laporan pendahuluan isolasi sosial

32
LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL I. Kasus Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008). Isolasi sosial adalah dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mau membuat kontrak (Carpenito, 2006). Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang mal adaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan (Dalami, 2009). II. Proses terjadinya masalah a. Faktor predisposisi Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah: 1) Faktor Perkembangan Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat

Upload: deny-hadi

Post on 09-Jul-2016

92 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

I. KasusIsolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan

atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien

mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan

yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).

Isolasi sosial adalah dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan

kebutuhan keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mau

membuat kontrak (Carpenito, 2006).

Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat

adanya kepribadian yang mal adaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

berhubungan (Dalami, 2009).

II. Proses terjadinya masalah

a. Faktor predisposisi

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:

1) Faktor Perkembangan

Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan

sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan

menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama

yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan

orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari

ibu/pengasuh pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat

menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut

dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di

kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak

tidak mersaa diperlakukan sebagai objek.

Menurut Purba, dkk. (2008) tahap-tahap perkembangan individu dalam

berhubungan terdiri dari:

a) Masa Bayi

Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan

biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan antara ibu dan anak,

akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar. Hal ini sangat

penting karena akan mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan di

kemudian hari. Bayi yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa

percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan

orang lain pada masa berikutnya.

b) Masa Kanak-Kanak

Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai

mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan

teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu

dikontrol, hal ini dapat membuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus,

aturan yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat

menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependen, Orang tua

harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari

dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena pada

saat ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan,

berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.

c) Masa Praremaja dan Remaja

Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan teman

sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi individu untuk

mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat.

Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi

hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini hubungan individu dengan

kelompok maupun teman lebih berarti daripada hubungannya dengan orang

tua. Konflik akan terjadi apabila remaja tidak dapat mempertahankan

keseimbangan hubungan tersebut, yang seringkali menimbulkan perasaan

tertekan maupun tergantung pada remaja.

d) Masa Dewasa Muda

Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan hubungan

interdependen antara teman sebaya maupun orang tua. Kematangan ditandai

dengan kemampuan mengekspresikan perasaan pada orang lain dan menerim

perasaan orang lain serta peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap

untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan mempunyai

pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa muda adalah

saling memberi dan menerima (mutuality).

e) Masa Dewasa Tengah

Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-anak

terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk

mengembangkan aktivitas baru yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri.

Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan

yang interdependen antara orang tua dengan anak.

f) Masa Dewasa Akhir

Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan keadaan fisik,

kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan atau peran.

Dengan adanya kehilangan tersebut ketergantungan pada orang lain akan

meningkat, namun kemandirian yang masih dimiliki harus dapat

dipertahankan.

2) Faktor biologis

Faktor genetic dapat berperan dalam respons sosial maladptive menurut

(Stuart, 2006). Terjadinya penyakit jiwa pada individu juga dipengaruih oleh

keluarganya disbanding dengan individu yang tidak mempunyai riwayat penyakit

terkait.

3) Faktor sosiokultural

Menurut (Stuart, 2006), isolasi sosial merupakan faktor utama dalam

gangguan hubungan. Hal ini akibat dari transiensi norma yang tidak mendukung

pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota masyarakat yang

kurang produktif seperti lanjut usia (lansia), orang cacat, penderita kronis. Isolasi

dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda

dari yang dimiliki budaya mayoritas.

4) Faktor dalam keluarga

Menurut (Stuart, 2006) pola komunikasi dalam keluarga dapat mengantar

seseorang dalam gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan

hal-hal yang negative akan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.

Adanya dua esan yang bertentangan disampaikan pada saat yang bersamaan,

menyebabkan anak menjadi traumatic dan enggan berkomunikasi dengan orang

lain.

b. Faktor presipitasi

Menurut (Stuart, 2006) faktor presipitasi terdiri dari:

1) Stressor sosiokultural

Stres dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unti keluarga dan berpisah

dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit

2) Stressor psikologis

Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan

kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat

atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat

menimbulkan ansietas tingkat tinggi.

c. Mekanisme koping

Individu yang mengalami respon sosial maladaptive, menggunakan berbagai

mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan

dua jenis masalah hubungan yang spesifik (Stuart, 2006). Koping yang berhubungan

dengan gangguan kepribadian anti sosial antara lain: proyeksi, merendahkan orang

lain.koping ini berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang: farmasi reaksi,

idealisasi orang lain dan merendahkan orang lain.

d. Rentang respon

Rentang respon sosial

Respons adaptif Respons maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi

Otonomi Menarik diri Impulsif

Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme

Saling ketergantungan

III. Pohon masalah

Resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

1) Isolasi sosial: menarik diri

2) Perubahan sensori persepsi: halusinasi

3) Kekerasan, resiko tinggi

4) Gangguan konsep diri: harga diri rendah

5) Motivasi perawatan diri kurang

6) Defisit perawatan diri

7) Koping keluarga inefektif : ketidak mampuan keluarga untuk merawat klien di

rumah (Keliat, 2005)

Isolasi sosial

IV. Diagnosa keperawatan

a. Isolasi sosial

b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

c. Resiko gangguan sensori persepsi

(Keliat, 2005)

V. Rencana tindakan keperawatan

Tgl No

DxDx keperawatan

PerencanaanIntervensi

Tujuan Kriteria Evaluasi

1 Isolasi sosial : Menarik diri Klien dapat

berinteraksi dengan

orang lain sehingga

tidak terjadi menarik

diri

1. Klien dapat

membina

hubungan saling

percaya

Setelah di lakukan 1x interaksi,

pasien menunjukan tanda-tanda

pecaya terhadap perawat dengan

menujukan:

1. Ekspresi wajah bersahabat,

menunjukan rasa tenang , ada

kontak mata, mau berjabat

tangan, mau menyebutkan nama,

mau menjawab salam, mau

duduk berdampingan dengan

perawat, mau mengutarakan

masalah yang dihadapi

1. Bina hubungan saling

percaya dengan

menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik:

a. Sapa klien dengan

namabaik verbal maupun

non verbal

b. Perkenalkan diri dengan

sopan

c. Tanyakan nama lengkap

dan nama panggilan yang

disukai klien

d. Jelaskan tujuan

pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukan sikap empati

dan menerima klien apa

adanya

g. Berikan perhatian kepada

klien dan perhatikan

kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat

menyebutkan

penyebab Menarik

diri.

2. Klien dapat menyebutkan

penyebab menarik diri yang

berasal dari:

a. Diri sendiri

b.Orang lain

c. Lingkungan

.

2. Kaji pengetahuan klien

tentang perilaku menarik

diri dan tandanya:

a. “Dirumah klien tinggal

dengan siapa”

b. “Siapa yang paling dekat

dengan klien”

c. “Apa yang membuat

klien dekat denganya”

d. “Dengan siapa klien tidak

dekat”

e. “Apa yang membuat

klien tidak dekat”

3. Klien dapat

menyebutkan

keuntungan dan

kerugian

berinteraksi dengan

orang lain

1. Klien dapat berinteraksi

menyebutkan keuntungan dan

kerugian berinteraksi dengan

orang lain. Misalnya:

a. Banyak teman

b. Tidak sendiri

c. Bisa diskusi,dll

1. Kaji pengetahuan klien

tentang keuntungan

memiliki teman

2. Beri kesempatan kepada

klien untuk berinteraksi

dengan orang lain

3. Diskusikan bersama klien

tentang keuntungan

berinteraksi dengan orang

lain

4. Beri penguatan positif

terhadap kemampuan

mengungkapkan perasaan

tentang keuntungan

2. Klien dapat menyebutkan

kerugian bila tidak berinteraksi

dengan orang lain. Misalnya:

a. Sendiri

b. Tidak memiliki teman

c. Sepi,dll

berinteraksi dengan orang

lain

1. Kaji pengetahuan klien

tentang kerugian bila tidak

berinteraksi dengan orang

lain

2. Beri kesempatan kepada

klien untuk

mengungkapakan perasaan

tentang kerugian bila tidak

berinteraksi dengan orang

lain

3. Diskusikan bersama klien

tentang kerugian tidak

berinteraksi dengan orang

lain

4. Beri penguatan positif

terhadap kempuan

mengungkapkan persaan

tentang kerugian tidak

berinteraksi dengan orang

lain

4. Klien dapat

melaksanakan

interaksi sosial

secara bertahap

4. Klien dapat mendemonstrasikan

interaksi sosial secara bertahap

antara:

a. Klien-perawat

b. Klien-perawat-perawat lain

c. Klien-perawat-perawat lain-

klien lain

d. Klien-

keluarga/kelompok/masyarak

at

1. Kaji kemampuan klien

membina hubungan dengan

orang lain.

2. Bermain peran tentang cara

berhubungan/berinteraksi

dengan orang lain.

3. Dorong dan Bantu klien

untuk berinteraksi dengan

orang lain melalui tahap:

a. Klien-perawat

b. Kien-perawat-perawat

lain

c. Klien-perawat-perawat

lain-klien lain

d. Klien-

keluarga/komunitas/masy

arakat

4. Beri penguatan positif

terhadap keberhasilan yang

telah dicapai

5. Bantu klien untuk

mengevaluasi keuntungan

menjalin hubungan sosial

6. Dikusikan jadwal harian

yang dapat dilakukan

bersama klien dalam

mengisi waktu, yaitu

berinteraksi dengan orang

lain

7. Motivasi klien untuk

mengikuti kegiatan ruangan

8. Beri penguatan positif atas

kegiatan klien dalam

kegiatan ruangan

5. Klien dapat

mengungkapkan

perasaanya setelah

berinteraksi dengan

orang lain

5. Klien dapat mengungkapkan

perasaanya setelah

berinteraksi dengan orang lain

untuk:

a. Diri-sendiri

b. Orang lain

1. Dorong klien untuk

mengungkapkan perasaanya

bila berinteraksi dengan

orang lain

2. Diskusikan dengan klien

tentang perasaan keuntungsn

berinteraksi dengan orang

lain

3. Beri penguatan positif

atas kemampuan klien

mengungkapkan perasaan

keuntungan berhubungan

dengan orang lain

6. Klien dapat

memberdayakan

system pendukung

atau keluarga

6. Keluarga dapat:

a. Menjelaskan perasaan nya

b. Menjelaskan cara merawat

klien menarik diri

c. Mendemonstrasikan cara

perawatan klien menarik

diri

d. Berpartisipasi dalm perawatan

klien menarik diri

1. Bina hubungan saling

percaya dengan keluarga:

a. Salam,perkenalkan

diri b. Jelaskan tujuan

c. Buat kontrak

d. Eksplorasi perasaan klien

2. Diskusikan dengan anggota

keluarga tentang:

a. Perilaku menarik diri

b. Penyebab perilaku

menarik diri

c. Akibat yang akan terjadi

jika perilaku menarik diri

tidak ditanggapi

d. Cara keluarga

menghadapi klien

menarik diri

3. Dorong anggota keluarga

untuk memberi dukungan

kepada klien dalam

berkomunikasi dengan

orang lain

4. Anjurkan anggota keluarga

untuk secara rutin

bergantian menjenguk klien

minimal satu kali seminggu

5. Beri penguatan positif atas

hal-hal yang telah dicapai

oleh keluarga

2 Gangguan Konsep Diri : Harga Diri

Rendah

Pasien memiliki

konsep diri yang

positif

1. Pasien dapat

membina

hubungan saling

percaya

Setelah dilakukan 1x interaksi,

pasien menunjukan:

1. Ekspresi wajah bersahabat

2. Menunjukan rasa senang

3. Ada kontak mata

4. Mau berjabat tangan

1. Bina hubungan saling

percaya dengan

menggunakan prinsip

terapeutik:

a. Sapa klien dengan ramah

b. Perkenalkan diri dengan

23

5. Mau menyebutkan nama

6. Mau menjawab salam

7. Pasien mau duduk

berdampingan dengan perawat

8. Pasien mau mengutarakan

masalah yang di hadapi

soan

c. Tanyakan nama lengkap

dan nama panggialan

yang disukai pasien

d. Jelaskan tujuan

pertemuan

e. Jujur dan menempati

janji

f. Tunjukan sikap empati

dan menerima pasien apa

adanya

g. Beri perhatian dan

perhatikan kebutuhan

dasar pasien

2. Pasien dapat

mengidentifikasi

aspek positif dan

kemampuan yang

dimiliki

Setelah 2x interaksi pasien dapat

menyebutkan:

a. Aspek positif dan kemampuan

yang dimiliki pasien.

b. Aspek positif keluarga

1. Diskusikan dengan pasien

tentang pasien tentang:

a. Aspek positif yang

dimiliki pasien, keluarga,

lingkungan

c. Aspek positif lingkungan b. Kemampuan yang

dimiliki pasien

2. Bersama pasien buat daftar

tentang:

a. Aspek positif yang

dimiliki pasien, keluarga,

lingkungan

b. Kemampuan yang

dimilki pasien

3. Beri pujian yang realitis,

hindarkan memberi

penilaian negatif

3. Pasien dapat

membina

kemampuan yang

dimiliki untuk

dilaksanakan

Setelah 3x interaksi pasien

menyebutkan kemampuan yang

dapat dilaksanakan

1. Dilaksanakan pasien

Diskusikan kemampuan

pasien yang akan

dilanjutkan pelaksanaanya

4. pasien dapat

merencanakan

Setelah 4x interaksi pasien dapat

membuat rencana kegiatan harian

1. Rencanakan bersama pasien,

aktivitas yang dapat

kegiatan sesuai

dengan kemmpuan

yang dimiliki

dilakukan setiap hari sesuai

kemampuan pasien

2. Tingkatkan kegiatan sesuai

kondisi pasien

a. Kegiatan mandiri

b. Kegiatan dengan

bantuan

3. Beri contoh cara

pelaksanaan kegiatan yang

dapat pasien lakukan

5. pasien dapat

melakukan

kegiatan sesuai

rencana yang

dibuat

Setelah 5x interaksi pasien

melakukan kegiatan sesuai jadwal

yang dibuat

1. Anjurkan pasien untuk

melaksanakan kegiatan yang

telah direncanakan

2. Pantau kegiatan yang

dilaksankan pasien

3. Beri pujian atas usaha yang

dilakukan pasien

4. Diskusikan kemungkinan

pelaksanaan kegiatan setelah

pulang

f. Buat kontrak interaksi

yang jelas

g. Dengarkan dengan

penuh perhatian

ekspresi perasaan klien

3 Gangguan sensori persepsi:

Halusinasi

(Lihat/dengar/penghidu/raba/kecap)

Pasien dapat

mengontrol halusinasi

yang dialaminya

1. Pasien dapat

membina

hubungan saling

percaya

Setelah 5x interaksi pasien

meunjukan tanda-tanda percaya

kepada perawat:

1. Ekspresi wajah bersahabat

2. Menujukan rasa senang

3. Ada kontak mata

4. Mau berjabat tangan

5. Mau menyebutkan nama

6. Mau menjawab salam

7. Mau duduk berdampingan

dengan perawat

1. Bina hubungan saling

percaya dengan

menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik:

a. Sapa pasien dengan

ramah baik verbal

maupun non verbal

b. Tanyakan nama

lengkap dan nama

panggilan yang disukai

pasien

c. Buat kontrak yang jelas

d. Tunjukan sikap jujur

dan menepati janji

setiap kali berinteraksi

e. Tunjukan sikap empati

dan menerima apa

adanya klien

f. Beri perhatian kepada

pada pasien dan

perhatikan kebutuhan

dasar pasien

g. Tanyakan perasaan

pasien dan masalah

yang dihadapi pasien

1. Pasien dapat

mengenal

halusinasinya

Setelah 5x interaksi pasien dapat

menyebutkan:

1. Jenis halusinasi

2. Isi

3. Waktu

4. Frekuensi

5. Respon dari klien terhadap

halusinasi

1. Adakah kontrak sering

dan singkat secara

bertahap

a. Observasi tinglah laku

pasien terkait dengan

halusinasinya

b. Tanyakan apakah pasien

mengalami

Setelah 5x interaksi pasien

menyatakan perasaan dan responya

saat mengalami halusinasi: marah,

sesuatu/halusinasi

c. Jika pasien menjawab iya,

tanyakan pa yang sedang

dialaminya

d. Katakan bahwa perawat

percaya pasien mengalami

hal tersebut, namun

perawat sendiri tidak

mengalami apa yang

dirasakan klien

e. Katakan bahwa ada pasien

yang lain yang mengalami

hal yang sama

f. Katakan bahwa perawat

akan membantu pasien

1. Jika pasien tidak mengalami

halusinasi, klarifikasi

tentang adanya pengalaman

takut, sedih, senang, cemas, jengkel halusinasi, diskusikan

dengan pasien:

a. Isi, waktu, frekuensi

b. Situasi dan kondisi yang

menimbulkan atau tidak

menimbulkan halusinasi

2. Pasien dapat

mengontrol

halusinasinya

Setelah 5x interaksi pasien

menyebutkan:

1. Tindakan yang biasanya

dilakukan untuk mengendalikan

halusinasinya

2. Pasien dapat menyebutkan cara

baru mengontrol halusinasinya

3. pasien dapat memilih cara untuk

mengendalikan halusinasinya

4. pasien melaksankan cara yang

dipilih untuk mengendalikan

halusinasinaya

5. pasien mengikutsertakan terapi

1. Identifikasi bersama klien

cara yang dilakukan jika

terjadi halusinasi

2. Diskusikan cara cara yang

digunakan pasien:

a. Jika cara yang

diguanakan adaptif beri

pujian

b. Jika cara yang

digunakan maladaptive

diskusikan kerugian

cara tersebut

3. Diskusikan cara baru untuk

aktivitas kelompok memutuskan/mengontrol

timbulnya halusinasi

a. Katakan pada diri sendiri

bahwa itu tidak nyata

(“Saya tidak mau

dengar/lihat/penghidu/ra

ba/kecap pada saat

halusinasi terjadi)

b. Menemui orang lain atau

perawat/teman/anggota

keluarga untuk

menceritakan tentang

halusinasinaya

c. Membuat dan

melaksanakan jadwal

yang telah disusun

d. Meminta

keluarga/teman/perawat

untuk menyapa jika

terjadi halusinasi

4. Bantu pasien memilih cara

yang sudah dinjurkan dan

latih untuk mencobanya

5. Beri kesempatan klien

untuk melakukan cara yang

sudah dipilih dan dilatih

jika berhasil diberi pujian

6. Anjurkan pasien mengikuti

terapi aktivitas kelompok

3. Pasien dapat

dukungan dari

keluarga dalam

mengontrol

halusinasinya

Setelah 5x pertemuan keluarga

menyatakan setuju untuk

mengikuti pertemuan dengan

perawat,

keluarga mempu menyebutkan

pengertian, tanda dan gejala,proses

terjadinya halusinasi

1. Buat kontrak dengan

keluarga untuk pertemuan

(waktu, tempat dan topik)

2. Diskusikan dengan keluarga

(pada saat pertemuan

keluarga/kunjungan rumah)

a. Pengertian halusinasi

b. Tanda dan gejala

halusinasi

c. Obat-obatan untuk

halusinasi

d. Cara yang dapat

dilakukan pasien dan

keluarga untuk

memutuskan halusinasi

e. Cara merawat anggota

keluaraga yang

halusinasi dirumah

(Beri kegiatan

berpergian bersama

serta pantau obat-

obatan dan cara

pemberianya untuk

mengatasi halusinasi)

4. Pasien dapat

memanfaatkan

obat dengan baik

Setelah 5x interaksi pasien dapat

menyebutkan:

1. Pasien dapat

mendemonstrasikan

1. Diskusikan dengan pasien

tentang manfaat dan

kerugian tidak minum obat

( Nama, warna, dosis, cara,

pengguanaan obat dengan

benar

2. Pasien dapat menyebutkan

akibat berhenti minum obat

efek terapi, dan efek

samping)

2. Pantau pasien pada saat

minum obat

3. Beri pujian jika pasien

menggunakan obat dengan

benar

4. Diskusikan akibat berhenti

minum obat tanpa

konsultasi dengan dokter

5. Anjurkan pasien untuk

konsultasi kepada dokter

atau perawat jika terjadi hal

yang tidak diinginkan

VI. Referensi

Carpenito, L.J. (2006). Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan (Edisi 2). Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC.

Dalami, E, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial. Jakarta: Trans Info Media.

Purba dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press

Stuart, Gail W. ( 2006 ). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.