isolasi mikroba

44
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI ISOLASI MIKROBA Disusun oleh : N Aisyah Putri (230110130083) Bella Maulidya (230110130096) Luthfan Adriansyah (230110130097) Muhammad Wahyu (230110130101) Erik Riksamunir (230110130119) Taufiq Hidayat (230110130128) Teguh Maulana (230110130139) Perikanan B - Kelompok 5 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN 2014

Upload: taufiq-hidayat

Post on 02-Oct-2015

114 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

laporan praktikum isolasi mikroba

TRANSCRIPT

  • LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

    ISOLASI MIKROBA

    Disusun oleh :

    N Aisyah Putri (230110130083)

    Bella Maulidya (230110130096)

    Luthfan Adriansyah (230110130097)

    Muhammad Wahyu (230110130101)

    Erik Riksamunir (230110130119)

    Taufiq Hidayat (230110130128)

    Teguh Maulana (230110130139)

    Perikanan B - Kelompok 5

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    2014

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha

    Esa, karena atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kami dapat

    menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Mikrobiologi tepat pada waktunya. Penulis

    mengucapkan rasa terima kasih kepada Dosen mata kuliah Mikrobiologi karena telah

    memberikan arahan dan bimbingan sehingga laporan ini dapat disusun. Tidak lupa

    kepada Asisten Laboratorium yang telah memberikan waktu berharganya dan

    mengarahkan praktikan dalam praktikum ini.

    Dalam tulisan ini, kami memberikan suatu laporan mengenai hasil dan

    pembahasan inokulasi, isolasi dan identifikasi mikroba. Di sini praktikan membahas

    bagaimana cara menginokulasi mikroba, mengisolasi mikroba terpilih dan

    mengidentifikasi mikroba yang tumbuh, dan tujuan praktikum ini untuk mendapatkan

    mikroba yang murni.

    Penyusun meminta kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar

    laporan ini menjadi lebih baik, penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi

    para pembaca serta menambah wawasan bagi penyusun dan pembaca.

    Jatinangor, 26 November 2014

    Kelompok 5

  • ii

    DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

    DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

    1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1

    1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1

    1.3 Manfaat .................................................................................................................... 2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................. 3

    2.1 Inokulasi Mikroba .................................................................................................. 3

    2.2 Isolasi Mikroba ........................................................................................................ 5

    2.3 Identifikasi Mikroba ............................................................................................... 7

    BAB III METODOLOGI ..................................................................................................... 12

    3.1 Alat dan Bahan Praktikum .................................................................................. 12

    3.1.1 Alat ................................................................................................................. 12

    3.1.2 Bahan ............................................................................................................. 13

    3.2 Prosedur Praktikum ............................................................................................. 14

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 17

    4.1 Hasil ........................................................................................................................ 17

    4.1.1 Hasil Inokulasi ............................................................................................... 17

    4.1.2 Hasil Isolasi .................................................................................................... 18

    4.1.3 Hasil Identifikasi ........................................................................................... 19

    a. Hasil Identifikasi Mikroba Kelompok ................................................................ 19

    Koloni 1 .......................................................................................................................... 19

    Koloni 2 .......................................................................................................................... 19

    4.2 Pembahasan ........................................................................................................... 21

    4.2.1 Pembahasan Isolasi Mikroba ....................................................................... 21

    4.2.2 Pembahasan Identifikasi Mikroba .................................................................. 23

    a. Pembahasan Identifikasi Mikroba Kelompok 5 ................................................. 23

    b. Pembahasan Identifikasi Mikroba Kelas ............................................................ 24

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 29

    5.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 29

  • iii

    5.2 Saran ...................................................................................................................... 29

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 30

    LAMPIRAN........................................................................................................................... 33

  • 1

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Mikroba tersebar di alam dan bahan pangan yang jenisnya beraneka ragam dan

    memiliki jumlah yang melimpah. Namun mikroba di alam sulit didapatkan berupa

    biakan murninya, karena itu dilakukanlah berbagai macam metode kultur untuk

    mendapatkan mikroba murni salah satunya dengan cara isolasi mikroba.

    Inkubasi merupakan proses dimana menempatan media kultur mikroba

    kedalam inkubator dengan kondisi yang terkontrol seperti suhu yang konstan agar

    mikroba yang dikultur tumbuh dengan baik. Dalam proses inkubasi kita sering

    menemukan kultur mikroba yang beraneka ragam dan tidak sesuai dengan mikroba

    yang kita inginkan berupa biakan murni. Cara yang dilakukan adalah dengan

    mengisolasi mikroba.

    Isolasi merupakan teknik untuk menghasilkan biakan murni melalui tahapan

    isolasi mikroba yang diinginkan. Dipilih satu mikroba dari media kultur dan

    diinokulasi ke media kultur baru. Apabila setelah diinkubasi masih memperlihatkan

    adanya keanekaragaman mikroba, maka perlu dilakukan isolasi lanjutan sampai

    diperoleh biakan murni yang diinginkan. Identifikasi merupakan proses untuk

    menentukan mikroba yang terdapat

    1.2 Rumusan Masalah

    Tujuan dari praktikum isolasi mikroba yaitu :

    1. Untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan praktikan dalam

    mengisolasi mikroba.

    2. Untuk mengetahui cara inokulasi dan isolasi agar memperoleh biakan murni

    3. Untuk mengetahui cara identifikasi mikroba yang berhasil kita kultur.

  • 2

    1.3 Manfaat

    Manfaat dari praktikum inkubasi dan identifikasi mikroba yaitu :

    1. Mampu memahami dan mempraktikkan proses-proses menumbuhkan biakan

    murni melalui proses isolasi mikroba.

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Inokulasi Mikroba

    Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan

    memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat

    ketelitian yang sangattinggi. Menurut Idris dan Nasrun (2009) inokulasi adalah proses

    pemindahan suatu biakan dari suatu tempat ke tempat lain (media) dengan tujuan untuk

    mengembangbiakkan. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) diusahakan

    agar semua alat tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi

    (Dwijoseputro 1994 dalam Rustan 2013). Pemurnian isolat bakteri bertujuan untuk

    memisahkan hasil inokulasi yang terdiri dari banyak koloni bakteri yang berlainan jenis

    sehingga didapat koloni bakteri murni pada setiap biakan bakteri (Pastra dkk 2012).

    Syarat-syarat Inokulasi, yaitu:

    1. Menyiapkan ruangan

    Ruangan tempat inokulasi harus kecil, bersih, dan bebas angin. Dinding

    ruangan harus dikondisikan tetap kering, karena dinding yang basah akan

    menyebabkan butiran debu menempel kepadanya. Debu yang menempel dapat

    menyebabkan kontaminasi. Pada waktu melaksanakan inokulasi, lebih baik jika

    meja tempat inokulasi itu dialasi dengan kain basah.

    2. Pemindahan dengan pipet

    Metode pemindahan mikroorganisme menggunakan pipet ini dilakukan dalam

    penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk diambil 1 ml contoh yang

    akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni.

    3. Pemindahan dengan jarum ose

    Ujung jarum ose sebaiknya dari platina dan nikrom. Boleh lurus atau berupa

    lingkaran yang berdiameter 1-3 mm. Lebih dahulu ujung jarum ini dipijarkan,

    sedangkan sisanya sampai tangkai cukup dilewatkan pada nyala api saja. Setelah

  • 4

    dingin kembali, ujung jarum itu disentuhkan ke suatu koloni, mulut tabung tempat

    pembiakan dipanasi setelah sumbatnya dibuka. Ujung kawat yang ada sampel

    mikroorganisme (inokulum), digesekkan pada medium. Setelah penggesekan

    selesai, mulut tabung dipanasi kembali. Kemudian disumbat seperti semula.

    Dalam pelaksanaannya, ada beberapa teknik / metode dalam proses inokulasai

    yaitu:

    1. Metode gores, dilakukan pada medium pembiakan padat berbentuk lempeng.

    Apabila dilakukan dengan baik teknik ini merupakan salah satu metode yang

    paling praktis. Tujuan dari metode ini, yaitu untuk membuat goresan sebanyak

    mungkin pada lempeng medium pembiakan. Penggoresan yang sempurna akan

    menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media

    agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum ose.

    2. Metode tebar, inokulasi itu disebarkan dalam medium batang yang sama untuk

    dapat menjamin penyebaran bakteri yang merata dengan baik.

    3. Metode tuang, metode ini bekerja dengan cara menuangkan inokulum dan

    media pada cawan petri secara bersamaan. Kelemahan metode ini adalah

    membutuhkan waktu dan bahan yang lama dan banyak, akan tetapi tidak

    memerlukan keterampilan tinggi. Biakan campuran diencerkan dengan

    menggunakan medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan. Pengenceran

    dilakukan dalam beberapa tahap hingga diperoleh koloni tunggal.

    4. Metode tusuk, metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau

    menusukan ujung jarum ose yang didalamnya terdapat inokolum, kemudian

    dimasukkan ke dalam media.

    Metode untuk menginokulasi bakteri sesuai dengan jenis medium tujuannya.

    Pada medium agar tegak, dilakukan metode tusuk menggunakan jarum ose. Pada

    medium agar miring, dilakukan metode gores dengan menggunakan jarum ose

    berbentuk lingkaran. Pada wadah dengan cawan petri, dapat digunakan metode gores,

    metode tuang atau metode sebar. Pada tabung reaksi, teknik penggoresannya lurus dari

  • 5

    permukaan atas ke bawah media agar sedangkan pada petridish teknik penggoresannya

    yaitu zig-zag dari atas ke bawah. Hal ini dilakukan agar mikroorganisme yang tertanam

    semakin banyak pada permukaan media agar. Setelah inokulasi, dilakukan proses

    inkubasi, yaitu menyimpan medium pada alat atau kontainer ada temperatur tertentu

    dan periode tertentu, sehingga tercipta lingkungan yang menyediakan kondisi cocok

    untuk pertumbuhan bakteri.

    2.2 Isolasi Mikroba

    Proses isolasi mikroba adalah memisahkan mikroba satu dengan mikroba lain

    yang berasal dari campuran berbagai mikroba untuk dapat mempelajari sifat biakan,

    morfologi dan sifat mikroba lainnya (Puspitasari dkk 2012). Bakteri dipindahkan dari

    satu tempat ke tempat lainnya harus menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti

    bebas dari sepsis, yaitu kondisi terkontaminasi karena mikroorganisme lain. Teknik

    aseptik ini sangat penting bila bekerja dengan bakteri. Beberapa alat yang digunakan

    untuk menjalankan prosedur ini adalah bunsen dan laminar air flow. Bila tidak

    dijalankan dengan tepat, ada kemungkinan kontaminasi oleh mikroorganisme lain

    sehingga akan mengganggu hasil yang diharapkan. Teknik aseptik juga melindungi

    laboran dari kontaminasi bakteri (Singleton dan Sainsbury 2006 dalam Yulianis 2012).

    Teknik kultur untuk mendapatkan biakan murni, terbagi menjadi 3 macam teknik,

    yaitu:

    1. Cara penuangan

    Isolasi bakteri dengan penuangan bertujuan untuk menentukan jumlah bakteri

    yang hidup dalam suatu cairan. Hasil perhitungan jumlah bakteri pada cara

    penuangan dinyatakan dalam koloni (Irianto 2006 dalam Farista 2013).

    2. Cara penggoresan

    Isolasi bakteri dengan pengoresan bertujuan agar bakteri dapat tumbuh

    menyebar pada medium sehingga medium dapat dimanfaatkan lebih optimal.

    Cara penggoresan dilakukan dengan terlebih dahulu medium agar pada cawan

    petri steril. Jarum ose yang akan digunakan dipanaskan terlebih dahulu hingga

  • 6

    memijar, setelah itu sentuhkan pada koloni bakteri yang akan diisolasi,

    kemudian digoreskan pada medium yang tersedia. Inkubasi biakan dilakukan

    selama 2x24 jam pada suhu ruang, lalu dilakukan pengamatan (Barrow &

    Feltham 1993 dalam Risyanto 2014).

    Gambar 1. Isolasi Metode Garis

    (Sumber: www.kimia.clas.web.id)

    3. Cara penyebaran

    Tujuan dari isolasi bakteri dengan penyebaran serupa dengan isolasi bakteri

    cara penuangan. Hal yang membedakan kedua teknik tersebut adalah teknik

    penuangan suspensi sampel dan medium. Isolasi cara penyebaran diawali

    dengan pengenceran sampel. Pengenceran sampel dilakukan sampel dilakukan

    dilakukan sama seperti pada cara penuangan. Medium yang telah dipersiapkan

    dituangkan kedalam cawan petri steril, setelah itu suspensi sampel dituangkan

    di atas permukaan agar. Penyebaran suspensi sampel dilakukan dengan

    memutar cawan tersebut (Waluyo 2004 dalam Farista 2013).

    Pemurnian isolat bakteri bertujuan untuk memisahkan hasil inokulasi yang

    terdiri dari banyak koloni bakteri yang berlainan jenis sehingga didapat koloni bakteri

    murni pada setiap biakan bakteri (Pastra dkk 2012).

  • 7

    2.3 Identifikasi Mikroba

    Identifikasi suatu biakan murni bakteri yang diperoleh dari hasil isolasi dapat

    dilakukan dengan cara pengamatan sifat morfologi koloni serta pengujian sifat-sifat

    fisiologi dan biokimianya. Bakteri dapat diidentifikasi dengan mengetahui reaksi

    biokimia dari bakteri tersebut. Dengan menanamkan bakteri pada medium, maka akan

    diketahui sifat-sifat suatu koloni bakteri. Sifat metabolisme bakteri dalam uji biokimia

    biasanya dilihat dari interaksi metabolit-metabolit yang dihasilkan dengan

    reagenreagen kimia. Selain itu dilihat kemampuannya menggunakan senyawa tertentu

    sebagai sumber karbon dan sumber energi (Waluyo 2004 dalam Farista 2013).

    Pertumbuhan bakteri di alam dipengaruhi oleh beberapa faktor luar seperti susbtrat,

    pertumbuhan, pH, temperatur dan bahan kimia. Bakteri yang nampak dapat memiliki

    morfologi yang sama, namun keperluan nutrisi dan persyaratan ekologinya berbeda.

    Untuk pengamatan morfologi bakteri dengan jelas, perlu dilakukan pewarnaan yang

    disebut juga pengecatan bakteri (Irianto 2006 dalam Izza 2011).

    Ada 3 prosedur pewarnaan, yaitu pewarnaan sederhana (simple strain),

    pewarnaan diferensial (diferential stain), dan pewarnaan khusus (special strain)

    (Pratiwi 2008).

    1. Pewarnaan sederhana

    Hanya digunakan satu macam pewarna dan bertujuan mewarnai seluruh sel

    mikroorganisme sehingga bentuk seluler dan stuktur dasarnya terlihat.

    Biasanya suatu bahan kimia ditambahkan kedalam larutan pewarna untuk

    mengintensifkan warna dengan cara meningkatkan afinitas pewarna pada

    spesimen biologi.

    2. Pewarnaaan diferensial

    Menggunakan lebih dari satu pewarna dan memiliki reaksi yang berbeda untuk

    setiap bakteri. Pewarnaan diferensial yang sering digunakan adalah pewarnaan

    Gram. Pewarnaan Gram ini mampu membedakan dua kelompok besar bakteri

    yaitu Gram positif dan Gram negatif.

  • 8

    3. Pewarnaan khusus

    Digunakan untuk mewarnai dan mengisolasi bagian spesifik dari

    mikroorganisme misalnya endospora, kapsul dan flagella. Endospora bakteri

    tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan sederhana karena endospora memiliki

    selubung yang kompak.

    Dalam pengamatan biakan murni secara langsung tanpa pewarnaan, dilakukan

    pengamatan secara visual meliputi pengamatan bentuk koloni, benuk tepi koloni atau

    margin, dan bentuk elavasi atau permukaan koloni. Menurut Cappucino dan Sherman

    (1987) dalam Lisdayanti (2013) bahwa pada umumnya bentuk koloni bakteri berbentuk

    circular, irregular, filamentous, rhizoid. Elevasi berbentuk raised, convex, flat,

    umbonate, crateriform, dan margin yang berbentuk entire, undulate, filiform, curled

    dan lobate.

    2.4 Pengenceran Berulang

    Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara

    menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Contohnya suatu

    sampel pada suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-macam spesies

    diencerkan dalam suatu ruang tersendiri, kemudian diambil barang 1 ml untuk

    diencerkan lagi ke tabung yang berisi pelarut. Enceran yang kedua ini diambil 1 ml

    untuk diencerkan lebih lanjut (Dwidjoseputro 1994 dalam Rustan 2013). Jumlah

    terbaik yang digunakan untuk perhitungan mikroba antara 30-300 koloni. Pengenceran

    biasanya dilakukan secara desimal. Tetapi kelemahannya tidak dapat membedakan

    mikroba yang mati dan mikroba yang hidup.

    Dalam tabung reaksi, 10 ml akuades dinamakan larutan 100. Kemudian 1 ml

    larutan mikroba dimasukan kedalam 9 ml akuades, larutan ini dinamakan 10-1.

    Selanjutnya diambil 1 ml larutan dari tabung 10-1 kedalam tabung berisi 9 ml akuades,

    larutan ini dinamakan 10-2. Selanjutnya 1 ml larutan dari tabung 10-2 dimasukan ke

  • 9

    dalam tabung berisi 9 ml akuades, kemudian larutan ini dinamakan 10-3. Lakukan

    seterusnya hingga mendapat 10-x yang diinginkan.

    Tujuan dari pengenceran yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba

    yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat

    pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel (Amanda

    2013).

    2.5 Natrium Agar

    Nutrien agar (NA) adalah medium umum digunakan untuk pertumbuhan

    mayoritas dari mikroorganisme. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat

    dari ekstrak beef (daging sapi/kaldu), pepton, dan agar. NA merupakan salah satu

    media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air,

    produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji

    bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni (Dwidjoseputro 1994

    dalam Rustan 2013). Komposisi nutrien agar (NA) secara umum dapat dilihat pada

    tabel berikut.

    Tabel 1. Komposisi Nutrien Agar (NA) per 1 liter

    No Komposisi Takaran

    1 Ekstrak daging sapi 3 gram

    2 Peptone 5 gram

    3 Agar 15 gram

    (Sumber: www.mediaagar.com)

    Beef extract atau ekstrak daging sapi mengandung senyawa-senyawa yang larut

    di dalam air termasuk karbohidrat, vitamin, nitrogen organik dan juga garam. Peptone

    merupakan sumber utama dari nitrogen organik, yang sebagian merupakan asam amino

    dan peptida rantai panjang. Agar sendiri merupakan partikel-partikel solid (Anonim

    2012).

  • 10

    2.6 Ikan Kembung (Rastrelliger sp.)

    Menurut Saanin (1994) dalam Siregar (2011), klasifikasi ikan kembung

    adalah sebagai berikut.

    Phylum : Chordata

    Subphylum : Vertebrata

    Kelas : Pisces

    Subkelas : Teleostei

    Ordo : Percomorphi

    Sub Ordo : Scombroidea

    Famili : Scombridae

    Genus : Rastrelliger

    Species : Rastreliger sp.

    Ciri-ciri tubuh dari ikan kembung adalah badan agak langsing panjang kepala

    lebih tinggi dari tinggi kepala. Seluruh tubuh tertutup sisik halus dan terdapat corselet

    di belakang sirip dada. Terdapat selaput lemak pada kelopak mata. Usus 1,3-3,7 kali

    panjang badan. Tapisan insang panjang jelas tampak bila mulut dibuka dengan jumlah

    sebanyak 30-46 buah, sisik garis rusuk berjumlah 120-150 buah, sirip punggung kedua

    berjari-jari keras berjumlah 10 buah, sirip punggung kedua berjarijari lemah 11-12 sirip

    dubur berjari-jari lemah lemah sebanyak 11-12 buah. Di belakang sirip punggung dan

    dubur terdapat 5-6 buah finlet (Murniyati 2004 dalam Siregar 2011).

    Menurut Siregar (2011) dalam bukunya yang berjudul Pengolahan Ikan

    Kembung, ikan kembung adalah ikan umum yang digemari, karena disamping

    harganya ekonomis, juga relatif sederhana dalam pengolahannya, yaitu cukup

    digoreng. Ada pula yang suka di balado, atau di pepes. Ada banyak macam ikan

    kembung namun yang umumnya terdapat di Pasar Pelelangan Ikan adalah ikan

    kembung banjar, ikan kembung puket, dan ikan kembung como.

  • 11

    2.7 Mikroba pada Insang Ikan Kembung (Rastrelliger sp.)

    Menurut Connell (1990) dalam Putro (2008), mikroba yang biasanya hidup

    dalam insang ikan dan bagian lainnya adalah bakteri pengurai yang akan hidup jika

    ikan sudah mati. Bakteri pembusuk yang berperan pada proses kemunduran mutu ikan

    antara lain Acinetobacter spp., Achromobacter spp., Pseudomonas spp., Moraxella

    spp., Aeromonas spp., Flavobacterium spp., Shewanella spp., serta beberapa jenis

    bakteri gram negatif lainnya. Sedangkan dari kelompok bakteri gram positif, Bacillus

    spp., Micrococcus spp., Clostridium spp., Corinebacterium spp., dan Lactobacillus

    spp. sering dijumpai pada ikan-ikan yang telah busuk (Buckle et al., 1987 dalam Putro

    dkk, 2008). Ditemukan pula bakteri yang menghasilkan enzim histaminase yang

    berperan dalam perombakan histidin menjadi histamine dalam pembentukan. Enzim-

    enzim ini terdapat secara alami pada ikan maupun dihasilkan oleh mikroorganisme.

    Enterobacter, Clostridium, Hafnia, Klebsiella, Lactobacillus, Photobacterium,

    Proteus, Pseudomonas, dan Vibrio spp. adalah beberapa jenis bakteri penghasil enzim

    histidin dekarboksilase (Kim et al 2002 dalam Putro dkk, 2008). Menurut Craven et al

    (2001) dalam Putro dkk (2008), bakteri-bakteri ini dapat ditemukan pada bagian

    insang, kulit, maupun saluran pencernaan ikan.

    Dalam ilmu pangan, mikroba dalam ikan kembung digunakan untuk

    pengolahan fermentasi, menghasilkan produk olahan seperti ikan peda, kecap ikan dan

    sebagainya. Mikroba yang dimanfaatkan adalah mikroba gram negatif yang ada pada

    insang, kulit, maupun saluran pencernaan ikan kembung.

    Menurut Lisdayanti (2013), bakteri gram negatif memiliki bentuk yang lebih

    kompleks dari pada bakteri gram positif, sehingga mampu bertahan dalam lingkungan

    ekstrim. Kathiresan dan Bingham (2001) dalam Lisdayanti (2013), menyatakan bahwa

    hampir semua bakteri laut bersifat Gram negatif.

  • 12

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Alat dan Bahan Praktikum

    3.1.1 Alat

    Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan dalam praktikum isolasi mikroba.

    Tabel 2 Alat praktikum inkubasi dan identifikasi berserta fungsinya

    No Alat yang digunakan Fungsi

    1 Jarum ose ujung bulat Untuk menebar atau mengambil mikroba yang

    terdapat pada media kultur

    2 Nyala api bunsen Untuk mematikan mikroba yang terdapat pada

    jarum ose dan menghambat agar mikroba dari

    luar media tidak dapat masuk ke media kultur

    3 Inkubator Untuk menginkubasi media yang telah

    dimasukkan mikroba pada suhu tertentu

    4 Suryakanta Untuk melihat mikroba yang akan diidentifikasi

    menjadi lebih jelas

    5 Tabung reaksi Untuk menampung air cucian insang dan hasil

    pengenceran air cucian insang

    6 Gelas beker Untuk mencampurkan insang dengan aquades

    7 Tabung ukur Untuk mengukur volume larutan aquades dan

    air cucian insang

  • 13

    8 Cawan petri Untuk wadah media tumbuh mikroba

    9 Spatula Untuk mengaduk insang dengan aquades

    10 Pipet volume Untuk mengambil air cucian insang

    11 Bulp pipet Untuk pengatur pipet volume dalam menghisap

    larutan

    (Sumber: Dokumen Pribadi)

    3.1.2 Bahan

    Berikut ini adalah bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum isolasi

    mikroba.

    Tabel 2. Bahan praktikum inkubasi dan identifikasi berserta fungsinya

    No Alat yang digunakan Fungsi

    1 Ikan kembung Sebagai sumber mikroba yang akan di isolasi

    nantinya

    2 Nutrien Agar Untuk media tumbuh mikroba yang akan di

    inkubasi

    3 Aquades Untuk mengencerkan larutan air cucian insang

    4 Media agar yang berisi

    mikroba hasil inkubasi

    Sebagai stok inokulan

    (Sumber: Dokumen Pribadi)

  • 14

    3.2 Prosedur Praktikum

    3.2.1 Prosedur Inokulasi

    - Ikan disiapkan yang akan dijadikan sumber mikroba

    - Bagian luar ikan dicuci dengan 50 ml aquades dan air hasil pencucian

    ditampung

    - Insang ikan dikeluarkan dan diletakkan pada gelas beker

    - Ditambahkan 10 ml aquades kemudian aduk hingga rata

    - Diambil 1 ml air cucian insang ikan dan disimpan pada tabung reaksi

    - Dilakukan pengenceran air cucian insang hingga mencapai 10-3

    -10 ml air cucian insang dengan pengenceran 10-3 dimasukan secara aseptic ke

    cawan petri

    - Ditambahkan 15 ml media agar yang masih hangat dan diaduk dengan

    menggerak-gerakan cawan petri di atas meja hingga membentuk pola angka

    delapan.

    - Dilakukan inkubasi selama 2 x 24 jam. Dilakukan pengamatan terhadap

    mikroba yang tumbuh.

    3.2.2 Prosedur Isolasi

    - Media kultur yang telah berisi inokulan disiapkan

    - Ditentukan dua jenis populasi mirkoba yang akan dipilih

    Hasil inokulasi mikroba

    Menyiapkan biakan murni

    Mengisolasi biakan mikroba

  • 15

    - media kultur steril yang akan digunakan untuk menginokulasi mikroba segera

    disiapkan

    - Jarum ose ujung bulat diambil dan dilakukan sterilisasi panas dengan

    menggunakan nyala bunsen

    - Didinginkan beberapa saat dengan cara mendiamkan jarum ose ujung bulat di

    udara

    - Jarum ose ujung bulat tersebut ditempelkan ke populasi mikroba terpilih

    secara aseptik pada satu sisi

    - Mikroba yang menempel pada jarum ose ujung bulat digoreskan ke media

    kultur yang berisi agar Na pada satu sisi

    - Disterilisasi kembali jarum ose ujung bulat pada nyala api bunsen

    - Didinginkan beberapa saat dengan cara mendiamkan jarum ose ujung bulat di

    udara

    - Jarum ose ujung bulat tersebut ditempelkan ke populasi mikroba terpilih

    secara aseptik pada satu sisinya lagi

    - Mikroba yang menempel pada jarum ose ujung bulat digoreskan ke media

    kultur yang berisi agar Na pada satu sisinya lagi

    - Media kultur yang telah berisi mikroba terpilih dibungkus dan di masukan ke

    dalam inkubator

    - Dilakukan proses inkubasi selama dua hari

    Hasil isolasi mikroba

  • 16

    3.2.3 Prosedur Identifikasi

    - Disiapkan media kultur yang telah di inkubasi

    - Pembungkus media kultur dibuka

    - Mikroba yang tumbuh pada media kultur diamati

    -Dicocokkan mikroba yang tumbuh dengan gambar identifikasi yang tersedia

    Mengidentifikasi mikroba

    Hasil identifikasi mikroba

  • 17

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    Setiap perlakuan memiliki hasil yang berbeda-beda. Pengamatan dilakukan

    pada setiap hasil sesuai prosedur praktikum. Sampel mikroba dari kelompok 5

    diperoleh dari air cucian insang ikan, karena insang adalah salah satu organ pada ikan

    yang banyak mengandung mikroba. Air cucian insang yang digunakan adalah larutan

    yang sudah diencerkan sebanyak 10-3.

    4.1.1 Hasil Inokulasi

    Gambar 2. Hasil Inokulasi Mikroba Kelompok 5

    (Sumber: Dokumen Pribadi)

  • 18

    4.1.2 Hasil Isolasi

    Gambar 3. Hasil Isolasi Mikroba Kelompok 5

    (Sumber: Dokumen Pribadi)

    Keterangan: bagian yang dilingkari merupakan kontaminasi mikroba lain.

  • 19

    4.1.3 Hasil Identifikasi

    a. Hasil Identifikasi Mikroba Kelompok

    Tabel 3. Hasil Identifikasi Mikroba Kelompok 5

    Fisik

    (Morfologis)

    Bentuk

    Koloni 1 Koloni 2

    1. Bentuk Koloni

    Mikroba

    Irregular

    Irregular

    2. Bentuk Tepi

    Koloni Mikroba

    Lobate

    Lobate

    3. Bentuk

    Permukaan Koloni

    Concentric

    Concentric

    (Sumber: Dokumen Pribadi)

    b. Hasil Identifikasi Mikroba Kelas

    Tabel 4. Hasil Identifikasi Mikroba Kelas B

    Ke Sampel Pengen

    ceran

    Bentuk Koloni

    Koloni 1 Koloni 2

    1 Air

    Cucian

    Ikan

    10-1 Bentuk Koloni : round

    Tepi Koloni : lobate

    Permukaan Koloni : smooth

    Bentuk Koloni : Filamentous

    Tepi Koloni : wavy

    Permukaan Koloni : smooth

    2 Air

    Cucian

    Ikan

    10-2 Bentuk Koloni : Irregular Bentuk Koloni : Irregular

  • 20

    Tepi Koloni : Lobate

    Permukaan Koloni : Wrinkled

    Tepi Koloni : Lobate

    Permukaan Koloni : Wrinkled

    3 Air

    Cucian

    Ikan

    10-3 Bentuk Koloni : Irregural

    Tepi Koloni : Lobate

    Permukaan Koloni : Wrinkled

    Bentuk Koloni : Irregular

    Tepi Koloni : Lobate

    Permukaan Koloni : Smooth

    4 Air

    cucian

    ikan

    10-4 Bentuk Koloni : irregular

    Tepi Koloni : lobate

    Permukaan Koloni : smooth,

    Bentuk Koloni : round

    Tepi Koloni : smooth

    Permukaan Koloni : smooth

    5 Insang 10-3 Bentuk Koloni : irregular

    Tepi Koloni : lobate

    Permukaan Koloni :

    concentric

    Bentuk Koloni : irregular

    Tepi Koloni : lobate

    Permukaan Koloni :

    concentric

    6 Insang 10-4 Bentuk Koloni : Irregular

    Tepi Koloni : Filamentous

    Permukaan Koloni : wrinkled

    Bentuk Koloni : Irregular

    Tepi Koloni : curled

    Permukaan Koloni : wrinkled

    7 Insang 10-5 Bentuk Koloni : Round

    Tepi Koloni : Lobate

    Permukaan Koloni : Wrinkled

    Bentuk Koloni : Round

    Tepi Koloni : Lobate

    Permukaan Koloni : Wrinkled

    8 Pencerna

    an Ikan

    10-4 Bentuk Koloni : Punctform

    Tepi Koloni : Lobate

    Permukaan Koloni : Smooth

    Bentuk Koloni : Punctform

    Tepi Koloni : Smooth

    Permukaan Koloni : Smooth

  • 21

    9 Pencerna

    an Ikan

    10-5 Bentuk Koloni : round

    Tepi Koloni : curled

    Permukaan Koloni : smooth

    Bentuk Koloni : round

    Tepi Koloni : smooth

    Permukaan Koloni : smooth

    10 Pencerna

    an Ikan

    10-6 Bentuk Koloni : irregular

    Tepi Koloni : lobate

    Permukaan Koloni : smooth

    Bentuk Koloni : irregular

    Tepi Koloni : curled

    Permukaan Koloni : smooth (Sumber: Dokumen Pribadi)

    4.2 Pembahasan

    4.2.1 Pembahasan Isolasi Mikroba

    Pada pengamatan inokulasi mikroba menghasilkan berbagai macam mikroba

    dalam medium agar. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2, di cawan petri tersebut

    terdapat berbagai bulatan berbeda yang berpisah-pisah. Hal ini karena inokulasi adalah

    pembiakan mikroba langsung dari habitatnya, sehingga berbagai mikroba dari tempat

    tersebut masih bersatu. Menurut Idris dan Nasrun (2009) inokulasi adalah proses

    pemindahan suatu biakan dari suatu tempat ke tempat lain (media) dengan tujuan untuk

    mengembangbiakkan.

    Meski inokulasi menghasilkan berbagai mikroba, namun pertumbuhan mikroba

    lain diluar insang ikan sangat dicegah keberadaannya, sehingga inokulasi harus

    berlangsung dengan steril. Jika mikroba lain muncul (misalnya dari udara), maka

    pertumbuhannya akan menyaingi pertumbuhan mikroba yang kita inginkan, sehingga

    mikroba pada insang ikan kembung akan tersaingi dan mati. Untuk melakukan

    penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan agar semua alat yang ada

    dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari

    terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro, 1994 dalam Rustan, 2013).

    Perlakuan isolasi mikroba menghasilkan koloni berwarna putih yang relatif

    sama pada kedua sisi. Mikroba dipilih dari koloni yang berbeda tempat pada cawan

    hasil inokulasi mikroba. Proses isolasi mikroba adalah memisahkan mikroba satu

  • 22

    dengan mikroba lain yang berasal dari campuran berbagai mikroba untuk dapat

    mempelajari sifat biakan, morfologi dan sifat mikroba lainnya (Puspitasari dkk, 2012).

    Peletakan mikroba di setiap sisi dilakukan dengan menggores nutrien agar secara zig-

    zag tanpa ditekan. Jika NA ditekan, maka medium dan mikroba yang dihasilkan akan

    rusak. Pada gambar 3, terdapat bentuk koloni yang bahkan tidak menyerupai zig-zag.

    Hal ini terjadi karena mikroba yang terisolasi berkembang biak, sehingga mikroba

    melebar ke media yang ada disekitarnya.

    Kultur murni yang diharapkan dalam isolasi mikroba akan terpenuhi jika

    dilakukan dalam keadaan steril. Bakteri dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya

    harus menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi

    terkontaminasi karena mikroorganisme lain (Singleton dan Sainsbury, 2006 dalam

    Yulianis, 2012). Metode yang digunakan dalam praktikum adalah metode gores. Cara

    penggoresan dilakukan dengan terlebih dahulu medium agar pada cawan petri steril.

    Jarum ose yang akan digunakan dipanaskan terlebih dahulu hingga memijar, setelah

    itu sentuhkan pada koloni bakteri yang akan diisolasi, kemudian digoreskan pada

    medium yang tersedia. Inkubasi biakan dilakukan selama 2x24 jam pada suhu ruang,

    lalu dilakukan pengamatan (Barrow & Feltham, 1993 dalam Risyanto, 2014).

    Sayangnya, pada hasil isolasi mikroba ini terdapat kontaminasi mikroba lain. Pada

    gambar 3 terdapat gambar yang dilingkari garis kuning di kedua sisi. Pada sisi kiri

    terkontaminasi mikroba berwarna jingga, dan bagian kanan terkontaminasi mikroba

    berwarna kuning. Kontaminasi dapat terjadi akibat alat yang kurang steril, penggunaan

    jarum ose yang tidak steril, atau penggoresan yang tidak steril karena tidak dekat

    dengan bunsen. Dalam kasus seperti dalam gambar 3, kontaminasi diperkirakan terjadi

    pada saat penggoresan dilakukan. Penggoresan yang dilakukan memiliki jarak yang

    cukup jauh dengan bunsen, sehingga mikroba dari udara mudah masuk ke dalam

    medium agar. Perkiraan tersebut dapat terbukti karena kontaminasi timbul di dekat sisi

    cawan petri. Namun adanya mikroba lain tersebut tidak menyatu dengan biakan murni

    yang diharapkan.

  • 23

    4.2.2 Pembahasan Identifikasi Mikroba

    a. Pembahasan Identifikasi Mikroba Kelompok 5

    Tahapan identifikasi mikroba didapat hasil yang sama dari kedua koloni yang

    dimurnikan. Hasil pengamatan berupa morfologi yang tampak pada biakan murni yang

    diperoleh (dapat dilihat pada tabel 3). Pada pengamatan morfologi, diperoleh tiga

    bagian utama, yaitu bentuk koloni mikroba, bentuk tepi koloni mikroba, dan bentuk

    permukaan koloni. Bentuk koloni yang diperoleh adalah tipe irregular, bentuk tepi

    koloni mikroba adalah tipe lobate, dan bentuk permukaan koloni adalah concentric.

    Hal ini sesuai dengan pernyataan Cappucino dan Sherman (1987) dalam Lisdayanti

    (2013) bahwa pada umumnya bentuk koloni bakteri berbentuk circular, irregular,

    filamentous, rhizoid. Elevasi berbentuk raised, convex, flat, umbonate, crateriform,

    dan margin yang berbentuk entire, undulate, filiform, curled dan lobate. Warna dari

    isolat adalah putih dibagian tepi, dan bagian tengah sedikit transparan, sehingga bentuk

    permukaan ini dikategorikan ke dalam concentric. Selain itu, bentuk concentric

    menunjukan elavasi yang berbentuk crateriform dimana bagian tepi lebih tebal dari

    pada bagian tengahnya. Semua bentuk tersebut menunjukan bahwa isolat merupakan

    kelompok bakteri gram negatif. Menurut Lisdayanti (2013), bakteri gram negatif

    memiliki bentuk yang lebih kompleks dari pada bakteri gram positif, sehingga mampu

    bertahan dalam lingkungan ekstrim. Dalam pernyataan Kathiresan dan Bingham

    (2001), menyatakan bahwa hampir semua bakteri laut bersifat Gram negatif. Hal ini

    sesuai karena ikan kembung (Restrelliger sp.) merupakan ikan yang hidup di laut,

    sehingga mikroba yang hidup pada tubuhnya didominasi oleh bakteri gram negatif.

    Dari ciri umum yang didapatkan pada identifikasi mikroba, terdapat beberapa

    spesies yang menjadi kemungkinan dari spesies pada isolat. Menurut Buckle et al

    (1987) dalam Putro dkk (2008), beberapa bakteri gram negatif yang hidup pada ikan

    adalah Acinetobacter spp., Achromobacter spp., dan Flavobacterium spp. Adapun

    menurut Craven et al (2001) dan Kim et al (2002) dalam Putro dkk (2008), beberapa

    bakteri penghasil enzim histaminase yang dapat ditemukan pada bagian insang dan

  • 24

    bagian lain dari ikan kembung adalah Enterobacter, Clostridium, Klebsiella,

    Photobacterium, dan Vibrio.

    b. Pembahasan Identifikasi Mikroba Kelas

    Hasil pengamatan setiap kelompok disatukan dalam penyajian data seperti pada

    tabel 4. Kelompok 1 dengan sumber mikroba dari air cucian ikan dan pengenceran

    sebesar 10-1 menghasilkan identifikasi morfologi mikroba yang berbeda antara biakan

    1 dan biakan 2. Biakan 1 memiliki bentuk koloni round, bentuk tepi koloni lobate, dan

    permukaan koloni smooth. Sementara pada biakan 2 memiliki bentuk koloni

    Filamentous, bentuk tepi koloni wavy, dan permukaan koloni smooth. Berbagai bentuk

    tersebut sesuai dengan pernyataan Cappucino dan Sherman (1987) dalam Lisdayanti

    (2013) bahwa pada umumnya bentuk koloni bakteri berbentuk circular, irregular,

    filamentous, rhizoid. Elevasi berbentuk raised, convex, flat, umbonate, crateriform,

    dan margin yang berbentuk entire, undulate, filiform, curled dan lobate. Adanya

    perbedaan biakan pada kedua bagian terjadi karena hasil inokulan memiliki koloni

    mikroba yang bervariasi dan bukan biakan murni. Menurut Idris dan Nasrun (2009)

    inokulasi adalah proses pemindahan suatu biakan dari suatu tempat ke tempat lain

    (media) dengan tujuan untuk mengembangbiakkan. Pemilihan koloni yang baik untuk

    inokulasi menjadi faktor keberhasilan dalam pemurnian mikroba, karena hanya satu

    koloni saja yang dibiakan. Perbedaan koloni pada kedua bagian ini diakibatkan koloni

    yang diambil untuk isolasi berbeda jenisnya. Pemurnian isolat bakteri bertujuan untuk

    memisahkan hasil inokulasi yang terdiri dari banyak koloni bakteri yang berlainan jenis

    sehingga didapat koloni bakteri murni pada setiap biakan bakteri (Pastra dkk 2012).

    Kelompok 2 menghasilkan biakan mikroba yang sama jenisnya di kedua bagian

    cawan petri. Identifikasi yang dihasilkan meliputi bentuk koloni berupa irregular,

    bentuk tepi koloni bertipe lobate, dan permukaan koloni smooth. Hal ini sesuai dengan

    pernyataan Cappucino dan Sherman (1987) dalam Lisdayanti (2013) bahwa pada

    umumnya bentuk koloni bakteri berbentuk circular, irregular, filamentous, rhizoid.

    Elevasi berbentuk raised, convex, flat, umbonate, crateriform, dan margin yang

  • 25

    berbentuk entire, undulate, filiform, curled dan lobate. Sama halnya dengan kelompok

    5 yang memiliki biakan yang sama di kedua bagian cawan petri, hal ini dimungkinkan

    karena terpengaruh oleh pengambilan mikroba untuk isolasi. Kelompok 2

    menggunakan sampel berupa air cucian ikan dengan pengenceran 10-2.

    Pengamatan oleh kelompok 3 dengan sampel cucian air ikan pada pengenceran

    10-3 menghasilkan biakan murni yang berbeda di kedua bagian cawan petri. Bagian 1

    memiliki bentuk koloni irregular, tepi koloni (margin) lobate, dan permukaan koloni

    (wrinkled). Sementara pada bagian kedua memiliki bentuk koloni irregular, tepi koloni

    lobate, dan permukaan koloni smooth. Perbedaan biakan timbul karena banyaknya

    jenis koloni yang tumbuh saat inokulasi karena pada tahap ini biakan masih belum

    murni. Menurut Idris dan Nasrun (2009) inokulasi adalah proses pemindahan suatu

    biakan dari suatu tempat ke tempat lain (media) dengan tujuan untuk

    mengembangbiakkan. Bagian 1 pada cawan petri memiliki ciri morfologi yang sama

    dengan kelompok 2. Hal ini dikarenakan sampel yang digunakan sama, sehingga masih

    memiliki kemungkinan besar untuk mendapatkan mikroba yang sama meski berbeda

    dalam hal pengenceran. Isolasi yang merupakan biakan murni ini menghasilkan dua

    koloni berbeda karena dilakukan pemindahan mikroba sebanyak dua kali pada tempat

    yang berbeda.

    Kelompok 4 menggunakan sampel yang sama dengan sebelumnya, yaitu air

    cucian ikan dengan pengenceran 10-4. Hasil pengamatan secara visual menghasilkan

    mikroba yang berbeda pada kedua bagiannya. Bagian pertama menghasilkan bentuk

    koloni irregular, tepi koloni lobate, dan permukaan koloni smooth. Sementara pada

    bagian kedua menghasilkan bentuk koloni round, tepi koloni smooth dan permukaan

    koloni smooth. Cappucino dan Sherman (1987) dalam Lisdayanti (2013) bahwa pada

    umumnya bentuk koloni bakteri berbentuk circular, irregular, filamentous, rhizoid.

    Elevasi berbentuk raised, convex, flat, umbonate, crateriform, dan margin yang

    berbentuk entire, undulate, filiform, curled dan lobate. Perbedaan di setiap sisi

    diakibatkan oleh pemindahan mikroba dari inokulan untuk diisolasikan sebanyak dua

    kali pada sisi yang berbeda. Proses isolasi mikroba adalah memisahkan mikroba satu

  • 26

    dengan mikroba lain yang berasal dari campuran berbagai mikroba untuk dapat

    mempelajari sifat biakan, morfologi dan sifat mikroba lainnya (Puspitasari dkk 2012).

    Kelompok berikutnya adalah kelompok 6. Sampel dari kelompok 4 adalah air

    adukan insang ikan kembung yang kemudian diencerkan hingga menjadi 10-4. Hasil

    pengamatan terhadap morfologi koloni mikroba berbeda di setiap bagian cawan petri.

    Bagian 1 terdapat koloni dengan bentuk irregular, tepi koloni filamentous, dan

    permukaan koloni wrinkled. Bagian 2 dengan bentuk koloni irregular, tepi koloni

    curled, dan permukaan koloni wrinkled. Kedua koloni tersebut memenuhi pendapat

    Cappucino dan Sherman (1987) dalam Lisdayanti (2013) bahwa pada umumnya bentuk

    koloni bakteri berbentuk circular, irregular, filamentous, rhizoid. Elevasi berbentuk

    raised, convex, flat, umbonate, crateriform, dan margin yang berbentuk entire,

    undulate, filiform, curled dan lobate. Perbedaan koloni yang dibiakan terjadi akibat

    pengambilan mikroba sebanyak dua kali dari biakan inokulan untuk dimurnikan pada

    tempat yang berbeda.

    Kelompok 7 memiliki sampel dari air adukan atau cucian ikan kembung dengan

    pengenceran 10-5. Hasil pengamatan morfologi koloni menunjukan hasil yang sama

    pada kedua bagian cawan petri. Bentuk koloni berupa round, tepi koloni berupa lobate,

    dan permukaan koloni berbentuk wrinkled. Koloni yang sama pada isolate dikarenakan

    banyaknya mikroba yang serupa pada inokulan, sehingga pengambilan mikroba

    ternyata serupa meski pada tempat yang berbeda. Pemurnian isolat bakteri bertujuan

    untuk memisahkan hasil inokulasi yang terdiri dari banyak koloni bakteri yang

    berlainan jenis sehingga didapat koloni bakteri murni pada setiap biakan bakteri (Pastra

    dkk 2012).

    Pada pengamatan yang dilakukan kelompok 8 menghasilkan koloni mikroba

    yang berbeda pada kedua bagian cawan petri. Pada bagian 1 menghasilkan koloni

    dengan bentuk punctform, bentuk tepi koloni lobate, dan permukaan koloni smooth.

    Sementara pada bagian 2 memiliki koloni dengan bentuk punctform, tepi koloni

    smooth, dan permukaan koloni smooth. Perbedaan ini timbul karena penggoresan

    dilakukan dua kali pada tempat yang berbeda dengan sterilisasi disela keduanya.

  • 27

    Berbagai bentuk tersebut sesuai dengan pernyataan Cappucino dan Sherman (1987)

    dalam Lisdayanti (2013) bahwa pada umumnya bentuk koloni bakteri berbentuk

    circular, irregular, filamentous, rhizoid. Elevasi berbentuk raised, convex, flat,

    umbonate, crateriform, dan margin yang berbentuk entire, undulate, filiform, curled

    dan lobate. Sampel yang digunakan oleh kelompok 8 adalah bagian pencernaan ikan

    kembung (bagian usus dan lambung) yang dihaluskan dan diencerkan sebanyak 10-4.

    Dengan sampel bagian pencernaan dengan pengenceran 10-5, kelompok 9

    menghasilkan pengamatan morfologi yang berbeda pada kedua bagian cawan petri.

    Bagian 1 memiliki bentuk koloni round, dengan bentuk tipe koloni curled, dan bentuk

    permukaan koloni smooth. Sementara pada bagian 2 memiliki bentuk koloni round,

    tepi koloni smooth, dan permukaan koloni smooth. Hasil pengamatan morfologi ini

    sesuai dengan Cappucino dan Sherman (1987) dalam Lisdayanti (2013) bahwa pada

    umumnya bentuk koloni bakteri berbentuk circular, irregular, filamentous, rhizoid.

    Elevasi berbentuk raised, convex, flat, umbonate, crateriform, dan margin yang

    berbentuk entire, undulate, filiform, curled dan lobate.

    Kelompok 10 menggunakan sampel bagian pencernaan ikan dengan

    pengenceran 10-6 menghasilkan koloni morfologi yang berbeda dari setiap bagian pada

    cawan petri yang dibagi 2. Pada bagian 1 memiliki koloni berbentuk irregular, dengan

    tipe koloni lobate, dan bentuk permukaan koloni smooth, sedangkan pada bagian kedua

    memiliki koloni mikroba dengan bentuk irregular, tepi koloni curled, dan permukaan

    koloni smooth. Kedua bagian menghasilkan kultur murni. Pemurnian isolat bakteri

    bertujuan untuk memisahkan hasil inokulasi yang terdiri dari banyak koloni bakteri

    yang berlainan jenis sehingga didapat koloni bakteri murni pada setiap biakan bakteri

    (Pastra dkk 2012).

    Dari hasil setiap kelompok yang memiliki morfologi koloni yang beragam,

    membuktikan pernyataan Cappucino dan Sherman (1987) dalam Lisdayanti (2013)

    bahwa pada umumnya bentuk koloni bakteri berbentuk circular, irregular,

    filamentous, rhizoid. Elevasi berbentuk raised, convex, flat, umbonate, crateriform,

    dan margin yang berbentuk entire, undulate, filiform, curled dan lobate. Banyaknya

  • 28

    jenis yang diidentifikasi membuktikan bahwa mikroba pada ikan kembung sangat

    banyak dan berbeda pada setiap bagiannya, termasuk pada permukaan kulit ikan,

    insang ikan , dan pencernaan ikan kembung. Menurut Connell (1990) dalam Putro

    (2008), mikroba yang biasanya hidup dalam insang ikan dan bagian lainnya adalah

    bakteri pengurai yang akan hidup jika ikan sudah mati. Bakteri pembusuk yang

    berperan pada proses kemunduran mutu ikan antara lain Acinetobacter spp.,

    Achromobacter spp., Pseudomonas spp., Moraxella spp., Aeromonas spp.,

    Flavobacterium spp., Shewanella spp., serta beberapa jenis bakteri gram negatif

    lainnya. Sedangkan dari kelompok bakteri gram positif, Bacillus spp., Micrococcus

    spp., Clostridium spp., Corinebacterium spp., dan Lactobacillus spp. sering dijumpai

    pada ikan-ikan yang telah busuk (Buckle et al., 1987 dalam Putro dkk, 2008).

    Ditemukan pula bakteri yang menghasilkan enzim histaminase yang berperan dalam

    perombakan histidin menjadi histamine dalam pembentukan. Enzim-enzim ini terdapat

    secara alami pada ikan maupun dihasilkan oleh mikroorganisme. Enterobacter,

    Clostridium, Hafnia, Klebsiella, Lactobacillus, Photobacterium, Proteus,

    Pseudomonas, dan Vibrio spp. adalah beberapa jenis bakteri penghasil enzim histidin

    dekarboksilase (Kim et al 2002 dalam Putro dkk, 2008). Menurut Craven et al (2001)

    dalam Putro dkk (2008), bakteri-bakteri ini dapat ditemukan pada bagian insang, kulit,

    maupun saluran pencernaan ikan kembung.

    Pengenceran juga berpengaruh pada keberlimpahan mikroba untuk inokulasi,

    sehingga mempengaruhi isolasi pula. Tujuan dari pengenceran yaitu memperkecil atau

    mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau

    banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam

    sampel (Amanda 2013).

  • 29

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Dari hasil pembahasan praktikum dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

    berikut.

    Isolasi mikroba dilakukan melalui beberapa tahapan. Mula-mula, dilakukan

    kultur mikroba dari inang dengan cara inokulasi. Kemudian mikroba dibiakan

    dalam inkubasi dan dimurnikan melalui isolasi. Untuk memastikan kemurnian

    mikroba, dilakukan identifikasi mikroba.

    Setiap tahapan isolasi harus dilakukan dalam keadaan aseptik. Hal ini untuk

    menghindari kontaminasi mikroba yang tidak diinginkan. Jika kontaminasi

    terjadi, pemurnian akan gagal dan mikroba yang diinginkan akan bersaing

    dengan mikroba yang lainnya.

    Identifikasi dilakukan secara visual, yaitu dengan melihat morfologi dan fisik

    biakan. Morfologi yang dimaksud meliputi bentuk koloni, bentuk tepi koloni,

    dan elevasi atau bentuk permukaan koloni.

    5.2 Saran

    Sebaiknya dalam praktikum dilakukan prosedur berupa identifikasi secara

    mendalam, seperti pemeriksaan bentuk mikroba dan penelusuran spesies mikroba. Hal

    ini dapat menjadi pengetahuan tambahan bagi praktikan. Selain itu, seharusnya

    dilakukan perhitungan kepadatan mikroba setelah isolasi untuk melihat perbedaaan

    hasil kepadatan dari setiap pengenceran yang terbentuk.

  • 30

    DAFTAR PUSTAKA

    Amanda, Nova. 2013. Laporan Tetap Praktikum Teknologi Bioproses. Laporan

    Praktikum.

    Anonim. 2012. Nutrient Agar. www.mediaagar.com diakses pada 25 November 2014

    pukul 20.45 WIB.

    Anonim. 2013. Materi Laporan Praktikum Mikrobiologi Isolasi Mikroba.

    http://www.kimia.clas.web.id/2014/11/laporan-praktikum-mikrobiologi-

    isolasi.html diakses pada 25 November pukul 19.04 WIB

    Fakhriza, A dkk. 2011. Inokulasi Bakteri Pereduksi Kromium Heksavalen Sebagai

    Upaya Bioremediasi Lahan Pasca Tambang. EnviroScienteae Vol 7 (2011) 12-

    20.

    Farista, Dadang. 2013. Isolasi Mikroba. Laporan Praktikum. Universitas Diponegoro.

    Idris, Herwita dan Nasrun. 2009. Pengaruh Cara Inokulasi Synchytrium pogostemonis

    Terhadap Gejala Budok dan Pertumbuhan Nilam. Bul Littro Vol 20 No 2: 147

    166.

    Izza, Iffa. 2011. Isolasi, Karakterisasi dan Identifikasi Bakteri Endofit dari Tanaman

    Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) yang Berpotensi Sebagai Penghasil

    Antimikroba [Skripsi S-1]. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam

    Negeri Sunan Kalijaga.

    Lisdayanti, Eka. 2013. Potensi Antibakteri dari Bakteri Asosiasi Lamun (Seagrass)

    dari Pulau Bonebatang Perairan Kota Makasar. Fakultas Ilmu Kelautan dan

    Perikanan. Universitas Hasanuddin.

    http://www.mediaagar.com/http://www.kimia.clas.web.id/2014/11/laporan-praktikum-mikrobiologi-isolasi.htmlhttp://www.kimia.clas.web.id/2014/11/laporan-praktikum-mikrobiologi-isolasi.html

  • 31

    Pastra, Defin A dkk. 2012. Penapisan Bakteri yang Bersimbiosis dengan Spons Jenis

    Aplysina sp sebagai Penghasil Antibakteri dari Perairan Pulau Tegal

    Lampung. Maspari Journal 20120 Vol 4(2): 77-82.

    Pranoto, Eko dkk. 2014. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Endofit pada Tanaman The

    (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) Produktif dan Belum Menghasilkan Klon

    GMB 7 Dataran Tinggi. Biospecies Vol 7 No 1: 1 7.

    Puspitasari, Fajar dkk. 2012. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Aerob Proteolitik dari

    Tangki Septik. Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 1, No 1.

    Putro, Sumpeno dkk. 2008. Aplikasi Ekstrak Bawang Putih (Alium sativum) untuk

    Memperpanjang Daya Simpan Ikan Kembung Segar (Restrelliger kanagurta).

    Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 3 No 2,

    Desember: 193 200.

    Risyanto, Slamet. 2014. Teknik Inkulasi pada Budidaya Jamur Tiram Putih. Makalah

    Dosen. UNSOED.

    Rustan, Idha R. 2013. Studi Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat dari

    Fermentasi Cabai Rawit (Capsicum frutencens L.) [Skripsi]. Fakultas

    Pertanian. Universitas Hasanuddin.

    Safrida, Yuni D dkk. 2012. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Berpotensi Probiotik

    pada Ikan Kembung (Rastrelliger sp.). Depik 1 (3): 200 203.

    Suwandi, Dinar A. 2012. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Resisten Terhadap Antibiotik

    dari Sampel Tanah di RSUD Margono Purwokerto [Skripsi]. Universitas

    Muhammadiyah Purwokerto

    Siregar, Resmi Rumenia. 2011. Pengolahan Ikan Kembung. Pusat Penyuluhan

    Kelautan dan Perikanan. Kementrian Kelautan dan Perikanan.

  • 32

    Yulianis, Lisna. 2013. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Resisten Terhadap Antibiotik

    dari Sampel Tanah di Rumah Sakit Wijayakusuma Purwokerto [Skripsi].

    Universitas Muhammadiyah Purwokerto

    Yulvizar, Cut. 2013. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik pada Restrelliger sp..

    Biospecies Vl 6 No 2: 1 7.

  • 33

    LAMPIRAN

    1. Pendalaman

    1. Jelaskan oleh anda, kemungkinan apa yang dapat menyebabkan kegagalan

    pembuatan biakan murni mikroba!

    Jawaban:

    Kemungkinan yang dapat menyebabkan kegagalan pembuatan biakan murni

    mikroba pada saat isolasi adalah cawan petri dibiarkan terlalu terbuka dan saat

    dilakukan penggoresan cawan petri tidak didekatkan dengan bunsen.

    2. Mengapa tidak dilakukan pengenceran inokulan pada saat melakukan isolasi

    mikroba?

    Jawaban:

    Isolasi mikroba memurnikan biakan yang diinginkan saja, sehingga proses

    isolasi tidak memerlukan pengenceran lagi.

    3. Apakah hasil isolasi yang anda lakukan belum, berhasil mendapat biaka murni?

    Jelaskan alasan anda!

    Jawaban:

    Belum, karena terjadi kontaminasi pada isolat. Hal ini dapat ditimbulkan karena

    mikroba asing masuk dari udara, alat yang tidak steril, jarum ose yang dibakar

    kurang baik, atau praktikan yang terlalu banyak bicara.

    4. Menurut anda, apakah islasi mikroba hanya dilakukan pada media agar

    lempeng, tidak bisa pada media agar tegak atau agar miring?

    Jawaban:

  • 34

    Media agar tegak dan media agar miring dapat digunakan dalam melakukan

    isolasi mikroba. Pada dasarnya, media agar lempeng digunakan untuk

    memudahkan identifikasi, sementara media agar tegak dan media agar miring

    digunakan untuk memperbanyak kuantitas mikroba.

    5. Mengapa pada proses inokulasi mikroba, ose hanya ditempelkan pada populasi

    mikroba terpilih?

    Jawaban:

    Karena fungsi jarum ose yang digunakan untuk mengambil mikroba yang akan

    diisolasi, sehingga ditempatkan pada mikroba yang terpilih saja.

  • 35

    2. Lembar Hasil Inokulasi dan Inkubasi

  • 36

  • 37

  • 38

  • 39

  • 40