bab ii tinjauan teori
DESCRIPTION
bab 2 tinjauan teoriTRANSCRIPT
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kepuasan
2.1.1. Pengertian
Pohan (2006) berpendapat, bahwa kepuasan pasien adalah suatu
tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja pelayanan
kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan
apa yang diharapkannya. Menurut Nursalam (2011), kepuasan adalah
perasaan senang seseorang yang berasal dari perbandingan antara
kesenangan terhadap aktivitas dan suatu produk dengan harapannya.
Menurut Hall dan Dorman (dalam Pohan, 2006), kepuasan dapat
dinilai dari layanan komunikasi, sikap saling menghargai, empati,
pengaturan pada kemudahan pasien, akses kesehatan, hubungan antar
manusia, kesinambungan, dan lingkungan fisik. Suryani dkk (2005),
mengatakan bahwa ketidakpuasan pasien yang paling sering ditemukan
erat kaitanya dengan sikap dan prilaku petugas RS, antara lain: lamanya
waktu tunggu, lingkungan RS, sikap, prilaku, keramahan petugas, serta
kemudahan mendapatkan informasi dan komunikasi menjadi kunci
ketidakpuasan pasien di RS sehingga pasien mencari pelayanan kesehatan
lainnya.
11
11
Menurut Irawan (2003), mengungkapkan kepuasan sebagai respon
pemenuhan harapan dan kebutuhan konsumen. Tjiptono (2006)
berpendapat bahwa kepuasan atau ketidakpuasan merupakan respon
pelanggan sebagai hasil dan evaluasi ketidaksesuaian kinerja/tindakan
yang dirasakan sebagai akibat dari tidak terpenuhinya harapan.
Berdasarkan pendapat di atas terdapat kesamaan pandangan bahwa
kepuasan pelanggan/klien merupakan ungkapan perasaan puas apabila
menerima kenyataan/ pengalaman pelayanan memenuhi harapan klien.
Hal ini akan menciptakan loyalitas atau citra yang tinggi. Kepuasan dapat
dirasakan oleh pasien berkaitan dengan perbandingan antara harapan dan
kenyataannya, yaitu jika harapan atau kebutuhan sama dengan layanan
yang diberikan maka pasien akan puas.
2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien
Menurut Budiastuti (2002), kepuasan pasien terhadap jasa
pelayanan yang diterima mengacu pada beberapa faktor, antara lain :
a. Kualitas produk atau jasa
Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan
bahwa produk atau jasa yang digunakan berkualitas. Persepsi pasien
terhadap kualitas produk atau jasa dipengaruhi oleh dua hal yaitu
kenyataan kualitas produk atau jasa yang sesungguhnya dan
komunikasi perusahaan terutama iklan dalam mempromosikan rumah
sakitnya.
12
b. Kualitas pelayanan
Kualitas pelayanan memegang peranan penting dalam industri
jasa pelayanan. Pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh
pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. Tapi, pasien
merasa tidak puas apabila pelayanan yang mereka dapatkan tidak
memuaskan dan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Rumah sakit dianggap baik apabila dalam memberikan
pelayanan lebih memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain
yang berkunjung ke rumah sakit. Kepuasan muncul dari kesan pertama
pasien saat masuk di rumah sakit, misalnya pelayanan yang cepat,
tanggap, dan keramahan dalam memberikan pelayanan keperawatan.
c. Faktor emosional
Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum
terhadap konsumen, dalam hal ini pasien memilih rumah sakit yang
sudah mempunyai pandangan ”rumah sakit mahal”, cenderung
memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena
persepsi masyarakat yang menganggap ’’rumah sakit mahal” tersebut
akan memberikan kualitas pelayanan terbaik sehingga jasa/produk
pelayanan keperawatan yang dihasilkan sesuai dengan standar atau
keinginan yang diharapkan pasien.
13
d. Harga
Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam
penentuan kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun
demikian elemen ini mempengaruhi pasien dari segi biaya yang
dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga perawatan maka pasien
mempunyai harapan yang lebih besar. Sedangkan rumah sakit yang
berkualitas sama tetapi berharga murah, memberi nilai yang lebih tinggi
pada pasien.
e. Biaya
Mendapatkan produk atau jasa, pasien tidak perlu mengeluarkan
biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan
jasa pelayanan. Dari pertama pasien masuk, pelayanan keperawatan
yang diberikan dijabarkan dalam pertanyaan kewajaran biaya, kejelasan
komponen biaya, biaya pelayanan, perbandingan dengan rumah sakit
yang sejenis lainnya, tingkat masyarakat yang berobat, ada tidaknya
keringanan bagi masyarakat miskin, dan sebagainya. Biaya
mempengaruhi pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Biasanya semakin mahal biaya kesehatan maka pasien akan beralih
mencari pelayanan kesehatan yang harganya lebih murah.
f. Komunikasi
Yaitu tata cara informasi yang diberikan oleh pihak penyedia
jasa dan keluhan- keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan- keluhan
14
dari pasien dengan cepat diterima oleh penyedia jasa terutama perawat
dalam memberikan bantuan terhadap keluhan pasien. Misalnya adanya
tombol panggilan di dalam ruang rawat inap, adanya ruang informasi
yang memadai terhadap informasi yang akan dibutuhkan pemakai jasa
rumah sakit, seperti keluarga pasien maupun orang yang berkunjung ke
rumah sakit.
2.1.3. Pengukuran tingkat kepuasan pasien
Menurut Pohan (2006), untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, maka pengukuran tingkat kepuasan pasien mutlak diperlukan.
Pengukuran tingkat kepuasan dapat dilakukan dengan membuat kuesioner
berisi aspek-aspek pelayanan kesehatan yang dianggap penting oleh
pasien. Kemudian pasien diminta menilai setiap aspek tadi, sesuai dengan
tingkat kepentingan bagi pasien yang bersangkutan.
Dengan melakukan pengukuran tingkat kepuasan, maka kita dapat
mengetahui sejauh mana dimensi-dimensi mutu pelayanan yang kita
berikan dapat memenuhi harapan pasien. Jika belum sesuai dengan
harapan pasien, maka hal tersebut bisa menjadi masukan bagi organisasi
pelayanan kesehatan agar berupaya memenuhinya.
15
2.1.4. Unsur- unsur dalam kepuasan
a. Bukti langsung (Tangibel)
Yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan karyawan dan sarana
komunikasi. ketersediaan sarana dan fasilitas fisik yang dapat
langsung dirasakan oleh pasien.
b. Ketanggapan (Responsiveness)
Yaitu kemampuan untuk menolong pelanggan dan ketersediaan
untuk melayani pelanggan dengan baik, serta kemampuan petugas
memberikan pelayanan kepada pasien dengan cepat.
c. Kehandalan (Reliability)
Yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan sesuai yang
dijanjikan dengan tepat, segera, akurat, dan memuaskan.
d. Empati (Emphaty)
Yaitu rasa peduli untuk memberikan perhatian secara individual
kepada pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan serta kemudahan
untuk dihubungi. Dalam pelayanan rumah sakit adalah keramahan
petugas kesehatan dalam menyapa dan berbicara, serta kemudahan
pasien rawat inap mendapat kunjungan keluarga/temannya.
e. Jaminan (Assurance)
Yaitu pengetahuan, kesopanan petugas serta kemampuan
petugas memberikan pelayanan kepada pasien sehingga dapat
16
dipercaya. Dalam pelayanan rumah sakit adalah kejelasan tenaga
kesehatan memberikan informasi tentang penyakit pasien.
2.2. KOMUNIKASI TERAPEUTIK
2.2.1. Pengertian
Menurut Robbins dan Jones (dalam Suryani, 2005), komunikasi
adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang
mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama
manusia melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan
tingkah laku orang lain serta mengubah sikap dan tingkah laku tersebut.
Arwani (2003) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik bukan
merupakan apa yang dilakukan seseorang, melainkan bagaimana
seseorang melakukan komunikasi tersebut dalam berhubungan dengan
orang lain. Menurut Mundzakir (2006), komunikasi terapeutik adalah
suatu pengalaman bersama antara perawat-klien yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah klien.
Komunikasi terapeutik berarti suatu proses penyampaian nasehat
kepada klien untuk mendukung upaya penyembuhan. Perawat dalam
merawat kliennya perlu menyampaikan ide dan pikirannya terlebih
dahulu, sehingga orang yang dirawatnya memahami apa yang dilakukan
olehnya. Dengan demikian diharapkan klien tersebut, sesuai dengan
17
kemampuannya mendukung tindakan yang dilakukan oleh perawat
tersebut terhadapnya.
Komunikasi terapeutik biasanya dilakukan dengan lisan (dialog
antara perawat klien) atau dengan gerak (gerak tangan, ekspresi wajah dan
sebagainya). Melalui komunikasi ini, perawat dapat menyampaikan ide
dan pikirannya klien terhadap dirinya sendiri. Dengan demikian segala
tindakan perawat disepakati oleh klien, dan klien itu sendiri akan
membantu segala upaya penyembuhan yang dilakukan terhadapnya. Bila
dilakukan tindakan terhadap klien tanpa diberi penjelasan terlebih dahulu,
atau pendapat klien tidak diminta atau sebaliknya klien menyembunyikan
perasaannya, maka upaya penyembuhan akan kurang berhasil (Suryani,
2005).
2.2.2. Tujuan komunikasi terapeutik
Menurut Priyanto (2009) komunikasi Terapeutik bertujuan untuk
mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan
diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi :
a. Realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri.
Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri
klien.
b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial
dan saling bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi
terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain.
18
c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan yang realistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri
atau tujuan yang terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya.
d. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
Identitas personal disini termasuk status, peran dan jenis kelamin.
2.2.3. Unsur-unsur komunikasi
Menurut seorang ahli komunikasi, Effendy (2002, dalam Suryani,
2005) komunikasi terdiri dari lima komponen yaitu :
a. Komunikator
Komunikator adalah orang yang memperkarsai adanya komunikasi.
b. Komunikan
Komunikan adalah orang yang menjadi objek komunikasi, pihak yang
menerima berita atau pesan dari komunikator.
c. Pesan
Pesan segala sesuatu yang akan disampaikan. Pesan dapat berupa ide,
pendapat, pikiran, dan saran.
d. Media
Media adalah sarana yang digunakan oleh komunikator untuk
menyampaikan pesan pada pihak lain.
e. Efek
Efek atau akibat atau dampak adalah hasil dari komuniksai. Hasilnya
adalah perubahan pada diri sasaran.
19
2.2.4. Manfaat Komunikasi Terapeutik
Menurut Cristina, dkk (2003) dalam (Mukripah, 2008), manfaat
komunikasi terapeutik adalah :
a. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan
pasien melalui hubungan perawat-klien
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah
dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.
2.2.5. Jenis-jenis komunikasi terapeutik
Menurut Potter (2006), secara umum komunikasi terapeutik dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal sangat tergantung dengan kata-kata yang
dipergunakan, sehingga antara perawat dengan klien keduanya akan
dapat memahami informasi apabila kata-kata yang dipengaruhi oleh
latar belakang sosial budaya, ekonomi, umur dan pendidikan.
b. Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi tanpa menggunakan
bahasa (kata-kata) atau disebut bahasa tubuh (body language).
Komunikasi non verbal mempergunakan hal-hal sebagai berikut
ekspresi wajah, gerak mata, gerak tubuh, tangan, lengan dan kaki, sikap
tubuh waktu duduk atau berjalan, sentuhan tangan,isyarat-isyarat dan
gabungan dari gerak-gerik tubuh.
20
2.2.6. Tahap- Tahap komunikasi Terapeutik
Menurut Potter (2006), tahap - tahap komunikasi terapeutik
sebagai berikut:
a. Tahap pra interaksi
Tahap pra interaksi terjadi sebelum terjadi kontak pertama
antara klien. Pada tahap pra interaksi perawat melakukan dua kegiatan
utama, yaitu kegiatan internal dan eksternal. Kegiatan internal ialah
kegiatan yang berhubungan dengan diri sendiri, meliputi orientasi
tugas, peningkatan kesadaran terhadap peran dan fungsi dalam
membina hubungan dan menilai kekuatan dan kelemahan diri.
Perawat mencoba menggali nilai dan mengembangkan sikap
terbuka serta meningkatkan kesadaran akan peran, tugas dan
pentingnya diri dalam memberi bantuan kepada orang lain. Perawat
menata diri untuk mengembangkan pola-pola konstruktif untuk
membantu orang lain dengan memaksimalkan kemampuan dan
meminimalkan kekurangan diri dan meningkatkan kesadaran akan
peran dan tugas yang diembannya. Tugas perawat secara eksternal pada
masa ini adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang klien
yang akan dihadapinya sekaligus meningkatkan pengetahuan tentang
pengelolaan berbagai masalah kesehatan yang dialami klien secara
konseptual.
21
b. Tahap orientasi
Pada tahap orientasi, perawat dan klien bertemu dan belajar
untuk mengidentifikasi masing-masing individu dengan menggunakan
nama. Pada masa ini, penting bagi perawat untuk memperkenalkan
dirinya dengan menggunakan nama, baik secara lisan maupun tulisan.
Pada fase ini perawat berperan sebagai pemimpin (dalam hubungan).
Artinya perawat dituntut lebih berperan aktif dan memulai setiap ide
untuk membina hubungan dengan klien. Pada orientasi, dibuat kontrak
dengan klien yang mencantumkan nama individu, peran perawat dan
klien, tanggung jawab perawat dan klien, tujuan hubungan, tempat
pertemuan, waktu dan lama pertemuan, situasi terminasi dan
kerahasiaan.
c. Tahap kerja
Tugas perawat pada fase ini adalah memenuhi kebutuhan dan
mengembangkan pola-pola adaptif klien. Pada tahap kerja perawat
memberi bantuan yang dibutuhkan. Perawat selain sebagai pemberi
pelayanan (care giver), peran perawat sebagai pengajar dan konselor
sangat diperlukan pada fase ini. Peran perawat ini meliputi upaya untuk
meningkatkan motivasi klien untuk mempelajari dan melaksanakan
aktivitas peningkatan kesehatan untuk mengikuti program pengobatan
dokter, dan untuk mengekspresikan perasaan/ pengalaman yang
22
berhubungan dengan masalah kesehatan dan kebutuhan perawatan yang
terbentuk.
d. Tahap terminasi
Tahap terminasi dimulai ketika klien dan perawat memutuskan
untuk mengakhiri hubungan dengan klien. Tahap terminasi yang
dimaksud disini adalah terminasi yang dilakukan permanen. Terminasi
hubungan yang temporer terjadi ketika perawat dan klien harus
berpisah pada akhir shift perawat, sementara terminasi secara permanen
dilakukan ketika klien telah sembuh (tujuan telah tercapai) atau pindah
ke unit lain atau ketika perawat pindah ke unit yang lain sehingga tidak
memungkinkan lagi pertemuan dengan klien dalam situasi.
2.2.7. Teknik komunikasi terapeutik
Perawat menggunakan kemampuan komunikasi ketika menetapkan
hubungan terapeutik. Tidak ada formula untuk membentuk hubungan
dengan klien. Setiap orang berkomunikasi secara unik dan setiap klien
membutuhkan teknik komunikasi yang berbeda. Perawat harus fleksibel
teknik yang digunakan untuk mengembangkan komunikasi dengan setiap
klien. Teknik komunikasi terapeutik menurut Priyanto (2009), antara lain:
a. Menyimak dengan penuh perhatian
Menyimak adalah salah satu teknik komunikasi terapeutik yang
paling efektif. Menyimak merupakan metode non verbal untuk
menunjukkan minat pada kebutuhan, pandangan, dan masalah klien.
23
Menyimak membutuhkan perhatian penuh dari perawat dan meliputi
keinginan untuk memahami seluruh pesan verbal dan non verbal yang
dikomunikasikan oleh klien. Perawat untuk menjadi pendengar yang
perhatian menggunakan kemampuan ini :
1) Hadapi klien ketika berbicara
2) Pertahankan kontak mata untuk menunjukkan keinginan untuk
mendengar
3) Mengambil postur yang menunjukkan menyimak
4) Hindari gerakan tubuh yang mengganggu seperti meremas tangan,
mengetuk kaki atau bermain-main dengan sebuah benda di tangan
5) Mengangguk untuk mengakui ketika klien berbicara tentang hal
penting atau persetujuan
6) Condong ke pembicaraan untuk menunjukkan keterlibatan.
b. Menunjukkan penerimaan
Penerimaan tidak sama dengan persetujuan. Penerimaan adalah
keinginan untuk mendengarkan seseorang tanpa menunjukkan keraguan
atau ketidaksetujuan. Perawat bekerja untuk membawa perubahan yang
meningkatkan kesehatan klien. Penerimaan dapat ditoleransi melalui
orang lain yang dapat membantu meningkatkan hubungan antara
perawat dan klien. Perawat untuk menunjukkan penerimaan haruslah
waspada terhadap ekspresi non verbal pribadi. Perawat menghindari
24
ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan ketidaksetujuan,
seperti mengerutkan dahi atau menggelengkan kepala.
Sikap perawat yang menunjukkan bahwa perawat menerima apa
yang dikatakan klien adalah :
1) Menyimak tanpa mengiterupsi
2) Memberikan respon verbal yang menunjukkan pemahaman
3) Yakin bahwa petunjuk non verbal sesuai dengan komunikasi verbal
4) Menghindari perselisihan, menunjukkan kesangsian atau keinginan
untuk mengubah pikiran klien.
c. Mengajukan pertanyaan yang berhubungan
Bertanya adalah metode langsung dari komunikasi. Tujuan
perawat adalah untuk memperoleh informasi spesifik mengenai klien.
Pertanyaan digunakan selama percakapan untuk menetapkan nada
interaksi verbal dan mengontrol tujuannya. Pertanyaan menjadi paling
efektif jika berkaitan dengan topik atau subjek yang didiskusikan dan
menggunakan kata-kata dan pola-pola dalam kontek sosiokultural klien
yang normal.
d. Parafrase
Parafrase adalah mengulang pesan klien dengan kata-kata
perawat sendiri. Umumnya pertanyaan yang diparafrasekan
menggunakan kata-kata yang lebih sedikit dari pada pernyataan yang
asli. Melalui parafrase perawat mengirim respon yang membuat klien
25
tahu apakah pesan mereka dipahami dan mengacu pada komunikasi
lebih lanjut.
e. Menjelaskan
Menjelaskan adalah tindakan yang menyatakan ulang sebuah
pernyataan yang sudah diutarakan atau dikirim oleh pengirim pesan.
Tanpa penjelasan, informasi penting dapat menjadi hilang. Informasi
sangat penting untuk rencana perawatan klien dan dapat menjadi tidak
lengkap kecuali jika data yang membingungkan atau kontradiksi dapat
dijelaskan. Perawat dapat mencoba untuk mengulangi pesan atau
mengakui kebingungannya dan bertanya kepada klien untuk
mengulangi pesan.
f. Fokus
Fokus dapat didefinisikan sebagai memusatkan informasi pada
elemen atau konsep kunci dari pesan yang dikirimkan. Teknik ini
dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan, sehingga lebih
spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus
pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali
jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
g. Menetapkan observasi
Ketika berkomunikasi, orang sering kali tidak sadar bagaimana
peran mereka diterima. Respon dari orang lain memberitahu mereka
apakah mengkomunikasikan pesan yang dikehendaki. Salah satu cara
26
upaya perawat dapat memberikan respon adalah bersama dengan klien
berbagai observasi tentang tingkat laku mereka selama komunikasi.
h. Memberi informasi
Tambahan informasi memungkinkan penghayatan yang lebih
baik bagi klien terhadap keadaannya, memberi tambahan informasi
merupakan penyuluhan kesehatan bagi klien. Perawat apabila ada
informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi
alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasihat kepada klien ketika
memberi informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat
keputusan.
i. Mempertahankan ketenangan
Ketenangan akan membuat perawat dan klien dapat berfikir.
Ketenangan dapat menjadi lebih efektif namun dapat menjadi lebih sulit
karena jeda dalam percakapan yang berlangsung selama beberapa detik
atau menit dapat menyebabkan kejanggalan. Perawat junior harus
melatih teknik ini sebelum dapat menggunakannya.
j. Menggunakan keasertifan
Keasertifan (ketegasan) adalah mempertahankan hak seseorang
tanpa menyinggung orang lain yang tidak sepaham. Melalui teknik
asertif orang menunjukkan perasaan dan emosi dengan penuh
keyakinan, terus menerus dan jujur. Orang yang dengan tegas membuat
keputusan dan pilihan serta dapat mengontrol hidup mereka dengan
27
lebih efektif dari pada orang yang tidak tegas. Perawat dapat melatih
kemampuan ketegasan klien dan bagaimana menggunakannya untuk
meningkatkan kesehatan mereka.
k. Penyimpulan
Penyimpulan adalah pengulangan ringkas ide-ide utama yang
telah didiskusikan. Penyimpulan mengatur gaya untuk interaksi lebih
lanjut antara perawat dan klien. Memulai interaksi baru dengan
menyimpulkan yang sebelumnya akan membantu klien untuk
mengingat topik yang telah didiskusikan dan menunjukkan klien bahwa
perawat telah menganalisis komunikasi mereka.
28