bab iii
DESCRIPTION
vvvTRANSCRIPT
49
BAB III
OBJEK KAJIAN
3.1 Penyajian Laporan
Penyajian Laporan Tugas Akhir ini disesuaikan dengan Pedoman
Pembuatan Laporan Tugas Akhir yang diterbitkan oleh Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Sukabumi yang terdiri dari sistematika penulisan, penggunaan bahasa
dan bentuk laporan.
Berikut adalah langkah penyajian laporan :
1. Review dan studi kepustakaan serta Pembahasan teori-teori yang berkaitan
dengan Pondasi Tiang.
2. Peninjauan langsung ke lokasi pengambilan data (lokasi proyek)
3. Pengumpulan data-data lapangan dari lokasi
4. Analisa data berdasarkan formula yang ada
5. Diskusi
6. Kesimpulan dan Saran
7. Selesai
50
3.2. ANALISIS DAN PERHITUNGAN
Analisis dan perhitungan beserta acuannya dalam Analisa Tanah untuk
Pondasi Tiang pada Pembangunan Hotel Green Peak Cisarua Kabupaten Bogor
adalah sebagai berikut:
3.2.1 Daya dukung tiang dan gaya gesekan selimut tiang :
1. Berdasarkan data sondir/CPT (Aoki dan De Alencar)
qb= qca (base)
Fb
Dimana:
qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D
dibawah ujung tiang.
Fb = Faktor empirik tahanan ujung tiang tergantung pada tipe
tiang.
Tahanan selimut persatuan luas (f) diprediksi sebagai berikut:
f = qc (side) α s
F s
Dimana:
qc (side) = Perlawanan konus rata-rata pada masing lapisan
sepanjang tiang.
Fs = Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe
tiang.
51
Fb = Faktor empirik tahan ujung tiang tergantung pada tipe
tiang.
Tabel III.1 Faktor empirik Fb dan Fs
Tipe tiang pancang Fb Fs
Tiang Bor 3,5 7,0
Baja 1,75 3,5
Beton Pracetak 1,75 3,5Sumber : Titi & Farsakh, 1999
Tabel III.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah
Tipe tanah as (%) Tipe tanah as (%) Tipe tanah as (%)
Pasir 1,4 Pasir Berlanau
2,2 Lempung Berpasir
2,4
Pasir Kelanauan 2,0 Pasir Berlanau dengan
Lempung
2,8 Lempung Berpasir dengan Lanau
2,8
Pasir Kelanauan dengan Lempung
2,4 Lanau 3,0 Lempung Berlanau dengan Pasir
3,0
Pasir Berlempung dengan Lanau
2,8 Lanau Berlempung dengan Pasir
3,0 Lempung Berlanau
4,0
Pasir Berlempung 3,0 Lanau Berlempung
3,4 Lempung 6,0
Sumber : Titi & Farsakh, 1999
52
2. Metode Langsung
Daya dukung pondasi tiang dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:
Qu = qc . Ap + JHL . K
Dimana:
Qu = Kapasitas daya dukung tiang pancang.
qc = Tahanan ujung sondir (Perlawanan penetrasi Konus pada
kedalaman yang ditinjau).
JHL = jumlah hambatan lekat
K = keliling tiang
Ap = luas penampang tiang
Daya dukung ijin pondasi tiang dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:
Qu ijin = qc . A p
3 +
JHL. K t
5
Dimana:
Qu ijin = Kapasitas daya dukung ujung tiang.
qc = Tahanan ujung sondir dengan memakai faktor koreksi Begemann
JHL = Jumlah Hambatan Lekat (total friction).
K = Keliling tiang.
Ap = Luas penampang tiang.
3 = Faktor keamanan untuk daya dukung tiang.
5 = Faktor keamanan untuk gesekan pada selimut tiang.
53
Faktor Aman Tiang Pancang
Qu = Qu2,5
Tabel III.3 Faktor keamanan yang disarankan oleh Reese dan O’Neill
(1989)
Klasifikasi struktur
Faktor aman (Fk)kontrol kontrol kontrol Kontrol
Baik Normal jelek sangat jelekMonumental 2,3 3 3,5 4Permanen 2 2,5 2,8 3,4Sementara 1,4 2 2,3 2,8
Sumber: Pondasi II, Edisi kedua, Hary Cristady Hardiyatmo
3.2.2 Penurunan Tiang Tunggal
Penghitungan dengan metode poulus dan davis (1980) Untuk tiang dukung
ujung:
S= Q . IEs . d
I = Io.Rk.Rb.Rµ
Dimana :
S = Penurunan untuk tiang tunggal
Q = Beban yang bekerja pada tiang
Io = Faktor pengaruh penurunan untuk tiang yang tidak mudah
mampat (incompressible) dalam massa semi tak terhingga.
54
Rk = Faktor koreksi kemudahmampatan (kompresibilitas) tiang untuk
µ : 0,5.
Rh = Faktor koreksi untuk ketebalan lapisan yang terletak pada tanah
keras.
Rµ = Faktor koreksi angka poisson.
Rb = Faktor koreksi untuk kekakuan lapisan pendukung
H = Kedalaman total lapisan tanah
D = Diameter Tiang
Suatu ukuran kompresibilitas relatif antara tiang dan tanah yang
dinyatakan oleh persamaan :
K= EpEs
Dimana :
K =faktor kekakuan tiang
Ep = modulus elastisitas bahan tiang
Es = modulus elastisitas tanah
3.3 Pengumpulan Data
55
3.3.1 Analisa Data dan Penyelidikan Tanah
Pondasi merupakan struktur bawah yang berfungsi untuk meletakkan
bangunan di atas tanah dan meneruskan beban ke tanah dasar. Untuk itu perlu
dilaksanakan penyelidikan kondisi tanah pada lokasi yang akan dibangun.
1. Melakukan Cone Peneteration Test (CPT) atau sondir sebanyak 3 titik.
2. Melakukan uji laboratorium pada sampel tidak terganggu.
3.3.2 Sondir/CPT
Pekerjaan sondir dilakukan dengan alat sondir jenis gauda yang
berkapasitas maksimum 250 kg/cm2 dengan berat alat 2.5 ton yang dilengkapi
dengan bikonus tipe Begemann Frictio-Cone (Biconus) atau Dutch Cone dengan
luas proyeksi horizontal ujung konus adalah 10 cm2, dan luas bidang geser
(sleeve) adalah 115 cm2. Pembacaan besarnya tekanan melalui manometer
dilakukan dengan interval kedalaman 20 cm, dimana dibaca besarnya tekanan
konus (qc dalam kg/cm2) dan tekanan konus ditambah dengan hambatan pelekat
(fs dalam kg/cm2) menggunakan dua buah manometer berskala 0-50 kg/cm2 dan
0-250 kg/cm2. Kecepatan penetrasi konus adalah sebesar 1-2 cm/detik, yang
sesuai dengan standard pengujian yang berlaku yaitu ASTM D-3441-86.
Pengukuran kedalaman penetrasi dimulai dari permukaan tanah setempat dimana
titik pengujian sondir dilaksanakan. Pengujian sondir ini dihentikan pada saat
tekanan konus telah mencapai nilai lebih besar dari > 150 kg/cm2.
3.3.3 Tes Laboratorium
56
Uji laboratorium dilakukan terhadap contoh tanah tak terganggu (asli) dan
tanah terganggu. Pada contoh tanah tersebut dilakukan uji klasifikasi tanah yang
berupa index properties, Unconfined Compressive, Strenght, Direct Shear Test
dan Consolidation Test.
Index Properties
Uji ini dilakukan terhadap sampel tak terganggu (asli), yang
diambil dari lokasi pengujian. Dan uji ini meliputi beberapa test yaitu
Kadar Air, Atterberg Limit dan Specific Gravity (Gs).
1. Kadar Air
Kegunaan:
Uji ini menentukan kadar air tanah yaitu perbandingan berat air
yang terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah dinyatakan
dalam prosen.
Peralatan yang digunakan:
- Oven pemanas dengan suhu sampai 110°C.
- Cawan kedap udara.
- Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
- Desikator.
Prosedur pelaksanaan:
- Tanah yang akan diperiksa ditempatkan dalam cawan yang
bersih, kering dan telah diketahui beratnya.
- Cawan dan isinya kemudian ditimbang dan beratnya dicatat.
57
- Tutup cawan kemudian ditimbang/dibuka dan cawan
ditempatkan di oven pengering sampai berat contoh tanah
konstan.
- Cawan dan isinya ditutup, kemudian didinginkan dalam
desikator.
- Setelah dingin, ditimbang dan beratnya dicatat.
Perhitungan:
- Berat cawan + tanah basah = W1 gram
- Berat cawan + tanah kering = W2 gram
- Berat cawan kosong = W3 gram
- Berat air = (W1 – W2) gram
- Berat tanah kering = (W2 – W3) gram
- Kadar air = W 1−W 2W 2−W 3
x 100 %
2. Atterberg Limits
Kegunaan:
Batas cair adalah kadar air dimana tanah berada dalam batas
keadaan plastis dan cair.
Peralatan yang digunakan:
- Cawan perselen, ø 115 mm untuk mencampur tanah dengan air.
- Spatula dengan panjang 75 mm dengan lebar 20 mm.
- Alat batas cair.
58
- Grooving tool.
- Cawan penguap.
- Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
- Oven dengan suhu 110° C.
Prosedur pelaksanaan:
- Ambil contoh tanah ± 150 – 200 gram.
- Tempatkan dalam cawan porselen dan campurkan dengan air
suling sebanyak 15 – 20 ml, campur dengan merata dengan
bantuan spatula.
- Ambil contoh tanah yang telah tercampur dengan homogen dan
taruh dalam cawan batas cair.
- Ratakan permukaan contoh dalam cawan sehingga sejajar
dengan alas.
- Buat alur pada contoh tanah tersebut dengan menggunakan
grooving tool. Cara membuat alur adalah dengan memegang
alat grooving tool tegak lurus permukaan contoh.
- Dengan bantuan alat pemutar, angkat dan turunkan cawan
tersebut dengan kecepatan 2 putaran/detik.
- Hentikan aksi tersebut jika alur sudah tertutup sepanjang ± 1,25
cm dan hitung berapa ketukan yang dibutuhkan.
- Ambil contoh tersebut sebagian untuk diperiksa kadar airnya.
- Ulangi percobaan diatas dengan kadar air yang berbeda.
Perhitungan:
59
- Buat grafik dimana absis adalah jumlah ketukan (N) dan
ordinat adalah kadar air contoh tanah yang bersangkutan.
- Yang disebut dengan BATAS CAIR adalah kadar air dimana N
= 25.
3. Berat Jenis Tanah (Specific Gravity Test)
Kegunaan:
Untuk mendapatkan nilai berat jenis suatu tanah.
Peralatan yang digunakan:
- Piknometer kapasitas 100 ml.
- Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
- Desikator.
- Oven Pengering.
- Termometer dengan kapasitas 0 - 50° C.
Prosedur Pelaksanaan:
- Siapkan contoh tanah sebanyak ± 25 gram dan kemudian
keringkan dalam oven.
- Timbang contoh tanah tersebut.
- Rendam contoh tanah dalam air suling selama minimal 12 jam.
- Masukkan contoh tanah dalam piknometer dan tambahkan air
suling sampai mencapai batas leher.
- Didihkan contoh tanah tersebut untuk menghilangkan udara
yang terperangkap dalam contoh tanah atau dengan mengisap
udara yang terperangkap dengan pompa vakum.
60
- Diamkan piknometer sampai mencapai suhu konstan dan
tambah air suling sampai batas leher. Bersihkan bagian luar
piknometer dan keringkan kemudian timbang.
Perhitungan:
Gs = WT(W 5−W 3)
Unconfined Compressive Strength
Uji yang dilakukan untuk menentukan kuat tekan bebas adalah
Unconfined Compressive Strength.
1. Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compressive Strength).
Kegunaan:
Untuk mendapatkan nilai kekuatan tanah tersebut dalam keadaan
bebas sampai mencapai keruntuhan.
Peralatan yang digunakan:
- Alat tekan.
- Alat pengeluar contoh.
- Arloji pembacaan.
- Alat pencatat waktu.
- Oven pengering.
- Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
Prosedur pelaksanaan:
61
- Ambil cetakan benda uji dengan ukuran tinggi 13,6 cm dan ø
6,8 cm, kemudian beri pelumas pada dinding sebelah
dalamnya.
- Keluarkan contoh tanah dengan alat pengeluar contoh dan
kemudian potong sehingga rata.
- Letakkan cetakan di depan contoh dan keluarkan contoh tanah
tersebut sehingga masuk ke dalam cetakan.
- Ratakan kedua ujung dalam cetakan dan kemudian keluarkan
contoh tanah dari dalam cetakan.
- Timbang contoh tanah tersebut dan kemudian letakkan pada
alat penekan.
- Bebani contoh dengan kecepatan regangan 1%/menit dan catat
beban setiap regangan 0,5%;1%;2% dan seterusnya sampai
contoh mengalami keruntuhan atau sampai mencapai regangan
20%.
Perhitungan:
- Regangan axial: € = ∆ LL̥3
∆L = perubahan panjang.
Lo = Panjang contoh awal.
- Luas penampang rata-rata:
A = A 3̥
1−€
Ao = luas penampang awal.
62
- Beban/luas
π=¿ PA
Direct Shear Test
Uji yang dilakukan untuk menentukan kuat geser langsung adalah
Direct Shear Test.
1. Kuat Geser Langsung (Direct Shear Test).
Kegunaan:
Untuk dapat mengetahui kekuatan tanah terhadap gaya horizontal.
Peralatan yang digunakan:
- Alat geser.
- Batu pori.
- Alat pembebanan.
- Alat pemotong contoh.
- Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
- Oven pengering.
Prosedur pelaksanaan:
- Pasang alat dan kunci dalam posisi yang benar. Beri pelumas
tipis untuk mencegah keluarnya air selama konsolidasi dan
mengurangi gaya gesek selama geseran.
- Tempatkan contoh tanah dengan hati-hati dan pasang alat
pembebanan.
63
- Konsolidasikan contoh tanah pada beban normal. Segera
setelah pembebanan normal pertama isi bak contoh dengan air
sampai menutup contoh tanah dan juga supaya permukaan air
tetap selama percobaan dan biarkan tanah terkonsolidasi.
- Setelah tanah terkonsolidasi kunci bingkai dlepas dan mulai
diadakan penggeseran dengan rata-rata pembebanan = 50t5o
dimana: t5o adalah waktu untuk mencapai 50% konsolidasi.
- Beban normal kedua pada benda uji diberikan sebesar 2 x
beban normal yang pertama.
- Beban normal ketiga sebesar 3 x beban normal pertama.
Perhitungan:
Gaya geser P: pembacaan arloji geser x angka kalibrasi cincin
penguji.
Tegangan geser π=¿ Pmaks
A π=ø tanƟ+c
Consolidation Test
Dari uji konsolidasi pada 1 sampel tanah yang dilakukan pada
umumnya tanah memiliki kompresibilitas tinggi. Sedangkan
preconsolidated pressure yang diperoleh dari hasil uji laboratorium pada 1
sampel memiliki nilai penurunan.
Kegunaan:
64
Untuk menentukan sifat pemampatan suatu jenis tanah, yaitu sifat-
sifat perubahan isi dan proses keluarnya air dari dalam tanah yang
diakibatkan adanya perubahan tekanan vertikal pada tanah tersebut.
Peralatan yang digunakan:
- Satu set alat konsolidasi yang terdiri dari alat pembebanan dan
sel konsolidasi.
- Arloji pengukur dengan ketelitian 0,01 mm dan panjang gerak
minimal 1,0 m.
- Beban-beban.
- Alat pengeluar contoh dari tabung (extruder).
- Pemotong yang terdiri dari pisau tipis dan tajam serta pisau
kawat.
- Pemegang cincin contoh.
- Neraca dengan ketelitian 0,1 gram.
- Oven dengan pengatur suhu sampai 110° C.
- Stop watch.
Prosedur Pelaksanaan:
- Benda uji dan cincin ditimbang dengan ketelitian 0,01 gram.
- Batu pori ditempatkan di bagian atas dan bawah cincin,
sehingga benda uji yang sudah dilapisi kertas saring terapit
oleh dua buah batu pori, lalu masukkan ke dalam sel
konsolidasi.
65
- Sel konsolidasi yang sudah berisi benda uji diletakkan pada alat
konsolidasi, sehingga bagian yang runcing dari plat penumpu
menyentuh tepat pada alat pembebanan.
- Kedudukan arloji diatur, kemudian dibaca dan dicatat.
- Beban pertama dipasang sehingga tekanan pada benda uji
sebesar 0,25 kg/cm2, kemudian arloji dibaca pada saat-saat:
9,6” ; 21,6” ; 38,4” ; 1’ ; 2 ¼ ‘ ; 4’ ; 9’ ; 16’ ; 25’ ; 36’ ; 49’ ;
dan 24 jam. Sesudah 1 menit pembacaan , sel konsolidasi diisi
air.
- Setelah pembacaan menunjukan angka yang tetap atau setelah
24 jam, catatlah pembacaan arloji yang terakhir kemudian
dipasang beban yang kedua sebesar 2 x beban pertama,
sehingga tekanan menjadi 2 x.
- Untuk beban-beban selanjutnya dilakukan cara yang sama.
Beban-beban tersebut harus menimbulkan tekanan normal
terhadap benda uji masin-masing sebesar: 0,25; 0,50; 1,0; 2,0;
4,0 dan 8,0 kg/cm2.
- Besarnya beban maksimum ini sebetulnya tergantung pada
kebutuhan, yakni sesuai dengan beban yang akan bekerja
terhadap lapisan tanah tersebut.
- Setelah pembebanan maksimum dan sudah menunjukan
pembacaan tetap pembacaan dikurangi dalam 2 langkah yaitu
4,0 dan ¼ kg/cm2 (beban rebound). Pada waktu beban
66
dikurangi setiap pembebanan harus dibiarkan bekerja sekurang-
kurangnya selama 5 jam. Arloji penunjuk hanya perlu dibaca
sesudah 5 jam yaitu sesaat sebelum beban dikurangi lagi.
- Segera setelah pembacaan terakhir dicatat, cincin dan benda uji
dikeluarkan dari sel konsolidasi dan ambil batu pori tersebut
dari permukaan atas dan bawah dari benda uji lalu dikeringkan.
- Benda uji dikeluarkan dari cincin, masukkan dalam oven dan
tentukan berat keringnya.
Perhitungan:
- Berat tanah basah dihitung sebelum dan sesudah percobaan dan
hitung berat keringnya (Bk). Berat isi dan kadar air benda uji
dihitung sebelum dan sesudah percobaan selesai.
- Tinggi efektif benda uji:
Ht = Bk
A .G
A = luas benda uji
G = berat jenis tanah
- Angka pori awal (eₒ) dihitung dengan rumus:
eₒ = H ₒ−Ht
Ht
- Angka pori pada setiap pembebanan e = eₒ - e.
- Derajat kejenuhan sebelum dan sesudah percobaan:
67
Sr = w . G
e
- Koefisien konsolidasi:
Cv = 0,848 H ²
t 90
Dimana:
H = jalan air terpanjang
Cv = koefisien konsolidasi
t90 = waktu untuk mencapai konsolidasi 90%.