bab ii tinjauan teori -...

14
4 4 BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Range of Motion (ROM) 1. Pengertian Range Of Motion (ROM), merupakan istilah baku untuk menyatakan batas/besarnya gerakan sendi baik normal. ROM juga di gunakan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan batas gerakan sendi abnormal (HELMI, 2012). Menurut (potter, 2010) Rentang gerak atau (Range Of Motion) adalah jumlah pergerakan maksimum yang dapat di lakukan pada sendi, di salah satu dari tiga bdang yaitu: sagital, frontal, atau transversal. Range Of Motion (ROM), adalah gerakan yang dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan. Range Of Motion dibagi menjadi dua jenis yaitu ROM aktif dan ROM pasif. (Suratun,Heryati,Manurung, & Raenah, 2008) Range of motion adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, di mana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Tujuan ROM adalah : (1). Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot, (2). Memelihara mobilitas persendian, (3) Merangsang sirkulasi darah, (4). Mencegah kelainan bentuk. (Potter dan Perry (2006). 2. Klasifikasi ROM

Upload: dangque

Post on 21-May-2018

217 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

4

4

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Range of Motion (ROM)

1. Pengertian

Range Of Motion (ROM), merupakan istilah baku untuk menyatakan

batas/besarnya gerakan sendi baik normal. ROM juga di gunakan sebagai

dasar untuk menetapkan adanya kelainan batas gerakan sendi abnormal

(HELMI, 2012).

Menurut (potter, 2010) Rentang gerak atau (Range Of Motion) adalah

jumlah pergerakan maksimum yang dapat di lakukan pada sendi, di salah

satu dari tiga bdang yaitu: sagital, frontal, atau transversal.

Range Of Motion (ROM), adalah gerakan yang dalam keadaan normal

dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan. Range Of Motion dibagi

menjadi dua jenis yaitu ROM aktif dan ROM pasif.

(Suratun,Heryati,Manurung, & Raenah, 2008)

Range of motion adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan

terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, di mana klien menggerakan

masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif

ataupun pasif. Tujuan ROM adalah : (1). Mempertahankan atau memelihara

kekuatan otot, (2). Memelihara mobilitas persendian, (3) Merangsang

sirkulasi darah, (4). Mencegah kelainan bentuk. (Potter dan Perry (2006).

2. Klasifikasi ROM

5

5

Menurut (Suratun,Heryati,Manurung, & Raenah, 2008) klasifikasi rom

sebagai berikut:

1) ROM aktif adalah latihan yang di berikan kepada klien yang

mengalami kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan

pada tulang maupun sendi dimana klien tidak dapat melakukannya

sendiri, sehingga klien memerlukan bantuan perawat atau keluarga.

2) ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien

tanpa bantuan perawat dari setiap gerakan yang dilakukan. Indikasi

ROM aktif adalah semua pasien yang dirawat dan mampu melakukan

ROM sendii dan kooperatif.

3. Tujuan ROM

Menurut Johnson (2005), Tujuan range of motion (ROM) sebagai

berikut:

1) Mempertahankan tingkat fungsi yang ada dan mobilitas ekstermitas

yang sakit.

2) Mencegah kontraktur dan pemendekan struktur muskuloskeletal.

3) Mencegah komplikasi vaskular akibat iobilitas.

4) Memudahkan kenyamanan.

Sedangkan tujuan ltihan Range Of Motion (ROM) menurut Suratun,

Heryati, Manurung, & Raenah (2008).

1) Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot.

2) Memelihara mobilitas persendian.

3) Merangsang sirkulsi darah.

6

6

4) Mencegh kelainan bentuk.

4. Prinsip Dasar ROM

Prinsip dasar latihan range of motion (ROM) menurut Suratun,

Heryati, Manurung, & Raenah (2008) yaitu:

1) ROM harus di ulangi sekitar 8 kali dan di kerjakan minimal 2kali

sehari

2) ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehinga tidak melelahkan

pasien.

3) Dalam merencanakan program latihan range of motion (ROM) ,

Memperhatikan umur pasien, diagnosis, tanda vital, dan lamanya tirah

baring.

4) ROM sering di programkan oleh dokter dan di kerjakan oleh ahli

fisioterapi

5) Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan ROM adalah leher, jari,

lengan, siku, bahu, tumit, atau pergelangan kaki.

6) Rom dapat dilakukan pada semua persendian yang di curigai

mengurangi proses penyakit.

7) Melakukan ROM hrus sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau

perawatan rutin telah dilakukan.

5. Gerakan pada ROM

7

7

Rom aktif Merupakan latian gerak isotonik ( Terjadi kontraksi dan

pergerakan otot )yang dilakukan klien dengan menggerakan masing-

masing persendiannya sesuai dengan rentang geraknya yang normal.

(Kusyati Eni, 2006 )

Rom pasif merupakan latihan pergerakan perawat atau petugas lain

yang menggerakkan persendian klien sesuai dengan rentang geraknya.

(Kusyati Eni, 2006 )

Prosedur pelaksanaan:

Gerakan pinggul dan panggul

1. Fleksi dan ekstensi lutut dan pinggul

a. Angkat kaki dan bengkokkan lutut

b. Gerakkan lutut ke atas menuju dada sejauh mungkin

c. Kembalikan lutut ke bawah, tegakkan lutut, rendahkan kaki

sampai pada kasur.

2. Abduksi dan adduksi kaki

a. Gerakkan kaki ke samping menjauh klien

b. Kembalikan melintas di atas kaki yang lainnya

3. Rotasikan pinggul internal dan eksternal

a. Putar kaki ke dalam, kemudian ke luar

Gerakkan telapak kaki dan pergelangan kaki

1. Dorsofleksi telapak kaki

a. Letakkan satu tangan di bawah tumit

8

8

b. Tekan kaki klien dengan lengan anda untuk

menggerakkannya ke arah kaki

2. Fleksi plantar telapak kaki

a. Letakkan satu tangan pada punggung dan tangan yang

lainnya berada pada tumit

b. Dorong telapak kaki menjauh dari kaki

3. Fleksi dan ekstensi jari-jari kaki

a. Letakkan satu tangan pada punggung kaki klien,

letakkan tangan yang lainnya pada pergelangan kaki

b. Bengkokkan jari-jari ke bawah

c. Kembalikan lagi pada posisi semula

4. Intervensi dan eversi telapak kaki

a. Letakkan satu tangan di bawah tumit, dan tangan yang

lainnyadi atas punggung kaki

b. Putar telapak kaki ke dalam, kemudian ke luar.

B. Konsep dasar kekuatan otot

Otot merupakan alat gerak aktif, sebagai hasil kerja sama antara

otot dan tulang. Tulang tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak jika

tidakdigerakan oleh otot, hal ini karena otot mempunyai kemampuan

berkontraksi ( memendek / kerja berat & memanjang / kerja ringan ) yang

mengakibatkan terjadinya kelelahan otot, proses kelelahan ini terjadi saat

9

9

waktu ketahanan otot ( jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot )

terlampaui ( Waters & Bhattacharya 2009 ).

Pengertian kekuatan otot adalah kemampuan dari otot baik secara

kualitas maupun kuantitas mengembangkan ketegangan otot untuk

melakukan kontraksi ( Waters & Bhattacharya 2009 ).

1. Pengukuran kekuatan otot

Perubahan struktur otot sangat bervariasi. Penurunan jumlah dan

serabut otot, atrofi, pada beberapa serabut otot dan hipertropi pada

beberapa serabut otot yang lain, peningkatan jaringan lemak dan jaringan

penghubung dan lain-lain mengakibatkan efek negative. Efek tersebut

adalah penurunan kekuatan, penurun fleksibilitas, perlambatan waktu

reaksi dan penurunan kemampuan fungsional (Pudjiastuti & Utomo,

2008).

Penilaian Kekuatan Otot mempunyai skala ukur yang umumnya

dipakai untuk memeriksa penderita yang mengalami kelumpuhan selain

mendiagnosa status kelumpuhan juga dipakai untuk melihat apakah ada

kemajuan yang diperoleh selama menjalani perawatan atau sebaliknya

apakah terjadi perburukan pada penderita. Penilaian tersebut meliputi : (1).

Nilai 0: paralisis total atau tidak ditemukan adanya kontraksi pada otot, (2)

Nilai 1: kontaksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari tonus otot,

dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakan sendi, (3)

Nilai 2: otot hanya mampu mengerakkan persendian tetapi kekuatannya

10

10

tidak dapat melawan pengaruh gravitasi, (4) Nilai 3: dapat menggerakkan

sendi, otot juga dapat melawan pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat

terhadap tahanan yang diberikan pemeriksa, (5) Nilai 4: kekuatan otot

seperti pada derajat 3 disertai dengan kemampuan otot terhadap tahanan

yang ringan, (6) Nilai 5: kekuatan otot normal. (Suratun, dkk, 2008).

Untuk mengetahui kekuatan atau kemampuan otot perlu dilakukan

pemeriksaan derajat kekuatan otot yang di buat ke dalam enam derajat ( 0

– 5 ) . Derajat ini menunjukan tingkat kemampuan otot yang berbeda-

beda.

Derajat 5 Kekuatan otot normal dimana seluruh gerakan dapat

dilakukan otot dengan tahanan maksimal dari proses yang

dilakukan berulang-ulang tanpa menimbulkan kelelahan.

Derajat 4 Dapat melakukan Range Of Motion (ROM) secara penuh dan

dapat melawan tahanan ringan

Derajat 3 Dapat melkukan ROM secara penuh dengan melawan gaya

berat (gravitasi), tetapi tidak dapat melawan tahanan.

Derajat 2 Dengan bantuan atau dengan menyangga sendi dapat

melakukan ROM secara penuh.

Derajat 1 Kontraksi otot minimal terasa/teraba pada otot

bersangkutan tanpa menimbulkan gerakan.

Derajat 0 Tidak ada kontraksi otot sam sekali.

(Asmadi, 2008)

11

11

Adapun cara untuk memeriksa kekutan otot dengan menggunakan derajat

kekuatan otot tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Pemeriksaan kekuatan otot ekstermitas atas.

1) Pemeriksaan kekuatan otot bahu.

Caranya:

a). Minta klien melakukan fleksi pada lengan ekstensi lengan dan beri

tahanan.

b). Lakukan prosedur yang sama untuk gerakan ekstensi lengan, lalu beri

tahanan.

c). Nilai kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5.

1) Pemeriksaan kekuatan otot siku.

Caranya:

a). Minta klien melakukan gerakan fleksi pada siku dan beri tahanan.

b). Lakukan prosedur yang sama untuk gerakan ekstensi siku, lalu beri

tahanan.

c). Nilai kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5.

2) Pemeriksaan kekuatan otot pergelangan tangan.

a). Letakkan lengan bawah klien di atas meja dengan telapak tangan

menghadap keatas.

b). Minta klien untuk melakukan gerakan fleksi telapak tangan dengan

melawan tahanan.

c). Nilai kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5.

12

12

3) Pemeriksaan kekuatan otot jari-jari tangan

Caranya:

a). Mintalah klien untuk meregangkan jari-jari melawan tahanan.

b). Nilai kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5.

2. Pemeriksaan kekuatan otot ekstremitas bawah

1). Pemeriksaan kekuatan otot panggul.

Caranya:

a). Atur posisi tidul klien, lebih baik pemeriksaan dilakukan dalam posisi

supine.

b). Minta klien untuk melakukan gerakan fleksi tungkai dengan melawan

tahanan.

c). Minta klien untuk melakukan gerakan abduktif dan adduksi tungkai

melawan tahanan.

d). Nilai kekuatan otot dengan menggunkan skala 0-5.

2). Pemeriksaan kekuatan otot lutut.

Caranya:

a). Minta klien untuk melakukan gerakn fleksi lutut dengan melawan

tahanan.

b). Nilai kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5.

3). Pemeriksan kekuatan otot tumit.

Caranya:

a). Minta klien untuk melakukan gerakan plantarfleksi dan dorsifleksi

dengan melawan tahanan.

13

13

b). Nilai kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5.

4). Pemeriksaan kekuatan otot jari-jari kaki.

a). Minta klien untuk melakukan gerakan fleksi dan ekstensi jari-jari kaki

dengan melawan tahanan.

b). Nilai kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5.

C. Konsep Fraktur Femur

1. Pengertian

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan

tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh

rudapaksa (Syamsuhidayat. 2006: 840).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai

jenis dan luasnya. (Brunner & Suddarth. 2011 : 2357).

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau

tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari enaga tersebut, keadaan tulang,

dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur

itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh

tulang patah, sedangkan fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh

ketebalan tulang. (Price & Wilson, 2006)

Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang

dengan dunia luar . Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas

melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi

(Samsuhidayat, 2010)

Fraktur Femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang

bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari

14

14

ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa.

Patah pada daerah ini dapat menimbulkan pendarahan yang cukup

banyak. Mengakibatkan penderita syok ( FKUI, 2011)

Fraktur femur adalah hilangnya kontuinitas tulang pada paha tanpa

disertai kerusakan jaringan kulit yang dapat disebabkan oleh trauma

langsung atau kondisi tertentu. Degenerasi tulang (osteoporosis), dan

tumor tulang paha dapat menyebabkan fraktur patologis

(Muttaqin,2011)

Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma

gangguan adanya gaya dalam tubuh yaitu stress, gangguan fisik,

gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang

turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah

akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah

menurun.Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi

edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau

tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan

gangguan rasa nyaman nyeri.( Mansjoer, Arif, dkk. 2010)

2. Lokasi Terjadinya Fraktur Femur

Menurut (Samsuhidayat, 2010) Fraktur femur dapat terjadi pada

beberapa tempat diantaranya:

a. Kolum femoris

b. Trokhanter

c. Batang femur

d. Suprakondiler

e. Kondiler

15

15

f. Kaput

3. Anatomi fisiologi

Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh

dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakan kerangka

tubuh. Ruang tengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hemato

poeitik, yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga merupakan

tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat.

Komponen-komponen nonselular utama jari jaringan tulang adalah

mineral-mineral dan matriks organik (kolagen dan proteoglikan).

Kalsium dan folfat membentuk suatu gram kristal (hidroksiapatit),

yang tertimbun pada matrik kolagen dan proteoglikan. Mineral-mineral

ini menempatkan kekuatan tulang. Matriks oraganik tulang disebut

juga sebagai suatu osteoid. Sekitar 70% dari osteoid adalah kolagen

tipe 1 yang kaku dan memberikan daya rentang tinggi pada tulang.

Materi organik lain yang juga menyusun tulang berupa proteglikan

seperti asam hialuronat.

Hampir semua tulang berongga di bagian tengahnya. Struktur

demikian memaksimalkan kekuatan struktur tulang dengan bahan yang

relatif kecil atau ringan. Kekuatan tambahan di peroleh dari susunan

kolagen dan mineral dari jaringan tulang. Jaringan dapat terbentuk

anyaman atau lemaler. Tulang yang berbentuk anyaman terlihat saat

pertumbuhan cepat, sepertiseaktu perkembngan janin atau sesudah

16

16

terjadinya patah tulang, selanjutnya keadaan ini akan diganti oleh

tulang yang lebih dewasa yang berbentuk lamelar.

Tulang lamer tersusun dari lempengan-lempengan mineral yang

sangat padat, dan bukan merupakan suatu masa kristal yang padat.

Pola susunan semacam ini melengkapi tulang dengan kekuatan yang

sangat besar.

gbr. 2.1 Tulang

Gbr 1.1 Menggambarkan bagian-bagian khas dari sebuah

bagian tulang panjang. Diafisis atau batang adalah bagian tengah

tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal

yang memiliki kekuatan yang besar. Metafisis adalah bagian tulang

yang lebar di dekat ujung akhir batang. Daerah ini terutama di susun

oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sel-sel

hematopoetik. Sum-sum merah juga terdapat di bagian epifisis dan

diafisis tulang. Metafisis juga menopang sendi dan menyediakan

17

17

daerah yang cukp luas untuk perlekatan tendon dan ligamen pada

epifisis.

Lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada

anak-anak, dan bagian ini akan menghilang pada tulang dewasa.

Bagian epifisis langsung berbatasan dengan sendi tulang panjang yang

bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang

terhenti. Seluruh tulang diliputi oleh la;isan fibrosa yang disebut

periosteum, yang mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan

berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang panjang.

Bila terjadi patah tulang maka sel-sel tulang akan mati.

Perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah dan kedalaman

jaringan lunak biasanya juga mengalami kerusakan. Reaksi peradangan

hebat timbul setelah fraktur (Smeltzer & Bare, 2010)

Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak,akan di

temukan tanda-tanda fungsiolesa (Tungkai bawah tidak dapat

diangkat). Nyeri tekan, nyeri gerak.Tampak adanya deformitas

angulasi lateral atau angulasi anterior (ekso/endo).

4. Proses penyembuhan tulang

Tulang bisa bergenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain.

Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah

dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang.

Tulang barudiantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh

aktivitas sel-sel tulang. (Suratun, dkk, 2008).