isolasi-kafein

17
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS PROSES MODUL PRAKTIKUM : EKSTRAKSI (ISOLASI KAFEIN DARI DAUN TEH) NAMA PEMBIMBING : Dra. Endang Widiastuti, M.Si NAMA MAHASISWA : Citra Pranata Niaga (131431005) Dina Heryani (131431006) Dini Heryani (134131007) Febby Elsa Nabila (131431008) TANGGAL PRAKTEK : 16 Maret 2015 I. TUJUAN : o Mengisolasi suatu senyawa alam o Mempelajari teknik ekstraksi padat-cair o Mempelajari teknik ekstraksi cair-cair o Mempelajari titik kritis pada proses ekstraksi II. DASAR TEORI KAFEIN Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki berat molekul 194.19 dengan rumus kimia C 8 H 10 N 8 O 2 dan pH 6.9 (larutan kafein 1% dalam air). Gambar 1. Stuktur Kaffein

Upload: citra-pranata-niaga

Post on 07-Nov-2015

87 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ISOLASI-KAFEIN

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS PROSES

    MODUL PRAKTIKUM : EKSTRAKSI (ISOLASI KAFEIN DARI DAUN TEH)

    NAMA PEMBIMBING : Dra. Endang Widiastuti, M.Si

    NAMA MAHASISWA : Citra Pranata Niaga (131431005)

    Dina Heryani (131431006)

    Dini Heryani (134131007)

    Febby Elsa Nabila (131431008)

    TANGGAL PRAKTEK : 16 Maret 2015

    I. TUJUAN :

    o Mengisolasi suatu senyawa alam

    o Mempelajari teknik ekstraksi padat-cair

    o Mempelajari teknik ekstraksi cair-cair

    o Mempelajari titik kritis pada proses ekstraksi

    II. DASAR TEORI

    KAFEIN

    Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun

    teh, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki

    berat molekul 194.19 dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6.9 (larutan kafein 1%

    dalam air).

    Gambar 1. Stuktur Kaffein

  • Secara ilmiah, efek langsung dari kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada,

    tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi pernafasan dan jantung,

    serta memberikan efek samping berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur

    (insomnia), dan denyut jantung tak berarturan (tachycardia).

    Kafeina, atau lebih populernya kafein, ialah senyawa alkaloidxantina berbentuk

    kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obatperangsangpsikoaktif dan diuretik

    ringan. Kafeina ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman, Friedrich Ferdinand Runge,

    pada tahun 1819. Ia menciptakan istilah "kaffein" untuk merujuk pada senyawa kimia

    pada kopi. Kafeina juga disebut guaranina ketika ditemukan pada guarana, mateina ketika

    ditemukan pada mate, dan teina ketika ditemukan pada teh. Semua istilah tersebut sama-

    sama merujuk pada senyawa kimia yang sama.

    Kafeina dijumpai secara alami pada bahan pangan seperti bijikopi, daunteh,

    buahkola, guarana, dan mat. Pada tumbuhan, ia berperan sebagai pestisida alami yang

    melumpuhkan dan mematikan serangga-serangga tertentu yang memakan tanaman

    tersebut. Ia umumnya dikonsumsi oleh manusia dengan mengekstraksinya dari biji kopi

    dan daun teh.

    Kafein merupakan obat perangsang sistem pusat saraf pada manusia dan dapat

    mengusir rasa kantuk secara sementara. Minuman yang mengandung kafeina, seperti

    kopi, teh, dan minuman ringan, sangat digemari. Kafeina merupakan zat psikoaktif yang

    paling banyak dikonsumsi di dunia. Tidak seperti zat psikoaktif lainnya, kafeina legal dan

    tidak diatur oleh hukum di hampir seluruh yuridiksi dunia. Di Amerika Utara, 90% orang

    dewasa mengkonsumsi kafeina setiap hari.

    Sumber utama kafeina dunia adalah biji kopi. Kandungan kafeina pada kopi

    bervariasi, tergantung pada jenis biji kopi dan metode pembuatan yang digunakan. Secara

    umum, satu sajian kopi mengandung sekitar 40 mg (30 mL espresso varietas arabica)

    kafeina, sampai dengan 100 mg kafeina untuk satu cangkir (120 mL) kopi. Umumnya,

    kopi dark-roast memiliki kadar kafeina yang lebih rendah karena proses pemanggangan

    akan mengurangi kandungan kafeina pada biji tersebut. Kopi varietas arabica umumnya

  • mengandung kadar kafeina yang lebih sedikit daripada kopi varietas robusta. Kopi juga

    mengandung sejumlah kecil teofilina, namun tidak mengandung teobromina.

    Teh merupakan sumber kafeina lainnya. Walaupun teh mengandung kadar kafeina

    yang lebih tinggi daripada kopi, umumnya teh disajikan dalam kadar sajian yang jauh

    lebih rendah. Kandungan kafeina juga bervariasi pada jenis-jenis daun teh yang berbeda.

    Teh mengandung sejumlah kecil teobromina dan kadar teofilina yang sedikit lebih tinggi

    daripada kopi. Warna air teh bukanlah indikator yang baik untuk menentukan kandungan

    kafeina. Sebagai contoh, teh seperti teh hijau Jepang gyokuro yang berwarna lebih pucat

    mengandung jauh lebih banyak kafeina daripada teh lapsang souchong yang berwarna

    lebih gelap.

    Kafeina juga terkandung dalam sejumlah minuman ringan seperti kola. Minuman

    ringan biasanya mengandung sekitar 10 sampai 50 miligram kafeina per sajian. Kafeina

    pada minuman jenis ini berasal dapat berasal dari bahan ramuan minuman itu sendiri

    ataunya dari bahan aditif yang didapatkan dari proses dekafeinasi. Guarana, bahan utama

    pembuatan minuman energi, mengandung sejumlah besar kafeina dengan jumlah

    teobromina dan teofilina yang kecil.

    Coklat yang didapatkan dari biji kakao mengandung sejumlah kecil kafeina. Efek

    rangsangan yang dihasilkan oleh coklat berasal dari efek kombinasi teobromina, teofilina,

    dan kafeina.Coklat mengandung jumlah kafeina yang sangat sedikit untuk mengakibatkan

    rangsangan yang setara dengan kopi. 28 g sajian coklat susu batangan mengandung kadar

    kafeina yang setara dengan secangkir kopi yang didekafeinasi.

    Akhir-akhir ini, berbagai pengusaha pabrik mulai menambahkan kafeina ke dalam

    produk-produk mandi mereka (sampo dan sabun), mengklaim bahwa kafeina dapat

    diserap melalui kulit. Namun, efektivitas produk-produk seperti itu belumlah dibuktikan,

    karena kafeina tidak akan dengan mudah terserap melalui kulit.

    EKSTRAKSI

    Ekstraksi pelarut adalah proses pemisahan campuran larutan berdasarkan

    kecenderungan salah satu komponen untuk terlarut dalam solvent yang digunakan. Zat

  • Solvent

    ytt

    cair yang mula-mula melarutkan solut disebut sebagai diluent, sedangkan zat cair yang

    dikontakkan dengan solut disebut solvent. Solvent harus memiliki sifat tidak dapat larut

    atau dapat larut di dalam diluent tetapi dalam jumlah yang terbatas . Ekstraksi selalu

    melibatkan dua tahapan proses, yaitu tejadinya kontak solvent dengan diluent sehingga

    komponen yang dapat larut (solut) berpindah ke solvent dan pemisahan larutan dari

    diluent sisa. Produk yang mengandung konsentrasi solvent terbesar dan konsentrasi

    umpan cair terkecil disebut ekstrak, dan produk yang mengandung konsentrasi umpan

    cair terbesar dan konsentrasi solvent terkecil disebut rafinat (Murtono, 2009).

    Ekstraksi merupakan salah satu metoda pemisahan berdasarkan kelarutan. Terdapat dua

    jenis ekstraksi yakni:

    1. Ekstraksi padat-cair (istilah lain leaching) yakni memindahkan senyawa kimia dari

    fasa padat ke fasa cair atau memisahkan senyawa kimia dari campuran matriksnya

    dalam fasa padat dan melarutkannya dalam fasa cair, contoh ekstraksi daun kayu

    putih, ekstraksi bunga melati, dsb.

    2. Ekstraksi cair-cair atau ekstraksi pelarut, memindahkan senyawa kimia dari satu

    pelarut kepelarut lainnya, ke dua pelarut tidak saling mencampur (pelarut air dan

    pelarut organic) atau memisahkan senyawa kimia dari matriksnya dalam suatu pelarut

    dan melarutkannya dalam pelarut lainnya. Contoh ekstraksi ester dengan pelarut eter,

    dalam reaksi esterfikasi. Ekstraksi ini ada dua jenis yaitu,

    Air sebagai fasa kontinyu, senyawa yang terlarut dalam fasa organik

    diekstraksi dengan pelarut air

    Pelarut organik sebagai fasa kontinyu, senyawa yang terlarut dalam air

    diekstraksi dengan pelarut organik.

    Keberhasilan proses ekstraksi sangat beragntung pada kelarutan senyawa kimia dalam

    ke dua fasa/pelarut, kelarutan dalam dua fasa/pelarut diungkapkan sebagai koefisien

    distribusi (Kd) atau ada yang menyebutkan koefisien partisi (Kp).

    Contracting &

    Separating

    Extract

    Raffinate Liquid Solution

    Gambar 2. Proses yang terjadi dalam ekstraksi

  • Pada suhu tertentu, Kd (sering kali disingkat K) merupakan perbandingan

    konsentrasi solute (zat terlarut) dalam pelarut 2 dengan zat terlarut dalam pelarut 1,

    pelarut 2 tidak saling mencampur dengan pelarut 2. Seperti diungkapkan dalam

    persamaan berikut

    Dimana: [A] = konsentrasi zat terlarut A

    Pelarut 2 pelarut 1; pelarut 2 = pelarut organik, sedangkan pelarut 1= air

    Jika dikaitkan dengan kelarutan zat terlarut dapat dinyatakan dalam rasio

    distribusi (D)

    Dimana: SA(organic) = kelarutan zat A dalam pelarut organik

    SA(air) = kelarutan zat A dalam air

    Zat terlarut yang dapat diekstraksi secara maksimal bergantung pada lamanya proses ekstraksi

    dinyatakan sebagai efisiensi ekstraksi (R)

    (

    Untuk ekstraksi tunggal atau

    Untuk ekstraksi berulang (dimana: m= keberulangan)

    Dimana: VodanVa = volume pelarut organik dan pelarut air

    Kemampuan zat A dapat dipisahkan dari zat B atau matriksnya diungkapkan dalam persamaan

    berikut ini

  • Dimana : X = koefisien/faktor pemisahan

    D = rasio distribusi

    Pengelompokkan ekstraksi berdasarkan proses ekstraksidibagi menjadi 3 jenis yaitu

    Ekstraksi secara periodik, cara ini dilakukan dengan proses pengocokan menggunakan

    corong pisah

    Ekstraksi kontinyu (Continuous extraction), zat terlarut dikontakkan dengan pelarut

    secara berkelanjutan

    Ekstraksi dua arah (countercurrent extraction)

    (a) (b)

    Gambar 3. (a) Corong pisah dan (b) Sokhlet

  • III. SKEMA KERJA

    A. Pembuatan Larutan Standar

    0,1 gram kafein baku ditimbang, kemudian

    dilarutkan dengan menggunakan lar. HCl 0,1 N

    sampai tepat 100 mL

    Dari larutan induk dibuat variasi konsentrasi

    2, 4, 6, 8, dan 10 ppm. Dan dibuat juga

    larutan blanko

    Larutan standar kafein dan larutan blanko diukur

    serapannya pada panjang gelombang maksimum.

    Dibuat kurva kalibrasi standar.

  • B. Ekstraksi Kafein dari Daun Teh

    Ditambah 25 mL CH2Cl2

    residu 2 Kafein dalam CH2Cl2 (ekstrak 2)

    Ditambah 25 mL CH2Cl2

    residu 3 Kafein dalam CH2Cl2 (ekstrak 3)

    5 gram daun teh kering

    Air panas 200 mL dan 5 gram Na2CO3,

    didihkan selama 30-45 menit

    saring

    Ditambah 25 mL CH2Cl2

    Garam tanin dalam air (residu 1) Kafein dalam CH2Cl2 (ekstrak 1)

    Senyawa tak larut Air teh

  • Dari ketiga ekstrak masing-masing di ekstraksi kembali ke dalam HCl 0,1 N

    Ditambah 25 mL HCl 0,1 N

    rafinat 2 Kafein dalam HCl (ekstrak 1.2)

    Ditambah 25 mL HCl 0,1 N

    rafinat 3 Kafein dalam HCl (ekstrak 1.3)

    Ditambah 25 mL HCl 0,1 N

    Kafein dalam CH2Cl2 (rafinat 1)

    Kafein dalam HCl (ekstrak 1.1)

    Kafein dalam CH2Cl2 (ekstrak 1)

    Uji dengan

    spektro-UV

    Uji dengan

    spektro-UV

    Uji dengan

    spektro-UV

  • IV. KESELAMATAN KERJA

    Kafein dapat menyebabkan iritasi jika terkena kulit, maka jika sudah terkena

    langsung bilas dengan air

    HCl dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan pernafasan dan jika

    terkena kulit dapat menyebabkan luka seperti terbakar, sehingga larutan

    tersebut jika konsentrasinya tinggi diharuskan berada pada ruang asam.

    Dikhlorometana (CH2Cl2) merupakan zat karsinogenik dan dapat

    menyebabkan iritasi terhadap kulit, mata dan beracun bagi paru-paru.

    V. DATA DAN HASIL PENGAMATAN

    Tabel 1. Hasil pengamatan praktikum

    No. Langkah Kerja Pengamatan Gambar 1. Sampel teh yang telah

    ditimbang dipanaskan

    dengan aquades dan

    Na2CO3

    Larutan berwarna hitam

    pekat dan berbuih

    2. Penyaringan larutan

    teh

    Filtrat: Larutan berwarna

    hitam pekat

    Residu: Pengotor dalam

    teh

    3. Ekstraksi larutan teh

    dengan diklorometan

    Terbentuk 2 fasa:

    Fasa atas: larutan

    berwarna hitam pekat

    Fasa bawah: larutan

    berwarna coklat

    4. Pemisahan larutan

    hasil ekstraksi

    Larutan yang berada

    dalam fasa bawah yaitu

    kafein dalam diklorometan

  • 5. Ekstraksi larutan

    ekstrak kafein dalam

    diklorometan dengan

    HCl 0,1N

    Terbentuk 2 fasa:

    Fasa atas: Larutan

    berwarna coklat bening

    yaitu kafein dalam HCl

    Fasa bawah: Larutan

    berwarna coklat muda,

    yaitu kafein yang masih

    terikat dalam diklorometan

    6. Pemisahan larutan

    hasil ekstraksi

    Larutan berwarna coklat

    bening dengan intensitas

    warna yang berbeda-beda

    yaitu kafein dalam HCl

    7. Pembuatan larutan

    standar kafein

    Larutan tidak berwarna

    dengan variasi konsentrasi

    Tabel 2. Penentuan kurva kalibrasi

    No Larutan Standar (ppm) Absorban

    1 0 0

    2 2 0,245

    3 4 0,496

    4 6 0,742

    5 8 0,986

    6 10 1,243

    Tabel 3. Pengukuran absorbans sampel

    Larutan Absorbans

    sampel 1 (ekstrak 1.1) 0,991

    sampel 2 (ekstrak 1.2) 0,595

    sampel 3 (ekstrak 1.3) 0,424

    sampel 4 (ekstrak 2.1) 0,788

    sampel 5 (ekstrak 2.2) 0,380

    sampel 6 (ekstrak 2.3) 0,281

    sampel 7 (ekstrak 3.1) 0,538

  • sampel 8 (ekstrak 3.2) 0,217

    sampel 9 (ekstrak 3.3) 0,118

    VI. PERHITUNGAN

    Penentuan Kurva Kalibrasi

    Gambar 4. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Kafein

    Tabel 4. Penentuan Konsentrasi Sampel

    Larutan Absorbans Konsentrasi (ppm)

    sampel 1 (ekstrak 1.1) 0,991 8.00

    sampel 2 (ekstrak 1.2) 0,595 4.81

    sampel 3 (ekstrak 1.3) 0,424 3.43

    sampel 4 (ekstrak 2.1) 0,788 6.36

    sampel 5 (ekstrak 2.2) 0,380 3.07

    sampel 6 (ekstrak 2.3) 0,281 2.27

    sampel 7 (ekstrak 3.1) 0,538 4.35

    sampel 8 (ekstrak 3.2) 0,217 1.76

    sampel 9 (ekstrak 3.3) 0,118 0.96

    y = 0,1241x - 0,0016

    R = 1

    -0,2

    0

    0,2

    0,4

    0,6

    0,8

    1

    1,2

    1,4

    0 2 4 6 8 10 12

    Ab

    sorb

    an

    Konsentrasi (ppm)

    Kurva Kalibrasi Standar

    Series1

    Linear (Series1)

  • Persamaan : y = 0,124x - 0,001

    Keterangan : y = absorbans ; x = konsentrasi sampel

    Sampel 1

    0,991 = 0,124x-0,003

    x =

    x = 8,00 ppm

    Sampel 2

    0,595 = 0,124x-0,003

    x =

    x = 4,81 ppm

    Sampel 3

    0,424 = 0,124x-0,003

    x =

    x = 3,43 ppm

    Sampel 4

    0,788 = 0,124x-0,003

    x =

    x = 6,36 ppm

    Sampel 5

    0,380 = 0,124x-0,003

    x =

    x = 3,07 ppm

    Sampel 6

    0,281 = 0,124x-0,003

    x =

    x = 2,27 ppm

    Sampel 7

    0,538 = 0,124x-0,003

    x =

    x = 4,35 ppm

    Sampel 8

    0,217 = 0,124x-0,003

    x =

    x = 1,76 ppm

    Sampel 9

    0,118 = 0,124x-0,003

    x =

    x = 0,96 ppm

  • Konsentrasi sampel sebenarnya:

    = 125 kali

    Konsentrasi sampel sebenarnya = konsentrasi sampel x faktor pengenceran

    Sampel 1

    8,00 ppm x 125 = 1000 ppm

    Sampel 2

    4,82 ppm x 125 = 600,81 ppm

    Sampel 3

    3,44 ppm x 125 = 428,43 ppm

    Sampel 4

    6,38 ppm x 125 = 795,36 ppm

    Sampel 5

    3,09 ppm x 125 = 384,07 ppm

    Sampel 6

    2,29 ppm x 125 = 284.27ppm

    Sampel 7

    4,36 ppm x 125 = 543.35 ppm

    Sampel 8

    1,77 ppm x 125 = 219.76 ppm

    Sampel 9

    0,98 ppm x 125 = 119.96 ppm

  • Gambar 5. Kurva Hubungan Antara Absorban vs Nomor sampel

    VII. PEMBAHASAN

    Pada praktikum kali ini dilakukan ekstraksi kafein dari sampel teh Upet lalu ditentukan

    konsentrasinya dengan Spektrofotometer UV. Digunakan alat ini karena kafein tidak

    berwarna sehingga pengukuran dilakukan pada panjang gelombang UV yaitu sekitar 180-380

    nm.

    Prinsip kerja dari percobaan ini adalah sejumlah tertentu sampel teh dilarutkan dalam air

    mendidih dan Natrium karbonat, kemudian diekstraksi dengan menggunakan diklorometan

    dan HCl hingga diperoleh senyawa kafein yang selanjutnya diukur menggunakan

    spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum dengan dibandingkan dengan

    deret standar kafein sehingga kadar kafein dalam sampel dapat diketahui dengan

    mengektrapolasi dari kurva kalibrasi.

    Pertama, untuk mengekstrak kafein dari daun teh menggunakan metode ekstraksi padat-

    cair. Kafein yang terkandung dalam daun teh diekstrak menggunakan pelarut air. Kelarutan

    kafein semakin meningkat seiring bertambahnya suhu, sehingga digunakan air mendidih

    untuk mengekstrak kafein. Selain itu, penambahan Natrium karbonat berfungsi untuk

    memisahkan tanin dan kafein yang terkandung di dalam teh. Tanin merupakan senyawa

  • fenolik yang cukup asam, maka akan terjadi reaksi antara tanin dan Na2CO3. Kegunaan

    natrium karbonat (Na2CO3) adalah agar kandungan tanin dalam teh dapat diserap (bereaksi)

    dan membentuk garam tanin atau anion fenolik dengan reaksi :

    ArOH + Na2CO3 ArONa + NaHCO3

    Selanjutnya untuk mendapatkan senyawa kafein dilakukan ekstraksi cair-cair. Dalam

    ekstraksi cair-cair ini menggunakan corong pisah, dimana menggunakan prinsip perbedaan

    berat jenis antara satu pelarut dengan pelarut lainnya. Kafein merupakan senyawa organik

    sehingga digunakan diklorometan untuk mengekstrak kafein dari air. Kafein yang berada di

    dalam air akan tertarik ke dalam diklorometan, sehingga kafein dapat dipisahkan dari zat-zat

    lain seperti tanin, dan lain-lain yang tidak larut di dalam diklorometan. Kelarutan kafein di

    dalam diklorometan lebih baik yaitu 140 mg/mL dibandingkan didalam air hanya 22 mg/mL.

    Pada ekstraksi ini pelarut diklorometan beperan sebagai fasa kontinyu, dimana senyawa

    kafein yang terlarut dalam air diekstraksi dengan pelarut organik dan kafein yang ada di

    dalam air akan berpindah ke dalam diklorometan. Diklorometan mempunyai bj lebih besar

    daripada air, sehingga pada saat ektraksi larutan yang diambil adalah larutan yang berada

    pada lapisan bawah. Kafein dalam diklorometan diekstraksi kembali dengan HCl

    menggunakan metode ekstraksi cair-cair. Kafein yang merupakan senyawa alkaloid,

    memiliki sifat seperti alkali sehingga pada saat ektraksi kafein di dalam diklorometan akan

    berpindah ke dalam HCl. Kafein akan tertarik ke dalam pelarut polar. HCl memiliki berat

    jenis lebih kecil daripada diklorometan, sehingga larutan yang diambil adalah larutan yang

    berada di lapisan atas yang merupakan ekstrak kafein dalam HCl.

    Ekstrak kafein dalam HCl diukur dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang

    maksimum 105,8. Sehingga diperoleh konsentrasi ekstrak 1.1 sebesar 1000.00 ppm, ekstrak

    1.2 sebesar 600.81 ppm, ekstrak 1.3 sebesar 428.43 ppm, ekstrak 2.1 sebesar 795.36 ppm,

    ekstrak 2.2 sebesar 384.07 ppm, ekstrak 2.3 sebesar 284.27 ppm, ekstrak 3.1 sebesar 543.35

    ppm, ekstrak 3.2 sebesar 219.76 ppm, ekstrak 3.3 sebesar 119.96 ppm.

    Dari hasil pengamatan dapat terlihat bahwa konsentrasi kafein yang paling besar terdapat

    pada ekstrak kafein 1.1. Dan pada proses ekstraksi selanjutnya kadar kafein terus berkurang,

    hal ini menunjukkan bahwa ekstraksi optimum berada pada ekstrak 1.1. Dari hasil

    pengamatan juga dapat dilihat bahwa untuk mengekstraksi kafein perlu dilakukan beberapa

  • kali sehingga seluruh kafein dapat terekstrak dengan maksimal dan hasil yang diperoleh juga

    maksimal.

    VIII. KESIMPULAN

    Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:

    untuk mengektraksi kafein dari daun teh perlu dilakukan ektraksi padat-cair dan

    ekstraksi cair-cair

    ekstraksi cair-cair harus dilakukan beberapa kali sehingga kafein yang diperoleh

    maksimal

    konsentrasi kafein yang paling tinggi berada pada ektrak 1.1 dan yang paling rendah

    ektrak 3.3

    IX. DAFTAR PUSTAKA

    Fessenden & Fessenden. 1995. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

    http://www.academia.edu/9198537/PEMISAHAN_SENYAWA_ORGANIK_EK

    STRAKSI_DAN_ISOLASI_KAFEIN_DARI_DAUN_TEH_SERTA_UJI_KALO

    ID diunduh pada 22 Maret 2015 09:08 AM

    http://kimrani.blogspot.com/2012/11/percobaan-kafein.html diunduh 21 Maret

    2015 08:12 AM

    http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927475 diunduh 21 Maret 2015

    11:13 AM

    http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924285 diunduh 21 Maret 2015

    11:20 AM

    http://www.phy.duke.edu/~qelectron/dichloromethane_msds.pdf diunduh 21

    Maret 2015 11:21 AM

    Khopkar S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press