digital_124452-158.2 uta h - hubungan antara-metodologi
DESCRIPTION
Digital_124452-158.2 UTA h - Hubungan Antara-MetodologiTRANSCRIPT
-
3. METODE PENELITIAN
3. 1. Rumusan Masalah
Berdasarkan teori yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka
masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil dan pola kelekatan dengan
pasangan hidup pada dewasa muda. Secara lebih rinci perumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
3. 1. 1. Permasalahan Konseptual
1. Apakah terdapat hubungan antara pola kelekatan dengan Ayah di masa
kecil dan pola kelekatan dengan pasangan hidup pada dewasa muda?
2. Apakah terdapat hubungan antara pola kelekatan dengan Ibu di masa kecil
dan pola kelekatan dengan pasangan hidup pada dewasa muda?
3. 1. 2. Permasalahan Operasional
1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kategori-kategori pola
kelekatan dengan Ayah di masa kecil dan kategori-kategori pola kelekatan
dengan pasangan hidup pada dewasa muda?
2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kategori-kategori pola
kelekatan dengan Ibu di masa kecil dan kategori-kategori pola kelekatan
dengan pasangan hidup pada dewasa muda?
3. 2. Hipotesis
3. 2. 1. Hipotesis Alternatif (Ha)
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara kategori-kategori pola
kelekatan dengan Ayah di masa kecil dan kategori-kategori pola kelekatan
dengan pasangan hidup pada dewasa muda.
28 Universitas Indonesia Hubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007
-
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara kategori-kategori pola
kelekatan dengan Ibu di masa kecil dan kategori-kategori pola kelekatan
dengan pasangan hidup pada dewasa muda.
3. 2. 2. Hipotesis Null (Ho)
1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kategori-kategori pola
kelekatan dengan Ayah di masa kecil dan kategori-kategori pola kelekatan
dengan pasangan hidup pada dewasa muda.
2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kategori-kategori pola
kelekatan dengan Ibu di masa kecil dan kategori-kategori pola kelekatan
dengan pasangan hidup pada dewasa muda.
3. 3. Variabel Penelitian
Ada perbedaan dalam penyebutan istilah kategori-kategori pola kelekatan
pada masa kecil dan pada masa dewasa muda, khususnya untuk kategori pola
kelekatan yang insecure. Walaupun berbeda, sebenarnya kategori-kategori
tersebut memiliki pengertian yang sama. Dalam perkembangan pola kelekatan
yang stabil maka akan terjadi perkembangan sebagai berikut:
Bagan 3. 1. Stabilitas perkembangan pola kelekatan
3. 3. 1. Variabel satu : Pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil.
a) Pola kelekatan dengan Ayah di masa kecil.
Definisi konseptual : Pola yang terbentuk dari pengalaman dalam hubungan
antar pribadi terhadap Ayah di masa kecil yang
menunjukkan derajat kelekatan dari hubungan tersebut.
Pola kelekatan pada masa kecil Pola kelekatan pada masa dewasa Secure Secure
Avoidant Dismissing Resistant Preoccupied
Disorganized-disoriented Fearful
29
Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007
-
Definisi operasional : Kategori-kategori yang didapat dari kuesioner yang
mengukur pola kelekatan dengan Ayah di masa kecil,
yaitu:
- Pola kelekatan secure
- Pola kelekatan avoidant
- Pola kelekatan resistant
- Pola kelekatan disorganized-disoriented
b) Pola kelekatan dengan Ibu di masa kecil.
Definisi konseptual : Pola yang terbentuk dari pengalaman dalam hubungan
antar pribadi terhadap Ibu di masa kecil yang
menunjukkan derajat kelekatan dari hubungan tersebut.
Definisi operasional : Kategori-kategori yang didapat dari kuesioner yang
mengukur pola kelekatan dengan Ibu di masa kecil,
yaitu:
- Pola kelekatan secure
- Pola kelekatan avoidant
- Pola kelekatan resistant
- Pola kelekatan disorganized-disoriented
3. 3. 2. Variabel dua : Pola kelekatan dengan pasangan hidup pada
dewasa muda.
Definisi konseptual : Pola yang terbentuk dari pengalaman dalam hubungan
antar pribadi terhadap pasangan hidup (suami atau istri)
di masa dewasa muda yang menunjukkan derajat
kelekatan dari hubungan tersebut.
Definisi operasional : Kategori-kategori yang didapat dari kuesioner yang
mengukur pola kelekatan dengan pasangan hidup
(suami atau istri) pada dewasa muda, yaitu:
- Pola kelekatan secure
- Pola kelekatan dismissing
- Pola kelekatan preoccupied
- Pola kelekatan fearful
30
Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007
-
3. 4. Sampel Penelitian
3. 4. 1. Karakteristik Sampel
Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, maka karakteristik sampel
yang digunakan adalah:
1. Dewasa muda berusia 25 sampai 40 tahun yang telah menikah selama 5
sampai 10 tahun. Dipilih responden pada usia pernikahan tersebut karena
perceraian banyak terjadi pada tahun-tahun pertama pernikahan, dan
mencapai puncaknya pada usia 5 - 10 tahun pernikahan (Santrock, 2002).
Pola kelekatan yang mereka bangun pada masa tersebut diasumsikan akan
mempengaruhi bagaimana kelanjutan hubungan pernikahan mereka
selanjutnya.
2. Berdomisili di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,
Bekasi). Selain untuk alasan kemudahan, pemilihan responden hanya dari
kelima wilayah tersebut juga untuk menjaga homogenitas sampel, karena
diasumsikan mereka yang berasal dari wilayah tersebut memiliki gaya
hidup yang sama.
3. Pendidikan minimal SMU atau sederajat karena diharapkan tidak akan
memiliki kesulitan dalam memahami dan menjawab pertanyaan pada
kuesioner yang akan digunakan pada saat pengambilan data.
4. Responden berasal dari golongan sosial ekonomi menengah ke atas,
karena masyarakat kelas menengah ke atas memiliki harapan yang lebih
tinggi akan keberhasilan suatu pernikahan (Sigelman, 1999). Lembaga
riset AC Nielsen mengelompokan masyarakat yang termasuk kelas sosial
ekonomi menengah ke atas adalah mereka yang belanja rutin bulanan
rumah tangga {seperti: listrik, air, telepon, uang sekolah, uang rokok, uang
bensin, dan lain sebagainya; tidak termasuk biaya cicilan rumah, angsuran
mobil, bayar arisan, tagihan kartu kredit, dan entertainment (nonton
bioskop, makan diluar, membeli baju)} tidak kurang dari Rp. 1.250.000
(Iman, 2005).
31
Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007
-
3. 4. 2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
nonprobability random sampling, dimana tidak semua anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian ini. Secara lebih spesifik,
teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling
(Kerlinger & Lee, 2000; Kumar, 1999), yaitu untuk kemudahan jalannya
penelitian, peneliti memilih siapa saja dewasa muda yang sesuai dengan
karakteristik sampel dalam penelitian ini. Selain karena alasan kemudahan, teknik
sampling ini dipilih karena sederhana dalam pelaksanaannya. Faktor waktu juga
merupakan pertimbangan utama, di mana teknik ini memungkinkan peneliti untuk
mendapat jumlah sampel yang banyak dalam waktu yang singkat.
3. 4. 3. Jumlah Sampel
Jumlah responden yang direncanakan dalam penelitian ini minimal
sebanyak 100 orang dengan perbandingan yang diharapkan proposional antara
jumlah laki-laki dan perempuan.
3. 5. Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimen dengan
tipe ex post facto field study (Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2005). Dalam ex post
facto field study, variabel bebas tidak dimanipulasi oleh peneliti karena sudah
terjadi sebelum penelitian dilakukan, dan terjadi dalam situasi alamiah sehari-hari.
Peneliti menggunakan tipe ex post facto field study karena variabel bebas
(variable satu) dalam penelitian ini pola kelekatan dengan orangtua di masa
kecil tidak memungkinkan untuk dimanipulasi. Responden dalam penelitan ini
berusia dewasa muda, sehingga pola kelekatan responden dengan orangtua pada
masa kecil telah terbangun sejak sebelum penelitian ini dilakukan. Selain itu,
penelitian ini termasuk penelitian ex post facto field study karena penelitian
(pengambilan data) tidak dilakukan dalam situasi terkontrol (laboratorium), tetapi
dalam situasi alamiah rseponden sehari-hari, yaitu di tempat mereka masing-
masing.
32
Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007
-
3. 6. Metode Pengumpulan Data
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab
oleh responden dengan menuliskan atau menandai jawaban yang dianggap tepat
(Kumar, 1999). Peneliti memilih kuesioner sebagai alat pengumpul data karena
biayanya relatif murah, namun dapat menjangkau responden yang banyak dalam
waktu yang singkat. Selain itu, kuesioner juga memungkinkan untuk menjaga
anonimitas responden, karena topik yang diangkat dalam kuesioner ini cukup
pribadi yaitu mengenai kehidupan rumah tangga dan riwayat hubungan responden
dengan orangtuanya. Tidak semua orang merasa nyaman dan aman untuk
membagi informasi tersebut secara terbuka, sehingga menggunakan kuesioner
dianggap cara yang cukup tepat untuk mendapatkan informasi mengenai topik
tersebut. Melalui kuesioner, responden memiliki cukup waktu dan kebebasan
dalam memberikan pendapatnya, sehingga respon yang diberikan mempunyai
dasar pertimbangan yang kuat sehingga dapat menggambarkan perilakunya dalam
kehidupan sehari-hari.
Di samping kelebihan yang telah disebutkan di atas, kuesioner juga
memiliki beberapa kelemahan, antara lain peneliti tidak dapat mengontrol kondisi
pada waktu pengisian kuesioner sehingga jawaban yang diberikan responden
sangat tergantung dari pemahamannya mengenai apa yang diharapkan dari
kuesioner tersebut. Selain itu, pengembalian kuesioner tergantung dari kesadaran
responden, dan juga ada kemungkinan kuesioner yang dikembalikan tidak lengkap
jawabannya sehingga data tidak dapat diolah. Untuk mengantisipasi kelemahan
tersebut, peneliti berusaha membuat item kuesioner sejelas mungkin sehingga
mengurangi kesalahan interpretasi oleh responden. Untuk mendapatkan item yang
cukup baik, peneliti melakukan keterbacaan item dan expert judgement sebelum
menyebarkan kuesioner pada responden. Selain itu, untuk mengantisipasi
kemungkinan kuesioner tidak kembali atau datanya tidak dapat diolah, peneliti
menyebarkan kuesioner sebanyak dua kali lipat dari jumlah minimal kuesioner
yang ingin diolah.
33
Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007
-
Secara garis besar, kuesioner dalam penelitian ini terdiri atas empat
bagian. Bagian pertama berisi pengantar dan penjelasan umum mengenai
kuesioner. Bagian kedua berisi sejumlah pernyataan yang harus dijawab mengenai
pola kelekatan responden dengan pasangan hidupnya. Bagian ketiga berisi
sejumlah pernyataan yang harus dijawab mengenai pola kelekatan responden
dengan Ayah dan Ibunya pada masa kecil. Bagian terakhir berisi pertanyaan
mengenai data responden tentang karakteristik mereka yang akan digunakan
sebagai data kontrol dan analisis tambahan. Penjelasan lebih rinci mengenai
bagian-bagian dalam kuesioner ini akan dijabarkan lebih lanjut pada sub bab
instrumen penelitian.
3. 7. Instrumen Penelitian
3. 7. 1. Alat Ukur Pola Kelekatan dengan Pasangan Hidup pada Dewasa Muda
Alat ukur pola kelekatan dengan pasangan hidup pada dewasa muda
merupakan adaptasi dari Experiences in Close Relationship (ECR) yang dibuat
oleh Brennan, Clark, dan Shaver pada tahun 1998. Sebenarnya ada beberapa
macam alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur pola kelekatan, seperti
Adult Attachmnet Styles (AAS) dan Relationship Styles Questionnaire (RSQ).
Namun skala pada ECR memiliki fungsi informasi yang secara jelas lebih tinggi
dibandingkan skala lain yang mengukur kelekatan (Fraley, Waller, & Brennan,
2000).
Dalam ECR, terdapat 36 item yang terbagi atas dua dimensi, yaitu 18 item
avoidance dan 18 anxiety. Dimensi avoidance (image of others) berisikan item-
item yang mengukur kecenderungan perilaku avoidance, yaitu menggambarkan
keinginan untuk membatasi keintiman serta menjaga kemandirian secara
psikologis dan emosional dari pasangannya. Dimensi avoidance ini diwakili oleh
item-item bernomor ganjil. Sedangkan dimensi anxiety (self-image) berisikan
item-item yang mengukur kecenderungan perilaku anxiety, yaitu menggambarkan
keinginan untuk membangun dan mempertahankan suatu hubungan, namun
sekaligus ada perasaan takut kehilangan hubungan tersebut karena pasangan
seringkali dianggap tidak menyayangi, tidak dekat, ingin meninggalkan, dan
34
Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007
-
memutuskan hubungan. Dimensi anxiety ini diwakili oleh item-item bernomor
genap.
Pengukuran dilakukan dengan model skala Likert yang merupakan suatu
skala kontinum yang menggambarkan derajat sikap responden penelitian terhadap
suatu objek yang diukur. Pada alat ukur yang asli pilihan jawaban yang disediakan
adalah dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju. Berdasarkan hasil
keterbacaan item, pilihan jawaban tersebut dianggap kurang tepat karena lebih
memancing pendapat responden apakah setuju atau tidak terhadap pernyataan
yang diberikan, padahal yang ingin didapatkan dari jawaban responden adalah
kesesuaian perilaku mereka sehari-hari dengan pernyataan yang tersedia. Oleh
karena itu, peneliti mengubah pilihan jawaban dari sangat tidak sesuai sampai
sangat sesuai, dengan rentang skor yang sama dengan alat ukur asli yaitu 1 sampai
7. Dari 36 pernyataan, terdapat sepuluh item yang diskor terbalik (reversed), yaitu
nomor: 3, 15, 19, 22, 25, 27, 29, 31, 33, 35.
Tabel 3. 1. Skoring alat ukur pola kelekatan dengan pasangan hidup pada dewasa muda
Pilihan Jawaban Nilai ReversedSangat tidak sesuai 1 7
Tidak sesuai 2 6 Agak tidak sesuai 3 5
Ragu-ragu 4 4 Agak sesuai 5 3
Sesuai 6 2 Sangat sesuai 7 1
Skor tiap responden diperoleh dengan menjumlahkan jawaban responden
pada tiap item dalam satu dimensi kemudian dibagi dengan jumlah item dalam
dimensi tersebut, sehingga setiap responden mempunyai nilai rata-rata dimensi
avoidance dan nilai rat-rata dimensi anxiety. Semakin tinggi skor pada dimensi
avoidance mengindikasikan bahwa responden merasa semakin tidak percaya
terhadap hubungan antar pribadi, dan semakin berusaha menghindari kedekatan
dengan orang lain. Apabila skor pada dimensi anxiety makin tinggi, berarti
responden semakin merasa bahwa dirinya tidak berharga, dan semakin merasa
cemas akan mengalami penolakan dari orang lain.
35
Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007
-
Selanjutnya untuk menggolongkan subjek ke dalam empat kategori pola
kelekatan (secure, dismissing, preoccupied, fearful) dilakukan cluster analysis.
Cluster analysis adalah satu teknik untuk menentukan adanya kelompok-
kelompok atau kerumunan dalam tabel korelasi atau dalam matriks (Chaplin,
2002). Dalam penelitian ini cluster analysis yang digunakan adalah non-
hierarchical analysis (K-Means) dengan metode mengoptimalkan kasus menjadi
cluster (Brennan, et al, 1998). K-Means cluster lebih efektif jika digunakan untuk
pembuatan banyak kasus (biasanya lebih dari 100 kasus) (Santoso & Tjiptono
dalam Novanto, 2001).
Pada dasarnya, responden yang memperoleh skor rendah pada kedua
dimensi, avoidance dan anxiety, akan dimasukkan ke dalam kategori secure.
Sebaliknya, responden yang yang memperoleh skor tinggi pada kedua dimensi
akan dimasukkan ke dalam kategori fearful. Sementara responden yang
memperoleh skor rendah pada dimensi avoidance dan skor tinggi pada dimensi
anxiety akan dimasukkan ke dalam kategori preoccupied. Sedangkan responden
yang memperoleh skor tinggi pada dimensi avoidance dan skor rendah pada
dimensi anxiety akan dimasukkan ke dalam kategori dismissing (Brennan, et al,
1998).
3. 7. 2. Alat Ukur Pola Kelekatan dengan Orangtua di Masa Kecil
Alat ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil pada dasarnya
diadaptasi dari Diantika (2003). Namun peneliti melakukan beberapa perubahan
untuk menyesuaikan alat ukur tersebut dengan kebutuhan penelitian kali ini.
Perubahan pertama adalah membuat item-item baru untuk dimensi disorganized-
disoriented. Hal ini dilakukan karena pada alat yang dibuat Diantika hanya terdiri
dari tiga dimensi, yaitu: secure, avoidant, resistant. Terhadap item-item pada
ketiga dimensi tersebut dilakukan modifikasi agar lebih sesuai dengan konstruk
yang dipakai dalam penelitian ini. Selain itu, pada alat yang dibuat Diantika
responden diminta menjawab pernyataan yang ada terhadap orangtuanya. Untuk
penelitian kali ini, peneliti membuat pilihan jawaban yang terpisah antara Ayah
dan Ibu, dengan tujuan agar pengalaman responden pada masing-masing
orangtuanya (Ayah atau Ibu) dapat tergambar dengan jelas dan spesifik (lihat
36
Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007
-
lampiran contoh kuesioner). Penambahan item dan modifikasi terhadap alat ukur
ini menghasilkan item-item sebagai berikut:
Tabel 3. 2. Item-item pada alat ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil
Pola Kelekatan Item Item Secure 1, 5, 9, 13, 17, 21, 25, 29, 33, 35 10
Avoidant 2, 6, 10, 14, 18, 22, 26, 30 8 Resistant 3, 7, 11, 15, 19, 23, 27, 31, 34 9
Disorganized-disoriented 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32 8 Total 35
Sama seperti alat ukur pola kelekatan dengan pasangan hidup pada dewasa
muda, alat ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil juga dibuat dengan
model skala Likert. Alternatif pilihan jawaban disediakan dari sangat tidak sesuai
sampai sangat sesuai, dengan rentang skor dari 1 sampai 7.
Tabel 3. 3. Skoring alat ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil
Pilihan Jawaban NilaiSangat tidak sesuai 1
Tidak sesuai 2 Agak tidak sesuai 3
Ragu-ragu 4 Agak sesuai 5
Sesuai 6 Sangat sesuai 7
Pada alat ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil, tiap dimensi
sudah mewakili salah satu kategori pola kelekatan. Sehingga untuk
menggolongkan responden ke dalam salah satu kategori pola kelekatan (secure,
avoidant, resistant, disorganized-disoriented) dapat dilihat dari skor tertinggi
yang diperoleh masing-masing responden pada dimensi tertentu. Untuk itu,
peneliti mentransformasi nilai mentah yang diperoleh responden dalam tiap
dimensi ke dalam z score, lalu dilihat skor tertinggi yang diperoleh masing-
masing responden pada dimensi tertentu. Transformasi ke dalam z score ini
dilakukan agar penggolongan dapat dilakukan dengan lebih mudah apabila ada
responden yang memiliki skor mentah yang sama pada lebih dari satu dimensi
(Gravetter & Wallnau, 2007; Noviyanti, 2003).
37
Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007
-
3. 7. 3. Data Kontrol
Kuesioner dalam penelitian ini dikahiri dengan data kontrol yang terdiri
dari tiga bagian. Bagian pertama berisi tentang pertanyaan-pertanyaan mengenai
karakteristik responden. Pertanyaan yang diajukan adalah mengenai: usia, daerah
tempat tinggal, pendidikan terakhir, pengeluaran setiap bulan, pekerjaan, dan suku
bangsa. Dari jawaban pada bagian ini dapat dilihat kesesuaian karakteristik
responden dengan karakteristik sampel penelitian yang ingin dituju dalam
penelitian ini. Pada bagian kedua berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai
gambaran umum hubungan responden dengan pasangan hidupnya. Pertanyaan
yang diajukan adalah usia pernikahan, lama pacaran serius sebelum menikah, cara
menangani konflik dalam rumah tangga, dan derajat kebahagiaan hubungan
pernikahan responden. Dari jawaban pada bagian kedua ini ingin dilihat
bagaimana gambaran kehidupan pernikahan responden. Bagian ketiga dari data
kontrol berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai gambaran kehidupan orangtua
responden dan hubungan responden dengan kedua orangtuanya tersebut.
Pertanyaan yang diajukan pada bagian tiga ini adalah mengenai status pernikahan
dan kondisi orangtua responden, derajat kebahagiaan kehidupan masa kecil
responden, serta kedekatan responden dengan orangtuanya. Dari jawaban pada
bagian ketiga ini ingin dilihat bagaimana gambaran kehidupan responden dengan
orangtuanya selama ini.
Pertanyaan pada bagian data kontrol ini adalah berbentuk pilihan ganda
(kecuali pertanyaan mengenai usia dan usia pernikahan). Pada beberapa
pertanyaan disediakan pilihan jawaban lainnya, sehingga responden dapat
menjelaskan jawabannya apabila pilihan jawaban yang tersedia tidak ada yang
sesuai dengan jawabannya. Informasi yang didapatkan dari bagian data kontrol ini
nantinya akan digunakan sebagai gambaran karakteristik responden, serta sebagai
bahan dalam melakukan analisis tambahan.
38
Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007
-
3. 8. Uji Instrumen
3. 8. 1. Teknik Uji Reliabilitas dan Validitas Instrumen
Reliabilitas adalah konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama
ketika mereka diuji ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda,
atau dengan seperangkat butir-butir soal ekuivalen yang berbeda, atau di bawah
kondisi yang berbeda (Anastasi & Urbina, 1997). Dalam penelitian ini,
pengukuran reliabilitas instrumen dilakukan dengan prosedur single test
administration, yaitu pengukuran dilakukan dengan satu kali pengambilan data.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini memiliki skor yang beragam,
karena itu pengukuran tingkat reliabilitas dilakukan dengan menghitung koefisien
Alpha (). Aiken (2000) menyatakan bahwa alat akur yang baik adalah yang memiliki nilai > 0.6.
Validitas dapat diartikan sebagai seberapa baik suatu alat ukur mengukur
apa yang ingin diukur (Anastasi & Urbina, 1997). Pengujian validitas alat ukur
dilakukan dengan cara face dan content validity, serta construct validity. Face
validity lebih berhubungan dengan apa yang ditampilkan oleh suatu alat ukur
daripada apa yang sebenarnya hendak diukur oleh alat tersebut (Cohen &
Swerdlik, 2005). Face validity diperoleh dengan cara melakukan keterbacaan item
pada beberapa orang. Mereka dimintai pendapatnya mengenai keterbacaan alat
dan tingkat kesulitan dalam memahami petunjuk-petunjuk, pertanyaan-
pertanyaan, item-item yang terdapat pada alat ukur yang akan digunakan, serta
tampilan kuesioner secara umum.
Selanjutnya, content validity berhubungan dengan item-item dalam suatu
alat ukur apakah sudah mencakup semua konsep yang ingin diukur dan apakah
pertanyaan-pertanyaan yang ada sudah merepresentasikan hal yang ingin diukur
(Kumar, 1999). Content validity dilakukan melalui expert judgement, dimana alat
ukur diperiksa oleh orang-orang yang memang ahli dalam bidang yang akan
diteliti (Kumar, 1999). Dalam hal ini peneliti mengkonsultasikan alat ukur yang
dibuat kepada tiga orang ahli, yaitu: pembimbing, staf senior bagian psikologi
perkembangan, dan staf bagian psikologi eksperimen. Hal-hal yang
dikonsultasikan adalah seputar isi item apakah sudah mencakup semua hal yang
39
Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007
-
ingin diukur, serta penggunaan bahasa dan kalimat pernyataan apakah sudah
sesuai dengan kriteria pernyataan alat ukur yang baik.
Berdasarkan face validity dan content validity, peneliti melakukan
beberapa perbaikan pada tampilan kuesioner dan item alat ukur. Untuk alat ukur
pola kelekatan dengan pasangan hidup pada dewasa muda, ditambahkan dua item
baru yaitu item nomor 37 dan 38 sebagai pengembangan dari item nomor 24 dan
27 yang dianggap kurang baik. Akhirnya diperoleh 38 item (19 item dimensi
avoidance dan 19 item dimensi anxiety), dengan sebelas item yang diskor terbalik
(reversed), yaitu nomor: 3, 15, 19, 22, 25, 27, 29, 31, 33, 35, dan 37. Pada alat
ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil, banyak dilakukan perubahan
pada bentuk kalimat supaya lebih singkat, jelas, dan lebih sesuai dengan konsep
yang ingin diukur.
Pengujian validitas yang dilakukan selanjutnya adalah construct validity
melalui pengujian konsistensi antar-item. Konsistensi antar-item dihasilkan
melalui penghitungan korelasi antara skor item dengan skor total item (corrected
item-total correlation), yang dapat dilihat pada tabel reliabilitas Alpha (lihat
lampiran hasil uji coba reliabiltas dan validitas instrumen). Pengujian konsistensi
antar-item dilakukan untuk menentukan homogenitas item-item pada suatu alat
ukur. Alat ukur yang memiliki tingkat homogenitas yang tinggi, berarti memiliki
konsistensi antar-item yang tinggi pula (Anastasi & Urbina, 1997; Gregory,
2000). Item yang dapat dianggap valid memiliki tingkat korelasi dengan skor total
item sekurang-kurangnya 0.2 (Aiken, 2000). Selanjutnya Aiken menyatakan
bahwa item yang memiliki indeks validitas negatif atau mendekati 0.00 harus
direvisi atau dieliminasi.
3. 8. 2. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Instrumen
Setelah melalui face dan content validity, alat ukur siap diujicobakan
kepada beberapa orang untuk kemudian dihitung realibilitas dan validitas
konstruknya. Alat ukur yang telah dimasukan ke dalam satu paket amplop cokelat
beserta pulpen kemudian dibagikan kepada 46 responden dengan karakteristik
yang sesuai dengan sampel penelitian. Waktu yang diberikan kepada responden
untuk mengisi kuesioner tersebut adalah lima hari dari tanggal 31 Mei 2007
40
Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007
-
sampai 4 Juni 2007. Dari 46 kuesioner yang dibagikan hanya ada 42 kuesioner
yang kembali, namun ada empat kuesioner yang jawabannya tidak terisi lengkap
atau datanya tidak sesuai karakteristik sampel, sehingga akhirnya yang dapat
diolah datanya hanya berjumlah 38 kuesioner. Penghitungan reliabilitas dan
validitas alat ukur kemudian dilakukan dengan menggunakan program SPSS
(Statistical Product and Service Solutions) 15.0 for Windows.
3. 8. 2. 1. Hasil Uji Coba Alat Ukur Pola Kelekatan dengan Pasangan Hidup pada
Dewasa Muda
Hasil perhitungan realibilitas dan validitas uji coba alat ukur pola
kelekatan dengan pasangan hidup pada dewasa muda adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 4. Hasil perhitungan realibilitas dan validitas uji coba alat ukur pola kelekatan dengan pasangan hidup pada dewasa muda
Dimensi Reliabilitas Alpha Validitas Item yg tidak valid (< 0,2)
Avoidance 0.859 0.131 0.671 1 item (nomor 21)
Anxiety 0.824 0.128 0.660 1 item (nomor 10)
Berdasarkan hasil di atas, dapat dikatakan bahwa alat ukur pola kelekatan
dengan pasangan hidup pada dewasa muda sudah reliabel. Hal ini dapat dilihat
dari indeks reliabilitas Alpha-nya yang sudah sudah lebih dari 0.6. Namun dari
tiap dimensi ada satu item yang tidak valid karena korelasi item-totalnya kurang
dari 0.2. Peneliti tetap mempertahankan kedua item tersebut karena jika kedua
item itu dihilangkan, tidak terjadi perubahan yang signifikan pada indeks
reliabilitas alat ukur (lihat lampiran hasil uji coba instrumen). Selain itu, setelah
didiskusikan dengan pembimbing diperkirakan nilai korelasi pada kedua item
tersebut rendah karena kalimat pernyataannya yang kurang jelas. Oleh karena itu
peneliti melakukan revisi kalimat pernyataannya. Setelah direvisi, peneliti lalu
mengujikan secara kualitatif, yakni bertanya pada beberapa responden apakah
kalimat yang baru tersebut lebih jelas dan dapat dimengerti. Dari hasil uji
kualitatif tersebut dapat dikatakan bahwa kalimat pernyataan yang baru memang
41
Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007
-
lebih jelas, tidak membingungkan, dan lebih mudah dicerna oleh responden.
Revisi pernyataan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 5. Item-item yang diperbaiki pada alat ukur pola kelekatan dengan pasangan hidup pada dewasa muda
Item nomor Pernyataan lama Pernyataan baru
10
Saya sering berharap perasaan pasangan kepada saya sama
kuatnya dengan perasaan saya kepadanya.
Saya sering berharap perasaan sayang pasangan kepada saya sama
kuatnya dengan perasaan sayang saya kepadanya.
21 Saya sulit untuk membuat diri
saya bergantung kepada pasangan.
Saya tidak mau membuat diri saya bergantung kepada pasangan.
3. 8. 2. 2. Hasil Uji Coba Alat Ukur Pola Kelekatan dengan Orangtua di Masa
Kecil
Hasil perhitungan uji coba realibilitas & validitas alat ukur pola kelekatan
dengan pasangan hidup pada dewasa muda adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 6. Hasil perhitungan realibilitas dan validitas uji coba alat ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil
Dimensi Reliabilitas Alpha Validitas Item yang tidak
valid (< 0.2)
Ayah 0.669 0.240 0.410 - Secure Ibu 0.736 0.252 0.531 -
Ayah 0.685 0.195 0.495 1 item (nomor 30) Avoidant Ibu 0.678 0.253 0. 566 -
Ayah 0.713 0.079 0.728 1 item (nomor 15) Resistant Ibu 0.702 0.089 0.645 1 item (nomor 15)
Ayah 0.694 0.182 0.576 1 item (nomor 28) Disorganized-disoriented Ibu 0.654 -0.031 0.527 2 item (nomor 8 & 28)
Berdasarkan hasil di atas dapat dikatakan bahwa sebenarnya alat ukur pola
kelekatan dengan orangtua di masa kecil sudah reliabel karena untuk seluruh
42
Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007
-
dimensi, baik pada Ayah atau Ibu, memiliki indeks reliabilitas yang lebih besar
dari 0.6. Selain itu, validitasnya secara keseluruhan sudah baik, namun ada
beberapa item yang kurang baik karena indeks validitasnya dibawah 0.2. Peneliti
memutuskan mengeliminasi item nomor 15 dan 28 karena indeks validitas kedua
item tersebut sangat rendah, yakni mendekati nol, bahkan ada yang bernilai
negatif. Peneliti juga memilih untuk mengeliminasi kedua item tersebut karena
kedua item tersebut tidak baik pada bagian Ayah maupun Ibu. Hasil perhitungan
validitas dan reliabilitas setelah item nomor 15 dan 28 dieliminasi adalah sebagai
berikut:
Tabel 3. 7. Hasil perhitungan realibilitas dan validitas alat ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil setelah dua item dieliminasi
Dimensi Reliabilitas Alpha Validitas Item yang tidak valid
(< 0.2) Ayah 0.669 0.240 0.410 - Secure Ibu 0.736 0.252 0.531 -
Ayah 0.685 0.195 0.495 1 item (nomor 30) Avoidant Ibu 0.678 0.253 0. 566 -
Ayah 0.745 0.214 0.728 - Resistant Ibu 0.728 0.232 0.645 - Ayah 0.690 0.228 0.576 - Disorganized-
disoriented Ibu 0.666 0.188 0.527 1 item (nomor 8)
Setelah item-item nomor 15 dan 28 dieliminasi tidak ada lagi item yang
memiliki indeks validitas negatif. Namun tetap ada indeks validitas item yang
masih di bawah 0.2, yakni item nomor 8 dan 30. Peneliti memutuskan untuk
mempertahankan kedua item tersebut karena indeksnya masih di atas 0.1. Selain
itu kedua item tersebut hanya tidak valid pada salah satu bagian orangtua, bukan
keduanya. Berdasarkan diskusi dengan pembimbing, kedua item tersebut dinilai
memiliki nilai korelasi yang rendah karena disebabkan kalimatnya yang kurang
jelas. Oleh karena itu dilakukan revisi pernyataan pada kedua item tersebut.
Setelah direvisi, peneliti lalu mengujikan secara kualitatif, yakni bertanya pada
beberapa responden apakah kalimat yang baru tersebut lebih jelas dan dapat
dimengerti. Dari hasil uji kualitatif tersebut dapat dikatakan bahwa kalimat
43
Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007
-
pernyataan yang baru memang lebih jelas, tidak membingungkan, dan lebih
mudah dicerna oleh responden. Revisi pernyataan yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
Tabel 3. 8. Item-item yang diperbaiki pada alat ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil
Item nomor Pernyataan lama Pernyataan baru
8
Saat kecil, saya merasa bingung harus berbuat apa ketika orangtua
meninggalkan saya untuk sementara waktu.
Saat kecil, saya tidak tahu harus berbuat apa ketika orangtua meninggalkan saya untuk
sementara waktu.
30
Saat kecil, saya tidak terlalu aktif mengeksplorasi lingkungan sekitar walaupun orangtua berada di dekat
saya.
Saat kecil, saya kurang mengeksplorasi lingkungan
sekitar walaupun orangtua berada di dekat saya.
Setelah dua item dieliminasi dan dua item direvisi, maka item-item pada
alat ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil menjadi berjumlah 33
item, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3. 9. Item-item pada alat ukur pola kelekatan dengan orangtua di masa kecil setelah dua item dieliminasi dan dua item direvisi
Pola Kelekatan Item Item Secure 1, 5, 9, 13, 17, 21, 25, 29, 32, 33 10
Avoidant 2, 6, 10, 14, 18, 22, 26, 30 8 Resistant 3, 7, 11, 15, 19, 23, 27, 31 8
Disorganized-disoriented 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28 7 Total 33
3. 9. Prosedur Penelitian
3. 9. 1. Tahap Persiapan
Setelah selesai dilakukan uji coba dan perbaikan, alat ukur dianggap sudah
siap digunakan untuk mengumpulkan data. Langkah selanjutnya adalah
melakukan penelitian yang sebenarnya. Sebelumnya dilakukan beberapa
persiapan seperti:
44
Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007
-
1. Membeli amplop cokelat sebagai tempat mengemas satu set kuesioner
yang terdiri dari sebelas lembar, dan membeli pulpen untuk disertakan
dalam amplop. Pulpen ini merupakan reward bagi para responden yang
telah mengisi kuesioner.
2. Memperbayak kuesioner sejumlah 200 buah.
3. Mengemas kuesioner ke dalam amplop cokelat berserta pulpennya.
Setelah itu, lidah amplop diberi double tape untuk memudahkan responden
mengembalikan kuesioner dalam keadaan terkunci sehingga responden
merasa lebih aman akan data yang telah ia berikan.
4. Menghubungi orang-orang yang memenuhi syarat untuk menjadi
responden, atau orang-orang yang dapat menghubungkan peneliti dengan
responden. Peneliti lalu membuat janji dengan mereka untuk membagikan
kuesioner.
3. 9. 2. Tahap Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan selama 12 hari dari tanggal 7 Juni 2007 sampai 18
Juni 2007. Cara penelitian dilaksanakan adalah peneliti memberikan kuesioner
pada responden atau menitipkannya melalui relasi responden. Setelah itu
kuesioner ditinggal. Setelah beberapa hari, peneliti akan menghubungi mereka
untuk mengambil kembali kuesioner yang telah diisi. Kuesioner yang berhasil
disebarkan adalah 200 buah, namun yang kembali hanya 161 buah. Dari 161
kuesioner yang kembali, yang datanya dapat diolah hanya sejumlah 122 buah,
sedangkan 39 buah lainnya tidak dapat diolah karena jawaban responden tidak
lengkap atau data responden tidak sesuai dengan karakteristik sampel penelitian.
Namun begitu, jumlah 122 kuesioner yang dapat diolah dianggap sudah cukup,
karena sudah melampaui target minimal jumlah sampel penelitian sebanyak 100
orang.
45
Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007
-
3. 10. Prosedur Pengolahan Data
1. Distribusi frekuensi
Untuk mengolah data kontrol akan digunakan teknik statistik
deskriptif, yaitu perhitungan persentase.
2. Cluster analysis (K-Means)
Cluster analysis adalah satu teknik untuk menentukan adanya
kelompok-kelompok atau kerumunan dalam tabel korelasi atau dalam
matriks (Chaplin, 2002). Untuk menggolongkan subjek ke dalam salah
satu kategori pada alat ukur pola kelekatan dengan pasangan hidup pada
dewasa muda dilakukan perhitungan non-hiearchical cluster analysis (K-
Means) dengan metode mengoptimalkan kasus menjadi cluster (Brennan,
et al, 1998). Cara ini dilakukan untuk menggolongkan subjek ke dalam
empat kategori pola kelekatan berdasarkan dua dimensi yang ada dalam
alat ukur.
3. Standard score (z score)
Perhitungan z-score digunakan untuk mendapatkan distribusi nilai
yang terstandarisasi. Dalam distribusi yang terstandarisasi, selalu
didapatkan nilai mean = 0, dan nilai standar deviasi = 1 sehingga
memudahkan dalam menentukan lokasi tiap responden dalam suatu
kelompok (Gravetter & Wallnau, 2007). Untuk menggolongkan responden
ke dalam salah satu kategori pada alat ukur pola kelekatan dengan
orangtua di masa kecil, peneliti mentransformasi nilai mentah yang
diperoleh responden dalam tiap dimensi ke dalam z score, lalu dilihat skor
tertinggi yang diperoleh masing-masing responden pada dimensi tertentu.
Transformasi ke dalam z score ini dilakukan agar penggolongan dapat
dilakukan dengan lebih mudah apabila ada responden yang memiliki skor
mentah yang sama pada lebih dari satu dimensi.
4. Chi square test for independence
Perhitungan chi square test for independence digunakan untuk
melihat hubungan antara dua variabel. Dalam perhitungan chi square ini
setiap responden diklasifikasikan ke dalam dua variabel terpisah yang
46
Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007
-
masing-masing berbentuk kategori (Gravetter & Wallnau, 2007).
Perhitungan ini dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian, apakah pola
kelekatan dengan orangtua di masa kecil berkorelasi dengan pola
kelekatan dengan pasangan hidup pada dewasa muda. Selain itu,
perhitungan ini juga digunakan untuk melakukan analisis tambahan.
47
Universitas IndonesiaHubungan antara..., Rizki Utami, F.PSI UI, 2007