penyaluran
CPPD. CPPD ditetapkan secara berkala dengan memperhitungkan tingkat
kebutuhan. Pengadaan Cadangan Pangan Pemerintah diutamakan melalui
pembelian Pangan Pokok produksi dalam negeri, terutama pada saat panen raya.
Berdasarkan Permentan No. 11/2018 kebutuhan ideal cadangan beras
daerah setiap provinsi (pemda provinsi ditambah pemda kabupten/kota) adalah
0,5% dari jumlah penduduk dikali konsumsi perkapita dibagi 1000. Cadangan
beras yang harus dimiliki Pemda Provinsi sebesar 20 % dari cadangan beras
daerah provinsi, dan sisanya 80 % di Pemda Kabupaten/kota yang besar
cadangan berasnya di masing-masing kabupaten/kota sesuai proporsi jumlah
penduduknya. Untuk provinsi Sumatera Barat idealnya cadangan beras daerah
yang dimiliki sebesar 2.938 ton, terdiri dari 588 ton tanggungjawab pemda
provinsi, dan sisanya pemda kabupaten/kota.
Selain Cadangan Pangan Pemerintah dan Cadangan Pangan Pemerintah
Daerah (Provinsi dan Kabupaten) perlu didorong pembentukan Cadangan
Pangan Desa yang selama ini masih belum terimplementasikan dengan baik.
Dengan adanya Dana Desa, Cadangan Pangan Pemerintah Desa dapat lebih
mudah direalisasikan oleh Pemerintah Desa. Namun demikian perlu dukungan
kebijakan dari kementarian terkait.
Sampai saat ini daerah yang telah mengalokasikan CPPD sebanyak 25
Pemda Provinsi, dan 206 Pemda kabupaten/kota. Masih terdapat 308 Pemda
kabupaten/ kota yang belum mengalokasikan CPPD, dan 9 Pemda provinsi yaitu
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
10
di Bali, DKI. Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Sulawesi Tenggara,
Maluku Utara, dan Papua Barat.
VI. BKP MENGGELAR LOMBA MEWARNAI
Dalam rangka Dalam rangka memperkenalkan pemanfaatan pekarangan
sejak usia dini, pada peringatan Hari Krida Pertanian tahun 2019, Badan
Ketahanan Pangan menyelenggarakan kegiatan Lomba Mewarnai tingkat TK
pada tanggal 12 Juli 2019 di Gedung Pusat Informasi Agribisnis Kementerian
Pertanian, Jakarta.
Lomba diikuti oleh 60 siswa/i TK dengan tema “pemanfaatan lahan
pekarangan”. Tema ini diusung untuk mengenalkan sedini mungkin kepada anak
anak tentang potensi lahan pekarangan untuk ditanami aneka sumber pangan
keluarga.
VII. RAPAT PIMPINAN BKP
Rapat Pimpinan (RAPIM) BKP dilaksanakan pada hari senin tanggal 15 Juli
2019 di Ruang Rapat Nusantara II Lt 4. Rapat secara khusus membahas tentang
penyediaan informasi publik serta pemberian pelayanan terhadap pemohon
informasi. Rapim dipimpin oleh Kepala BKP dan diikuti oleh seluruh pejabat BKP
(ES II, III dan IV).
Di era keterbukaan ini, setiap Badan Publik wajib menyediakan informasi
publik dan memberikan pelayanan kepada pemohon. Hal ini sesuai amanat
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2018 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(IP).
BKP sebagai Badan Publik sudah sejak lama memberikan pelayanan
informasi publik (IP) kepada pemohon, baik secara online maupun datang
langsung ke layanan informasi publik di Kantor Pusat Kementan Ragunan.
Namun demikian pelayanan tersebut harus terus ditingkatkan sehingga pemohon
tidak merasa kesulitan mendapatkan informasi dibutuhkannya. Terkait dengan hal
tersebut Kepala BKP menginstruksikan untuk memperbaiki pengelolaan IP,
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
11
sehingga pelayanan kepada pencari informasi yang dikuasai BKP dapat berjalan
dengan baik.
Pada Rapim tersebut ditekankan bahwa semua pejabat harus memahami
kewajibannya dalam menyediakan informasi publik, sehingga jika ada pemohon
yang meminta IP harus dilayani dan diberikan, ditambahkan pula sepanjang
informasi yang diminta pemohon kita kuasai, harus diberikan.
Perbaikan tampilan layanan akses informasi publik di Web BKP dan
kelengkapan substansi juga terus dilakukan, sehingga tidak hanya menarik dan
mudah diakses tetapi juga dapat memenuhi kebutuhan informasi pemohon terkait
dengan informasi BKP. Selain Web BKP, pelayanan bagi pengunjung yang
langsung datang ke kantor juga ditingkatkan.
Diinformasikan pemohon yang membutuhkan pelayanan informasi publik
secara online dapat diakses melalui situs bkp.ppid.pertanian.go.id sedangkan jika
ingin datang langsung ke kantor, bisa langsung meluncur ke Layanan Informasi
Publik di Kantor BKP di Gedung E Kanpus Kementan lantai 6. Pelayanan
informasi publik dilaksanakan dari jam 09.00 sampai jam 15.00.
VIII. KEPALA BKP MENGHADIRI PERESMIAN TTIC SUMATERA BARAT
Untuk menjaga pasokan dan stablitasi harga pangan, peranan TTIC
Kementan dianggap sangat strategis, karena mampu mempengaruhi harga
pangan. Hal tersebut mendorong Pemda Sumatera Barat untuk membangun
TTIC modern dengan dana APBD.
Kepala BKP memberikan apresiasi yang tinggi kepada Gubernur Sumatera
Barat yang telah menginisiasi pembangunan dan pengembangkan TTIC dengan
biaya APBD agar stok dan harga pangan bisa terkontrol setiap saat.
Peresmian TTIC di Sumatera Barat dilakukan oleh Gubernur Sumbar pada
hari Rabu tanggal 17 Juli 2019 di Padang. Peresminan dihadiri oleh Kepala BKP,
Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, serta pimpinan Satuan Kerja
Pemerintah Daerah (SKPD) di wilayah Sumbar termasuk Kepala Dinas Pangan,
Bank Indonesia, perangkat pimpinan daerah, gabungan kelompok tani dan
undangan lainnya.
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
12
Gubernur Sumbar dalam sambutannya mengatakan bahwa dibangunnya
Rumah Inflasi, atau UPTD Distribusi, Pasokan dan Akses Pangan yang disebut
TTIC tersebut karena terinspirasi dengan TTI yang dibangun Kementan.
Diharapkan dengan dibangunnya TTIC selain masyarakat mudah mengakses
pangan, dan produsen tetap memperoleh keuntungan, juga dapat berpengaruh
terhadap tingkat inflasi, karena harga pangan yang stabil. Gubernur juga
menekankan dengan sungguh-sungguh bahwa harga pangan yang dijual di TTIC
harus lebih murah dibanding harga ditempat lain, karena barang yang dijual
diperoleh langsung dari petani/produsennya, sehingga rantai distribusinya sudah
lebih pendek.
Pada kesempatan yang sama Kepala BKP menyampaikan bahwa TTIC di
Sumbar luar biasa karena selain mempunyai gedung permanen yang ditata
dengan bagus, komoditas pangan yang dijual beragam, juga dilengkapi dengan
fasilitas modern. Hal tersebut perlu dicontoh daerah lainnya.
Dibangunnya TTIC dan dibentuknya Unit Pelaksana Teknis Distribusi,
Pasokan dan Akses Pangan di Sumatera Barat, menandakan tingginya komitmen
Gubernur dalam membangun ketahanan pangan wilayah. Melalui TTIC yang
dibangun dan dikelola dengan baik diharapkan ketahanan pangan daerah
semakin mantap, karena pemerintah dapat mengintervensi ketika harga pangan
tinggi melalui operasi pasar dan melakukan pembelian langsung kepada petani
ketika harga jatuh. Dengan cara ini, akses pangan masyarakat bisa terpenuhi,
petani mendapatkan untung, dan inflasi dari pangan bisa terkendali.
TTIC yang dikelola Dinas Pangan ini berlokasi di Jl. Bypass KM 15 Aie
Pacah, Kota Padang. Fasilitas yang tersedia antara lain bangunan TTIC 2 lantai,
2 unit cold strorage kapasitas 10 ton (untuk daging) dan kapasitas 8 ton (untuk
sayuran), 6 mobil box, 18 mitra kerja TTIC (Vendor) serta gudang penyimpanan.
Dalam peresmian TTIC ini juga diadakan Gelar Pangan Murah Cabai Merah
Keriting dengan harga Rp.40.000,-/kg, serta komoditi pangan strategis lainnya.
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
13
IX. KUNJUNGAN KEPALA PUSAT KONSUMSI DAN KEAMANAN PANGAN BKP PADA KELOMPOK KRPL
Salah satu kegiatan BKP dalam mendukung pemenuhan kebutuhan pangan
rumah tangga adalah Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui kegiatan
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
Kepala Pusat Konsumsi dan Keamanan Pangan dalam empat hari
kunjungannya di beberapa kabupaten/kota di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
yaitu Maros, Makassar, Pangkep serta Barru sejak hari Rabu tanggal 17 Juli
sampai Sabtu tanggal 20 Juli 2019, menyampaikan bahwa dampak kehadiran
kegiatan ini harus semakin dirasakan manfaatnya, oleh karena itu KRPL ini harus
mendapat dukungan dari semua pihak. Kunjungan tersebut selain untuk
pembinaan juga memberi motivasi dan arahan pada kelompok agar giat dalam
merawat tanaman serta menjaga kekompakan kelompok.
Disampaikan dalam arahannya bahwa agar KRPL tetap berjalan dengan baik
dan berkelanjutan harus diperhatikan beberapa hal, yaitu adanya peran aktif dari
pendamping, kebun bibit yang terus menerus berproduksi, partisipasi aktif dari
anggota kelompok, kelembagaan yang kuat, adanya tokoh masyarakat yang
berperan sebagai “local champion” infrastuktur yang memadai, serta kesesuaian
komoditas dengan yang dikonsumsi masyarakat.
Adanya tokoh masyarakat sebagai anggota KWT penerima manfaat KRPL
berpengaruh terhadap motivasi anggota dalam mengelola lahan pekarangan, hal
tersebut juga disampaikan oleh salah satu ketua kelompok penerima manfaat
dimana salah satu anggotanya adalah istri dari Kepala Desa setempat yang
menyatakan bahwa kelompoknya cukup bersemangat dalam kegiatan KRPL
antara lai karena adanya ibu Kades, serta lokasi demplot dan KBD berada di
pekarangan Bapak Kades.
X. BKP MENDAMPINGI KUNJUNGAN KERJA DPR RI
Panitia Kerja Bantuan Sosial Beras Sejahtera (Bansos Rastra) Komisi IV
DPR RI dipimpin I Made Urip dari fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
14
melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Sulawesi Selatan pada hari Senin
tanggal 22 Juli 2019.
Kunker Komisi IV DPR RI dilaksanakan untuk menggali data dan informasi
terkait program Rastra dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), selain itu juga
untuk memperoleh masukan dari Kementerian Sosial dan Kementerian Pertanian
terkait rencana pelaksanaan program BPNT dimana Bulog ditunjuk sebagai
penyalur beras mulai September-Desember 2019.
Program BPNT yang selama ini berjalan telah mengakibatkan kegiatan
serapan dan penyaluran beras Bulog tidak seimbang. Satu sisi Bulog harus
menyerap gabah dan beras petani agar harga di petani tidak jatuh. Sisi lain,
penyaluran melalui program Rastra semakin terbatas. Saat ini stok beras Bulog
sangat banyak, bahkan ada sebagian yang rusak .
Kepala BKP menyampaikan Kementerian Pertanian telah melakukan berbagi
upaya untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya beras dan Cadangan
Beras Pemerintah (CBP) harus dijaga dalam batas yang aman sepanjang waktu,
dan khususnya pada akhir tahun minimal tersedia CBP sebesar 1,5-2 juta ton.
Pemerintah melalui Rakortas di Kemenko Perekonomian sudah menyepakati
bahwa stok aman CBP pada akhir tahun berkisar 1,5-2 juta ton. Untuk itu
Kementan melalui BKP mendorong Perum Bulog melakukan penyerapan gabah
atau beras petani, apalagi dalam bulan Agustus akan masuk panen gadu. Namun
BKP juga mendukung Bulog menjadi penyalur beras untuk program BPNT,
sehingga akan terjadi keseimbangan antara penyerapan dan penyaluran.
Pada kesempatan yang sama Kepala BKP menambahkan bahwa pada saat
panen raya gadu ini sergap harus tetap dioptimalkan, mengingat adanya
kebijakan Pemerintah melalui surat edaran Menteri Sosial yang memutuskan
Bulog menjadi penyalur beras untuk program BPNT, serta kebijakan Ketersediaan
Pasokan dan Stabilisasi Harga atau Operasi Pasar beras oleh Perum Bulog yang
diperpanjang sampai akhir tahun 2019. Beberapa kebijakan itu diperkirakan
akan membutuhkan beras Bulog sekitar 800-900 ribu ton yang disalurkan ke
masyarakat. Untuk itu harus tetap diimbangi dengan penyerapan gabah dan
beras petani agar stok beras di Bulog aman. Stok beras Bulog saat ini berkisar
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
15
2,3 juta ton, dan kebutuhan BPNT dan OP sampai akhir tahun 2019 di prediksi
sekitar 900 ribu ton.
Atas dasar tersebut, untuk mengamankan stok CBP kegiatan sergap tetap
harus didorong dan ditingkatkan. Apalagi Sulawesi Selatan pada bulan Agustus
diprediksi akan terjadi panen dengan luas 250 rb hektar dengan perkiraan jumlah
produksi sekitar 1,25 juta ton GKG.
XI. RAPAT KOORDINASI SERAPAN GABAH/BERAS PETANI
Rapat Koordinasi Serapan Gabah/Beras Petani (Rakor Sergap) di
laksanakan di kantor pusat perum Bulog pada hari Selasa tanggal 23 Juli 2019.
Rakor dipimpin bersama oleh Kepala BKP, Direktur Pengadaan dan Direktur
Komersial Bulog. Rakor dihadiri oleh 10 Kadivre Bulog, yaitu Sumut, Lampung,
Sumsel, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalsel, NTB, dan
Sulsel serta Staf BKP yang menjadi penanggung jawab (PJ) Sergap di masing-
masing wilayah subdivre tersebut. 10 Divre diatas adalah divre pada wilayah
sentra produksi padi yang memiliki kontribusi besar pada pengadaan beras
nasional.
Tujuan dilaksanakan Rakor adalah untuk mempercepat penyerapan beras
oleh 10 Divre. Sampai tanggal minggu ke tiga Juli rata-rata realisasi belum
mencapai 50%. Beberapa hal yang dapat dicatat dari Rakor tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Komitmen dari seluruh peserta rapat untuk peningkatan penyerapan
gabah/beras petani. Pada Juli sampai Agustus ditekankan untuk
mempercepat peningkatan sergap gabah/ beras petani
2. Bulog harus memanfaatkan secara maksimal momentum panen Juli sampai
Agustus , mengingat akan terjadi penurunan panen setelah waktu tersebut.
3. Realisasi sergap hingga Juli baru mencapai 46% dari total target sebesar 1,8
juta ton s/d Desember) atau sebesar 800 ton, sedangkan target sergap
sampai dengan Agustus 1,25 juta ton. Untuk memenuhi target tersebut, Bulog
harus menyerap gabah/beras sebesar 400 ribu ton hingga akhir Agustus
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
16
4. Berdasarkan prakiraan BMKG, sebagian besar wilayah di Pulau Jawa, Bali
dan Nusa Tenggara akan mengalami 60 Hari Tanpa Hujan (HTH), dan saat ini
beberapa daerah sudah mengalaminya hampir 30 hari HTH, wilayah yang
terdampak kekeringan mencapai kurang lebih 100 kabupaten/kota.
5. Kekeringan yang terjadi akan berdampak pada kenaikan harga beras di
pasaran. Karena itu, diharapkan Bulog segera mengantisipasi kondisi itu
dengan menerapkan mekanisme komersil untuk memenuhi kebutuhan pasar.
6. Perum Bulog berkomitmen untuk mengejar realisasi pengadaan dengan
memanfaatkan momen panen gadu tahun 2019 pada bulan Juli - Agustus.
Beberapa strategi yang dilakukan untuk mencapai target antara lain: Bulog
akan fokus pada pengadaan gabah khususnya hasil on farm dan pengadaan
buy to sell untuk pengadaan komersial, move dan sewa gudang filial untuk
penyediaan space gudang.
7. Terkait dengan penyaluran stok beras yang ada, Bulog akan berupaya
meningkatkan penyaluran melalui Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), KPSH
dan penjualan komersial.
XII. FGD SINERGI PROGRAM PENGENTASAN DAERAH RENTAN RAWAN PANGAN
Focus Group Discussion (FGD) Sinergi Program Pengentasan Daerah
Rentan Rawan Pangan, dilaksanakan di Jakarta pada hari Kamis tanggal 24 Juli
2019. FGD dibuka oleh Kepala BKP dan diikuti oleh perwakilan berbagai lintas
sektor yaitu Bappenas, Kemendes PDT dan Transmigrasi, Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian PUPR, Kemendikbud,
Kementerian Sosial, Lembaga Ketahanan Nasional, Badan Pusat Statistik,
TNP2K, WFP dan undangan lainnya.
Beberapa hal yang dapat dicatat sebagai hasil FGD adalah sebagai berikut:
1. Untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi mensyaratkan adanya
kerjasama, sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Untuk itu
komitmen menjadi kata kunci keberhasilan kerjasama lintas sektor.
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
17
2. Pentingnya sinergi dilakukan. Sinergi Kementerian dan Lembaga sangat
tepat untuk mengatasi masalah pangan dan gizi, terutama penanganan
stunting.
3. BKP Kementan pada 2018 telah memutahirkan Peta Ketahanan dan
Kerentanan Pangan/Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA),
mencakup Kabupaten/Kota seluruh Indonesia. Peta tematik ini
menggambarkan visualisasi geografis hasil analisa data indikator
kerentanan terhadap kerawanan pangan.
4. FSVA disusun menggunakan 9 indikator yang mewakili 3 aspek ketahanan
pangan, yaitu ketersediaan, keterjangkauan dan pemanfaatan
pangan, sehingga dapat digunakan Kementerian/ Lembaga terkait dalam
penyusunan program intervensi kerawanan pangan dan gizi. Hasil FSVA
dapat dimanfaatkan instansi terkait sebagai acuan penetapan lokus
wilayah intervensi, sehingga kita dapat bersama-sama menyelesaikan
tugas besar mengentaskan daerah rentan rawan pangan dan kemiskinan
5. Hasil FSVA 2018 menunjukkan 335 kabupaten (81 %) berada dalam status
tahan pangan dan 91 Kota (93 %) dikategorikan tahan pangan. Jika
dibandingkan dengan FSVA 2015, telah terjadi peningkatan status
ketahanan pangan di 177 kabupaten.
6. Apresiasi yang besar atas penyusunan FSVA oleh BKP. Selanjutnya
diperlukan langkah strategis bersama untuk mengatasi masalah kerentanan
pangan, gizi dan stunting secara nasional, untuk itu harus ada data by
name dan by address stunting dan kemiskinan sampai di tingkat rumah
tangga.
7. Daerah yang peta FSVA nya masih merah, harus diintervensi bahu
membahu dengan kementerian/lembaga lain, untuk menangani daerah
rentan rawan pangan. Ditjen Fakir Miskin akan menyiapkan detail lokasinya.
8. Mulai tahun 2019 dana desa diprioritaskan untuk perbaikan gizi
masyarakat dan pencegahan stunting, disamping infrastruktur desa.
Pencegahan stunting sangat penting untuk membangun ketahanan pangan.
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
18
9. Bappenas diharapkan membuat program bersama sebagai acuan dalam
penanganan daerah rentan rawan pangan sesuai FSVA.
XIII. FOCUS GROUP DISCUSSION PENGGUNAAN BAHAN BAKU LOKAL PADA INDUSTRI MAKANAN
Dalam rangka mendukung penggunaan bahan baku lokal berbasis tepung
pada Industri pangan, Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan
Pangan BKP mengadakan Fokus Group Discussion (FGD) dengan tema “Upaya
Melokalkan Bahan Baku Industri Pangan” pada hari Rabu tanggal 24 Juli
2019 di Menara Kadin Indonesia, Kuningan Jakarta Selatan.
Sebelum pelaksanan FGD terlebih dahulu dilakukan penandatanganan
kerjasama antara Kementerian Pertanian yang diwakili oleh BKP dengan
Kementerian Perindustrian, Badan Pengkajian Pengembangan Teknologi (BPPT),
Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) dan Gabungan Pengusaha
Makanan dan Minuman Indonesia (GAPPMI). Kerjasama tersebut dilakukan
dalam rangka mengembangkan industri pangan berbasis tepung lokal. Mengingat
selama ini sebagai negara yang kaya akan keragaman sumberdaya pangan,
Indonesia belum secara maksimal mengembangkan dan memanfaatkan potensi
tersebut, untuk itu BKP mewakili Kementeria Pertanian menggandeng pihak-pihak
terkait untuk dapat mengembangkannya secara optimal, antara lain pengolahan
dan pemanfaatan pangan lokal seperti sagu, singkong, jagung menjadi tepung
atau produk intermediate lain.
FGD dengan tema Upaya Melokalkan Bahan dihadiri oleh pejabat dan staf
dari Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, BPPT, unsur Akademisi
antara lain IPB, UNEJ, dan Universitas Sahid, Asosiasi terkait seperti: Gabungan
Asosiasi Pengusaha Makanan Minuman Indonesia, Persatuan Ahli Teknologi
Pangan Indonesia, Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia,
Masyarakat Singkong Indonesia, Masyarakat Sagu Indonesia, dan Para pakar
pangan lokal yang ahli di bidangnya.
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
19
Beberapa hal yang dapat disarikan dari FGD tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dinyatakan bahwa penandatanganan kerjasama dengan pihak-pihak terkait
merupakan langkah maju dan sebagai awal untuk mengembangkan industri
pangan berbasis tepung lokal.
2. Kebutuhan gandum Indonesia mencapai 10 juta ton dan 8 juta ton
diantaranya untuk industri makanan.
3. Kebutuhan yang sangat besar tersebut harus dapat dikendalikan. Oleh
karena itu, dikembangkan pangan lokal seperti sagu, singkong dan jagung
untuk diolah menjadi tepung kering, yang selanjutnya dapat menyuplai
kebutuhan bahan baku untuk kebutuhan industri.
4. Pengembangan bahan baku lokal diharapkan dapat mengurangi volume
impor gandum, kalau tepung sagu dan atau bahan pangan lokal lainnya
dapat mensubstitusi gandum sekitar 10-20 persen saja, diperkirakan dampak
yang didapat luar biasa, tidak saja bagi pengembangan tepung-tepungan
(sagu dan lainnya) di tanah air, namun juga akan mensejahterakan petani.
5. Untuk merealisasikan program pengembangan bahan baku lokal dibutuhkan
waktu. Berdasarkan hal tersebut pada tahun 2019 BKP melakukan kegiatan
Pengembangan Industri Pangan Lokal (PIPL) di 10 provinsi. Melalui program
tersebut, diharapkan terjalin kemitraan antara petani penghasil bahan baku
dan pengusaha, selain itu program tersebut diharapkan dapat menumbuhkan
unit Usaha Kecil Menengah (UKM) yang dapat memproduksi tepung kering
dari beberapa bahan lokal yang ada. Untuk tahap awal, bahan pangan yang
akan dikembangkan untuk mendukung industri pangan adalah sagu,
singkong dan jagung.
6. Upaya mewujudkan dan mempertahankan ketahanan pangan selain
meningkatkan produksi, juga harus dapat memproses bahan pangan mentah
menjadi produk intermedite, yang dapat digunakan untuk bahan aneka
olahan pangan dan hal tersebut sangat mendukung usaha kuliner yang saat
ini berkembang pesat.
7. Produk intermadite (tepung) yang dihasilkan dari setiap bahan harus
memenuhi berbagai kebutuhan konsumen/industry pangan. Untuk itu tepung
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
20
yang dihasilkan harus bervariasi terdiri dari beberapa grade/jenis/varian,
berdasarkan kandungan komposisi kualitas dan nutrisinya.
8. Untuk mendukung pengembangan tepung-tepungan yang berasal dari bahan
pangan lokal sebagai bahan baku industri, perlu dukungan data dan
informasi yang terkini dan akurat dari masing-masing bahan baku pangan
tersebut baik data dan informasi terkait produksi maupun teknologi
pengolahan yang telah tersedia. Untuk itu perlu dibangun data base dan
informasi yang bisa diakses oleh semua stakeholder.
9. Untuk memaksimalkan hasil, pengembangan yang dilakukan harus
terintegrasi dari hulu sampai hilir
10. Berbagai pelajaran terkait pengembangan bahan pangan yang telah
dilakukan harus dijadikan referensi dalam program ini, seperti
pengembangan sagu oleh Pemerintah Daerah Meranti ProvinsiKepulauan
Riau, yang telah mengekspor sagu ke Malaysia, Jepangdan Korea, dan
lainnya.
11. Kadin diharapkan dapat bergerak pada industri intermediate.
12. Adanya insentif berupa tax deduction bagi industri yang melaksanakan
inovasi dan pengembangan bahan baku lokal
13. Pelaksanaan pengembangan bahan baku lokal berbasis tepung pada Industri
pangan disarankan bekerjasama dengan pemerintah daerah, untuk dapat
menggunakan dana desa
XIV. TTIC/TTI GELAR CABAI MURAH
Hasil pantauan pasar di Jabodetabek melalui laman info pangan jakarta,
harga cabai merah keriting maupun cabai rawit merah masih belum beranjak
turun dari harga Rp 65.000/kg. Berdasarkan hal tersebut, untuk menjaga stabilitas
pasokan harga cabai di ibukota dan sekitarnya, BKP menggelar Cabai Murah
Berkualitas di beberapa tempat yaitu TTIC Pasar Minggu, 4 pasar tradisional dan
14 TTI di Jabodetabek. Harga cabai dijual sebesar Rp 35.000/kg untuk cabai
merah keriting dan Rp 40.000/kg untuk cabai rawit merah. Gelar cabai murah ini
didukung Asosiasi Lembaga Usaha Pangan Masyarakat (ASLUPAMA) Jabar
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
21
sebagai wadah gabungan dari Gapoktan penerima LUPM. Untuk gelar cabai
murah tersebut pada tahap awal ASLUPAMA telah memasok 2,5 ton cabai, dan
selanjutnya sesuai dengan kebutuhan TTIC akan dipasok kembali sekitar 6 ton
untuk disalurkan ke TTI mitra .
Gelar cabai murah sudah dilakukan semenjak terjadi kenaikan harga
beberapa waktu lalu, dan akan terus dilakukan supaya harga segera turun dan
stabil, sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala BKP saat melepas kendaraan
TTIC untuk mendistribusikan cabe ke TTI di Jabodetabek pada hari Minggu
tanggal 28 Juli 2019. Pada acara pelepasan tersebut kepala BKP didampingi
oleh Sekretaris BKP dan Kapus Distribusi dan Cadangan Pangan.
Kepala BKP menginformasikan bahwa TTIC telah menjalankan fungsinya
sebagai Distribution Centre yaitu menjadi penyalur komoditi yang diperoleh
langsung dari petani/gapoktan kepada Toko Tani Indonesia (TTI) yang menjadi
mitra kerjanya, untuk dijual kepada konsumen akhir, dengan demikian harga yang
dijual dapat lebih murah dibandingkan dengan harga dipasar.
Pada kesempatan tersebut Kapus Distribusi dan Cadangan Pangan juga
menginformasikan bahwa BKP sudah memfasilitasi aplikasi pemesan bahan
pangan dari TTI ke gapoktan selaku supplyer dengan sistem e-commerce. Sejak
mulai diaktifkan nilai transaksi bahan pangan melalui e-commerce telah mencapai
Rp 14,8 milyar, melihat manfaatnya e-commerce akan terus dikembangkan
sebagai tulang punggung pemasaran produk pangan dari gapoktan ke TTI.
Seusai acara pelepasan, Kepala BKP beserta Sekretaris BKP dan Kapus
Distribusi dan Cadangan Pangan meninjau cold storage baru yang dimiliki TTIC.
Cold storage tersebut mampu menyimpan stok cabai merah sebanyak 2 ton
selama 3 minggu.
XV. WORKSHOP EVALUASI SEMESTER I SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAN ZONA INTEGRITAS 2019
Workshop Evaluasi Semester I Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) dan Zona Integritas (ZI) BKP 2019 dilaksanakan di Santika Hotel Depok
selama tiga hari yaitu mulai tanggal 29 sampai 31 Juli 2019. Workshop dibuka
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
22
oleh Kepala BKP didampingi oleh Sekretaris BKP dan Kepala Pusat Distribusi
dan Cadangan Pangan, dan dihadiri oleh 115 orang, yang terdiri dari petugas
monev dari 28 provinsi (minus Riau, Sumsel, NTT, Maluku Utara, Gorontalo,
Kepri) yang menangani kegiatan prioritas PUPM/TTI, KRPL, PIPL, PKU, dan
LPM; penanggung jawab kegiatan di Pusat dan Provinsi; nara sumber dan
panitia.
Materi yang disampaikan dalam workshop meliputi : (1). Membangun Sistem
Pengendalian Intern dan Zona Integritas; (2) Strategi Peningkatan Maturitas
SPIP; (3) Pengawalan SPI Kegiatan Dana Bantuan Pemerintah (Banper); (4)
Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah
Birokrasi Bersih Melayani pada BKP.
Nara Sumber pada Workshop tersebut adalah Tim dari Inspektorat Jenderal
Kementan yang teridi dari Tim Inspektorat Investigasi dan Tim Inspektorat III; Tim
dari BPK; dan Tim dari BKP.
Tujuan pelaksanaan Workshop antara lain 1). Sosialisasi kepada seluruh
aparat yang melaksanakan kegiatan proiritas BKP, agar dapat memahami dan
menerapkan Sistem Pengendalian Intern secara tepat pada unit kerja masing-
masing, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pertanggungjawaban, agar sistem tata kelola pemerintahan dapat berjalan
dengan baik, 2). Mengenali resiko yang timbul pada saat berjalannya program,
dan cara penanganannya untuk memastikan program berjalan sesuai target.
Beberapa hasil workshop yang bisa dicatat sebagai berikut:
1. Telah dilaksanakan Exercise Hasil Reviu Dokumen Penilaian SPIP BKP dan
Penilaian Resiko Kegiatan Prioritas BKP (PUPM, KRPL, PKU, PIPL, dan
LPM) Pusat dan Daerah.
2. Exercise Hasil Reviu dokumen penilaian SPIP BKP dilakukan oleh Tim
Inspektorat Investigasi Itjen Kementan. Secara ringkas meliputi:
a. Penilaian dilaksanakan terhadap 5 unsur penilaian, yaitu : (1) Lingkungan
Pegendalian; (2) Penilaian Risiko; (3) Kegiatan Pengendalian; (4)
Informasi dan Komunikasi; dan (5) Pemantauan Pengendalian Intern.
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
23
b. Pada setiap unsur terdapat sub-unsur yang terdiri dari Level (1) sampai
dengan Level (5) dengan parameter pemandu tertentu.
c. Setiap parameter pemandu terdapat dokumen penilaian yang
sebelumnya telah dinilai oleh BPKP sebagai Nilai Maturitas SPI Badan
Ketahanan Pangan Tahun 2018.
d. Nilai Maturitas SPI Badan Ketahanan Pangan Tahun 2018 sebesar 3.037
pada level 3 (terdefinisi). Nilai dapat ditingkatkan dengan suatu Rencana
Aksi dari Badan Ketahanan Pangan.
e. Melaksanakan evaluasi secara berkala, formal dan terdokumentasi
terhadap kebijakan/SOP dan implementasinya.
3. Penilaian Maturitas SPI mencakup 2 level, yaitu (a) SELF ASSESMENT oleh
Tim dari Inspektorat Investigasi Intjen Kementan; dan (b) QUALITY
ASSURANCE oleh Tim dari BPKP pada bulan Agustus-Oktober. Kepala BKP
berharap adanya peningkatan nilai maturitas SPI BKP 2019 menjadi level 4
(terkelola dan terukur).
4. Strategi menuju level 4 Maturitas SPIP
a. Membuat kebijakan dan SOP yang implementatif untuk setiap personel
pelaksana kegiatan pokok
b. Menerapkan kebijakan dan SOP dalam setiap aktifitas organisasi
c. Melaksanakan pendokumentasian K/SOP
5. Langkah Utama Pengembangan SPI Kegiatan
a. Menidentifikasi Semua Kegiatan Pokok Instansi
b. Melakukan aktivitas Step-by-Step pada setiap tahapan
(1) Evaluasi Lingkungan Pengendalian
(2) Lakukan Penilaian Risiko
(3) Rancang Aktivitas Pengendalian(SOP)
(4) Infokomkan (catat dan komunikasikan) pelaksanaan SOP
(5) Pantau/Evaluasi pelaksanaan SOP
6. Penilaian Risiko terhadap kegiatan prioritas BKP Tahun 2018 meliputi: (a)
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL); (b) Pengembangan Pangan Pokok
Lokal (P3L); (c) Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM); (d)
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
24
Kawasan Mandiri Pangan (KMP); (e) Kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa;
serta (f) Perjalanan Dinas. Sedangkan untuk kegiatan prioritas tahun 2019,
BKP telah mengidentifikasi kemungkinan resiko, titik-titik kritis pada setiap
kegiatan prioritas yang meliputi PUPM, KRPL. PIPL, LP,PKU, dan
penyusunan aktivitas pengendalian, serta aksi yang harus dilakukan
7. Definisi Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah
Birokrasi Bersih Melayani (ZI-WBK/WBBM) sesuai Permenpan dan RB
No.52 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:
a. Zona Integritas (ZI) adalah predikat yang diberikan kepada instansi
pemerintah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai KOMITMEN untuk
mewujudkan WBK/WBBM melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam
hal pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik;
b. Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (Menuju WBK) adalah predikat yang
diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar
manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem
manajemen SDM, penguatan pengawasan, dan penguatan akuntabilitas
kinerja;
c. Menuju Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (Menuju WBBM) adalah
predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi
sebagian besar manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan
sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan, penguatan
akuntabilitas kinerja, dan penguatan kualitas pelayanan publik.
d. WBK diperlukan karena (a). berkorelasi positif dengan Kesejahteraan
Pegawai Kementan; (b) sebagai miniature dan show windows
pelaksanaan reformasi birokrasi (RB) di Kementan; (c). untuk menjaga
martabat pegawai dan instansi Kementan; (d). Mewujudkan Clean
Government dan Good Governance di Kementan
8. Kinerja Zona Integitas BKP:
a. Sejak Tahun 2011-2018 telah memperoleh Predikat WBK;
b. Tahun 2018 mendapat nilai LAKIN sebesar 89,43 (tertinggi di tingkat
Kementan);
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
25
c. Nilai PMPRB sebesar 23,18 (nomor 2 di tingkat Kementan);
d. Laporan Keuangan mendapat predikat “putih” tidak ada TGR.
9. Payung hukum untuk semua kegiatan harus ada, dan seluruh aktivitas yang
dilakukan harus terdokumentasi dengan baik. Juklak dan juknis harus
disusun dengan jelas dan terukur sesuai Permenkeunya, karena akan
menjadi indikator transparansi dan keberhasilan kegiatan yang dilakukan.
10. Contoh proses bisnis kegiatan Banper:
a. Penyusunan petunjuk teknis
b. Sosialisasi juknis
c. Identifikasi dan verifikasi
d. Penetapan kelompok/gapoktan
e. Persiapan administrasi (pembukaan rekening, surat perjanjian,
RKKA/RUK)
f. Transfer dana benpem
g. Pengadaan barang (jika ada)
h. Pemanfaatan dana BAPEM
i. Distribusi betras ke TTI (khusus PUPM)
j. Pertanggunjgjawaban dana banper (BAST, kwitansi)
k. Pembinaan Monev.
XVI. SOSIALISASI KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
Sosialisasi Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik yang dimaksudkan
untuk mempersiapkan keterbukaan informasi publik dilaksanakan pada hari
selasa tanggal 30 Juli 2019 di Depok. Acara dibuka oleh Kepala BKP didampingi
Sekretaris BKP selaku Atasan PPID Pelaksana BKP dengan moderator Kepala
Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, dan dihadiri oleh unit kerja yang
menangani Ketahanan Pangan di seluruh Indonesia dan pejabat lingkup Badan
Ketahanan Pangan.
Tujuan kegiatan ini adalah memberikan persamaan persepsi dan
pemahaman kepada seluruh pelaksana lingkup BKP baik pusat maupun daerah
tentang kewajiban dalam pengelolaan informasi publik pada setiap Badan Publik.
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
26
Narasumber dalam acara ini adalah Kepala Biro Humas dan Informasi Publik
Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, yang menyampaikan materi tentang
Pelayanan Informasi Publik Berbasis Online.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 berisi tentang
Keterbukaan Informasi Publik, setiap Badan Publik wajib menyediakan,
memberikan dan atau menerbitkan Informasi Publik, selain Informasi Publik yang
dikecualikan sesuai dengan ketentuan (pasal 17). Dalam Undang-Undang
tersebut Kementerian Pertanian telah mengeluarkan beberapa Peraturan Menteri
Pertanian yaitu: (1) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 32/ Permentan/
OT.140/5/2011 tentang Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik di
Kementerian Pertanian; (2) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41 / permentan /
OT.140 /6 /2012 tentang Pedoman Uji Konsekuensi Informasi Publik di
lingkungan Kementerian Pertanian; (3) Keputusan Menteri Pertanian Nomor 105
/kpts/HK.060/1/2013 tentang Informasi Publik yang dikecualikan di lingkungan
Kementerian Pertanian.
Berbagai peraturan tersebut dimaksudkan sebagai dasar bagi pengguna
dalam memperoleh dan menggunakan informasi publik, dan Pejabat Pengelola
Informasi dan Dokumentasi (PPID) di lingkungan Kementerian Pertanian dalam
penyelenggaraan, pengelolaan dan pelayanan informasi publik.
Berkaitan dengan hal tersebut, Badan Ketahanan Pangan sebagai salah satu
Badan Publik di Kementerian Pertanian telah berkomitmen untuk mengelola
informasi dan dokumentasi, sehingga jika ada permintaan Informasi Publik dari
pemohon dapat dilayani sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Komitmen
tersebut juga ditunjukkan dengan upaya menyebarluaskan informasi terkait
pengelolaan informasi publik kepada seluruh pelaksana Badan Ketahanan
Pangan baik ditingkat pusat maupun daerah.
Beberapa yang dapat dicatat dari sosialisasi tersebut adalah:
1. Pengertian Informasi dan Informasi Publik :
a. Informasi: Keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang
mengandung nilai makna, dan pesan, baik data, fakta maupun
penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
27
dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun
nonelektronik
b. Informasi Publik : Informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim,
dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan
penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggara
badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta
informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik
2. Sesuai amanat Undang – Undang Nomor 14 Tahun 2008 Amanah pasal 28 F,
UUD 1945 Hasil Amandemen, dinyatakan bahwa setiap orang berhak untuk
berkomunikasi dan memperoleh informasi.
3. Badan publik yang didanai sebagian atau seluruhnya dari APBN dan/atau
APBD wajib membuka diri. Mendorong Reformasi Birokrasi Peningkatan
Kualitas Pelayanan Publik
4. Prinsip dasar dalam keterbukaan informasi adalah bahwa seluruh warga
negara mempunyai hak menyimpan, mengakses dan mengelola seluruh
dokumen negara. Di Indonesia sebelum reformasi belum menganut prinsip
tersebut melainkan seluruh informasi negara bersifat tertutup, hanya dibuka
dalam kondisi tertentu.
5. Keterbukaan informasi erat kaitan dengan masyarakat bawah seperti
masyarakat pertanian. Karena itu, urusan ketahanan pangan perlu dikelola
dengan prinsip keterbukaan yaitu transparansi/ akuntabel, aksebilitas, dan
partisipasi publik.
6. Jika ada dokumen yang ingin ditutup dapat diajukan ke PPID untuk di proses
atau ditetapkan menjadi informasi yang dikecualikan. Sehinggga tidak boleh
ada institusi yang mengeluarkan peraturan yang bertentangan dengan ini (hak
memperoleh informasi). PPID wajib menjawab permohonan informasi publik
dan tidak boleh ada seorangpun yang menghalangi permohonan informasi.
Ada sangsi pidana terhadap hal tersebut.
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
28
7. Arah kebijakan pengelolaan informasi publik di Kementerian Pertanian
a. Penyediaan Anggaran PPID. Surat Edaran Sekjen pada Sesdit/Sesba,
semua UK/UPT WAJIB mengalokasikan anggaran untuk kegiatan
pengelolaan informasi publik
b. Portal PPID harus User Friendly, Web Responsive, Komunikatif,
Transparan, serta berfungsi juga sebagai Database Elektronik atas
dokumen informasi publik
c. E-dokumen. Penggunaan aplikasi SIDADO; dokumen harus diupload ke
dalam aplikasi
d. Transparansi Kinerja. Penyampaian data dasar dalam penyajian Daftar
Informasi Publik yang dikuasai PPID Kementerian Pertanian
e. Reformasi Birokrasi. Upaya untuk melakukan perubahan dan
pembaharuan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan
dengan sasarannya adalah birokrasi terutama menyangkut aspek
kelembagaan, ketatalaksananaan dan sumberdaya manusia aparatur
yang merupakan 3 (tiga) variabel yang sangat penting guna membangun
aparatur pemerintahan yang baik
8. Pemanfaatan website dalam penyediaan Informasi Publik berdasarkan UU
no.14 Tahun 2008, dan yang harus masuk di Website antara lain:
a. Profil ( Sejarah pembentukan; Visi Misi; Tugas dan Fungsi; Struktur
Organisasi; Profil Badan Publik; Ruang lingkup kegiatan )
b. INFORMASI PUBLIK, meliputi :
1) Keuangan (DIPA/RKA-KL; Neraca Laporan BMN; realisasi Anggaran:
Laporan Keuangan LAKIP)
2) PPID (Meliputi : Struktur dan layanan PPID, Hak atas Informasi)
3) Agenda Kegiatan
4) Agenda (Kegiatan Badan Publik)
5) Akses Informasi
6) LHKPN/ LHKASN (Rekapitulasi dan Lampiran Depan laporan)
7) Pengaduan Masyarakat
8) Regulasi dan Rekrutmen Pegawai
LAPORAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
29