digital_124452-158.2 uta h - hubungan antara-metodologi

Upload: desi-phyki

Post on 12-Oct-2015

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Digital_124452-158.2 UTA h - Hubungan Antara-Metodologi

TRANSCRIPT

  • 3. METODE PENELITIAN

    3. 1. Rumusan Masalah

    Berdasarkan teori yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka

    masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

    antara pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil dan pola kelekatan dengan

    pasangan hidup pada dewasa muda. Secara lebih rinci perumusan masalahnya

    adalah sebagai berikut:

    3. 1. 1. Permasalahan Konseptual

    1. Apakah terdapat hubungan antara pola kelekatan dengan Ayah di masa

    kecil dan pola kelekatan dengan pasangan hidup pada dewasa muda?

    2. Apakah terdapat hubungan antara pola kelekatan dengan Ibu di masa kecil

    dan pola kelekatan dengan pasangan hidup pada dewasa muda?

    3. 1. 2. Permasalahan Operasional

    1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kategori-kategori pola

    kelekatan dengan Ayah di masa kecil dan kategori-kategori pola kelekatan

    dengan pasangan hidup pada dewasa muda?

    2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kategori-kategori pola

    kelekatan dengan Ibu di masa kecil dan kategori-kategori pola kelekatan

    dengan pasangan hidup pada dewasa muda?

    3. 2. Hipotesis

    3. 2. 1. Hipotesis Alternatif (Ha)

    1. Terdapat hubungan yang signifikan antara kategori-kategori pola

    kelekatan dengan Ayah di masa kecil dan kategori-kategori pola kelekatan

    dengan pasangan hidup pada dewasa muda.

    28 Universitas Indonesia Hubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007

  • 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara kategori-kategori pola

    kelekatan dengan Ibu di masa kecil dan kategori-kategori pola kelekatan

    dengan pasangan hidup pada dewasa muda.

    3. 2. 2. Hipotesis Null (Ho)

    1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kategori-kategori pola

    kelekatan dengan Ayah di masa kecil dan kategori-kategori pola kelekatan

    dengan pasangan hidup pada dewasa muda.

    2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kategori-kategori pola

    kelekatan dengan Ibu di masa kecil dan kategori-kategori pola kelekatan

    dengan pasangan hidup pada dewasa muda.

    3. 3. Variabel Penelitian

    Ada perbedaan dalam penyebutan istilah kategori-kategori pola kelekatan

    pada masa kecil dan pada masa dewasa muda, khususnya untuk kategori pola

    kelekatan yang insecure. Walaupun berbeda, sebenarnya kategori-kategori

    tersebut memiliki pengertian yang sama. Dalam perkembangan pola kelekatan

    yang stabil maka akan terjadi perkembangan sebagai berikut:

    Bagan 3. 1. Stabilitas perkembangan pola kelekatan

    3. 3. 1. Variabel satu : Pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil.

    a) Pola kelekatan dengan Ayah di masa kecil.

    Definisi konseptual : Pola yang terbentuk dari pengalaman dalam hubungan

    antar pribadi terhadap Ayah di masa kecil yang

    menunjukkan derajat kelekatan dari hubungan tersebut.

    Pola kelekatan pada masa kecil Pola kelekatan pada masa dewasa Secure Secure

    Avoidant Dismissing Resistant Preoccupied

    Disorganized-disoriented Fearful

    29

    Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007

  • Definisi operasional : Kategori-kategori yang didapat dari kuesioner yang

    mengukur pola kelekatan dengan Ayah di masa kecil,

    yaitu:

    - Pola kelekatan secure

    - Pola kelekatan avoidant

    - Pola kelekatan resistant

    - Pola kelekatan disorganized-disoriented

    b) Pola kelekatan dengan Ibu di masa kecil.

    Definisi konseptual : Pola yang terbentuk dari pengalaman dalam hubungan

    antar pribadi terhadap Ibu di masa kecil yang

    menunjukkan derajat kelekatan dari hubungan tersebut.

    Definisi operasional : Kategori-kategori yang didapat dari kuesioner yang

    mengukur pola kelekatan dengan Ibu di masa kecil,

    yaitu:

    - Pola kelekatan secure

    - Pola kelekatan avoidant

    - Pola kelekatan resistant

    - Pola kelekatan disorganized-disoriented

    3. 3. 2. Variabel dua : Pola kelekatan dengan pasangan hidup pada

    dewasa muda.

    Definisi konseptual : Pola yang terbentuk dari pengalaman dalam hubungan

    antar pribadi terhadap pasangan hidup (suami atau istri)

    di masa dewasa muda yang menunjukkan derajat

    kelekatan dari hubungan tersebut.

    Definisi operasional : Kategori-kategori yang didapat dari kuesioner yang

    mengukur pola kelekatan dengan pasangan hidup

    (suami atau istri) pada dewasa muda, yaitu:

    - Pola kelekatan secure

    - Pola kelekatan dismissing

    - Pola kelekatan preoccupied

    - Pola kelekatan fearful

    30

    Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007

  • 3. 4. Sampel Penelitian

    3. 4. 1. Karakteristik Sampel

    Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, maka karakteristik sampel

    yang digunakan adalah:

    1. Dewasa muda berusia 25 sampai 40 tahun yang telah menikah selama 5

    sampai 10 tahun. Dipilih responden pada usia pernikahan tersebut karena

    perceraian banyak terjadi pada tahun-tahun pertama pernikahan, dan

    mencapai puncaknya pada usia 5 - 10 tahun pernikahan (Santrock, 2002).

    Pola kelekatan yang mereka bangun pada masa tersebut diasumsikan akan

    mempengaruhi bagaimana kelanjutan hubungan pernikahan mereka

    selanjutnya.

    2. Berdomisili di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,

    Bekasi). Selain untuk alasan kemudahan, pemilihan responden hanya dari

    kelima wilayah tersebut juga untuk menjaga homogenitas sampel, karena

    diasumsikan mereka yang berasal dari wilayah tersebut memiliki gaya

    hidup yang sama.

    3. Pendidikan minimal SMU atau sederajat karena diharapkan tidak akan

    memiliki kesulitan dalam memahami dan menjawab pertanyaan pada

    kuesioner yang akan digunakan pada saat pengambilan data.

    4. Responden berasal dari golongan sosial ekonomi menengah ke atas,

    karena masyarakat kelas menengah ke atas memiliki harapan yang lebih

    tinggi akan keberhasilan suatu pernikahan (Sigelman, 1999). Lembaga

    riset AC Nielsen mengelompokan masyarakat yang termasuk kelas sosial

    ekonomi menengah ke atas adalah mereka yang belanja rutin bulanan

    rumah tangga {seperti: listrik, air, telepon, uang sekolah, uang rokok, uang

    bensin, dan lain sebagainya; tidak termasuk biaya cicilan rumah, angsuran

    mobil, bayar arisan, tagihan kartu kredit, dan entertainment (nonton

    bioskop, makan diluar, membeli baju)} tidak kurang dari Rp. 1.250.000

    (Iman, 2005).

    31

    Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007

  • 3. 4. 2. Teknik Pengambilan Sampel

    Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

    nonprobability random sampling, dimana tidak semua anggota populasi memiliki

    kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian ini. Secara lebih spesifik,

    teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling

    (Kerlinger & Lee, 2000; Kumar, 1999), yaitu untuk kemudahan jalannya

    penelitian, peneliti memilih siapa saja dewasa muda yang sesuai dengan

    karakteristik sampel dalam penelitian ini. Selain karena alasan kemudahan, teknik

    sampling ini dipilih karena sederhana dalam pelaksanaannya. Faktor waktu juga

    merupakan pertimbangan utama, di mana teknik ini memungkinkan peneliti untuk

    mendapat jumlah sampel yang banyak dalam waktu yang singkat.

    3. 4. 3. Jumlah Sampel

    Jumlah responden yang direncanakan dalam penelitian ini minimal

    sebanyak 100 orang dengan perbandingan yang diharapkan proposional antara

    jumlah laki-laki dan perempuan.

    3. 5. Tipe Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimen dengan

    tipe ex post facto field study (Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2005). Dalam ex post

    facto field study, variabel bebas tidak dimanipulasi oleh peneliti karena sudah

    terjadi sebelum penelitian dilakukan, dan terjadi dalam situasi alamiah sehari-hari.

    Peneliti menggunakan tipe ex post facto field study karena variabel bebas

    (variable satu) dalam penelitian ini pola kelekatan dengan orangtua di masa

    kecil tidak memungkinkan untuk dimanipulasi. Responden dalam penelitan ini

    berusia dewasa muda, sehingga pola kelekatan responden dengan orangtua pada

    masa kecil telah terbangun sejak sebelum penelitian ini dilakukan. Selain itu,

    penelitian ini termasuk penelitian ex post facto field study karena penelitian

    (pengambilan data) tidak dilakukan dalam situasi terkontrol (laboratorium), tetapi

    dalam situasi alamiah rseponden sehari-hari, yaitu di tempat mereka masing-

    masing.

    32

    Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007

  • 3. 6. Metode Pengumpulan Data

    Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    kuesioner. Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab

    oleh responden dengan menuliskan atau menandai jawaban yang dianggap tepat

    (Kumar, 1999). Peneliti memilih kuesioner sebagai alat pengumpul data karena

    biayanya relatif murah, namun dapat menjangkau responden yang banyak dalam

    waktu yang singkat. Selain itu, kuesioner juga memungkinkan untuk menjaga

    anonimitas responden, karena topik yang diangkat dalam kuesioner ini cukup

    pribadi yaitu mengenai kehidupan rumah tangga dan riwayat hubungan responden

    dengan orangtuanya. Tidak semua orang merasa nyaman dan aman untuk

    membagi informasi tersebut secara terbuka, sehingga menggunakan kuesioner

    dianggap cara yang cukup tepat untuk mendapatkan informasi mengenai topik

    tersebut. Melalui kuesioner, responden memiliki cukup waktu dan kebebasan

    dalam memberikan pendapatnya, sehingga respon yang diberikan mempunyai

    dasar pertimbangan yang kuat sehingga dapat menggambarkan perilakunya dalam

    kehidupan sehari-hari.

    Di samping kelebihan yang telah disebutkan di atas, kuesioner juga

    memiliki beberapa kelemahan, antara lain peneliti tidak dapat mengontrol kondisi

    pada waktu pengisian kuesioner sehingga jawaban yang diberikan responden

    sangat tergantung dari pemahamannya mengenai apa yang diharapkan dari

    kuesioner tersebut. Selain itu, pengembalian kuesioner tergantung dari kesadaran

    responden, dan juga ada kemungkinan kuesioner yang dikembalikan tidak lengkap

    jawabannya sehingga data tidak dapat diolah. Untuk mengantisipasi kelemahan

    tersebut, peneliti berusaha membuat item kuesioner sejelas mungkin sehingga

    mengurangi kesalahan interpretasi oleh responden. Untuk mendapatkan item yang

    cukup baik, peneliti melakukan keterbacaan item dan expert judgement sebelum

    menyebarkan kuesioner pada responden. Selain itu, untuk mengantisipasi

    kemungkinan kuesioner tidak kembali atau datanya tidak dapat diolah, peneliti

    menyebarkan kuesioner sebanyak dua kali lipat dari jumlah minimal kuesioner

    yang ingin diolah.

    33

    Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007

  • Secara garis besar, kuesioner dalam penelitian ini terdiri atas empat

    bagian. Bagian pertama berisi pengantar dan penjelasan umum mengenai

    kuesioner. Bagian kedua berisi sejumlah pernyataan yang harus dijawab mengenai

    pola kelekatan responden dengan pasangan hidupnya. Bagian ketiga berisi

    sejumlah pernyataan yang harus dijawab mengenai pola kelekatan responden

    dengan Ayah dan Ibunya pada masa kecil. Bagian terakhir berisi pertanyaan

    mengenai data responden tentang karakteristik mereka yang akan digunakan

    sebagai data kontrol dan analisis tambahan. Penjelasan lebih rinci mengenai

    bagian-bagian dalam kuesioner ini akan dijabarkan lebih lanjut pada sub bab

    instrumen penelitian.

    3. 7. Instrumen Penelitian

    3. 7. 1. Alat Ukur Pola Kelekatan dengan Pasangan Hidup pada Dewasa Muda

    Alat ukur pola kelekatan dengan pasangan hidup pada dewasa muda

    merupakan adaptasi dari Experiences in Close Relationship (ECR) yang dibuat

    oleh Brennan, Clark, dan Shaver pada tahun 1998. Sebenarnya ada beberapa

    macam alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur pola kelekatan, seperti

    Adult Attachmnet Styles (AAS) dan Relationship Styles Questionnaire (RSQ).

    Namun skala pada ECR memiliki fungsi informasi yang secara jelas lebih tinggi

    dibandingkan skala lain yang mengukur kelekatan (Fraley, Waller, & Brennan,

    2000).

    Dalam ECR, terdapat 36 item yang terbagi atas dua dimensi, yaitu 18 item

    avoidance dan 18 anxiety. Dimensi avoidance (image of others) berisikan item-

    item yang mengukur kecenderungan perilaku avoidance, yaitu menggambarkan

    keinginan untuk membatasi keintiman serta menjaga kemandirian secara

    psikologis dan emosional dari pasangannya. Dimensi avoidance ini diwakili oleh

    item-item bernomor ganjil. Sedangkan dimensi anxiety (self-image) berisikan

    item-item yang mengukur kecenderungan perilaku anxiety, yaitu menggambarkan

    keinginan untuk membangun dan mempertahankan suatu hubungan, namun

    sekaligus ada perasaan takut kehilangan hubungan tersebut karena pasangan

    seringkali dianggap tidak menyayangi, tidak dekat, ingin meninggalkan, dan

    34

    Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007

  • memutuskan hubungan. Dimensi anxiety ini diwakili oleh item-item bernomor

    genap.

    Pengukuran dilakukan dengan model skala Likert yang merupakan suatu

    skala kontinum yang menggambarkan derajat sikap responden penelitian terhadap

    suatu objek yang diukur. Pada alat ukur yang asli pilihan jawaban yang disediakan

    adalah dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju. Berdasarkan hasil

    keterbacaan item, pilihan jawaban tersebut dianggap kurang tepat karena lebih

    memancing pendapat responden apakah setuju atau tidak terhadap pernyataan

    yang diberikan, padahal yang ingin didapatkan dari jawaban responden adalah

    kesesuaian perilaku mereka sehari-hari dengan pernyataan yang tersedia. Oleh

    karena itu, peneliti mengubah pilihan jawaban dari sangat tidak sesuai sampai

    sangat sesuai, dengan rentang skor yang sama dengan alat ukur asli yaitu 1 sampai

    7. Dari 36 pernyataan, terdapat sepuluh item yang diskor terbalik (reversed), yaitu

    nomor: 3, 15, 19, 22, 25, 27, 29, 31, 33, 35.

    Tabel 3. 1. Skoring alat ukur pola kelekatan dengan pasangan hidup pada dewasa muda

    Pilihan Jawaban Nilai ReversedSangat tidak sesuai 1 7

    Tidak sesuai 2 6 Agak tidak sesuai 3 5

    Ragu-ragu 4 4 Agak sesuai 5 3

    Sesuai 6 2 Sangat sesuai 7 1

    Skor tiap responden diperoleh dengan menjumlahkan jawaban responden

    pada tiap item dalam satu dimensi kemudian dibagi dengan jumlah item dalam

    dimensi tersebut, sehingga setiap responden mempunyai nilai rata-rata dimensi

    avoidance dan nilai rat-rata dimensi anxiety. Semakin tinggi skor pada dimensi

    avoidance mengindikasikan bahwa responden merasa semakin tidak percaya

    terhadap hubungan antar pribadi, dan semakin berusaha menghindari kedekatan

    dengan orang lain. Apabila skor pada dimensi anxiety makin tinggi, berarti

    responden semakin merasa bahwa dirinya tidak berharga, dan semakin merasa

    cemas akan mengalami penolakan dari orang lain.

    35

    Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007

  • Selanjutnya untuk menggolongkan subjek ke dalam empat kategori pola

    kelekatan (secure, dismissing, preoccupied, fearful) dilakukan cluster analysis.

    Cluster analysis adalah satu teknik untuk menentukan adanya kelompok-

    kelompok atau kerumunan dalam tabel korelasi atau dalam matriks (Chaplin,

    2002). Dalam penelitian ini cluster analysis yang digunakan adalah non-

    hierarchical analysis (K-Means) dengan metode mengoptimalkan kasus menjadi

    cluster (Brennan, et al, 1998). K-Means cluster lebih efektif jika digunakan untuk

    pembuatan banyak kasus (biasanya lebih dari 100 kasus) (Santoso & Tjiptono

    dalam Novanto, 2001).

    Pada dasarnya, responden yang memperoleh skor rendah pada kedua

    dimensi, avoidance dan anxiety, akan dimasukkan ke dalam kategori secure.

    Sebaliknya, responden yang yang memperoleh skor tinggi pada kedua dimensi

    akan dimasukkan ke dalam kategori fearful. Sementara responden yang

    memperoleh skor rendah pada dimensi avoidance dan skor tinggi pada dimensi

    anxiety akan dimasukkan ke dalam kategori preoccupied. Sedangkan responden

    yang memperoleh skor tinggi pada dimensi avoidance dan skor rendah pada

    dimensi anxiety akan dimasukkan ke dalam kategori dismissing (Brennan, et al,

    1998).

    3. 7. 2. Alat Ukur Pola Kelekatan dengan Orangtua di Masa Kecil

    Alat ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil pada dasarnya

    diadaptasi dari Diantika (2003). Namun peneliti melakukan beberapa perubahan

    untuk menyesuaikan alat ukur tersebut dengan kebutuhan penelitian kali ini.

    Perubahan pertama adalah membuat item-item baru untuk dimensi disorganized-

    disoriented. Hal ini dilakukan karena pada alat yang dibuat Diantika hanya terdiri

    dari tiga dimensi, yaitu: secure, avoidant, resistant. Terhadap item-item pada

    ketiga dimensi tersebut dilakukan modifikasi agar lebih sesuai dengan konstruk

    yang dipakai dalam penelitian ini. Selain itu, pada alat yang dibuat Diantika

    responden diminta menjawab pernyataan yang ada terhadap orangtuanya. Untuk

    penelitian kali ini, peneliti membuat pilihan jawaban yang terpisah antara Ayah

    dan Ibu, dengan tujuan agar pengalaman responden pada masing-masing

    orangtuanya (Ayah atau Ibu) dapat tergambar dengan jelas dan spesifik (lihat

    36

    Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007

  • lampiran contoh kuesioner). Penambahan item dan modifikasi terhadap alat ukur

    ini menghasilkan item-item sebagai berikut:

    Tabel 3. 2. Item-item pada alat ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil

    Pola Kelekatan Item Item Secure 1, 5, 9, 13, 17, 21, 25, 29, 33, 35 10

    Avoidant 2, 6, 10, 14, 18, 22, 26, 30 8 Resistant 3, 7, 11, 15, 19, 23, 27, 31, 34 9

    Disorganized-disoriented 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32 8 Total 35

    Sama seperti alat ukur pola kelekatan dengan pasangan hidup pada dewasa

    muda, alat ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil juga dibuat dengan

    model skala Likert. Alternatif pilihan jawaban disediakan dari sangat tidak sesuai

    sampai sangat sesuai, dengan rentang skor dari 1 sampai 7.

    Tabel 3. 3. Skoring alat ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil

    Pilihan Jawaban NilaiSangat tidak sesuai 1

    Tidak sesuai 2 Agak tidak sesuai 3

    Ragu-ragu 4 Agak sesuai 5

    Sesuai 6 Sangat sesuai 7

    Pada alat ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil, tiap dimensi

    sudah mewakili salah satu kategori pola kelekatan. Sehingga untuk

    menggolongkan responden ke dalam salah satu kategori pola kelekatan (secure,

    avoidant, resistant, disorganized-disoriented) dapat dilihat dari skor tertinggi

    yang diperoleh masing-masing responden pada dimensi tertentu. Untuk itu,

    peneliti mentransformasi nilai mentah yang diperoleh responden dalam tiap

    dimensi ke dalam z score, lalu dilihat skor tertinggi yang diperoleh masing-

    masing responden pada dimensi tertentu. Transformasi ke dalam z score ini

    dilakukan agar penggolongan dapat dilakukan dengan lebih mudah apabila ada

    responden yang memiliki skor mentah yang sama pada lebih dari satu dimensi

    (Gravetter & Wallnau, 2007; Noviyanti, 2003).

    37

    Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007

  • 3. 7. 3. Data Kontrol

    Kuesioner dalam penelitian ini dikahiri dengan data kontrol yang terdiri

    dari tiga bagian. Bagian pertama berisi tentang pertanyaan-pertanyaan mengenai

    karakteristik responden. Pertanyaan yang diajukan adalah mengenai: usia, daerah

    tempat tinggal, pendidikan terakhir, pengeluaran setiap bulan, pekerjaan, dan suku

    bangsa. Dari jawaban pada bagian ini dapat dilihat kesesuaian karakteristik

    responden dengan karakteristik sampel penelitian yang ingin dituju dalam

    penelitian ini. Pada bagian kedua berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai

    gambaran umum hubungan responden dengan pasangan hidupnya. Pertanyaan

    yang diajukan adalah usia pernikahan, lama pacaran serius sebelum menikah, cara

    menangani konflik dalam rumah tangga, dan derajat kebahagiaan hubungan

    pernikahan responden. Dari jawaban pada bagian kedua ini ingin dilihat

    bagaimana gambaran kehidupan pernikahan responden. Bagian ketiga dari data

    kontrol berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai gambaran kehidupan orangtua

    responden dan hubungan responden dengan kedua orangtuanya tersebut.

    Pertanyaan yang diajukan pada bagian tiga ini adalah mengenai status pernikahan

    dan kondisi orangtua responden, derajat kebahagiaan kehidupan masa kecil

    responden, serta kedekatan responden dengan orangtuanya. Dari jawaban pada

    bagian ketiga ini ingin dilihat bagaimana gambaran kehidupan responden dengan

    orangtuanya selama ini.

    Pertanyaan pada bagian data kontrol ini adalah berbentuk pilihan ganda

    (kecuali pertanyaan mengenai usia dan usia pernikahan). Pada beberapa

    pertanyaan disediakan pilihan jawaban lainnya, sehingga responden dapat

    menjelaskan jawabannya apabila pilihan jawaban yang tersedia tidak ada yang

    sesuai dengan jawabannya. Informasi yang didapatkan dari bagian data kontrol ini

    nantinya akan digunakan sebagai gambaran karakteristik responden, serta sebagai

    bahan dalam melakukan analisis tambahan.

    38

    Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007

  • 3. 8. Uji Instrumen

    3. 8. 1. Teknik Uji Reliabilitas dan Validitas Instrumen

    Reliabilitas adalah konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama

    ketika mereka diuji ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda,

    atau dengan seperangkat butir-butir soal ekuivalen yang berbeda, atau di bawah

    kondisi yang berbeda (Anastasi & Urbina, 1997). Dalam penelitian ini,

    pengukuran reliabilitas instrumen dilakukan dengan prosedur single test

    administration, yaitu pengukuran dilakukan dengan satu kali pengambilan data.

    Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini memiliki skor yang beragam,

    karena itu pengukuran tingkat reliabilitas dilakukan dengan menghitung koefisien

    Alpha (). Aiken (2000) menyatakan bahwa alat akur yang baik adalah yang memiliki nilai > 0.6.

    Validitas dapat diartikan sebagai seberapa baik suatu alat ukur mengukur

    apa yang ingin diukur (Anastasi & Urbina, 1997). Pengujian validitas alat ukur

    dilakukan dengan cara face dan content validity, serta construct validity. Face

    validity lebih berhubungan dengan apa yang ditampilkan oleh suatu alat ukur

    daripada apa yang sebenarnya hendak diukur oleh alat tersebut (Cohen &

    Swerdlik, 2005). Face validity diperoleh dengan cara melakukan keterbacaan item

    pada beberapa orang. Mereka dimintai pendapatnya mengenai keterbacaan alat

    dan tingkat kesulitan dalam memahami petunjuk-petunjuk, pertanyaan-

    pertanyaan, item-item yang terdapat pada alat ukur yang akan digunakan, serta

    tampilan kuesioner secara umum.

    Selanjutnya, content validity berhubungan dengan item-item dalam suatu

    alat ukur apakah sudah mencakup semua konsep yang ingin diukur dan apakah

    pertanyaan-pertanyaan yang ada sudah merepresentasikan hal yang ingin diukur

    (Kumar, 1999). Content validity dilakukan melalui expert judgement, dimana alat

    ukur diperiksa oleh orang-orang yang memang ahli dalam bidang yang akan

    diteliti (Kumar, 1999). Dalam hal ini peneliti mengkonsultasikan alat ukur yang

    dibuat kepada tiga orang ahli, yaitu: pembimbing, staf senior bagian psikologi

    perkembangan, dan staf bagian psikologi eksperimen. Hal-hal yang

    dikonsultasikan adalah seputar isi item apakah sudah mencakup semua hal yang

    39

    Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007

  • ingin diukur, serta penggunaan bahasa dan kalimat pernyataan apakah sudah

    sesuai dengan kriteria pernyataan alat ukur yang baik.

    Berdasarkan face validity dan content validity, peneliti melakukan

    beberapa perbaikan pada tampilan kuesioner dan item alat ukur. Untuk alat ukur

    pola kelekatan dengan pasangan hidup pada dewasa muda, ditambahkan dua item

    baru yaitu item nomor 37 dan 38 sebagai pengembangan dari item nomor 24 dan

    27 yang dianggap kurang baik. Akhirnya diperoleh 38 item (19 item dimensi

    avoidance dan 19 item dimensi anxiety), dengan sebelas item yang diskor terbalik

    (reversed), yaitu nomor: 3, 15, 19, 22, 25, 27, 29, 31, 33, 35, dan 37. Pada alat

    ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil, banyak dilakukan perubahan

    pada bentuk kalimat supaya lebih singkat, jelas, dan lebih sesuai dengan konsep

    yang ingin diukur.

    Pengujian validitas yang dilakukan selanjutnya adalah construct validity

    melalui pengujian konsistensi antar-item. Konsistensi antar-item dihasilkan

    melalui penghitungan korelasi antara skor item dengan skor total item (corrected

    item-total correlation), yang dapat dilihat pada tabel reliabilitas Alpha (lihat

    lampiran hasil uji coba reliabiltas dan validitas instrumen). Pengujian konsistensi

    antar-item dilakukan untuk menentukan homogenitas item-item pada suatu alat

    ukur. Alat ukur yang memiliki tingkat homogenitas yang tinggi, berarti memiliki

    konsistensi antar-item yang tinggi pula (Anastasi & Urbina, 1997; Gregory,

    2000). Item yang dapat dianggap valid memiliki tingkat korelasi dengan skor total

    item sekurang-kurangnya 0.2 (Aiken, 2000). Selanjutnya Aiken menyatakan

    bahwa item yang memiliki indeks validitas negatif atau mendekati 0.00 harus

    direvisi atau dieliminasi.

    3. 8. 2. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Instrumen

    Setelah melalui face dan content validity, alat ukur siap diujicobakan

    kepada beberapa orang untuk kemudian dihitung realibilitas dan validitas

    konstruknya. Alat ukur yang telah dimasukan ke dalam satu paket amplop cokelat

    beserta pulpen kemudian dibagikan kepada 46 responden dengan karakteristik

    yang sesuai dengan sampel penelitian. Waktu yang diberikan kepada responden

    untuk mengisi kuesioner tersebut adalah lima hari dari tanggal 31 Mei 2007

    40

    Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007

  • sampai 4 Juni 2007. Dari 46 kuesioner yang dibagikan hanya ada 42 kuesioner

    yang kembali, namun ada empat kuesioner yang jawabannya tidak terisi lengkap

    atau datanya tidak sesuai karakteristik sampel, sehingga akhirnya yang dapat

    diolah datanya hanya berjumlah 38 kuesioner. Penghitungan reliabilitas dan

    validitas alat ukur kemudian dilakukan dengan menggunakan program SPSS

    (Statistical Product and Service Solutions) 15.0 for Windows.

    3. 8. 2. 1. Hasil Uji Coba Alat Ukur Pola Kelekatan dengan Pasangan Hidup pada

    Dewasa Muda

    Hasil perhitungan realibilitas dan validitas uji coba alat ukur pola

    kelekatan dengan pasangan hidup pada dewasa muda adalah sebagai berikut:

    Tabel 3. 4. Hasil perhitungan realibilitas dan validitas uji coba alat ukur pola kelekatan dengan pasangan hidup pada dewasa muda

    Dimensi Reliabilitas Alpha Validitas Item yg tidak valid (< 0,2)

    Avoidance 0.859 0.131 0.671 1 item (nomor 21)

    Anxiety 0.824 0.128 0.660 1 item (nomor 10)

    Berdasarkan hasil di atas, dapat dikatakan bahwa alat ukur pola kelekatan

    dengan pasangan hidup pada dewasa muda sudah reliabel. Hal ini dapat dilihat

    dari indeks reliabilitas Alpha-nya yang sudah sudah lebih dari 0.6. Namun dari

    tiap dimensi ada satu item yang tidak valid karena korelasi item-totalnya kurang

    dari 0.2. Peneliti tetap mempertahankan kedua item tersebut karena jika kedua

    item itu dihilangkan, tidak terjadi perubahan yang signifikan pada indeks

    reliabilitas alat ukur (lihat lampiran hasil uji coba instrumen). Selain itu, setelah

    didiskusikan dengan pembimbing diperkirakan nilai korelasi pada kedua item

    tersebut rendah karena kalimat pernyataannya yang kurang jelas. Oleh karena itu

    peneliti melakukan revisi kalimat pernyataannya. Setelah direvisi, peneliti lalu

    mengujikan secara kualitatif, yakni bertanya pada beberapa responden apakah

    kalimat yang baru tersebut lebih jelas dan dapat dimengerti. Dari hasil uji

    kualitatif tersebut dapat dikatakan bahwa kalimat pernyataan yang baru memang

    41

    Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007

  • lebih jelas, tidak membingungkan, dan lebih mudah dicerna oleh responden.

    Revisi pernyataan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

    Tabel 3. 5. Item-item yang diperbaiki pada alat ukur pola kelekatan dengan pasangan hidup pada dewasa muda

    Item nomor Pernyataan lama Pernyataan baru

    10

    Saya sering berharap perasaan pasangan kepada saya sama

    kuatnya dengan perasaan saya kepadanya.

    Saya sering berharap perasaan sayang pasangan kepada saya sama

    kuatnya dengan perasaan sayang saya kepadanya.

    21 Saya sulit untuk membuat diri

    saya bergantung kepada pasangan.

    Saya tidak mau membuat diri saya bergantung kepada pasangan.

    3. 8. 2. 2. Hasil Uji Coba Alat Ukur Pola Kelekatan dengan Orangtua di Masa

    Kecil

    Hasil perhitungan uji coba realibilitas & validitas alat ukur pola kelekatan

    dengan pasangan hidup pada dewasa muda adalah sebagai berikut:

    Tabel 3. 6. Hasil perhitungan realibilitas dan validitas uji coba alat ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil

    Dimensi Reliabilitas Alpha Validitas Item yang tidak

    valid (< 0.2)

    Ayah 0.669 0.240 0.410 - Secure Ibu 0.736 0.252 0.531 -

    Ayah 0.685 0.195 0.495 1 item (nomor 30) Avoidant Ibu 0.678 0.253 0. 566 -

    Ayah 0.713 0.079 0.728 1 item (nomor 15) Resistant Ibu 0.702 0.089 0.645 1 item (nomor 15)

    Ayah 0.694 0.182 0.576 1 item (nomor 28) Disorganized-disoriented Ibu 0.654 -0.031 0.527 2 item (nomor 8 & 28)

    Berdasarkan hasil di atas dapat dikatakan bahwa sebenarnya alat ukur pola

    kelekatan dengan orangtua di masa kecil sudah reliabel karena untuk seluruh

    42

    Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007

  • dimensi, baik pada Ayah atau Ibu, memiliki indeks reliabilitas yang lebih besar

    dari 0.6. Selain itu, validitasnya secara keseluruhan sudah baik, namun ada

    beberapa item yang kurang baik karena indeks validitasnya dibawah 0.2. Peneliti

    memutuskan mengeliminasi item nomor 15 dan 28 karena indeks validitas kedua

    item tersebut sangat rendah, yakni mendekati nol, bahkan ada yang bernilai

    negatif. Peneliti juga memilih untuk mengeliminasi kedua item tersebut karena

    kedua item tersebut tidak baik pada bagian Ayah maupun Ibu. Hasil perhitungan

    validitas dan reliabilitas setelah item nomor 15 dan 28 dieliminasi adalah sebagai

    berikut:

    Tabel 3. 7. Hasil perhitungan realibilitas dan validitas alat ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil setelah dua item dieliminasi

    Dimensi Reliabilitas Alpha Validitas Item yang tidak valid

    (< 0.2) Ayah 0.669 0.240 0.410 - Secure Ibu 0.736 0.252 0.531 -

    Ayah 0.685 0.195 0.495 1 item (nomor 30) Avoidant Ibu 0.678 0.253 0. 566 -

    Ayah 0.745 0.214 0.728 - Resistant Ibu 0.728 0.232 0.645 - Ayah 0.690 0.228 0.576 - Disorganized-

    disoriented Ibu 0.666 0.188 0.527 1 item (nomor 8)

    Setelah item-item nomor 15 dan 28 dieliminasi tidak ada lagi item yang

    memiliki indeks validitas negatif. Namun tetap ada indeks validitas item yang

    masih di bawah 0.2, yakni item nomor 8 dan 30. Peneliti memutuskan untuk

    mempertahankan kedua item tersebut karena indeksnya masih di atas 0.1. Selain

    itu kedua item tersebut hanya tidak valid pada salah satu bagian orangtua, bukan

    keduanya. Berdasarkan diskusi dengan pembimbing, kedua item tersebut dinilai

    memiliki nilai korelasi yang rendah karena disebabkan kalimatnya yang kurang

    jelas. Oleh karena itu dilakukan revisi pernyataan pada kedua item tersebut.

    Setelah direvisi, peneliti lalu mengujikan secara kualitatif, yakni bertanya pada

    beberapa responden apakah kalimat yang baru tersebut lebih jelas dan dapat

    dimengerti. Dari hasil uji kualitatif tersebut dapat dikatakan bahwa kalimat

    43

    Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007

  • pernyataan yang baru memang lebih jelas, tidak membingungkan, dan lebih

    mudah dicerna oleh responden. Revisi pernyataan yang dilakukan adalah sebagai

    berikut:

    Tabel 3. 8. Item-item yang diperbaiki pada alat ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil

    Item nomor Pernyataan lama Pernyataan baru

    8

    Saat kecil, saya merasa bingung harus berbuat apa ketika orangtua

    meninggalkan saya untuk sementara waktu.

    Saat kecil, saya tidak tahu harus berbuat apa ketika orangtua meninggalkan saya untuk

    sementara waktu.

    30

    Saat kecil, saya tidak terlalu aktif mengeksplorasi lingkungan sekitar walaupun orangtua berada di dekat

    saya.

    Saat kecil, saya kurang mengeksplorasi lingkungan

    sekitar walaupun orangtua berada di dekat saya.

    Setelah dua item dieliminasi dan dua item direvisi, maka item-item pada

    alat ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil menjadi berjumlah 33

    item, dengan rincian sebagai berikut:

    Tabel 3. 9. Item-item pada alat ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil setelah dua item dieliminasi dan dua item direvisi

    Pola Kelekatan Item Item Secure 1, 5, 9, 13, 17, 21, 25, 29, 32, 33 10

    Avoidant 2, 6, 10, 14, 18, 22, 26, 30 8 Resistant 3, 7, 11, 15, 19, 23, 27, 31 8

    Disorganized-disoriented 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28 7 Total 33

    3. 9. Prosedur Penelitian

    3. 9. 1. Tahap Persiapan

    Setelah selesai dilakukan uji coba dan perbaikan, alat ukur dianggap sudah

    siap digunakan untuk mengumpulkan data. Langkah selanjutnya adalah

    melakukan penelitian yang sebenarnya. Sebelumnya dilakukan beberapa

    persiapan seperti:

    44

    Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007

  • 1. Membeli amplop cokelat sebagai tempat mengemas satu set kuesioner

    yang terdiri dari sebelas lembar, dan membeli pulpen untuk disertakan

    dalam amplop. Pulpen ini merupakan reward bagi para responden yang

    telah mengisi kuesioner.

    2. Memperbayak kuesioner sejumlah 200 buah.

    3. Mengemas kuesioner ke dalam amplop cokelat berserta pulpennya.

    Setelah itu, lidah amplop diberi double tape untuk memudahkan responden

    mengembalikan kuesioner dalam keadaan terkunci sehingga responden

    merasa lebih aman akan data yang telah ia berikan.

    4. Menghubungi orang-orang yang memenuhi syarat untuk menjadi

    responden, atau orang-orang yang dapat menghubungkan peneliti dengan

    responden. Peneliti lalu membuat janji dengan mereka untuk membagikan

    kuesioner.

    3. 9. 2. Tahap Pelaksanaan

    Penelitian dilaksanakan selama 12 hari dari tanggal 7 Juni 2007 sampai 18

    Juni 2007. Cara penelitian dilaksanakan adalah peneliti memberikan kuesioner

    pada responden atau menitipkannya melalui relasi responden. Setelah itu

    kuesioner ditinggal. Setelah beberapa hari, peneliti akan menghubungi mereka

    untuk mengambil kembali kuesioner yang telah diisi. Kuesioner yang berhasil

    disebarkan adalah 200 buah, namun yang kembali hanya 161 buah. Dari 161

    kuesioner yang kembali, yang datanya dapat diolah hanya sejumlah 122 buah,

    sedangkan 39 buah lainnya tidak dapat diolah karena jawaban responden tidak

    lengkap atau data responden tidak sesuai dengan karakteristik sampel penelitian.

    Namun begitu, jumlah 122 kuesioner yang dapat diolah dianggap sudah cukup,

    karena sudah melampaui target minimal jumlah sampel penelitian sebanyak 100

    orang.

    45

    Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007

  • 3. 10. Prosedur Pengolahan Data

    1. Distribusi frekuensi

    Untuk mengolah data kontrol akan digunakan teknik statistik

    deskriptif, yaitu perhitungan persentase.

    2. Cluster analysis (K-Means)

    Cluster analysis adalah satu teknik untuk menentukan adanya

    kelompok-kelompok atau kerumunan dalam tabel korelasi atau dalam

    matriks (Chaplin, 2002). Untuk menggolongkan subjek ke dalam salah

    satu kategori pada alat ukur pola kelekatan dengan pasangan hidup pada

    dewasa muda dilakukan perhitungan non-hiearchical cluster analysis (K-

    Means) dengan metode mengoptimalkan kasus menjadi cluster (Brennan,

    et al, 1998). Cara ini dilakukan untuk menggolongkan subjek ke dalam

    empat kategori pola kelekatan berdasarkan dua dimensi yang ada dalam

    alat ukur.

    3. Standard score (z score)

    Perhitungan z-score digunakan untuk mendapatkan distribusi nilai

    yang terstandarisasi. Dalam distribusi yang terstandarisasi, selalu

    didapatkan nilai mean = 0, dan nilai standar deviasi = 1 sehingga

    memudahkan dalam menentukan lokasi tiap responden dalam suatu

    kelompok (Gravetter & Wallnau, 2007). Untuk menggolongkan responden

    ke dalam salah satu kategori pada alat ukur pola kelekatan dengan

    orangtua di masa kecil, peneliti mentransformasi nilai mentah yang

    diperoleh responden dalam tiap dimensi ke dalam z score, lalu dilihat skor

    tertinggi yang diperoleh masing-masing responden pada dimensi tertentu.

    Transformasi ke dalam z score ini dilakukan agar penggolongan dapat

    dilakukan dengan lebih mudah apabila ada responden yang memiliki skor

    mentah yang sama pada lebih dari satu dimensi.

    4. Chi square test for independence

    Perhitungan chi square test for independence digunakan untuk

    melihat hubungan antara dua variabel. Dalam perhitungan chi square ini

    setiap responden diklasifikasikan ke dalam dua variabel terpisah yang

    46

    Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007

  • masing-masing berbentuk kategori (Gravetter & Wallnau, 2007).

    Perhitungan ini dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian, apakah pola

    kelekatan dengan orangtua di masa kecil berkorelasi dengan pola

    kelekatan dengan pasangan hidup pada dewasa muda. Selain itu,

    perhitungan ini juga digunakan untuk melakukan analisis tambahan.

    47

    Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007