laporan ihtd fieldtrip

Upload: andrixinata-b

Post on 10-Apr-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/8/2019 laporan IHTD fieldtrip

    1/9

    LAPORAN PRAKTIKUMILMU HAMA TUMBUHAN DASAR (PTN 212)

    Fieldtrip BBPadi Sukamandi

    Disusun oleh :

    Agus Fitriani Tambun (A34070002)Aminudi (A34070006)Andrixinata B (A34070016)Van Basten Tambunan (A34070019)Erika Rosminim (A34070022)Fitriani Br. Milala (A34070025)

    DOSEN PENGAJAR Dr.Ir. Nina Maryana, M.Si.Dra. Dewi Sartiami, M.Si.

    DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMANFAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

  • 8/8/2019 laporan IHTD fieldtrip

    2/9

    PENDAHULUAN

    A. Latar belakang

    Padi banyak dibudidayakan oleh petani Indonesia. Dalam budi-dayanya sering

    dijumpai berbagai kendala, seperti musim, serangan hama dan penyakit, kebijakan

    pemerintah sampai harga jual yang rendah. Adanya serangan hama dan penyakit seperti

    wereng coklat maupun tungro masih menjadi kendala utama bagi petani. Petani seakan sudah

    kehilangan akal untuk mengatasi dua serangan ini. Kerugian yang ditimbulkan tidak sedikit

    dan mengancam produksi beras nasional. Akibat serangan ini, produksi bisa turun dariserangan rendah (15%) sampai serangan berat (79%). Penu-runan produksi akibat serangan

    ini dapat dikurangi bila kita mengenali terlebih dahulu karateristik hama dan penyakitnya

    sehingga kita dapat mencari cara yang efektif dalam mengendalikannya. Berbagai upaya telah

    dilakukan dalam mengendalikan kedua musuh ini.

    Hama, pada umumnya serangga, memiliki karakteristik tersendiri dalam penyerangan

    tanaman. Populasi serangga sangat menentukan jumlah kerusakan yang diakibatkan. Sebagai

    contoh, kejadian ledakan hama di lapang merupakan fenomena yang sangat merugikan

    petani. Dalam hal ini, pengendalian ditujukan untuk mengurangi atau menekan populasi

    hama tersebut. Ada banyak langkah yang dilakukan dalam pengendalian hama. Mulai dari

    pengendalian dengan kultur teknis, hingga kimia. Namun, kecenderungan petani yang lebih

    memilih memakai metode pengendalian yang kurang terkendali, justru berakibat buruk. Hal

    ini terbukti dengan munculnya biotipe dari hama yang juga meningkatkan virulensi atau daya

    rusak hama itu sendiri. Untuk itu, diperlukan metode pengendalian yang lebih terencana

    untuk menghindari kejadian di atas.

    B. Tujuan

    Fieldtrip ini dilakukan dengan harapan mehasiswa dapat lebih memperhatikan dan

    memahami kejadian-kejadian di lapang. Dengan hal itu, mahasisiwa dapat mengombinasikan

    teori yang didapat di bangku kuliah dengan keadaan di dunia nyata.

  • 8/8/2019 laporan IHTD fieldtrip

    3/9

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada pertanaman padi, sebetulnya banyak sekali organisme terutama serangga yang

    menjadi hama dan vektor penyakit. Namun, yang paling umum menimbulkan kerusakan

    secara besar adalah wereng coklat dan ulat penggerek batang padi. Olah karena itu, banyak

    sekali vrietas-varietas padi yang disesuaikan untuk tahan terhadap hama-hama tersebut.

    Meskipun hingga saat ini, belum ada varietas padi yang tehan terhadap ulat penggerek,

    namaun sudah banyak varietas padi yang tahan terhadap wereng coklat.

    Pada padi yang terserang wereng coklat terlihat helaian daun padi yang paling tua

    berangsur-angsur berwarna kuning. Bila hal itu dibiarkan akan ditandai dengan adanya

    massa berupa jamur jelaga. Serangan wereng coklat dengan tingkat populasi yang tinggi akan

    menyebabkan warna daun dan batang tanaman menjadi kuning kemudian berubah menjadi

    coklat dan akhirnya seluruh tanaman menjadi kering seperti terbakar. Berkembangnya

    serangan wereng coklat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya wereng coklat

    adalah serangga yang mampu berkembang biak dengan cepat dimana dalam masa

    reproduksinya, satu buah induk betina wereng coklat mampu menghasilkan 100-600 butir

    telur. Dengan daya sebar yang cepat dan ganas serta kemampuan menemukan sumber

    makanan, membuat serangan wereng coklat ini semakin meluas. penanaman varietas padi

    yang peka/tidak tahan terhadap wereng coklat, kemudian adanya pola tanam yang tidak

    teratur dan penggunaan pestisida yang kurang tepat sehingga tidak efektif dalam membasmi

    wereng coklat tersebut.

    Berbeda dengan serangan hama wereng coklat, serangan penyakit tungro ini

    disebabkan oleh virus. Penyebaran serangan penyakit ini sangat cepat karena dibantu olehvektor (serangga penular) yaitu we-reng hijau (Nephotettix virescens dan N. nigropictus).

    Adapun gejala / tanda kerusakan yang ditimbulkan dari penyakit ini adalah : Gejala serangan

    awal di lahan biasanya khas dan menyebar secara acak. Daun padi yang terserang virus

    tungro mula-mula berwarna kuning oranye dimulai dari ujung-ujung, kemudian lama-

    kelamaan berkembang ke bagian bawah dan tampak bintik-bintik karat berwarna hitam. Bila

    keadaan ini dibiarkan jumlah anakan padi akan mengalami pengurangan, tanaman menjadi

    kerdil, malai yang terbentuk lebih pendek dari malai normal selain itu banyak malai yangtidak berisi (hampa) sehingga tidak bisa menghasilkan. Seperti halnya wereng coklat,

  • 8/8/2019 laporan IHTD fieldtrip

    4/9

    penyebaran penyakit ini juga sangat cepat. Cepatnya perkem-bangan penyakit tungro

    disebabkan antara lain oleh adalah cepatnya perkembangan serangga penular (wereng hijau),

    masih dilakukannya penanaman bibit padi yang tidak diketahui asal usul dan kesehatannya,

    terutama dari daerah endemis tungro, adanya penanaman varietas tidak tahan tungro yang

    didu-kung pola tanam tidak teratur, dan para petani masih enggan melakukan pemusnahan

    (eradikasi) pada tanaman yang terkena serangan tungro akibatnya tanam padi sehat yang lain

    ikut terkena penyakit ini.

    Pengendalian hama wereng coklat dan penyakit tungro ini akan lebih efektif bila kita

    mengetahui bagaimana gejala, sistem penularan dan siklus hidup serangga penyebar penyakit

    itu. Penularan penyakit tungro pada padi bersumber dari singgang (sisa tanaman padi setelah

    dipanen) dan rumput-rumput yang berada di sekitar tanaman padi. Virus tungro ini dibawa

    oleh wereng hijau dengan menghisap tanaman sakit dan me-nyebarkannya melalui jaringan

    tanaman padi. Penularan penyakit oleh wereng hijau ini berlangsung secara non persisten,

    yaitu segera terjadi dalam waktu 2 jam setelah menghisap tanaman, dan menimbulkan tanda

    serangan setelah 6 9 hari kemudian. Selain wereng hijau dewasa, nimfa (larva) dari

    serangga ini pun dapat menularkan virus tungro. Virus ini tidak dapat ditularkan melalui :

    telur wereng hijau, biji padi, atau gesekan antara tanaman sehat dengan tanaman sakit.

    Berdasarkan hal itu, maka bila kita ingin mengendalikan penyakit akibat virus ini, maka yang perlu kita kendalikan adalah faktor penyebarnya yaitu wereng hijau, tanaman yang sakit dan

    singgang-singgang sebagai sumber penyakit.

    Dalam siklus hidupnya wereng coklat terbagi kedalam 3 fase yaitu telur, nimfa dan

    serangga dewasa. Wereng coklat betina meletakkan telur-telurnya di dalam pelepah dan

    tulang daun. Setelah 7-9 hari kemudian telur-telur tersebut menetas dan menjadi nimfa. Pada

    fase nimfa inilah serangga wereng coklat berbahaya karena pada fase ini nimfa-nimfa

    bersaing untuk mendapatkan sumber makanan agar bisa tumbuh menjadi serangga dewasa.

    Dalam menunjang perkembangannya menjadi dewasa itulah nimfa ini kemudian merusak

    tanaman dengan cara memakan dan menghisap cairan yang ada dalam tanaman padi. Nimfa

    ini sendiri terbagi ke dalam 5 instar sesuai warnanya. Instar pertama ber-warna putih dan

    selanjutnya berubah menjadi warna coklat. Pada umur 13-15 hari, nimfa sudah berkembang

    menjadi serangga dewasa. Wereng cok-lat mempunyai keistimewaan yaitu mampu

    membentuk biotipe baru. Pembentukan biotipe ini terjadi bila terjadi pergantian varietas padi

    yang tahan wereng. Penggunaan perstisida yang kurang benar akan menimbulkan biotipe

  • 8/8/2019 laporan IHTD fieldtrip

    5/9

    baru yang menyebabkan wereng tersebut semakin kebal ter-hadap insektisida yang diberikan.

    Sampai saat ini, sudah ada tiga biotipe yang banyak menyerang padi, dan baru-baru ini

    diketahui bahwa telah ada biotipe ke-4 dari wereng coklat ini.

    Pengendalian selain menggunakan musuh alami, insektisida, juga menanam vrietas

    tahan wereng coklat merupakan solusi yang peling banyak dipakai oleh peteni dalam

    menanggulangi hama ini. Namun untuk menghasilkan suatu varietas baru tersebut,

    memerlukan waktu yang lama. Salah satu proses dalam produksi benih tahan wereng coklat,

    dilakukan proses skrinning. Proses ini dilakukan pada galur yang akan diuji yaitu dengan

    menyeleksi galur yang paling tahan terhadap hama ini. skrinning dilakukan pada semua

    biotipe dari wereng, mulai dari biotipe 1 sampai biotipe 3. Namun hingga saat ini, belum ada

    pengujian galur untuk biotipe 4 dari wereng coklat. Beberapa jenis varietas padi seperti IR36,

    IR64, dan lain-lain merupakan vrietas yang tahan terhadap serangan wereng coklat.

    Selain itu, umur tanaman juga dapat mengurangi resiko kerusakan. Oleh karena itu,

    BBPadi pada tahun ini melai mengeluarkan vrietas padi INPARI yang genjah yaitu berumur

    95 hari. Dengan begitu, selain resiko kerusakan berkurang, maka produksi padi juga

    meningkat. Dengan misi ini, BBPadi mengharapkan dapat menjadi motor penggerak dalam

    peningkatan produksi padi nasional.

    Hama penting yang kedua adalah ulat penggerek batang. Ulat penggerek batang padi

    ini menimbulkan Gejala beluk terjadi pada tanaman dalam fase generatif, gejala ini

    menyebabkan bulir padi kosong dan berwarna coklat keputih-putihan dan juga batang padi

    yang terserang menjadi tegak karena bulir padi kosong. Kemudian gelaja sundep pada

    tanaman padi yaitu gejala dengan tanda ujung daun mati kering dan mudah dicabut karena

    daun tersebut telah putus digigit larva yang ada di dalam batang.

    Ada beberapa jenis ulat penggerek batang padi, diantaranya pengerek batang padi

    putih (Tryporyza innotata). Dinamakan pengerek batang padi putih karena ngegatnya

    berwarna putih. Dahulu hama ini dikenal hama yang menghuni hamparan sawah tadah hujan.

    Hama ini dominan didaerah tadah hujan karena ham aini mampu berpuasa 3 sampai 6 bulan

    pada saat tanah sedang kering dan tidak ada tanaman padi. Namun demikian hama ini justru

    lebih banyak ditemukan didaerah berpengairan teknisseperti di jalur pantura (pantai utara

    jawa). Perubahan prilaku ini diduga merupakan akibat dari pembangunan saluran irigasi dan

    pengaruh pestisida yang digunakan secara terus menerus. Kemudian pengerek batang padi

  • 8/8/2019 laporan IHTD fieldtrip

    6/9

    kuning (Scirpopaga incertulas) . Disebut juga Tryporyza incertulas dan dikenal sebagai

    pengerek batang padi kuning karena ngegatnya berwarna kuning kecoklatan. Ciri lain dari

    ngegat ini adalah titik hitam dibagian belakang sayap depannya. Pada ngegat betina titik

    hitam ini lebih besar dan lebih jelas disbanding dengan titik hitam yang ada pada ngegat

    jantan. Dahulu hama ini dikenal sebagai hama yang ada pada pengairan yang baik dimana

    ngegat tidak mengalami masa puasa. Namun demikian kini hama ini justru menyebar di

    daerah yang menanam padi dua kali setahun. Pengerek batang padi merah jambu (Sesamia

    inferen) . Disebut sebagai pengerek batang padi merah jambu karena ulatnya berwarna merah

    jambu. Pengerek batang ini tidaklah sepenting pengerek batang padi putih dan pengerek

    batang padi kuning. Populasinnya hanya sedikit dan belum pernah dilaporkan yang

    mengakibatkan kerusakan serius. Pengerek batang padi merah jambu hanya menyerang

    bersama-sama dengan pengerek batang padi kuning atau pengerek batang apadi putih.

    Pengerek Batang Padi Bergaris ( Chilo supressalis) . Disebut pengerek batang apdi bergaris

    karena ulatnya memiliki dua garis memanjang. Hama ini juga tidak terlalu mengakibatkan

    kerusakan yang berarti pada tanaman padi. Lalu pengerek batang padi berkepala Hitam

    (Chilo polychrysus) . Disebut pengerek batang padi berkepala hitam karena ngengatnya

    berkepala hitam. Dan hama ini juga tidak menimbulkan kerusakan yang berarti pada tanaman

    padi. Dan pengerek batang padi mata bertungkai (Diopsis macropthalma). Disebut penegerek

    batang padi mata bertangkai karena bagian kepalanya mempunyai tonjolan berwarna merah

    yang bagian ujungnya membulat seperti mata yang bertangkai. Hama ini ditemukan dibenua

    Afrika.

    Beberapa musuh alami yang dikembangkan untuk mengendalikan penggerek batang

    padi, diantaranya parasit telur telenomus (Telenomus rowani;Hymenoptera;Scelionidae)

    merupakan parasit kecil berwarna hitam yang memparasiti telur-telur pengerek batang padi.

    Tabuhan telenomus mencari ngegat betina pengerek batang yang telah siap bertelur dankemudian hinggap di ujung perut ngegat dewasa, dekat dengan ovipositor ( alat untuk

    meletakkan telur). Ketika ngegat mulai bertelur, tabuhan ini segera menitipkan telurnya

    dengan menyuntikkan kedalam telur-telur yang baru keluar dari ngegat-ngengat dewasa.

    Setelah 10-14 hari, yang keluar dari kelompok telur tersebut bukan ulat pengerek batang padi

    namun yang keluar tersebut adalah tabuhan telenomus baru yang siap mengamankan sawah

    dari serangan pengerek batang padi. Tingkat parasitasi tabuhan telenomus dilapangan adalah

    antara 36%-90%.

  • 8/8/2019 laporan IHTD fieldtrip

    7/9

    Kemudian parasit trichogramma (Trichogramma japonicum; Hymenoptera;

    Trichogrammitidae) ciri-ciri berwarna hitam, lebih kecil dari semut. Hama ini sering muncul

    dari kelompok telur pengerek batang. Parasit ini meletakkan telur dengan menyuntikkan

    ovipositornya diantara bulu-bulu halus yang menutup telur. Telur parasit diletakkan satu per

    satu pada tiap telur pengerek batang. Tingkat parsitasi dilapangan berkisar antara 40%.

    Kemudian jangkrik ekor pedang (Metioche vittaticollis atau Anaxpha longipennis;

    Orthroptera: Gryllidae) yang merupakan jangkrik pemangsa. Jangkrik ini disebut jangkrik

    ekor pedang karena memiliki ekor seperti pedang. Cirri lain dari jangkrik ekor pedang adalah

    sungutnya yang panjang sehingga dibeberapa tempat jangkrik ini juga disebut jangkrik

    sungut panjang.bukan hanya jangkrik dewasa, jangkrik ekor pedang muda pun merupakan

    pemangsa kelompok telur pengerek batang padi yang rakus. Dan masih banyak musuh-musuh

    lami yang lain, yang memangsa dari hama pengerek batang padi sesuai dengan fase-fase dari

    hama pengerek batang tersebut. Musuh-musuh alami ini dapat digunakan dalam pertanian

    organic yang memamnfaatkan musuk alami sebagai pengendali hama dan bukan mengunakan

    pestisida yang dapat membunuh segala macam mahluk hidup yang ada diekosistem tersebut.

    Dengan timbulnya biotipe-biotipe baru dari wereng coklat, maka dapat diketahui

    bahwa serangga ini memiliki kekenyalan genetik yang tinggi. Dalam hal ini, kita harus lebih

    menyiasati resiko tersebut. Sebagai salah satu contoh, siasat tersebut dapat dilakukan dengantidak menanam varietas yang tahan terhadap hama secara homogen, melainkan dengan

    memperbanyak jenis varietas pada satu lahan luas. Hal tersebut akan mengurangi resiko

    timbulnya biotipe baru, sebab dengan masih adanya tanaman yang dapat diserang hama, akan

    mengurangi penekanan terhadap hama tersebut. Sebab penekanan yang keras akan memaksa

    hama untuk beradaptasi dan menghasilkan keturunan yang lebih kuat atau biotipe baru.

  • 8/8/2019 laporan IHTD fieldtrip

    8/9

  • 8/8/2019 laporan IHTD fieldtrip

    9/9

    DAFTAR PUSTAKA

    [Ameilia Z.S.]. 2007. Hama-Hama Tanaman Padi. http://pustaka-deptan.go.id/ (09 Juni

    2009)

    [Anonim]. 2006. Wereng Coklat . http://www.knowledgebank.irri.org/ (09 Juni 2009)

    [Anonim].2007. Bagaimana Cara Mengendalikan Wereng Coklat dan Tungro.

    http://www.tanindo.com/ (09 Juni 2009)

    [Anonim]. 2008. Penggerek Batang Padi. http:/ratunjatim.co.cc/ (09 Juni 2009)

    [Anonim]. 2009. Penggerek Batang Padi. http://omadun.blogspot.com/ (09 Juni 2009)

    [Didi Darmadi]. 2008. Jenis-Jenis Hama Penggerek Batang Padi.

    http://mablu.wordpress.com/ (09 Juni 2009)