metodologi pembelajaran (kumpul)

61
BAB I PENDAHULUAN Pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal.Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadimanusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi. Pengajaran identik dengan pendidikan. Proses pengajaran adalah proses pendidikan.setiap kegiatan pengajaran adalah untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengajaran adalh suatu Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 1

Upload: rizki-amalia85

Post on 03-Jul-2015

148 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

BAB I

PENDAHULUAN

Pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui

pengamatan akal.Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk

mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan

sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan

mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.

Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal

sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan

dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional.

Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila

seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada

objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman

pribadimanusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk

memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen

organisasi.

Pengajaran identik dengan pendidikan. Proses pengajaran adalah proses

pendidikan.setiap kegiatan pengajaran adalah untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengajaran

adalh suatu proses aktivitas mengajar dan belajar, didalamnya terdapat dua subjek yang

saling terlibat, yaitu guru dan peserta didik.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang snagat

fundamental dalam melaksanakan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Adanya proses yang

panjang dan tertata dengan rapi serta berjenjang akan memungkinkan belajar menjadi lebih

baik dan efisien. Dalam makalah ini pemakalah akan menjelaskan tentang teori-teori belajar.

Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat

dari proses kematangan dan pengalaman. Seperti yang dikatakan oleh Van den Daele dalam

Hurlock bahwa “perkembangan berarti perubahan secara kualitatif”. Ini berarti bahwa

perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang

atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak

struktur dan fungsi yang komplek.

            Berbagai perubahan dan perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang

menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia hidup. Untuk mencapai tujuan ini maka

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 1

Page 2: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

realisasi diri atau yang biasanya disebut sebagai aktualisasi diri adalah sangat penting. Tujuan

ini tidaklah statis, tujuan ini merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu yang tepat untuk

dilakukan yaitu untuk menjadi manusia seperti yang diinginkan baik secara fisik maupun

psikologis.

            Mengingat proses perkembangan individu dimulai sejak masa konsepsi hingga

kematian dan proses ini berjalan terus secara permanent, qualitative, progressive dan

bersifat universal (Peterson, 1996), maka cakupan proses perkembangan individu ini menjadi

sangat luas. Menurut Peterson ada empat teori utama yang berpengaruh besar terhadap

pemahaman tentang perkembangan individu selama rentang kehidupannya, yaitu : teori

psikoanalitik , teori perkembangan kognitif, teori belajar dan teori humanistik.

BAB II

TEORI-TEORI BELAJAR

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 2

Page 3: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

A. Pengertian Teori Belajar.

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapai tujuan

pendidikan hanya bergantung kepada bagaimana proses belajar yang di alami oleh

murid sebagai anak didik.

Menurut Cronbach dia mengemukakan dalam bunkunya educational

psychology dengan menyatakan bahwa “Belajar dengan yang sebaik-baiknya adalah

dengan mengalami dan dalam mengalami itu sipengajar mempergunakan panca

indranya. Menurut Witharington (1952. h. 165) “belajar merupakam perubahan

kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola proses yng baru yang berbentuk

keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Pendapat yang hampir

sama dikemukakan oleh Crow and Crow dan Hilgrld. Menurut Crow and Crow (1958.

h. 225) belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan , pengetahuan dan sikap

baru. Sedangkan menurut hilgard (1962. h. 252) belajar adalah sutu proses dinama

suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap sesuatu siatuasi.

Dari defenisi yang telah dikemukakna diatas bahwa belajar merupakan suatu

proses perubahan tinggkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa bwlajar ialah suatu

proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksi dengan lingkungan.

Teori adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk mempelajari atau

meneliti sesuatu dalam sesuatu proses pembelajaran. Berarti teori belajar adalah cara-

cara aygn digunakan untuk memahami tingkah laku individu yang relative menetap

sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.

B. Aliran Psikologi Yang Mendasari Teori Belajar

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 3

Page 4: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

R.S Jatmoko dan Rusda Sutadi (1990) mengemukakan beberapa aliran psikologi yang

mendasari teori belajar masing-masing aliran mempunyai ciri-ciri tersendiri.

1. Behaviorisme.

Rumpun teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau

tingkah laku yang dapat diamati. Tokohnya E.L Thorndike, Ivan Patrovich, B.F

Skinner dan Bandura. Temuan penelitian para ahli ini dalam prinsipnya

mempunyai kesamaan, yaitu bahwa perubahan tingkah laku terjadi karena senata-

mata oleh linkungan.

Adapun ciri-ciri aliran Behaviorisme ini adalah :

a) Memerintahkan pengaruh lingkungannya

b) Mementingkan bagian-bagian daripada keseluruhannya

c) Mementingkan reaksi atau psikomotor

d) Mementingkan sebab-sebab masa lampau

e) Mengutamakan mekanisme terjadinya hasil belajar

f) Mementingkan pembentukan kebiasaan

g) Mengutamakan “trial and error”

2. Kognitif

Tokohnya Kohler, Max Wertheimes, Kurt Lewin dan Bandura, dasar teori belajar

tokoh ini sama. Yaitu dalam belajar terdapat kemampuan mengenal lingkungan,

sehingga lingkungan tidak otomatis mempengaruhi manusia

Ciri-ciri aliran ini adalah :

a) Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia

b) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian

c) Mementingkn peranan kognitif

d) Mementingkan kondisi waktu sekarang

e) Mementingkan pembentukan struktur kognitif

f) Mengutamakan “in right” (pengertian)

3. Humanisme

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 4

Page 5: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

Psikologi kognitif disempurnakan oleh tokoh-tokoh seperti Carl Rogers dan

Frankie

Ciri-cirinya adalah :

a) Mementingkan manusia sebagai pribadi

b) Mementingkkan kebulatan pribadi

c) Mementingkan peranan kognnitif dan efektif

d) Mementingkan persepsi subjektif yang dimililki tiap individu

e) Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri

f) Mengutamakan “in singht”

4. Psikoanalisasi

Psikoanalisasi merupakan psikologi sebagai suatu ilmu tetapi untuk kepentingan

pengobatan.Ciri-ciri aliran ini adalah :

a) Proses kejiwaan meliputi proses kesadaran dan ketidaksadaran

b) Mengamati prinsip “psycie determinisme” yang berarti bahwa segala sesuatu

yang terdapat dalam pikiran seseorang, tidaklah secara kebetulan, melainkan

karena peristiwa kejiwaan yang mendahuluinya peristiwa kejiwaan yang satu

berkaitan denganperistiwa lainnya dan menimbulkan hubungan sebab akibat.

c) Proses-proses mental yang tidak disadari berfungsi lebih banyak dan lebih

penting dalam kondisi mental, baik normal maupun up normal.

C. Teori-teori belajar

Kalau kita membaca literature psikologi, banyak sekali teori belajar akan kita

temukan teori-teori bersumber dari teori atau aliran-aliran Psikologi. Adapun teori-

teori belajar adalah sebagi berikut :

1. Teori Disiplin Plental

Sebelum abad ke-20, telah berkembang beberapa teori belajar, salah satunya

adalah teori disiplin mental. Teori belajar ini dikembangkan tanpa dilandasi

eksperimen, dan ini berarti dasar orientasinya adalah filosofis atau spekulatif.

Namun teori-teori sebelum abad ke-20, seperti teori disiplin mental ini sampai

sekarang masih ada pnengaruhnya, terutama dalam pelaksanaan pengajaran di

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 5

Page 6: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

sekolah-sekolah.

Menurut rumpun psikologi ini, individu memiliki kekuatan, kemampuan atau

potensi-potensi tertentu. Balajar adalah pengembangan dari kekuatan, kemempuan

dan potensi-potensi tersebut. Bagaiman proses pengembangan kekuatan-kekuatan

tiap aliran atau teori mengemukakan pandanagan yang berbeda. Teori lain dari

disiplin mental adalah Herbartisme. Herbart seorang psikologi jerman menyebut

teorinya sebagai teori Vorstellungen. Vorstellungen dapat diterjemahkan sebagai

tanggapan-tanggapan yang tersimpan dalam kesadaran.

Teori disiplin mental yang lain adalah Naturalisme Romantik dari Rousseau.

Menurut Jean Jacgues Rousseau anak memiliki potensi\potensi yang masih

terpendam, melalui belajar, anak harus diberi kesematan mengembangkan atau

mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak memiliki kekuatan

sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya

sendiri.

2. Teori Behaviorisme

Rumpun teori ini disebut Behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau

tinggkah laku yang dapat diamati. Teori-teori dalam rumpun ini bersifat

molecular, karena memendang kehidupan individu terdiri atas unsure-unsur

seperti halnya molekul-molekul. Menurut teori ini tinggkah laku manusia tidak

lain dari suatu hubungan anatara perangsang jawaban atau Stimulus Raspons.

Belajar adalah pembentukan hubungan Stimulus Respons sebanyak-banyaknya.

Pembentukan hubungan Stimulus Respons dilakukan melalui ulangan-ulangan.

Ada beberapa teori belajar yang termasuk pada rumpun Behavionisme ini antara

lain :

a) Teori Koneksionisme

Koneksionisme merupakan teori yang paling awal dari rumpun Berhaviorisme.

Teori belajar koneksionisme dikembangkan oleh Edward L. Trhorndike (1874-

1949). Menurut thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan

respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan

belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 6

Page 7: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik

ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atua gerakan/tindakan.

Selanjutnya dalam teori koneksionisme ini Thorndike mengemukakan hukum-

hukum belajar sebagai berikut :

Hukum kesiapan ( Low Of Readiness )

Diman hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk

manakala ada persiapan dalam diri individu imlikasi praktis dari hukum ini

adalah, bahawa keberhasialan belajar seseorang tergantnug dari ada atau

tidak adanaya kesiapan.

Hukum latihan ( Low Of Eserdse )

Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya hubungna

stimulus dan respons. Implikasi dari hukum ini dalah makin sering

pelajaran diulang, maka akan semakin dikuasainya pelajaran itu.

Hukum akibat ( Low Of Effect )

Hukum ini menunjuk kepada kuat atau lemahnya hubungan stimulus dan

respons tergantung kepada akibat yang ditimbulkannya. Implikasi dari

hukum ini adalah apabila mengharapakan agar seseorang dapat mengulangi

respons yang sama, maka harus diupayakan agar menyenangkan dirinya.

b) Teori Pengkondisian ( conditioning )

Teori pengkondisian merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori

Koneksionisme. Tokoh teori ini adalah Ivan Pavlov ( 1849-1936). Ia adalah

ahli Psikologi Refleksiologi dari Rusia. Sebagaiman dijelaskan oleh Hendry C

Ellis, bahwa dalam prosedur penelitiannya Pavlov menggunakan laboratorium

binatang sebagai tempat penelitian. Sama halnya dengan Thorndike, dia juga

percaya bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip yang sama dengan

manusia. Belajar atau pembentukan perilaku perlu dibantu dengan kondisi

tertentu. Belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan

suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu.

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 7

Page 8: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

c) Teori Penguatan ( Reinforcement )

Kalau teori pengkondisian yang diberi kondisi adalah perangsangannya, maka

pada teori penguatan yang dikondisi atau diperkuat adalah responsnya.

d) Teori Operant Conditioning

Tokoh utamanya adalah Skinner. Menurut Skinner tingkah laku bukankah

sekedar Respons terhadap Stimulus, tetapi merupakan suatu tindakan yang

disengaja atau Operant. Ini dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya.

3. Teori Kognitive – Gestalt – Field

Teori kognitif dikembangkan oleh para ahli psikologi Kognitif. Teori ini

berbeda dengan Behaviorisme, bahwa yang utama pada kehidupan

manusia adalh mengetahui dan bukan respons. Teori ini menekankan pada

peristiwa mental, bukan hubungan Stimulus-respons.

Teori Gestalt,berkembang dijerman dengan pendirinya yang utama adalah

Max Werthaimer, menurut Gestalt belajar siswa harus memahami makna

hunungan anatar satu bagian dengan bagian lainnya. Belajar adalah

mencari dan mendapatkan prognanz, menemukan keteraturan,

keharmonisan dari sesuatu.

Teori medan atau Field, menurut teori ini individu selalu berada dalam

suatu medan atau ruang hidup. Dalam medan hidup ini ada suatu tujuan

yang ingin dicapai, tetapi untuk mencapainya selalu ada hambatan.

Jadi perbedaan pandangan antara pendekatan Behavioristik dengan

Kognitif adalah sebagai berikut :

a. Proses atau peristiwa belajar seseorang, bukan semata-mata antara

ikatan Stimulus, Respons, melainkan juga melibatkan proses kognitif.

b. Dalam peristiwa belajar tertentu yang sangat terbatas ruang lingkupnya

misalnya belajar meniru sopan santun dimeja makan dan bertegur sapa.

Peranan ranah cipta siswa tidak begitu menonjol, meskipun

sesungguhnya keputusan untuk meniru atau tidak ada pada diri orang

itu sendiri.

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 8

Page 9: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

e. Analisis Tentang Teori Behavioristik

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan

tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk

merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan

kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi

pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu

keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki,

dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).

Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik.

Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar

pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-

program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram,

modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep

hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat

(reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori

belajar yang dikemukakan Skiner.

Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu

menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal

yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi

sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan

respon.

Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat

emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama.

Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai

kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya

terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda

tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus

dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh

pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 9

Page 10: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir

linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa

belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar

menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak

bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi

proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.

Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak

menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun

apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement)

cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi.

Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar.

Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie,

yaitu:

Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat

sementara;

Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian

dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama;

Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun

salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman

dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala

lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.

Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat

negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila

hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda

dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus)

harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya,

seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika pebelajar

tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan.

Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan

kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 10

Page 11: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan

negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive

reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya

adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah

mengurangi agar memperkuat respons.

f. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran

Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah

pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini

adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku

yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan

stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang

pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau

pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan

reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari

beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik

pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang

dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan

adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan

rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar

adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar

atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur

pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan

dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini

ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar

diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang

diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus

dipahami oleh murid.

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 11

Page 12: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif

yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena

itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan

menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus

dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar

diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang

bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.

Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang

memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi,

bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem

pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan

stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot.

Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi

yang ada pada diri mereka.

Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur

rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada

aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan

dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih

banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan

dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu

dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai

bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan

dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik

adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar

harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada

penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang

menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah

dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 12

Page 13: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta

mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan

kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada

buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan

kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi

menekankan pada hasil belajar.

Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan

biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut

jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai

dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah

menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang

terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai

kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan

pebelajar secara individual.

3. Teori Belajar Menurut Watson

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan

respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati

(observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-

perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia

menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena

tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya

tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang

sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat

diamati dan diukur.

4. Teori Belajar Menurut Clark Hull

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon

untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori

evolusiCharles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi

tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan

hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 13

Page 14: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral

dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam

belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon

yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah

laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis

(Bell, Gredler, 1991).

5. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie

Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan

stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali

cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie

juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan

terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan

mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi.

Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang

dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus

dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta

didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon

bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman

(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang

diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon

secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari.

Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin

diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).

6. Teori Belajar Menurut Skinner

Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli

konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara

sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus

dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian

menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 14

Page 15: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak

sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi

dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan.

Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-

konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin,

2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar

harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta

memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang

mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa

dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk

menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap

alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.

7.  Teori Belajar Kognitif menurut Piaget

Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget,

seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan

banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh

terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan

untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis

dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas

munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang

mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat

seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara

mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti

teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan

pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita

membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan

sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget

memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk

memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan

semakin canggih seiring pertambahan usia:

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 15

Page 16: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)

Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)

Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)

Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Periode sensorimotor

Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan

untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks

bawaan tersebut.Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode.

Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan

pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:

1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan

berhubungan terutama dengan refleks.

2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat

bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.

3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai

sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan

dan pemaknaan.

4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan

sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek

sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari

sudut berbeda (permanensi objek).

5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai

delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru

untuk mencapai tujuan.

6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan

awalkreativitas.

Tahapan praoperasional

Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan

permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang

secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 16

Page 17: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-

objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak

memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek

dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak

kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat

mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua

benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat

walau warnanya berbeda-beda.

Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul

antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan

keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan

kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif

bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka

tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan

satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di

sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif

orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan

menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.

Tahapan operasional konkrit

Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam

sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai.

Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:

Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri

lainnya.Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya

dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.

Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian

benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan

bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam

rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika

berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 17

Page 18: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu

permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi

menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil

yang tinggi.

Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah,

kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan

bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah

tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda

tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama

banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda,

air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.

Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut

pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).

Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di

dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu

ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi

konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam

kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh

Ujang.

Tahapan operasional formal

Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori

Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan

terus berlanjut sampaidewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya

kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik

kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat

memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu

hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya.

Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai

perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis,

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 18

Page 19: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial.

Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga

ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap

menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.

Informasi umum mengenai tahapan-tahapan

Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi

urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada

urutan yang mundur.

Universal (tidak terkait budaya)

Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam

diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan

Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara

logis

Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen

dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)

Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model

berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif

Proses perkembangan

Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan

berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori

pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema

juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam

memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema

mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut.

Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru

didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang

sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang

sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan

dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 19

Page 20: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat

seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya

tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.

1. Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang

sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung

memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke

dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung

kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu

pada skema burung si anak.

2. Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau

penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema

yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru

sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya

tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh

mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.

Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan

berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses

penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai

keadaan 

3. Equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan

pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan

seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian

di atas.

Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima

pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi

pengetahuannya.

4. Isu dalam perkembangan kognitif

Isu utama dalam perkembangan kognitif serupa dengan isu perkembangan

psikologi secara umum.

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 20

Page 21: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

Tahapan perkembangan

1. Perbedaan kualitatif dan kuantitatif

Terdapat kontroversi terhadap pembagian tahapan perkembangan berdasarkan

perbedaan kualitas atau kuantitas kognisi.

2. Kontinuitas dan diskontinuitas

Kontroversi ini membahas apakah pembagian tahapan perkembangan merupakan

proses yang berkelanjutan atau proses terputus pada tiap tahapannya.

3. Homogenitas dari fungsi kognisi

Terdapat perbedaan kemampuan fungsi kognisi dari tiap individu

Natur dan nurtur

Kontroversi natur dan nurtur berasal dari perbedaan antara filsafat nativisme dan

filsafat empirisme. Nativisme mempercayai bahwa pada kemampuan otak manusia

sejak lahir telah dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif. Empirisme mempercayai

bahwa kemampuan kognisi merupakan hasil dari pengalaman.

Stabilitas dan kelenturan dari kecerdasan

Secara relatif kecerdasan seorang anak tetap stabil pada suatu derajat kecerdasan,

namun terdapat perbedaan kemampuan kecerdasan seorang anak pada usia 3 tahun

dibandingkan dengan usia 15 tahun.

Sudut pandang lain

Pada saat ini terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk menjelaskan

perkembangan kognitif.

Teori perkembangan kognitif neurosains

Kemajuan ilmu neurosains dan teknologi memungkinkan mengaitkan antara

aktivitas otak danperilaku. Biologis menjadi dasar dari pendekatan ini untuk

menjelaskan perkembangan kognitif.Pendekatan ini memiliki tujuan untuk dapat

mengantarai pertanyaan mengenai umat manusia yaitu

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 21

Page 22: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

1. Apakah hubungan antara pemikiran dan tubuh, khususnya antara otak secara

fisik dan mental proses

2. Apakah filogeni atau ontogeni yang menjadi awal mula dari struktur biologis

yang teratur

Aspek aspek perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu tahap (1) sensory motor;

(2) pre operational; (3)concrete operational dan   (4) formal operational.  Menurut

Piaget, ahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap

perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan

untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi

dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru.  Guru 

hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau

berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal

dari lingkungan.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :

a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu

guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir

anak.

b.  Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan

dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan

lingkungan sebaik-baiknya.

c.  Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

d.  Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara

dan diskusi dengan teman-temanya.

8. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne

Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor

yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil

kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi

proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan

keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 22

Page 23: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu.

Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk

mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan

kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu

dalam proses pembelajaran.

Menurut Gagne tahapan  proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu,

(1) motivasi; (2) pemahaman;  (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan

kembali;  (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.

9. Teori Belajar Gestalt

Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai   “bentuk

atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa

tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.

Menurut Koffka dan Kohler,  ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :

a. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu

menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure

(bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran,

potongan, warna  dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang.

Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka  akan terjadi kekaburan

penafsiran antara latar dan figure.

b. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik

waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai

satu bentuk tertentu.

c.  Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung

akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.

d. Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan

yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi  sebagi suatu

figure atau bentuk tertentu.

e. Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang

pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 23

Page 24: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan

keteraturan; dan

f.  Ketertutupan (closure)  bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan

suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.

Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu: 

a. Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan

perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk

kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar” adalah

perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar.  Berlari, berjalan,

mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”.

Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku

“Molecular”.

b. Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara

lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis

adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral

merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari

jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal

kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang

lebat (lingkungan geografis).

c.  Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu

bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau

peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti :

sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip

ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak  seperti gunung atau binatang

tertentu.

d. Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan

suatu proses  yang dinamis  dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis.

Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam

memberikan tafsiran  terhadap rangsangan yang diterima.

Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 24

Page 25: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

a. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang

penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta

didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan

unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.

b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-

unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan  dalam proses

pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif

sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan

masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan

alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya

memiliki makna  yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.

c.  Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada

tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons,

tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses

pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang

ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan

sebagai arah  aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam

memahami tujuannya.

d.  Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki

keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi

yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi

lingkungan kehidupan peserta didik.

e. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi

pembelajaran tertentu ke situasi lain.  Menurut pandangan Gestalt, transfer

belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek  dari suatu

konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam

situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan

pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam

pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum

(generalisasi). Transfer belajar akan terjadi  apabila peserta didik telah

menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan

generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 25

Page 26: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

situasi lain.  Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik

untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

10. Teori Konstruksi pemikiran-sosial

Selain biologi, konteks sosial juga merupakan salah satu sudut pandang dari

perkembangan kognitif. Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan sosial dan

budaya akan memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan kognisi dan

pemikiran anak. Teori ini memiliki implikasi langsung pada dunia pendidikan.

Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar secara aktif lebih baik daripada

secara pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya Lev Vygotsky, Albert

Bandura, Michael Tomasello

11. Teori Theory of Mind (TOM)

Teori perkembangan kognitif ini percaya bahwa anak memiliki teori maupun

skema mengenai dunianya yang menjadi dasar kognisinya. Tokoh dari ToM ini

diantaranya adalah Andrew N. Meltzoff

12. Teori Perkembangan Kognitif menurut Konsep Vygotsky

Perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak berkembang dalam situasi

sosial yang hampa. Lev Vygotsky (1896-1934) seorang psikolog berkebangsaan

Rusia, mengenal poin penting tentang pikiran anak lebih dari setengah abad yang

lalu. Teori Vygotsky mendapat perhatian yang makin besar ketika memasuki akhir

abad ke-20. Sezaman dengan Piaget, Vygotsky menulis di Uni Sofiet selama

sepuluh tahun dari tahun 1920-1930. Namun karyanya baru dipublikasikan diduia

barat pada tahun 1960an. Sejak saat itulah, tulisan-tulasannya menjadi sangat

berpengaruh didunia. Vygotsky juga mengagumi Piaget , Vigotsky setuju dengan

teori Piaget bahwa perkembangan kognitiv terjadi secara bertahap dan dicirikan

dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, akan tetapi Vygotsky tidak setuju

dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan

membentuk gambara realitasya sendirian, karena menurut Vygotsky suatu

pengetahuan tidak hanya didapat oleh anak itu sendiri melainkan mendapat

bantuan dari lingkungannya juga. 

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 26

Page 27: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

a. Karya vygotsky didasarkan pada pada tiga ide utama: 

Bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide

baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka

ketahui.

b. Bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan

intelektual.

c. Peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan

mediator pembelajaran siswa.

Sumbangan psikologi kognitif berakar dari teori-teori yang menjelaskan

bagaimana otak bekerja dan bagaimana individu memperoleh dan memproses

informasi. Pandangan yang ditawarkan Vygotsky dan para ahli psikologi kognitif

yang lebih mutakhir adalah penting dalam memahami penggunaan-penggunaan

strategi belajar karena tiga alasan. Pertama, mereka menggaris bawahi peran penting

pengetahuan alam dalam proses belajar. Dua, mereka membantu kita memahami

pengetahuan dan perbedaan antara berbagai jenis pengetahuan. Tiga, merka

membantu menjelaskan bagaimana pengetahuan diperoleh manusia dan diproses

didalam sistem memori otak.

Para ahli psikologi kognitif menyebut informasi dan pengalaman yang

disimpan dalam memori jangka panjang dalam pengetahuan awal. Pengetahuan awal

(prior knowlege) merupakan kumpulan dari pengetahuan dan pengalaman individu

yang diperoleh sepanjang perjalanan hidup mereka, dan apa yang ia bawah kepada

suatu pengalaman baru.

Menurut teori Peaget Perkembangan kognitif seorang anak terjadi secara

bertahap, lingkungan tidak tidak dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan

anak. seorang anak tidak dapat menerima pengetahuan secara langsung dan tidak bisa

langsung menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat secara

bertahap dengan cara belajar secara aktif dilingkungan sekolah. Tapi Vygotsky tidak

sependapat dengan Peaget, Vygotsky menekankan pada pembelajaran sosiokultural.

Inti dari teori Vygotsky yaitu penekanan pada interaksi pembelajaran antara aspek

internal dan aspek eksternal pada lingkungan social. Menurut teori Vygotsky, fungsi

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 27

Page 28: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya.

Vygotsky juga yakin suatu pembelajaran tidak hanya terjadi saat disekolah atau dari

guru saja, tetapi suatu pembelajaran dapat terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-

tugas yang belum pernah dipelajari disekolah namun tugas-tugas itu bisa

dikerjakannya. 

Banyak developmentalis yang bekerja dibidang kebudayaan dan pembangunan

yang sepaham dengan teori Vygotsky, yang berfokus pada konteks pembangunan

social budaya. Teory Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia

sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya.

Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti

ingatan, perhatian, dan penalaran yang melibatkan pembelajaran yang menggunakan

temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, system matematika dan alat-alat ingatan.

Vygotsky lebih banyak menekankan bahasa dalam perkembangan kognitif dari pada

Peaget.

Bagi Peaget bahasa baru tampil ketika anak sudah mencapai tahap

perkembangan yang cukup maju. pengalaman bahasa anak tergantung pada tahap

perkembangan kognitif saat itu. Pada kenyatannya, Kebanyakan anak-anak diajari

bahasa sejak usia yang sangat mudah. Bahkan saat anak mulai bisa melihat dunia.

Kita perlu mengenalkan bahasa sejak dini untuk memperoleh keterampilan bahasa

yang baik. Para pakar perilaku memandang bahasa sama dengan perilaku lainnya,

misalnya duduk, berjalan atau berlari. Mereka berpendapat bahwa bahasa hanya

urutan respon atau sebuah imitasi. Tetapi banyak diantara kalimat yang kita hasilkan

adalah baru, kita tidak mendengar atau membicarakan sebelumnya. Kita tidak

membicarakan bahasa didalam suatu ruang hampa sosial, kita memerlukan

pengenalan bahasa yang lebih dini untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik.

  Dewasa ini kebanyakan peneliti bahasa yakin bahwa anak-anak dari berbagai

konteks social yang luas menguasai bahasa dari ibu mereka tanpa diajarkan secara

khusus. Seperti halnya saat anak menangis, menangis merupakan bahasa anak saat

meraka belum bisa berbicara, menangis dijadikan sebagai bahasa mereka saat mereka

menginginkan sesuatu. Walaupun begitu proses pembelajaran bahasa biasanya

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 28

Page 29: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

memerlukan lebih banyak dukungan dan keterlibatan dari pengasuh dan guru. Karena

dari lingkungan juga mereka akan dapat tambahan kosakata. Suatu lingkungan juga

yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa pada anak.

Perkembangan pemahaman bahasa pada anak bukan saja dipengaruhi oleh kondisi

biologis anak, tetapi lngkungan bahasa disekitar anak sejak usia dini itu lebih penting.

Karena bahasa berfungsi sebagai komunikasi. Dan suatu komunikasih itu digunakan

sebagai alat untuk menyelesaikan masalah.

Vygotsky juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang

dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil didalam bidang-bidang

tersebut. Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan sosial didalam

perkembangan kognitif berbeda dengan teori Peaget tentang anak sebagai ilmuwan

kecil yang kesepian. Karena Peaget memandang anak-anak sebagai pembelajaran

lewat penemuan individual. Sedangkan Vygotsky lebih banyak menekankan peranan

orang dewasa dan anak anak lain dalam memuahkan perkembangan si anak..Menurut

Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relative dasar seperti

kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun,anak-

anak tidak banyak meiliki fungsi mental yang lebih tinggi. Pengalaman dengan orang

lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran batin

anak tentang dunia. Vygotsky juga menekankan baik levelkonteks sosial yang bersifat

inter personal. Pada level institusional, sejarah kebudayaan menyediakan organisasi

dan alat-alat yang berguna bagi aktivitas kognitif melalu instuisi seperti sekolah,

penemuan seperti computer. Interaksi intuisional memberi kepada anak suatu norma-

norma perilaku dan social yang luas untuk membimbing hidupnya.level interpersonal

memiliki suatu pengaruh yang lebih langsung pada kefungsian mental anak. Menurut

Vygotsky keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang

melalui interaksi social langsung. Melalui pengoranisasian pengalaman-pengalaman

interaksi social yang berada dalam suatu latar belakang kebudayaan ini.

Perkembangan anak menjadi matang.

B. Zone proximal Development Dan Konsep Scafolding

Zone proximal Development ona proximal Development ( ZPD ) ialah istilah

Vygotsky untuk tugas-tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai sendiri oleh anak-anak,

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 29

Page 30: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

tetapi yang dapat dikuasai dengan bimbingan dan bantuan dari orang-orang dewasa

atau anak-anak yang yang lebih terampil. Batas ZPD yang lebih rendah ialah level

pemecahan masalah yang di capai oleh seorang anak yang bekerja secara mandiri.

Dan batas yang lebih tinggi ialah level tanggung jawab tambahan yang dapat di terima

oleh anak dengan bantuan seorang instruktur yang mampu. Penekanan Vygotsky pada

ZPD menegaskan keyakinannya tentang pentingnya pengaruh-pengaruh social

terhadap perkembangan kognitif dan peran pengajaran dalam perkembangan social.

ZPD dikonseptualisasikan sebagai suatu ukuran potensi pembelajaran,akan tetapi IQ

menekankan bahwa intelegensi adalah milik anak. sedangkan ZPD menekankan

bahwa pembelajaran adalah suatu peristiwa social yang bersifat interpersonal dan

dinamis yang tergantung pada paling sedikit dua pikiran, dimana yang satu lebih

berilmu atau lebih terlatih dari yang lain. Pembelajaran oleh anak-anak kecilyang baru

berjalan memberi contoh bagaimana ZPD bekerja. Anak-anak kecil yang baru

berjalan itu harus di motivasi dan harus dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang

menuntut ketrampilan buat mereka. Guru harus harus memiliki pengetahuan untuk

melatihkan ketrampilan yang menjadi target pada setiap tingkat yang di persyaratkan

oleh aktifitasnya. Guru dan anak harus saling menyesuaikan persyaratan masing-

masing.

Dalam suatu penelitian tentang hubungan antara anak-anak yang baru belajar

berjalan dengan ibunya,pasangan itu di tugaskan untuk menyelesaikan sejumlah

masalah yang terdiri atas berbagai jumlah (sedikit obyek vs banyak obyek) dan

berbagai kompleksitas (perhitungan sederhana vs reproduksi angka). Para ibu di minta

mengerjakan tugas ini sebagai suatu peluang untik mendorong pembelajaran dan

pemahaman akan anak mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pemikiran

pada mulanya berkembang sendiri-sendiri, tetapi pada akhirnya bersatu.

Ada dua prinsip yang mempengaruhi penyatuan pemikiran dan bahasa.

Pertama, semua fungsi mental memiliki asal usul eksternal atau sosia. Anak-anak

harus menggunakan basa dan mengkomunikasikannya kepada orang lain sebelum

mereka berfokus ke dalam proses-proses mental mereka sendiri. Kedua, anak-anak

harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa selama periode waktu

yang lama sebelum transisi dari kemampuan bicara secara eksternal ke internal

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 30

Page 31: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

berlangsung. Periode transisi ini terjadi antara usia 3 hingga 7 tahun dan meliputi

berbicara kepada dirinya sendiri. Setelah beberapa saat, berbicara sendiri itu menjadi

hakekat kedua anak-anak dan mereka dapat bertindak tanpa menverbalisasikannya.

Bila ini terjadi anak-anak telah menginternalisasikan pembicaraan mereka yang

egosentris dalam bentuk berbicara sendiri, yang menjadi pemikiran anak.

Teori Vygotsky menentang gagasan-gagasan Piaget tentang bahasa dan

pemikiran. Vygotsky menyatakan bahwa bahasa, bahkan dalam bentuknya yang

paling awal, adalah berbasis sosial, sementara Piaget menekankan pada percakapan

anak-anak yang bersifar egosentris dan berorientasi nonsosial. Anak-anak berbicara

kepada diri mereka untuk mengatur perilakunya dan untuk mengarahkan diri mereka

(Duncan, 1991). Sebaliknya, Piaget menekankan bahwa percakapan anak kecil yang

egosentris mencerminkan ketidakmatangan sosial dan kognitif mereka. 

Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri bebrapa konsep

melalui pengalaman. sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih maju

dan berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. anak-anak tidak akan

mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain.

Menurut Vygotsky, zona perkembangan proksimal merupakan celah antara actual

development dan potensial development, dimana antara seorang anak dapat

melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat

melakukan Sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerja sama dengan teman

sebaya. Zona perkembangan proximal menitik beratkan pada interaksi social akan

dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika seorang siswa mengerjakan

pekerjaannya disekolah sendiri, perkembangan mereka akan lambat . jadi untuk

memaksimalkan perkembangan siswa seharusnya bekerja dengan teman sebaya yang

lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah

yang lebih kompleks. Melalui interaksi yang berturut-turut ini diharapkan dapat

mengembangkan pengalaman berbicara, bersikap dan berdiskusi secara baik. 

2. Konsep scaffolding

a. Selain teori Vygotsky diatas, Vygotsky juga mempuyai teori yang lain yaitu

tentang “scaffolding”. Scaffolding adalah memberikan bantuan yang besar

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 31

Page 32: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian

mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut

untuk mengerjakan pekerjaannya sendiri dan mengambil alih tanggung jawab

pekerjaan itu. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan,

dorongan menguraikan masalah kedalam bentuk lain yang memungkinkan siswa

dapat mandiri. Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya

yaitu: Menghendaki setting kelas kooperaif, sehingga siswa dapat saling

berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang

efekif dalam masng-masing zone of proximal development mereka.

b. Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran dalam menekankan scaffolding. Jadi

teori belajar vigotsky adalah salah satu teori belajar social sehingga sangat

sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran

kooperatif terjadi interaktif social yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan

antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep

danpemecahan masalah.

c.  Pengaruh karya Vygotsky dan burner terhadap dunia pengajaran dijabarkan

oleh smith

d. Walaupun Vygotsky dan burner telah mengusulkan peranan yang lebih penting

bagi orang dewasa dalam pembelajaran anak-anak dari pada peran yang

diusulkan Peaget, keduanya tidak mendukung pengajaran diaktivis diganti

sepenuhnya. Sebaliknya mereka malah menyatakan walaupun anak dilibatkan

dalam pembelajaran aktif, guru harus aktif mendampingi setiap kegiatan anak-

anak. Dalam istilah teoristis ini berarti anak-anak bekerja dalam zona

perkembangan proksimal dan guru menyediakan scaffolding bagi anak.

e. Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya

juga berpengaruh pada perkembangan kognitif anak. Berlawanan dengan

pembelajaran lewat penemuan individu (individual discoveri learning) kerja

kelompok secara kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan anak.

Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi

oleh teman sebaya, yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak tertinggal

didalam pelajaran. Foot et al, menjelaskan pengajaran oleh teman sebaya ini dengan

menggunakan teori vygotsky. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 32

Page 33: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

melewati ZPD karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga bisa

dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan

scaffolding yang sesuai.

Komputer juga dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dalam

berbagai cara. Dalam prespektif pengikut vygotsky - bruner, perintah-perintah dilayar

komputer merupakan scaffolding. Ketika anak menggunakan perangkat lunak atau

software pendidikan, komputer menggunakan bantuan atau petunjuk scara detail

seperti yang diisyaratkan sesuai kedudukan anak dalam ZPD. Tidak dipungkiri lagi

beberapa anak dikelas lebih terampil dalam menggunakan computer sebagai tutor bagi

teman sebayanya. Dengan murid-murid yang bekerja dengan komputer guru bisa

bebas mencurahkan perhatiannya kepada individu-individu yang memerlukan bantuan

dan menyiapkan scaffolding yang sesuai bagi masing-masing anak.

C. Penerapan dalam pembelajaran

Hoover, peneliti dari Texas University of Austin yang juga CEO pada southwest

educational development labolatory menyatakan: constructivism’s central idea is that

human learning is contructed, that learners buld new knowledge upon the foundation

of previous learning. This view of learning sharply contrasts with one in which

learning is the passive transmission of information fro individual to another, a view in

which reception, not contruction, is key. Ada dua hal penting disini yang berkenaan

dengan pengetahuan yang dikontruksi oleh pelajar. Pertama adalah pelajar

membangun satu pengertian baru dengan menggunakan apa yang sudah mereka

ketahui sebelumnya. Dalam hal ini tidak ada “tabularasa” dimana pengetahuan

digoreskan. Pelajar akan memasuki suasana pembelajaran dimana pengetahuan yang

diterima akan dihubungkan dengan pengalaman yang sudah ada sebelumnya dan

pengetahuan yang sudah dimiliki saat ini akan mempengaruhi penerimaan

pengetahuan yang baru. Dalam hal ini, Ki Hajar Dewantara adalah salah satu

tulisannya yang mengungkapkan bahwa yang terjadi dalam diri anak adalah sesuai

dengan “convergentie theorie”. Teori ini mengajarkan bahwa seorang anak terlahir

ibarat kertas yang sudah ada tulisannya, akan tetapi semua tulisan itu masih kabur

atau suram. Tugas pembelajaran adalah membantu anak untuk mempertebal tulisan-

tulisan yang bersifat baik sehingga kelak dapat berubah menjadi ilmu yang berguna

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 33

Page 34: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

dan budi pekerti yang baik. Sedangkan tuisan yang sifatnya jelek harus dibiarkan agar

bertambah suram atau bahkan menghilang. Ki Hajar menentang teori tabula rasa yang

menganggap anak terlahir bagaikan kertas putih yang bisa ditulisi apa saja oleh

pemelajar, atau teori aliran negative yang menganggap anak lahir bagaikan kertas

yang sudah penuh dengan tulisan yang tidak dapat diubah isinya . Kedua adalah

bahwa pembelajaran lebih bersifat aktif dan bukan pasif. Pelajar akan

membandingkan apa yang baru dipelajarinya dengan apa yang diketahuinya. Jika

terdapat perbedaan, maka pelajar akan mencoba mengakomodasikan apa yang baru

dipelajarinya dengan memodifikasi pengetahuan yang sudah ada atau dimilkinya.

Dalam proses ini akan terjadi proses pertimbangan oleh pelajar yang akan diakhiri

dengan proses modifikasi jika pengetahuan baru tersebut dapat diterima. Salah satu

landasannya adalah teori tidak kesesuaian kognitiv dari festinger (cognitive

dissonance theory). Teori ini dikemukakan oleh festinger dalam bukunya yang

berjudul A Theory of Cognitife dissonance. Menurut teori ini, ada kecenderungan

dalam diri seseorang untuk selalu melihat konsistensi antar kognisi yang dimilikinya

misalnya kepercayaan dan opini. Jika terjadi tidak kekesuaian antara sikap dengan

prilaku (attitude and behavior), maka salah satu harus berubah untuk mehilangkan

disonansi (ketidak-sesuaian) tersebut. Dalam hal, ada perbedaan sikap dan perilaku,

maka biasanya orang akan merubah sikap untuk mengakomodasi perilaku. Ada dua

faktor yang mempengaruhi tingkat ketidak sesuaian tersebut yaitu:

1. jumlah disanonsi keyakinan

2. kepentingan yang ada dalam masing-masing keyainan

Untuk menghilangkan ketidak sesuaian tersebut, pada dasarnya ada tiga cara yang

dapat dilakukan oleh seseorang, yaitu:

1. mengurangi tingkat kepentingan dalam disonansi keyakinan

2. menembah kesesuain keyakinan melebihi disonansi keyakina

3. merubah disonansi keyakinan untuk menghilangkan inkonsistensi

Disonansi sering terjadi dalam keadaan dimana seseorang harus membuat pelihan

antara dua tindakan atau keyakinan yang tidak saling bersesuaian. Disonansi terbesar

terjadi jika kedua elternatif memiliki tingkat atraktif yang sama. Perubahan sikap

biasanya terjadi dalam arah yang memilki insentif yang lebih sedikit karena hasilnya

adalah disonansi yang lebi kecil. Disini teori ini memiliki pertentangan dengan teori

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 34

Page 35: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

prilaku umum yang menganggap perubahan perilaku terbesar akan kearah

peningkatan insentif.

Maddux, cleborne d Johnson, d lamont dalam tulisannya mengenai teori kontrutifis

membagi paham kontruktivis kedalam dua aliran, yaitu paham kontruktivis kogitif

dan paham kontruktivis social. Kontruktivis kognitif didasarkan pengembangan yang

dibuat oleh ahli psikologi perkembangan Swiss dan Peaget. Teori Peaget ini

mengandung dua unsur pokok yaitu, umur dan tahap perkembangan. Melalui kedua

unsur ini bisa diprediksi apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh seorang anak

berdasarkan umurnya, serta teori perkembangan yang menjelaskan bagaimana

seorang anak membangun kemampuan kognitivnya.

Perkembangan termasuk internalisasi atau penyerapan isyarat-isyarat sehingga

anak-anak dapat berfikir dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain.

Internalisasi ini disebut pengaturan diri (self regulation). Langkah pertama dari

pengaturan diri dan pemikiran mandiri adalah mempelajari bahwa segala sesuatu

memiliki makna. Langkah kedua dalam pengembangan struktur-struktur internal dan

pengaturan diri adalah latihan. Siswa berlatih gerak-gerak isyarat yang akan

mendatangkan perhatian. Kemudian langkah terakhir termasuk penggunaan isyarat

dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. 

Menurut Vygotsky, dengan melibatkan anak berdiskusi dan berfikir

(reasoning) dalam mempelajari segala kejadian, akan mendorong anak untuk

merefleksikan apa yang telah dikatakan atau diperbuatnya. Hal ini dapat menjadi

“inner speech” atau “inner dialogue”, dialog dengan dirinya sendiri. Ini proses awal

bagi anak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri. Selanjutnya, dikemudian hari ia

akan mampu mengevaluasi diri, menganalisis kekurangan serta kekuatan yang

dimilikinya. Dengan terbiasa melibatkan anak diskusi, akan membantu anak untuk

bisa berfikir pada tahapan yang lebih tinggi atau meta-cognition. Proses seperti ini

dapat membuatnya menjadi manusia spiritual, yaitu manusia yang tahu siapa dirinya,

dan mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah bagian dari masyarakat, komunitas

dan alam semesta. 

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 35

Page 36: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

Teori kontrukivis sosial dibangun berdasarkan pengembangan yang dibuat

oleh Lev Vygotsky. Vygotsky menekankan pada lingkungan social yang ikut

membantu perkembangan seorang anak. Bagi Vygotsky, budaya sangat berpengaruh

sekali dalam membentuk strutur kognitif anak. Yang membantu perkembangan anak

bukan hanya guru, tetapi jaga anak-anak yang lebih dewasa. Vygotsky

mengemukakan konsep mengenai zone of proximal development. Dalam konsep ini

seorang anak dapat memahami suatu konsep dengan bantuan orang lain yang lebih

dewasa yang tidak bisa dilakukannya sendiri. Dengan begitu seorang anak akan lebih

mengerti dan mempunyai banyak pengalaman dan wawasan serta dapat

menyelesaiakan suatu permasalahan yang dianggapnya rumit dan memerlukan

bantuan orang lain yang dianggapnya mampu membantu untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut, suatu wawasan yang tidak hanya didapat didalam sekolah tapi

diluar sekolah. Dan permasalahan tersebut yang ada hubungannya dengan sekolah.

Disini para pendukung kontruktivisme yakin bahwa pengalaman melalui lingkungan,

kita aka memperoleh informasi, dan dapat menggabungkan pengalaman yang didapat

sebelumnya dengan pengalaman yang baru. Dengan kata lain pada proses belajar

masing-masing pelajar harus mengkreasikan pengetahuannya. Ada empat prinsip

dasar dalam penerapan teori Vygotsky yaitu: 

1. Belajar dan berkembang adalah aktivitas social dan kolaboratif

2. ZPD dapat menjadi pemandu dalam menyusun kurikulum dan pelajaran.

3. Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh

dipisahkan dari pengetahua anak-anak yang dibangun dalam dunia nyata

mereka

4. Pengalaman anak diluar sekolah harus dhubungkan dengan pengalaman

mereka disekolah

D. Manfaat Mempelajari Teori Belajar.

Belajar itu berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia. Artinya

dengan ilmu dan teknologi hasil kelompok belajar manusia tertindas itu juga dapat

digunakan untuk membangun benteng pertahanan. Iptek juga dapat dipakai unutk

membuat senjata penangkis agresi sekelompok manusia tertentu yang mingkin

bernafsu serakah atau mengalami gangguan Psycopaty yang berat watak merusak.

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 36

Page 37: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

Sedangkan manfaat dari mempelajari teori belajar adalah dapat menimbulkan tingkah

laku organisme dengan adanya hubungan antara Stimulus (rangsangan) dengan

Respond an dapat memperkuat hubungan antara Stimulus dan Respon tersebut.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang sangat

fundamental dalam melaksanakan setiap jenis dan jenjang pendididkan. Belajar

merupakan suatu proses perubahan tinggkah laku sebagai hasil dari interaksi

dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Teori-teori belajar :

1. Teori disiplin mental

2. Teori behaviorisme

3. Teori cognitive- gestalt- field

4. Aliran Psikologi yang mendasari teori belajar :

a. Behaviorisme

b. Kognitif

c. Humanisme

d. Psikoanilisasi

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini tentu banyak terdapat kekurangannya, oleh karena itu

pemakalah mengharapakan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan

makalah selanjutnya.

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 37

Page 38: Metodologi Pembelajaran (Kumpul)

DAFTAR PUSTAKA

Azhari, Ilyas. Psikologi Pendidikan. Semarang : Toha Putra. 1996, Sukmadinata, Nana

Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2005.

Nursyamsi. Psikologi Pendidikan. Padang : Baitul Hikmah. 2003

Http : // Riwayat. Net /Budiningsih, Asri. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

2005.

Http://Anwarholil.blogspot.com/2008/04/Teori-Vygotsky

Http://ipotes.wordpress.com

Http://rufmania.multiply.com/perkembangan-kognitif

Http://valmband.multiply.com 

Http://viking.coe.uh.edu/ebook/et-it/social.hatm

Http://wikipedia.org/wiki/teori-perkembangan-kognitif

Http://www.al-azhar.ac.id/konsep-vygotsky

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003

 Santrok, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 1.

Jakarta: Erlangga

Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 38