laporan acara 8

Upload: mochammad-nur-permana

Post on 10-Jan-2016

267 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUMSIFAT ALAMI TANAHACARA VIIISTABILITAS AGREGAT

Disusun Oleh :Nama: M.Nur PermanaNIM: 11/318950/TP/10195Gol: Kamis APJ Acara: Estri

LABORATORIUM TEKNIK SUMBER DAYA LAHAN DAN AIRJURUSAN TEKNIK PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2014

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSecara umum tanah tersusun oleh beberapa komponen baik organik maupun anorganik. Sifat-sifat tanah bergantung pada besar kecilnya partikel-partikel yang merupakan komponen-komponen tanah tersebut. Sebelum menggunakan suatu tanah untuk aktivitas pertumbuhan tanaman perlu diidentifikasi terlebih dahulu agregat tanah tersebut. Agregat merupakan kumpulan pasir, pasir halus, tanah liat serta partikel organik seperti sel mikroba sendiri yang menggumpal karena adanya gum, polisakarida atau metabolit lainnya yang disekresi mikroba. Agregat yang dibentuk sangat ditentukan oleh batuan induk penyusunnya, iklim dan aktivitas biologis yang berlangsung dilingkungan tersebut. Agregat tanah yang terbentuk ditentukan oleh batuan induk penyusunnya, iklim, dan aktivitas biologi yang langsung di lingkungan tersebut. Distribusi materi pasir, pasir halus (slit) dan tanah liat merupakan tekstur tanah, sedangkan tekstur tanah menunjukkan sifat agregatAgar memenuhi kriteria tanah pertanian yang baik, suatu agregat tanah harus memiliki agregat yang stabil. Yaitu ketahanan agregat tanah terhadap daya penghancur yang diakibatkan oleh air maupun manipulasi mekanik, misalnya pengolahan tanah dan erosi. Untuk itu dalam praktikum ini akan diuji stabilitas suatu sampel tanah.

B. Tujuan1. Mahasiswa mengerti dan memahami cara penentuan stabilitas agregat tanah.2. Mahasiswa mampu menentukaan stabilitas agregat berbagai contoh tanah.3. Mahasiswa memahami saling hubungan antara stabilitas agregat, struktur dan erodibilitas tanah.

C. ManfaatDengan adanya pengetahuan tentang stabilitas tanah, mahasiswa diharapkan dapat memahami cara penentuan stabilitas agregat tanah untuk beberapa sampel tanah sehingga mengetahui hubungan antara stabilitas agregat, struktur dan erodibilitas tanah.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Mikroba yang dapat membentuk agregat tanah terdiri dari kelompok jamur dan bakteri gram positif dan gram negatif, diantaranya yaitu Azotobacter chroococcum (penghasil polisakarida) dan Mucor hiemalis. Sedangkan golongan jamur yang dapat membentuk agregat tanah adalah penicillium dan Aspergillus terutama dalam komposisi bahan organik, beberapa spesies Peicillium mampu memproduksi antibiotik, serta beberapa mikoriza berinteraksi mutualistik denagna tumbuhan (Harry and Brody, 1982)Struktur tanah adalah penyusun partikel-partikel tanah primer seperti pasir, debu dan liat membentuk agregat-agregat antara agregat satu dengan yang lain dibatasi bidang alami yang lemah. (Nurhayati, 1986)Agregat tanah terbentuk karena proses flokulasi dan fragmentasi. Flokulasi terjadi jika partikel tanah yang pada awalnya dalam keadaan terdispersi, kemudian bergabung membentuk agregat. Sedangkan fragmentasi terjadi jika tanah dalam keadaan masif, kemudian terpecah-pecah membentuk agregat yang lebih kecil. Semakin stabil stabil suatu agregat tanah, makin rendah kepekaannya terhadap erosi (erodibilitas tanah). Akar tanaman memberikan konstribusi terhadap kelimpahan bahan organik tanah dan kemantapan agregat tanah secara langsung melalui material akar tersebut dan secara tidak langsung melalui stimulasi aktivitas mikroorganisme di daerah sekitar perakaran. (Hardjowigeno, 2003)Struktur tanah adalah susunan butir-butir primer dan agregat-agregat pimer tanah yang secara alami menjadi bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang-bidang yang disebut agregat. Tanah yang berstruktur baik akan membantu fungsinya sebagai faktor pertumbuhan tanaman secara optimal, sedangkan tanah yang berstruktur jelek akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Struktur tanah terbentuk dengan jalan penggabungan butir-butir primer tanah oleh pengikat koloid tanah, yaitu koloid liat dan humus menjadi agregat primer. Penggabungan agregat primer ini tersusun lagi menjadi bentukan-bentukan yang masing-masing dibatasi oleh bidang-bidang permukaan tertentu. Agregat primer biasa disebut juga struktur mikro, sedangkan agregat sekunder yang merupakan struktur pada lapisan tanah atas atau lapisan olah disebut struktur makro atau agregat makro. pembentukan mikroagregat menjadi makro agregat dimediasi oleh bahan organik dan berbagai jenis mikro dan makroorganisme (bakteri, jamur terutama jamur VAM, algae, cacing, semut, serangga dsb.) (Hanafiah, 2005)Kerusakan struktur tanah diawali dengan penurunan kestabilan agregat tanah, yang disebabkan akibat dari pukulan air hujan dan kekuatan limpasan permukaan. Penurunan kestabilan agregat tanah akan berakibat terhadap penurunan kandungan bahan organik tanah, aktivitas perakaran tanaman dan mikroorganisme tanah. Penurunan ketiga agen pengikat agregat tanah tersebut selain menyebabkan agregat tanah relatif mudah pecah dan menyebabkan terbentuknya kerak di permukaan tanah (soil crusting) yang mempunyai sifat padat dan keras bila kering (Forth, 1994).Menurut Handayani dan Sunarminto (2002), menyatakan penentuan stabilitas agregat dengan metode penyaringan pembasahan dilakukan dengan 3 metode yaitu:1. Pembasahan lambat. Agregat kering diletakkan di atas kertas saring kemudian ditaruh diatas bed pasir basah samapi diperoleh kondisi jenuh (15-30 menit).2. Pembasahan cepat. Agregat kering langsung diletakkan dalam air dan dibiarkan 10-15 menit.3. Pembasahan alkohol, agregat kering dibuat kondisi jenuh dengan alkohol secara perlahan-lahan. Pembasahan dapat melalui kertas saring.

BAB IIIMETODE PRAKTIKUM

1. Alat dan BahanBahan dan alat yang digunakan dalam pengayakan kering : 0. Ayakan 8 mm, 4.76 mm, 2.83 mm dan ayakan 2 mm0. Alat penumbuk kayu0. Wadah untuk contoh agregat0. Timbangan analitik0. Kuwas cat0. Contoh agregat kering udaraBahan dan alat yang digunakan dalam pengayakan basah : 1. Ayakan 8 mm, 4.76 mm, 2.83 mm dan ayakan 2 mm1. Mangkok wadah contoh agregat1. Alat peniru tetesan hujan1. Timbangan analitik1. Oven

1. Cara KerjaPengayakan basah1. Agregat yang diperoleh dari pengayakan kering (kecuali agregat lebih kecil dari 2 mm) ditimbang dan masing-masing dimasukkan ke dalam cawan nikel dengan beratnya disesuaikan dengan perbandingan ketiga agregat yang totalnya harus 100 gr.1. Air diteteskan sampai kapasitas lapang dari buret setinggi 30 cm dari cawan sampai ujung penetes buret.1. Disimpan dalam incubator pada temperature 20C dengan kelelmbapan 98-100% selama 1 malam.1. Dipindahkan tiap agregat ke ayakan dengan ketentuan sesuai denganm ukurannya.1. Dipasang susunan ayakan pada alat pengayak basah dimana bejana yang disediakan telah diisi air terlebih dahulu smapai setinggi 25 cm dari dasar bejana.1. Pengayakan dilakukan selama 5 menit.1. Setelah selesai pengayakan agregat-agregat dipindahkan dari tiap ayakan ke cawan nikel yang beratnya telah diketahui.1. Dibuang kelebihan air pada cawan, lalu dlrekingkan di dalam oven selama 24 jam.1. Setelah keing kemudian ditimbang.

1. Cara Analisis1. Menghitung Kadar Air (gr.gr-1)

1. Menghitung Berat Tanah kering mutlak (gram)

1. Menghitung Tanah hilang (b6) (gram)Tanah hilang = BKM (b1+ b2+ b3+ b4+ b5)1. Menghitung rerata ayakan

1. Menghitung DMR per ayakan

1. Menghitung Indeks DMR Indeks DMR = (0,876 x DMR)-0,079 mm Nilai 0,876 dan 0,079 adalah konstanta Tabel Indeks Stabilitas Agregat (Indeks DMR)DMR %DMR (mm)Kelas

>200 80-20066-8050-6640-502,000,80-2,000,66-0,800,50-0,660,40-0,50