kazanah alam

75
KHAZANAH ALAM Menggali Tradisi Islam untuk Konservasi

Upload: arif-rifqi

Post on 23-Mar-2016

249 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

Menggali Tradisi Islam untuk Konservasi

TRANSCRIPT

Page 1: Kazanah Alam

KHAZANAH ALAM

Menggali Tradisi Islam untuk Konservasi

Page 2: Kazanah Alam
Page 3: Kazanah Alam

Fachruddin Majeri Mangunjaya dan Ahmad Sudirman Abbas

KHAZANAH ALAM

Menggali Tradisi Islam

untuk Konservasi

Yayasan Obor IndonesiaJakarta, 2009

Page 4: Kazanah Alam

Khazanah Alam: Menggali Tradisi Islam untuk Konservasi/Fachruddin

M. Mangunjaya dan Ahmad Sudirman Abbas—edisi 1, Yayasan Obor

Indonesia, 2009

ISBN: 978-979-461-705-2

x + 65 hlm.; 14,5 x 21 cm

Judul:

Khazanah Alam: Menggali Tradisi Islam untuk Konservasi

Fachruddin M. Mangunjaya/Ahmad Sudirman Abbas

Copyright © 2009 (hak cipta dilindungi oleh undang-undang)

Penerbitan buku ini dibantu oleh Rufford Small Grant (RSG), temuan,

kesimpulan, dan interpretasi di dalam buku ini adalah milik penulis dan

tidak secara langsung merefleksikan pendapat Yayasan Owa Jawa, CI

Indonesia, atau Rufford Small Grant (RSG).

Sumber foto:

Conservation International Indonesia, Othman Abd-ar-Rahman

Llewellyn, National Commission for Wildlife Conservation and

Development, Kingdom of Saudi Arabia, dan Society for the Protection of

Nature Lebanon (SPNL).

YOI: 609.26.32.2008

Desain sampul: Adjie Soeroso

Yayasan Obor IndonesiaJl. Plaju No. 10, Jakarta 10230Telp. 021 - 31926978; 3920114

Faks: 021 - 31924488E-mail: [email protected]

http://www.obor.or.id

Page 5: Kazanah Alam

Daftar IsI

KATA PENGANTAR vII

I. PENDAHuLuAN 1

II. BuMI SEBAGAI KARuNIA ALLAH 4(1) Muka Bumi adalah Sumber Kehidupan 4(2) Keadaan Bumi dan Gunung 9(3) Tujuan Diciptakan Alam Semesta 11

III. INSTITuSI KONSERvASI DALAM SYARIAT ISLAM 171. Ihya a ul Mawaat 181.1. Pengertian Ihyaaul Mawaat 181.2. Dasar Hukum 191.3. Syarat-syarat Ihyaaul Mawaat 231.4. Kedudukan Ihyaaul Mawaat atas Suatu Lahan 241.5. Gugurnya Hak Ihyaaul Mawaat 261.6. Menarik Hak atas Lahan 281.7. Ihyaaul Mawaat Lahan Hak Milik 291.8. Pembebasan Lahan sebagai Program ”Ihyaaul Mawaat” 31

Page 6: Kazanah Alam

vi

2. Al-Harim 332.1. Zonasi dalam Harim 352.2. Penerapan Harim di Indonesia 363. Hima 373.1. Sejarah Timbulnya Hima 383.2. Perkembangan Hima di tengah Konservasi Modern 423.3. Pengelolaan Hima 45

Iv. PENuTuP 48

v. DISKuSI DAN PRESENTASI 53

vI. LAMPIRAN 54

vII. DAFTAR PuSTAKA 63

TENTANG PENuLIS 65

Page 7: Kazanah Alam

vii

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam. Kami memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya dan memohon ampunan-Nya. Dialah Allah swt, Pencipta semesta, Yang

menyempurnakan penciptaan, Yang menjaga keseimbangan, Yang menurunkan hujan, Yang menjaga angin dan menumbuhkan segala tumbuh-tumbuhan untuk kesejahteraan makhluk di muka bumi. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad saw, beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya hingga hari kiamat.

Dunia konservasi memerlukan inovasi-inovasi dalam im-plementasi di lapangan guna menyelamatkan warisan alam yang telah lama berada di bumi. Tutupan hutan alam, misalnya, terjadi secara alami dalam waktu ratusan bahkan ribuan tahun diikuti oleh kekayaan hayati yang lain: berbagai spesies tumbuhan liar—flora dan fauna—bahkan lumut yang termasuk tumbuhan rendah hingga jasad renik seperti mikroba.

Kekayaan alam ini, semakin hari semakin berkurang se-jalan dengan peningkatan keperluan lahan dan eksploitasi yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kehidupan. Pemerintah dan kalangan lembaga swadaya masyarakat (LSM) telah berupaya memberikan perlindungan atas kawasan-kawasan tertentu yang dianggap penting untuk dilindungi, baik berupa hutan lindung, seperti: hutan suaka margasatwa, taman nasional, maupun hutan wisata alam. Namun upaya tersebut ternyata tidak cukup, karena kenyataannya banyak

Page 8: Kazanah Alam

viii

KHazanah Alam

hutan lindung yang kemudian dikonversi oleh pengusaha (atas restu pemerintah) dan taman nasional yang dirambah oleh masyarakat untuk memenuhi keperluan ekonomi. Padahal, tutupan hutan alam dan kawasan alami sangat diperlukan sebagai penyeimbang kehidupan dan hutan alam berfungsi juga sebagai penyerap karbon (carbon sink) untuk mengurangi bahaya gas-gas rumah kaca yang terlepas ke udara.

Kawasan-kawasan konservasi memang sewajarnya tetap harus dipertahankan agar alam tetap dalam keadaan seimbang dan anak cucu kita mempunyai warisan alam yang baik sebagai modal hidup mereka baik secara ekonomi, budaya, maupun spiritual. Akan tetapi, upaya untuk mempertahankan itu juga harus dibarengi dengan penyadaran tentang fungsi manfaat serta kepentingan kawasan itu bagi masyarakat, terutama yang berada di sekitar kawasan lindung.

Pendekatan penyadaran ini dapat dilakukan dari berbagai segi. Banyak pendekatan yang telah dilakukan mempunyai basis pengetahuan modern yang terkadang sulit diterapkan dan dicerna oleh masyarakat awam. Dan melalui modul ‘Konservasi Islam’ ini, kami ingin mengangkat strategi penyadaran konservasi melalui tradisi Islam. Modul ini dirancang pertama kali sebagai sebuah pengenalan dan sosialisasi untuk mendukung upaya-upaya gerakan konservasi di Indonesia dan di belahan dunia Muslim lainnya.

Banyak masyarakat yang belum mengenal bahwa Islam sebagai sebuah ajaran universal, memberikan sebuah warisan khas tradisi konservasi. Ajaran positif ini belum banyak diketahui oleh masyarakat terutama di Indonesia. Oleh karena itu, modul ini dibuat dalam upaya memberikan pemahaman praktis dan implementatif sumbangan Islam untuk konservasi alam. Kelak kami mengharapkan, masyarakat Islam dapat mengadopsi tradisi positif ini dalam kehidupan sehari-hari

Page 9: Kazanah Alam

ix

Kata Pengantar

mereka sebagai suatu sumbangan positif pada dunia konservasi yang mempunyai kontribusi global untuk keseimbangan ekosistem.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Rufford Small Grant, yang membiayai proyek ini, juga kepada The Javan Gibbon Foundation, dan Conservation International (CI) Indonesia, yang telah lama memberikan perhatian dan kontribusi agama terhadap upaya-upaya konservasi. Mudah-mudahan buku kecil Panduan Konservasi Islam ini membawa manfaat bagi kehidupan kita dan berkontribusi pada semua makhluk Tuhan di bumi dan yang penting lagi bermanfaat untuk menyelamatkan manusia dari bencana lingkungan.

Wallahu yar ‘ana wayah fazhna wal hamdulillahi rabbil ‘alamin.

Jakarta, 5 Juni 2008FMM & ASA

Page 10: Kazanah Alam

x

Page 11: Kazanah Alam

I. Pendahuluan

Dalam sejarah kemanusiaan, konservasi alam bukanlah hal yang baru, misalnya pada 252 SM, Raja Asoka dari India secara resmi mengumumkan perlindungan

satwa, ikan dan hutan. Peristiwa ini mungkin merupakan contoh terawal yang tercatat dari apa yang sekarang kita sebut kawasan yang dilindungi. Pada sekitar 624-634 Masehi, Nabi Muhammad saw juga membuat kawasan konservasi yang dikenal dengan hima di Madinah. Lalu pada tahun 1084 Masehi, Raja William I dari Inggris mememerintahkan penyiapan The Domesday Book, yaitu suatu inventarisasi tanah, hutan, daerah penangkapan ikan, areal pertanian, taman buru, dan sumberdaya produktif milik kerajaan yang digunakan sebagai daerah untuk membuat perencanaan rasional bagi pengelolaan pembangunan negaranya.1 Jadi jelaslah, konservasi sebenarnya merupakan kepentingan fitrah manusia di bumi yang dari masa ke masa terus mengalami perkembangan disebabkan kesadaran kita guna mendapatkan kehidupan yang layak dan mampu memikirkan kelangsungan hidup generasi kini maupun yang akan datang. Maka tidak heran jika praktik konservasi telah ada dalam ajaran Islam.

Kontribusi kaum Muslimin membangun dunia dalam kancah global, mempunyai makna penting, terlebih di bidang lingkungan hidup dan konservasi alam. Jika melihat persoalan lingkungan dan konservasi alam yang ada di Indonesia, maka tidak perlu disangkal lagi umat Islam bangsa Indonesia mempunyai andil yang besar dalam menciptakan ’image’ bagi

Page 12: Kazanah Alam

KHazanah Alam

baik buruknya kondisi lingkungan dan kawasan konservasi yang mereka miliki. Sebab, umat Islam di Indonesia mewakili populasi Islam terbesar di dunia.

Tulisan ini ingin berbagi pemikiran dan melihat kembali khazanah klasik dan tradisi Islam yang belum banyak dieksplorasi terkait dengan kearifan lingkungan khususnya konservasi dalam Islam. Kami mempunyai keyakinan, ke-tidakberhasilan perawatan lingkungan (termasuk kawasan konservasi) adalah karena minimnya pengetahuan masyarakat tentang kawasan itu dan juga secara sistemik, mereka tidak dikenalkan dengan sistem nilai yang telah mereka miliki. Islam membawa sistem nilai yang dipercayai mempunyai khazanah pengetahuan yang komprehensif tentang konservasi. Namun tidak banyak pengetahuan tersebut dipraktikkan dalam bentuk yang praktis dibarengi dengan pengetahuan (ilmu) dan penghayatan atau penjiwaan dan semangat perawatannya dilandasi oleh ajaran Islam. Padahal selalu banyak diantara kita yang ’mempunyai apologia’ bahwa Islam memiliki ajaran yang komprehensif dan mampu menghadapi tantangan zaman. Tapi manakah ajaran Islam tentang lingkungan dan konservasi alam?

Gerakan konservasi dunia melihat potensi besar komunitas masyarakat untuk dapat terlibat dan berdaya dalam berkontribusi terhadap konservasi, yang diperkuat dengan nilai-nilai yang mereka anut2. Selama ini, kawasan konservasi telah ditetapkan oleh pemerintah, seperti kawasan hutan lindung, taman nasional, suaka marga satwa dll, tentu saja, banyak manfaat yang telah diberikan dari kawasan-kawasan ini: dari manfaat air dan ekosistem yang sehat, udara yang bersih, tangkapan air hingga income langsung kepada masyarakat karena kawasan itu dapat dijadikan tempat ekowisata. Terlepas dari banyak kelebihannya namun banyak pula kekurangannya, ketika masyarakat tidak

Page 13: Kazanah Alam

Pendahuluan

merasa memiliki kawasan tersebut, dan pengelolaan kawasan yang tidak tertata dengan baik, maka kawasan-kawasan ini sering terkena perambahan oleh masyarakat sekitarnya.

Oleh karena itu, upaya memberikan pemahaman pada masyarakat di sekitar kawasan penyangga (buffer zone) untuk berkontribusi dalam melestarikan kawasan tersebut akan mem-punyai makna penting. Pengelolaan lahan sekitar kawasan taman nasional, menjadi bagian penting dalam pengelolaan kawasan konservasi, karena pada dasarnya, hutan dan satwa akan aman, setelah deklarasi sebuah taman nasional, tapi manusia sekitarnya, terkadang tidak nyaman dengan keberadaan taman nasional, sehingga yang perlu digarap adalah: manusia di luar kawasan, bukan satwa dan hutan yang ada di dalam kawasan.

Kearifan tradisional atau wisdom agama merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kesadaran budaya manusia dalam ikut andil melestarikan alam, dan landasan untuk melestarikan alam dan lingkungan tersebut antara lain dilandasi juga oleh agama.3

Page 14: Kazanah Alam

II. Bumi Sebagai Karunia Allah

(1) Muka Bumi adalah sumber Kehidupan Bumi diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia

sebagai sumber penghidupan, firman Allah swt:

Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur. [Qs Al A’raf (7) :10 ]

Dalam surat yang lain difirmankan, bahwa bumi ini dileng-kapi dengan air:

Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebahagian dari buah-buahan itu kamu makan. [Qs Al Mu’minun (23):18-19]

Page 15: Kazanah Alam

Bumi Sebagai Karunia Allah

Dalam ayat yang lain dikatakan,

Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyubur-kan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. [Qs. An Nahl (16):10]

bermacam-macam tetumbuhan,

...dan pohon kayu ke luar dari Thursina (pohon zaitun), yang menghasilkan minyak, dan pemakan makanan bagi orang-orang yang makan. [Qs Al Mu’minun [23]:20)

ada yang berbuah serupa tapi berbeda rasa dan beraneka ragam,

Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. [Qs Al An’am (6):141]

Page 16: Kazanah Alam

KHazanah Alam

dan berbagai jenis binatang,

Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. [Qs. Luqman (31):10]

dan dijadikan oleh Allah swt api (sumber energi) dari kayu yang hijau,

Katakanlah: ”Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk, yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.” [Qs Yaasin (36): 79-80]

Page 17: Kazanah Alam

Bumi Sebagai Karunia Allah

segala sesuatu dijadikan dengan seimbang dan serasi,

Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? [Qs Al Mulk (67): 3]

Manusia diciptakan dari tanah (bumi) dan dijadikan manu-sia itu sebagai pemakmurnya

Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: ”Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do`a hamba-Nya).” [Qs Huud (11):61]

Page 18: Kazanah Alam

KHazanah Alam

dan pengelolanya (khalifah bil amal).

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ”Sesung-guhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: ”Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menum-pahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: ”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. [Qs Al Baqarah (2):30]

Dan bila terjadi kemusnahan dan kerusakan di bumi ini, maka pada dasarnya akibat ulah manusia,

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). [Qs (30):41].

Oleh karena itu, manusia perlu menjaga kelestarian bumi serta isinya dengan memanfaatkannya sebaik-baiknya, memak-murkan kehidupan di bumi dan tidak berlebihan mengikuti nafsu bejatnya.

Page 19: Kazanah Alam

Bumi Sebagai Karunia Allah

(2) Keadaan Bumi dan GunungAllah swt membentangkan bumi, dan padanya ditancapkan

gunung sebagai pasak agar bumi ini tidak guncang. Bumi ini dilengkapi dengan jalan dan sungai sebagai petunjuk bagi manusia.

Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk; Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. [Qs An Nahl (16):15; Thaha (20);53]

Semua binatang dan tumbuhan disebarkan dan diperkem-bangbiakkan di bumi ini.

Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan pa-danya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. [Qs Luqman (31):10]

Page 20: Kazanah Alam

�0

KHazanah Alam

Tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka ragam jenisnya:

Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. [Qs Faathir (35): 27]

segala jenis binatang melata (satwa) yang beraneka ragam

Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun. [Qs Faathir (35): 28]

Demikian pula, bumi dihamparkan, dan gunung-gunung sebagai pasak, dan diciptakan manusia berpasangan,

Page 21: Kazanah Alam

��

Bumi Sebagai Karunia Allah

Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?,

dan gunung-gunung sebagai pasak?,

dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan, [Qs An Nabaa’ (78):6, 7,8)

Coba pula perhatikan! semua buah-buahan berpasang-pasangan,

Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. [Qs Ar Ra’ad (13);3]

(3) tujuan Diciptakan alam semesta

Alam semesta diciptakan Allah swt bukan main-main

Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. [Qs Al Anbiyaa (21): 16]

Page 22: Kazanah Alam

��

KHazanah Alam

melainkan dengan hak,

Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang mu’min. [Qs Al Ankabuut (29):44]

Dan bertujuan,

Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka. [Qs Al Ahkaaf (46) 3]

di antaranya sebagai tanda kekuasaan Allah bagi yang berakal,

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, [Qs Ali Imraan (3);190]

Page 23: Kazanah Alam

��

Bumi Sebagai Karunia Allah

...tanda kekuasaan Allah bagi yang mengetahui,

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. [Qs Ar Ruum (30): 22]

tanda kekuasaan Allah bagi yang bertakwa:

Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa. [Qs Yunus (10): 6]

Dan sebagai tanda kekuasaan Allah bagi orang yang men-dengarkan pelajaran

Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran).[Qs An Nahl (16): 65]

Page 24: Kazanah Alam

��

KHazanah Alam

dan tanda kekuasaan Allah bagi yang memikirkan

Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. [Qs Ar Raad (13):3]

untuk memenuhi kebutuhan manusia:

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. [Qs Al Baqarah (2):29]

sebagai suatu rahmat dari Allah;

Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesung-guhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. [Qs Al Jaatsiah (45) 13]

Page 25: Kazanah Alam

��

Bumi Sebagai Karunia Allah

untuk kepentingan manusia dan menyempurnakan nikmat-nya:

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni`mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.[Qs Luqman (31):20]

Serta untuk menguji semua manusia:

Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah `Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): ”Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati”, niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: ”Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata”. [Qs. Huud (11):7]

Page 26: Kazanah Alam

��

KHazanah Alam

dan siapa saja yang lebih baik amalnya dalam hidup ini.

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. [Qs. Al Mulk (67): 2]

Page 27: Kazanah Alam

��

III.Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam

Semangat konservasi dan pelayanan terhadap pelestarian alam dan lingkungan terdapat cukup banyak dalam istilah yang telah digunakan, baik yang kita temukan di

dalam al-Qur’an maupun dalam kitab-kitab klasik. Beberapa diantaranya dalam istilah tersebut disebutkan secara spesifik dalam bentuk praktis yang pernah diajarkan oleh Rasulullah saw. Beberapa institusi penting yang dapat dipandang sangat vital sifatnya dilihat dalam kondisi terkini yang menyangkut: pembagian lahan, hutan, pengelolaan kehidupan liar, pertanian dan tata kota, ada beberapa hal istilah4:

Ihyaaul mawat, menghidupkan lahan yang terlantar dengan cara reklamasi atau memfungsikan kawasan tersebut agar menjadi produktif.Harim, kawasan lindung atau zona larangan Hima, kawasan yang dilindungi untuk kemaslahatan umum dan pengawetan habitat alami.

Pada prinsipnya, pandangan di atas memang melekatkan secara umum tentang keharusan mengelola lahan secara baik dan benar untuk kepentingan manusia serta kemanusiaan, juga untuk kepentingan alam sekitar termasuk flora dan fauna yang merupakan ciptaan Allah swt. Tiga bentuk dan istilah institusi ini dapat dijumpai di berbagai literatur tentang pengelolaan negara (seperti dalam kitab al-Ahkam al-Sulthaniyah) hingga

1.

2.3.

Page 28: Kazanah Alam

��

KHazanah Alam

kitab hukum perdata (Majalla al-Ahkam al-Adaliyyah yang sudah menjadi petunjuk pelaksanaan) dari berlakunya syariat Islam di jaman Turki ustmani.

1. Ihya a ul MawaatIhya al u Mawaat, merupakan syariat dalam memakmurkan dan memanfaatkan bumi untuk kepentingan kemaslahatan manusia baik secara individu maupun kolektif. Semangat ini tercermin dengan penguasaan dan upaya memberikan nilai pada sebuah kawasan yang tadinya tidak mempunyai manfaat sama sekali (lahan kosong) menjadi lahan produktif karena dijadikan ladang, ditanami buah-buahan, sayuran dan tanaman yang lain. Semangat ihya (menghidupkan) al-mawaat (kawasan yang tadinya tidak hidup: atau mati). Merupakan anjuran kepada setiap muslim untuk mengelola lahan supaya tidak ada kawasan yang terlantar (tidak bertuan) dan tidak produktif.

Semangat masa awal Islam yang memberikan peluang untuk membuat perbaikan (ishlah) tercermin pada Ihya al u Mawaat ini.

1.1. Pengertian Ihyaaul Mawaat

“ Ihyaaul Mawaat“ berasal dari akar kata “ahyaa – yuhyii“ (menghidupkan) dan “ al-mawaat “ (lahan mati, gersang, tandus, dan tidak produktif). Dalam kajian fiqih Islam ‘ ihyaul mawaat‘, berarti mengolah atau menggarap lahan gersang dan tandus karena diterlantarkan kemudian mengubahnya—melalui pengolahan menjadi lahan subur, produktif yang dapat dimanfaatkan bercocok tanam, bertempat tinggal atau hunian, dan lainnya.

Secara umum “Ihyaaul Mawaat”, artinya bercocok tanam, yaitu memperlakukan lahan sesuai fitrahnya dengan cara mena-naminya dengan jenis tanaman yang bermanfaat bagi manusia. Bermanfaat di sini, maksudnya dapat memenuhi kebutuhan

Page 29: Kazanah Alam

��

Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam

manusia berupa makan, minum dan yang mendukung keduanya, agar ia bertahan hidup.

Secara khusus, ihyaaul mawaat memiliki pengertian luas mencakup penghijauan, pemanfaatan, pemeliharaan dan pen-jagaan. Yang dimaksud penghijauan adalah usaha memproduk-tifkan lahan dengan cara menanam bagi lahan subur sesuai karakternya (jenis tanah untuk tanaman atau pohon tertentu), dan upaya pengolahan bagi lahan tandus tanpa mengubah karakter dasarnya. Yang dimaksud “pemanfaatan” adalah me-manfaatkan lahan dan atau hasilnya sesuai kebutuhan secara seimbang, tidak berlebihan dan tidak pula kurang. Yang dimaksud pemeliharaan adalah pemeliharaan lahan dan segala yang ada padanya termasuk hasil kandungan lahan itu sesuai aturan yang patut di benarkan oleh syari’at dan undang–undang. Yang dimaksud penjagaan adalah jaminan atas lahan dan semua yang terkait berdasarkan pertaturan perundang–undangan yang diakui secara nasional maupun internasional.

1.2. Dasar Hukum

Manusia sebagai hamba Allah swt, diciptakan untuk meng-emban amanat kekhalifahan di muka bumi yang bertanggung jawab terhadap kemakmuran bumi dan keberlangsungannya.

Hamparan bumi dengan gunung–gunung, jurang, lautan, dan daratan yang tergolek luas diserahkan sepenuhnya kepada manusia untuk dikelola, dimanfaatkan, dipelihara kelestarian-nya, serta dijaga keseimbangannya. Allah berfirman:

Page 30: Kazanah Alam

�0

KHazanah Alam

“Dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran. Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk” [Qs An-Nahl (16)13-15]

”Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya),”[Qs An-Nahl (16)12]

Hal 18, 19 dan 20: An-Nahl (16): 13-15

An-Nahl (16):12

An-Nahl (16):10-11:

Catatan:

1. Tolong perbaiki catatan kaki untuk di seluruh halaman masih berupa abjad dan belum berupa angka. Cocokkan dengan catatan kaki di bagian belakang.

2. Tulisan An-Nahal halaman 20,21 seharusnya An-Nahl

Hal 18, 19 dan 20: An-Nahl (16): 13-15

An-Nahl (16):12

An-Nahl (16):10-11:

Catatan:

1. Tolong perbaiki catatan kaki untuk di seluruh halaman masih berupa abjad dan belum berupa angka. Cocokkan dengan catatan kaki di bagian belakang.

2. Tulisan An-Nahal halaman 20,21 seharusnya An-Nahl

Hal 18, 19 dan 20: An-Nahl (16): 13-15

An-Nahl (16):12

An-Nahl (16):10-11:

Catatan:

1. Tolong perbaiki catatan kaki untuk di seluruh halaman masih berupa abjad dan belum berupa angka. Cocokkan dengan catatan kaki di bagian belakang.

2. Tulisan An-Nahal halaman 20,21 seharusnya An-Nahl

Page 31: Kazanah Alam

��

Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam

Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-

benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. [Qs. An Nahl (16):10-11]

Ayat-ayat al-Qur’an tentang kemakmuran bumi bagi manusia yang juga memiliki arti “ihyaaul mawaat” didukung pula oleh hadis Nabi saw, yaitu:

“Bagi siapa saja yang menghidupkan lahan tidur (mati), maka ia berhak atasnya”. (HR. Abu Daud, An-Nasa’I dan At-Turmudzi).

“ Nabi saw bersabda: “Bagi siapa saja yang menyuburkan lahan tandus (menghidupkan lahan tidur), maka ia berhak memperoleh pahala, dan apa saja yang dimakan binatang kecil dari lahan itu, merupakan sedekah berpahala” (HR. Al-Nasa’i dan Ibnu Hibban mensahkannya).

Page 32: Kazanah Alam

��

KHazanah Alam

“Urwa berkata: “ sesungguhnya hakekat bumi adalah kepunyaan Allah, dan hakekat hamba ialah hamba Allah. Oleh karenanya bagi siapa saja yang menghidupkan lahan mati atau lahan tidur, maka ia berhak atas lahan itu”. Hadis ini disampaikan bersamaan dengan kewajiban perintah shalat atas umat Islam.

“ Dari al- Hasan bin Samrah, bahwa Nabi saw, bersabda : “ Bagi siapa saja yang membangun tembok atau memasang pagar pada tanah tidak bertuan, maka ia berhak atasnya” (HR. Abu Daud).

“ Dari Asman bin Mudharras, ia berkata: “ Saya pernah mendatangi Nabi saw, dan saya berbai’at kepadanya, lalu berliau bersabda : “Bagi siapa saja yang mendahului mendapatkan sesuatu (lahan) yang belum didahului oleh orang lain dari kaum Muslimin, maka ia menjadi miliknya”.

Page 33: Kazanah Alam

��

Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam

Sesudah disampaikannya sabda Nabi saw di atas, orang-orang dari kalangan umat Islam beramai-ramai keluar memagari lahan yang belum bertuan. Islam menyukai pengembangan yang dilakukan umatnya terhadap lahan-lahan tidak produktif. Melalui pengembangan lahan-lahan itu diharapkan dapat dilakukan upaya serupa di daerah-daerah lain pada skala nasional dan internasional. Dengan cara seperti ini kemakmuran, kesejahteraan dan kemajuan akan mudah diwujudkan. Atas dasar inilah ajaran Islam memberikan pengayoman hukum kepada para pemeluknya agar mereka senantiasa bersedia ikhlas dan penuh kesadaran menggarap lahan gersang untuk kemudian disuburkan, mereka gali kekayaannya dan dimanfaatkan secara benar serta seimbang.

1.3. syarat-syarat Ihyaaul Mawaat

Merujuk makna umum ”Ihyaaul mawaat” menurut konsepsi fiqih berarti menjadikan lahan gersang tidak terawat sebagai objek yang bermanfaat bagi manusia, baik dengan cara diolah dan atau dikelola. Maksud diolah di sini ialah mengubah kegersangan tanpa tumbuhan atau pepohonan. Sedang maksud dikelola adalah dimanfaatkan dan dilestarikan hasilnya atau digali kandungannya untuk kemaslahatan bersama (manusia, hewan, dan lingkungan).

Al-Sayid Sabiq di dalam fiqih sunnah menjelaskan kriteria lahan yang dikatagorikan objek ”Ihyaaul mawaat”, harus meme-nuhi dua unsur sebagai syarat utamanya yaitu :

lahan terlantar perkotaan.lahan tidur atau mati yang berada di kawasan pedalaman dan tertinggal oleh kemajuan.

1.2.

Page 34: Kazanah Alam

��

KHazanah Alam

Dua syarat di atas tidak bersifat kumulatif yang berarti harus dua-duanya ada secara bersamaan. Akan tetapi, salah satu dari dua unsur tersebut, sudah cukup untuk menjadi objek ”ihyaaul mawaat”.

untuk syarat pertama, yaitu ”lahan terlantar” umumnya berada di wilayah perkotaan dan dimiliki oleh perseorangan, sekelompok orang (keluarga) dan atau perusahaan. Sedang ”lahan tidur”, biasanya terletak di wilayah pedesaan atau pedalaman yang sulit dijangkau oleh kendaraan bermotor.

Al-Qurtuby menegaskan bahwa upaya pemakmuran lahan dengan cara bercocok tanam atau lainnya berimplikasi hukum fardlu kifayah dan pemerintah berkewajiban menyeru secara paksa terhadap masyarakat untuk melakukannya.

1.4. Kedudukan Ihyaaul Mawaat atas suatu Lahan

Dalam kajian fiqih klasik di temukan ketentuan yang menjadi kesepakatan fuqaha terhadap lahan terlantar tak bertuan. Kesepakatan itu menyatakan bahwa pengolahan atas lahan tidur dan terlantar (tidak bertuan) menjadi sebab kepemilik-an terhadap lahan tersebut. Walaupun kenyataan masa kini semua lahan yang berada di wilayah suatu negara merupakan hak mutlak pemerintah, tetapi sebagian besar ahli fiqih ber-pendapat bahwa menghidupkan (mengolah) lahan terlantar bisa menyebabkan terjadinya kepemilikan atas lahan oleh pengolahannya. Mereka juga menambahkan, sebab kepe-milikan ini tidak membutuhkan pengakuan atau proses izin dari pemerintah. Yang jelas—menurut mereka—kapan saja dan di mana saja proses pengolahan lahan terlantar itu dimulakan, maka sejak saat itu pula hak kepemilikan telah resmi dimiliki. Bahkan pemerintah terhadap hal ini harus menetapkan dan menguatkan status hukum kepemilikan. Dasarnya adalah hadis Sa’id bin Zaid berbunyi:

Page 35: Kazanah Alam

��

Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam

Abu Hanifah (w. 150H) berpendapat, mengolah dan meng-hidupkan lahan tidur (gersang) menjadi sebab timbulnya status hak kepemilikan. Akan tetapi, perolehan atas hak tersebut harus ditetapkan berdasar keputusan pemerintah. Terhadap persoalan ini imam Malik (w.179H) memberi catatan bahwa hak kepemilikan bisa didapatkan atas lahan terlantar dan jauh dari jangkauan, dengan kata lain lahan pedalaman. Adapun lahan terlantar yang berada di wilayah perkotaan, maka status kepemilikan ditentukan berdasar keputusan pemerintah.

Semangat menghidupkan lahan yang terlantar (tidak mempunyai pemilik) ini penting sebagai landasan untuk memakmurkan bumi. Tentu saja pemerintah dan perundang-undangan harus akomodatif dalam mengelola dan menerapkan peraturan kepemilikan lahan secara konsisten. Ketentuan peng-garapan tanah tersebut menurut jumhur ulama tidak berlaku bagi yang dimiliki oleh orang lain; atau kawasan yan apabila digarap akan mengakibatkan gangguan terhadap kemaslahatan umum; misalnya tanah yang rawan longsor atau Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mengakibatkan berubahnya aliran air. 25

Oleh karena itu, peraturan terhadap penguasaan lahan untuk penerapan syariat ihyaal mawat ini harus kondusif. Misal-nya Khalifah umar Ibn Khattab, membuat peraturan, untuk mengambil alih tanah yang tidak digarap oleh pemiliknya selama tiga tahun. Dengan demikian, apabila terlihat lahan-lahan yang berstatus tidak jelas dan tidak ada tanda-tanda kehidupan, masyarakat—pemerintah—dapat memproses lahan tersebut agar dialihkan kepemilikannya supaya dapat dihidupkan dan menjadi produktif. Demikian pula, Islam melarang individu

Page 36: Kazanah Alam

��

KHazanah Alam

memiliki tanah secara berlebihan, dan juga dilarang memungut sewa atas tanah karena pada hakekatnya tanah itu adalah milik Allah.

Adapun umar ra, adalah seorang Khalifah yang sangat peduli terhadap lingkungan. Beliau mempunyai strategi perlin-dungan lingkungan berlandaskan dasar-dasar aqidah dan kaidah akhlak yang mengatur perilaku seorang muslim dalam kehidupan. 6

Perlindungan yang dilakukan umat dalam menjaga lingkungan meliputi aspek sebagai berikut:

Peringatan-peringatan dasarKeseimbangan antara tujuan pertumbuhan dan tujuan menjaga lingkunganMenjaga sumberdaya alamMemerangi pencemaranMenjaga keseimbangan ekosistem7

Misalnya al-Haristsi menjelaskan tentang perhatian umar terhadap kebersihan lingkungan ketika beliau melihat keadaan umat Islam di negara yang ditaklukkan berubah dan tidak me-madai, maka beliau menganjurkan untuk penguasa setempat untuk pindah ke tempat yang lebih cocok. umar menulis surat untuk salah seorang walinya, “Amma ba’du. Sesungguhnya eng-kau menempatkan orang-orang di tanah yang rendah, maka pindahkanlah mereka ke tempat yang tinggi dan bersih”8

1.5 Gugurnya Hak Ihyaaul Mawaat

Penguasaan suatu lahan yang diperoleh melalui usaha ”ihyaaul mawaat” menurut ketentuan fiqih Islam diserupakan status kepemilikan melalui warisan, hibah, wasiat, dan atau melalui proses jual beli sah. Hanya saja hak kepemilikan lahan berstatus

1.2.

3.4.5.

Page 37: Kazanah Alam

27

Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam

ihyaaul mawaat diberikan ketentuan penting tentang keadaan penggunaannya atau unsur-unsur prokdivitasnya.

Keadaan produktivitas lahan berstatus ihyaaul mawaat me-nentukan aturan bagi pemilik (penggarap) bahwa kepemilikan akan tetap berada di bawah kepemilikan penguasaan pemilik selama ia mempertahankan produktivitas lahan. Apabila lahan ihyaaul mawaat diterlantarkan dan tidak diolah sesuai peruntukan, selama tiga tahun berturut-turut maka hak ke-pemilikan atas lahan tersebut menjadi gugur. Ketentuan ini berdasar riwayat Salim bin Abdullah bahwa Umar bin al – khatab pernah berpidato seraya berkata:

” Bagi siapa saja yang menghidupkan lahan tidur, maka ia berhak atasnya dan tidak berhak bagi yang menterlantarkannya sesudah tiga tahun. ”

Hadis senada juga diriwayatkan oleh ghawus yang ber-sumber langsung dari Rasulullah saw. Beliau bersabda:

” lahan – lahan tua yang pernah dihuni oleh umat terdahulu merupakan hak milik Allah dan Rasul–nya, kemudian menjadi hak milik kalian pada masa berikutnya. Bagi siapa saja yang menghidupkan lahan tersebut, maka ia berhak atasnya, sedang orang yang mengabaikan serta menelantarkannya tidak mempunyai hak sedikit pun atas lahan tersebut. ” ( H.R. Abu Ubaid )

Page 38: Kazanah Alam

��

KHazanah Alam

1.6. Menarik Hak atas LahanHakim—dalam hal ini pemerintah melakukan kebijakan pem-bebasan lahan, dan membagikannya kepada umat (sumber air, tambang, pemukiman dan pertanian atau perkebunan) semata-mata hanya demi kemaslahatan sebagai tujuan ulama tidak terealisir karena orang–orang tertentu dari umat itu tidak amanah (tidak digarap), dan tidak pula memproduktifkannya, maka kebijakan pemberian atau pembagian tanah, lahan serta lainnya harus dicabut dan digugurkan hak kepemilikannya. Ketentuan ini didasarkan hadis–hadis berikut:

1.

” Dari Amir bin Syuaib dari bapaknya, bahwasannya Rasulullah saw melakukan pembagian lahan yang diberikan kepada beberapa orang dari suku huzaimah atau juhainah, mereka tidak memakmurkannya (tidak mengolahnya menjadi produktif). Dan kemudian dilangkah sekelompok kaum yang menggarap dan memproduktifkannya. Sesu-dah itu, orang–orang juhainah atau huzaimah mengadukan perihal mereka kepada Umar bin al – Khathab. Demi aduan itu Umar bin al – Khathab berkata : ” kalaulah itu dariku atau dari Abu Bakar, niscaya aku akan mengembalikannya, tetapi ketetapan tersebut berasal dari Rasulullah saw, lebih lanjut Umar menegaskan: ” siapa saja yang

Page 39: Kazanah Alam

��

Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam

memperoleh hak atas tanah yang dibagikan dan menterlantarkannya selama tiga tahun tanpa upaya apapun untuk memproduktifkan, lalu datang sekelompok kaum yang menggarapnya sampai produktif, maka mereka lebih berhak atas tanah dan lahan itu. ”

2.

“ Dari al-Haris bin Bilal al–Haris al–Huzaimi, dari ayahnya: bahwa Rasulullah saw memberi pembagian tanah kepadanya di daerah al–Aqiq secara keseluruhan. Pada masa pemerintahan Umar bin al–Khathab, Umar berkata kepada Bilal (keputusan pemerintah): “ sesungguhnya Rasulullah saw membagi lahan untukmu bukan dengan tujuan engkau menguasai sepenuhnya dan menghalangi orang lain, tetapi beliau bermaksud agar engkau menggarapnya. Oleh karenanya ambil sebagian yang engkau mampu kerjakan dan kembalikan sisa yang tidak mampu engkau kerjakan.

1.7. Ihyaaul Mawaat Lahan Hak Milik Yang dimaksud lahan Hak Milik adalah lahan tidur yang me-rupakan hak milik seseorang, atau dua orang, dan seterusnya. Lahan hak milik yang belum diketehui pemiliknya dapat dike-lompokkan ke dalam dua kategori:

Page 40: Kazanah Alam

�0

KHazanah Alam

Pertama: lahan hak milik pemerintah.Kedua: lahan hak milik seseorang.

Terhadap lahan hak milik pemerintah atau negara menurut konsepsi fiqih sebagaimana telah disinggung sebelumnya bisa dimiliki sepanjang lahan tersebut dikelolah secara produktif. Dan merujuk pendapat Imam Malik perlu diadakan klarifikasi lokasi yaitu daerah pedalaman, pegunungan dan semacamnya ataukah daerah perkotaan. Abu Hanifah menegaskan dengan kekuatan hukum berdasar keputusan pemerintah berwenang.

Adapun terhadap lahan hak milik seseorang, dapat dibenarkan melakukan ”ihyaaul mawaat” atasnya selama belum ada pemilik sah yang mengakuinya. Apabila di tengah proses ”ihyaaul mawaat” si pemilik lahan datang meminta haknya, maka dapat ditempuh dengan dua alternatif:

Mengembalikan hak atas lahan kepada pemilik sah dengan imbalan perhitungan ongkos pengelolaan.Perhitungan harga lahan sebelum dilakukan ”Ihyaaul mawaat” dan sesudahnya, kemudian dikompromikan untuk dijual kepada pengolah dan atau dikembalikan kepada pemilik sesudah dipenuhi hak dan kewajiban masing-masing.

Ketentuan ini didasarkan hadis Rasulullah saw, beliau bersabda :

” Bagi siapa saja yang menghidupkan lahan tidur, maka ia berhak atasnya, dan tidak berhak bagi pemilik yang zalim”, maksudnya menterlantarkannya dan menjadikan lahan padang ilalang bahkan lahan berubah gersang.

1.

2.

Page 41: Kazanah Alam

��

Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam

1.8. Pembebasan Lahan sebagai Program ”Ihyaaul Mawaat”

Berdasar penelusuran fiqih klasik dapat dijumpai sejumlah kebijakan progresif tentang pembebasan dan pembagian lahan untuk dilakukan proses ihyaa al-mawaat oleh pemerintah berwenang. Ketentuan ini tentu merujuk kepada kelihaian dan kecakapan pemerintah yang berkuasa demi mencapai kese-jahteraan. Di dalam buku Hak Kepemilikan Lahan, al-Sayyid Sabiq mengetengahkan bolehnya pembebasan lahan oleh pemerintah yang diperuntukkan masyarakat. Pembebasan di sini bisa di kenal sebagai ” transmigrasi ” (Indonesia), dimana pemerintah Republik Indonesia mengupayakan pemerataan jum-lah penduduk, penerataan pekerjaan, pemerataan penghidup-an, dan sekaligus mengoptimalkan produktifitas lahan-lahan tidur. Lahan-lahan tersebut dibebaskan kepemilikannya kemu-dian dibagikan kepada individu-individu tertentu untuk men-jadi hak milik pribadi dengan tujuan meningkatkan tarap hidup mereka.

Langkah semacam ini didasarkan kepada amaliah Rasulullah saw yang diikuti pula oleh para khalifah sesudahnya. Dasar– dasar amaliah tersebut adalah sebagai berikut:

1.

Page 42: Kazanah Alam

��

KHazanah Alam

” Dari Urwah bin Zubair, bahwasanya Abdurrahman bin Auf berkata : Rasulullah saw telah menentukan bagian lahan untuk saya dan untuk Umar bin al – Khathab di wilayah anu dan dengan ukuran seluas ini dan itu : kemudian Zubair pergi ke kediaman keluarga Umar untuk membeli bagian tanah atau lahan yang di bagikan Nabi saw. Sesudah itu Zubair mendatangi Usman bin Affan dan mengadu kepada kepadanya seraya berkata: ” Sesungguhnya abdurrahman bin Auf telah memprasangkakan tentang pembagian lahan oleh Rasulullah saw kepadanya dan kepada Umar bin khathab, sementara saya sudah membeli lahan itu dari keluarga Umar ” keluhan Zubair disambut Usman dan mengatakan: ” klaim yang dilakukan Abdurrahman bin auf adalah keniscayaan yang dimungkinkan dan itu merupakan kesaksian atas dirinya atau hak miliknya ” ( H.R. Ahmad ).

2.

“ Dari Alqomah bin Wail dari ayahnya bahwasanya Nabi saw telah memberikan bagian lahan di Hadramaut “

3.

“ Dari Umar bin Dinar, ia berkata : “ ketika Nabi saw baru tiba di madinah, beliau memberikan bagian lahan kepada Abu bakar

dan kepada Umar bin Khathab. “

Page 43: Kazanah Alam

��

Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam

4.

” Dari Ibnu Abbas R.A, ia berkata: ” Nabi saw melakukan pembagian lahan yang berpotensi barang tambang kepada Bilal bin al- Haris al–Mazani di daerah Qabailah yang terletak di pesisir dan meliputi daratan tinggi serta daratan tinggi serta daratan rendahnya ” ( H.R. Ahmad dan Daud ).

Menurut pengakuan Abu Yusuf (salah seorang murid Abu Hanifah dan termasuk hakim agung / Qadhi Qudhat pada masanya) Nabi saw dalam penelitian benar-benar melakukan pembagian lahan (sumber air, barang tambang, dan kompleks hunian).

Hal ini dilakukan karena Nabi saw memandang bermanfaat dan dapat menggairahkan suasana keberagamaan terutama terhadap Islam, pun juga memakmurkan lahan. Begitu pula para khalifah sesudahnya, mereka memandang bahwa cara semacam ini akan memperkaya umat dan secara otomatis memperkuat ketahanan lahir maupun batin.

2. al-Harim Al-Harim merupakan zona terlarang, jadi merupakan ketetapan Islam dalam membatasi melarang pembangunan atau membatasi bangunan rekayasa manusia yang mengganggu sumber-sumber alam. Menurut hukum Islam, harim merupakan lahan atau kawasan yang sengaja dilindungi untuk melestarikan sumber-sumber air seperti halnya sumur, danau, sumber mata air, sungai, aliran air. Zona harim juga berlaku untuk kemaslahatan

Page 44: Kazanah Alam

��

KHazanah Alam

yang lain, misalnya jalan, perempatan, dan fasilitas publik yang lain yang diperuntukkan guna mencegah kerusakan terhadap fa-silitas tersebut dan melindungi kawasan tersebut dari bahaya.9

Tradisi Islam menganjurkan bahwa desa dan kota harus dikelilingi oleh zona larangan (al-harim) yang merupakan lahan penyangga yang tidak boleh diganggu atau didirikan bangunan. Bagi sebuah desa hal ini biasanya lahan harim dirawat untuk warga desa yang dijaga secara bersama misalnya: penyediaan terbatas untuk kayu bakar dan seterusnya guna menjamin kehidupan masyarakat agar dapat sintas (survive) dan berkelanjutan.10

Oleh karena itu, harim dapat dimiliki atau dicadangkan oleh individu atau kelompok–di sebuah daerah yang mereka miliki. Lokasi pesantren yang strategis untuk daerah tangkapan air, atau kawasan perumahan (kompleks) dalam skala yang lebih mikro, dapat disisakan untuk zona larangan (harim). Jadi harim merupakan gabungan dua kawasan yaitu yang telah digarap (lahan ihya) dan yang tidak digarap (lahan mawat). Sebagai muslim, ketergantungan terhadap eksistensi air adalah sangat penting. Kata harim (yang berarti terlarang). Biasanya harim terbentuk bersamaan dengan keberadaan ladang dan persawahan, tentu saja luasan kawasan ini berbeda-beda. Biasanya harim dalam ukuran lahan tidak terlalu luas.

Di dalam sebuah desa misalnya, harim dapat difungsikan untuk menggembalakan ternak atau mencari kayu bakar dan dapat ditempuh tidak lebih dari satu hari (dapat pulang ke kampung itu pada hari yang sama). Lahan ini bisa pula dimanfaatkan untuk memberi makan dan minum ternak tanpa membuat kerusakan; polusi, merumput yang berlebihan, dan sebagainya. Apabila sebuah harim berada di areal mata air atau anak sungai, karena harim biasanya merupakan milik kolektif (sebuah kampung), maka dengan izin bersama, mereka yang

Page 45: Kazanah Alam

��

Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam

mempunyai lahan berdekatan dengan zona tersebut juga berhak membuat akses aliran air ke sawah-sawah atau ladang secara bersama di kawasan sekitarnya.

2.1. Zonasi dalam HarimDalam menetapkan batas-batas tentang zona larangan

(harim), Islam menetapkan sebagai berikut:Kawasan terlarang (harim) untuk sebuah sungai adalah meliputi ukuran setengah dari lebar sungai pada kedua tepinya.Kawasan terlarang (harim) untuk sebatang pohon meliputi jarak dua setengah hingga tiga meter di sekeliling pohon tersebut. untuk sumur ditetapkan kawasan zona larangan sekurang-nya sejauh 20 meter keliling.Kawasan terlarang (harim) untuk mata air didasarkan pada keadaan air dengan memberikan pertimbangan yang memadai tentang saluran, ukuran kolam yang akan dibuat, tempat yang dibutuhkan bagi orang dan binatang untuk bergerak di sekitarnya dan tipe tanah di mana air itu mengalir.

Hukum Islam juga menganjurkan, setiap pemukiman harus mempunyai zona haram yang menyerupai jalur hijau di mana hak mengambil lahan kosong dan membangunnya terlarang. Lahan ini disediakan untuk kepentingan-kepentingan publik dan kawasan ini harus dikelola oleh penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan mereka, seperti palawija, kayu bakar dan semacamnya, juga untuk mendukung penggunaan dan pembangunan lahan-lahan ini dengan cara yang paling kondusif untuk kesejahteraan para penghuninya.11

Page 46: Kazanah Alam

��

KHazanah Alam

2.2. Penerapan Harim di Indonesia

Di Indonesia, khazanah sistem harim dijumpai dalam khazanah adat (kultur) Aceh. Sebagaimana diketahui dalam sejarah Aceh, negeri tersebut menerapkan syariat Islam dan mencapai puncak kejayaannya pada zaman Sultan Iskandar Muda. Seperti dicatat oleh Abdurahman Kaoy, adat Aceh mencatat kebijakan zona larangan untuk tentang perawatan sungai dan pantai ditetapkan sebagai berikut:

Dilarang menebang hutan sejarak 1.200 depa (2 km) keliling sumber mata air.Dilarang menebang pohon sejarak 60-120 depa (100-200m) dari kiri kanan sungai.Dilarang menebang pohon sejarak 600 depa (1 km) dari pinggir laut.12

Jadi sangat jelas, di Indonesia (khususnya Aceh), telah dijumpai proses kulturisasi perawatan alam dan lingkungan yang merujuk pada syariat Islam ini. Oleh karena itu, tidak mustahil ajaran yang sangat positif ini bisa dilakukan di tempat-tampat yang lain yang bertujuan untuk pelestarian lingkungan dan perlindungan sumber daya termasuk dalam menyelamatkan sumber-sumber aliran sungai atau mata air.

Apabila direnungkan, zona penyangga ini sangatlah penting bagi masyarakat yang rentan terhadap bencana alam seperti di Aceh. Peristiwa stunami 26 Desember 2004, memberi pelajaran penting, tatkala syariat di atas ditinggalkan dan pohon-pohon bakau di Aceh telah habis, penebangan pohon di zona larangan 1 km dari pinggir laut bahkan dilanggar dan diganti dengan tambak-tambak udang, maka korban bencana alam pun bertambah parah.

Sangat disayangkan bila harim atau zona larangan ini tidak diterapkan dengan benar dalam pembangunan kembali Aceh

Page 47: Kazanah Alam

��

Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam

pasca tsunami. Letak zonasi ataupun zona larangan dapat di-letakkan berdasarkan syariat ini dengan meletakkan garis ba-tas pembangunan kembali zona aman di batas garis pantai yang pernah terkena tsunami. Secara fleksibel sebenarnya zona ini dapat diterapkan demi kemaslahatan ummat secara keseluruhan dalam mencegah terjadinya bencana lingkungan maupun bencana alam.

3. HimaHima merupakan istilah yang tepat untuk diterjemahkan menjadi kawasan lindung—protected area—dalam istilah sekarang. Othman Llewellyn, menyebutkan bahwa tradisi hima diberlakukan karena sifatnya yang fleksibel. Dewasa ini lembaga-lembaga konservasi melihat kembali tradisi hima karena ternyata kawasan ini menjadi contoh yang paling bertahan ekosistemnya sejak 1.400 tahun yang lalu. Praktik ini merupakan cara konservasi tertua yang dijumpai di Semenanjung Arabia, bahkan mungkin tertua di dunia.13

Hingga kini, hima diketahui menyebar dipraktikkan dari kawasan Afrika utara hingga Asia Tengah, termasuk Timur Tengah dan Lebanon. Sebagai suatu khazanah dan tradisi perlindungan alam yang baik, kini hima telah diakui secara internasional sebagai langkah variatif untuk merespons dan mencapai pembangunan berkelanjutan di kawasan-kawasan tersebut. Di zaman modern ini, dorongan untuk mendirikan hima, sebenarnya didasari oleh keinginan untuk mencontoh sunah Nabi saw dalam perlindungan dan perawatan sumber daya alam, sebagai suatu langkah alternatif menghimbau Muslim agar menyadari dan memelihara khazanah alam dan mensyukuri apa yang dimilikinya berdasarkan prinsip-prinsip etika Islam. upaya ini misalnya, tercermin pada usaha mendirikan kawasan lindung di zona laut Pulau Misali,

Page 48: Kazanah Alam

��

KHazanah Alam

Zanzibar Afrika Selatan. Di kawasan ini, organisasi lingkungan Islamic Foundation for Ecology and Environmental Science (IFEES) berhasil meletakkan landasan: dimana shariah mampu berkontribusi untuk perlindungan sumber daya laut yang ada di kawasan tersebut14.

3.1. sejarah timbulnya HimaPionir hima sesungguhnya dicontohkan pada dua kota suci (al-haramain, Makkah dan Madinah) sejak zaman Nabi Muhammad saw. Pada saat penaklukan Mekkah, Nabi Muhammad saw memaklumkan tentang kesucian dua tempat itu: “Suci karena kesucian yang terapkan Allah padanya hingga hari kebangkitan. Belukar pohon-pohonnya tidak boleh ditebang, hewan-hewan tak boleh diganggu …dan rerumputan yang baru tumbuh tidak boleh dipotong.”15

Nabi saw membangun sebuah tempat yang sama antara gunung-gunung dan lava mengalir mengelilingi Madinah dan mengatakan: “Sesungguhnya Ibrahim memaklumkan Mekkah sebagai tempat suci dan sekarang aku memaklumkan Madinah, yang terletak antara dua lava mengalir, sebagai tempat suci. Pohon-pohonnya tidak boleh ditebang dan binatang-binatangnya tidak boleh diburu.”16 Sahabatnya Abu Hurairah mengatakaan, “Bila aku menemukan rusa di tempat antara dua lava mengalir, aku tidak akan mengganggunya; dan dia [Nabi] juga menetapkan dua mil sekeliling Madinah sebagai kawasan terlindung [hima].”17

Hima merupakan kawasan lindung yang dibuat oleh Rasullullah saw dan diakui oleh FAO sebagai contoh pengelolaan kawasan lindung paling tua bertahan di dunia. Berbeda dengan kawasan lindung sekarang yang umumnya mempunyai luasan yang sangat besar dalam sejarah, hima memiliki ukuran luas yang

Page 49: Kazanah Alam

��

Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam

berbeda-beda, dari beberapa hektar sampai ratusan kilometer persegi. Hima al-Rabadha, yang dibangun oleh Khalifah umar ibn al-Khattab dan diperluas oleh Khalifah usman ibn Affan, adalah salah satu yang terbesar, membentang dari tempat ar-Rabadhah di barat Najed sampai ke dekat kampung Dariyah. Di antara hima tradisional adalah lahan-lahan penggembalaan yang paling baik dikelola di semenanjung Arabia; beberapa di antaranya telah dimanfaatkan secara benar untuk menggembala ternak sejak masa-masa awal Islam dan merupakan contoh pelestarian kawasan penggembalaan yang paling lama bertahan yang pernah dikenal. Sesungguhnya, beberapa sistem kawasan lindung diketahui memilik riwayat yang sama lamanya dengan hima-hima tradisional.

Diperkirakan tahun 1965 ada kira-kira 3000 hima di Saudi Arabia, mencakup sebuah kawasan luas di bawah pengelolaan konservasionis dan berkelanjutan. Hampir setiap desa di barat laut pegunungan itu termasuk ke dalam salah satu atau lebih hima, yang terkait juga dengan sebuah perkampungan sebelahnya. Hima-hima itu bervariasi dari 10 sampai 1000 hektar dan rata-rata berukuran sekitar 250 hektar.18

Hal yang perlu ditarik pelajarannya, mengapa hima masih dapat dijumpai hingga kini adalah karena keyakinan (nilai) bahwa kawasan tersebut dilindungi oleh hukum Allah dan RasulNya, jadi alih fungsi lahan terhadap hima sangat ditentang sebagaimana Al-Mawardi menuliskan:

”Jika tanah telah resmi dilindungi secara hukum, kemudian ada orang yang datang dengan maksud menghidupkannya dan membatalkan perlindungan terhadapnya, maka tanah tersebut harus dilindungi. Jika tanah tersebut termasuk yang dilindungi Rasullullah saw, maka hukum perlindungan lahan tersebut tetap eksis, dan menghidupkannya (mengalihfungsikan) tidak diperbolehkan. Apalagi sebab perlindungan tanah tersebut

Page 50: Kazanah Alam

�0

KHazanah Alam

sifatnya abadi. Siapa pun orangnya tidak boleh menentang hukum Rasullullah saw dengan cara membatalkan kawasan lindung (hima) beliau.”19

Selain itu, Imam Al-Mawardi, menyebutkan, hima merupa-kan kawasan lindung yang dilarang untuk menggarapnya untuk dimiliki oleh siapapun agar ia tetap menjadi milik umum untuk tumbuhnya rumput dan pengembalaan hewan ternak.20

Dalam bab hima, hadist al-Bukhari meriwayatkan sebagai berikut:

Ash-Sha’bu bin Jusamah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:“Tidak ada lahan konservasi (hima) kecuali milik Allah dan Rasulnya. Dan diriwayatkan lagi, bahwa Nabi Muhammad saw membuat lahan hima di al-Naqi lalu Umar di al-Sharaf dan al-Rabazah.”

Pendapat Imam al-Mawardi, mengatakan bahwa yang dimaksud tidak ada perlindungan kecuali oleh Allah dan RasulNya adalah kawasan itu diperuntukkan bagi orang-orang fakir, untuk kepentingan seluruh kaum Muslimin. Dan ketika

Page 51: Kazanah Alam

��

Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam

lahan tersebut menjadi hima, maka kawasan tersebut menjadi milik umum dan dilarang menggarapnya untuk dimiliki.21

Dalam hadist yang lain diriwayatkan, Rasullullah saw melin-dungi Madinah dan naik ke gunung Annaqi’, dan bersabda:

Ini adalah lahan yang kulindungi–sambil memberi isyarat ke lembah.22

Banyak hima, yang telah dicanangkan di Saudi Arabia –sebagai peninggalan Islam, dan sekarang masih ada—juga terletak di daerah daerah yang kaya akan keanekaragaman hayatinya atau lahan-lahan hijau serta memiliki habitat-habitat biologi penting. Dengan demikian, tentu saja pemerintah tinggal meneruskan tradisi ini untuk untuk pemeliharaan ke-anekaragaman hayati. Namun karena masalah-masalah yang dihadapi oleh kawasan-kawasan konservasi semakin kompleks, maka perlu dieksplorasi potensi ekologinya melalui penelitian serta mengembangkan aspek sosio-ekonomi kawasan-kawasan tersebut sehingga menjadi maslahat bagi kepentingan ummat.

Dalam pentingnya membangun atau menghidupkan hima di dunia Muslim, Llewellyn, seorang ahli planologi konservasi modern mengatakan:

“Oleh sebab itu, hima dapat dijadikan model legitimasi yang bisa ditampilkan ketika kehilangan spesies meningkat dan ekosistem menggerogoti kesuburan lahan, sebagai instrumen syariah yang penting untuk konservasi keragaman hayati. Untuk mewujudkan potensi ini, setiap negara Muslim perlu membangun sebuah sistem hima—kawasan lindung—yang komprehensif berdasarkan inventarisasi dan analisa akurat mengenai sumber-sumber biologinya. Sistem seperti itu harus melestarikan [dan memulihkan] representasi setiap kawasan fisiografis dan biota. Ia harus melestarikan [dan memulihkan] tempat-tempat produksi biologis penting dan kepentingan ekologisnya, seperti lahan basah, pegunungan, hutan-hutan dan kawasan hijau, pulau-pulau, terumbu karang, bakau, rumput laut, dan semak-semak. Ia pun harus melestarikan populasi satwa langka dan terancam, satwa endemik, dan spesies-spesies penting ekologi serta bernilai ekonomis.23

Page 52: Kazanah Alam

��

KHazanah Alam

3.2. Perkembangan Hima di tengah Konservasi Modern

Organisasi konservasi dunia IuCN, mengakui hima sebagai suatu kontribusi penting dikarenakan perlindungan yang dilakukan melalui perundang-undangan yang ada dianggap tidaklah memadai dalam membantu pelestarian dan perlindungan alam asli. Disamping itu, khususnya untuk negara-negara Muslim, diperlukan rumusan, perencanaan, dan formulasi yang jelas dalam rangka menyakinkan pihak yang mempunyai otoritas dan individu terkait dalam mempertelakan dan meletakkan landasan serta prosedur yang perlu sehingga perlindungan kawasan alam asli menjadi terukur dan mempunyai dampak yang baik.24

Begitupun organisasi lembaga swadaya masyarakat (NGO) yang bergerak di bidang konservasi, misalnya Birdlife telah memasukkan hima sebagai bagian penting target konservasi mereka di kawasan timur tengah, karena beberapa kawasan hima—yang masih bertahan di Timur Tengah, seperti di Lebanon—ternyata setelah diteliti masih menyimpan kelestarian berbagai spesies makhluk hidup dan merupakan target penting konservasi burung (important bird area).25

Pemanfaatan hima, sebagai salah satu trend atau cara me-

lestarikan keanekaragaman hayati telah dibahas dalam beberapa forum, antara lain dalam World Park Congress di Durban tahun 2003 dan juga forum konservasi IuCN WESCANA. Mengapa hima berpotensi untuk dihidupkan kembali? Llewellyn menye-butkan, bahwa hima merupakan kawasan lindung yang paling luas sebarannya dan diakui sebagai kawasan lindung yang paling bertahan dan di Timur Tengah dan hal ini tidak dijumpai di belahan bumi manapun. Beberapa hal positif yang dapat dilihat dari hima adalah:

hima merupakan konservasi yang berbasis pada komunitas (community based conservation),

1.

Page 53: Kazanah Alam

��

Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam

diberdayakan oleh masyarakat lokal, melibatkan partisipasi publik, pemanfaatan dan sumber daya secara adil dan bijak, dan menyebabkan bertahannya pengetahuan lokal dan adat setempat.26

Dalam hukum Islam, menurut Al-Suyuti (W, 911 H)dan fuqaha-fuqaha lain, sebuah hima harus memenuhi empat persyaratan yang berasal dari praktik Nabi Muhammad saw dan para khalifahnya:

harus diputuskan oleh pemerintahan Islam;harus dibangun sesuai ajaran Allah—yakni untuk tujuan-tujuan yang berkaitan dengan kesejahteraan umum;harus terbebas dari kesulitan pada masyarakat setempat, yakni tidak boleh mencabut sumber-sumber penghidupan mereka yang tak tergantikan;harus mewujudkan manfaat nyata yang lebih besar untuk masyarakat ketimbang kerusakan yang ditimbulkannya.27

Jika melihat kaidah fuqaha ini, maka, hima, merupakan istilah yang paling mewakili untuk diketengahkan sebagai per-bandingan kata dan istilah untuk kawasan konservasi: taman nasional, suaka alam, hutan lindung, dan suaka margasatwa. Alasannya, pertama: semuanya kawasan konservasi ditetapkan oleh pemerintah (walaupun bukan pemerintahan Islam-sic). Kedua, pada dasarnya kawasan konservasi dibuat adalah untuk kepentingan kemaslahatan umum, misalnya: jasa ekosistem, sum-ber air, pencegahan banjir dan longsor, stok bahan-bahan genetik dan sumberdaya hayati, penyerapan karbon, dan lain-lain.

Ketiga, penetapan kawasan konservasi tentu saja dengan tujuan untuk membebaskan masyarakat dari kesulitan kehidup-an mereka. Keempat, kawasan konservasi merupakan sarana

2.3.4.5.

1.2.

3.

4.

Page 54: Kazanah Alam

��

KHazanah Alam

untuk menimbulkan maslahat jangka panjang, termasuk mencegah dari terjadinya bencana seperti kekeringan pada musim kemarau atau banjir pada saat musim hujan.

Dalam risalah mengenai Hima, Kilani et.al, mencatat, salah satu kelebihan hima adalah sifatnya yang fleksibel yang dapat diatur atas dasar kesepakatan dengan keperluan lahan dari masyarakat yang ada di sekitar kawasan tersebu. Misalnya seorang peneliti di Saudi Arabia pernah menemukan hima dengan peruntukan sebagai berikut:

Penggembalaan dilarang, tetapi rumput dapat dipotong dengan menggunakan tangan pada waktu dan tempat yang ditentukan terutaman di musim kering; rumput yang telah dipotong dibawa ke luar kawasan hima untuk ternak mereka.Perlindungan dari dimana penebangan pohon seperti Juniperus procera, Acacia spp, Haloxylon permsicum, seperti pemotongan dahan pada umumnya dilarang kecuali untuk keperluan mendesak sekali.Pengelolan lahan telah diatur sebagai berikut: a. Penggembalaan dan pemotongan rumput diperbolehkan

berdasarkan musim tertentu untuk memberikan peluang pada pertumbuhan alamiah, setelah rumput tumbuh atau kemudin berbunga dan berbuat, atau

b. Dalam tahun dimana penggembalaan diizinkan pada putaran tahun hal ini harus dibatasi hanya pada jenis ternak tertentu misalnya hanya pada jenis sapi perah atau hewan darat, atau

c. Di mana hanya sejumlah ternak terbatas yang diizinkan untuk merumput pada saat waktu tertentu saat musim kering.

4. Kawasan perlindungan untuk peternakan lebah, dimana penggembalaan dalam musim tertentu dilarang atau

1.

2.

3.

Page 55: Kazanah Alam

��

Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam

sama sekali dibiarkan selama lima bulan dalam setahun (termasuk pada saat musim semi) dan penggembalaan diperbolehkan setelah musim bunga berakhir.

5. Kawasan ini digunakan untuk konservasi ibex (sejenis kambing gunung, di Timur Tengah)28

3.3. Pengelolaan Hima

Pada zaman Khalifah umar, lahan hima juga dikelola dengan baik oleh seorang manajer (pengelola hima) dan memiliki fleksibilitas dalam hal-hal tertentu terutama untuk meng-akomodasi warga miskin yang tinggal di seputar kawasan karena Islam mengajarkan supaya manajer kawasan bertindak mengayomi warga yang ada di sekitarnya. Gambaran ini bisa dilihat dari dialog Khalifah umar ra dengan Hunay (Hani) seorang manajer hima ketika beliau mengadakan inspeksi:

Page 56: Kazanah Alam

��

KHazanah Alam

“Dari Zaid bin Aslam, dari ayahnya ia menceritakan bahwa Umar bin Khattab ra. Mempekerjakan pembantunya yang bernama Hani di hima (lahan konservasi), Umar berkata kepada Hani: “Bersikap ramahlah kepada orang dan hindarilah doa orang yang teraniaya (karenamu), karena doa orang yang teraniaya itu dikabulkan. Izinkanlah masuk orang-orang yang mencari rumput dan air. Kalau (Abdurrahman) bin ‘Auf dan (Usman) bin Affan masih punya kebun kurma dan sawah jika ternak mereka mati. Kalau ternak mereka (para pencari rumput dan air) mati, mereka datang kepadaku dengan anak-anak mereka menuntut: ‘Hai Amirul Mukminin, apakah engkau telantarkan mereka? (dengan melarang mencari rumput dan air sehingga ternak mati dan mereka kelaparan, pen) Kami hanya membutuhkan air dan padang rumput, bukan emas dan perak.’ Demi Allah, mereka menganggapku telah menganiaya mereka, karena lahan (konservasi) itu adalah kampung mereka. Mereka berperang untuk mempertahankannya pada masa jahiliyah, mereka masuk Islam karenanya. Demi Zat yang menguasai nyawaku, kalau bukan karena harta yang bisa dimanfaatkan untuk jalan Allah, aku tidak akan mengkonservasi sejengkal tanah pun dari kampung mereka.”

(Sahih al-Bukhari Juz 3 halaman 1113. no 2894)29

Riwayat diatas memberikan gambaran tentang kawasan konservasi yang dikelola dengan baik tetapi tidak menafikan akan adanya konflik dengan masyarakat sekitar yang berkepentingan terhadap lahan tersebut. Oleh sebab itu, petuah umar Ibnu Khattab kepada pegawainya tentang memperbolehkan orang yang tidak mampu untuk masuk ke kawasan konservasi merupakan contoh yang sangat baik dan pantas direnungkan.

Hima pada dasarnya dikelola secara fleksibel dan dapat dimanfaatkan dengan cara berkelanjutan. Seringkali hima digunakan juga untuk bertambanyak kuda-kuda kavaleri (kuda perang). Dan tidak kalah pentingnya hima digunakan oleh masyarakat untuk secara periodik menyokong perekonomian mereka dengan menggembalakan ternak dengan pengaturan yang ketat, serta penggembalaan lebah madu. Jadi Hima

Page 57: Kazanah Alam

��

Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam

merupakan tipe ideal kawasan konservasi yang dapat mencerminkan pemanfaatan dan perawatah hutan dengan moto hidup harmonis dengan alam.

Page 58: Kazanah Alam

��

IV. Penutup

Pengelolaan kawasan konservasi sekarang ini menghadapi tantangan yang sulit, terutama di Indonesia, banyak kawasan konservasi yang kemudian dirambah oleh penduduk karena ketidaktahuan dan kurang mengerti akan pentingnya kawasan konservasi. Oleh karena itu, diperlukan cara dan penyadaran yang lebih baik dalam memahamkan masyarakat tentang kawasan konservasi.

Cara yang ditempuh dengan mengetengahkan sistem kon-servasi Islam dalam Khazanah Alam ini, merupakan salah satu pendekatan yang boleh jadi akan sangat bermanfaat untuk kawasan-kawasan konservasi dimana muslim menjadi mayoritas. Pendekatan Islam bisa menjadi suatu kekuatan yang penting karena penyadaran konservasi dengan cara ini akan membawa ’nilai’, yaitu sesuatu yang tidak dimiliki oleh pendekatan ’sekular’. Oleh karena itu, organisasi semacam Conservation International ikut melihat hal ini merupakan hal yang penting dalam menyelamatkan aset-aset konservasi agar dapat terselamatkan dengan baik.

Di samping itu, jika melihat perkembangan dan tren kerusakan alam yang terjadi dan perawatan lingkungan yang tidak memadai, termasuk cepat pupusnya keanekaragaman hayati dan genetik, maka upaya konservasi dengan cara-cara konvensional tidaklah cukup. upaya konservasi konvensional telah banyak mendapatkan perhatian karena negara bertanggung-jawab penuh terhadap keputusan yang diambilnya dan setiap

Page 59: Kazanah Alam

��

Penutup

kawasan konservasi yang diputuskan mempunyai kekuatan hukum dan dukungan finansial. Namun, di tingkat akar rumput, banyak pula inisiatif-inisiatif yang bemotif konservasi seperti hutan larangan, lubuk larangan, atau sistem reuma (lahan bekas ladang), yang merupakan kearifan tradisi masyarakat Baduy.30 Tradisi dan inisiatif masyarakat ini harus dihitung dalam kontribusi upaya-upaya konservasi agar tradisi perlindungan alam yang telah ada di masyarakat tidak ikut hilang. Selain itu, masih terbuka peluang untuk memberikan inspirasi baru pada komunitas masyarakat yang belum memiliki kearifan tradisi dengan mereplikasi tradisi konservasi yang pernah ada. Maka, di sini harim dan hima memiliki peluang untuk dapat diterapkan di kalangan basis Muslim di Indonesia.

Salah satu alasan yang menjadi kekhawatiran mengapa inisiatif masyarakat untuk perlindungan alam harus didorong? Salah satunya, ternyata banyak kawasan-kawasan yang teriden-tifikasi sebagai daerah yang penting sebagai kawasan kunci keanekaragaman hayati (KBA) ternyata berada di luar kawasan konservasi.31 Maka upaya-upaya alternatif untuk melestarikan warisan alam dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain menghargai dan mengakui cara-cara konservasi dengan pendekatan tradisional seperti halnya memang telah lama ada, atau membuat inisiatif baru yang dapat menggugah masyarakat (komunitas secara mandiri) dapat melakukannya.

Page 60: Kazanah Alam

�0

KHazanah Alam

Catatan akhir

1 John and Kath MacKinnon, G. Child and J. Thorsell. Pengelolaan Kawasan yang Dilindungi di Daerah Tropika. Gadjah Mada university Press, Yogyakarta. Hal 1.

2 WWF & ARC. 2005. Beyond Belief: Linking faiths and protected areas to support biodiversity conservation. WWF International and ARC, Switzerland.

3 Pembahasan tentang kontribusi agama terhadap konservasi telah diakui oleh lembaga-lembaga konservasi internasional, seperti IuCN dan MEPA Kingdom of Saudi Arabia, misalnya menerbitkan buku: Bagader et. Al. 1994. Himayatul bi’ah fil Islam, IuCN Environmental Policy and Law Paper No 20 Rev. Juga lembaga multi donor lihat misalnya Martin Palmer and victoria Finlay Faiths and Conservation. The World Bank. 2003.

4 Llewellyn, O.1992. Desert Reclamation dan Conservation in Islamic Law. In F.M. Khalid and JO.Brien (eds), Islam and Ecology. WWF-Cassel Pub. London. p 92.

5 Lihat Mangunjaya, F. 2005. Konservasi Alam dalam Islam. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Hal 59

6 Jaribah bih Ahmad Al Haritsi. 2006. Fikih Ekonomi umar bin Al-Khathab. h. 707.

7 Ibid 8 Ibid., hlm. 711.9 Bagader et. al. 1994. Himayatul bi’ah fil Islam, IuCN Environmental

Policy and Law Paper No 20 Rev. hal. 27.10 ibid11 Othman Llewellyn.2003. The Basic for a Discipline of

Environmental law. Dalam Islam and Ecology R.C. Foltz, F.M. Denny and A.Baharuddin. Harvard univ Press. Cambridge. hal. 213.

12 Kaoy, Abdurahman. 2007. Adat Aceh Tentang Lingkungan Hidup. Dalam Fazlun Khalid & F. Mangunjaya, 2007. Proceeding Colloquium on Islamic Enironmental Law (Fiqh al Biah). KLH, CI Indonesia, WWF Indonesia. Jakarta.

13 Kilani, Hala, Assad Sehral, Othman Llewelyn. 2007. Al Hima: A way of Life, IuCN, West Asia regional Office, Amman Jordan-SPNL

Page 61: Kazanah Alam

��

Penutup

Beirut, Lebanon. hal. 1.14 Penerapan hima di Misali Island, Zanzibar dirintis oleh IFEES dan

CARE International memakan waktu hingga 9 tahun, sejak 1999 hingga 2008, ditandai dengan terbitnya Teachers Guide Book for Islamic Environmental Education. (Fazlun Khalid & Ali Kh.Thani, IFEES 2008).

15 Hadits sahih riwayat Muslim dari Abu Hurairah; Bagader et al., Himayatul bi’ah fil Islam, hal. 26.

16 Ibid.17 Ibid.18 Llewellyn, Othman. 2003. hal. 214.19 Al-Mawardi, hal. 314.20 Hadits Sahih Riwayat Bukhari Lihat: Fiqh al Biah. A.S. Muhammad

dkk. Laporan INFORM, 2004. hal. 25.21 al Mawardi, Imam. Al Ahkam As Sulthaniyyah.(Penerjemah:Fadhil

Bahri). Darul Falah. Jakarta. 2000 hal. 312.22 Hadis dikutip dari al Mawardi, Imam. Al Ahkam As Sulthaniyyah .hal.

311.23 ibid. Llewellyn, Othman. hal. 216.24 Sambutan abdul Bar al Gain, vice President IuCN, dalam Bagader

et. al. hal vi.25 Birdlife, SPNL, ARocha.,t.t. The hima and identification and

conservation of new Important Bird Area (IBA) in Lebanon. 26 Llewellyn, Othman. Dalam Fazlun Khalid & F. Mangunjaya, 2007.

Proceeding Colloquium on Islamic Enironmental Law (Fiqh al Biah). KLH, CI Indonesia, WWF Indonesia. Jakarta.

27 Ibid., hal. 213.28 Kilani, et.al. hal. 4. 29 Dikutip dari, Muhammad, H., A.S. Muhammad, A.S. Abbas, K.IB.

Pasha, F.M. Mangunjaya, A.Firman & M. Andriana (Eds). 2004. Fiqh al Biah. Laporan Menggas Fiqih Lingkungan, INFORM, 2004.

30 Iskandar, Johan. 2007. Pelestarian Daerah Mandala dan Keaneka-ragaman Hayati oleh Orang Baduy. Presentasi disampaikan di Lokakarya ”Situs Keramat Alami: Peran Budaya dalam Konservasi Keanekaragaman Hayati ” di Kebun Raya Cibodas. Komite Nasional MAB Indonesia – LIPI, 30 - 31 Oktober 2007.

31 Hasil analisa Kawasan Kunci Keanekaragaman Hayati (KBA) di Sumatra baru-baru ini menunjukkan dari 62 KBA yang terdata,

Page 62: Kazanah Alam

��

KHazanah Alam

hanya 20 KBA (20%) yang mempunyai status perlindungan resmi oleh pemerintah, sisanya 42 KBA (68%) belum mendapat status perlindungan. Conservation International-Indonesia, Departemen Kehutanan Republik Indonesia, LIPI, universitas Andalas,universitas Syah Kuala, and Wildlife Conservation Society.2007. Priority Sites for Conservation in Sumatra: Key Biodiversity Areas. Jakarta. hal. 16.

Page 63: Kazanah Alam

��

V. Diskusi dan Presentasi

Potonglah kotak yang tersedia dibawah ini, kemudian bagikan kepada para peserta.Diskusikan istilah: ihyaal mawat, harim, dan hima ini dalam kelompok Anda dan coba gambarkan dan pilih istilah yang mana yang paling cocok untuk diterapkan di tempat atau kampung halaman Anda.Gambarlah di atas kertas dan lahan Ihya al-mawat, kawasan harim, dan kawasan hima. Tentukan luas kawasan, siapa saja yang akan terlibat, dan beri nama kawasan sesuai dengan kesepakatan dalam kelompok diskusi. Potensi apa saja yang bisa dilindungi di kawasan tersebut, misalnya: perlindungan mata air, jenis-jenis hutan, dan satwa yang ada di dalam kawasan tersebut. Jelaskan dan presentasikan ke depan.

1.

2.

3.

4.

Page 64: Kazanah Alam

��

VI. LAMPIRAN

Boks 1. Ihyaal MawatIstilah Ihya al-mawat, merupakan istilah penting yang menjadi acuan muslim dalam mengelola lahan dan sumber daya alam. Kata Ihya berarti menghidupkan dan al-mawat, bermakna, mati (tidak bermanfaat, terlantar, dan tidak ada kepemilikan). Jadi menghidupkan lahan yang mati, atau menguasai lahan yang tadinya terlantar dan tidak terurus merupakan salah satu kewenangan Muslim untuk merawat dan memperdulikannya. Istilah ihyaal mawat menjadi penting karena disebutkan dalam hadist: “Barang siapa menghidupkan lahan yang mati (tidak bertuan), maka lahan itu menjadi miliknya,” (Riwayat Bukhari). Ihya al- Mawat, merupakan syariat dalam memakmurkan dan memanfaatkan bumi untuk kepentingan kemaslahatan manusia baik secara individu maupun kolektif. Semangat ini tercermin dengan penguasaan dan upaya memberikan nilai pada sebuah kawasan yang tadinya tidak mempunyai manfaat sama sekali (lahan kosong) menjadi lahan produktif karena dijadikan ladang, ditanami buah-buahan, sayuran dan tanaman yang lain. Semangat ihya (menghidupkan) al-mawat (kawasan yang tadinya tidak hidup: atau mati), merupakan anjuran kepada setiap muslim untuk mengelola lahan supaya tidak ada kawasan yang terlantar (tidak bertuan) dan tidak produktif. Semangat masa awal Islam yang memberikan peluang untuk membuat perbaikan (ishlah) tercermin pada ihyaal mawat ini. Misalnya Nabi pernah bersabda: ‘Man ahya arldha maitatu fa hiya lahu,’ (siapa saja yang menghidupkan tanah yang tadinya tidak dipakai –terlantar atau bukan milik seseorang—maka tanah tersebut menjadi miliknya). Semangat menghidupkan lahan yang terlantar (tidak mempunyai pemilik) ini penting sebagai landasan untuk memakmurkan bumi. Tentu saja pemerintah dan perundang-undangan harus akomodatif dalam mengelola dan menerapkan peraturan pemilikan lahan secara konsisten. Ketentuan penggarapan tanah tersebut menurut jumhur ulama tidak berlaku bagi yang dimiliki oleh orang lain; atau kawasan yang apabila digarap akan mengakibatkan gangguan terhadap kemaslahatan umum; misalnya tanah yang rawan longsor atau Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mengakibatkan berubahnya aliran air.

Page 65: Kazanah Alam

��

Penutup

Semangat ihyaal mawat ini dapat dapat dipraktikkan untuk mengisi lahan-lahan terlantar dan kosong dan memerlukan reklamasi. Banyak lahan kosong—baik tanah negera, maupun milik individu—yang terlantar tidak ditanami serta tidak produktif seharusnya dapat ditanam dengan semangat al-ihya, dengan demikian, bila semangat ini diterapkan, niscaya tidak ada sejengkal tanah pun yang tidak bermanfaat. Sebab itulah jika pesan syariah menghidupkan tanah yang mati (tidak produktif) ini dipahami, maka tidak akan ada lagi tanah terlantar dan tidak produktif.

Boks 2. HarimHarim merupakan lahan atau kawasan yang sengaja dilindungi untuk melestarikan sumber-sumber air. Harim dapat dimiliki atau dicadangkan oleh individu atau kelompok—termasuk kelompok adat—di sebuah daerah yang mereka miliki. Jadi harim merupakan gabungan dua kawasan yaitu yang telah digarap (lahan ihya) dan yang tidak digarap (lahan mawat). Sebagai muslim, ketergantungan terhadap eksistensi air adalah sangat penting. Kata harim yang berarti: terlarang. Biasanya harim terbentuk bersamaan dengan keberadaan ladang dan persawahan, tentu saja luasan kawasan ini berbeda-beda. Biasanya harim dalam ukuran lahan tidak terlalu luas. Di dalam sebuah desa misalnya, harim dapat difungsikan untuk menggembalakan ternak atau mencari kayu bakar dan dapat ditempuh tidak lebih dari satu hari (dapat pulang ke kampung itu pada hari yang sama). Lahan ini bisa pula dimanfaatkan untuk memberi makan dan minum ternak tanpa membuat kerusakan; polusi, merumput yang berlebihan, dan sebagainya. Karena harim biasanya merupakan milik kolektif (sebuah kampung), maka dengan izin besama yang mempunyai lahan tersebut juga berhak membuat akses aliran air ke sawah-sawah atau ladang secara bersama di kawasan sekitarnya. Pengukuran standar harim dalam arti pembebasan kawasan dari bangunan dan intervensi manusia adalah sebagai berikut:

Mata air (sungai) radius 150-200 meterSumur radius 12 meter Saluran air (sungai), setengah dari jarak antara saluran ke tepi saluran.Kawasan terlarang (harim) untuk sebatang pohon meliputi jarak dua setengah hingga tiga meter di sekeliling pohon tersebut.

•••

Page 66: Kazanah Alam

��

KHazanah Alam

Boks 3. HimaHima merupakan salah satu istilah yang tepat untuk diterjemahkan menjadi kawasan lindung (dalam istilah sekarang). Sebuah hima harus memenuhi empat persyaratan yang berasal dari praktik Nabi Muhammad saw dan khalifah-khalifah pertama:

harus diputuskan sesuai dengan kesepakatan dari masyarakat setempat dan sesuai dengan perundangan yang berlaku;harus dibangun sesuai ajaran Allah – yakni untuk tujuan-tujuan yang berkaitan dengan kesejahteraan umum;harus terbebas dari kesulitan pada masyarakat setempat, yakni tidak boleh mencabut sumber-sumber penghidupan mereka yang tak tergantikan;harus mewujudkan manfaat nyata yang lebih besar untuk masyarakat ketimbang kerusakan yang ditimbulkannya.

Luas Hima dan Kriteria

Hima mempunyai luasan bervariasi dari 10 sampai 1.000 hektar dan rata-rata berukuran sekitar 250 hektar. Hima di masa Rasulullah adalah ratusan km persegi.Hima merupakan kawasan lindung yang dilarang untuk meng-garapnya untuk dimiliki oleh siapa pun agar ia tetap menjadi milik umum untuk tumbuhnya rumput dan pengembalaan hewan ternak. Hima’ juga dikelola dengan baik oleh seorang manajer (pengelola hima’) dan memiliki fleksibilitas dalam hal-hal tertentu terutama untuk mengakomodasi warga miskin yang tinggal di seputar kawasan karena Islam mengajarkan supaya manajer kawasan bertindak mengayomi warga yang ada di sekitarnya. Hima’ , merupakan habitat alami dan terletak di daerah daerah yang kaya akan keanekaragaman hayatinya atau lahan-lahan hijau serta memiliki habitat-habitat biologi penting.

Hima’ dapat dijadikan model yang bisa ditampilkan ketika kehilangan spesies meningkat dan ekosistem menggerogoti kesuburan lahan, sebagai instrumen syariah yang penting untuk konservasi keragaman hayati. untuk mewujudkan potensi ini, setiap negara Muslim perlu membangun sebuah sistem hima’—kawasan lindung—yang komprehensif berdasarkan inventarisasi dan analisa akurat mengenai sumber-sumber biologinya. Sistem seperti itu harus melestarikan [dan memulihkan] representasi setiap kawasan fisiografis dan biota. Ia

1.

2.

3.

4.

1.

2.

3.

4.

Page 67: Kazanah Alam

��

Penutup

harus melestarikan [dan memulihkan] tempat-tempat produksi biologis penting dan kepentingan ekologisnya, seperti lahan basah, pegunungan, hutan-hutan dan kawasan hijau, pulau-pulau, terumbu karang, bakau, rumput laut, dan semak-semak. Ia pun harus melestarikan populasi satwa langka dan terancam, satwa endemik, dan spesies-spesies penting ekologi serta bernilai ekonomis.

Contoh foto-foto hima di timur tengah (asia Barat)

Foto-foto oleh Othman Abd-ar-Rahman Llewellyn National Commission for Wildlife Conservation and Development, Kingdom of Saudi Arabia

Hima Jabal Aja’ salah satu kawasan yang diusulkan untuk dilindungi, diajukan sebagai pilot kawasan lindung yang telah diteliti oleh tim WWF/ARC dalam Program

Sacred Gifts for a Living Planet Program.

Page 68: Kazanah Alam

��

KHazanah Alam

Hima Jabal Ral, terletak di Tenggara Al-Wajh, kawasan Tabuk, luas 69 km2 telah dirawat selama lebih dari 200 tahun oleh Suku Bili, untuk melestarikan ibex (kambing gunung). Merumput untuk ternak dilarang dan penduduk setempat telah memagari kawasan untuk masuk. vegetasi yang ada masih terawat dengan baik di-

bandingkan dengan kawasan sekitarnya.

Page 69: Kazanah Alam

��

Penutup

Hima Quraysh, terletak di sebelah Barat At-Ta’if, di Kawasan Makkah, 15 km2. Dipadati oleh rumput dan semak-semak kecil, acasia, zaitun, dan lain-lain. Tidak ada ternak yang digembalakan kecuali sapi yang menggunakan untuk mengairi kebun. Digunakan untuk peternakan lebah yang dikelola oleh empat syekh lokal. Sangat strategis untuk rekreasi melihat alam sebagai ekowisata, serta merupakan kawasan Important Bird Area.

Page 70: Kazanah Alam

�0

KHazanah Alam

Ibex (kambing gunung) yang dijumpai lestari di kawasan hima.

Hima al-zahirah, terletak di kawasan Al Bahah, sebelah Timur Baljurashi, 7km2. Berfungsi pengairan Wadi al-‘Atfayn, juga berkontribusi untuk pengairan

Page 71: Kazanah Alam

��

Penutup

Wadi Ranyah. Pohon-pohon tinggi tidak diganggu. Dibatasi dengan dinding batu sejak tahun 1980-an, diadakan patroli setiap hari selasa, dikelola oleh 600 relawan. Patroli diadakan secara sukarela oleh masyarakat setempat.

The Society for the Protection of Nature Lebanon (SPNL) telah menghidupkan kembali dua hima tradisional keduanya merupakan Important Bird Area (IBA), Yaitu Ebel es-Saqi dan Kfar Zabad, sebuah hima untuk laut telah dideklarasikan di

Qoleileh (foto: SPNL)

Page 72: Kazanah Alam

��

VII. Daftar Pustaka

Al-Qur’an al Karim. 1403 H. Darul Furqan. Damsiq.Abburrahman al-Jaziri. T.th. Al Fiqh al Majahib al Arba’ah. Dar al-Fikr.

Beirut.Al Mawardi, Imam. Al Ahkam As Sulthaniyyah.(Penerjemah: Fadhil Bahri).

Darul Falah. Jakarta. 2000.Bagader et. al. 1994. Himayatul bi’ah fil Islam, IuCN Environmental Policy

and Law Paper No 20 Rev.. Gland Switzerland.Birdlife, SPNL, ARocha.,t.t. The hima and identification and conservation

of new Important Bird Area (IBA) in Lebanon.Buchari, Imam Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al

Mughirah ibn Bardazabah al. T.th. Shahih Al-Buchari.Conservation International Indonesia. Taman Nasional Batang Gadis:

Warisan untuk Anak Cucu. CI Indonesia, Medan. 2004. Conservation International-Indonesia, Departemen Kehutanan Republik

Indonesia, LIPI, universitas Andalas,universitas Syah Kuala, and Wildlife Conservation Society. 2007. Priority Sites for Conservation in Sumatra: Key Biodiversity Areas. Jakarta. hal. 16.

Fazlun Khalid & F. Mangunjaya, 2007. Proceeding Colloquium on Islamic Enironmental Law (Fiqh al Biah). KLH, CI Indonesia, WWF Indonesia. Jakarta.

Hambal, Imam Abu Abdillah Ahmad ibn. 1949. Al Musnad. Dar al Maarif. Mesir.

Iskandar, Johan. 2007. Pelestarian Daerah Mandala dan Keanekaragaman Hayati oleh Orang Baduy. Presentasi disampaikan di Lokakarya “Situs Keramat Alami: Peran Budaya dalam Konservasi Keanekaragaman Hayati “ di Kebun Raya Cibodas. Komite Nasional MAB Indonesia – LIPI, 30 - 31 Oktober 2007.

John and Kath MacKinnon, G. Child and J. Thorsell. Pengelolaan Kawasan yang Dilindungi di Daerah Tropika. Gadjah Mada university Press, Yogyakarta. hal 1.

Page 73: Kazanah Alam

��

Khalid, F. 2005. Qur’an, Conservation and Creation. IFEES Birmingham. Kilani, Hala, Assad Serhal, Othman Llewlyn. 2007. Al-Hima: A Way of Life,

IuCN West Asia Regional Office, Amman Jordan—SPNL, Beirut, Lebanon.

Mangunjaya, F. 2005. Konservasi Alam dalam Islam. Yayasan Obor Indonesia.

Muhammad, H., A.S. Muhammad, A.S. Abbas, K.IB. Pasha, F.M. Mangun-jaya, A.Firman & M. Andriana (Eds). 2004. Fiqh al Biah. Laporan Menggagas Fiqih Lingkungan, INFORM, 2004.

Muslim. Imam. T th. Shahih MuslimOthman Llewwelyn.2003. The Basic for a Discipline of Environmental law.

Dalam Islam and Ecology R.C. Foltz, F.M. Denny and A. Baharuddin. Harvard univ Press. Cambridge. hal 213.

Qurthubi, Abu Abdillah Mumammad bin Ahmad al Anshari al. T.th. Al Jami’ li Ahkamil Qur’an. Dar al-Fikr. Beirut.

Sabiq, Sayyid. T.th. Fiqh al-Sunnah. Dar-al Fikr. Beirut. Salmi, Muhammad ibn Isa Abu Isa al-Tirmidzi al. Al jami al Shahih Sunan

al Tirmidzi. T. th. Dar Ihya al Turas al Arabi. Beirut.WWF & ARC. 2005. Beyond Belief: Linking faiths and protected areas to

support biodiversity conservation. WWF International and ARC, Switzerland.

Page 74: Kazanah Alam

��

Tentang Penulis

fachruddin Majeri Mangunjaya, adalah alumni Fakultas Biologi universitas Nasional (S1), dan Jurusan Biologi Konservasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) universitas Indonesia (S2), penulis dan aktifis lingkungan. Sampai sekarang telah menulis 10 buah buku lingkungan (termasuk topik-topik: Agama (Islam dan Lingkungan), serta beberapa buku anak-anak tentang pendidikan konservasi. Anggota Forum of Religion and Ecology, Harvard university, uSA (www.religionandecology.org), International Society for the Study of Religion and Nature and Culture (ISRNC) (www.religionandnature.com), dan Islamic Foundation for Ecology and Environmental Science (IFEES). (www.ifees.org). Tahun 2008 ia merupakan salah satu ahli lingkungan yang diundang dalam Ditchley Park Symposium on Islam & Environment yang diadakan oleh Oxford Centre for Islamic Studies (OCIS), universitas Oxford, Inggris.

ahmad sudirman abbas, dosen tetap Fakultas Syariah dan Hukum universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Alumnus Pondok Modern Gontor Ponorogo ini menyelesaikan semua pendidikan tingginya di uIN hingga master dan doktor dengan predikat cum laude. Dia menulis banyak karya ilmiah dan buku di antaranya: Dasar dasar Masail Fiqhiyyah; Sejarah Qawaid Fiqhiyah; Qawaid Fiqhiyah; Demokrasi Dalam Perspektif Islam (ditulis bersama Prof. Dr. Ahmad Sukardja, MA); Problematika Pernikahan dan Solusinya; Konsep Ekonomi Islam;

Page 75: Kazanah Alam

��

Wakaf Perspektif Ulama Mazhab dan Hukum Positif: The Power of Tahajud (Best Seller); The Power of Hajat; The Power of Rawatib; Mengenal Dunia Anak dalam Konstelasi Pendidikan; Pedoman Mencari Rizki, dan beberapa karya dalam bahasa Arab.