hubungan komplikasi tindakan seksio sesarea dengan implantasi plasenta previa

10
78 HUBUNGAN KOMPLIKASI TINDAKAN SECTIO CAESAREA DENGAN IMPLANTASI PLASENTA PREVIA DI RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG PERIODE JANUARI–DESEMBER 2013 Rizki Febrina R 1 , Awan Nurtjahyo 2 , dan Siti Hildani Thaib 3 1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya 2. Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya 3. Departemen Biologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya Jl.Dr.Mohammad Ali Komplek RSMH KM.3,5, Palembang, 30216, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Plasenta previa merupakan kasus obstetris yang cukup sering dijumpai dengan gejala khas perdarahan antepartum. Akibat perdarahan antepartum tersebut, sebagian besar pasien plasenta previa harus diterminasi dengan cara sectio caesarea. Meskipun jarang menimbulkan kematian baik pada ibu maupun janin, plasenta previa tidak jarang menimbulkan komplikasi persalinan. Letak plasenta diduga memiliki pengaruh terhadap timbulnya komplikasi persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan komplikasi tindakan sectio caesarea dengan implantasi plasenta previa. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Sampel yang diteliti sebanyak 50 pasien diambil secara total sampling dari pasien yang memenuhi kriteria inklusi yang rekam mediknya tersedia di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari–Desember 2013. Dari 50 sampel yang diteliti, 28 sampel (56%) memiliki implantasi plasenta di dinding posterior uterus dan 22 lainnya (44%) di anterior. Berdasarkan uji chi-square didapatkan tidak ada hubungan lokasi implantasi plasenta dengan jumlah perdarahan saat operasi (p=0,103), atonia uteri (p=0,801), dan APGAR skor <7 (p=0,070). Namun, didapatkan hubungan yang bermakna antara lokasi implantasi plasenta previa dan transfusi darah (p=0,035). Kelompok anterior lebih banyak memerlukan transfusi darah dibanding kelompok posterior (OR=3,83 / CI 95%=1,06-13,79). Plasenta previa yang berimplantasi di dinding anterior uterus memiliki risiko 3,83 kali lebih besar untuk dilakukan transfusi darah dibandingkan dengan yang posterior. Kata Kunci: plasenta previa, komplikasi sectio caesarea, karakteristik pasien Abstract Correlation Between Sectio Caesarea Complication and Placenta Previa Implantation. Placenta previa is an obstetric case which is fairly common with the typical symptoms of antepartum haemorrhage. Due to the antepartum

Upload: rizki-febrina-ramdhania

Post on 09-Nov-2015

222 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

hubungan komplikasi tindakan seksio sesarea dengan implantasi plasenta previaa di rsup dr.mohammad hoesin palembang

TRANSCRIPT

80

HUBUNGAN KOMPLIKASI TINDAKAN SECTIO CAESAREA

DENGAN IMPLANTASI PLASENTA PREVIA DI RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

PERIODE JANUARIDESEMBER 2013Rizki Febrina R1, Awan Nurtjahyo2, dan Siti Hildani Thaib31. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya

2. Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya

3. Departemen Biologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya

Jl.Dr.Mohammad Ali Komplek RSMH KM.3,5, Palembang, 30216, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Plasenta previa merupakan kasus obstetris yang cukup sering dijumpai dengan gejala khas perdarahan antepartum. Akibat perdarahan antepartum tersebut, sebagian besar pasien plasenta previa harus diterminasi dengan cara sectio caesarea. Meskipun jarang menimbulkan kematian baik pada ibu maupun janin, plasenta previa tidak jarang menimbulkan komplikasi persalinan. Letak plasenta diduga memiliki pengaruh terhadap timbulnya komplikasi persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan komplikasi tindakan sectio caesarea dengan implantasi plasenta previa. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Sampel yang diteliti sebanyak 50 pasien diambil secara total sampling dari pasien yang memenuhi kriteria inklusi yang rekam mediknya tersedia di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode JanuariDesember 2013. Dari 50 sampel yang diteliti, 28 sampel (56%) memiliki implantasi plasenta di dinding posterior uterus dan 22 lainnya (44%) di anterior. Berdasarkan uji chi-square didapatkan tidak ada hubungan lokasi implantasi plasenta dengan jumlah perdarahan saat operasi (p=0,103), atonia uteri (p=0,801), dan APGAR skor 2 tahun (56%), dan disertai perdarahan antepartum (94%). Sedangkan distribusi karakteristik berdasarkan tindakan sectio caesarea, pasien plasenta previa paling banyak menjalani operasi elektif (88%), menggunakan teknik insisi uterus semilunar (70%), dan memiliki waktu operasi 60 menit (76%).Tabel 2. Hubungan jumlah perdarahan saat operasi dengan implantasi plasenta previaJumlah Perdarahan saat OperasiLokasi Implantasi Plasenta p

AnteriorPosterior

n=22%n=28%

2001300 cc

14002500 cc0

291

928

010

00,103

Pada tabel 2 digambarkan pasien plasenta previa yang berlokasi di anterior sebanyak 20 sampel (91%) memiliki jumlah perdarahan saat operasi antara 200-1300 cc dan 2 lainnya (9%)memiliki jumlah perdarahan antara 1400-2500 cc. Sedangkan seluruh pasien plasenta previa yang berlokasi di posterior yaitu sebanyak 28 sampel (100%) memiliki jumlah perdarahan antara 200-1300 cc. Dari hasil tersebut didapatkan nilai p=0,103 yang artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lokasi implantasi plasenta previa dengan jumlah perdarahan saat operasi.Tabel 3. Hubungan atonia uteri dengan implantasi plasenta previa

Atonia UteriLokasi Implantasi Plasenta P

AnteriorPosterior

n=22%n=28%

Atinia uteri (+)

Atonia Uteri (-)2209912267930,801

OR=3,83CI 95% = 1,06 13,79

Berdasarkan data pada tabel 3 dari 22 sampel plasenta previa yang berlokasi di anterior didapatkan sebanyak 10 sampel (45,5%) yang harus dilakukan transfusi darah dan 12 lainnya (54,5%) tidak dilakukan transfusi darah. Sedangkan pada sampel plasenta previa yang berlokasi di posterior terdapat 5 sampel (17,9%) yang dilakukan transfusi darah dan 23 lainnya (82,1%) tidak dilakukan transfusi darah. Dari hasil tersebut didapatkan nilai p=0,035 dimana p