tinjauan teori ca endometrium

43
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan “Asuhan Kebidanan pada Ny “M” dengan Ca Endometrium di Ruang 9 RSUD Saiful Anwar Malang. Asuhan kebidanan ini tersusun berkat bantuan dan bimbingan serta arahan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Dody Riyadi SKM,M.M, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang 2. Ibu Temu Budiarti, S.Pd,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang 3. Ibu Sri Rahayu,S.Kep,Ns,M.Kes, selaku Kaprodi D IV Kebidanan Klinik Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang sekaligus sebagai pembimbing Institusi 4. Ibu Anis Chabiba Amd.Keb selaku Pembimbing Klinik Di Ruang 9 RSUD Saiful Anwar Malang. 5. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan laporan selanjutnya. Semoga laporan asuhan kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan khusunya bagi penulis sendiri Malang, Mei 2013

Upload: mutia-putri

Post on 01-Dec-2015

661 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Teori CA Endometrium

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan “Asuhan Kebidanan

pada Ny “M” dengan Ca Endometrium di Ruang 9 RSUD Saiful Anwar Malang.

Asuhan kebidanan ini tersusun berkat bantuan dan bimbingan serta arahan dari

berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada:

1. Bapak Dody Riyadi SKM,M.M, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Malang

2. Ibu Temu Budiarti, S.Pd,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Malang

3. Ibu Sri Rahayu,S.Kep,Ns,M.Kes, selaku Kaprodi D IV Kebidanan Klinik Politeknik

Kesehatan Kemenkes Malang sekaligus sebagai pembimbing Institusi

4. Ibu Anis Chabiba Amd.Keb selaku Pembimbing Klinik Di Ruang 9 RSUD Saiful

Anwar Malang.

5. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi

perbaikan laporan selanjutnya. Semoga laporan asuhan kebidanan ini dapat memberikan

manfaat bagi pembaca pada umumnya dan khusunya bagi penulis sendiri

Malang, Mei 2013

Penulis

Page 2: Tinjauan Teori CA Endometrium

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kanker endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi dengan angka kejadian

tertinggi, terutama di negara-negara maju. Di seluruh dunia, setiap tahun, 142,000

perempuan terdiagnosis, dan sebanyak 42.000 perempuan meninggal karena penyakit ini

(Amant, 2005). Selama tahun 2005, diperkirakan di Amerika terdapat sekitar 40.880 kasus

baru dengan sekitar 7.100 kematian terjadi karena kanker endometrium. Pada tahun 2007,

diperkirakan 1 dari 38 perempuan di Amerika Serikat terdiagnosis kanker endometrium.

Insiden kanker endometrium berdasarkan data dari Office of National Statistic meningkat

dari dua per 100.000 perempuan per tahun di bawah usia 40 tahun sampai 40-50 per

100.000 perempuan per tahun pada dekade ke-6, ke-7 dan ke-8. Angka kematian di

Amerika Serikat meningkat dua kali antara tahun 1988 dan 1998. Di regional Asia

Tenggara di mana Indonesia termasuk di dalamnya insiden kanker endometrium mencapai

4,8 persen dari 670.587 kasus kanker pada perempuan. Sementara kanker payudara

sebanyak 30,9%; serviks 19,8% dan ovarium 6,6%. (Anderton.C.2012)

Peningkatan angka kejadian karsinoma endometrium berkaitan dengan meningkatnya

status kesehatan sehingga usia harapan hidup kaum wanita semakin tinggi yang

menyebabkan jumlah wanita yang berusia lanjut semakin banyak yang diiringi dengan

penggunaan terapi hormone pengganti untuk mengatasi gejala-gejala menopausenya.

Kanker endometrium umumnya ditemukan pada penderita berusia 60 keatas. Selain

itu,telah ditemukan bahwa peningkatan kejadian obesitas juga memegang peranan penting

dalam meningkatnya angka kejadian kanker endomerium. Kanker endometrium lebih

banyak menyerang para wanita yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke atas.

Tingginya kemampuan ekonomi selanjutnya mengakibatkan gizi yang mereka peroleh

berlebihan sehingga berubah menjadi obesitas. Karena prevalensi faktor resiko ini semakin

meningkat, maka insiden kanker endometrium juga semakin meningkat akhir-khir ini. Di

masa depan, dengan makin tingginya angka penderita obesitas maka angka kejadian

kanker endometrium diperkirakan akan makin bertambah, yang sudah terbukti di Amerika

Serikat. (Schorge JO.2008)

Pasien dengan kanker endometrium biasanya mencari perhatian medis sejak awal

akibat adanya keluhan perdarahan vagina, dan biopsi endometrium akan mengarahkan

diagnosis dengan cepat. Hal ini menyebabkan meskipun kanker endometrium menempati

urutan ke empat kanker yang paling sering terjadi namun kanker endometrium tersebut

1

Page 3: Tinjauan Teori CA Endometrium

menempati urutan ke delapan kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan.

Terapi primer untuk kebanyakan penderita kanker endometrium adalah histerektomi

disertai dengan bilateral salpingo-oophorectomy (BSO) dan limfadeneknomi. Tiga

perempat dari pasien terdiagnosis saat menderita kanker endometrium stadium satu yang

dapat disembuhkan dengan operasi. Pasien dengan stadium yang lebih lanjut biasanya

memerlukan kombinasi pascaoperasi kemoterapi, radioterapi, atau keduannya.

(Wikipedia.org)

Dari pernyataan diatas penulis tertarik untuk menyusun asuhan kebidanan pada ibu

dengan Ca Endometrium.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melaksanakan manajemen kebidanan pada ibu dengan Ca

Endometrium

2. Tujuan Khusus

Setelah menyusun asuhan kebidanan ini diharapkan mahasiswa dapat :

a. Melakukan Pengkajian data

b. Melakukan Identifikasi Diagnosa dan Masalah

c. Melakukan Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

d. Menentukan kebutuhan segera

e. Menyusun rencana asuhan (intervensi)

f. Melaksanakan rencana asuhan (implementasi)

g. Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan

C. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan

1.3. Sistematika Penulisan

BAB II Tinjauan Teori

BAB III Tinjauan Kasus

3.1. Pengkajian Data

3.2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah

3.3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

3.4. Identifikasi Kebutuhan Segera

3.5. Intervensi

2

Page 4: Tinjauan Teori CA Endometrium

3.6. Implementasi

3.7. Evaluasi

BAB IV Pembahasan

BAB V Penutup

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

Daftar Pustaka

3

Page 5: Tinjauan Teori CA Endometrium

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP TEORI KANKER ENDOMETRIUM

1. Definisi

Kanker endometrium merupakan tumor ganas primer yang berasal dari endometrium

atau miometrium. Sebagian besarnya merupakan adenokarsinoma (90%). Karsinoma

endometrium terutama adalah penyakit pada wanita pascamenopause, walaupun 25%

kasus terdapat pada wanita yang berusia kurang dari 50 tahun dan 5% kasus terdapat

pada usia dibawah 40 tahun. Umur rata-rata penderita kanker endometrium adalah 55-

66 tahun. Insidensi kanker endometrium pada wanita premenopause 5 kali lebih rendah

daripada wanita yang telah mengalami menopause, Insidensi ini meningkat sesuai

bertambahnya usia kemudian menetap setelah umur 70 tahun

(Anderton,2012)

Sebagian besar kanker endometrium adalah adenokarsinoma (75 %), yang berasal

dari lapisan tunggal dari sel-sel epitel yang melapisi endometrium dan membentuk

kelenjar endometrium. Ada banyak subtipe mikroskopis karsinomaendometrium,

termasuk jenis common endometrioid, di mana sel kanker menyerupai gambaran

endometrium normal, Papillary serous carcinoma yang agresif serta clear cell

carcinoma.

Kanker endometrium adalah neoplasma yang mempunyai 2 tipe dengan patogenesis

berbeda pada masing-masing tipenya. Tipe pertama adalah estrogen dependen dan tipe

kedua estrogen independen. Perubahan genetik molekular yang terdapat pada

4

Page 6: Tinjauan Teori CA Endometrium

karsinoma endometrium tipe I dan tipe II berbeda dan mungkin dapat membantu dalam

menjelaskan sifat-sifat klinisnya.

a. Tipe I Estrogen dependen

Tipe I berhubungan dengan meningkatnya kadar estrogen dalam darah, yang

umumnya menyerang wanita pre dan perimenoupause. Pada anamnesis didapatkan

riwayat terpapar estrogen dan berasal dari atipikal endometrial hiperplasia. Tipe ini

berdiferensiasi baik, minimal invasif, sehingga mempunyai prognosis yang baik.

Pada beberapa kasus mungkin didapatkan diabetes, penyakit liver, hipertensi,

obesitas, infertilitas, dan gangguan menstruasi. Pada kenyataannya, lesi tipe I

berpotensi dapat diecegah melalui pengenalan risiko pada pasien, diagnosis lesi

prekursor (hiperplasia endometrium atipikal), dan pengobatan yang sesuai.

(Anderton,2012)

b. Tipe II Estrogen Independen

Tipe ini bisanya didapatkan pada wanita postmenopause, kurus, dan fertil atau

wanita dengan siklus hormonal yang normal. Tipe II lebih agresif dan mempunyai

prognosis lebih buruk daripada tipe I. Tipe II paling sering didapat pada wanita

Afro-Amerika. Yang termasuk kanker endometrium tipe II adalah :

1) high-grade endometrioid cancer,

2) uterine papillary serous carcinoma,

3) uterine clear cell carcinoma.

Terdapat 3 lokasi dimana kanker endometrium sering terjadi yaitu fundus, tuba dan

isthmus. Hal ini berkaitan dengan pengaruh hormonal pada lapisan uterine di lokasi

tersebut.

(Anderton,2012)

2. Epidemiologi

Kanker endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi dengan angka

kejadian tertinggi, terutama di negara-negara maju. Di seluruh dunia, setiap tahun,

142,000 perempuan terdiagnosis, dan sebanyak 42.000 perempuan meninggal karena

penyakit ini (Amant, 2005). Selama tahun 2005, diperkirakan di Amerika terdapat

sekitar 40.880 kasus baru dengan sekitar 7.100 kematian terjadi karena kanker

endometrium. Pada tahun 2007, diperkirakan 1 dari 38 perempuan di Amerika

Serikat terdiagnosis kanker endometrium. AS dan Kanada memiliki rerata insidensi

5

Page 7: Tinjauan Teori CA Endometrium

tertinggi di seluruh dunia, sementara negara berkembang dan Jepang memiliki rerata

insidensi 4-5 kali lebih rendah.

(Schorge JO, et al. 2008)3. Etiologi

Penyebab pasti kanker endometrium tidak diketahui. Kebanyakan kasus kanker

endometrium dihubungkan dengan endometrium terpapar stimulasi estrogen secara

kronis. Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah merangsang pembentukan

lapisan epitel pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan pada hewan

percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker.

Adanya hubungan antara pajanan estrogen dengan kanker endometrium telah

diketahui selama lebih dari 50 tahun. Satu faktor risiko yang paling sering dan paling

terbukti untuk adenokarsinoma uterus adalah obesitas. Jaringan adiposa memiliki enzim

aromatase yang aktif. Androgen adrenal dengan cepat dikonversi menjadi estrogen di

dalam jaringan adiposa pada individu yang obes. Estrogen yang baru disintesis ini juga

memiliki bioavailabilitas yang sangat baik karena perubahan metabolik yang

berhubungan dengan obesitas menghambat produksi globulin pengikat hormon seks

oleh hati. Individu yang obes mungkin mengalami peningkatan drastis pada estrogen

bioavailabel yang bersirkulasi dan pajanan ini dapat menyebabkan penumbuhan

hiperplastik pada endometrium.

Dasar pemikiran yang menganggap estrogen sebagai faktor etiologis berasal dari tiga

sumber:

a. aktivitas biologis estrogen dan progesteron pada endometrium

b. data pada hewan dan manusia mengenai pengaruh dietilstilbestrol (DES) terhadap

karsinogenesis

c. hubungan antara kanker endometrium dengan hiperplasia endometrium dalam

kaitannya dengan hubungan antara hiperplasia dengan pajanan estrogen yang tidak

dihambat dan bcrlangsung lama.

Bukti yang paling kuat untuk sensitivitas endometrium yang tinggi terhadap hormon

steroid ovarium adalah perubahan dramatis yang terjadi pada jaringan ini selama siklus

menstruasi. Pada siklus wanita normal: endometrium mengubah morfologinya setiap

hari.

Pada fase folikular siklus: estrogen menstimulasi proliferasi epitel yang menutupi

kelenjar endometrium dan stroma di bawahnya. Estrogen menginduksi produksi

reseptorya sendiri dan reseptor progesteron selama fase ini. Progesteron yang disekresi

6

Page 8: Tinjauan Teori CA Endometrium

dengan cepat setelah ovulasi menahan aktivitas proliferasi pada kelenjar-kelenjar dan

mengkonversi epitel menjadi keadaan sekretorik. Stroma merespons progesteron

dengan angiogenesis dan maturasi fungsional. Jika kehamilan terjadi, perubahan-

perubahan ini akan mempersiapkan endometrium untuk implantasi. Dipercaya bahwa

efek mitogenik yang poten dari estrogen pada epitel kelenjar endometrium

mempercepat tingkat mutasi spontan dari onkogen yang merupakan predisposisi

dan/atau gen penekan tumor. Hal ini mengarah pada suatu transformasi neoplastik.

Data pada hewan dan manusia yang dikumpulkan setelah berkembangnya pajanan

DES menambah bukti biologis untuk potensi karsinogenik dari estrogen di saluran

reproduksi. DES adalah agonis estrogen nonsteroid yang merupakan salah salu estrogen

sintetik pertama yang dikembangkan. DES tersebut diberikan kepada lebih dari dua juta

wanita pada tahun 1940-1970 sebagai pengobatan terhadap ancaman keguguran

spontan (miscarriage).

Pada tikus. pajanan neonatal terhadap DES menghasilkan kanker endometrium pada

95% binatang saat berusia 18 bulan. Pada wanita, pajanan DES pranatal mengarah pada

kelainan struktur saluran reproduksi dan pada adenokarsinoma sel jemih vagina dan

serviks. Aktivitas karsinogenik pada DES tampaknya dimediasi sebagian oleh aktivasi

reseptor estrogen. Apakah pajanan DES pranatal akan menyebabkan kanker

endometrium pada manusia akan ditentukan setelah penelitian kohort pada wanita-

wanita ini berlangsung sampai menopause. Mekanisme genetik molekular mengenai

bagaimana DES menyebabkan karsinoma sel jernih mungkin sama dengan bagaimana

estroge alami menyebabkan kanker endometrium tipe I. Ketidakstabilan genetik telah

ditunjukkan pada kedua tumor ini.

4. Faktor Resiko

a. Faktor resiko reproduksi dan menstruasi.

Kebanyakan peneliti menyimpulkan bahwa nulipara mempunyai risiko 3x lebih

besar menderita kanker endometrium dibanding multipara. Hipotesis bahwa

infertilitas menjadi factor risiko kanker endometrium didukung penelitian-penelitian

yang menunjukkan resiko yang lebih tinggi untuk nulipara dibanding wanita yang

tidak pernah menikah.

(Schorge JO, et al. 2008)Perubahan-perubahan biologis yang berhubungan dengan infertilitas dikaitkan

dengan risiko kanker endometrium adalah siklus anovulasi ( terpapar estrogen yang

lama tanpa progesteron yang cukup), kadar androstenedion serum yang tinggi

7

Page 9: Tinjauan Teori CA Endometrium

(kelebihan androstenedion dikonversi menjadi estron), tidak mengelupasnya lapisan

endometrium setiap bulan (sisa jaringan menjadi hiperplastik) dan efek dari kadar

estrogen bebas dalam serum yang rendah pada nulipara. Salah satu fungsi estrogen

yang normal adalah merangsang pembentukan lapisan epitel pada rahim. Sejumlah

besar estrogen yang disuntikkan kepada hewan percobaan di laboratorium

menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker.

(Schorge JO, et al. 2008)b. Usia menarche dini (<12 tahun)

berkaitan dengan meningkatnya risiko kanker endometrium walaupun tidak selalu

konsisten. Benyak penelitian menunjukkan usia saat menopause mempunyai

hubungan langsung terhadap meningkatnya kanker ini. Sekitar 70% dari semua

wanita yang didiagnosis kanker endometrium adalah pakcamenopause. Wanita yang

menopause secara alami diatas 52 tahun 2,4 kali lebih beresiko jika dibandingkan

sebelum usia 49 tahun.

(Schorge JO, et al. 2008)c. Hormon.

1) Hormone endogen.

Risiko terjadinya kanker endometrium pada wanita-wanita muda berhubungan

dengan kadar estrogen yang tinggi secara abnormal seperti polycystic ovarian

disease yang memproduksi estrogen.

2) Hormone eksogen pascamenopause.

Terapi sulih hormone estrogen menyebabkan risiko kanker endometrium

meningkat 2 sampai 12 kali lipat. Peningkatan risiko ini terjadi setelah pemakaian

2-3 tahun. Risiko relatif tinggi setelah pemakaian selama 10 tahun.

d. Kontrasepsi oral.

Peningkatan risiko secara bermakna terdapat pada pemakaian kontrasepsi oral yang

mengandung estrogen dosis tinggi dan rendah progestin. Sebaliknya pengguna

kontrasepsi oral kombinasi estrogen dan progestin dengan kadar progesterone tinggi

mempunyai efek protektif dan menurunkan risiko kanker endometrium setelah 1-5

tahun pemakaian.

e. Tamoksifen.

Beberapa penelitian mengindikasikan adanya peningkatan risiko kanker

endometrium 2-3 kali lipat pada pasien kanker payudara yang diberi terapi

tamoksifen. Tamoksifen merupakan antiestrogen yang berkompetisi dengan estrogen

8

Page 10: Tinjauan Teori CA Endometrium

untuk menduduki reseptor. Di endometrium, tamoksifen malah bertindak sebagai

faktor pertumbuhan yang meningkatkan siklus pembelahan sel.

f. Obesitas.

Obesitas meningkatkan risiko terkena kanker endometrium. Kelebihan 13-22 kg BB

ideal akan meningkatkan risiko sampai 3 x lipat. Sedangkan kelebihan di atas 23 kg

akan meningkatkan risiko sampai 10x lipat. obesitas adalah penyebab paling umum

dari kelebihan produksi estrogen endogen. Jaringan adiposa berlebihan akan

meningkatkan aromatisasi androstenedion perifer menjadi estrone. Pada wanita

premenopause, tingkat estrone memicu umpan balik peningkatan abnormal pada

aksis-hipofisis-ovarium hipotalamus. Hasil klinisnya adalah oligo-atau anovulasi.

Dengan tidak adanya ovulasi, endometrium terkena stimulasi estrogen hampir terus

menerus tanpa efek progestasional berikutnya dan terjadi gangguan menstruasi.

g. Faktor diet.

Perbedaan pola demografi kanker endometrium diperkirakan oleh peran nutrisi,

terutama tingginya kandungan lemak hewani dalam diet. Konsumsi sereal, kacang-

kacangan, sayuran dan buah terutama yang tinggi lutein, menurunkan risiko kanker

yang memproteksi melalui fitoestrogen.

h. Kondisi medis.

Wanita premenopause dengan diabetes meningkatkan 2-3 x lebih besar berisiko

terkena kanker endometrium jika disertai diabetes. Tingginya kadar estrone dan

lemak dalam plasma wanita dengan diabetes menjadi penyebabnya. Hipertensi

menjadi faktor risiko pada wanita pancamenopause dengan obesitas.

i. Faktor genetik.

Seorang wanita dengan riwayat kanker kolon dan kanker payudara meningkatkan

risiko terjadinya kanker endometrium. Begitu juga dengan riwayat kanker

endometrium dalam keluarga.

j. Merokok.

Wanita perokok mempunyai resiko ½ kali jika dibandingkan yang bukan perokok

(faktor proteksi) dan diperkirakan menopause lebih cepat 1-2 tahun.

k. Ras.

Kanker endometrium sering ditemukan pada wanita kulit putih.

l. Faktor risiko lain.

9

Page 11: Tinjauan Teori CA Endometrium

Pendidikan dan status sosial ekonomi diatas rata-rata meningkatkan risiko terjadinya

kanker endometrium akibat konsumsi terapi pengganti estrogen dan rendahnya

paritas.

5. Manifestasi Klinis

Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan pasca

menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi bagi

pasien yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang paling

banyak menyertai keluhan utama

Gejalanya bisa berupa:

a. Perdarahan rahim yang abnormal

b. Siklus menstruasi yang abnormal

c. Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami

menstruasi)

d. Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause

e. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas 40

tahun)

f. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul

g. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)

h. Nyeri atau kesulitan dalam berkemih

i. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

(Schorge JO, et al. 2008)

6. Deteksi Kanker Endometrium

Sebagian besar kanker endometrium terdiagnosis pada stadium dini. Hal ini

dikarenakan wanita menopause cenderung memeriksakan dirinya ke dokter apabila

terdapat perdarahan vaginal. Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan

anamnesis dan pemeriksaan fisik termasuk melakukan pap smear dan pemeriksaan

pelvik.

Pemeriksaan pelvik merupakan langkah awal pemerikasaan fisik pada kanker

endometrium. Pada pemeriksaan pelvik, dokter memeriksa daerah sepanjang

kandungan apakah terdapat lesi, benjolan, atau mengetahui daerah mana yang terasa

sakit jika diraba. Untuk daerah kandungan bagian atas dokter menggunakan alat

spekulum. Teknik pemeriksaan ini sebenarnya harus rutin dilakukan oleh wanita untuk

mengetahui kondisi vaginanya

10

Page 12: Tinjauan Teori CA Endometrium

Biopsi endometrial diperlukan untuk menegakkan diagnosis kanker endometrium.

Pada pemeriksaan biopsi, akan diambil sebagian kecil dari lapisan uterus

(endometrium) kemudian dilihat sediaan tersebut di mikroskop. Karena kanker

endometrium dimulai di dalam uterus, kelainannya tidak selalu dapat dideteksi dengan

pap smear. Karena itu, sampel dari jaringan endometrium harus diambil dan dilihat

dengan mikroskop untuk dideteksi apakah terdapat sel kanker atau tidak. Salah satu

prosedur dibawah ini dapat dilakukan

Biopsi endometrium : Mengambil sebagian kecil jaringan endometrium, dengan

memasukkan selang yang kecil dan fleksibel melalui serviks kedalam uterus. Selang ini

kemudian akan mengikis sebagian kecil jaringan endometrium sehingga kemudian

didapatkan sampel jaringan. Patolog kemudian akan memeriksa sampel sel kanker di

bawah mikroskop.

Dilatasi dan kuretase : Caranya yaitu leher rahim dilebarkan dengan dilatator

kemudian hiperplasianya dikuret. Hasil kuret lalau di PA-kan. Memasukkan kamera

(endoskopi) kedalam rahim lewat vagina. Dilakukan juga pengambilan sampel untuk di

PA-kan. Sampe jaringan endometrium yang didapatkan dari kuretase kemudian

diperiksa di mikroskop.

USG transvaginal. Transvaginal ultrasound, adalah suatu alat yang dimasukkan ke

dalam rahim dan berfungsi untuk mengetahui ketebalan dinding rahim. Ketebalan

dinding yang terlihat abnormal akan dicek lanjutan dengan pap smear atau biopsi. Pada

pemeriksaan USG didapatkan tebal endometrium di atas 5 mm pada usia

perimenopause. Pemeriksaan USG dilakukan untuk memperkuat dugaan adanya

keganasan endometrium dimana terlihat adanya lesi hiperekoik di dalam kavum

uteri/endometrium yang inhomogen bertepi rata dan berbatas tegas dengan ukuran 6,69

x 4,76 x 5,67 cm. Pemeriksaan USG transvaginal diyakini banyak penelitian sebagai

langkah awal pemeriksaan kanker endometrium, sebelum pemeriksaan-pemeriksaan

yang invasif seperti biopsi endometrial, meskipun tingkat keakuratannnya yang lebih

rendah, dimana angka false reading dari strip endometrial cukup tinggi. Sebuah meta-

analisis melaporkan tidak terdeteksinya kanker endometrium sebanyak 4% pada

penggunaan USG transvaginal saat melakukan pemeriksaan pada kasus perdarahan

postmenopause, dengan angka false reading sebesar 50%. USG transvaginal dengan

atau tanpa warna, digunakan sebagai tehnik skrining. Terdapat hubungan yang sangat

kuat dengan ketebalan endometrium dan kelainan pada endometrium. Ketebalan rata-

rata terukur 3,4±1,2 mm pada wanita dengan endometrium atrofi, 9,7±2,5 mm pada

11

Page 13: Tinjauan Teori CA Endometrium

wanita dengan hiperplasia, dan 18,2±6,2mm pada wanita dengan kanker endometrium.

Pada studi yang melibatkan 1.168 wanita, pada 114 wanita yang menderita kanker

endometrium dan 112 wanita yang menderita hiperplasia, mempunyai tebal

endometrium 5 mm. Metode non-invasif lainnya adalah sitologi namun akurasinya

sangat rendah.

Papanicolau Test adalah metode skrining ginekologi, dicetuskan oleh Georgias

Papanicolau, untuk mendeteksi kanker rahim yang disebabkan oleh human

papilomavirus. Pengambilan sampel endometrium, selanjutnya di periksa dengan

mikroskop (PA). Cara untuk mendapatkan sampel adalah dengan aspirasi sitologi dan

biopsy hisap (suction biopsy) menggunakan suatu kanul khusus. Alat yang digunakan

adalah novak, serrated novak, kovorkian, explora (mylex), pipelly (uniman), probet.

Pap smear tidak sensitif untuk mendiagnosa kanker endometrium. Pada pemeriksaan

pap smear, 50% dari penderita kanker endometrium menunjukkan hasil yang normal.

Sel endometrium yang jinak terkadang ditemukan saat pemeriksaan pap smear pada

wanita diatas 40 tahun Bia sel ini ditemukan, maka resiko kanker pada wanita tersebut

adalah 3-5%. Pada wanita premenopause, temuan ini kurang akurat, terutama bila hasil

didapatkan saat penderita sedang haid. Pada penderita yang memakai terapi hormon,

resiko keganasan berkurang (1-2%)

Pada pemeriksaan kanker endometrium dapat ditemukan hiperplasia endometrium.

Hiperplasia endometrium bukan kanker namun dapat berkembang menjadi kanker.

Salah satu tipe hiperplasia, atypical adenomatous hyperplasia, berkembang menjadi

kanker pada 1 dari 3 penderita.

Untuk menentukan stadium kanker endometrium, serangkaian pemeriksaan dibawah

ini harus dilakukan sebelum operasi :

a. Cek darah lengkap untuk memeriksa anemia dan kelainan darah.

b. Antigen kanker 125. Pemeriksaan CA-125 diperlukan untuk mengetahui apakah

kanker telah bermetastasis atau belum.

c. Intravenous Pyelogram untuk memeriksa fungsi ginjal

d. Foto roentgen untuk mengetahui apakah sel kanker telah bermetastasis ke uterus.

e. Pemeriksaan imaging dilakukan sebelum operasi untuk melihat apakah kanker telah

menyebar ke abdomen dan pelvis. Ini dilakukan juga untuk membuat perencanaan

terapi. Pemeriksaan imaging meliputi :

f. Computed Tomography (CT) scan abdomen dan pelvis

12

Page 14: Tinjauan Teori CA Endometrium

g. Magnetic Resonance Imaging (MRI) abdomen dan pelvis. MRI juga dapat

membedakan kanker endometrium dari penyebaran servikal primary endocervical

adenocarcinoma.

h. Setelah diagnosis kanker endometrium ditegakkan, operasi dilakukan untuk

mengangkat uterus, serviks, ovarium, tuba falopi. Prosedur ini dinamakan

Histerektomi dengan bilateral salphingo-oophorectomy. Kadang kelenjar limfe

pelvis juga diangkat. Jaringan yang diangkat kemudian diperiksa untuk menentukan

stadium kanker.

(Schorge JO, et al. 2008)7. Klasifikasi Histopatologis

Sembilan puluh persen tumor ganas endometrium/ korpus uterus adalah

adenokarsinoma. Sisanya ialah karsinoma epidermoid, adenoakantoma, sarcoma, dan

karsino-sarkoma.

(Schorge JO, et al. 2008)a. Endometrioid Adenocarcinoma

Tipe histologi kanker endometrium yang paling sering ditemui adalah endometrioid

adenokarsinoma (75% dari total kasus). Karakteristik tumor ini adalah terdapat

kelenjar yang mirip dengan endometrium normal. Hiperplasia endometrium

berhubungan dengan tumor grade rendah dan jarang menginvasi endometrium.

Apabila kelenjar berkurang dan digantikan sel yang padat, tumor diklasifikasikan

sebagai grade yang lebih tinggi. Apabila terdapat endometrium yang atrofik, sering

dihubungkan dengan grade tinggi dan sering bermetastasis.

(Dean L.2012)

13

Page 15: Tinjauan Teori CA Endometrium

b. Serous Carcinoma

5-10% kanker endoetrium adalah tipe serous carcinoma. Serous carcinonma adalah

tumor tipe II yang sangat agresif dan berasal dari endometrium yang atrofik. Tipe ini

biasanya terdapat pada wanita berusia lanjut. Terdapat pola pertumbuhan papiler

yang kompleks ditandai dengan nulkear atipik. Sering disebut uterine papillary

serous carcinoma (UPSC), secara histologis menyerupai kanker ovarium epitelial,

dan terdapat psammoma bodies pada 30 persen pasien.

(Schorge JO, et al. 2008)

c. Clear Cell Carcinoma

Kurang dari 5 % kanker endometrium adalah tipe clear cell carcinoma. Penampakan

mikroskopik didominasi oleh sel padat, kistik, tubular atau papiler. Biasanya

merupakan gabungan dari 2 atau 3 tipe tersebut. Endometrial clear cell

adenocarcinoma adalah serupa dengan jenis clear cell yang terdapat di ovarium,

vagina, dan serviks. Tidak ada karakteristik khusus, namun seperti UPSC, cenderung

ganas, dan invasif. Pasien biasanya terdiagnosis saat penyakitnya sudah lanjut dan

prognosisnya buruk.

(Schorge JO, et al. 2008)

14

Page 16: Tinjauan Teori CA Endometrium

d. Mucinous Carcinoma

Sekitar 1 sampai 2 persen kanker endometrium adalah tipe mucinous. Sebagian

besar endometrioid adenocarcinoma mempunyai komponen fokal. Umumnya, tumor

mucinous mempunyai gambaran glandular dengan sel yang kolumnar dan stratifikasi

minimal. Hampir semua aadalah stadium 1 dan grade 1 dengan prognosis yang baik.

Karena epitelium endoservikal menyatu dengan segmen bawah uterus, diagnosis

masih sulit dibedakan dengan adenokarsinoma yang primer. Oleh sebab itu,

dibutuhkan imuno-staining, selain ini MRI juga dapat digunakan untuk membedakan

asal tumor.

e. Karsinoma Campuran

Kanker endometrium dapat berupa kombinasi dari dua atau lebih tipe histologik.

Karsinoma campuran, terdiri dari paling tidak dua tipe dengan masing –masing tipe

minimal melingkupi 10 % dari seluruh tumor. Kecuali tipe serous dan clear cell,

kombinasi lain biasanya tidak signifikan. Karsinoma campuran biasanya merupakan

campuran antara kanker endometrium tipe I dan tipe II.

f. Undifferentiated Carcinoma

Pada 1-2 % kanker endometrium, tidak ada bukti adanya diferensiasi glandular,

sarkomatous, atau squamous. Tumor yang tidak berdeferensiasi ini mempunyai

karakteristik proliferasi epitel monotonous, ukurannya medium tumbuh dari sel yang

padat dan tidak mempunyai pola yang spesifik. Prognosisnya lebih buruk dari

endometrioid adenokarsinoma diferensiasi buruk.

g. Tipe yang jarang

Kurang dari 100 kasus squamous cell carcinoma endometrium telah dilaporkan.

Diagmosis ditegakkan dari tidak adanya komponen adenokarsinoma dan tidak ada

hubungan dengan squamous epithelium serviks. Biasanya prognosisnya buruk.

15

Page 17: Tinjauan Teori CA Endometrium

Transisional cell carcinoma endometrium juga adalah kasus yang jarang, dan untuk

menegakkan diagnosis, tidak boleh ada metastasis dari kandung kemih dan ovarium.

(Schorge JO, et al. 2008)8. Klasifikasi Endometrium

Saat ini, stadium kanker endometrium ditetapkan berdasarkan surgical staging,

menurut The International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) 2010 :

(Schorge JO, et al. 2008)9. Penatalaksanaan

Radiasi atau histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis merupakan pilihan

terapi untuk adenokarsinoma endoserviks yang masih terlokalisasi, sedangkan staging

surgical yang meliputi histerektomi simple dan pengambilan contoh kelenjar getah

bening para-aorta adalah penatalaksanaan umum adenokarsinoma endometrium

a. Pembedahan

Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan rahim). Kedua

tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral) karena sel-

sel tumor bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif) yang

mungkin tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan

oleh ovarium. Jika ditemukan sel-sel kanker di dalam kelenjar getah bening di

sekitar tumor, maka kelenjar getah bening tersebut juga diangkat. Jika sel kanker

telah ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka kemungkinan kanker telah

menyebar ke bagian tubuh lainnya. Jika sel kanker belum menyebar ke luar

16

Page 18: Tinjauan Teori CA Endometrium

endometrium (lapisan rahim), maka penderita tidak perlu menjalani pengobatan

lainnya.

b. Radioterapi

Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.

Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel kanker di

daerah yang disinari. Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi penyinaran dan

pembedahan. Angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien kanker endometrium

menurun 20-30% dibanding dengan pasien dengan operasi dan penyinaran.

Penyinaran bisa dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor)

atau setelah pembedahan (untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa). Stadium I

dan II secara medis hanya diberi terapi penyinaran. Pada pasien dengan risiko

rendah (stadium IA grade 1 atau 2) tidak memerlukan radiasi adjuvan pasca operasi.

Radiasi adjuvan diberikan kepada :

1) Penderita stadium I, jika berusia diatas 60 tahun, grade III dan/atau invasi

melebihi setengah miometrium.

2) Penderita stadium IIA/IIB, grade I, II, III.

3) Penderita dengan stadium IIIA atau lebih diberi terapi tersendiri

(Prawirohardjo, 2006)

Ada 2 jenis terjapi penyinaran yang digunakan untuk mengobati kanker

endometrium:

1) Radiasi eksternal : digunakan sebuah mesin radiasi yang besar untuk

mengarahkan sinar ke daerah tumor. Penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5

kali/minggu selama beberapa minggu dan penderita tidak perlu dirawat di rumah

sakit. Pada radiasi eksternal tidak ada zat radioaktif yang dimasukkan ke dalam

tubuh.

2) Radiasi internal (AFL): digunakan sebuah selang kecil yang mengandung suatu

zat radioaktif, yang dimasukkan melalui vagina dan dibiarkan selama beberapa

hari. Selama menjalani radiasi internal, penderita dirawat di rumah sakit.

c. Kemoterapi

Adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi merupakan terapi

sistemik yang menyebar keseluruh tubuh dan mencapai sel kanker yang telah

menyebar jauh atau metastase ke tempat lain.

17

Page 19: Tinjauan Teori CA Endometrium

Kemoterapi pada Kanker Endometrium

Adjuvan AP (Doxorubicin 50-60 mg/m2, Cisplatinum 60 mg/m2 dengan

Kemoradiasi Cis-platinum 20-40 mg/m2 setiap minggu (5-6 minggu) Xelloda 500-1000mg/hari (oral) Gemcitabine 300mg/m2 Paclitacel 60-80 mg/m2, setiap minggu (5-6 minggu) Docetaxel 20 mg/m2setiap minggu (5-6 minggu)

penelitian clinical trial fase II . Kemoterapi yang dipakai antara lain Daxorubicin,

golongan platinum, fluorouracil, siklofosfamid, ifosfamid, dan paclitaxel. Hasil

penelitia menunjukkan kanker endometrium pasca operasi yang diikuti kemoterapi

kombinasi memiliki angka survival lebih tinggi.Berikut ini rekomendasi pemberian

kemoterapi:

Karakteristik penderita Rekomendasi Tumor stadium lanjut atau rekuren

Kemoterapi (cisplatin/doxorubicin/paclitaxel)

Tumor stadium lanjut atau rekuren dengan reseptor positif dan/atau grade 1 atau 2

Hormonal therapy (oral progestin atau magestrol asetat)

Tumor stadium III-IVA Operasi diikuti kemoterapi

d. Terapi Hormonal

1) Terapi primer

Salah satu keunikan kanker endometrium adalah merespon terapi hormon.

Progestin digunakan sebagai terapi primer wanita yang mempunyai resiko tinggi

operasi. Namun terapi ini jarang dilakukan. Ini bisa saja merupakan satu-satunya

pilihan terapi paliatif dalam beberapa kasus. Pada kasus yang jarang lainnya, pada

adenocarcinoma stadium 1 yang sulit di operasi, intrauterine progestional dapat

membantu. Namun terapi ini harus digunakan dengan hati-hati.

2) Terapi Hormonal Adjuvan

Single-agent progestin telah menunjukkan aktifitas pada penderita dengan

stadium lanjut. Tamoxifen memodulasi ekspresi dari progesteron reseptor dan

18

Page 20: Tinjauan Teori CA Endometrium

meningkatkan efikasi progestin. Tamoksifen dan progestin sebagai terapi adjuvan

telah menunjukkan tingkat respon yang tinggi. Secara umum, toksisitas sangat

rendah, kombinasi ini paling sering digunakan untuk penyakit rekuren.

3) Terapi Pengganti Estrogen

Karena dugaan kelebihan estrogen sebagai penyebab perkembangan kanker

endometrium, ada kekhawatiran bahwa penggunaan estrogen pada wanita dengan

kanker endometrium dapat meningkatkan resiko kekambuhan atau kematian.

Namun, efek seperti itu belum ada penelitiannya. Gog meneliti efek terapi

pengganti estrogen secara acak pada 1236 wanita yang telah menjalani operasi

kanker stadium I dan II dengan memberikan estrogen atau plasebo. Hasilnya

terdapat kekambuhan yang rendah. Karena beresiko dan keamanannya belum

terbukti, pasien harus diberi konseling hati-hati sebelum memulai rejimen

estrogen pasca operasi.

(Schorge JO, et al. 2008)10. Patofisiologi

Fibroblas Growth Factor Reseptor 2 (FGFR2) adalah reseptor tirosin kinase yang

berperan dalam proses biologikal. Mutasi pada FGFR telah dilaporkan pada 10-12%

dari kanker endometrium identik dengan penemuan yang didapatkan dari kelainan

kraniofasial kongenital. Inhibisi pada FGFR2 diharapkan akan menjadi terapi

masadepan bagi penderita kanker endometrium. Beberapa peneliti menduga terdapat

dua peran FGFR2 dalam mempengaruhi endometrium, yaitu dengan menghambat

proliferasi sel endometrium pada siklus menstruasi dan sebagai onkogen pada

karsinoma endometrial. (Chiang W.2012)

Selain itu, kadar hormon sex estrogen yang tinggi juga dapat menyebabkan

peningkatan masa dan jumlah sel lapisan uterus jika tidak terdapat cukup progesteron,

salah satu hormon sex yang penting pada wanita. (Chiang W.2012)

Siklus menstrual normal, rata-rata berlangsung 28 hari, terdapat 2 fase. Pada 2

minggu pertama, estrogen adalah hormon seks yang dominan. Estrogen menyebabkan

lapisan sel uterus bertumbuh dan bertambah jumlahnya. Pada 14 hari selanjutnya,

hormon sex yang dominan adalah progesteron. Progesteron menyebabkan kematangan

sel sehingga lapisan uterus dapat menerima dan menutrisi ovum yang sudah

difertilisasi. (Chiang W.2012)

19

Page 21: Tinjauan Teori CA Endometrium

Apabila tidak terdapat cukup progesteron, sel pada lapisan uterus (epitelium) akan

bertumbuh dan bermultiplikasi semakin banyak. Hal ini disebut hiperplasia simpleks.

Apabila situasi ini terus berlanjut, akan terbentuk kelenjar baru pada lapisan uterus. Hal

ini disebut hiperplasia kompleks. Akhirnya, sel menjadi atipikal dan menunjukkan

perilaku yang menyimpang. (Koplajar M.2012)

Kadar estrogen yang tinggi tanpa diimbangi progesteron dapat ditemukan pada

beberapa kondisi seperti : anovulasi dalam jangka waktu yang lama, mengkonsumsi

estrogen dalam waktu lama, tumor penghasil estrogen, malfungsi tiroid, penyakit hepar.

(Koplajar M.2012)

20

Page 22: Tinjauan Teori CA Endometrium

B. KONSEP MANAJEMEN

1. Pengkajian

A. Data Subjektif

1. Biodata

Nama :Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan memanggil

dengan nama panggilan sehingga hubungan

komunikasi antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab.

Umur :Umur rata-rata penderita kanker endometrium adalah 55-

66 tahun. Insidensi kanker endometrium pada wanita

premenopause 5 kali lebih rendah daripada wanita yang telah

mengalami menopause, Insidensi ini meningkat sesuai

bertambahnya usia kemudian menetap setelah umur 70 tahun

Suku/bangsa :Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut

oleh pasien .dan keluarga.

Agama :Sebagai dasar bagi bidan dalam memberikan dukungan

mental dan spiritual terhadap pasien dan keluarga.

Pendidikan :Tanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan.

Informasi ini membantu klinisi memahami klien sebagai

individu dan memberi gambaran kemampuan baca tulisnya.

Pekerjaan :Mengetahui pekerjaan pasien adalah penting untuk

mengetahui apakah klien berada dalam keadaan utuh dan

untuk mengkaji potensi kelahiran prematur dan pajanan

terhadap bahaya lingkungan kerja yang dapat merusak janin.

Alamat :Memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah serta tahu

lingkungan pasien.

2. Alasan Datang

3. Keluhan Utama

a. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul

b. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)

c. Nyeri atau kesulitan dalam berkemih

d. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

e. Siklus menstruasi yang abnormal

21

Page 23: Tinjauan Teori CA Endometrium

4. Riwayat Kesehatan yang Lalu dan Sekarang

Data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu bidan ketahui, yaitu

apakah pasien atau sedang menderita penyakit, seperti penyakit jantung, diabetes

melitus, ginjal, hipertensi, atau hepatitis. (Sulistyowati: 114)

Wanita premenopause dengan diabetes meningkatkan 2-3 x lebih besar berisiko

terkena kanker endometrium jika disertai diabetes. Tingginya kadar estrone dan

lemak dalam plasma wanita dengan diabetes menjadi penyebabnya. Hipertensi

menjadi faktor risiko pada wanita pancamenopause dengan obesitas.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Seorang wanita dengan riwayat kanker kolon dan kanker payudara meningkatkan

risiko terjadinya kanker endometrium. Begitu juga dengan riwayat kanker

endometrium dalam keluarga.

6. Riwayat Kebidanan

Meliputi riwayat kehamilan persalinan dan nifas

7. Riwayat KB

Peningkatan risiko secara bermakna terdapat pada pemakaian kontrasepsi oral yang

mengandung estrogen dosis tinggi dan rendah progestin. Sebaliknya pengguna

kontrasepsi oral kombinasi estrogen dan progestin dengan kadar progesterone tinggi

mempunyai efek protektif dan menurunkan risiko kanker endometrium setelah 1-5

tahun pemakaian.

8. Pola Kebiasaan Sehari-Hari, terdiri dari:

a. Nutrisi

Perbedaan pola demografi kanker endometrium diperkirakan oleh peran nutrisi,

terutama tingginya kandungan lemak hewani dalam diet. Konsumsi sereal,

kacang-kacangan, sayuran dan buah terutama yang tinggi lutein, menurunkan

risiko kanker yang memproteksi melalui fitoestrogen.

b. Eliminasi

c. Istirahat

d. Aktivitas

e. Kebersihan

9. Pola Seksual

10. Data Psikososial dan Spiritual

22

Page 24: Tinjauan Teori CA Endometrium

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum

Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien secara

keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan kriteria:

1) Baik. Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien memperlihatkan

respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain.

b. Lemah. Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak

memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain. Kesadaran

Untuk dapat mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, bidan dapat

melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan composmentis

(kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan

sadar).

c. Tekanan Darah

d. Nadi : 60-90 x/menit

e. Pernapasan : 16-24 x/menit

f. Suhu : 36,5-37,5o C

g. Berat Badan : Obesitas meningkatkan risiko terkena kanker endometrium.

Kelebihan 13-22 kg BB ideal akan meningkatkan risiko sampai

3x lipat. Sedangkan kelebihan di atas 23 kg akan meningkatkan

risiko sampai 10x lipat.

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala :Bersih/kotor, warna, mudah rontok/tidak.

Muka :Pucat atau tidak

Mata :Sklera putih/tidak, konjungtiva merah/pucat/tidak, ada

gangguan penglihatan atau tidak.

Telinga :Ada sekret/tidak, ada gangguan pendengaran/tidak

Hidung :Ada sekret/tidak, ada polip/tidak.

Mulut :Warna, integritas jaringan (lembab, kering, atau pecah-pecah),

kebersihan, caries, stomatitis. Bagaimana

Leher :Apakah vena terbendung di leher (misalnya pada penyakit jantung),

apakah kelenjar gondok membesar atau kelenjar limfa membengkak.

23

Page 25: Tinjauan Teori CA Endometrium

Abdomen :

Genetalia :Warna, keputihan, oedem/tidak, ada bekas episiotomi/tidak, ada

condiloma atau tidak

Ekstremitas:pergerakan bebas/tidak, oedem/tidak, ada kelainan/ tidak, ada

varises/tidak

3. Data Penunjang

a. Pemeriksaan pelvik merupakan langkah awal pemerikasaan fisik pada kanker

endometrium. Pada pemeriksaan pelvik, dokter memeriksa daerah sepanjang

kandungan apakah terdapat lesi, benjolan, atau mengetahui daerah mana yang

terasa sakit jika diraba. Untuk daerah kandungan bagian atas dokter

menggunakan alat spekulum.

b. Biopsi endometrial diperlukan untuk menegakkan diagnosis kanker

endometrium. Pada pemeriksaan biopsi, akan diambil sebagian kecil dari

lapisan uterus (endometrium) kemudian dilihat sediaan tersebut di mikroskop.

Karena kanker endometrium dimulai di dalam uterus,

c. Dilatasi dan kuretase : Caranya yaitu leher rahim dilebarkan dengan dilatator

kemudian hiperplasianya dikuret. Hasil kuret lalau di PA-kan. Memasukkan

kamera (endoskopi) kedalam rahim lewat vagina. Dilakukan juga pengambilan

sampel untuk di PA-kan. Sampe jaringan endometrium yang didapatkan dari

kuretase kemudian diperiksa di mikroskop.

d. USG transvaginal. Transvaginal ultrasound, adalah suatu alat yang

dimasukkan ke dalam rahim dan berfungsi untuk mengetahui ketebalan

dinding rahim. Ketebalan dinding yang terlihat abnormal akan dicek lanjutan

dengan pap smear atau biopsy. Pada pemeriksaan USG didapatkan tebal

endometrium di atas 5 mm pada usia perimenopause. Pemeriksaan USG

dilakukan untuk memperkuat dugaan adanya keganasan endometrium dimana

terlihat adanya lesi hiperekoik di dalam kavum uteri/endometrium yang

inhomogen bertepi rata dan berbatas tegas dengan ukuran 6,69 x 4,76 x 5,67

cm.

e. Papanicolau Test adalah metode skrining ginekologi, dicetuskan oleh Georgias

Papanicolau, untuk mendeteksi kanker rahim yang disebabkan oleh human

papilomavirus. Pengambilan sampel endometrium, selanjutnya di periksa

dengan mikroskop (PA).

24

Page 26: Tinjauan Teori CA Endometrium

Untuk menentukan stadium kanker endometrium, serangkaian pemeriksaan dibawah

ini harus dilakukan sebelum operasi :

a. Cek darah lengkap untuk memeriksa anemia dan kelainan darah.

b. Antigen kanker 125. Pemeriksaan CA-125 diperlukan untuk mengetahui apakah

kanker telah bermetastasis atau belum.

c. Intravenous Pyelogram untuk memeriksa fungsi ginjal

d. Foto roentgen untuk mengetahui apakah sel kanker telah bermetastasis ke uterus.

e. Pemeriksaan imaging dilakukan sebelum operasi untuk melihat apakah kanker telah

menyebar ke abdomen dan pelvis. Ini dilakukan juga untuk membuat perencanaan

terapi. Pemeriksaan imaging meliputi :

f. Computed Tomography (CT) scan abdomen dan pelvis

g. Magnetic Resonance Imaging (MRI) abdomen dan pelvis. MRI juga dapat

membedakan kanker endometrium dari penyebaran servikal primary endocervical

adenocarcinoma.

h. Setelah diagnosis kanker endometrium ditegakkan, operasi dilakukan untuk

mengangkat uterus, serviks, ovarium, tuba falopi. Prosedur ini dinamakan

Histerektomi dengan bilateral salphingo-oophorectomy. Kadang kelenjar limfe

pelvis juga diangkat. Jaringan yang diangkat kemudian diperiksa untuk menentukan

stadium kanker.

2. Identifikasi Diagnosa/Masalah

Dx : P......Ab......dengan Ca Endometrium

Ds : ibu mengatakan

Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul

Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)

Nyeri atau kesulitan dalam berkemih

Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

Siklus menstruasi yang abnormal

Do :

a. Pada pemeriksaan USG didapatkan tebal endometrium di atas 5 mm pada

usia perimenopause. Pemeriksaan USG dilakukan untuk memperkuat

dugaan adanya keganasan endometrium dimana terlihat adanya lesi

hiperekoik di dalam kavum uteri/endometrium yang inhomogen bertepi

rata dan berbatas tegas dengan ukuran 6,69 x 4,76 x 5,67 cm.

25

Page 27: Tinjauan Teori CA Endometrium

KU : baik

Kesadaran : composmentis

TTV : TD : 100/60 – 130/90 mmHg

N : 60-90 x/menit

S : 36,5-37,5o C

R : 16-24 x/menit

Berat badan : .........kg

3. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Langkah III merupakan langkah ketika bidan melakukan identifikasi diagnosis atau

masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya. Langkah ini membutuhkan

antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan. (Salmah, 2006: 160)

4. Kebutuhan Segera

Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan

konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien.

(Salmah, 2006: 161)

5. Intervensi

Dx : P......Ab......dengan Ca Endo

Kehamilan Resiko Tinggi dengan Skor

Pudji Rohyati.....

Tujuan : Kehamilan berjalan dengan normal sampai persalinan

tanpa penyulit

KH : - KU baik

- DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit)

- TTV dalam batas normal

TD : 100/60 – 130/90 mmhg

N : 60-90 x/menit

S : 36,5-37,5o C

R : 16-24 x/menit

Intervensi

a. Pembedahan

b. Radioterapi

c. Kemoterapi

d. Terapi Hormonal

26

Page 28: Tinjauan Teori CA Endometrium

6. Implementasi

Sesuai dengan intervensi

7. Evaluasi

Sesuai kriteria hasil

27

Page 29: Tinjauan Teori CA Endometrium

DAFTAR PUSTAKA

Unknown. Endometrium. Diunduh dari http://en.wikipedia.org/wiki/Endometrium tanggal 18

Januari 2012

Prawirohardjo.S. 2008.Ilmu Kandungan. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo..

Anderton.C. Uteri Cancer Map. Diunduh dari

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/ad/Corpus_uteri_cancer_worl

d_map_-_Death_-_WHO2004.svg tanggal 18 Januari 2012

Chiang. W. Uterine Cancer. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/258148-

overview#a0104 tanggal 21 Januari 2012

Schorge JO, et al. Endometrial Cancer. Dalam: Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM,

Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG. Williams Gynecology.

USA:McGraw-Hill. 2008;9.

Koplajar M. Uterine Cancer for Laymen and Student. Diunduh dari

http://www.cancerlinks.org/Endometrial/index.html tanggal 21 Januari 2012

Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC.

28