tinjauan teori abortus
DESCRIPTION
abortusTRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan yaitu pada usia kehamilan < 28 minggu atau
berat janin <500 gram. Abortus menurut Eastman adalah keadaan terputusnya
suatu kehamilan dimana janin belum sanggup hidup sendiri diluar uterus.
Belum sanggup diartikan janin jika beratnya terletak antara 400 – 1000 gram,
atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
Sedangkan menurut Jeffcoat abortus adalah pengeluaran dari hasil
konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu. Dan menurut Holmer abortus
adalah terputusnya kehamilan sebelum mingu ke 16, dimana proses plasentasi
belum selesai. Pada bulan pertama dari kehamilan yang mengalami abortus,
hampir selalu didahului oleh matinya janin.
2.2 Etiologi
Faktor factor yang menyebabkan kematian janin adalah :
1. Kelainan ovum
Menurut Hertig dkk pertumbuhan abnormal dari janin sering
menyebabkan abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000
abortus spontan, maka 48,9% disebabkan karena ovum yang patologis ;
3,2% disebabkan oleh kelainan letak embrio; dan 9,6% disebabkan karena
plasenta abnormal.
Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid
vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan ovum
berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan,
artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar
kemungkinn disebabkan oleh kelainan ovum (50-80%)
Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang
sedemikian rupa hingga janin tidak mungkin hidup terus, misalnya karena
factor endogen seperti kelainan kromosom. Kelainan pertumbuhan selain
oleh lingkungan atau factor eksogen (virus, radiasi, zat kimia)
2. Kelainan genetalia ibu, misalnya pada ibu yang menderita :
Anomali konginetal (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dll)
Kelainan letak dari uterus (retrofleksi uteri fiksata)
Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari
ovum yang sudah dibuahi, seperti kuragna progesterone atau estro-
gen, endometritis, mioma submukosa
Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)
Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis
Infeksi akut yang berat (pneumoni, typhus dll)
trauma misalnya laparotomi atau kecelakaan yang menimbulkan
abortus
3. Gangguan sirkulasi plasenta
Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi,
toksemia gravidarum, dan anomaly plasenta .
4. Penyakit Ibu, misalnya pada :
Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumo-
nia, lifoid, pielitis, rubella, demam malta, dan sebagainya. Kema-
tian janin dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi ku-
man atau virus pada janin
Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan zat berbahaya lain-
nya
Ibu yang asfiksi seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru
berat, dan anemia
Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid,
kekurangan vitamin A, C, atau E, dan diabetes mellitus.
5. Antagonis Rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta rusak darah janin,
sehingga terjadi anemia pada janin yang berakibat meninggalnya
janin.Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis ; atau factor serviks,
yaitu inkompetensi serviks, sevisitis
6. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi, seperti
sangat terkejut, obat-obatan uterotonika, ketakutan, laparotomi, dan lain –
lain. Atau dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus seperti selaput
janin rusak langsung karena instrument, benda, dan obat-obatan.
7. Penyakit bapak, misalnya usia lanjut, menderita penyakit kronis seperti
TBC, anemia, dekompensasi kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan
(alcohol, nikotin, Pb, dan lain-lain) sinar rontgen dan avitaminosis.
2.3 Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian
atau seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin
kekurangan nutrisi dan O2.Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya
sebagian atau seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada
desidua, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi
terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.Kemudian uterus berkontraksi
untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, vili korialis belum menembus
desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.Pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan.Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih
dahulu dari pada plasenta.Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti
kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blighted
ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus,
maserasi atau fetus papiraseus.
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian
masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit.Oleh karena itu
keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim,
terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil
konsepsi.
Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya :
1 Sedikit-sedikit dan berlangsung lama
2 Sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai gumpalan
3 Akibat perdarahan, dapat menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan
darah turun, tampak anemis dan daerah ujung (akral) dingin.
2.4 Klasifikasi
Abortus dapat dibagi atas 2 golongan berdasarkan kejadiannya, yaitu :
1. Abortus spontan ( terjadi dengan sendirinya, keguguran)
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului factor-faktor mekanis
ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh factor-faktor
alamiah.Abortus spontan terjadi karena kekuatan sendiri, tanpa tindkan
dari luar. Abortus ini terjadi pada ± 20% dari semua abortus
2. Abortus provocatus (disengaja, digugurkan ); 80% dari semua abortus
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun
alat – alat. Abortus buatan sengaja dilakukan untuk mengakhiri kehamila,
dilakukan berdasarkan:
a. Indikasi medis, seperi penyakit jantung, gangguan jia ibu, kelainan
bawaan dibutikan dengan USG, dan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan janin intra uteri
b. Indikasi sosial, seperti menginginkan jenis kelamin tertentu, tidak in-
gin punya anak, beum siap untuk hamil, dan kehamilan yang tidak
dingiinkan
Berdasarkan pelaksanannya
1. Abortus terapeutik
dilakukan tenaga medis secara legeartis berdasarkan indikasi medis,
biasanya kehamilan membahayakn ibu.
2. Abortus kriminalis / buatan illegal
Adalah penggugura kehamilan tanpa alasan medis yang sah dan dilarang
oleh hukum
Berdasarkan Gambaran klinis
1. Abortus komplet
Yaitu seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan janin),
sehingga rongga rahim kosong.Pada abortus komplet perdarahan segera
berkurang setelah isi rahim dikekuakan selambat-lambatnya dalam 10 hari
perdarahan berhenti sama sekali, karena dalam masa ini luka rahim telah
sembuh dan epitelisasi telah selesai.
Anamnesa Perdarahan dari jalan lahir (biasanya banyak), nyeri/
kontraksi rahim ada dan bisa terjadi syok jika perdarahan
banyak.Pemeriksaan dalam dilakukan dengan cara Ostium ostium uteri
tetap menutup dan jika uterus sudah mengecil.
2. Abortus Inkomplet
Yaitu hanya sebagian dari hasil konsepsi saja yang dikeluarkan,
yang tertinggal adalah desidua atau plasenta, terdapat pembukaan serviks
dan teraba sisa jaringan.Abortus inkomplet harus segera dibersihkan
dengan kuretase atau secara digital. Selama masih ada sisa-sisa plasenta
akan terus terjadi perdarahan, dan dapat mengakibatkan syok jika
perdarahan sangat banyak.
3. Abortus Iminens (Keguguran membakat)
Yaitu peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi masih dalam uterus dan serviks
tertutup.Perdarahan pervaginam sedikit, dan terasa nyeri memilin.Hasil
konsepsi masih ada di dalam uterus, tidak ada pembukaan OUI, dan pada
tes kehamilan menunjunkkan angka positif (hamil).
Dalam hal ini, keluarnya janin dapat dicegah dengan memberikan obat-
obat hormonal dan antispasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan
setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah
kehamilan masih baik atau tidak.Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut –
turut negative, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret).
4. Abortus Insipiens (Keguguran sedang berlangsung)
Adalah abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan
serviks telah mendatar, ostium uteri telah membuka, perdarahan banyak
kadang menggumpal, mules perut sering dan kuat, ketuban teraba, akan
tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses
pengeluaran. Kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.
Karena dapat dikatakan pasti terjadi abortus, maka pengobatan
berlainan dengan pengobatan abortus imminens. Untuk mempercepat
pengosongan rahim diberi oksitosin 2 , 5 IU tiap 30 menit sebanyak 6 kali.
Untuk mengurangi nyeri karena his boleh diberi sedative.Jika pitocin tidak
berhasil, dapat dilakukan kuretase asal pembukaan cukup besar.
5. Abortus Habitualis
Adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut
3 kali atau lebih. Sebab dari abotus habitualis adalah :
Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana jika terjadi pembua-
han hasilnya adalah pembuahan yang patologis
Kesalahan-kesalahn pada ibu, yaitu disfungsi otot tiroid, kesalahan
korpus luteum, kesalah plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta
dapat menghasilkan progesterone sesudah korpus luteum atrofis.
Selain itu juga bergantung pada keadaan gizi ibu (malnutrisi), ke-
lainan anyoms dari rahim, febris undukands (contagious abortions),
hipertensi karena kelainan pembluh darah sirkulasi pada plasenta
vili terganggu dan janin jadi mati. Dapat juga karena gangguan
psikis, serviks inkompeten, atau rhesus antagonism.
6. Missed Abortion
Adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi berada dalan rahim
dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.Pada pemeriksaan
obstetric fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan dan djj tidak ada.
Janin yang meninggal ini dapat:
keluar dengan sendirnya dalam 2-3 bulan sesudah janin mati
Direabsorsi kembali sehingga hilang
Terjadi fetus papyraceus, yakni janin mongering atau menipis
Bisa menjadi mola kamosa, dimana janin yang sudah mati selama
1 minggu akan
mengalami degenerasi dan air ketubannya direabsorbsi.
2.5 Diagnosis
1. Perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah banyak
2. Perut nyeri dan kaku
3. Pengeluaran sebagiam produk konsepsi
4. Serviks da[at tertutup maupun terbuka
5. Ukuran uterus lebih kecil dari yang seharusnya
6. Hasil plano test positif
7. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan USG
2.6 Penatalaksanaan
1. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu terma-
suk TTV (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu)
2. Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sisto-
lik <90mmHg)
3. Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok
4. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan terse-
but saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena
kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
5. Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komp-
likasi, berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk
48 jam :
Ampicilin 2 g IVIM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
Gentamicin 5 mg/KgBB setiap 24 jam
Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
6. Segera rujuk ibu ke rumah sakit. Semua ibu yang mengalami abortus
peru mendapat dukungan emosional dan koseling kontrasepsi pasca
keguguran. Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.
2.7 Pemantauan Pasca Abortus
1. Sebelum pulang beritahu pasien bahwa abortus spontan terjadi ±15%
(1 dari 7 kehamilan) dari seluruh kehamilan secara klinis
2. Berilah keyakinan akan kemungkinan berhasil untuk hamil lagi
3. Ibu ingin langsung hamil setelah abortus inkomplit, sebaiknya me-
nunda sampai bena-benar pulih kesehatannya
4. Ibu dengan riwayat abortus kriminalis (illegal), konseling merupakan
hal terpenting
5. Jika kehamilan yang tidak diinginkan metode kontasepso dapat segera
dimulai (dalam 7 hari) dengan syarat :
Ibu tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penan-
ganan
Ibu menerima konseling untuk memilih metode kontrasepsi yang
sesuai
6. Kenali pelayanan kesehatan lain yang dibutuhkan (hanya beberapa
wanita):
Jika pernah imunisasi, beri T 0,5 ml, jika dinding vagina atau
kanalis servikalis tampak luka terkontaminasi
Jika riwayat tidak jelas, beri serum anti tetanus (ATS) 1500 unit
IM diikuti TT 0,5 ml setelah 4 minggu
Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual
Penapisan kanker serviks
BAB III
KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA ABORTUS
Hari/ Tanggal Pengkajian : …/ …
Jam Pengkajian : …
Tempat Pengkajian : …
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata (Ibu dan Suami) :
Nama
Untuk mengenal, memanggil, dan menghindari terjadinya kekeliruan
Umur
Pada kasus abortus perlu memgetahui usia ibu hal ini di hubungkan
dengan kesiapan uterus untuk mengandung janin, wanita yang usianya
dibawah 18 tahun secara reproduksi belum matang sehingga akan
rawan untuk abortus sedangkan bagi yang berusia diatas 35 tahun
hormon sudah mulai kurang stabil sehingga akan menggagu tumbuh
kembang janin pula.
Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinana pengaruhnya terhadap
kebiasaan kesehatan pasien atau klien, dengan diketahuinya agama
pasien akan memudahkan kita melakukan pendekatan didalam
melakukan asuhan kebidanan.
Suku / Bangsa
Digunakan untuk menetukan prognosa persalinan dengan melihat,
kebiasaan dan adat istiadat yang mempengaruhi kesehatan.
Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua sebagai dasar dalam
memberikan asuhan.
Pekerjaan
Untuk ditanyakan pekerjaan suami dan ibu sendiri, hal ini untuk
mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi penderita itu
agar nasehat kita sesuai.
Penghasilan
Untuk mengetahui taraf ekonomi agar nasehat sesuai
Alamat
Untuk mengetahui ibu tinggal dimana, menjaga kemungkinan bila ada
ibu yang namanya sama. Ditanyakan alamatnya agar dapat diperhatikan
ibu yang mana yang tidak ditolong.
2. Alasan Datang:
Untuk mengetahui kenapa ibu datang ke Rumah Sakit atau tempat
pelayanan kesehatan. Pada pasien abortus alasan datang biasanya karena
adanya darah yang keluar dari jalan lahir yang disertai nyeri pada abdomen
sehingga ibu ingin memeriksakan keadaannya dan janinnya ke bidan
3. Keluhan Utama:
Keluhan ibu yang dirasakan atau yang dialami pada waktu dilaksanakan
pengkajian dimana masalah ibu belum bisa diatasi sendiri sehingga
memerlukan tindakan. Ditanyakan apa yang dirasakan klien sehingga klien
datang untuk memeriksakan kehamilnnya.
Perdarahan per vaginam
a. Abortus imminens :dapat bervariasi dari secret vagina berdarah sam-
pai sedikit bercak atau minimum. Biasanya perdarahan kurang dari
haid normal. Tidak ada jaringan plasenta yang dikeluarkan.
b. Abortus insipiens &sepsis :jumlah perdarahan cenderung sangat
bervariasi. Beberapa pasien berdarah hebat, sementara lainnya
mungkin menunjukkan gejala minimum.
c. Abortus inkompletu s :jumlah perdarahan cenderung lebih banyak
daripada darah haid biasa, perdarahan mungkin hebat dan bahkan
cukup berlebihan untuk menyebabkan syok hipovolemik.
d. Abortus kompletus : biasanya minimum karena pengeluaran janin
dan plasenta sudah lengkap.
e. Pasien dapat mengeluarkan banyak bekuan darah atau janin yang da-
pat dikenal atau jaringan plasenta.
(Ben-Zion Taber. 1994)
Nyeri abdomen
a. Abortus imminens : suprapubik, intermiten dan bersifat kram, dapat
tidak ada, minimum atau ringan. Beberapa pasien mungkin men-
geluh nyeri punggung bawah.
b. Abortus insipiens :kram suprapubik intermiten, progresif diakibatkan
oleh kontraksi uterus yang menimbulkan pendataran dan dilatasi
serviks.
c. Abortus inkompletus : nyeri kram suprapubik terjadi akibat kontraksi
uterus dalam usaha mengeluarkan isi uterus. Mula-mula nyeri cen-
derung ringan dan intermiten, tetapi secara bertahap menjadi lebih
hebat.
d. Abortus sepsis : suprapubik, hebat, dan konstan.
(Ben-Zion Taber. 1994)
Kebocoran cairan amnion
Abortus bersifat insipiens, bila selaput amnion pecah.(Jarang, cairan yang
telah terkumpul di antara amnion dan korion lolos dan kehamilan
berlanjut tanpa akibat serius.)
(Ben-Zion Taber. 1994)
Bercak atau noda vagina
Missed Abortion :dapat menetap dan mencetuskan kunjungan darurat.
(Ben-Zion Taber. 1994)
Menggigil dan demam
Abortus sepsis: Sering pasien merasa lemah dan sakit parah.
(Ben-Zion Taber. 1994)
4. Riwayat menstruasi
Terdiri dari menarche umur berapa, siklus haid , berapa lama haid, berapa
banyak, bagaimana warnanya, konsistennya, baunya, apakah merasakan
nyeri atau tidak, bila iya kapan, apakah sebelumnya, sesudah atau sebelum
apakah keluar flour albus, bagaimana warnanya, baunya, konsistesinya,
gatal atau tidak.Untuk data fokus dapat dikaji sebagai berikut :
a. Abortus imminens : biasanya pasien sadar satu atau lebih siklus haid
terlewatkan.
b. Abortus insipiens : meskipun sebagian besar abortus timbul sebelum
12 minggu setelahsiklus haid terakhir, namun
abortus yang lambat dapat terjadi selama trimester
kedua.
c. Abortus inkompeltus:biasanya pasien telah melewatkan dua siklus haid,
karena abortus inkompletus cenderung terjadi kira-
kira 10 minggu setelah mulainya siklus haid
terakhir.
d. Missed abortion : biasanya pasien sadar akan interval amenore dan
melaporkan bahwa siklus haid normalnya yang
terakhir terjadi tiga sampai lima bulan sebelumnya.
e. Abortus sepsis : sebagian besar pasien abortus septik sadar
kehamilannya dan melaporkan bahwa siklus haid
normalnya yang terakhir terjadi dua bulan atau lebih
sebelum mulai timbulnya gejala.
HPHT : dapat menghitung
(Ben-Zion Taber. 1994)
5. Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui berapa kali ibu kawin, sehingga dapat diketahui ibu
hamil dari suami yang keberapa.
Untuk mengetahui berapa lama ibu kawin.
Untuk mengetahui umur berapa ibu kawin, ibu kawin usia yang bere-
siko tinggi ( kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun ) atau tidak.
6. Riwayat kontrasepsi
Ditanyakan apakah klien pernah ikut KB, metode apa yang digunakan,
kapan, berapa lamanya pemakaian, rencana KB yang akan digunakan
mendatang, bila mengganti menggunakan KB apa alasannya.
Abortus sepsis : menggunakan AKDR sebelum kehamilan saat ini.
(Ben-Zion Taber. 1994)
7. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita atau dialami oleh ibu,
karena penyakit ini timbul kembali pada waktu hamil atau sesudah
melahirkan.
Ditanyakan apakah klien menderita penyakit keturunan selain itu
apakah klien pernah menjalankan operasi sebelumnya kapan, dimana
dan apa indikasinya.
Penyakit hipertensi mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah,
sehingga pasokan oksigen dan nutrisi ke janin menjadi terhambat dan
janin tidak dapat hidup di dalam uterus.
Pada Penderita diabetes, glukosa banyak ditemukan didalam darah ibu
tetapi oksigen kurang sehingga
Penyakit TBC mengakibatkan diafragma meningkat sehingga rongga
pada parenkim paru bagian bawah mengalami kolaps dan dapat
menginduksi terjadinya abortus.
Saluran pernafasan pada penderita asma menjadi sempit dan berlendir
sehingga mengakibatkan jumlah oksigen yang masuk sedikit dan
mempengaruhi suplai oksigen pada janin dan berakibat pada kematian
janin.
Penyakit infeksi, pneumonia, typus abdominalis, malaria, sipilis,
toksin,bakteri virus dan plasmodium dapat masuk ke janin melalui
plasenta sehingga menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadi-
lah abortus
Apabila ibu pernah Riwayat Abortus (abortus habitualis) .kemungkinan
ibu mengalami servik inkompeten
8. Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang sedang dialami ibu, penyakit yang
menyertai kehamilan ibu, harus disembuhkan secepat mungkin sebelum
akan dilahirkan.
Riwayat kesehatan sekarang yang perlu ditanyakan adalah apakah klien
sekarang sedang menderita suatu penyakit, jika iya apakah sudah
diperiksakan ke petugas kesehatan, bila sudah kapan, diberi obat apa
dan bagaimana hasilnya.
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan apakah dikelurga klien atau suami menderita
penyakit menular jika ada siapa dan juga ditanyakan apakah ada
keturunan kehamilan kembar. Apakah dari keluarga ibu atau
orang yang tinggal bersama ibu hamil itu ada yang sakit,
terutama yang menular, yang kronis dan apakah ada yang
berpenyakit keturunan, misalnya diabetes mellitus.adanya
kelainan kromosome pada konsepsinya (trisomi 18 atau trisomi
21)
b. Riwayat Kehamilan Sekarang
Yang perlu ditanyakan pada klien sekarang adalah saat ini klien
hamil ke berapa, berapa usia kehamilannya, sudah pernah
memeriksakan kehamilnnya belum, bagaimana hasilnya, apakah
pernah terjadi perdarahan, bagaimana konsistensinya, berupa
cairan (bercak),adakah jaringan hasil konsepsi yang keluar , jika
iya kapan, seberapa banyak, apakah pernah dilakukan
pemeriksaan dalam dan USG atau tidak, jika pernah bagaimana
hasilnya.
9. Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas Yang Lalu
Jika kehamilan yang lalu ibu mempunyai riwayat abortus pada
kehamilan (abortus habitualis) .kemungkinan ibu mengalami serviks
inkompeten, dan mempunyai peluang untuk mengalami aborsi lagi.
Riwayat terjadinya penyulit saat kehamilan seperti preeklampsia
menjadi faktor predisposisi terjadinya abortus pada kehamilan
selanjutnya. Karena preeklampsia dapat terjadi kembali di kehamilan
berikutnya, kemudian preeklampsia menyebabkan abortus karena
terjadi vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga pasokan oksigen
dan nutrisi ke janin menjadi terhambat dan janin tidak dapat hidup di
dalam uterus.
Untuk nifas ditanyakan apakah nifas berjalan normal dan adakah
penyulit atau kelainan. Pada riwayat kehamilan perlu adanya pengka-
jian yang banyak usia pertama hamil yang terlalu tua sangat berpen-
garuh akibat hormon yang memang mulai tidak seimbang, kehamilan
yang terlalu banyak
10. Pola Kebiasaan Sehari – Hari
Untuk megetahui bagaimana:
a. Pola nutrisi ibu
Pada pasien Abortus perlu ditekankan pemenuhan kebutuhan ibu.
Karena kekurangan gizi atau malnutrisi adalah salah satu faktor
predisposisi terjadinya kehamilan.serta tanyakan keluhan/masalah ibu
b. Eliminasi
Tanyakan frekuensi BAB dan BAK serta konsistensinya dan tanyakan
keluhan atau masalah ibu
c. Istirahat
Pola istirahat tidur siang dan tidur malam. Kurangnya istirahat ibu,
menyebabkan ibu kelelahan dan dapat menjadi penyebab terjadinya
abortus
d. Aktifitas
Untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-hari. Aktifitas yang terlalu berat
serta terjadinya trauma pada abdomen ibu adalah salah satu faktor
penyebab abortus
Pola seksual
Perlu ditanyakan frekuensi melakukan coitus, karena pada kehamilan
muda, abortus dapat terjadi karena coitus. Hal ini bisa terjadi karena
pada saat orgasme, terdapat prostalandin yang dapat mengakibatkan
kontraksi uterus, terlebih pada kasus kandungan lemah
e. Hygiene ( kebersihan)
Untuk mengetahui pola kebersihan ibu. Ibu yang kurang
memperhatikan kebersihannya, dapat terpapar oleh berbagai
bakteri.Apabila terjadi infeksi, terlebih pada daerah reproduksi, maka
dapat pula terjadi abortus.
f. Pola kesehatan
Untuk mengetahui pakah ibu merokok, mengkonsumsi alkohol,
minum jamu atau obat-obatan lain. Karena hal tersebut diatas adalah
faktor yang dapat menyebabkan abortus
11. Data Psikososial
Untuk mengetahui bagaimana psikologis dan sosialisasi
ibu.Terutamakecemasan ibu terhadap kehamilan dan janinnya.
12. Data Spiritual
Untuk mengetahui bagaimana rutinitas ibu terhadap agama yang diyakini
ibu.
13. Data Sosial Budaya
Untuk mengetahui sosial budaya yang melekat pada masyarakat tempat
tinggal ibu, dan kemungkinan adanya budaya yang dapat menyebabkan
abortus.Misalnya kebiasaan pijat pada ibu hamil.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
KU : Baik/cukup/lemah
Kesadaran : Composmetis/Somnolen/Koma
Suhu : Suhu badan normal atau meningkat
36,5-37,5 0C (normal)
>38 0C (pada Abortus Sepsis)
(Manuaba, I. B. G, dkk. 2007)
Nadi : nadi normal atau cepat dan kecil
60-80 x/ menit(normal)
(Pusdiknakes, 2000, 160)
RR : 16-24x/ menit
(Doenges, 2001, 43)
Tekanan darah:tekanan darah normal atau menurun
(90/60 – 140/90 mmHg)
Tanda-tanda vital pada pasien tergantung dengan banyaknya jumlah darah
yang keluar.Semakin banyak darah yang keluar, maka semakin buruk hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital.(Ben-Zion Taber. 1994)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala :Simetris / tidak, tampak benjolan yang abnormal / tidak,
ada lesi/tidak, kulit
kepala bersih / tidak
Rambut : Hitam / tidak, rontok / tidak, ada ketombe / tidak
Wajah : Pucat / tidak, muka tampak bengkak / tidak
Mata : Conjungtiva pucat / tidak, sklera kuning / tidak.
Hidung: Simetris / tidak, nampak bersih / tidak, ada secret / tidak.
Mulut :Bibir terlihat lembab atau tidak, tampak ada stomatitis /
tidak, lidah pucat / tidak,
gigi bersih / tidak, ada caries / tidak.Biasanya bibir ibu
terlihat kering dan pucat jika banyak darah yang keluar
Leher : Nampak pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis /
tidak.
Payudara:Tampak bertambah besar, tegang dan berat/tidak,
hiperpigmentasi pada putting
susu dan areola/ tidak.
Abdomen : membesar,Ada bekas operasi / tidak
Genetalia: Tampak keluar darah kehitam-hitaman dan bergumpal /
tidak, varises/ tidak, oedema/ tidak, terdapat condilomata
aquminata/ tidak.
Terdapat sedikit darah atau secret kecoklatan pada Abortus
Imminens. Terdapat darah, bisa banyak, bisa sedikit, selaput
amnion terlihat menonjol pada Abortus Insipiens. Terdapat
banyak bekuan darah, dapat terlihat jaringan plasenta pada
Abortus Inkompletus. (Ben-Zion Taber. 1994)
Terlihat hasil konsepsi atau secret berdarah yang berbau busuk
pada Abortus Sepsis. (Manuaba, I. B. G, dkk. 2007)
Integumen: Tampak pucat / tidak.
Ekstremitas : Atas : Simetris / tidak, ada oedema atau tidak
Bawah : Simetris / tidak, terlihat oedema / tidak,
terlihat varises / tidak
b. Palpasi
Leher : Teraba pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis /
tidak
Payudara :Teraba benjolan yang abnormal / tidak, putting susu
menonjol/ tidak, keluar kolostrum / tidak.
Abdomen : Tidakada nyeri tekan perut bagian bawah, konsistensi
uterus lunak TFU lebih rendah dari usia kehamilan yang seharusnya
pada Abortus Inkompletus dan Missed Abortion. Nyeri tekan
suprapubik pada Abortus Sepsis. (Ben-Zion Taber. 1994)
c. Auskultasi
Dada :Terdengar wheezing dan ronchi / tidak
Abdomen : Belum terdengar DJJ ( terdengar pada UK>16 minggu)
d. Perkusi
Reflek patella positive / tidak
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Dalam (tanggal …, pukul …)
Abortus imminens : Serviks tertutup, tidak mendatar dan mempun-
yai konsistensihamilnormal
Abortus insipiens : Serviks mendatar dan berdilatasi
Abortus inkompletus : Serviks teraba lunak, mendatar, dan berdi-
latasi. Teraba jaringanplasenta dan bekuan darah
Abortus sepsis : Serviks berdilatasi dan dapat dilalui satu jari.
(Ben-Zion Taber. 1994)
Missed abortion : tanda hegar, piskacek, dan chadwick
menghilang.
(Manuaba, I. B. G, dkk. 2007)
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah
Leukosit normal, kadar hemoglobin dan hematocrit di bawah
normal yang menunjukkan anemia kibat perdarahan yang ter-
jadi.
Trombosit di bawah kadar normal pada Missed Abortion aki-
bat gangguan koagulasi.Jumlah leukosit meningkat dan di
atas normal pada Abortus Sepsis.(Ben-Zion Taber. 1994)
Tes golongan darah dan Rh perlu dilakukan pada Abortus
Inkompletus, Missed Abortion, dan Abortus Sepsis untuk an-
tisipasi jika ibu mengalami perdarahan banyak dan membu-
tuhkan transfusi darah.(Manuaba, I. B. G, dkk. 2007)
2) Pemeriksaan USG
Abortus imminens : kantong kehamilan terlihat normal pada
sonogram.(Ben-Zion Taber. 1994)
Missed abortion: dapat memperlihatkan tidak adanya kantong
kehamilan normaldengan gema fragmentasi tak teratur di
dalam uterus sesuaidengan kematian janin.(Ben-Zion Taber.
1994)
Uterus lebih kecil dari umur hamil, air ketuban berkurang,
janin intrauteri makin kecil dan terkesan tumpang tindih, se-
hingga bentuknya tidak tampak dengan jelas, tampak tanda
spalding pada tulang kepala.(Manuaba, I. B. G, dkk. 2007)
Abortus sepsis : tampak sisa hasil konsepsi.(Manuaba, I. B.
G, dkk. 2007)
C. ANALISA DATA
1. Diagnosa Aktual : G… P… Ab… UK <20 minggu, keadaan umum ibu
… dengan abortus ....
2. Diagnosa Potensial :
a. Abortus Insipiens
Berasal dari abortus imminens.
b. Abortus Sepsis
Berasal dari abortus inkompletus atau missed abortion.
c. Syok hipovolemik maupun septik
Berasal dari abortus inkompletus.
d. Anemia
Berasal dari abortus inkompletus.
e. Cacat koagulasi
Berasal dari missed abortion.
f. Peritonitis
Berasal dari abortus sepsis.
g. Bakteriemia
Berasal dari abortus sepsis.
h. Septikemia
Berasal dari abortus sepsis.
i. Abses pelvis
Berasal dari abortus sepsis.
j. Hemolisis intravascular
Berasal dari abortus sepsis.
k. Syok septik maupun hemoragik
Berasal dari abortus sepsis.
l. Tromboflebitis pelvis
Berasal dari abortus sepsis.
m. Koagulasi intravaskuler diseminata (DIC)
Berasal dari abortus sepsis.
n. Gagal ginjal
Berasal dari abortus sepsis.
(Ben-Zion Taber. 1994)
3. Masalah Aktual :
a. Perdarahan per vaginam (pada semua jenis abortus)
b. Nyeri abdomen (pada abortus imminens, insipiens, inkompletus, dan
sepsis)
c. Kebocoran cairan amnion (pada abortus insipiens)
d. Bercak atau noda vagina (pada missed abortion)
e. Menggigil dan demam (pada abortus sepsis)
(Ben-Zion Taber. 1994)
D. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan Mandiri:
1) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan ibu
dan kondisi ibu saat ini.
R/ Seluruh hasil pemeriksaan terkait diagnosa wajib diberitahukan
kepada keluarga sehingga diharapkan ibu dan keluarga koorperatif
dengan petugas kesehatan.
2) Menganjurkan ibu tirah baring dan membatasi aktivitas di rumah.
R/ Perbaikan keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital untuk
menghindari pre syok atau syok.
3) Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan aktivitas yang biasa seperti
senggama dan mencuci selama 2 minggu.
R/ Rangsangan prostaglandin dapat memicu terjadinya perdarahan
seperti haid yang intermitten dan kram.
(Ben-Zion Taber. 1994)
2. Tindakan Kolaborasi:
Pada abortus insipiens:
1) Memberikan oksitosin secara intravena sebanyak 20 unit dalam
1000 ml larutan Ringer Laktat.
R/ Untuk memajukan kelahiran karena tidak ada kemungkinan
kemungkinan kelangsungan hidup bagi janin.
2) Memberikan analgesic.
R/ Untuk menghilangkan nyeri dan ketakutan.
3) Menyiapkan rujukan yang meliputi BAKSOKU untuk dilakukan
tindakan kuretase.
R/ Diperlukan bila ada kemungkinan jaringan plasenta tertinggal
B: Bidan. Bidan harus menyiapkan diri untuk ikut mendampingi
selama proses rujukan.
A : Alat. Mempersiapkan alat yang diperlukan meliputi: tampon
vagina (jika perdarahannya banyak), infus set.
K : Keluarga. Melakukan KIE kepada keluarga mengenai
pentingnya tindakan kuretase bagi ibu.
S : Surat. Menyiapkan surat rujukan.
O : Obat. Menyiapkan obat yang diperkirakan berguna pada saat
perjalanan rujukan, meliputi: analgesic (untuk menghilangkan
nyeri), cairan RL.
K : Kendaraan. Menyiapkan kendaraan yang akan digunakan untuk
perjalanan rujukan.
U : Uang. Memberikan gambaran kepada keluarga tentang jumlah
biaya yang dibutuhkan untuk tindakan kuretase.
Melakukan rujukan ke rumah sakit.
(Ben-Zion Taber. 1994)
Pada abortus inkompletus
Jika terjadi perdarahan banyak:
1) Memasang infus apa saja (laktat Ringer, glukosa Ringer, larutan
garam normal atau fisiologis, atau larutan glukosa 5% atau 10%)
2) Melakukan pemeriksaan dalam bila mungkin melakukan pengelu-
aran jaringan hasil konsepsi secara manual, sehingga mungkin per-
darahan dapat dihentikan.
3) Memberi oksitosin atau uterotonika lainnya, sehingga terjadi kon-
traksi yang akan membantu menghentikan perdarahannya.
4) Bila keadaan sedikit sudah dapat diatasi, menyiapkan rujukan yang
meliputi BAKSOKU untuk dilakukan pemeriksaan USG sebagai
berikut:
B: Bidan. Bidan harus menyiapkan diri untuk ikut mendampingi
selama proses rujukan.
A : Alat. Mempersiapkan alat yang diperlukan meliputi: tampon
vagina (jika perdarahannya banyak), infus set.
K : Keluarga. Melakukan KIE kepada keluarga mengenai perlunya
merujuk untuk mengatasi perdarahan ibu.
S : Surat. Menyiapkan surat rujukan.
O : Obat. Menyiapkan obat yang diperkirakan berguna pada saat
perjalanan rujukan, meliputi: analgesic (untuk menghilangkan
nyeri), cairan infus apa saja (laktat Ringer, glukosa Ringer, larutan
garam normal atau fisiologis, atau larutan glukosa 5% atau 10%)
K : Kendaraan. Menyiapkan kendaraan yang akan digunakan untuk
perjalanan rujukan.
U : Uang. Memberikan gambaran kepada keluarga tentang jumlah
biaya yang dibutuhkan.
5) Melakukan rujukan ke rumah sakit.
(Manuaba. I. B. G, dkk. 2008)
Pada Abortus Sepsis
1) Memasang infus dan memberikan cairan minimal 2 ½ liter/ 24
jam.
R/ Untuk menghilangkan atau menggantikan cairan yang hilang
karena badan panas.
2) Jika ibu sadar dan tidak ada masalah, memberi minum sebanyak-
banyaknya.
R/ Mencegah syok hipovolemik.
3) Memperhatikan keseimbangan elektrolit, temperature tubuh, dan
produksi urin (minimal 30 cc/ jam).
R/ Untuk menilai kegagalan ginjal.
4) Memberikan antibiotika kalau perlu “triple drug”.
R/ Mempercepat menekan sumber infeksi.
5) Memberikan transfusi darah bila pasien mengalami perdarahan
banyak dan anemia.
R/ Untuk memelihara metabolism dan perfusi jaringan dengan
baik.
6) Menyiapkan rujukan yang meliputi BAKSOKU untuk dilakukan
tindakan kuretase jika 3-5 hari bebas panas, temperature tidak per-
nah turun, sekalipun pemberian antibiotika sudah cukup, perdara-
han bertambah banyak, 6 jam setelah pemberian antibiotika / an-
tipiretika adekuat.
R/ Diperlukan bila ada kemungkinan jaringan plasenta tertinggal
B: Bidan. Bidan harus menyiapkan diri untuk ikut mendampingi
selama proses rujukan.
A : Alat. Mempersiapkan alat yang diperlukan meliputi: tampon
vagina (jika perdarahannya banyak), infus set.
K : Keluarga. Melakukan KIE kepada keluarga mengenai
pentingnya tindakan kuretase bagi ibu.
S : Surat. Menyiapkan surat rujukan.
O : Obat. Menyiapkan obat yang diperkirakan berguna pada saat
perjalanan rujukan, meliputi: analgesic (untuk menghilangkan
nyeri), cairan RL.
K : Kendaraan. Menyiapkan kendaraan yang akan digunakan untuk
perjalanan rujukan.
U : Uang. Memberikan gambaran kepada keluarga tentang jumlah
biaya yang dibutuhkan untuk tindakan kuretase.
Melakukan rujukan ke rumah sakit.
(Ben-Zion Taber. 1994)
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC
Dosen UI, 1984. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset
Power point materi dari bu yayuk dan bu reni