dbt tinjauan pustaka metodologi

23
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Tanam Tanam adalah menempatkan bahan tanam berupa benih atau bibit pada media tanam baik media tanah maupun media bukan tanah dalam suatu bentuk pola tanam (Vincent, 1998). Tanam adalah menanam sesuatu yang ela hidup yang disesuaikan dengan daerah kondisi dan ligkungan serta keadaan sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang menguntungkan minimal bagi pribadi yang menanam (Aak, 1993). 2.2 Definisi Pola Tanam Pola tanam adalah usaha penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dan tata urutan tanaman selama periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa baru atau tidak ditanam selama periode tertentu (Campbell, 2002). Pola tanam adalah penyusunan cara dan saat tanaman dari jenis-jenis tanaman yang akan ditanam berikutnya pada waktu-waktu kosong pada sebidang lahan tertentu (Novitan, 2002). 2.3 Definisi Pola Tanam Monokultur dan Tumpangsari

Upload: nita-ilya

Post on 09-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

DBT tanam pola tanam pemulsaan

TRANSCRIPT

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi TanamTanam adalah menempatkan bahan tanam berupa benih atau bibit pada media tanam baik media tanah maupun media bukan tanah dalam suatu bentuk pola tanam (Vincent, 1998).Tanam adalah menanam sesuatu yang ela hidup yang disesuaikan dengan daerah kondisi dan ligkungan serta keadaan sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang menguntungkan minimal bagi pribadi yang menanam (Aak, 1993).

2.2 Definisi Pola TanamPola tanam adalah usaha penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dan tata urutan tanaman selama periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa baru atau tidak ditanam selama periode tertentu (Campbell, 2002).Pola tanam adalah penyusunan cara dan saat tanaman dari jenis-jenis tanaman yang akan ditanam berikutnya pada waktu-waktu kosong pada sebidang lahan tertentu (Novitan, 2002).

2.3 Definisi Pola Tanam Monokultur dan TumpangsariPola tanam monokultur yaitu cara bertanam dengan menggunakan sattu jenis tanaman pada lahan dalam waktu yang sama. Kelebihan dari pola tanam monokultur yaitu teknis budidayanya elative mudah karena tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu jenis saja. Sedangkan kelemahannya ialah tanaman akan lebih mudah terserang hama maupun penyakit (Sastradiharja, 2005).Tumpangsari merupakan salah satu jenis pola tanam yang termasuk jenis polikultur. Polikultur adalah penanaman serentak dua jenis tanaman atau lebih dalam barisan berseling-seling pada sebidang tanah (Semeru, 1995).

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola TanamPengaplikasian pola tanam perlu ditinjau dari beberpa aspek lahan dan tanaman itu sendiri. Dalam aplikasi pola tanam faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah:b. Ketersediaan airHal ini mencakup waktu dan lamanya ketersediaan yang tergantung pada kinerja air irigasi serta pola distribusi dan jumlah hujan. Karena sebagian besar tanamanmemerlukan prosentase air besar disetiap fase pertumbuhannyab. Keadaan tanahDalam menentukan pola tanam juga harus diperhatikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Serta perlu diperhatikan permukaan tanah. Karena akan menentukan pola tanam jenis apa yang cocok digunakan.c. Ketinggian tempatKetinggian tempat ini diukur dari permukaan laut karena ketinggian tempat ini sangat berpengaruh dengan suhu udara, suhu tanah dan ketersediaan tanah.d. Eksistensi hama penyakitEksistensi dari serangan hama penyakit ini biasanya langsung bersifat kronis dan potensial, sehingga memerlukan pengawasan dan pola tanam yang tepat.e. Pemasaran produkSuatu pola tanam juga harus didukung oleh aksebilitas dan kelancaran elative hasil produksi dengan dukungan infrastruktur dan potensi pasar yang memadai.(Reijntjes, Haverkort dan Bayer ,1992)

2.5 Macam-Macam Pola Tanam TumpangsariDalam sistem pola tanam tumpangsari terdapat berbagai macam sistem dalam pola tanamnya. Penggolongan sistem pola tanam tumpangsari antara lain:1. Mixed Cropping merupakan penanaman jenis tanaman campuran yang ditanam dilahan yang sama, pada waktu yang sama atau dengan jarak/interval waktu tanam yang singkat, dengan pengaturan jarak tanam yang sudah ditetapkan dan populasi didalamnya sudah tersusun rapi. Kegunaan sistem ini dalam substansi pertanian adalah untuk mengatur lingkungan yang tidak stabil dan lahan yang sangat variable, dengan penerapan sistem ini maka dapat melawan/menekan terhadap kegagalan panen total. Pada lingkungan yang lebih stabil dan baik total hasil yang diperoleh lebih tinggi pada lahan tersebut, sebab sumber daya yang tersedia seperti cahaya, unsur hara, nutrisi tanah dan air lebih efektif dalam penggunaannya. 2. Relay Cropping merupakan sistem pola tanam dengan penanaman dua atau lebih tanaman tahunan. Dimana tanaman yang mempunyai umur berbuah lebih panjang ditanam pada penanaman pertama, sedang tanaman yang ke-2 ditanam setelah tanaman yang pertama telah berkembang atau mendekati panen. Kegunaan dari sistem ini yaitu pada tanaman yang ke dua dapat melindungi lahan yang mudah longsor dari hujan sampai selesai panen pada tahun itu. 3. Strip Cropping/Inter Cropping adalah sistem format pola tanam dengan penanaman secara pola baris sejajar elative konservasi tanah dimana pengaturan jarak tanamnya sudah ditetapkan dan pada format satu baris terdiri dari satu jenis tanaman dari berbagai jenis tanaman. Kegunaan sistem ini yaitu biasanya digunakan pada tanaman yang mempunyai umur berbuah lebih pendek, sehingga dalam penggolahan tanah tidak sampai membongkar lapisan tanah yang paling bawah/bedrock, sehingga dapat menekan penggunaan waktu tanam. 4. Multiple Cropping merupakan sistem pola tanam yang mengarahkan pada peningkatan produktivitas lahan dan melindungi lahan dari erosi. Teknik ini melibatkan tanaman percontohan, dimana dalam satu lahan tumbuh dua atau lebih tanaman budidaya yang mempunyai umur sama serta pertumbuhan dari tanaman tersebut berada pada lahan dan waktu tanam yang sama, dalam satu baris tanaman terdapat dua atau lebih jenis tanaman. (Wiranata Abdi Sukmana, 2012).

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Pola Tanam Monokultur dan TumpangsariPertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal.Kekurangan pola tanam ini adalah pola tanam monokultur memiliki pertumbuhan dan hasil yang lebih besar daripada pola tanam lainnya. Hal ini disebabkan karena tidak adanya persaingan antar tanaman dalam memperebutkan unsur hara maupun sinar matahari, akan tetapi pola tanam lainnya lebih efisien dalam penggunaan lahan karena nilai LER lebih dari 1.Kelebihan pola tanam ini yaitu teknis budidayanya elative mudah karena tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu jenis. Namun, di sisi lain, Kelemahan sistem ini adalah tanaman elative mudah terserang hama maupun penyakit.(Setjanata, 1983)

Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem tumpangsari dapat memberikan beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut.a) Mengurangai hama dan penyakit tanamanTanaman yang satu dapat mengurangi hama maupun penyakit tanaman lainnya. Misalnya bawang daun dapat mengusir hama aphids dan ulat pada tanaman kubis karena mengeluarkan bau allicin.b) Menambah kesuburan tanahDengan menanam kacang-kacangan, kandungaan unsur N dalam tanah akan bertambah karena adanya bakteri Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar. Dengan menanam tanaman yang mempunyai perakaran berbeda tanah disekitarnya akan lebih gembur.c) Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputusSistem polikultur yang dibarengi dengan rotasi tanaman dapat memutus siklus hidup hama dan penyakit tanaman.d) Memperoleh hasil panen yang beragamPenanaman lebih dari satu jenis tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena bila harga salah satu komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya.Apabila penanaman jenis tanaman tidak sesuai, sistem polikultur dapat memberi dampak negative, seperti terjadinya persaingan unsir hara antar tanaman, hama dan penyakit semakin banyak sehingga menyulitkan dalam pemeliharaan.(Pracaya, 2002)

2.7 Syarat yang Harus Diperhatikan dalam Pola TanamBeberapa syarat yang harus diperhatikan dalam penyusunan pola tanam atau usahatani yaitu :1. Ketersediaan air yang menyangkup waktu dan lamanya ketersediaan yang tergantung pada kinerja air irigasi serta pola distribusi dan jumlah hujan.2.Keadaan tanah yang meliputi sifat fisik, kimia serta bentuk permukaan tanah.3.Tinggi tempat dari permukaan laut, terutama sehubungan dengan suhu udara, tanah dan ketersediaan air.4.Eksistensi hama dan penyakit tanaman yang bersifat kronis dan potensial.5.Ketersediaan dan aksesibilitas bahan tanaman yang meliputi jenis dan varietas menurut agroekosistem dan toleransi terhadap jasad pengganggu.6. Aksesibilitas dan kelancaran relatif hasil produksi dengan dukungan infrastruktur dan potensial yang memadai.(Beets, 1982)

2.8 Definisi MulsaMulsa adalah bahan yang dipakai pada permukaan tanah dan berfungsi untuk menghindari kehilangan air melalui penguapan dan menekan pertumbuhan gulma. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai mulsa adalah jerami padi (Purwowidodo, 1999).Mulsa adalah bahan atau material yang digunakan untuk menutupi permukaan tanah atau lahan pertanian dengan tujuan tertentu yang prinsipnya adalah untuk meningkatkan produksi tanaman.(Lakitan, 1995)Mulch is a covering placed around plants (or covering the ground in lieu of plants), to prevent the growth of weeds. If placed around plants, a mulch provides additional benefits, including the diminution of erosion and water loss, and the regulation of soil temperature. (Mulsa adalah penutup ditempatkan di sekitar tanaman (atau menutupi tanah sebagai pengganti tanaman), untuk mencegah pertumbuhan gulma. Jika ditempatkan di sekitar tanaman, mulsa memberikan manfaat tambahan, termasuk berkurangnya erosi dan kehilangan air, dan pengaturan suhu tanah).(Beaulieu, 2010)

2.9 Fungsi Mulsaa) menghemat penggunaan air dengan laju evaporasi dari permukaan tanah,b) memperkecil fluktuasi suhu tanah sehingga menguntungkan pertumbuhanc) tanaman dan mikroorganisme tanahd) memperkecil laju erosi tanah baik akibat tumbukan butir-butir hujane) menghambat laju pertumbuhan gulma(Lakitan, 1995)

2.10 Jenis-Jenis MulsaMulsa OrganikBerasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa organik diberikan setelah tanaman /bibit ditanam. Keuntungan mulsa organik adalah dan lebih ekonomis (murah), mudah didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan organik dalam tanah.Contoh mulsa organik adalah jerami, ataupun cacahan batang dan daun dari tanaman jenis rumput-rumputan lainnya.Mulsa AnorganikTerbuat dari bahan-bahan sintetis yang sukar/tidak dapat terurai. Mulsa anorganik dipasang sebelum tanaman/bibit ditanam, lalu dilubangi sesuai dengan jarak tanam. Mulsa anorganik ini harganya elative mahal, terutama mulsa elativ hitam perak yang banyak digunakan dalam budidaya cabai atau melon. Fungsi mulsa elativ ini dapat memantulkan sinar matahari secara tidak langsung untuk menghalau hama tungau, thrips dan apahid, selain itu mulsa elativ digunakan dengan tujuan menaikkan suhu dan menurunkan kelembapan di sekitar tanaman serta dapat menghambat munculnya penyakit yang disebabkan oleh bakteri.Contoh mulsa anorganik adalah mulsa elativ, mulsa elativ hitam perak atau karung.(Acquaah, 2005)

2.11 Kelebihan dan Kekurangan Jenis Mulsaa) Mulsa OrganikKeuntungan: lebih mudah didapatkan karena dapat diperoleh secara gratis, memiliki efek menurunkan suhu tanah, konservasi tanah dengan menekan erosi, dapat menghambat tanaman pengganngu, dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan organik dalam tanah, mulsa jerami kaya akan unsur hara yang dibutuhkan tanaman yaitu K, Al, dan MgKekurangan: menyebabkan timbulnya cendawan pada kelembabab yang tinggi, tidak tersedia sepanjang musim tanam, tidak dapat dipergunakan lagi untuk masa tanam berikutnya.b) Mulsa AnorganikKelebihan: dapat diperoleh setiap saat, memiliki efek yang beragam terhadap suhu tanah tergantung jenis elativ, dapat menekan erosi, mudah diangkut sehingga dapat digunakan di setiap tempat, dapat digunakan lebih dari satu musim tanam tergantung perawatan bahan mulsa.Kekurangan: tidak memiliki efek menambah kesuburan tanah karena sifatnya sukar lapuk, serta harganya relatif mahal.(Umboh, 1997)

III. BAHAN DAN METODE PELAKSANAAN

3.1 Alat dan Bahana. Tanam dan Pola TanamAlat: Cangkul: untuk meratakan tanah Tali Rafia: sebagai pembatas lahan Meteran/penggaris: untuk mengukur tali rafia, panjang jarak tanam, dan mengukur tinggi tanaman Kayu penegak: sebagai penegak tali rafiaBahan: Benih jagung : sebagai bahan tanam Benih kacang hijau : sebagai bahan tanam Bibit ubi kayu : sebagai bahan tanam Urea, KCl, SP36 : sebagai pupuk dasar

b. MulsaAlat: Karung : sebagai tempat mulsa Kamera : untuk dokumentasi Gembor : untuk menyiram tanamanBahan: Jerami padi utuh : sebagai mulsa Jerami padi cacah : sebagai mulsa

3.2 Alur Kerja3.2.1 Tanam dan Pola TanamMenyiapkan alat dan bahan

Meratakan lahan dengan cangkul

Membuat petak dan mengukur sesuai dengan jarak tanam

Meratakan lahan dengan cangkul

Membuat petak dan mengukur sesuai dengan jarak tanam

Menanam jagung secara monokultur Menanam ubi kayu dan kacang hijau secara polikultur

MengidentifikasiMelakukan perawatan setiap minggunyaMemberi pupuk dasar

3.2.2 Mulsa dan Pemulsaan

Mempersiapkan alat dan bahan

3.3 Analisa Perlakuan Mulsa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan4.1.1 Tinggi Tanaman Jagung

Pengamatan pada tanggalSAMPEL KE- (cm)

ABCDEFGHIJ

21 hst15,515,516131720201213,517

28 hst302223,524283331212932

35 hst453842,541414549394851

56 hst6311811013712012412614090145

63 hst67,4109,5142168128133,5144163,5156,5184

70 hst126113147178139150156170165190

Sampel ke-Pengamatan pada tanggal

21 hst28 hst35 hst56 hst63 hst70 hst

A356469

B6810758

C356879

D59111078

E5991045

F666674

G91010756

H479878

I345589

J3515979

4.1.2 Jumlah Daun Tanaman Jagung

4.1.3 Waktu munculnya Mulai

4.1.4 Gambar Bunga Jantan dan Betina Tanaman Jagung

4.1.5 Bobot tongkong dan klobot saat panen

4.1.6 Tinggi Tunas Ubi KayuPengamatan pada tanggalSampel Ke -

ABCD

14 hst1311

21 hst1310912

42 hst25263027

49 hst30283533

56 hst37,531,53936,5

4.1.7 Jumlah Daun Ubi Kayu

Pengamatan pada tanggalSampel Ke -

ABCD

14 hst1111

21 hst8756

42 hst24131615

49 hst31182119

56 hst30192423

4.2 Pembahasan4.2.1 Tinggi Tanaman Jagung

4.2.2 Jumlah Daun Tanaman Jagung

4.2.3 Waktu munculnya mulai

4.2.4 Bobot Tongkol dan Klonot saat Panen

4.2.5 Tinggi Tunas Ubi Kayu

4.2.6 Jumlah Daun Ubi Kayu

4.2.7 Oengaruh Pemulsaan terhadap Pertumbuhan Gulma

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1993.Teknik Bercocok Tanam Jagung.Yogyakarta : Kanisius.Acquaah, G. 2005. Horticulture: Principles and Practices. Marcel Dekker, Inc. New YorkBeaulieu, David. 2010. Mulch. (online) (http://landscaping.about.com/cs/lazylandscaping/g/mulch.htm.) Diakses 15 Mei 2015Beets, W,C. 1982. Multiple cropping and tropical faring system growth pusb. Co. Ltd. Aldersho.Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Yogyakarta : Kanisius.Campbell, Vell,A. 2002.Biology. Jakarta : Erlangga.Lakitan. 1995. pengaruh jenis mulsa dan konsentrasi pupuk organik cair super bionik terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah (allium ascalonicum l). http://jurnalfloratek.wordpress.com/tag/mulsa/. Diakses pada tanggal 2 Juni 2013Novitan. 2002.Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta: Agromedia Pustaka.Pracaya. 2002.Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot, dan Polibag. Jakarta : Penebar Swadaya.Purwowidodo. 1999.Teknologi Mulsa. Jakarta : Penebar Swadaya.Reijntjes, Haverkort dan Bayer .1992. Pertanian Masa Depan Pengantar PertanianSastradiharja, Singgih.2005.Menanam Sayuran Secara Organik. Jakarta: Azka Press.Semeru. 1995. Hortikultura dan Aspek Budaya. Jakarta: UI PressSetjanata, S. 1983.Perkembangan Penerapan Pola Tanam dan Pola Usahatani dalam UsahaIntensifikasi (Proyek Bimas).Lokakarya Teknologi dan Dampak Penelitian Pola Tanam dan Usahatani. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanam Bogor 20-21 Juni 1983.Umboh. A. H. 1997.Petunjuk Penggunaan Mulsa. Jakarta : Penebar Swadaya.Vincent, H. R. 1998. Agriculture Fertilizer and Envisement. CO. BI Publishing. New YorkWiranata Abdi Kusuma. 2012. Pola Tanam. Alamat://blog. ub.ac.id. Akses tanggal 15 Mei 2015