derra mahendar m.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/laporan-fieldtrip.docx · web viewpada fieldtrip...

42
LAPORAN FIELDTRIP DASAR ILMU TANAH DI COBAN PELANGI Disusun Oleh: KELOMPOK L 1 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

LAPORAN FIELDTRIP

DASAR ILMU TANAH

DI COBAN PELANGI

Disusun Oleh:

KELOMPOK L 1

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2011

Page 2: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

LAPORAN FIELDTRIP

DASAR ILMU TANAH

DI CUBAN PELANGI

Disusun Oleh:

KELOMPOK L

NO NAMA KELAS ASSISTEN PRATIKUM

1 Wiranata Abdi Sukmana L Silvy Endichristina2 Derra Mahendar M. L Silvy Endichristina3 Intan Kartika Agnestika L Silvy Endichristina4 Risda Felia Nurul Jannah L Sipyanti5 Rizkyna N.D L Sipyanti6 Raditya Dwi Saputra L Silvy Endichristina7 Guindahnawangningtyas

Selgis AprilliaL Silvy Endichristina

8 Hikmah Nuroniah L Silvy Endichristina9 Putra Pratama L Sipyanti10 Rochmat Mulyadi L Sipyanti11 Bergas Redityo L Sipyanti12 Sendi Puspa Sari L Sipyanti13 Ken Savira Parassayu L Sipyanti14 Riza Anissatul fitriani L Silvy Endichristina15 Petandri Naibaho L Sipyanti16 Mahendra Putra L Sipyanti17 Atik Winarsih L Silvy Endichristina18 Novi Bagus Pratama L Sipyanti19 Fadhila Inggita Hardiningtyas L Silvy Endichristina20 Rud Biondy L Sipyanti

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2011

Page 3: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah dengan lancar.

Laporan ini merupakan tugas terstruktur praktikumDasar Ilmu Tanah,

Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih atas selesainya makalah ini kepada :

1. Mba Selvy selaku asisten pendamping Dasar Ilmu Tanah

2. Mba Sipyanti selaku asisten pratikum Dasar Ilmu Tanah

3. Rekan - rekan Mahasiswa praktikan Dasar Ilmu Tanah Kelas L

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dalam laporan ini guna mencapai hasil yang lebih baik di masa mendatang. Semoga apa yang penulis sampaikan dalam tugas ini dapat bermanfaat bagi semua Mahasiswa Pertanian khususnya Mahasiswa kelas L1, Fakultas Pertanian.

Malang, 27 Desember 2011

Tim Penulis

Page 4: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan suatu benda yang berbentuk tiga dimensi, yang tersusun dari

masa padat, cair dan gas yang terdapat di permukaan bumi. Tanah juga merupakan hasil

pelapukan batuan. Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan dan keberadaannya

yaitu bahan induk, iklim, topografi, organisme, waktu, vegetasi, dan lain-lain. Untuk

mendeskripsikan suatu tanah dapat dilihat dari sifatnya. Sifat tanah sendiri dapat

digolongkan menjadi tiga kategori diantaranya sifat fisik, sifat kimia dan biologi tanah.

dengan pengujian dari ketiga kategori tersebut akan diketahui ciri-ciri suatu tanah dan

tingkat kesuburannnya.

Pada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan

dilakukan pada semua kategori sifat tanah mulai dari sifat fisik, kimia, biologi, begitu

juga dengan pedologi dan penggunaan serta pengolahan lahan. Hal ini dimaksudkan

setelah mengetahui seluruh kategori sifat tanah, pedologi, penggunaan serta pengolahan

tanah tersebut, akan dapat diketahui pula tingkat kesuburan tanah, sehingga bisa

mengetahui potensial lahan tersebut dalam pemanfaatan serta pengolahannya. Apabila

potensial lahan tersebut telah diketahui, maka diharapkan dalam pemanfaatannya dapat

dilakukan secara bijaksana dan tidak merusak ekosistem yang ada.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dengan disusunnya laporan praktikum ini yaitu, diantaranya:

1. Untuk mendalami teori yang telah didapatkan pada waktu praktikum.

2. Untuk mengetahui unsur-unsur fisika yang terdapat di daerah Coban Pelangi.

3. Untuk mengetahui unsur-unsur biologi yang terdapat di daerah Coban Pelangi.

4. Untuk mengetahui unsur-unsur kimia yang terdapat di daerah Coban Pelangi.

5. Untuk mengetahui unsur-unsur pedologi yang terdapat di daerah Coban Pelangi.

6. Untuk mengetahui deskripsi tanah di daerah Coban Pelangi.

Page 5: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua
Page 6: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

BAB II

METODOLOGI

2.1 Tempat dan Waktu

Tempat : Coban Pelangi

Waktu : tanggal 18 Desember 2011

Pukul : 07.00 – selesai

2.2 Alat, Bahan dan Fungsi

1) Pos Biologi

1. Tali rafia, untuk membuat batasan frame yang akan diamati

2. Kayu kecil atau ranting, untuk membuat batasan frame yang akan diamati

3. Cetok, untuk melihat organisme yang ada di dalam tanah.

4. Alat tulis, untuk mencatat hasil pengamatan

5. Frame : untuk menentukan vegetasi yang berada di lahan tersebut.

2) Pos Pedologi

Survei set, berisi alat-alat yang diperlukan dalam pengamatan pedologi tanah. Di

antaranya:

1. Air bersih (dalam botol plastik) untuk membasahi massa tanah guna penetapan

tekstur dan konsistensi dalam keadaan lembap dan basah, dan untuk

melembapkan penampang tanah jika terlalu kering.

2. Sekop untuk menggali lubang penampang/profil tanah dengan membuat sisi

penampang tegak lurus ke bawah tergantung dari penampang profil yang

digunakan.

3. Meteran ban bentuknya agak lebar dan besar, digunakan selain untuk

mengukur ketebalan Horizon, juga untuk pengambilan dokumentasi (foto

penampang) agar angka-angka kedalamannya terlihat jelas.

4. Sabuk profil, untuk dapat membedakan horizon yang satu dengan yang

lainnya.

5. Pisau lapang, untuk menarik garis atau menandai batas lapisan, perbedaan

warna, mengambil gumpalan tanah untuk melihat struktur, tekstur; gumpalan

bahan kasar (konkresi), selaput liat; mengiris perakaran, dan mengambil

contoh tanah.

6. Buku Munsell Soil Color Chart sebagai pedoman untuk menetapkan warna

Page 7: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

tanah dan semua gejala karatan yang terdapat di dalam penampang.

7. Botol semprot berisi air, untuk membasahi tanah yang akan ditentukan kelas

tekstur dan konsistensi tanahnya secara manual di lapangan serta warna tanah.

8. Kompas, untuk menentukan arah penampang terhadap lereng atau letak

penampang terhadap sesuatu tanda tetap di lapangan, juga untuk menentukan

posisi dan arah di lapangan.

9. Klinometer, untuk menentukan besar sudut elevasi dalam mengukur tinggi

obyek secara tidak langsung.

10. Kamera, untuk pengambilan dokumentasi penampang profil.

11. Alat tulis, untuk mencatat hasil praktikum.

3) Pos Fisika

Alat tulis, untuk mencatat hasil pengamatan dan penjelasan dari asisten

pendamping

4) Pos Kimia

Alat tulis, untuk mencatat hasil pengamatan dan penjelasan dari asisten

pendamping

2.3 Langkah – Langkah Deskripsi Tanah

1. Pos Pedologi

Siapkan alat-alat yang akan digunakan (survey set), buat singkapan atau minipit.

Tentukan horizon dari minipit atau singkapan itu.

1. Pertama dengan melihat warna tanahnya, apabila ada perbedaan tanah langsung di berikan garis.

2. Setelah menentukan dengan warna kemudian tentukan dengan merasakan konsistensinya, dengan cara ditususk-tusuk menggunakan pisau.

Ambil sebongkah tanah untuk sampel. Pengambilannya dengan cara mencongkelnya dari bawah keatas dan dilakukan pada setiap horizon.

Sampel tanah yang diambil, ditentukan strukturnya dengan cara dikocok menggunakan kedua tangan, kemudian ditentukan strukturnya.

Setelah menentukan struktur kemudian tentukan tekstur dari tanah dengan cara dirasakan menggunakan tangan atau pangkal lidah dan langit-langit mulut.

Page 8: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

Pada pos pedologi yang pertama dilakukan adalah mencari horizon-horizon

yang ada pada singkapan yang telah ada sebelumnya. Untuk menemukan horizon-

horizon ini dilakukan dengan melihat perbedaan warna pada singkapan serta

menusuk-nusuk singkapan sampai ditemukan perbedaan. Kemudian mendeskripsikan

tanah mulai dari warnanya menggunakan Munsell Soil Color Chart . kemudian

mencari struktur tanahnya dengan cara dikocok dengan kedua tangan, kemudian

dilihat bentuknya. Kemudian tekstur, konsistensi lembab dan basah tanah.

2. Pos Biologi

Penentuan konsistensi tanah dalam keadaan basah. Untuk kelekatan: tambahkan air hingga tanah basah kemudian rasakan kelekatannya. Apakah lekat, agak lekat,

atau tidak lekat.

Setelah mengukur kelekatan kemudian ukur plastisitasnya, dengan cara membuat lingkaran membentuk cincin. Amati apakah tanah itu memiliki plastisitas yang

sangat plastis, plastis, atau tidak plastis.

Penentuan konsistensi tanah dalam keadaan lembab. Pijit tanah dengan jari telunjuk dan ibu jari.

Setelah menentukan teksturnya, tentukan konsistensi tanah tersebut.

Siapkan alat dan bahan

Cari tempat dengan permukaan yang rata

Lemparkan frame secara acak untuk menentukan vegetasi yang akan diamati

Analisis vegetasi dalam frame untuk mengetahui biodiversitas

Pemberian Materi oleh pemateri

Page 9: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

Pada pos biologi dilakukan dua pengamatan. Pengamatan pertama pada

biologi tanah, dengan cara mengambil sampel tanah pada lahan, kemudian

menganalisis organiame apa saja yang terdapat di dalamnya. Pengamatan kedua

adalah pengamatan vegetasi tanaman dalam frame yang telah tersedia. Kemudian

melihat apa saja yang terdapat dalam frame tersebut mulai dai tanaman, hewan

maupun seresahnya. Kemudian diambil sampelnya dan dianalysis.

3. Pos Fisika

Pada pos fisika yang kita lakukan adalah mengamati kondisi penggunaan

lahan di sekitar, menggambar sketsa lahan rekomendasi

4. Pos Kimia

Pada pos kimia tanah yang kita lakukan adalah mengamati vegetasi yang ada

di pos tersebut dan menghubungkannya dengan defisisensi unsur hara.

Mengambil sampel tumbuhan yang ada dalam frame, diamati dan dianalisis.

Gali 10 cm dan analisis fauna tanah yang ada ambil sampel

Pemberian Materi oleh Pemateri

Siapkan Alat dan Bahan

Analisis Land use, Land Cover dan Erosi

Pemberian Materi oleh Pemateri

Siapkan Alat dan Bahan

Analisis defisiensi tanah

Page 10: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua
Page 11: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

BAB III

KONDISI UMUM WILAYAH

3.1 Kondisi Biofisik

1. Track 1

a. Land Use

Land use atau penggunaan lahan di daerah Coban Pelangi, Malang, Jawa Timur

adalah sebagai daerah hutan produksi untuk tanaman tahunan berupa pohon pinus

yang diambil getahnya. Selain itu pada lahan ini juga ditanami tanaman semusim

sebagai tanaman selipan, berupa tanaman semusim monokultur pada lahan yang agak

kosong. Tanaman semusim yang ada diantaranya wortel , bawang, cabai dn lain-lain.

b. Land Cover

Land cover atau penutupan lahan di daerah Coban Pelangi, Malang, Jawa Timur

secara garis besar di dominasi oleh pohon–pohon besar berupa pohon pinus, semak

dan tanaman penutup tanah sebangsa rerumputan, tetapi pada beberapa teras ditnami

tanaman semusim. Sebagian besar lahannya tertutup oleh vegetasi tersebut. Hal itu

membuktikan bahwa pada daerah tersebut tanahnya mempunyai kandungan bahan

mineral dan organik dalam jumlah yang banyak yang sangat dibutuhkan oleh

tumbuhan agar tumbuh dengan baik.

c. Tingkat pengolahan

Tingkat Pengolahan di lahan Coban Pelangi, Malang, Jawa Timur pada track 1

tidak terlalu intensif. Pada lahan ini mayoritas tanamannya adalah pohon pinus yang

merupakan tanaman tahunan. Sehingga pengolahannya tidak terlalu intensif seperti

pada tanaman monokultur. Meskipun pada sebagian kecil lahan ditanami tanaman

semusim monokultur, tetapi hal ini tidak menunjukkan keintensifan pengolahan lahan.

Karena tanaman utama masih berupa pohon pinus.

Track 2

a. Land Use

Penggunaan lahan pada daerah Coban Pelangi sebagian besar adalah sebagai

daerah tegalan sebagai contoh tanaman jagung.

b. Land Cover

Page 12: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

Land cover di daerah Coban Pelangi secara garis besar di dominasi oleh

tanaman budidaya berupa jagung, kubis,tomat dan lain-lain. Selain itu banyak juga

tumbuh rumput, ilalang dan juga pohon mahoni di sela rerumputan.

c. Tingkat pengolahan

Tingkat pengolahan di daerah Coban Pelangi pada track 2 yang di dominansi

tegalan relatif lebih intensif dibandingkan track 1. Hal ini dikarenakan tanaman

budidaya berupa tanaman semusim, sehingga pengolahan lahannya lebih sering

dibandingkan tanaman tahunan. Pada lahan dengan tanaman semusim, masa tanam

lebih singkat, hanya beberapa bulan saja, kemudian diganti tanaman baru yang

tentusaja pada perpindahan tanaman ini dilakukan pengolahan. Dan hal ini dilakukan

setiap usai panen sebelum masa tanam.

3.2 Kondisi Fisiografis

1. Track 1

Kemiringan lereng : 59 0

Relief /topografi : Miring

2. Track 2

Kemiringan lereng : 450

Relief/ topografi : landai

Telah diketahui bahwa kemiringan track 1 sebesar 590 dan dikategorikan miring

sedangkan pada track 2 sebesar 450 dan dikategorikan landai. Dari segi derajat kemiringannya

saja terbukti bahwa lahan pada track 1 lebih miring daripada track 2. Hal ini berarti bentuk

lahan track 1 lebih berbentuk lereng daripada track 2. Pemanfaatan pada kedua lahan ini pun

akan mempunyai perbedaan akibat besar kemiringan lahannnya.

Oleh karena kondisi topografi seperti ini, maka lahan pertanian akan terbatas. Di sini

sulit sekali mengembangkan pertanian secara besar-besaran. Demikian pula untuk

pengembangan sarana dan prasarana pembangunan seperti jalan atau tempat pemukiman.

Mungkin untuk track 2 masih bisa dipakai lahan pertanian, namun mungkin tidak seproduktif

di lahan datar. Namun juga harus diikuti dengan pembuatan guludan atau terasiring.

Page 13: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Deskripsi Lingkungan dan Sketsa Lokasi

Lingkungan di coban pelangi ini memiliki kemiringan lahan yang curam, karena

memiliki kemiringan 59o. Lahan miring memang mempunyai potensi erosi lebih besar

daripada lahan datar. Tetapi dikarenakan vegetasi utamanya berupa pohon, kemungkinan

erosi yang besar akan terimbangi oleh perakaran pohon yang mampu menahan laju air,

sehingga kemunkinan erosi lebih terminimalisir. Meskipun pergerakan air ini membawa

partikel-partikel tanah sehingga terjadi erosi sedikit demi sedikit. Penggunaan lahan pada

daerah ini digunakan sebagai lahan agroforesti pertanian yang tutupan lahannya berupa

pohon pinus, wortel,bawang,tembakau , rerumputan dll.

Gambar 2 : Lahan sebenarnya

Page 14: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

4.2 Hasil Pengamatan Biodiversitas Tanah

Pada fieldtrip Dasar Ilmu Tanah yang diadakan di Coban Pelangi, Malang. Dapat

diketahui bahwa tanah di daerah Coban Pelangi relatif subur, sehingga vegetasi yang

terdapat di daerah Coban Pelangi juga banyak, sehingga organisme yang hidup di

tanahnya juga banyak. Pada frame pengamatan yang berukuran 50 cm x 50 cm,

ditemukan beberapa vegetasi rumput-rumputan dan sintrong. Sedangkan organisme yang

ditemukan di permukaan tanah dan yang berada di dalam tanah adalah semut, cacing, dan

serangga yang tergolong Filum Arthropoda.

4.3 Hasil Pengamatan Tingkat Kesuburan Tanah

Dari hasil pengamatan dapat diketahui pada lahan tanaman tahunan yang memiliki

jenis vegetasi tanaman pinus dengan tanaman selipan seperti tanaman bawang dan

tanaman jahe-jahean. Selain itu juga ditemukan beberapa macam fauna tanah yang juga

menentukan tinggi rendahnya tingkat kesuburan tanah atau biologi tanah dan dalam

pengamatan ini kita menemukan mikro dan makro fauna tanah seperti cacing yang sangat

berperan untuk menyuburkan tanah selain fauna dan vegetasi tanah, kita juga melihat

banyaknya seresah yang terdapat diatas tanah. Seresah juga merupakan salah satu factor

yang dapat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah atau biologi tanah karena kandungan

karbon yan terdapat didalamnya.Pada Lahan yang diamati kandungan bahan kimia pada

tanah yang di butuhkan tanaman yaitu Mg,Na,Fe,K,Ca,P, Yang di butuhkan oleh tanaman

Untuk Pertumbuhan .

Dapat disimpulkan bahwa, semakin beragam jenis vegetasi dan fauna yang ada

dalam tanah, maka akan semakin tinggi pula tingkat kesuburan tanah.

4.4 Hasil Deskripsi Profil Tanah atau Pedologi

Page 15: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

Tanah pada lokasi tersebut diperngaruhi abu vulkanisme komplek gunung berapi.

Epipedon: Umbrik, Endopedon: Cambrik, Ordo: Inceptisol.

Horizon Kedalama

n

Deskripsi

1 1-30 cm

Warna :10 YR ¾,

struktur:gumpal

bersudut,tekstur:liat

berdebu, dengan

konsistensi lembab

gembur dan konsistensi

basah agak lekat.

Perakaran mikronya

banyak, sedangkan

perakaran mesonya

sedang.

2 30-40 cm

Warna : 10 YR ¾,

struktur:gumpal

besudut ,

tekstur:lempung,

dengan konsistensi

lembab gembur dan

konsistensi basah agak

lekat. Perakaran

mikronya sedikit

begitu juga dengan

perakaran meso.

Warna : 10 YR 3/3

struktur:gumpal

bersudut , tekstur:

lempun, dengan

Page 16: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

3 40-50 cm

konsistensi lembab

gembur dan konsistensi

basah agak lekat.

Perakaran mikronya

sedikit.

4 50-77 cm

Warna : 10 YR 3/3

struktur:gumpal

bersudut, tekstur liat

berpasir, dengan

konsistensi lembab

gembur dan konsistensi

basah lekat

Page 17: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Sifat Biofisik Lahan

Adanya seresah dan Bahan Organik Tanah menunjukkan adanya aktivitas biologi di

tanah. Semakin beragam dan rapatnya vegetasi, akan banyak terdapat organisme baik

makro maupun mikro yang ada di permukaan dan atau dalam tanah. Hal ini dikarenakan

semakin tersedianya bahan makanan bagi organisme, sehingga banyak seresah dan juga

sisa-sisa makhluk hidup yang terdekomposisi. Aktivitas biologi tanah akan

memengaruhi sifat fisik tanah seperti tekstur tanah, struktur tanah dsb.

Jika ada penggunaan lahan yang sekiranya tidak berhubungan dengan pertanian atau

penghijauan, akan mengurangi bahkan bisa merusak keseimbangan antara kondisi

biofisik tanah. Karena antara sifat biologi dan sifat fisika tanah saling mempengaruhi.

Contohnya Alih fungsi hutan ke pertanian, banyaknya pohon yang ditebang sebagai

penyangga dan serapan air hujan dan diganti dengan lahan pertanian akan menyebabkan

erosi, longsor, dan degredasi tanah.

Berdasarkan literatur, Perubahan penggunaan lahan selain menambah proporsi luas

lahan terbangun, juga mengubah tutupan lahan/vegetasi pada lahan terbuka yaitu dari

lahan sawah/tegalan menjadi rumput/pekarangan. Perubahan tutupan lahan ini

mengakibatkan perubahan sifat biofisik tanah, karena setiap jenis vegetasi memiliki

sistem perakaran yang berbeda (Winanti, 1996). Hasil penelitian Widianto et al. (2004)

menunjukkan bahwa alih guna lahan hutan menjadi kopi monokultur di Lampung

mengakibatkan perubahan sifat tanah permukaan berupa penurunan bahan organic dan

jumlah ruang pori. Alih guna lahan tersebut juga mengakibatkan penurunan

makroporositas tanah (Suprayogo et al., 2004) dan menurunkan ketebalan seresah dan

jumlah pori makro tanah (Hairiah et al., 2004). Terkait dengan perubahan sifat biofisik

tanah tersebut, Liedloff (2003) menyatakan bahwa perubahan tutupan lahan

mempengaruhi keberadaan biota tanah berupa penyusutan jumlah makroinvertebrata di

dalam tanah.

5.2 Pengaruh Penggunaan Lahan Pengelolaan Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah

Pada fieldtrip Dasar Ilmu Tanah yang diadakan di Coban Pelangi, Malang. Dapat

diketahui bahwa tanah di daerah Coban Pelangi relatif subur, sehingga vegetasi yang

terdapat di daerah Coban Pelangi juga banyak, sehingga organisme yang hidup di

tanahnya juga banyak. Pada frame pengamatan yang berukuran 50 cm x 50 cm,

Page 18: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

ditemukan beberapa vegetasi rumput-rumputan dan tanaman sentrong. Sedangkan

organisme yang ditemukan di permukaan tanah dan yang berada di dalam tanah adalah

semut, cacing, dan serangga yang tergolong Filum Arthropoda.

5.3 Pengaruh Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Terhadap Tingkat Biodiversitas

FaunaTanah

Keanekaragaman alami atau keanekaragaman hayati, atau biodiversitas, adalah

semua kehidupan di atas bumi ini (tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme) serta

berbagai materi genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di

mana mereka hidup. Termasuk didalamnya kelimpahan dan keanekaragaman genetik

relatif dari organisme-organisme yang berasal dari semua habitat baik yang ada di darat,

laut maupun sistem-sistem perairan lainnya. Tipe penggunaan lahan sangat

mempegaruhi komposisi dan kemelimpahan komunitas fauna tanah. Vegetasi akan

mempengaruhi fauna tanah melalui sumbangan bahan organik dan perbaikan iklim

mikro, sementara itu aktivitas fauna tanah, kondisi tanah, dan iklim akan mendukung

produktivitas dan struktur vegetasi.

Penggunaan lahan yang baik maka akan mempengaruhi keadaan dan pertumbuhan

biodiversitas fauna tanah. Pada daerah yang diamati kelompok kami, penggunaan lahan

belum terlalu banyak mempengaruhi keberadaan biodiversitas fauna tanah di sekitar

area tersebut. Pada umumnya area tersebut masih terlihat atau masih berupa hutan,

dengan kata lain biodiversitas fauna tanah di area tersebut masih terjaga dan masih

sangat beragam. Pada area pengamatan tersebut terdapat organisme-organisme tanah

yang diantaranya adalah Cacing, Semut, Hifa Jamur, Laba-laba. Hal tersebut

membuktikan bahwa penggunaan lahan dan pengolahannya sangat berpengaruh pada

bidiversitas fauna tanah. Semakin sering digunakan lahan tersebut walaupung

pengolahannya baik tetap akan mengurangi jumlah biodiversitas fauna tanah meskipun

mereka tetap dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Semakin banyak bahan

organic (sumber makanan mikroorganisme) maka jumlah mikroorganisme yang ada

semakin banyak dan tanah menjadi semakin subur. Namun hal tersebut juga akan

semakin baik jika lahan tetap pada keadaan alami atau terbentuk secara alami ataupun

jika digunakan sebagai lahan pertanian ada baiknya jika menggunakan system

‘Agroforestry’.

Page 19: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

5.4 Pengaruh Pengelolaan dan Fisiografi Lingkungan Terhadap Pembentukan dan

Perkembangan Tanah

Pada lahan di coban Pelangi memiliki ordo inceptisol, yaitu tanah yang

pembentukannya melalui proses-proses pelapukan yang menghasilkan mineral-mineral

dengan struktur kristal yang cukup rapi. Tanah ini umumnya dijumpai di daerah-daerah

yang dingin (pada ketinggian di atas 1000 m dpl) dengan tingkat curah hujan yang

sedang sampai tinggi, terutama daerah-daerah yang ada hubungannya dengan material

vulkanik.

Fisiografi merupakan faktor abiotik yang khas pada suatu habitat. Salah satu faktor

ini adalah topografi yang berhubungan dengan bentuk permukaan daratan dan

mencakup ketinggian, kemiringan lereng, serta lapisan geologi tanah. Bentuk

permukaan tanah ini mempengaruhi sifat dan sebaran komunitas tumbuhan.

Ketinggian yang lebih tinggi menyebabkan perbedaan iklim seperti angin, suhu

yang lebih rendah dan kelembaban yang ekstrim, serta curah hujan. Bentuk bentang

alam tertentu juga menentukan jumlah energi matahari yang mencapai tanah. Ini

menerangkan terdapatnya komunitas yang khas yang hidup di tebing terjal, gua, alur

dan lereng bukit yang curam. Keterjalan lereng juga mempengaruhi gerakan air dan

tanah, sehingga pengikisan terjadi pada permukaan lereng yang miring dan paling

sedikit dibagian lembahnya. Pengikisan yang hebat akan terjadi pada permukaan tanpa

vegetasi sehingga menyebabkan terbentuknya alur pada tebing-tebing.

Formasi tanah merupakan hasil pelapukan batuan dari proses geologi yang

terbentuk akibat interaksi dari iklim, bahan induk, relief, organisme dan waktu. Tanah

dapat dianggap sebagai lapisan tipis alami yang menutupi permukaan bumi yang

menunjang kehidupan. Tanah terbentuk dari batuan atau bahan induk lainnya melalui

proses pelapukan. Pelapukan awal dimulai melalui pelapukan mekanis batuan induk

menjadi bahan induk yang dibantu oleh perubahan suhu dan hujan. Selanjutnya akar

tumbuhan yang hidup berkoloni serta organisme lain seperti cacing tanah, semut dan

serangga membantu pemecahan dan penghancuran bahan yang keras yang

menghasilkan bahan yang lebih halus. Pada kondisi ini hanya sedikit senyawa terlarut

dilepaskan, namun beberapa tumbuhan tertentu dapat hidup di bawah kondisi ini,

seperti: lumut. Matinya tumbuhan, organisme lainnya, serta pelapukan bahan induk

lebih lanjut menghasilkan humus dan lapisan tanah dan tumbuhan yang dapat tumbuh

lebih banyak lagi. Akar tumbuhan yang lebih besar dapat menembus batuan dan bahan

induk yang lebih dalam sehingga membatu dalam proses pelapukan mekanisnya.

Page 20: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

Selain proses pelapukan fisikan pelapukan kimia juga penting di mana keduanya

saling berkaitan yang membantu kegiatan satu dengan lainnya. Akibat pelapukan fisika

mendorong terjadinya pelapukan kimia yang melibatkan reaksi permukaan. CO2 dan

asam-asam yang terlarut dalam air hujan dapat mengikis permukaan batuan. Asam-

asam karbonat bersama dengan asam lainnya yang terbentuk oleh dekomposisi bahan

tumbuhan mati menghasilkan reaksi hidroksida sejumlah unsur. Beberapa sifat tanah

yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang tumbuh di atasnya terbagi atas sifat

fisik, kima dan biologi tanah. Sifat fisik tanah mencakup warna tanah, tekstur, struktur,

bulk density, permeabilitas dan stabilitas agregat. Warna tanah walaupun kegunaannya

kecil namun dapat dijadikan petunjuk sifat-sifat tanah. Misalnya warna gelap

mencirikan kandungan bahan organic yang tinggi, warna kelabu menunjukkan pengaruh

air dominan, sedangkan warna merah menunjukkan tanah-tanah yang telah mengalami

pelapukan lanjut.

5.5 Pengaruh Sifat Fisik, Kimia dan Biologi serta Morfologi Tanah Terhadap Bahaya

Erosi

Ditinjau dari hasil pengamatan di lokasi Coban Pelangi, sifat fisik, kimia,biologi,

serta morfologi tanah dilokasi tersebut sangat berpengaruh terhadap terjadinya erosi.

Sifat fisik yang terdapat dilokasi tersebut yaitu tanah yang bertekstur liat berdebu,

berstruktur gumpal membulat, dengan konsistensi gembur dan agak lekat serta

permeabilitas lambat. Kondisi fisik yang demikian membuat lahan tersebut tidak mudah

terkena erosi. Karena tanah dengan kondisi fisik yang demikian memiliki daya

menahan air yang kuat.

Sifat kimia tanah pada lokasi tersebut terdapat unsur hara dalam jumlah cukup

banyak karena jumlah vegetasi banyak. Jumlah vegetasi memepengaruhi jumlah unsur

hara karena bagian tanaman tersebut dapat menghasilkan unsur hara antara lain dalam

bentuk seresah yang akan didekomposisi oleh mikroorganisme dalam tanah. Jika unsur

hara yang ada pada lahan tersebut banyak maka akan mempengaruhi sifat fisik tanah

seperti tekstur, struktur serta porositas yang akan berpengaruh terhadap terjadinya erosi.

Sifat biologi tanah pada lokasi tersebut adalah terdapat beragam vegetasi yang

berupa pohon besar, tanaman budidaya serta semak atau tanaman penutup tanah.

Sehingga bisa dikatakan lokasi tersebut bahaya erosinya ringan. Karena beragam

vegetasi tersebut dapat menahan air sehingga dapat mengurangi bahaya erosi.

Page 21: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

Morfologi tanah pada lahan tersebut tergolong memiliki bahaya erosi yang cukup besar

karena kemiringan lereng yang curam.

5.6 Perbandingan Pengaruh Penggunaan Lahan Pada Lokasi Berbeda Terhadap

Kondisi Biofisik Lokasi

Lahan pada track 1 yang mempunyai bentuk lereng, penggunaan lahannnya lebih

kepada agroforesty , dengan tanaman utamanya berupa tanaman tahunan yaitu pohon

pinus. Disamping itu pada beberapa teras lahan ditanami tanaman semusim monokultur

berupa wortel, bawang, cabai dan lain-lain.pada lahan juga terdapat semak dan tanaman

penutup tanah berupa rerumputan. Penanaman tanaman pangan pada daerah ini relative

lebih sulit dikarenakan bentuknya yang lereng dan hanya terdapat sedikit teras sehinnga

menyulitkan pengolahan lahan, meskipun begitu pada lahan ini juga ditnammai

tanaman semusim seperti yang telah disebutkan diatas.. Sehinnga tanaman tahunan

lebih cocok dikarenakan tidak perlu mengolah lahan secara intensif, dan kondisi

ekosistem pada lahan inipun relative lebih baik daripada pada tanaman semusim

monokultur.

Sedangkan pada track 2 yang mempunyai bentuk landai, lahannya berupa

tegalan yang dibentuk teras-teras. Sehingga pada lahan ini ditanami berbagai macam

tanaman semusim. Diantara tanaman yang ditanam adalah jagung, kubis, tomat dan

lain-lain yang ditanam pada tegalan berbeda. Selain itu banyak juga tumbuh rumput,

ilalang dan juga pohon mahoni di sela rerumputan. Meskipun lahan ini berbentuk

landai, pengusahaan pengolahan lahan agar dapat ditanami tanaman pangan maupun

monokultur masih dapat dilakukan dengan membentuk sedikit teras pada lahan.

Dikarenakan tanaman yang ada adalah tanaman semusim monokultur, pengolahan

tanah pada terck 2 ini lebih intensif dibandingkan track 1.

Page 22: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Pada lahan di coban Pelangi memiliki ordo inceptisol, yaitu tanah yang pembentukannya

melalui proses-proses pelapukan yang menghasilkan mineral-mineral dengan struktur

kristal yang cukup rapi. Tanah ini umumnya dijumpai di daerah-daerah yang dingin (pada

ketinggian di atas 1000 m dpl) dengan tingkat curah hujan yang sedang sampai tinggi,

terutama daerah-daerah yang ada hubungannya dengan material vulkanik.

Pada track 1 yang mempunyai topografi lereng sebesar 590, sistem penanaman lebih

mengarah pada agroforestry dengan tanaman utama berupa pohon pinus dan terdapat juga

tanaman semusim monokultur berupa wortel, tembakau, cabai dan lain-lain. Sedangkan

pada track 2 yang mempunyai topografi landai, system penanaman monokultur dengan

lahan tegalan berteras. Tanaman budidaya yang ditanam berupa jagung, kubis, tomat dan

lain-lain.

Page 23: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2010.Analisa Tekstur Tanah. http://www.gogle.com/ analisis tekstur tanah

Diakses tanggal 29 desember 2011

Anonymous .2010. Definisi Konsistensi Tanah. http://dasar2ilmutanah.blogspot. com. sifat-

fisika-tanah bagian-5-konsistensi

Diakses tanggal 29 desember 2011

Anonymous.2010. Sifat Fisik Tanah. http: sifat-fisik tanah.html

Diakses tanggal 29 desember 2011

Hanafiah,K.A. 2010. Dasar – Dasar Ilmu Tanah.Rajawali Pers.Jakarta

Diakses tanggal 29 desember 2011

Rayes, Luthfi M. 2006. Deskripsi Profil Tanah di Lapangan. Unit Penerbitan Fakultas

Pertanian Universitas Brawijaya. Malang

Diakses tanggal 29 desember 2011

Sutanto,R.2005.Dasar – Dasar Ilmu Tanah konsep dan kenyataan. Kanisius. Yogyakarta

Diakses tanggal 29 desember 2011

Tim Dosen Jurusan Tanah FPUB. 2010. Panduan Praktikum Dasar Ilmu Tanah. Universitas

Brawijaya . Malang

Diakses tanggal 29 desember 2011

Page 24: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

Lampiran

DESKRIPSI DAN KLASIFIKASI

Seri: Cuban Pelangi

Lokasi: Desa Gubuk Klakah

UTM: S7.804780-E112.516930

Jenis pengamatan: Singkapan

Bahan induk, batuan: Vulkanik,

Deposisi: -

Fisiografi: Berbukit

Lereng: 59%

Posisi: Lereng bawah

Klasifikasi Iklim : Majemuk

Drainase: Cepat

Permeabilitas: Lambat

Genangan/Banjir : Tanpa

Pengelolaan air : Drainase

Jenis Erosi : Permukaan

Bahaya Erosi : Ringan

Keadaan Permukaan : Kerikil

Vegetasi Alami : Dominasi Pinus

Sistem Penanaman : Tumpang sari

Dideskripsi oleh: Minggu ,

Tanggal: 18 Desember 2011

No foto: -

Klasifikasi:

Rejim kelembapan tanah: -

Rejim suhu tanah: -

Epipedon : Umbrik

Endopedon : Cambrik

Ordo : Inceptisol

Sub ordo :

Great group:

Sub group :

Page 25: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

Horizon Kedalama

n

Deskripsi

1 1-30 cm

Warna :10 YR ¾,

struktur:gumpal

bersudut,tekstur:liat

berdebu, dengan

konsistensi lembab

gembur dan konsistensi

basah agak lekat.

Perakaran mikronya

banyak, sedangkan

perakaran mesonya

sedang.

2 30-40 cm

Warna : 10 YR ¾,

struktur:gumpal

besudut ,

tekstur:lempung,

dengan konsistensi

lembab gembur dan

konsistensi basah agak

lekat. Perakaran

mikronya sedikit

begitu juga dengan

perakaran meso.

3 40-50 cm

Warna : 10 YR 3/3

struktur:gumpal

bersudut , tekstur:

lempun, dengan

konsistensi lembab

gembur dan konsistensi

basah agak lekat.

Page 26: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

Perakaran mikronya

sedikit.

4 50-77 cm

Warna : 10 YR 3/3

struktur:gumpal

bersudut, tekstur liat

berpasir, dengan

konsistensi lembab

gembur dan konsistensi

basah lekat

Dokumentasi alat:

Page 27: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

Dokunmentasi kondisi pos pengamatan

Pos fisika

Pos kimia

Pos pedologi

Pos biologi

Page 28: Derra Mahendar M.blog.ub.ac.id/.../files/2012/06/LAPORAN-FIELDTRIP.docx · Web viewPada fieldtrip kali ini dilakukan pengamatan di Cobaan Pelangi. Pengamatan dilakukan pada semua

Gambar lahan rekomendasi