laporan fisiologi blok 6
DESCRIPTION
earsTRANSCRIPT
Laporan Praktikum Fisiologi
Sikap Keseimbangan Badan dan Mekanisme Pendengaran
1.
2.
3.
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
2013
SIKAP DAN KESEIMBANGAN BADAN
Percobaan I: Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal terhadap
Keseimbangan Badan.
Tujuan :
- Untuk mengetahui sikap dan keseimbangan tubuh manusia.
Cara kerja :
1. Suruhlah orang percobaan berjalan mengikut suatu garis lurus di lantai dengan mata terbuka
dan kepala serta badan dalam sikap yang biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia
mengalami kesukaran dalam mengikuti garis lurus tersebut.
2. Ulangi percubaan diatas dengan mata tertutup.
3. Ulangi percobaan diatas (no 1 dan 2) dengan :
a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri.
b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan
Hasil percobaan
Pada saat OP berjalan dengan mata terbuka OP dapat berjalan lurus di suatu garis tanpa
adanya pengaruh keseimbangan, begitupun pada saat OP memiringkan kepalanya kuat kearah
kanan atau kiri. Tetapi, pada saat OP berjalan dengan mata tertutup, OP tidak dapat berjalan
lurus dengan baik dan hal tersebut juga terjadi pada saat OP berjalan dengan memiringkan
kepalanya kuat ke arah kiri dengan mata tertutup, OP berjalan miring ke arah kanan, dan
pengaruh keseimbangan juga dirasakan pada saat OP memiringkan kepalanya ke kanan dengan
mata tertutup dengan terlihat bahwa OP berjalan miring ke arah kanan juga.
Pembahasan
Berdiri, bergerak, dan posisi tubuh lainnya selalu melawan gaya gravitasi bumi. Untuk dapat
mempertahankan posisi tertentu, gaya gravitasi harus dilawan dengan mekanisme motor dan
sensori organ proprioseptif di sendi serta apparatus vestibularis pada bagian telinga dalam.
Apparatus vestibuli mendeteksi perubahan sinyal untuk mengaktifkan respons motor adaptif
yang diperlukan dalam mempertahankan keseimbangan. Respon ini menyertakan otot pendukung
dari anggota gerak dan posisi tubuh serta otot penggerak kepala.
Percobaan II: Dengan kursi Barany
A. Nistagmus
Tujuan :
- Untuk mengetahui adanya nistagmus yang terjadi pada mata saat melakukan percobaan
kursi barany.
Alat dan Bahan :
1. Kursi putar barany
2. Tongkat atau statif yang panjang.
Cara Kerja :
1. Suruhlah orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dengan kedua tangannya
memegang erat tangan kursi.
2. Tutup kedua matanya dengan saputangan dan tundukkan kepalanya 30˚ ke depan.
3. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan.
4. Hentikan pemutaran kursi dengan tiba-tiba.
5. Bukalah saputangan (buka mata) dan suruhlah orang percobaan melihat jauh ke depan.
6. Perhatikan adanya nistagmus.
7. Tetapkan arah komponen lambat dan cepat nistagmus tersebut.
Pertanyaan :
- Apa yang dimaksud dengan rotarory nistagmus dan postrotary nystagmus?
Hasil Percobaan
Nistagmus dapat dilihat oleh pemeriksa dimana nigtamus lambat terlihat bergerak kearah
kiri sedangkan, nistagmus cepat terlihat bergerak kearah kanan.
Pembahasan
Nistagmus adalah gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah dan
bahkan gerakan memutar. Arah dari gerakan tersebut bisa membantu dalam menegakkan
diagnosa. Nistagmus bisa dirangsang dengan menggerakkan kepala penderita secara tiba -
tiba atau dengan meneteskan air dingin ke dalam telinga. Untuk menguji keseimbangan,
penderita diminta berdiri dan kemudian berjalan dalam satu garis lurus, awalnya dengan mata
terbuka, kemudian dengan mata tertutup. Dan, biasanya orang yang memiliki nistagmus
memiliki penglihatan yang kurang dan menggunakan kacamata atau kontak lens untuk
memperbaiki pandangannya.
Menjawab Pertanyaan :
- Rotatory nistagmus dimana nistagmus dapat dilihat pada saat kursi masih diputar dan
terjadi nistagmus pada mata orang percobaan.
- Post rotatory nistagmus dimana nistagmus dapat dilihat ketika kursi sudah diberhentikan,
dan masih terlihata adanya nistagmus pada mata orang percobaan dan umumnya arah
perputaran mistagmus berlawanan dengan arah perputaran kursi.
Kesimpulan
Seperti percobaan yang dilakukan pada saat kursi barany diputarkan dan putaran
diberhentikkan secara tiba-tiba masih terlihat adanya nistagmus dengan demikian nistagmus
yang terjadi adalah postrotary nistagmus.
B. Tes Penyimpangan Penunjukkan (Past Pointing Test of Barany)
Tujuan :
- Untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi pada saat melakukan percobaan kursi
barany
Alat dan Bahan :
- Kursi barany
Cara Kerja :
1. Surulah orang percobaan duduk tegak di kursi barany dan tutuplah kedua matanya
dengan saputangan.
2. Pemeriksa berdiri tepat di muka kursi Barany sambil tangan kirinya kearah orang
percobaan.
3. Suruhlah orang percobaan meluruskan lengan kanannya ke depan sehingga dapat
menyentuh jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya.
4. Suruhlah orang percobaan mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan
cepat menurunkannya kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi.
Tindakan no.1s/d 4 merupakkan persiapan untuk tes yang sesungguhnya sebagai berikut:
5. Suruhlah sekarang orang percobaan dengan kedua tangannya memegang erat tangan
kursi, menundukan kepala 30˚ ke depan.
6. Putarlah kursi kekanan 10 kali dalam 20 kali detik secara teratur tanpa sentakan.
7. Segera setelah pemutaran, kursi dihentikkan dengan tiba-tiba, suruhlah orang percobaan
menegakkan kepalanya dan menegakan kepalanya dan melakukan tes penyimpangan
penunjukkan seperti di atas.
8. Perhatikan apakah yang terjadi penyimpangan penunjukkan oleh orang percobaan. Bila
terjadi penyimpangan, tetapkanlah arahan penyimpangan. Tetukanlah tes tersebut sampai
orang percobaan tidak salah lagi menyentuh jari tangan pemeriksa.
Hasil Pemeriksaan
Sebelum pemeriksaan tepatnya sebelum OP diputar dikursi barany OP dapat menyentuh
tangan yang diulurkan dengan tepat. Setelah diputar dikursi barany OP pertama kali tidak
dapat menyentuh tangan yang diulurkan dan setelah melakukannya sekali lagi OP baru dapat
menyentuh tangan yang diulurkan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya penyimpangan
yang terjadi pada percobaan yang dilakukan..
Pembahasan
Pada saat dilakukan persiapan OP dengan mudah dapat menyentuh jari tangan pemeriksa
dengan mudah tanpa adanya penyimpangan yang terlihat, sedangkan pada saat percobaan
dilakukan setelah kursi barany diputarkan dan OP membuka mata, OP juga dapat menyentuh
jari pemeriksa walaupun terlihat lebih condong kearah kanan pemeriksa.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan tidak terjadi penyimpangan. Penyimpangan
terjadi apabila pada percobaan ini OP tidak dapat menyentuh jari pemeriksa.
C. Tes Jatuh
Tujuan :
- Untuk mengenalpasti kelainan neurologis yang berkaitan dengan keseimbangan tubuh
dengan menggunakan kursi Barany.
Alat-alat :
- Kursi Barany
Cara kerja :
1. Suruhlah Orang pecobaan disuruh duduk di kursi 5arany dengan kedua tagannya
memegang tangan kursi. Kedua matanya ditutup dan kepala dan badannya dibungkuk
sehingga posisi kepala membentuk sudut 120˚ dari posisi normal.
2. Kursi diputar ke kanan 10 kali dalam 10 detik secara teratur dan tanpa sentakan.
3. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba, OP disuruh tegakkan
kembali kepala dan badannya.
4. Perhatikan kemana dia akan jatuh dan tanyakan kepada OP kemana rasanya ia akan jatuh.
5. Ulangi tes ini, tiap kali pada OP lain dengan :
a. Memiringkan kepala kearah bahu kanan sehingga kepala miring 90˚ terhadap posisi
normal.
b. Mengendahkan kepala kebelakang sehingga membuat sudut 60˚
Hasil percobaan
Derajat Sensasi Asal
120° ke depan Ke kiri Ke kanan
90° ke bahu kanan Ke kiri Ke belakang
60° ke belakang Ke kanan Ke kiri belakang
Pembahasan
Apabila tubuh OP membungkuk 120˚ arah aliran endolimfe mengalir lebih ke saluran
horizontal kanalis semisirkularis. Apabila putaran dihentikan tubuh OP akan jatuh kearah
putaran tetapi perasaan propriosepsi OP merasakan kearah yang berlawanan dengan arah
putaran. Apabila kepala OP miring 90˚ aliran endolimfe lebih mengalir ke saluran anterior,
maka apabila putaran dihentikan maka badan OP akan kearah belakang tetapi perasaan
propriosepsi OP berlawanan dengan arah putaran. Apabila OP mengenadah kepala
kebelakang, aliran endolimfe lebih ke saluran posterior, maka apabila putaran dihentikan
badan OP akan ke belakang tetapi perasaan propriosepsi OP merasakan berlawanan dengan
arah putaran.
Kesimpulan
Arah jatuh badan OP berhubungan dengan aliran endolimfe pada kanalis semisirkularis.
D. Kesan
Tujuan:
- Untuk mempelajari tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar dengan
menggunakan kursi Barany.
Alat-alat:
- Kursi Barany
Cara kerja :
1. OP disuruh duduk di kursi Barany dan kedua matanya ditutup.
2. Kursi tersebut diputar ke kanan dengan kecepatan yang beransur-ansur bertambah dan
kemudian kurangilah kecepatan putaran secara beransur-ansur pula sampai berhenti.
3. Tanyakan kepada OP arah perasan berputar:
a. Sewaktu kecepatan putar masih bertambah
b. Sewaktu kecepatan putar menetap
c. Sewaktu kecepatan putar dikurangi
d. Segera setelah kursi dihentikan.
4. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan
oleh orang percobaan.
Hasil Percobaan :
a. Sewaktu kecepatan putar masih bertambah, OP merasa masih berputar ke arah kanan.
b. Sewaktu kecepatan putar menetap, OP merasa masih berputar ke arah kanan.
c. Sewaktu kecepatan putar dikurangi, OP merasa masih berputar ke arah kiri.
d. Segera setelah kursi dihentikan, OP merasa masih berputar ke arah kiri.
Pembahasan :
Saat kursi mulai diputar ke kanan, endolimfe akan berputar ke arah sebaliknya, yaitu ke
kiri. Akibatnya, kupula akan bergerak ke arah kiri dan OP akan merasa berputar ke arah kiri.
Kemudian, kupula akan bergerak ke kanan searah dengan putaran kursi sehingga OP akan
merasa bergerak kea rah kanan. Saat kecepatan mulai konstan, kupula dalam posisi tegak
sehingga OP akan merasa tidak berputar. Saat kursi dihentikan, kupula akan bergerak ke arah
sebaliknya, yaitu ke kanan, sehingga OP akan merasa berputar ke kanan. Namun, pada
praktikum OP masih merasa berputar ke arah kanan saat kecepatan sudah konstan dan OP
tidak merasa berputar ke kanan saat kursi dihentikan. Hal ini mungkin disebabkan oleh
persepsi keseimbangan OP yang baik
Kesimpulan :
Pada awal perputaran endolimfe akan bergerak secara berlawanan dari arah gerak, dan
kupula akan mengikuti gerak arah dari cairan endolimfe, begitu cara kerja kupula dan cairan
endolimfe. Persepsi keseimbangan yang dimiliki OP adalah baik dengan melihat dari hasil
percobaan tersebut.
Percobaan III : Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis Horisontalis
Tujuan :
- Untuk mengetahui sikap dan keseimbangan badan seseorang.
Alat :
- Tongkat atau statif panjang
Cara Kerja :
1. Suruhlah orang percobaan, dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30°, berputar
sambil berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jam sebanyak 10
putaran dalam waktu 30 detik.
2. Suruhlah orang percobaan berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke
muka.
3. Perhatikan apa yang terjadi.
4. Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan arah jarum
jam.
Hasil Percobaan :
Putaran serah jarum jam OP lebih miring ke kiri lalu ke kanan.
Putaran yang melawan arah jarum jam lebih miring ke kanan.
Pembahasan :
Aparatus vestibularis terdiri dari kanalis semisirkularis dan organ otolit (utrikulus dan
sakulus). Berfungsi untuk mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Kanalis
semisirkularis mendeteksi akselarasi anguler atau rotasional kepala.
Akselarasi selama rotasi kepala ke segala arah, menyebabkan pergerakan cairan
endolimfe yang awalnya tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi kepala karena inersia. Apabila
gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama, maka endolimfe akan menyusul
dan bergerak bersama dengan kepala sehingga rambut-rambut kembali ke posisi tegak. Ketika
kepala berhenti, keadaan sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat melanjutkan diri bergerak
searah dengan rotasi kepala sementara kepala melambat untuk berhenti. Ketika seseorang berada
dalam posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut
sakulus berjajar secara horizontal
Kesimpulan :
Keseimbangan tubuh OP tergantung pada beberapa bagian yakni apparatus vestibularis
yang terdiri dari kanalis semisirkularis dan otolit yang di dalamnya terdapat sakulus dan
utrikulus, dan yang terakhir cairan endolimfe.
Daftar Pustaka :
1. Sherwood L. Fisiologi manusia: sistem pendengaran. Ed 2. Jakarta: EGC; 2001.
2. Syaifuddin. Fisiologi tubuh manusia. Jakarta: Salemba Medika; 2009. Hal: 233-9.
3. Delf M. Major’s Physical Diagnosis. Jakarta: EGC, 2005. Hal 30-7.
PEMERIKSAAN PENDENGARAN
Landasan Teori :
Indra pendengaran (auditory aparatus) merupakan salah satu alat panca indera yang
terdiri dari tiga bagian yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah, dan telinga bagian dalam.
Telinga bagian luar teridiri dari; pinna (daun telinga) dan meatus auditory eksterna. Telinga
bagian tengah merupakan rongga timpani yang berisi tiga tulang pendengaran yaitu malleus,
inkus, dan stapes. Sementara telinga bagian dalam terdapat labirin oseus yang di dalamnya
terdapat cairan endolimf dan labirin membran yang di dalamnya terdapat cairan perilimf. Kedua
cairan tersebut berperan sebagai media penghantar agar terjadi proses mendengar dan untuk
keseimbangan.
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks yakni untuk
pendengaran dan keseimbangan. Anatominya juga sangat rumit, indera pendengaran berperan
penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk
perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang
lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Telinga mentransduksi gelombang suara ke bentuk impuls saraf yang kemudian
dihantarkan ke sistem pusat pendengaran di mana suara akan diterjemahkan. Suara dihasilkan
oleh benda yang bergetar dalam medium fisik seperti udara, air, dan benda padat dan tidak dapat
melalui ruang hampa. Suara mempunyai amplitudo (daya akomodasi) dan frekuensi. Cara untuk
mengukur energi suara adalah dengan mengukur puncak amplitudonya.
Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekuensi 20-20.000
Hz. Dan frekuensi dari 500-2000 Hz adalah frekuensi yang paling penting untuk memahami
percakapan sehari-hari.
Alat :
1. Penala dengan frekuensi 288 Hz.
2. Kapas untuk menyumbat telinga.
I. Cara Rinne
Tujuan :
- Untuk membandingkan hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga orang
percobaan.
Cara Kerja :
1. Getarkanlah penala dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya ke telapak tangan.
Jangan sekali-kali memukulkannya pada benda yang keras.
2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga orang
percobaan.
3. Tanyakanlah kepada orang percobaan apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di
telinga yang diperiksa, bila demikian orang percobaan harus segera memberi tanda bila
dengungan bunyi itu hilang.
4. Pada saat itu, pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus orang percobaan
dan kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya di depan liang telinga
yang sedang diperiksa itu.
5. Catatlah hasil pemeriksaan Rinne.
Hasil Percobaan & Percobaan :
Hasil percobaan didapatkan bahwa telinga kiri dan kanan orang percobaan adalah Rinne
positif karena orang percobaan masih dapat mendengar dengungan apabila jari penala
ditempatkan di depan liang telinga. Ini berarti hantaran udara atau hantaran aerotimpanal di
telinga orang percobaan adalah lebih baik daripada hantaran tulang.
Kesimpulan :
Menurut hasil percobaan di atas, dapat dinyatakan bahwa telinga orang percobaan dalam
kondisi baik.
II. Cara Weber
Tujuan :
- Untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga orang percobaan.
Cara Kerja :
1. Getarkanlah penala dengan cara seperti no. I. 1.
2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada dahi orang percobaan di garis median.
3. Tanyakan kepada orang percobaan apakah ia mendengar dengungan bunyi penala sama
kuat di kedua telinganya ataukah terjadi lateralisasi.
4. Bila pada orang percobaan tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan
lateralisasi secara buatan, salah satu telinga orang percobaan ditutup menggunakan kapas
dan pemeriksaan diulangi.
Hasil Percobaan & Pembahasan :
Telinga kanan dan kiri orang percobaan adalah negatif lateralisasi karena orang
percobaan dapat mendengar dengungan bunyi penala sama kuat di kedua telinganya. Apabila
telingan kanan orang percobaan ditutup dengan menggunakan kapas, orang percobaan dapat
mendengar dengan lebih kuat di telinga kanannya, begitu juga di telinga kirinya apabila telinga
kiri ditutup.
Salah satu telinga orang percobaan ditutup karena untuk mewujudkan lateralisasi buatan.
Misalnya, jika telinga kanan yang ditutup maka telinga kanan akan mengalami lateralisasi karena
terjadinya tuli konduktif sedangkan telinga kirinya normal.
Kesimpulan :
Apabila salah satu telinga disumbat dengan kapas maka akan terjadi lateralisasi pada
bagian yang disumbat, sedangkan pada telinga yang tidak disumbat tidak mengalami lateralisasi.
Hal ini menunjukkan bahwa telinga orang percobaan dalam keadaan normal karena saat tidak
disumbat tidak terjadi lateralisasi.
III. Cara Schwabach
Tujuan :
- Untuk membandingkan hantaran tulang antara orang percobaan dengan pemeriksa.
Cara Kerja :
1. Getarkanlah penala dengan cara seperti no. I. 1.
2. Tekankalah ujung tangkai penala pada processu mastoideus salah satu telinga orang
percobaan.
3. Suruhlah orang percobaan mengacungkan tangannya pada saast dengungan bunyi
menghilang.
4. Pada saat itu, dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari processus
mastoideusnya sendiri.
5. Pada pemeriksaan ini telinga pemeriksa dianggap normal. Bila dengungan penala setelah
dinyatakan berhenti oleh orang percobaan masih dapat didengar di oleh si pemeriksa
maka hasil percobaan adalah Schwabach memendek.
6. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh orang percobaan juga tidak
dapat didengar oleh si pemeriksa, maka hasil percobaan adalah Schwabach normal atau
memanjang.
7. Untuk memastikan hal ini maka dilakukan sebagai berikut:
a. Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan ke processus
mastoideus pemriksa sampai tidak terdengar lagi, kemudian ujung tangkai penala
segera ditekankan ke processus mastoideus orang percobaan.
b. Bila dengungan (setelah dinyatakan berhenti oleh pemeriksa) masih dapat
didengar oleh orang percobaan maka hasil periksaan adalah Schwabach
memanjang.
c. Bila dengungan dinyatakan berhenti oleh pemeriksa juga tidak dapat didengar
oleh orang percobaan maka hasil pemeriksaan adalah Schwabach normal.
Hasil Percobaan & Pembahasan :
Hasil percobaan adalah telingan kiri dan kanan orang percobaan Schwabach normal
karena dengungan penala yang dinyatakan berhenti oleh orang percobaan juga tidak dapat
didengar oleh pemeriksa, begitu juga sebaliknya.
Kesimpulan :
Scwabach orang percobaan menurut pemeriksaan adalah normal, sehingga telinga si
orang percobaan dalam kondisi normal.
Daftar Pustaka :
1. Sherwood L. Fisiologi manusia: sistem pendengaran. Ed 2. Jakarta: EGC; 2001.