inffark miokard akut
DESCRIPTION
lapuran pendahuluanTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFARK MIOKARD
AKUT
DISUSUN OLEH :
ANAN PRIHARIANTO
J210100102
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
INFFARK MIOKARD AKUT
A. PENGERTIAN
Infark miokard akut terjadi ketika iskemia miokard,yang biasanya timbul sebagai akibat
penyakit aterosklerosis arteri koroner, cukup untuk menghasilkan nekrosis inversibel otot
jantung. (Huan H Gray,dkk,2005,136)
Akut miokard infark adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan
pada arteri koroner. (www.tutorialkuliah.wordpres.com)
Infark miokardium adalah kematian sebagian otot jantung (miokard) secara mendadak
yang khas lebih dari 30 menit,tidak hilang dengan istirahat dan pemberian anti angina.
(www.teguhsubianto.blogspot.com)
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa infark miokard akut adalah
nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.
B. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer & Bare,2002 AMI disebabkan oleh karena aterosklerosis atau
penyumbatan total / sebagian oleh emboli dan atau thrombus adapun factor resiko yang
menyebabkan terjadinya AMI adalah :
1. Faktor resiko yang dapat diubah :
a. Mayor : - Merokok
- Hipertensi
- Obesitas
- Hiperlipidemia
- Hiperkolesterolemia
- Pola makan (diit tinggi lemak dan tinggi kalori)
b. Minor : - Stress
- Kepribadian tipe A (emosional,agresif dan ambivalen)
- Inaktivitas fisik
2. Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
a. Hereditas / keturunan
b. Usia lebih dari 40 tahun
c. RAS, insiden lebih tinggi pada orang berkulit hitam
d. Sex, lebih sering terjadi pada pria daripada wanita
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala infark miokard ( TRIAS ) adalah :
1. Nyeri :
a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak mereda, biasanya
diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai nyeri tidak tertahankan
lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu dan
terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan emosional),
menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan istirahat
atau nitrogliserin (NTG).
e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening atau
kepala terasa melayang dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena
neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor
(mengumpulkan pengalaman nyeri).
2. Laborat :
a. Pemeriksaan Enzim jantung :
- CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam,
memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
- LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
- AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam
24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
b. EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi
dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.Perubahan yang terjadi
kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
Skor nyeri menurut White :
0 = Tidak mengalami nyeri
1 = Nyeri pada satu sisi tanpa menggangu aktifitas
2 = Nyeri lebih pada satu tempat dan mengakibatkan terganggunya aktivitas,
misalnya kesulitan bangun dari tempat tidur.
D. PATOFISIOLOGI (Prise & Wilson,2005,590-593)
Infark miklard akut sering terjadi pada orang yang memiliki satu atau lebih factor resiko
seperti : obesitas, merokok, hipertensi, dll. Faktor-faktor ini menyebabkan interaksi fibrin
dan patelet sehingga menimbulkan cidera endotel pembuluh darah koroner. Interaksi
tersebut menyebabkan invasi dan akumulasi lipid yang akan membentuk plak fibrosa.
Timbunan plak menimbulkan lesi komplikata yang dapat menimbulkan tekanan pada
pembuluh darah dan apabila rupture dapat terjadi thrombus. Thrombus yang menyumbat
pembuluh darah menyebabkan aliran darah berkurang, sehingga suplai O2 yang diangkut
darahkejaringan miokardium berkurang yang berakibatpenumpukan asam laktat. Asam
laktat yang meningkat menyebabkan nyeri dan perubahan PH endokardium yang
menyebabkan perubahanelektro fisiologi endokardium, yang pada akhirnya menyebabkan
perubahan sistem konduksi jantung sehingga jantung mengalami disritmia.Iskemik yang
berlangsung lebih dari 30 menit menyebabkan kerusakan otot jantung yang ireversibel dan
kematian otot jantung (infark). Miokardium yang mengalami kerusakan otot jantung atau
nekrosis tidak lagi dapat memenuhi fungsi kontraksi dan menyebabkan keluarnya enzim dari
intrasel ke pembuluh darah yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Otot
jantung yang infark mengalami perubahan selama penyembuhan. Mula-mula otot jantung
yang mengalami infark tampak memar dan siarotik karena darah di daerah sel tersebut
berhenti. Dalam jangka waktu 2 4 jam timbul oedem sel-sel dan terjadi respon peradangan
yang disertai infiltrasi leukosit.Infark miokardium akan menyebabkan fungsi vertrikel
terganggu karena otot kehilangan daya kontraksi. sedang otot yang iskemik disekitarnya
juga mengalami gangguan dalam daya kontraksi secara fungsional infark miokardium akan
mengakibatkan perubahan-perubahan pada daya kontraksi, gerakan dinding abnormal,
penurunan stroke volume, pengurangan ejeksi peningkatan volume akhir sistolik dan
penurunan volume akhir diastolik vertrikel.Keadaan tersebut diatas menyebabkan kegagalan
jantung dalam memompa darah (jatuh dalam dekompensasi kordis) dan efek jantung ke
belakang adalah terjadinya akumulasi cairan yang menyebabkan terjadinya oedem paru-paru
dengan manifestasi sesak nafas. Sedangkan efek ke depan terjadinya penurunan COP
sehingga suplay darah dan oksigen sistemik tidak adekuat sehingga menyebabkan
kelelahan.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Huan H Gray dkk,2005,138-141)
1. Elektrokardiografi (EKG) Adanya elevasi segmen ST pada sadapan tertentu
a. Lead II, III, aVF : Infark inferior.
b. Lead V1-V3 : Infark anteroseptal.
c. Lead V2-V4 : Infark anterior.
d. Lead 1, aV L, V5-V6 : Infark anterolateral.
e. Leada I, aVL : Infark high lateral.
f. Lead I, aVL, V1-V6 : Infark anterolateral luas.
g. Lead II, III, aVF, V5-V6 : Infark inferolateral Adanya Q valve patologis pada sadapan
tertentu.
2. Ekokardiogram
Digunakan untuk mengevaluasi lebih jauh mengenai fungsi jantung khususnya fungsi
vertrikel dengan menggunakan gelombang ultrasoouns.
3. Laboratorium
Peningkatan enzim CK-MB, CK 3-8 jam setelah sernagan puncaknya 10-30 gram
dan normal kembali 2-3 hari- Peningkatan LDH setelah serangan puncaknya 48-172 jam
dan kembali normal 7-14 hari- Leukosit meningkat 10.000 – 20.000 kolesterol atau
trigliserid meningkat sebagai akibat aterosklerosis.
4. Foto thorax roentgen
Tampak normal, apabila terjadi gagal jantung akan terlihat pada bendungan paru
berupa pelebaran corakan vaskuler paru dan hipertropi ventrikel.
5. Percutaneus Coronary Angiografi (PCA)
Pemasangan kateter jantung dengan menggunakan zat kontras dan memonitor x-
ray yang mengetahui sumbatan pada arteri koroner.
6. Tes Treadmill
Uji latih jantung untuk mengetahui respon jantung terhadap aktivitas.
F. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
a. Vasodilator
Vasodilator pilihan untuk mengurangi nyeri jantung adalah nitroglycerin baik
secara IV maupun secara sublingual. Efek ssamping vasodilator yaitu dapat
menurunkan preload beban kerja jantung dan afterload.
b. Antikoagulan heparin
Adalah antikoagulan pilihan utama, heparin bekerja memperpanjang waktu
pembekuan darah sehingga mencegah pembentukan thrombus.
c. Trombolitik
Untuk melarutkan thrombus yang telah terbentuk di arteri koroner, memperkecil
penyumbatan dan meluasnya infark, trombolitik yang biasa digunakan adalah
streptokinase, aktifalti plasminogen jaringan (5-14) dan amistriptelase.
d. Analgetik
Pemberian dibatasi hanya untuk pasien yang tidak efektif dengan pemberian nitrat
dan antikoagulan, analgetik pilihan adalah morfin sulfaat secara IV.
2. Pemberian sediaan O2 sesuai dengan kebutuhan atau kondisi.
3. Bed rest bertahap sesuai dengan kondisi.
4. Tindakan / intervensi pembedahan (medis)
a. Percutaneus coronary intervensi (PCI)
Dilakukan biasanya bersama PTCA / sesuai dengan kondisi pasien, dengan
menggunakan kateterisasi jantung plak ateroma atau thrombus penyebab penyumbatan
pada arteri koroner di pecah dan dilarutkan pembuangan sehingga dapat memperbaiki
vaskularisasi.
b. Revaskularisasi coroner
Intervensi bedah jantung dengan melakukan tandur pintas arteri koroner.
G. KOMPLIKASI
Menurut Huan H Gray,2005 komplikasi dari Infark Miokard Akut adalah :
1. Aritmia
2. Syok kardiogenik
3. Regurgitasi mitral akut
4. Defek septum ventrikel
5. Rupture dinding bebas
6. Tromboemboli sisitemik
7. Emboli paru
8. Perikarditis dan sindrom pasca infark miokard
9. Aneurisma ventrikel kiri
B. PATHWAY / ALUR MASALAH
C. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Fokus pengkajian
a. Aktivitas
Gejala : kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap.
Tanda : takikardi, dispnea pada istirahat atau aktifitas.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah,
diabetes mellitus.
Tanda :
1) Tekanan darah
Dapat normal atau tidak, perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau
berdiri.
2) Nadi
Dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah atau kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratur ( disritmia ).
3) Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau
penurunan kontraktilitas atau complain ventrikel.
4) Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung.
5) Friksi : dicurigai perikarditis
6) Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
7) Edema
Distensi vena juguler, esema dependent, perifer, edema umum, krekles mungkin
ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
8) Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar, pada membran mukosa dan bibir.
c. Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi, takut mati, perasaan ajal
sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan yang tak perlu, kuatir tentang
keluarga, kerja dan keuangan.
Tanda : menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, focus pada diri sendiri atau nyeri.
d. Eliminasi
Tanda : normal atau bunyi usus menurun
e. Makanan atau cairan
Gejala : mual, kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar.
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering atau berkeringat, muntah, perubahan
berat badan.
f. Hygiene
Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan.
g. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istirahat)
Tanda : perubahan mental, kelemahan.
h. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
1) Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tak berhubungan dengan
aktivitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.
2) Lokasi : tipikal pada dada anterior, substernal, prekordia dapat menyebar ke
tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrum, siku, rahang,
abdomen, punggung, leher.
3) Kualitas : “ chrushing “, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
4) Intensitas : biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri paling buruk
yang pernah di alami.
Catatan : nyeri mungkin tak ada pada pasien pascaoperasi, dengan diabetes mellitus
atau hipertensi atau lansia.
Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang,
menggeliat, menarik diri, kehilangan kontak mata, respon otomatis perubahan
frekuensi atau irama jantung, tekanan darah, pernafasan, warna kulit atau
kelembaban, kesadaran.
i. Pernafasan
Gejala : dispnea dengan atau tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk dengan atau tanpa
produksi sputum, riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak atau kuat, pucat atau sianosis,
bunyi nafas bersih atau krekels atau mengi, sputum bersih merah muda kental.
j. Interaksi sosial
Gejala : stress saat ini contoh kerja, keluarga, kesulitan koping dengan stressor
yang ada, contoh penyakit, perawatan di rumah sakit.
Tanda : kesulitan istirahat dengan tenang, respon terlalu emosi ( marah terus menerus,
takut ), menarik diri dari keluarga.
k. Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga penyakit jantung atau IM, diabetes, stroke, hipertensi,
penyakit vaskuler perifer, penggunaan tembaga.
2. Fokus Intervensi
Dengan melihat alur akut miokard infark, maka ada beberapa diagnosa
keperawatan yang muncul yaitu :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
Tujuan : pola nafas dapat efektif
Kriteria hasil :
1) Tidak terjadi dispnea, takikardi, gelisah
2) Sesak nafas hilang
3) RR : 18 – 24 x/mnt
4) HR : 80 – 100 x/mnt
Intervensi dan rasionalisasi :
1) Kaji keadaan umum klien
Rasionalnya : untuk mengetahui kondisi dan perkembangan klien selama dirawat
di Rumah Sakit.
2) Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
Rasionalnya : memudahkan untuk memantau tanda- tanda vital pada klien.
3) Berikan terapi O2 sesuai program
Rasionalnya : pemberian oksigen dapat meningkatkan oksigen arterial dan
mencegah terjadinya hipoksia.
4) Berikan posisi yang nyaman ( semi fowler )
Rasionalnya : klien merasa nyaman dan memudahkan jalan nfas atas paten.
b. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
koroner.
Tujuan : nyeri berkurang atau sampai hilang
Kriteria hasil :
1) Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke1
2) Ekpresi wajah rileks / tenang, tak tegang
3) Tidak gelisah
4) Nadi : 60-100 x / menit
5) TD : 120/ 80 mmHg
Intervensi dan rasionalisasi :
1) Kaji nyeri pada klien
Rasionalnya : mengetahui sejauh mana nyeri yang terjadi pada klien.
2) Berikan lingkungan yang nyaman
Rasionalnya : Menurunkan rangsang eksternal yang dapat memperburuk keadaan
nyeri yang terjadi.
3) Bantu melakukan tehnik relaksasi (nafas dalam atau perlahan, distraksi, visualisasi,
bimbingan imaginasi).
Rasionalnya : Membantu menurunkan persepsi respon nyeri dengan
memmanipulasi adaptasi fisiologis terhadap nyeri
4) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.
Rasionalnya : Menurunkan nyeri hebat pada fase akut atau nyeri berulang,
mengontrol nyeri, meningkatkan sirkulasi koroner dan kolateral, menurunkan
preload dan kebutuhan oksigen miokard.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai O2miokard dengan
kebutuhan tubuh.
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktivitas
Kriteria hasil :
1) Klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan klien
2) Frekuensi jantung 60-100 x/ menit
3) TD 120-80 mmHg
Intervensi dan rasionalisasi :
1) Pantau nadi, irama dan perubahan tekanan darah pada klien selama dan sesudah
aktifitas .
Rasionalnya : Menentukan respon klien terhadap aktifitas
2) Batasi aktifitas (tingkatkan istirahat).
Rasionalnya : Menurunkan kerja miokard atau konsumsi oksigen, menurunkan
resiko komplikasi
3) Batasi pengunjung sesuai keadaan klien
Rasionalnya : Keterlibatan dalam pembicaraan panjang dapat melelahkan klien
tetapi kunjungan orang penting dalam suasana tenang bersifat terapeuti.
4) Bantu ADL klien
Rasionalnya : Mencegah aktifitas berlebihan sesuai dengan kemampuan kerja
jantung
d. Kecemasan berhungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan dan status sosial
ekonomi, ancaman kematian.
Tujuan : cemas hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
1) Klien tampak rileks
2) Klien dapat beistirahat
3) TTV dalam batas normal
Intervensi dan rasionalisasi :
1) Pantau respon verbal dan non verbal yang menunjukkan kecemasan klien.
Rasionalnya : untuk mengetahui tingkat kecemasan klien terhadap situasi yang
sedang dihadapinya.
2) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan marah, cemas atau takut terhadap
situasi krisi yang dialaminya
Rasionalnya : Respon klien terhadap situasi ima bervariasi dapat berupa cemas atau
takut terhadap ancaman kematian, cemas terhadap ancaman kehilangan pekerjaan,
perubahan peranan sosial, dsb
3) Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan
Rasionalnya : Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat
menurunkan kecemasan / rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu
klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi
4) Kolaborasi pemberian agen terapeutik anti cemas atau sedative sesuai indikasi
Rasionalnya : Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan
e. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, dan
konduksi listrik jantung, penurunanpreload atau peningkatan tahanan vaskuler
sistemik, infark atau diskinetik miokard, kerusakan structural seperti aneurisma dan
kerusakan sputum.
Tujuan : curah jantung membaik atau stabil
Kriteria hasil :
1) Tidak ada edema
2) Tidak ada disritmia
3) Haluaran urin normal
4) TTV dalam batas normal
Intervensi dan rasionalisasi :
1) Pantau TD, HR, dan nadi, periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila
memungkinkan).
Rasionalnya : Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari disfungsi ventrikel,
hiperfusi miokard, dan rangsangan vagal. Sebaliknya, hipertensi juga banyak
terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri, cemas, peningkatan
kotekolamin dan atau masalah vaskuler sebelumnya. Hipotensi ortostik
berhubungan dengan komplikasi GJK. Penurunan curah jantung ditunjukkan pleh
denyut nadi yang lemah dan HR yang meningkat
2) Auskultasi adanya S3,dan S4 dan adanya murmur.
Rasionalnya : S3 dihubaungkan dengan GJK, regurgitasi mitral, peningkatan kerja
ventrikel kiri yang disertai infark yang berat. S4mungkin berhubungan dengan
iskemia miokardia, kekakuan ventrikel dan hipertensi murmur menunjukkan
gangguan aliran darah normal dalam jantung seperti pada kelainan pada katub
jantung, kerusakan septum / vibrasi otot papilar.
3) Auskultasi bunyi nafas
Rasionalnya : Krekels menunjukkan kongesti paru yang mungkin terjadi karena
penurunan fungsi miokard.
4) Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah
Rasionalnya : Makan dalam volume yang besar dapat meningkatkan kerja
miokard dan memicu rangsang vagal yang mengakibatkan terjadinya bradikardia.
5) Kolaborasi pemberian O2 sesuai dengan kebutuhan klien
Rasionalnya : Meningkatkan suplai O2 untuk kebutuhan miokard dan menurunkan
iskemia.
6) Pertahankan patensi IV-lines / heparin-lok sesuai indikasi
Rasionalnya : Jalur IV yang paten penting untuk pemberian obat darurat bila
terjadi disritmia / nyeri dada berulang.
7) Bantu pemasangan / pertahankan patensi pacu jantung bila digunakan
Rasionalnya : Pacu jantung mungkin meruapakan tindakan dukungan sementara
dalam fase akut atau mungkin diperlukan secara permanen pada infark luas /
kerusakan sisitem konduksi
f. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan atau sumbatan aliran
koroner.
Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang atau tidak meluas
Kriteria hasil :
1) Daerah perifer hangat
2) Tak sianosis
3) gambaran EKG tak menunjukan perluasan infark
4) RR : 16-24 x/ menit
5) tak terdapat clubbing finger
6) kapiler refill 3-5 detik
7) nadi : 60-100x / menit
8) TD : 120/80 mmHg
Intervensi dan rasionalisasi :
1) Pantau perubahan kesadaran
Rasionalnya : Perfusi cerebral sangat dipengaruhi oleh curah jantung disamping
kadar elektrolit dan variasi asam basa, hipoksia/ emboli sisitemik.
2) Pantau tanda-tanda vital klien
Rasionalnya : Penurunan curah jantung menyebabkan vasokonstriksi sisitemik
yang dibuktikan oleh penuruna fungsi perifer (kulit) dan penurunan denyut nadi
3) Pantau fungsi gastrointestinal (anoreksia, bising usus menurun, mual muntah)
Rasionalnya : Penurunan sirkulasi ke mesentrium dapat menimbulkan disfungsi
gastrointestinal
4) Pantau asupan cairan dan keluaran cairan
Rasionalnya : Asupan cairan yang tidak adekuat dapat menurunkan volume
sirkulasi yang berdampak negatif terhadap perfusi dan fungsi ginjal dan oragan
lainnnya. BJ urine merupakan indikator status hidarsi dan fungsi ginjal
5) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium
Rasionalnya : Penting sebagai indicator perfusi atau fungsi organ
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian agen terapeutik sesuai indikasi
Rasionalnya : untuk memecahkan bekuan dan memperbaiki perfusi miokardium.
g. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan
natrium atau retensi air, peningkatan hidrostatik atau penurunan protein plasma.
Tujuan : keseimbangan cairan dapat dipertahankan
Kriteria hasil :
1) Tekanan darah dalam batas normal
2) Tak ada distensi vena perifer/ vena dan edema dependen
3) Paru bersih
4) Berat badan ideal (BB idealTB –100 ± 10 %)
Intervensi dan rasionalisasi :
1) Auskultasi bunyi napas terhadap adanya krekels
Rasionalnya : Indikasi terjadinya edema paru sekunder akibat dekompensasi
jantung.
2) Pantau adanya DVJ dan edema anasarka
Rasionalnya : Dicurigai adanya GJK atau kelebihan volume cairan (overhidrasi).
3) Hitung keseimbangan cairan dan timbang berat badan setiap hari bila tidak
kontraindikasi
Rasionalnya : Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal,
retensi natrium/air dan penurunan haluaran urine. Keseimbangan cairan positif
yang ditunjang gejala lain (peningkatan BB yang tiba –tiba) menunjukkan
kelebihan volume cairan / gagal jantung.
4) Pertahankan asupan cairan total 2000 ml/24 jam dalam batas toleransi
kardiovaskuler
Rasionalnya : Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi tetap
disesuaikan dengan adanya dekompensasi jantung.
5) Kolaborasi pemberian diet rendah natrium
Rasionalnya : Natrium mengakibatkan retensi cairan sehingga harus dibatasi
6) Kolaborasi pemberian diuretik sesuia indikasi (Furosemid/Lasix, Hidralazin/
Apresoline, Spironlakton/ Hidronolak-ton/Aldactone)
Rasionalnya : Diuretik mungkin diperlukan untuk mengoreksi kelebihan volume
cairan.
7) Pantau kadar kalium sesuai indikasi.
Rasionalnya : Hipokalemia dapat terjadi pada terapi diuretik yang juga
meningkatkan pengeluaran kalium
h. Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) berhubungan dengan
kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung atau
implikasi penyakit jantung dan perubahan status kesehatan yang akan datang.
Tujuan : pengetahuan klien tentang kondisi penyakitnya menguat
Kriteria hasil :
1) Menyatakan pemahaman tentang penyakit jantung, rencana pengobatan, tujuan
pengobatan & efek samping / reaksi merugikan.
2) Menyebutkan gangguan yang memerlukan perhatian cepat.
Intervensi dan rasionalisasi :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien/orang terdekat dan kemampuan/ kesiapan belajar
klien
Rasionalnya : Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan
mental klien.
2) Berikan informasi dalam berbagai variasi proses pembelajaran. (Tanya jawab,
leaflet instruksi ringkas, aktivitas kelompok)
Rasionalnya : Meningkatkan penyerapan materi pembelajaran.
3) Berikan penekanan penjelasan tentang faktor risiko, pembatasan diet/ aktivitas, obat
dan gejala yang memerlukan perhatian cepat/ darurat.
Rasionalnya : Memberikan informasi terlalu luas tidak lebih bermanfaat daripada
penjelasan ringkas dengan penekanan pada hal-hal penting yang signifikan bagi
kesehatan klien.
4) Peringatkan untuk menghindari aktivitas isometrik, manuver Valsava dan aktivitas
yang memerlukan tangan diposisikan di atas kepala.
Rasionalnya : Aktivitas ini sangat meningkatkan beban kerja miokard dan
meningkatkan kebutuhan oksigen serta dapat merugikan kontraktilitas yang dapat
memicu serangan ulang.
5) Jelaskan program peningkatan aktivitas bertahap (Contoh: duduk, berdiri, jalan,
kerja ringan, kerja sedang)
Rasionalnya : Meningkatkan aktivitas secara bertahap meningkatkan kekuatan
dan mencegah aktivitas yang berlebihan. Di samping itu juga dapat meningkatkan
sirkulasi kolateral dan memungkinkan kembalinya pola hidup normal.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C. Long. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan). Alih bahasa : Yayasan Ikatan alumsi Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung. Cetakan I.
Callaham, Barton & Scumaker. (1997). Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan Gawat Darurat Medis. Cetakan I. Alih bahasa : Widjaja Kusuma Editor : Lyndon Saputra. Binarupa Aksara. Jakarta.
Doenges Marilynn E, Mary Frances Moorhouse & Alice C. Geissler. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. Editor : Monica Ester, Yasmin Asih. Cetakan I, Edisi 3. EGC. Jakarta.
Mansjoer Arif dkk. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta.
Noer H. M Sjaifullah. (1999). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ketiga. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Price Sylvia Andersen & Lorraine M. Wilson. (1995). Pathofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Alih bahas : Peter Anugerah. Editor : Caroline Wijaya. Buku 1. Cetakan I. Edisi 4. EGC. Jakarta.
Samekto M Widiastuti. (2001). Infark Miokard Akut. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang
Smetzler Suzanne C & Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agus Waluyo dkk. Editor : Monica Ester dkk. Cetakan I. Edisi 8. EGC. Jakarta.
Stein Jay H. (2001). Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam. Alih bahasa : Edi Nugroho. Editor : Sugiarto Komala, Alexander H. Santoso. Cetakan I. Edisi 3. EGC. Jakarta.