95728598 laporan praktikum isolasi dna
DESCRIPTION
biomolTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI 1
ISOLASI DNA
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3 (A)
1. Nur’azmi Ayuningtyas (I11111009)
2. Prisa Dwicahmi (I11111010)
3. Heriyanto Andreas (I11111019)
4. Leo Rinaldi (I11111023)
5. Isma Resti Pratiwi (I11111029)
6. Agnes Widyaningsih (I11111008)
7. Syarifi (I11111072)
8. Maria Enjelina (I11111077)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
ii
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
berkat, rahmat, dan hidayah-Nya lah, laporan modul Biologi Molekuler ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Pembuatan laporan ini berguna untuk memenuhi tugas terstruktur
modul Modul Biologi Molekuler dalam semester Genap pada program studi
Pendidikan Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Pada proses penulisan laporan ini sampai dengan selesainya, penulis
banyak mendapatkan bantuan berupa dorongan dari semua pihak, maka pada
kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. dr. Delima Fajar Liana, selaku koordinator penanggung jawab modul.
2. dr. Virhan Novianry, selaku narasumber dalam modul ini.
3. Kak Lala, selaku asisten laboratorium.
4. Orang tua penulis yang selalu memberi semangat dari jauh dan do’a.
5. Teman-teman penulis yang telah memberi banyak saran dan dorongan
bagi penulis.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sebagai manusia biasa, tentu tak luput dari
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan laporan ini. Maka dari itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan penulisan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua. Amin.
Pontianak, Mei 2012
iii
Penulis
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
LATAR BELAKANG 1
TUJUAN 1
MANFAAT 2
BAB II DASAR TEORI 3
SALIVA 3
DNA 5
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 7
ALAT DAN BAHAN 7
CARA KERJA 7
BAB IV HASIL PRAKTIKUM 10
BAB V PEMBAHASAN 11
BAB VI KESIMPULAN 16
DAFTAR PUSTAKA 17
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sampai awal tahun 70an, DNA merupakan molekul seluler yang paling
sulit dianalisis, karena strukturnya yang panjang dan secara kimiawi monoton.
Sebagai materi genetik suatu organisme, nukleotida hanya dapat dianalisis secara
tidak langsung melalui analisis urutan protein dan RNA melalui analsis genetik.
Kini menjadi hal yang mungkin untuk mengisolasi suatu region spesifik dari suatu
genome, yaitu total informasi genetik yang dimiliki oleh suatu organisme; dan
untuk memproduksi jumlah kopi yang tidak terbatas dari region tersebut, atau
untuk mendeterminasi urutan nukleotida dari region tersebut hanya dalam
semalam, dengan kecepatan pembacaan 1000 nukleotida per detik.
DNA memiliki struktur pilinan utas ganda yang anti pararel dengan
komponen-komponennya, yaitu gula pentosa (deoksiribosa), gugus fosfat dan
pasangan basa. Sebuah sel memiliki DNA yang merupakan materi genetik dan
bersifat herediter pada seluruh sistem kehidupan. Genom adalah set lengkap dari
materi genetik (DNA) yang dimiliki suatu organisme dan terorganisasi menjadi
kromosom. DNA juga dapat diisolasi, baik pada manusia maupun tumbuhan. DNA
manusia dapat diisolasi melalui saliva..
Isolasi DNA merupakan langkah yang tepat untuk mempelajari DNA.
Prinsipnya ada dua, yaitu sentrifugasi dan presipitasi. Sentrifugasi merupakan
teknik untuk memisahkan campuran berdasarkan berat molekul komponennya.
Molekul yang mempunyai berat molekul besar akan berada di bagian bawah
tabung dan molekul ringan akan berada pada bagian atas tabung.
Hasil sentrifugasi akan menunjukkan dua macam fraksi yang terpisah, yaitu
supernatan pada bagian atas dan pelet pada bagian bawah (Campbell dkk. 2002:
115). Presipitasi merupakan langkah yang dilakukan untuk mengendapkan suatu
komponen dari campuran. Pada praktikum kali ini, kami akan mencoba untuk
mengisolasi DNA pada saliva.
1.2. Tujuan
2
Praktikum ini bertujuan untuk mengisolasi DNA dari saliva dengan
menggunakan kit Wizard® Genomic DNA Purification.
1.3. Manfaat
Memberikan kesempatan kepada Mahasiswa Untan untuk menerapkan
pengetahuan mereka dalam isolasi DNA.
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1. SALIVA
Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi
dan diekskresikan oleh kelenjar saliva dan dialirkan ke dalam rongga mulut
melalui suatu saluran. Saliva terdiri dari 98% air dan selebihnya adalah elektrolit,
mukus dan enzim-enzim. Saliva diekskresi hingga 0.5 – 1.5 liter oleh tiga kelenjar
liur mayor dan minor yang berada di sekitar mulut dan tenggorokan untuk
memastikan kestabilan di sekitar rongga mulut.
KELENJAR SALIVA
Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan
sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut. Kelenjar saliva
mayor terdiri dari kelenjar parotis yang terletak dibagian bawah telinga
dibelakang ramus mandibula, kelenjar submandibularis yang terletak dibagian
bawah korpus mandibula dan kelenjar sublingualis yang terletak dibawah lidah.
Selain itu terdapat juga kelenjar saliva minor yang terdiri dari kelenjar labial,
kelenjar bukal, kelenjar Bladin-Nuhn, kelenjar Von Ebner dan kelenjar
Weber. 3,15,19.
KOMPOSISI SALIVA
Komponen-komponen saliva, yang dalam keadaan larut disekresi oleh
kelenjar saliva, dapat dibedakan atas komponen organik dan anorganik. Namun
demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum
karena pada saliva bahan utamanya adalah air yaitu sekitar 99.5%. Komponen
anorganik saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Kalium, Magnesium, Bikarbonat,
Khlorida, Rodanida dan Thiocynate (CNS), Fosfat, Potassium dan Nitrat.
Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim
amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, musin, vitamin C, beberapa
4
asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan
kortisol.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKRESI SALIVA
Kelenjar saliva memproduksi saliva hampir setengah liter setiap hari.
Beberapa faktor mempengaruhi sekresi saliva dengan merangsang kelenjar saliva
melalui cara-cara berikut:
1. Faktor mekanis yaitu dengan mengunyah makan yang keras atau permen
karet.
2. Faktor kimiawi yaitu melalui rangsangan seperti asam, manis, asin, pahit
dan pedas.
3. Faktor neuronal yaitu melalui sistem syaraf autonom baik simpatis maupun
parasimpatis.
4. Faktor Psikis yaitu stress yang menghambat sekresi saliva.
5. Rangsangan rasa sakit, misalnya oleh radang, gingivitis, dan pemakaian protesa
yang dapat menstimulasi sekresi saliva.
FUNGSI FISIOLOGI
Saliva mempunyai fungsi yang sangat penting untuk kesehatan rongga
mulut karena mempunyai hubungan dengan proses biologis yang terjadi dalam
rongga mulut. Secara umumnya saliva berperan dalam proses perlindungan pada
permukaan mulut, pengaturan kandungan air, pengeluaran virus-virus dan produk
metabolisme organisme sendiri dan mikro-organisme, pencernaan makanan dan
pengecapan serta diferensiasi dan pertumbuhan sel-sel kulit, epitel dan saraf.
FUNGSI NON FISIOLOGI
Saliva dapat berperan sebagai anti-kabut (anti-fog). Penyelam skuba selalu
melapisi kaca mata menyelam mereka dengan selapis tipis saliva untuk
menghidari kabut. Selain itu saliva juga berperan efektif sebagai agen pembersih
untuk memelihara lukisan. Cotton swab yang dilapisi saliva disapukan pada
lukisan untuk membuang kotoran yang melekat pada lukisan tersebut.
2.2. DNA
DNA adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan
berfungsi untuk mengatur perkembangan biologis seluruh bentuk kehidupan
secara seluler. DNA terdapat pada nukleus, mitikondria, dan kloroplas.
Perbedaan ketiganya adalah DNA nukleus berbentuk linier dan berasosiasi
sangat erat dengan protein histon, sedangkan DNA mitokondria dan kloroplas
berbentuk sirkular dan tidak berasosiasi dengan protein histon. Selain itu DNA
mitokondria dan kloroplas memiliki ciri khas, yaitu hanya mewariskan sifat-sifat
yang berasal dari garis ibu. Sedangkan DNA nukleus memiliki pola pewarisan
sifat dari kedua orangtua. Dilihat dari organismenya, struktur DNA prokariot tidak
memiliki protein histon dan berbentuk sirkular, sedangkan DNA eukariot
berbentuk linier dan memiliki protein histon.
DNA memiliki struktur pilinan utas ganda yang anti pararel dengan
komponen-komponennya, yaitu gula pentosa (deoksiribosa), gugus fosfat dan
pasangan basa. Sebuah sel memiliki DNA yang merupakan materi genetik dan
bersifat herediter pada seluruh sistem kehidupan. Genom adalah set lengkap dari
materi genetik (DNA) yang dimiliki suatu organisme dan terorganisasi menjadi
kromosom. DNA juga dapat diisolasi, baik pada manusia maupun tumbuhan.
DNA manusia dapat diisolasi melalui darah. Komponen darah yang diisolasi yaitu
sel darah putih, karena memiliki nukleus dimana terdapat DNA didalamnya.
DNA terdapat pada seluruh jaringan dan cairan tubuh. Oleh karena itu
DNA genom dapat diisolasi dari semua bahan biologis yang mengandung sel
berinti, seperti darah, semen, rambut, tulang, liur dan lain-lain. Bahan yang paling
sering digunakan untuk tujuan isolasi DNA adalah darah dan rambut beserta
akarnya, karena kedua bahan tersebut relatif mudah diperoleh.
Darah (whole blood) dan sumsum tulang mamalia mengandung baik sel-
sel berinti (sel darah putih) maupun sel-sel tidak berinti (sel darah merah). Untuk
mengisolasi DNA dari darah dan sumsum tulang, sel darah merah yang tidak
mengandung DNA genom harus dilisiskan dahulu agar dapat dipisahkan dari sel
darah putih. Sel-sel darah putih yang sudah dipisahkan kemudian dilisiskan
dengan bantuan bahan pengawet DNA yaitu, deterjen anionik yang dapat
melarutka komponen seluler. Bahan pengawet DNA juga dapat mengurangi
6
aktivitas Dnase yang terdapat di dalam sel. Bila perlu dapat ditambahkan Rnase
untuk menyingkirkan kontaminasi RNA.
7
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Alat dan bahan
3.1.1. Alat
1. Microcentrifuge tube 1,5 ml
2. Micropipet 0,5 - 10 µl,10 - 100 µl,100 – 1000 µl
3. Tip biru
4. Tip kuning
5. Tip putih
6. Vortex
7. Microcentrifugator
8. Inkubator
9. Spuit disposable 5 ml
3.1.2. Bahan
1. Wizard ® Genomic DNA purification kit 100 isolations A1120, yang
terdiri dari:
a. Cell lysis solution
b. Nuclei Lysis solution
c. Protein precipitation solution
d. DNA Rehydration Solution
2. RNase Solution
3. Isopropanol
4. Alkohol 70%
5. Saliva
3.2. Cara Kerja
1. Masukan 90 µl cell lysis solution ke dalam tabung microcentrifuge steril
2. Tambahkan 300 µl sel mukosa pipi dan tabung diputar bolak-balik 5-6
kali untuk homogenasi
8
3. Inkubasi campuran diatas selama 10 menit dalam suhu ruang (bolak –
balik 2-3 kali selama inkubasi)
4. Sentrifugasi dengan kecepatan 13.000 rpm pada suhu ruang selama 2
menit
5. Buang supernatan tanpa menganggu pellet
6. Tambahkan 600 µl cell lysis solution ke pellet dan vortex sebentar
7. Ulangi tahap 4 dan 5 sampai pellet terlihat putih
8. Tambahkan 300 µl nuclei lysis solution ke pellet. Pipet larutan 5-6 kali
untuk melisiskan sel mukosa pipi dan inti sel. Larutan harus benar-benar
jadi kental. Jika masih terlihat butiran-butiran kecil setelah pencampuran,
inkubasi campuran tersebut pada suhu 37ºC sampai butiran tersebut
hilang.
9. Optional tambahkan 1,5 µl RNase solution dan campurkan dengan cara
membolak-balik tabung. Inkubasi campuran pada suhu 37ºC Selama 15
menit, lalu dinginkan pada suhu ruang.
10. Tambahkan 100 µl protein precipitation solution ke dalam lisate dan
vortex selama 20 detik. Setelah di vortex akan terlihat butiran-butiran
protein halus.
11. Sentrifugasi dengan kecepatan 13.000 rpm selama 4 menit pada suhu
ruang. Akan terlihat pellet dengan warna coklat terang. Bila supernatan
masih berwarna coklat, ambil supernatan tersebut, pindahkan ke tabung
microcentrifuge bersih, ulangi langkah 10 dan 11.
12. Pindahkan supernatan ke dalam tabung microcentrifuge bersih yang
sudah berisi 300 µl isopropanol.
13. Bolak-balik tabung secara perlahan sampai terlihat benang-benang putih
halus (DNA)
14. Untuk optimalisasi, simpan tabung pada suhu -20ºC selama 1 jam.
15. Sentrifugasi pada kecepatan 13.000 rpm pada suhu ruang selama 3
menit akan terlihat pellet putih
16. Buang supernatan, cuci dengan 400 µl alcohol 70% dingin
17. Sentrifugasi dengan kecepatan 13.000 rpm selama 3 menit pada suhu
ruang, sampai DNA berubah menjadi transparan.
18. Buang supernatan, kering anginkan DNA pada suhu ruang.
19. Larutkan DNA dengan 100 µl rehydration solution
9
20. Rehidrasi DNA pada suhu 65ºC selama 1 jam atau suhu 4ºC Overnight
21. Simpan DNA pada suhu -20ºC
10
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
Sampel diambil dari Ibu. Pada tahap ke lima praktikum setelah
disentrifugasi dengan kecepatan 13.000 rpm selama 2 menit didapatkan sedikit
pelet di dasar tabung falcon. Pada tahap ke delapan karena masih terdapat
butiran-butiran kecil setelah pencampuran( Nuclei Lysis Solution 300µl ke pellet)
maka larutan diinkubasi pada inkubator selama 10 menit hingga butirannya
hilang. Pada tahap ke sepuluh setelah penambahan 100 µl protein precipitation
solution ke larutan dan di vortex selama 20 detik terlihat butiran-butiran protein
halus. pada tahap ke tiga belas setelah penambahan isopropanol dan tabung di
bolak-balik tidak terdapat benang-benang putih halus (DNA) pada praktikum
kelompok kami dikarenakan DNA nya tidak sebanyak sampel pada darah. Pada
tahap ke lima belas setelah disentrifugasi dengan kecepatan 13.000 rpm selama
3 menit terlihat pellet putih lalu supernatan dibuang pelletnya ditambah alkohol
70%. Terakhir DNA tersebut disimpan di suhu -20 oC untuk proses PCR dan
Elektroforesis nantinya.
11
BAB V
PEMBAHASAN
DNA adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan
berfungsi untuk mengatur perkembangan biologis seluruh bentuk kehidupan
secara seluler. DNA terdapat pada nukleus, mitokondria dan kloroplas.
Perbedaan di antara ketiganya adalah: DNA nukleus berbentuk linear dan
berasosiasi sangat erat dengan protein histon, sedangkan DNA mitokondria dan
kloroplas berbentuk sirkular dan tidak berasosiasi dengan protein histon. Selain
itu, DNA mitokondria dan kloroplas memiliki ciri khas, yaitu hanya mewariskan
sifat-sifat yang berasal dari garis ibu. Hal ini sangat berbeda dengan DNA
nukleus yang memiliki pola pewarisan sifat dari kedua orang tua. Dilihat dari
organismenya, struktur DNA prokariot berbeda dengan struktur DNA eukariot.
DNA prokariot tidak memiliki protein histon dan berbentuk sirkular, sedangkan
DNA eukariot berbentuk linear dan memiliki protein histon (Klug & Cummings
1994: 315–316; Raven & Johnson 2002: 94).
DNA memiliki struktur pilinan utas ganda yang antiparalel dengan
komponen-komponennya, yaitu gula pentosa (deoksiribosa), gugus fosfat, dan
pasangan basa. Pasangan basa pada DNA terdiri atas dua macam, yaitu basa
purin dan pirimidin. ‘Basa purin terdiri atas adenin (A) dan guanin (G) yang
memiliki struktur cincin-ganda, sedangkan basa pirimidin terdiri atas sitosin (C)
dan timin (T) yang memiliki struktur cincin-tunggal. Ketika Guanin berikatan
dengan Sitosin, maka akan terbentuk tiga ikatan hidrogen, sedangkan ketika
Adenin berikatan dengan Timin maka hanya akan terbentuk dua ikatan hidrogen.
Satu komponen pembangun (building block) DNA terdiri atas satu gula pentosa,
satu gugus fosfat dan satu pasang basa yang disebut nukleotida (Lewis 2003:
176–178). Sebuah sel memiliki DNA yang merupakan materi genetik dan bersifat
herediter pada seluruh sistem kehidupan. Genom adalah set lengkap materi
genetik (DNA) yang dimiliki suatu organisme dan terorganisasi menjadi
kromosom. (Human Genome Project 2005: 1)
12
DNA juga dapat diisolasi, baik pada manusia maupun pada tumbuhan. DNA
manusia dapat diisolasi melalui saliva. Saliva terdiri atas Komponen anorganik
saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Kalium, Magnesium, Bikarbonat, Khlorida,
Rodanida dan Thiocynate (CNS), Fosfat, Potassium dan Nitrat. Sedangkan
komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase,
maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, musin, vitamin C, beberapa asam
amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol.
DNA adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan berfungsi
untuk mengatur perkembangan biologis seluruh bentuk kehidupan secara seluler.
Dilihat dari organismenya, struktur DNA prokariot berbeda dengan struktur DNA
eukariot. DNA prokariot tidak memiliki protein histon dan berbentuk sirkular,
sedangkan DNA eukariot berbentuk linear dan memiliki protein histon. Pada
isolasi DNA, pengerjaannya harus sangat hati-hati karena DNA sangat mudah
rusak oleh enzim DNAse yang terdapat pada kulit, saliva maupun air mata
pemeriksa. Oleh karena itu selama pengerjaan harus mengenakan sarung
tangan dan berbicara sesedikit mungkin. Buffer lysis dan Proteinase-K disini
dipakai sebagai reagen pelisis supaya komponen DNA dalam sitoplasma sel bisa
keluar dan diisolasi. Phenol digunakan untuk mengendapkan komponen protein
lain yang tidak dikehendaki sedangkan etanol 70% sebagai pencuci hasil isolasi.
Prinsip-prinsip dalam melakukan isolasi DNA ada 2, yaitu sentrifugasi dan
presipitasi. Prinsip utama sentrifugasi adalah memisahkan substansi
berdasarkan berat jenis molekul dengan cara memberikan gaya sentrifugal
sehingga substansi yang lebih berat akan berada di dasar, sedangkan substansi
yang lebih ringan akan terletak di atas. Teknik sentrifugasi tersebut dilakukan di
dalam sebuah mesin yang bernama mesin sentrifugasi dengan kecepatan yang
bervariasi, contohnya 2500 rpm (rotation per minute) atau 3000 rpm (Kimball
2005: 4; Lewiston 2002:1–3; LPCH 2005: 2).
Isolasi DNA memiliki beberapa tahapan, yaitu:
1. Melisiskan sel dengan cell lysis solution
2. Melisiskan inti dengan nuclei lysis solution juga menguraikan atau
merusakkan molekul RNA dengan Rnase solution
3. Mempresipitasikan protein dengan protein precipitation solution
4. Mengkonsentrasikan DNA genom yang diperoleh.
13
Tahap pertama yaitu melisiskan dinding dan membran sel dengan larutan
pelisis sel (cell lysis solution), putar bolak-balik 5-6 kali untuk homogenasi.
Setelah itu dilakukan inkubasi pada suhu ruangan selama 10 menit. Setelah
dilakukan inkubasi, saliva yang telah bercampur dengan pelisis sel tersebut lalu
disentrifugasi selama 1 menit dengan kecepatan 13000 rpm. Sentifugasi ini
bertujuan untuk memisahkan bagian sel dengan sitoplasma. Selanjutnya
supernatan yang terbentuk dibuang. Lanjutkan kembali dengan sentrifugasi
selama 1 menit dengan kecepatan 13000 rpm. Sentrifugasi kedua ini berfungsi
untuk memisahkan bagian DNA dari inti sel.
Tahap selanjutnya yaitu pelisisan inti sel menggunakan nuclei lysis solution,
larutan pelisis sel darah putih ini terdiri atas EDTA dan SDS (Sodium Dodecyl
Sulfate) yang berfungsi untuk merusak lipid pada membran sel sehingga leukosit
hancur (Rybicki & Purves 2005: 1; Harley 2005: 410).
Tahap selanjutnya yaitu purifikasi. Purifikasi bertujuan untuk membersihkan
sel dari zat-zat lainnya; Ke dalam larutan tadi kemudian diberikan RNAse dan
diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37°C. Hal tersebut bertujuan untuk
mengoptimalkan kerja enzim yang sangat dipengaruhi oleh temperatur.
Tahap berikutnya yaitu presipitasi; Tahap presipitasi dilakukan dengan cara
meneteskan larutan presipitasi protein (protein precipitation solution) dan
kemudian divortex selama 20 detik yang bertujuan untuk menghomogenkan
larutan. Larutan presipitasi protein terdiri atas amonium asetat yang jika berikatan
dengan protein mengakibatkan terbentuknya senyawa baru yang memiliki
kelarutan yang lebih rendah, sehingga menyebabkan protein mengendap.
Larutan tersebut kemudian disentrifugasi kembali selama 3 menit dengan
kecepatan 15000 rpm. Supernatan yang berisi DNA kemudian dituangkan ke
dalam tabung berisi isopropanol dingin. Pemberian isopropanol bertujuan untuk
visualisasi DNA. Selanjutnya tabung disentrifugasi kembali dengan kecepatan
13000 rpm. Hasil dari sentrifugasi adalah terdapatnya pelet DNA pada dasar
tabung. Keringkan DNA pada suhu ruang, kemudian larutkan DNA dengan
rehydration solution dengan maksud untuk mengawetkan DNA, kemudian
rehidrasi DNA pada suhu 650C selama 1 jam, dan simpan DNA dalam suhu -
200C(Harley 2005: 409–410; Lewiston 2002: 1–2).
4.3 Fungsi Bahan Praktikum
14
Isolasi DNA merupakan cara ataupun metode yang digunakan untuk
memisahkan DNA dari sel , baik dari inti, mitokondria, maupun kloroplas.
Kit Wizard DNA Purification (Promega) terdiri dari :
a. Cell lysis solution adalah senyawa larutan konsentrasi tinggi (hipertonis). Bila
bercampur dengan sel maka akan terjadi proses osmosis yang
mengakibatkan sel akan mengalami lisis
b. Nuclei lysis solution adalah senyawa yang mengandung detergen digunakan
untuk melisiskan barier sel secara kimia sebagai pengganti senyawa kimia
yang mampu merusak dinding dan membran sel. Karena pada detergen
mengandung sodium dodesil sulfat ( SDA ) yang dapat menyebabkan
hilangnya molekullipid pada membran sel sehingga struktur membrane akan
rusak dan melisiskan isi sel.
c. Protein Presipitation solution adalah senyawa yang mengandung amonium
asetat yang jika berikatan dengan protein mengakibatkan terbentuknya
senyawa baru yang memiliki kelarutan yang lebih rendah, sehingga
menyebabkan protein mengendap.
d. DNA rehydration solution berfungsi untuk pengawetan DNA
e. RNAse Solution adalah senyawa yang berisi enzim pemutus RNA.
Fungsi dari penambahan isopropanol yaitu untuk mengikat strand DNA yang
telah terkumpul. Strand strand DNA yang terikat oleh alkohol akan nampak
sebagai benang benang putih yang terapung diatas filtrat. Selain itu alkohol juga
berfungsi mempurifikasi DNA.
Alkohol 70 % yang ditambahkan dalam keadaan dingin, karena pada alcohol
yang dingin dapat membentu mempercepat proses mempurifikasi DNA. Selain itu
jika alkohol yang dingin yang diberikan maka konsentrasi DNA yang akan terikat
oleh alkohol tersebut akan semakin pekat.
4.4 Analisis Percobaan
DNA dapat diperoleh dari sel yang mengandung inti seperti pada sampel:
darah, serum/plasma, jaringan, akar rambut, sperma. Teknik utama dari isolasi
DNA adalah:
1. Penghancuran dinding sel.
2. Lisis sel dengan menggunakan deterjen keras (SDS atau Triton X).
15
3. Membersihkan debris sel dengan proteinase.
4. Pencucian dengan menggunakan alkohol.
Teknik isolasi DNA memiliki beberapa tahap, yaitu:
1. Penghancuran membran sel dengan Cell Lysis Solution (CLS)
2. Penghancuran membran inti dengan Nuclei Lysis Solution (NLS)
3. Pengendapan protein dengan Protein Precipitation Solution (PPS)
4. Pencucian DNA dengan isopropanol dan alkohol 70%
5. Rehidrasi DNA dengan Rehidration Solution
Tujuan sentrifugasi:
1. Sentrifuge pertama bertujuan untuk memisahkan nukleus dari sitoplasma
2. Sentrifuge kedua bertujuan untuk memisahkan DNA dari isi nukleus
Sentrifuge ketiga bertujuan untuk mengendapkan protein yang telah dipresipitasi
16
BAB VI
KESIMPULAN
Isolasi DNA merupakan tahap awal dalam proses identifikasi DNA,
sampel yang dapat diambil dalam isolasi dna bisa dari sel mukosa pipi ( Saliva )
dan darah vena, untuk pengindentifikasian haruslah teliti agar hasil yang
didapatkan bisa akurat.
17
DAFTAR PUSTAKA
Faatih, Mukhlissul. 2009. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi, Volume 10 No.
1; 61-67. Surakarta: UMS
Pedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI
Yuwono, Triwibowo. 2008. Biologi Molekuler. Jakarta : Penerbit Erlangga
Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Biologi Molekuler, FKUI, 2010-2011