bab iii
DESCRIPTION
esTRANSCRIPT
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. Perdarahan Subarachnoid
I.1 Pengertian
Perdarahan Subarachnoid selanjutnya disingkat SAH adalah perdarahan ke
dalam rongga diantara otak dan selaput otak (rongga subarachnoid). SAH
biasanya disebabkan oleh ruptur dari aneurisma Berry atau arteriovenous
malformation (AVM) trauma kepala4.
I.2 Anatomi
Meningen terdiri daripada tiga lapisan membran penghubung yang
memproteksi Otak dan Medulla Spinalis. Duramater adalah membran yang paling
superfisial dan tebal. Duramater meliputi falx cerebri, tentorium cerebelli dan falx
Serebelli. Duramater membantu memfiksasi otak di dalam tulang kepala. Lapisan
selanjutnya yang dinamakan Arachnoidmater. Ruang antara membran ini dengan
Duramater dinamakan ruang Subdural dan mempunyai sangat sedikit cairan
serosa. Lapisan meningen yang ketiga adalah Piamater yang melapisi permukaan
otak. Antara Arachnoid Mater dan Pia Mater mempunyai ruang Subarachnoid di
mana terdapat banyak pembuluh darah dan dipenuhi dengan cairan Serebrospinal5.
Gambar 1: membran meningen pada permukaan otak.
Gambar 2: Lapisan Carpalia dan Otak
Walaupun berat otak adalah 2% daripada jumlah total berat badan namun
otak menerima 15 hingga 20% darah yang dipompa oleh jantung. Darah masuk ke
otak melalui Arteri Carotis Interna dan Arteri Vertebralis. Arteri Vertebralis
bergabung membentuk Arteri Basilaris yang berada pada ventral batang otak.
Arteri Basilaris dan Arteri Carotis Interna membentuk Sirkulus Willisi. Cabang-
cabang dari Sirkulus Willisi dan dari Arteri Basilaris mensuplai darah ke otak5.
Kortex Cerebri pada otak kiri dan kanan disuplai dengan darah oleh tiga
cabang arteri dari Sirkulus Willisi yaitu; Arteri Cerebri Anterior, Arteri Cerebri
Media dan Arteri Cerebri Posterior. Arteri Cerebri Media mensuplai darah pada
permukaan lateral otak. Arteri Cerebri Anterior mensuplai darah pada bagian
medial Lobus Parietalis dan Frontalis. Arteri Cerebri Posterior mensuplai
darah pada Lobus Occipital dan permukaan Medial Lobus Temporal. Arteri
Cerebri dan cabangnya terletak dalam Ruang Subarachnoid. Cabang arteri
meninggalkan Ruang Subarachnoid dan memasuki Piamater. Cabang pre kapiler
meninggalkan Piamater dan memasuki otak. Arteri di dalam otak selanjutnya
membentuk kapiler5.
Gambar 3: arteri-arteri intrakranial.
I.3 Etiologi
Perdarahan Subarachnoid non-traumatik adalah pendarahan di dalam
ruang Subarachnoid yang sering disebabkan oleh ruptur aneurisma Arteri Cerebri
atau malformasi arteriovenosa. Ruptur aneurisma sakular melibatkan 75% kasus
dengan insiden 6 kasus per 100,000 orang per tahun. Faktor hipertensi tidak
dinyatakan dengan jelas keterlibatannya dengan aneurisma tetapi peninggian
tekanan darah secara akut bisa menyebabkan rupture aneurisma. Malformasi
arteriovenosa intrakranial dapat menyebabkan perdarahan Subarachnoid sebanyak
10%, terjadi dua kali lebih banyak pada pria dan sering terjadi perdarahan pada
usia dekade kedua hingga keempat walaupun insiden bisa terjadi sampai usia 60
tahun. Darah di dalam ruang Subarachonoid bisa juga disebabkan oleh perdarahan
intraserebral, dan trauma7.
Sepuluh persen pasien dengan perdarahan subarachnoid spontan tidak
memiliki sumber perdarahan yang jelas setelah dilakukan pemeriksaan
neuroimaging yang lengkap. Beberapa etilogi SAH selain AVM dan ruptur
aneurisma adalah vena atau sinus trombosis dan tumor di parenkim otak atau
ruang subarachnoid serta infeksi sistemik.
I.4 Patofisiologi
Aneurisma pada Arteri Serebri yang paling sering adalah aneurisma
sakular yang bersifat kongenital, di mana terjadi kelemahan dinding vaskuler yang
terletak pada cabang-cabang arteri. Aneurisma sakular terjadi pada Bifurcatio
Arteri Intakranial dan bisa ruptur ke dalam ruang Subarachnoid di dalam sisterna
basalis. Sekitar 85% aneurisma terjadi pada Sirkulasi Anterior terutama pada
Sirkulus Willisi. 20% kasus dilaporkan terjadi aneurisma multipel. Ukuran dan
lokasi aneurisma sangat penting dalam menentukan risiko ruptur. Aneurisma
dengan diameter 7mm, terletak lebih tinggi dari Arteri Basilaris atau berasal dari
Arteri Comunikan Posterior mempunyai risiko yang tinggi untuk ruptur7,8.
Infeksi sistemik seperti endokarditis bisa menyebar ke Arteri Serebri dan
menyebabkan aneurisma mikotik, dilaporkan sebanyak 2 hingga 3% kasus dari
ruptur aneurisma. Malformasi arteriovenosa adalah gangguan sistem vaskuler di
mana darah arterial memasuki system venous. Sering terjadi pada Arteri Serebri
Media8. Ruptur aneurisma intrakranial bisa meningkatkan tekanan intrakranial dan
menyebabkan nyeri kepala. Tekanan intrakranial bisa mencapai tekanan perfusi
sistemik dan menurunkan sirkulasi darah secara akut, di mana bisa menyebabkan
penurunan kesadaran yang terjadi pada onset sekitar 50% dari pasien.
Gambar 4: Perdarahan Subarachnoid
Gambar 5: Aneurisma pada arteri cerebri
I.5 Diagnosis
1. Gejala Klinis
Kebanyakan aneurisma intrakranial yang belum ruptur bersifat
asimptomatik. Apabila terjadi ruptur pada aneurisma, maka tekanan intrakranial
meningkat. Ini bisa menyebabkan penurunan kesadaran secara tiba-tiba yang
terjadi pada sebagian pasien. Penurunan kesadaran secara tiba-tiba sering
didahului dengan nyeri kepala yang hebat. Nyeri kepala biasanya disertai dengan
kaku kuduk dan muntah7.
Aneurisma pada Arteri Komunikan Anterior atau Bifurcatio Arteri Serebri
Media bisa mengalami ruptur dan defisit yang sering terjadi adalah hemiparesis
dan afasia. Simptom prodromal bisa menunjukkan lokasi pembesaran aneurisma
yang belum ruptur. Paresis Nervus Cranialis III yang berkaitan dengan dilatasi
pupil, refleks cahaya negatif dan nyeri fokal di atas atau belakang mata bisa tejadi
dengan pembesaran aneurisma pada persimpangan antara Arteri Komunikan
Posterior dan Arteri Carotis Interna. Paresis Nervus Cranialis VI menunjukkan
aneurisma di dalam Sinus Cavernosus. Gangguan ketajaman penglihatan bisa
terjadi dengan pembesaran aneurisma pada Arteri Cerebri Anterior. Nyeri pada
pada bagian occipital menunjukkan kemungkinan aneurisma pada Arteri
Cerebellar Posterior Inferior7.
Aneurisma bisa mengalami ruptur kecil dan darah bisa masuk ke dalam
ruang Subarachnoid, ini dinamakan perdarahan sentinel. Nyeri kepala prodromal
dari ruptur kecil dilaporkan pada 30 hingga 50% dari perdarahan Subarachnoid.
Nyeri kepala sentinel dapat muncul 2 minggu sebelum diagnosa perdarahan
Subarachnoid. Kebocoran kecil umumnya tidak memperlihatkan tanda-tanda
peningkatan intrakranial atau rangsang meningeal7.
2. Gambaran Radiologi
Computed Tomography (CT) Scan kepala adalah pilihan awal untuk
mengevaluasi perdarahan. Pada pasien yang mengeluh dengan mengatakan “nyeri
kepala yang sangat hebat” dapat di curigai sebagai SAH. Darah yang berada di
dalam ruang Subarachnoid pada fase akut mempunyai intensitas yang sama
dengan cairan Serebrospinal maka MRI tidak disarankan. Kasus baru dengan
kecurigaan perdarahan Subarachnoid seharusnya dievaluasi dengan CT scan
kepala tanpa zat kontras9.
CT scan kepala bisa positif pada 90% kasus jika CT scan dilakukan dalam
beberapa hari selepas perdarahan. Pada CT scan kepala gambaran perdarahan
subarachnoid menunjukkan peningkatan density (hiperdens) pada ruang cairan
serebrospinal. Aneurisma sering terjadi pada Sirkulus Willisi, maka pada CT scan
kepala, darah tampak pada Cisterna Basalis. Perdarahan yang hebat bisa
menyebabkan seluruh ruang subarachnoid tampak opasifikasi. Jika hasil CT scan
negatif tetapi terdapat gejala perdarahan subarachnoid yang jelas, pungsi lumbal
harus dilakukan untuk memperkuatkan diagnosis10.
Pada perdarahan Subarachnoid non-traumatik harus dilakukan
pemeriksaan angiografi untuk mendeteksi aneurisma karena bisa terjadi
perdarahan ulang. Melalui pemeriksaan angiografi dapat dilakukan terapi
intervensi neuroradiologi. Perdarahan dari ruptur aneurisma bisa meluas sehingga
ke parenkim otak dan lebih jauh ke dalam sistem ventricular sehingga bisa
mengganggu absorpsi cairan serebrospinal dan hidrosefalus bisa terjadi11.
Gambar 6 : CT scan kepala normal dan CT scan kepala dengan SAH
Gambar 7: CT scan kepala di mana terdapat gambaran hiperdens dalam cisterna
suprasellar (anak panah besar) dan dalam fissura Sylvian (anak panah kecil) yang
menunjukkan perdarahan Subarachnoid.
Gambar 8: CT scan kepala di mana terdapat gambaran hiperdens dalam fissura
Sylvian (anak panah) yang menunjukkan perdarahan Subarachnoid.
Gambar 9: gambaran angiografi sirkulasi posterior menunjukkan gambaran
aneurisma (anak panah), terletak di antara Arteri Basilaris dan Arteri Serebri
Posterior.
I.6 Diagnosis Banding
Riwayat nyeri kepala yang hebat secara tiba-tiba disertai dengan kaku
kuduk, pemeriksaan neurologik yang non-fokal dan perdarahan cairan spinal
adalah pemeriksaan spesifik untuk perdarahan subarachnoid. Perdarahan
intraserebral juga bermanifestasi menjadi dengan perdarahan subarachnoid tetapi
terdapat penemuan fokal yang prominen pada pemeriksaan neurologik. Pada
pemeriksaan CT scan, perdarahan intraserebral memperlihatkan gambaran fokal,
batas tegas, berbentuk bulat pada otak yang menunjukkan darah beku dan
biasanya multipel yang dikelilingi dengan edema. Daerah yang sering terjadi
perdarahan intraserebral adalah Frontalis Inferior dan Lobus Temporalis Anterior,
di mana perdarahan sering pada subkortikal. Di diagnosis dengan ruptur
aneurisma mikotik jika terdapat gejala-gejala endokarditis. Pada pemeriksaan
MRI, aneurisma mikotik lebih banyak terjadi pada perifer berbanding aneurisma
sakular terutama pada cabang arteri komunikan media8,10.
2.7 Pengobatan
Semua pasien dengan SAH harus dievaluasi dan diobati secara darurat
dengan pemeliharaan jalan napas dan kardiovaskular fungsi. Setelah stabilisasi
awal, pasien harus dirujuk ke pusat-pusat dengan keahlian neurovaskular dan
sebaiknya dengan unit perawatan kritis khusus neurologis untuk mengoptimalkan
perawatan. Tujuan utama dari pengobatan adalah pencegahan rebleeding,
pencegahan dan pengelolaan vasospasme, dan pengobatan lainnya komplikasi
medis dan neurologis yaitu vasospasme, cerebral dan akut hydrocephalus13,14.
Penatalaksanaan standard termasuk istirahat dan tidak melakukan hal yang
berat, serta pemberian obat analgesik. Hiponatremia sering terjadi beberapa hari
selepas perdarahan Subarachnoid. Pemberian supplemen garam secara oral
ditambah dengan normal saline IV bisa diberikan untuk mengatasi masalah ini.
Risiko perdarahan ulang sangat tinggi dengan 20 hingga30% dalam tempo 2
minggu, maka penatalaksanaan awal dalam 1 hingga 3 hari setelah perdarahan
digalakkan untuk mengelakkan ruptur ulang dan sekalian penatalaksanaan
vasospasme12.
Pengobatan berfokus pada pertama menemukan sumber perdarahan dan,
jika mungkin, pembedahan memperbaiki aneurisma atau AVM untuk
menghentikan pendarahan. Waktu terbaik untuk melakukan operasi masih
kontroversial. Operasi awal (dalam waktu 3 hari pertama) mengurangi
kemungkinan rebleeding, tetapi operasi tertunda (setelah 14 hari) menghindari
waktu antara 3 dan 14 hari ketika kontraksi abnormal dari arteri (vasospasme) dan
konsekuensinya adalah terbesar. Secara umum, pasien yang sadar dengan defisit
neurologis yang minimal pada saat datang terapi yang terbaik dengan operasi
awal, sedangkan individu tidak sadar lebih baik operasinya ditunda15.
Ruptur aneurisma serebral diperbaiki melalui pembedahan menggunakan
salah satu dari tiga prosedur: menyelaraskan tepi aneurisma pecah untuk
menghentikan pendarahan dengan stainless steel atau klip paduan kobalt (kliping),
mengikat dari pembuluh darah dengan pendarahan jahitan (ligasi), atau
membungkus aneurisma dengan otot. Cara terbaik untuk mencegah SAH dari
pecahnya aneurisma serebral adalah untuk mendiagnosa dan memperbaiki
pembedahan aneurisma sebelum pecah15.
Setelah aneurisma diperlakukan, tindak lanjut berfokus pada mencegah
komplikasi seperti rebleeding, vasospasme serebral, jumlah abnormal CSS
mengumpulkan sekitar otak (hidrosefalus), dan efek dari tekanan intrakranial
tinggi. Sejumlah besar cairan intravena (IV) yang diberikan untuk mengobati
vasospasme dengan meningkatkan tekanan darah untuk meningkatkan aliran
darah ke otak. Meningkatnya aliran darah ini memastikan tingkat oksigen yang
cukup ke otak dan meminimalkan kerusakan pada jaringan otak sekitarnya15.
Jika hidrosefalus tidak terkontrol, kerusakan jaringan otak dapat terjadi
sebagai akibat dari kompresi otak dari kelebihan cairan. Obat anti inflamasi yang
disebut steroid dan obat untuk membersihkan tubuh dari kelebihan cairan
(diuretik) juga dapat digunakan dalam upaya untuk sementara mengontrol tekanan
intrakranial meningkat15.
2.8 Komplikasi
Tiga komplikasi terbesar aneurisma perdarahan Subarachnoid adalah
perdarahan ulang, vasospasme dan hidrosefalus. Jika aneurisma intrakranial tidak
dirawat dengan baik, perdarahan ulang bisa terjadi dalam 20% kasus pada dua
minggu pertama selepas perdarahan inisial. Risikotertinggi adalah 24 jam pertama
dan penatalaksanaan dengan surgeri atau teknik intervensi embolisasi diperlukan.
Vasospasme serebri adalah komplikasi lambat yang sering terjadi pada perdarahan
Subarachnoid dan mempunyai kaitan dengan jumlah darah yang berada di dalam
ruang Subarachnoid3.
Hidrosefalus komunikan adalah komplikasi lain yang bisa terjadi
pada perdarahan Subarachnoid dan sekunder kepada obstruksi cairan
serebrospinal daripada direabsorpsi. Hidrosefalus bisa terjadi pada fasa akut atau
subakut. Beberapa gangguan sistemik bisa terjadi seperti kardiac arrhythmias dan
miokardial iskemia. Komplikasi respiratorius seperti edema pulmonari, acute
respiratory distress syndrome (ARDS) dan pneumonia sering terjadi. Gangguan
lain seperti anemia, perdarahan gastrointestinal, deep vein thrombosis dan
hiponatremia terjadi dengan frekuensi yang berbeda3.
2.9 Prognosis
Mortalitas yang disebabkan oleh aneurisma perdarahan Subarachnoid
adalah tinggi. Sekitar 20% pasien meninggal dunia sebelum sampai ke rumah
sakit, 25% meninggal dunia kerana pendarahan inisial atau komplikasinya dan
20% meninggal dunia kerana pendarahan ulang disebabkan aneurisma tidak
dirawat dengan baik. Banyak pasien meninggal dunia setelah beberapa hari
perdarahan terjadi. Kemungkinan hidup disebabkan ruptur aneurisma
bergantung pada kondisi kesadaran pasien dan waktu sejak perdarahan terjadi.
Bagi pasien yang masih hidup, sebagian daripada jumlah pasien mengalami
kerusakan otak permanen. Hampir 90% pasien pulih dari ruptur intraserebral
arteriovenous malformasi tetapi perdarahan ulang tetap membahayakan8.
II. Non Aneurisma Subaarachnoid Haemorage
Sepuluh sampai dua puluh persen pasien dengan perdarahan subarachnoid
spontan akan memiliki angiogram serebral normal dan tidak ada sumber
perdarahan jelas pada studi neuroimaging lainnya. Perdarahan subarachnoid
dengan angiogram serebral awalnya negatif memiliki prognosis yang lebih baik
ramah daripada aneurisma subarachnoid hemorrhage.
Sejumlah penyebab perdarahan subarachnoid yang bukan disebabkan oleh
ruptur aneurisma termasuk vena atau sinus trombosis, tumor di otak atau ruang
subarachnoid, infeksi sistemik, nonvisualized aneurisma-akibat vasospasme dan
pecahnya arteri superfisial kecil . Pecahnya arteri superfisial kecil dianggap
mengakibatkan hilangnya sumber perdarahan dengan sedikit risiko perdarahan
berulang. Nonaneurysmal Subarachnoid Haemorage (NASAH) didefinisikan
sebagai nontraumatic, SAH spontan dengan etiologi yang tidak diketahui. Pasien
dengan NASAH dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan pola perdahan diawal
CT scan kepala yaitu perdarahan perimesencephalic dan aneurysma. Pada kedua
kelompok ini, presentasi klinis mungkin bisa dibedakan dari pasien SAH yang
disebabkaa aneurisma yang pecah.
Perimesencephalic NASAH ditandai dengan pola khas dari darah yang
terlihat pada CT scan awal dilakukan beberapa jam setelah onset gejala. Darah
subarachnoid terbatas pada midbrain cisterna, dengan tidak ada bukti terja
perdarahan intraventricular atau intraserebral.
Perdarahan Subarachnoid Perimesencephalic terjadi pada sekitar 10%
pasien dengan SAH dan merupakan 2/3 dari pasien SAH yang memiliki
pemeriksaan angiografi yang normal. Sebuah tinjauan literatur menunjukkan
bahwa pasien dengan SAH perimesencephalic biasanya lebih muda dan laki-laki.
Kehilangan kesadaran dan hidrosefalus onset jarang pada terjadi pada pasien in.,
dan hidrosefalus jarang (Brilstra et al, 1997;.. Rinkel et al, 1990; Rinkel, Wijdicks,
Vermeulen, et al, 1991.). Perimesencephalic SAH dikaitkan dengan prognosis
yang menguntungkan dan risiko yang sangat rendah perdarahan ulang,
hidrosefalus, atau tertunda iskemia serebral (Alexander et al, 1986;.. Biller et al,
1987; Brilstra et al .; Brismar & Sundbarg, 1985; Eskesen, Sorensen, Rosenorn, &
Schmidt, 1984;. Rinkel et al, 1990; Rinkel, Wijdicks, Hasan, et al, 1991;.
Schievink, Wijdicks, Piepgras, Nichols, & Ebersold, 1994; Schwartz & Solomon,
1996). Karena onset bertahap sakit kepala dan rendah insiden hidrosefalus terkait
dengan SAH perimesencephalic, beberapa penulis telah berspekulasi bahwa
penyebabnya mungkin vena, arteri tidak (van Gijn et al., 1985).
Perimesencephalic account perdarahan subarachnoid sekitar 10% pasien
dengan SAH dan dua-pertiga dari pasien dengan SAH negatif angiografi. Sebuah
tinjauan literatur menunjukkan bahwa pasien dengan SAH perimesencephalic
biasanya lebih muda dan laki-laki. Kehilangan kesadaran pada perdarahan onset
jarang pada pasien ini, dan hidrosefalus jarang (Brilstra et al, 1997;.. Rinkel et al,
1990; Rinkel, Wijdicks, Vermeulen, et al, 1991.). Perimesencephalic SAH
dikaitkan dengan prognosis yang menguntungkan dan risiko yang sangat rendah
perdarahan ulang, hidrosefalus, atau tertunda iskemia serebral (Alexander et al,
1986;.. Biller et al, 1987; Brilstra et al .; Brismar & Sundbarg, 1985; Eskesen,
Sorensen, Rosenorn, & Schmidt, 1984;. Rinkel et al, 1990; Rinkel, Wijdicks,
Hasan, et al, 1991;. Schievink, Wijdicks, Piepgras, Nichols, & Ebersold, 1994;
Schwartz & Solomon, 1996). Karena onset bertahap sakit kepala dan rendah
insiden hidrosefalus terkait dengan SAH perimesencephalic, beberapa penulis
telah berspekulasi bahwa penyebabnya mungkin vena, arteri tidak (van Gijn et al.,
1985).
Temuan dari beberapa penelitian penting yang dipandu dokter dalam
pengelolaan pasien dengan NASAH. Studi-studi ini dievaluasi berbeda-ences
dalam hasil dan prognosis pada pasien dengan ASAHs, dibandingkan NASAHs,
terutama mereka dengan pola perimesencephalic perdarahan.
Brismar dan Sundbarg (1985) menganalisis secara retrospektif 127 pasien yang
disajikan dengan SAH negatif angiografi dari tahun 1968 sampai 1978. Rata-rata
waktu tindak lanjut adalah 5,4 tahun. Di antara pasien tersebut, dua rebleeds yang
fatal (1,5%) terjadi dalam waktu 5 hari dari perdarahan awal. Seorang pasien
ketiga meninggal dalam minggu kedua, setelah ICP tinggi dan iskemia serebral.
Lima pasien meninggal setelah keluar rumah sakit, 2-7 tahun setelah perdarahan;
kematian ini terkait dengan penyakit jantung dan keganasan, dan tidak ada pasien
ini punya defisit neurologis didokumentasikan di debit. Dari 119 pasien yang
tersisa, penulis menemukan bahwa 94% (n = 112) kembali ke setidaknya paruh
waktu kerja dan 82% (n = 98) kembali melakukan kegiatan yang biasa rata-rata 2
minggu setelah pendarahan. Temuan ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Hayward (1977), yang menemukan bahwa, pada 1 tahun setelah
perdarahan, 95% pasien dengan NASAH telah kembali ke setidaknya paruh waktu
kerja, dan 68% telah kembali ke kegiatan yang biasa mereka (n = 51 ).
Van Gijn dan rekan (1985) dibandingkan presentasi klinis dan hasil pada 92
pasien dengan ASAH dengan yang di 28 pasien dengan angiografi negatif
NASAH. Pada kelompok NASAH, 13 pasien (46%) memiliki pola
perimesencephalic perdarahan pada mereka CT masuk scan. Para penulis
mencatat bahwa serangan sakit kepala lebih bertahap pada pasien dengan
NASAH. Pada kelompok ASAH, 28 pasien (30%) meninggal dunia akibat
perdarahan mereka, dan 20 dari 64 korban (31%) mengalami defisit residual yang
signifikan. Sebaliknya, hasil klinis yang baik di semua 28 pasien dengan NASAH
negatif angiografi.
Kelompok-kelompok lain telah mengkonfirmasi temuan ini, menekankan awal
lebih pelan sakit kepala parah pada pasien NASAH dibandingkan dengan "petir"
sakit kepala yang menyertai pecahnya aneurisma, dan perjalanan klinis jinak,
terutama pada pasien dengan pola perimesencephalic dari SAH (Brilstra et al.
1997;. Rinkel et al, 1990; Rinkel, Wijdicks, Vermeulen, et al, 1991;. van Gijn et
al, 1985).. Mungkin bahkan lebih penting, penulis dan lain-lain telah melaporkan
bahwa risiko perdarahan berulang pada pasien dengan NASAH sangat rendah,
pada dasarnya sama dengan yang ada pada populasi umum (Alexander et al,
1986;. Brismar & Sundbarg, 1985; Rinkel et al ., 1990;. Rinkel, Wijdicks, Hasan,
et al, 1991; Rinkel, Wijdicks, Vermeulen, et al, 1991;. van Gijn et al)..