diare akut kelompok-2

15
REFERAT Diare Akut Pembimbing : Dr. Dwi Haryadi, SpA Disusun Oleh : Rabie’ah 11.2014.061 Zaim Syazwan bin Zulkafi 11.2014.043 Muhammad Hazim Afif b Amirudin 11.2014.044 Ahmed Haykal Hilman 11.2014.035 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam

Upload: rabieahbahanan

Post on 08-Nov-2015

220 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

REFERATDiare Akut

Pembimbing :Dr. Dwi Haryadi, SpA

Disusun Oleh :

Rabieah 11.2014.061Zaim Syazwan bin Zulkafi11.2014.043Muhammad Hazim Afif b Amirudin11.2014.044Ahmed Haykal Hilman 11.2014.035

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaRS Bayukarta11 Mei 2015 18 Juli 2015

BAB IPENDAHULUAN

Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia.1 Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi.2 Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.2Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secarakomprehensif, efisien dan efekstif harus dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperlukan jika terdapat kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan terganggunya masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan penanganan menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit.3

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai criteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.4

Diare akut menurut Cohenadalah keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung kurang 14 hari.5SedangkanAmerican Academy ofPediatrics(AAP) mendefinisikan diare dengan karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3 7 hari.6 Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, diare atau penyakit diare adalah bila tinja mengandung air lebih banyak dari normal. Menurut WHO diare adalah berak cair lebih dari tiga kali dalam 24 jam, dan lebih menitik beratkan pada konsistensi tinja dari pada menghitung frekuensi buang air.

Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Sebenarnya para pakar di dunia telah mengajukan beberapa criteria mengenai batasan kronik pada kasus diare tersebut, ada yang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan, dan 3 bulan, tetapi di Indonesia dipilih waktu lebih dari 15 hari agar dokter tidak lengah, dapat lebih cepat menginvestigasi penyebab diare dengan lebih tepat. Diare persisten merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari yang merupakan kelanjutan dari diare akut (peralihan antara diare akut dan kronik, dimana lama diare kronik yang dianut yaitu yang berlangsung lebih dari 30 hari).Diare infektif adalah bila penyebabnya infeksi. Sedangkan diare noninfektif bila tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab pada kasus tersebut.Diare organic adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik, hormonal atau toksikologik. Diare fungsional bila tidak ditemukan penyebab organik.

II. ETIOLOGI Ada beberapa faktor yaitu : 1. Faktor infeksia.Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.-Infeksi bakteri : Vibrio, Ecoli, Salmoella, Shigella, dan sebagainya.-Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, dan lain lain-Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lambilia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans).b.Infeksi parental, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak < 2 tahun.2. Faktor malabsorbsia.Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang tersering ialah intoleransi laktosa.b.Malabsorbsi lemak terutama lemak jenuh.c.Malabsorbsi protein.

3. Faktor makananMakanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.

III. PATOFISIOLOGI

Faktor Resiko Terjadinya Diare Faktor resiko yang meningkatkan transmisi enteropatogen :1. Tidak cukup tersedianya air bersih2. Tercemarnya air oleh tinja3. Tidak ada / kurangnya sarana MCK4. Higiene per orangan dan penyediaan makanan tidak higieni5.Cara penyapihan bayi yang tidak baik (terlalu cepat disapih, terlalu cepat diberi susu botol dan terlalu cepat diberi makanan padat)6.Beberapa faktor resiko pada pejamu (host) yang dapat meningkatkan kerentanan pejamu terhadap enteropatogen di antaranya adalah :a.Malnutrisib.BBLRc.Imunodefisiend.Imunodepresie.Rendahnya kadar asam lambungf.Peningkatan motilitas ususg.Faktor genetik

Patogenesis Mekanisme dasar timbulnya diare ialah :1. Gangguan osmotikAkibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan ostomik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dalam elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.2. Gangguan sekresiAkibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.3. Gangguan motilitas ususHiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Patogenesa Diare Karena VirusVirus yang terbanyak menyebabkan diare adalah rotavirus. Garis besarnya patogenesisnya adalah sebagai berikut :Virus masuk ke dalam traktus digestivus bersama makanan dan minuman, kemudian berkembang biak di dalam usus. Setelah itu virus masuk ke dalam epitel usus halus dan menyebabkan kerusakan di bagian apikal vili usus halus. Sel epitel usus halus bagian apikal akan diganti oleh sel dari bagian kripta yang belum matang, yang berbentuk kuboid atau gepeng. Akibatnya sel epitel ini tidak dapat berfungsi untuk menyerap air dan makanan. Sebagai akibatnya akan terjadi diare osmotik. Vili usus halus kemudian akan memendek sehingga kemampuannya untuk menyerap dan mencerna makanan pun akan berkurang. Pada saat ini biasanya diare mulai timbul, setelah itu sel retikulum akan melebar dan kemudian akan terjadi infiltrasi sel limfoid dari lamina propia, untuk mengatasi infeksi sampai terjadinya penyembuhan (1).

Patogenesa Diare Karena BakteriBakteri masuk ke dalam traktus digestivus, kemudian berkembang biak di dalamnya. Bakteri kemudian mengeluarkan toksin yang akan merangsang epitel usus sehingga terjadi peningkatan aktivitas enzim adenil siklase (bila toksin bersifat tahan panas / labil toksin / LT) atau enzim guanil siklase (bila toksin bersifat tahan panas / stabil / ST). sebagai akibat peningkatan aktivitas enzim enzim ini akan terjadi peningkatan cAMP (cyclic adenosine monophospate) atau cGMP (cyclic guanosine monophospate) yang mempunyai kemampuan merangsang sekresi kloride, netrium dan air dalam sel ke lumen usus serta menghambat absorbsi natrium, kloride dan air dari lumen usus ke dalam sel. Hal ini akan menyebabkan peninggian tekanan osmotik di dalam lumen (hiperosmolar). Kemudian akan terjadi hiperperistaltik usus untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan dalam lumen usus, sehingga cairan dapat dialirkan dari lumen usus halus ke lumen usus besar (colon). Dan bila kemampuan penyerapan colon berkurang, atau sekresi cairan melebihi kapasitas penyerapan colon, maka akan terjadi diare.(1)

Cara PenularanPada umumnya adalah orofecal melalui :(1)1. Makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh enteropatogen.2. Kontak langsung atau tidak langsung (4 F = Fod, Feses, Finger, Fly).

VII. DIAGNOSIS

Penilaian derajat dehidrasi pada diare akutPenilaianDiare tanpa dehidrasiDiare dehidrasi ringan sedangDiare dehidrasi berat

Keadaan UmumBaik, sadar*Gelisah, rewel*Lesu, lunglai, anak tidak sadar

MataNormalCekungSangat cekung dan kering

Air mataAdaTidak adaTidak ada

Mulut dan lidahBasahKeringSangat kering

Rasa hausTidak haus*Haus, ingin banyak minum*Malas minum air, tidak bisa minum

Turgor kulitKembali cepat*Kembali lambat*Kembali sangat lambat

% Turun BB10%

Estimasi defisit cairan50%50-100%>100%

Rencana pengobatanRawat di rumahRehidrasi: rawat di rumah atau rawat inapRawat inap

VIII. PENATALAKSANAAN

Terapi tanpa dehidrasi :Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan New Oralit diberikan 5-10 mL/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, umur 15 kg : 135 mL/kgBB/hari.

Dehidrasi berat :Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer asetat 100 mL/kgBB dengan cara pemberian : Umur 12 bulan 30 mL/kgBB dalam 30 menit pertama, dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya. Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum, dimulai dengan 5 mL/kgBB selama proses rehidrasi.

Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut. Zinc mengurangi lama dan beratnya diet. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan. Zinc bereperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, anti oksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluer, adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu makan. Zinc juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Pemberian Zinc pada diare dapat meningkatkan absorbsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen dari usus. Dosis zinc untuk anak : dibawah 6 bulan : 10 mg per hari dan di atas 6 bulan : 20 mg per hari.

IX. PENCEGAHAN

Pencegahan utama yang dapat dilakukan berupa: Memberi ASI hingga cukup bulan agar terdapat antibodi yang cukup bagi anak. Menjaga kebersihan Tidak membuang tinja sembarangan Pada bayi, bersihkan botol susu dengan cara merebus botol serta penutupnya Menganjurkan orang tua untuk menvaksinasi bayinya dengan vaksin rotavirus.

X. KOMPLIKASIDari segi nutrisi, diare akut berakibat buruk terhadap keadaan gizi melalui 4 mekanisme, yaitu:1. Pemasukan makanan berkurang oleh karena anoreksia, kebiasaan mengurangi/meniadakan pemberian makanan.2. Absorpsi makanan berkurang oleh karena kerusakan mukosa usus, vili usus pendek dan atrofi dan enzim laktase dan disakarida lainnya berkurang.3. Metabolisme endokrin fungsinya terganggu pada keadaan infeksi sistemik.4. Kehilangan langsung cairan dan elektrolit, serta kehilangan nitrogen melalui tinja dan keluarnya plasma protein dan darah karena kerusakan jaringan usus.

BAB IIIKESIMPULAN

Diare akut adalah pengeluaran feses yang lebih dari 3 kali sehari dengan adanya air pada tinja dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare dapat menyebabkan dehidrasi baik ringan sedang maupun berat. Penatalaksanaan pada penderita diare yang disertai dehidrasi haruslah sesuai dengan tingkat keparahan dehidrasi pasien. Apabila penatalaksanaan sesuai maka prognosisnya pun akan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Diare Akut. Subagyo B, Santoso NB. Gastroenterologi-Hepatologi. IDAI, Jakarta, 2010.2. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Editor A. H. Markum dkk, BP FKUI. Jakarta, 1996 : 448 446.3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Editor Husein Alatas dan Rusepno Hasan, BP FKUI, Jakarta, 1985 : 283 : 312.4. Gastroenterologi Anak Praktis : Editor Suharyono, Aswitha Boediarso, EM. Halimun, BP FKUI, Jakarta, 1988 : 51 69.

2