bab ii tinjauan pustaka a. landasan teori 1. pengertian wajib belajar pendidikan...
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun
a. Wajib Belajar (Wajar)
1) Wajib Belajar adalah kewajiban anak usia 7 – 12 tahun untuk memperoleh
pendidikan dasar (dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa) (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2007 : 1226).
2) Wajib Belajar sekolah lanjutan tingkat pertama adalah kewajiban bagi
setiap warga Negara Indonesia yang telah menamatkan sekolah dasar atau
yang sederajat dengan batas usia 13 – 15 tahun untuk mengikuti
pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama atau yang sederajat sampai
tamat. (Dirjen Dikdasmen, 1992 : 28)
b. Pendidikan Dasar 9 tahun
Adalah pendidikan yang lamanya 9 tahun yang diselenggarakan selama 6
tahun di Sekolah Dasar (SD) dan 3 tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) atau saluran pendidikan yang sederajat. Dengan demikian pengertian
lengkap wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun adalah kewajiban anak usia 7 – 15
tahun untuk memperoleh pendidikan dan menamatkan sekolah dasar atau
sederajat dan mengikuti sekolah lanjutan tingkat pertama atau sederajat sampai
tamat.
Wajib belajar memberikan konotasi apabila tidak dilakukan akan
mendapat sanksi / hukuman. Sebaliknya, apabila dilakukan, akan mendapat
Kajian Tingkat Ekspektasi..., Yuli Dwi Pangesti Rahayu, FKIP, UMP, 2013
6
“pahala” dalam arti berupa bantuan, fasilitas dan kemudahan untuk melaksanakan
wajib belajar tersebut.
Wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun adalah suatu gerakan nasional yang
diselenggarakan di seluruh Indonesia bagi warga Negara Indonesia yang berusia 7
sampai dengan 15 tahun. Wajib Belajar 9 Tahun adalah program pemerintah yang
bersifat nasional. Wajib belajar bukan merupakan program baru yang ditetapkan
pemerintah. Hal ini karena muatan tentang wajib belajar 9 tahun tersebut selalu
ada pada berbagai perangkat hukum kita lebih dari 10 tahun yang lalu. Di dalam
Undang-undang Republik Indonesia No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional telah memuat berlakunya wajib belajar pada system pendidikan kita
yang pelaksanaannya ditetapkan dengan peraturan pemerintah (Sisdiana, 2011).
2. Sikap Terhadap Wajib Belajar 9 Tahun
Sikap adalah organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek
atau situasi yang relative ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu dan
memberikan dasar kepada orang tua tersebut untuk membuat respons atau berlaku
dalam cara yang tertentu yang dipilihnya (Walgito, 2001: 109). Menurut (Secord
& Backman (1964) dalam Azwar, (1995: 5) sikap sebagai keteraturan tertentu
dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan
(konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Sedangkan
menurut Gerungan (2004:162) yaitu bahwa attitude dapat diterjemahkan dengan
kata sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan atau
Kajian Tingkat Ekspektasi..., Yuli Dwi Pangesti Rahayu, FKIP, UMP, 2013
7
sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak
sesuai dengan sikap terhadap objek itu.
Pengertian lain tentang sikap menurut Azwar dalam Anonim (2012),
komponen-komponen sikap adalah :
a. Kognitif
Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang
selanjutnya diproses menghasilkan suatu keputusan untuk bertindak.
b. Afektif
Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu obyek, secara
umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu
obyek.
c. Konatif
Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada
dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai sikap, maka dapat disimpulkan
bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian sikap yaitu :
a. Merupakan keadaan pada setiap manusia
b. Merupakan penggerak untuk bertindak dalam menggapai objek
c. Bersifat positif maupun negatif
d. Terbentuk melalui pengalaman
e. Sikap dapat bersifat umum atau spesifik
Kajian Tingkat Ekspektasi..., Yuli Dwi Pangesti Rahayu, FKIP, UMP, 2013
8
3. Tujuan pendidikan pada jenjang dan satuan pendidikan dasar
Pendidikan dasar bertujuan memberi bekal kemampuan dasar kepada
siswa untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat,
warga Negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk
mengikuti pendidikan menengah (pasal 3 peraturan pemerintah No. 28 tahun 1990
tentang Pendidikan Dasar).
Pendidikan dasar yang diselenggarakan di sekolah dasar (SD) bertujuan
untuk memberikan bekal kemampuan dasar baca tulis hitung, pengetahuan dan
ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat
pengembangan serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di
SLTP. Pendidikan dasar yang diselenggarakan di Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP), bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar yang
merupakan perluasan serta peningkatan pengetahuan da ketrampilan yang
diperoleh di Sekolah Dasar yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan
kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga Negara sesuai
dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti
pendidikan menengah (Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Soepono, 2002).
Mengacu kepada tujuan pendidikan pada jenjang dan satuan pendidikan
dasar bertujuan member bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
Negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti
pendidikan menengah (Pasal 3 PP No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar).
Kajian Tingkat Ekspektasi..., Yuli Dwi Pangesti Rahayu, FKIP, UMP, 2013
9
Maka tujuan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun adalah :
menciptakan kondisi nasional dibidang pendidikan dan pengajaran, agar anak usia
7 tahun sampai dengan 12 tahun seluruhnya dapat masuk di Sekolah Dasar (SD)
atau yang sederajat, setelah tamat kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP) atau sederajat. Diharapkan sekian tahun mendatang
bangsa Indonesia berpendidikan serendahnya SLTP (Engkoswara dalam Soepono,
2002).
4. Program pengajaran pendidikan dasar 9 Tahun
Kurikulum pendidikan dasar disusun untuk mencapai tujuan pendidikan
dasar merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar di SD dan SLTP. (pasal 39 ayat 2 dan 3 UU No. 2 tahun 1989,
dan Pasal 14 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1990).
Isi kurikulum pendidika dasar wajib memuat sekurang-kurangnya bahan
kajian dan pelajaran tentang Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, membaca dan menulis,
Matematika (termasuk berhitung), Pengantar Sains dan Teknologi, Ilmu Bumi,
Sejarah Nasional dan Sejarah Umum, kerajinan tangan dan Kesenian, Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan, Menggambar, serta Bahasa Inggris (Daryanto, 2002).
Kajian Tingkat Ekspektasi..., Yuli Dwi Pangesti Rahayu, FKIP, UMP, 2013
10
5. Pentingnya Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
Sebagai salah satu Negara sedang berkembang Indonesia berusaha
meningkatkan pemerataan pendidikan. Kebijakan pembangunan pendidikan sejak
Pelita I sampai Pelita V diarahkan pada lebih terciptanya pemerataan dan keadilan
dalam pendidikan, khususnya pada tingkat pendidikan dasar. Wajib Belajar usia
SD yang dicanagkan pada awal Pelita IV merupakan puncak dari upaya mencapai
pemerataan dan keadilan pada tingkat pendidikan dasar semesta, yang akan
ditingkatkan dari 6 tahun (usia 7-12) menjadi 9 tahun (usia 7-15) tahun. Ada
beberapa alasan yang melatarbelakangi pendidikan dasar 9 tahun sebagai
pendidikan wajib bagi semua anak usia 7-15 tahun mulai tahun 1994
(Trisnaningsih, 2002).
Pertama, lebih dari 80% tenaga Indonesia hanya berpendidikan sekolah
dasar dan bahkan kurang, yaitu mereka yang putus SD dan buta aksara. Kondisi
ini jauh ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara lain ASEAN, apabila
dengan negara-negara industri baru seperti Singapura, Taiwan, Korea Selatan, dan
Hongkong. Untuk menunjang perkembangan ekonomi, khususnya dalam sector
industri yang merupakan sector kedua terbesar menyerap tenaga kerja yang hanya
setingkat sekolah dasar saja tidak cukup. Untuk itu pemerintah berusaha
meningkatkan rata-rata tingkat pendidikan rakyat sampai dengan tingkat SLTP
atau sederajat.
Kedua, dari segi ekonomi pendidikan dasar sembilan tahun merupakan
jalan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dapat memberikan
nilai tambah lagi pertumbuhan ekonomi. Pendidikan merupakan investasi insani
Kajian Tingkat Ekspektasi..., Yuli Dwi Pangesti Rahayu, FKIP, UMP, 2013
11
(human investment). Oleh sebab itu pendidikan dasar perlu diberikan secara
merata dan adil baik di perkotaan maupun di pedesaan, sehingga pada gilirannya
dapat meningkatkan akses ekonomi yang merata dan adil pula bagi semua lapisan
masyarakat.
Ketiga, ada bukti – bukti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka akan semakin besar peluangnya untuk lebih mampu berperan
serta dalam kehidupan masyarakat dan negara serta lebih memiliki kesadaran
sebagai warga negara beserta hak dan kewajibannya. Oleh sebab iti, untuk
meningkatkan peran serta dan kesadaran rakyat dalam kehidupan bernegara, rata –
rata tingkat pendidikan mereka perlu ditingkatkan menjadi 9 tahun.
Keempat, dari segi kepentingan peserta didik, peningkatan usia wajib
belajar dari 6 tahunmenjadi 9 tahun dimaksudkan untuk lebih meningkatkan
kemampuan dan ketrampilan mereka, sehingga pada gilirannya akan memperbesar
peluang mereka untuk meningkatkan martabat, kesejahteraan, dan makna
hidupnya.
Kelima, pengalaman pembangunan di negara – negara industry baru di
Asia (Singapura, Hongkong, Taiwan, Korea Selatan) menunjukan bahwa
pertumbuhan ekonomi yang cepat akan berjalan seiring dengan meningkatnya
pendidikan di Negara tersebut yang ditandai dengan adanya suatu critical mass
yaitu jumlah penduduk yang memiiki tingkat pendidikan tertentu. Critical mass
ini pada prinsipnya merupakan semacam prasyarat dasar yang dapat sicatat
apabila APK (Angka Partisipasi Kasar) SD telah mencapai 100% . SLTP 80 %.
SLTA 60% dan Perguruan Tinggi (PT) sekitar 20%. Dengan adanya Critical mass
Kajian Tingkat Ekspektasi..., Yuli Dwi Pangesti Rahayu, FKIP, UMP, 2013
12
ini, maka produktifitas tenaga kerja akan meningkat dan dapat memberikan
dampak pada kesejahteraan penduduk, meningkatkan kemampuan komunikasi
penduduk sehingga berbagai kegiatan ekonomi dan non ekonomi dapat berjalan
lancer. Disamping itu “critical mass” juga berdampak terhadap peningkatan
konsumsi atas produk – produk yang mengandung teknologi yang pada sisi lain
juga akan berari pula tumbuhnya peluang kerja yang tersedia sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan dengan demikian permintaan tenaga kerja
yang berkemampuan tinggi (bermutu) juga akan semakin meningkat pula.
Keenam, tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia dala menyongsong
abad 21 mendatang akan semakin besar. Terlebih – lebih dengan adanya jaman
ekonomi terbuka dan persaingan beba, yaitu dengan dimulainya pasar bebas
AFTA (ASEAN Free Trade Area) pada tahun 2003 dan dimulainya APEC (Asia
Pacific Economic Cooperation) pada tahun 2020, disamping telah
dilaksanakanya pengendalian perdagangan internasional dengan kehadiran
organisasi perdagangan dunia, yaitu World Trade Organization (WTO).
6. Sasaran Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Usaha
Mencapainnya.
Dengan jumlah peserta didik di SLTP sebanyak 6, 98 juta pada akhir pelita
V, berarti masih terdapat 6, 26 juta anak yang harus ditampung di SLTP.
Seandainya wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun kan diselesaikan
dalam tiga Repelita, berarti setiap Repelita daya tamping harus bertambah sekitar
2,09 juta.
Kajian Tingkat Ekspektasi..., Yuli Dwi Pangesti Rahayu, FKIP, UMP, 2013
13
Upaya mencapai sasaran ini tidak seluruhnya dibebankan SLTP di bawah
Departemem Pendidikan dan Kebudayaan, melainkan juga kepada MTS di bawah
Departemem Agama. Peranan pendidikan keagamaan memang besar dan tidak
boleh diabaikan dalam rangka wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun.
Mengingat perananannya yang signifikan ini, maka pendidikan keagamaan juga
memerlukan perhatian sungguh-sungguh dalam rangka wajib belajar pendidikan
dasar Sembilan tahun.
Disamping sarana, wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun juga
memerlukan guru, buku-buku pelajaran, media pendidikan, dan fasilitas lainnya
yang jumlahnya sangat besar (Trisnaningsih, 2002).
7. Faktor-faktor Pendukung Wajib Belajar Pendidikan 9 Tahun
Pelaksanaan wajib belajar Dikdas 9 tahun tidak mungkin dapat
terselenggara dengan baik, tanpa didukung oleh beberapa faktor yang dibutuhkan
untuk mengatasi masalah tersebut.
a. Sarana dan prasarana yang memadai antara lain tempat belajar, tenaga guru,
alat-alat dan buku pelajaran serta dana penunjang.
b. Kontinuitas koordinasi yang didasari dedikasi, loyalitas, kekeluargaan dan
pemahaman lintas sektoral yang menunjang keberhasilan pembangunan
nasional, maka peranan tim koordinasi yang wajar selalu memonitoring
perjalanan gerakan Wakar Dikdas ini.
c. Kesadaran masyarakat penyandang Wajar (Wajib Belajar) terhadap pentinggya
kualitas sumber daya manusia dalam kehidupan menghadapi tantangan jaman.
Kajian Tingkat Ekspektasi..., Yuli Dwi Pangesti Rahayu, FKIP, UMP, 2013
14
d. Tenaga pengajar (guru) bagi kejar Paket B selain diambil dari guru SLTP juga
guru SD Lulusan D2, D3 atau S1 jurusan pendidikan.
e. Waktu yang tepat bagi kegiatan kejar adalah sore hari sehingga bagi tenaga
guru yang mengajar di sekolah tidak terganggu sebagai tugas pokoknya.
f. Pemetaan persekolahan mutlak diperlukan karena salah satu alternative
pengelolaan Wajar Dikdas 9 tahun dipusatkan di kecamatan dengan
pertimbangan bahwa kecamatan terdiri dari atas sejumlah desa yang memiliki
banyak SD dan minimal ada satu SLTP dan SMP Terbuka atau Paket B.
Melalui pemerataan persekolahan diharapkan berapa SLTP untuk sejumlah
SD dan dimana letak antara SD dan SLTP maksimal 5 km, sehingga jangkauan
perjalanan siswa ke sekolah tidak menjadi masalah.
Kebetulan sarana pendidikan secara lengkap yang harus dipersiapkan
dalam penyelenggaraan pendidikan sekolah antara lain :
a. Sarana Fisik : Bangunan Sekolah yang dilengkapi dengan :
Ruang kelas
Ruang laborat
Ruang UKS
Kamar kecil (WC)
Kantor serta alat tulis kantor
b. Sarana material : Perlengkapan belajar terdiri dari :
Meja, kursi murid/ guru
Papan tulis
Alat-alat laboratorium
Kajian Tingkat Ekspektasi..., Yuli Dwi Pangesti Rahayu, FKIP, UMP, 2013
15
Alat peraga mengajar
Alat-alat tulis, dll.
c. Sarana personal :
Tenaga Pendidik
Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3/
Komite Sekolah)
Pengawas, Pemilik Pendidikan.
d. Sarana Instruksional :
Kurikulim GBPP, jadwal pelajaran
Buku-buku pelajaran
Buku-buku bacaan
(Moelyodihardjo dalam Soepono, 2002).
8. Peraturan atau ketentuan yang mendukung
Untuk kelancaran program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun perlu
didukung dengan peraturan-peraturan dan ketentuan yang dapat menciptakan
situasi yang kondusif untuk meningkatkan gairah anak didik, orang tua murid dan
guru-guru serta mampu melaksanakan tingkat-tingkat pergeseran tanpa
menimbulkan gejolak terhadap anak didik.
Kajian Tingkat Ekspektasi..., Yuli Dwi Pangesti Rahayu, FKIP, UMP, 2013
16
9. Permasalahan-permasalahan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun
Permasalahan adalah hal-hal yang menjadikan masalah, yang
dimasalahkan, persoalan. Sedangkan arti masalah adalah sesuatu yang harus
dipecahkan, diselesaikan.
Masalah-masalah pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan 9 Tahun yang
meski dihadapi dan harus diselesaikan, berkisar masalah pendidikan yang antara
lain kendala-kendala atau hambatan yang disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain : (Khamdan, 2012)
a. Faktor Sosial Budaya
Sebuah program yang berkaitan dengan kebijakan publik akan berjalan
dengan baik dan efektif diperlukan sosialisasi berupa pengertian yang baik dan
tepat kepada masyarakat tentang pentingnya program ini di jalankan, agar
mendapat dukungan sepenuhnya dari seluruh elemen masyarakat. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan program wajar 9 tahun jika ditinjau dari
sudut sosial budaya adalah sebagai berikut :
1) Faktor orang tua.
Pendidikan orang tua akan sangat mempengaruhi pola untuk mendidik
anak. Sebab hal ini akan berubungan dengan persepsi orang tua terhadap sekolah
itu sendiri yang dihubungkan dengan pengalaman invidu dalam mengamati
sekolah dan kaitanya dengan kejadian sehari-hari di lingkunganya. Pada sebagian
masyarakat kecakapan baca tulis sebagaimana kecakapan lulusan SD pada
umumnya digunakan untuk mengubah standar hidup. Gambaran kehidupan
semacam ini dapat membentuk opini sebagian masyarakat untuk kurang
Kajian Tingkat Ekspektasi..., Yuli Dwi Pangesti Rahayu, FKIP, UMP, 2013
17
mengahargai sekolah dan lulusanya. Dalam kondisi seperti ini beberapa
kemungkinan bisa terjadi, seperti tidak menyekolahkan anaknya, memperhentikan
anaknya sebelum tamat, atau tidak mau tahu tentang bangunan atau keberadaan
sekolah dilingkunganya.
2) Faktor Tradisi Masyarakat.
Tradisi dan kebiasaan masyarakat seringkali menghalangi partisipasi anak
untuk ke sekolah. Dari beberapa daerah masih ada tradisi anak untuk ikut
bepergian jauh bersama orang tuanya, misalnya mengunjungi familinya, orang tua
tidak merasakan rugi miskipun mengajak anaknya untuk meninggalkan sekolah
dalam jangka waktu yang lama.
Tradisi yang lain adalah masih banyaknya orang di dalam kehidupan
bermasyarakat yang beranggapan mendidik anak perempuan kurang
menguntungkan, sehingga orang tua enggan untuk menyekolahkan anak
perempuan. Karena pada akhirnya perempuan akan menjadi Ibu rumah tangga
yang hanya mengurusi pekerjaan-pekerjaan yang dianggap tidak memerlukan
sekolah tinggi.
Tradisi lain di masyarakat adalah tentang menikahkan anak perempuan di
usia belia. Sebab jika mempunyai anak gadis yang dianggap cukup umur tetapi
belum menikah dianggap perempuan yang tidak laku, hal itu menjadi beban dan
aib dalam keluarga.
b. Faktor Agama
Pemahaman terhadap ajaran agama yang keliru juga dapat mempengaruhi
keberhasilan terhadap program wajar 9 tahun padahal partisipasi masyarakat
Kajian Tingkat Ekspektasi..., Yuli Dwi Pangesti Rahayu, FKIP, UMP, 2013
18
sangat dibutuhkan untuk mensuksekan program ini. Khususnya pemeluk agama
Islam yang sebagian besar pemeluk di Indonesia.
Ada pemahaman yang salah yang berkembang dimasyarakat, yaitu
pendidikan Agama lebih penting dari pada pendidikan umum. Contoh kasuistis
yang terjadi di Malang Jawa Timur. Anak-anak tidak tamat SD karena
dikehendaki orang tuanya untuk belajar di pesantren. Setelah dikirim ke pesantren
anak tersebut tidak kerasan dan pulang kekampungnya, sementara sekolah tidak
menerima lagi, sekolah juga kurang lentur untuk memberi kemudahan sementara
orang tua kurang informasi yang cukup tentang sekolah .
c. Faktor Ekonomi
Kemiskinan biasanya akan mempengaruhi aspek-aspek lain termasuk
pendidikan. Kita tidak bisa menutup mata bahwa angka kemiskinan masih
menduduki prosentasi tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),
jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di
bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada Maret 2010 mencapai 31,02 juta
(13,33%), turun 1,51 juta dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret
2009 yang sebesar 32,53 juta (14,15%). Selama periode Maret 2009-Maret 2010,
penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,81 juta (dari 11,91 juta pada
Maret 2009 menjadi 11,10 juta pada Maret 2010), sementara di daerah perdesaan
berkurang 0,69 juta orang (dari 20,62 juta pada Maret 2009 menjadi 19,93 juta
pada Maret 2010) . Angka kemiskinan tersebut berbanding lurus dengan angka
usia putus sekolah (Khamdan, 2012).
Kajian Tingkat Ekspektasi..., Yuli Dwi Pangesti Rahayu, FKIP, UMP, 2013
19
d. Faktor Geografis
Letak daerah menentukan situasi kondisi masyarakat penghuninya, karena
hubungan manusia dengan kondisi alam lingkungan tidak dapat dipisahkan.
Mayarakat kota dengan tersedianya jalur perhubunganyang enak segala kebutuhan
dapat diupayakan dengan lancar termasuk kebutuhan pendidikan.
Sebaliknya masyarakat pelosok desa dan pegunungan, jarak jangkauan
tempat tinggal dengan sekolah, dan alat komunikasi serta transportasi kurang
mendukung sehingga informasi yang dapat membawa inovasi lamban termasuk
dalam pengetahuan dan teknologi.
e. Faktor Kesadaran Orang Tua
Kesadaran orang tua adalah faktor yang dominan bagi pendidikan anak
terutama untuk menyekolahkan, setelh lulus Sekolah Dasar ke jenjang SLTP.
Biasanya bagi masyarakat desa yang mayoritas petani, mereka dapat mengolah
lahannya dengan baik tanpa membutuhkan atau melalui pendidikan yang tinggi.
Ijasah dianggap penting dan bukan kebutuhan hidup untuk masa depan anaknya.
f. Faktor Tenaga Pendidik
Tenaga pendidik adalah faktor yang vital dalam penyelenggaraan wajib
belajar. Kendala wajib belajar dari tenaga pendidik biasanya ditentukan oleh
kesejahteraan. Pekerjaan mengajar adalah tugas profesional, tidak sembarang
orang dapat melakukan dan tidak tentu ada pada setiap desa atau kelompok
masyarakat, karena untuk dapat menjadi seseorang guru diperlukan syarat-syarat
tertentu.
Kajian Tingkat Ekspektasi..., Yuli Dwi Pangesti Rahayu, FKIP, UMP, 2013
20
Masalah kesejahteraan guru banyak dikeluhkan sebab perbedaan tunjangan
sangat meencolok antara guru dengan dosen (Engkoswara dalam Soepono, 2002).
Hal ini merupakan kendala dalam semangat pengabdian sebagai guru dan
masyarakat untuk melakukan kegiatan tambahan yang imbalannya kurang
memadai.
B. Penelitian yang Relevan
Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan
No. Peneliti dan
Judul
Tujuan
Penelitian
Metodologi
Penelitian Hasil Penelitian
1. Daryanto
(2002)
Judul:
Hubungan
Intensitas
Bimbingan
Keluarga
dengan
Motivasi
Belajar Siswa
Kelas VI SD
Dalam
Menyelesaikan
Wajib Belajar
Pendidikan
Dasar 9 Tahun
di Desa
Kutabawa
Kecamatan
Karangreja
Tahun
Pelajaran
2000/2001.
Untuk
mengungkap
hubungan
antara
intensitas
bimbingan
keluarga
dengan
motivasi
belajar siswa
kelas VI SD
dalam
menyelesaikan
pendidikan
dasar 9 tahun
di Desa
Kutabawa
Kecamatan
Karangreja.
Menggunakan
deskriptif
korelasoi
dengan
angket
tertutup.
Hasil pengolahan data pada
pembahasan yang telah
dilaksanakan dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang
kuat positif dan signifikan
antara variabel intensitas
bimbingan keluarga dengan
motivasi belajar siswa kelas VI
SD dalam menyelesaikan
pendidikan dasar 9 tahun, pada
taraf signifikan 1%. Koefisien
korelasoi hasil analisis product
moment lebih besar dari r tabel
yaitu 0,822>0,254.
2. Mundyawati,
Wiwin (2006)
Judul:
Perbedaan
Sikap
Terhadap
Untuk
mengetahui
perbedaan
sikap antara
keluarga
nelayan dan
Menggunkan
analisis
deskriptif dan
korelasoi
dengan
dokentasi dan
Terdapat perbedaan sikap
antara keluarga nelayan dengan
petani. Hal ini dapat dilihat dari
hasil uji t diperoleh t hitung
lebih besar dari pada t tabel
Kajian Tingkat Ekspektasi..., Yuli Dwi Pangesti Rahayu, FKIP, UMP, 2013
21
No. Peneliti dan
Judul
Tujuan
Penelitian
Metodologi
Penelitian Hasil Penelitian
Wajib Belajar
Antara
Keluarga
Nelayan dan
Petani di Desa
Suradadi
Kecamatan
Suradadi
Kabupaten
Tegal.
keluarga
petani
terhadap wajib
belajar 9 tahun
bagi anak-
anak yang
akan menjadi
penerus
bangsa serta
untuk
mengetahui
tanggapan
keluarga
nelayan dan
petani dengan
diwajibkan
usia 7-15
tahun
menuntaskan
wajib belajar.
angket. dengan taraf signifikan =
0,05.
Keluarga petani lebih setuju
dibandingkan nelayan karena
keuarga petani memiliki sikap
kognitif dan afektif lebih tinggi
daripada nelayan.
3. Sakim (2002)
Judul:
Tanggapan
Warga
Masyarakat
Tentang Wajib
Belajar 9
Tahun di Desa
Dawuhan
Kecamatan
Wanayasa
Kabupaten
Banjarnegara.
Untuk
mengetahui
tanggapan
warga
masyarakat
tentang wajib
belajar 9 tahun
di Desa
Dawuhan
Kecamatan
Wanayasa
Kabupaten
Banjarnegara.
Menggunakan
analisis
deskriptif
kualitatif
dengan
scroring.
Menggunakan
metode
survey
dengan
dokumentasi
dan angket
tertutup.
Walaupun angka angka
partisipasi murni (APM)
masyarakat masih rendah
(36%) namun tanggapan warga
masyarakat terhadap program
wajib belajar 9 tahun cukup
baik (72,4%). Rendahnya APM
ke SLTP disebabkan oleh
lemahnya taraf ekonomi warga
masyarakat dan kurangnya
informasi warga tentang wajib
belajar 9 tahun yang mereka
terima. Disamping itu kondisi
sosial budaya masyarakat tani
belum kondusif untuk
pengembangan dan
keberhasilan pendidikan.
4. Soepono, Sito
(2002)
Judul:
Hambatan
Pelaksanaan
Ingin
mengetahui
hambatan
yang
menonjol
Menggunakan
deskriptif
kuantitatif
dengan
dolumentasi
Hambatan wajib belajar sebatas
jenjang tingkat SLTP.
Hambatan wajib belajar tingkat
SLTP disebabkan oleh
beberapa faktor dalam
Kajian Tingkat Ekspektasi..., Yuli Dwi Pangesti Rahayu, FKIP, UMP, 2013
22
No. Peneliti dan
Judul
Tujuan
Penelitian
Metodologi
Penelitian Hasil Penelitian
Wajib Belajar
Pendidikan
Dasar 9 Tahun
di Dusun
Gebang Desa
Kebondalem
Kecamatan
Bawang
Kabupaten
Banjranegara.
pelaksanaan
wajib belajar 9
tahun di
Dusun
Gebang Desa
Kebondalem
Kecamatan
Bawang
Kabupaten
Banjarnegara.
dan angket. penyajian tabel.
- F
aktor pendidikan orang tua,
dimana orang tua tidak
sekolah sehingga anaknya
hanya berpendidikan SD.
- F
aktor lingkungan sarana
perhubungan yang sulit ke
SLTP.
- F
aktor lingkungan masyarakat
yang kurang mendukung.
- F
aktor ekonomi hampir seluruh
orang tua Dusun Gebang
golongan ekonomi lemah
dengan mata pencaharian
petani singkong.
5. Tristaningsih,
Indrianti(2002)
Judul:
Pelaksanaan
SLTP Terbuka
Wanadadi
Dalam Upaya
Penuntasan
Program
Wajib Belajar
9 Tahun di
Kecamatan
Wanadadi
Kabupaten
Banjarnegara.
Untuk
memperoleh
informasi
tentang
pelaksanan
SLTP terbuka
di Kecamatan
Wanadadi
Kabupaten
Banjarnegara.
Untuk
mengetahui
uapaya SLTP
terbuka dalam
menuntaskan
program wajib
belajar 9
tahun.
Menggunakan
deskriptif
korelasoi
dengan
angket
tertutup.
- P
elaksanan SLTP terbuka
sangan cocok dan member
sumbangan yang besar dalam
rangka penuntasan wajib
belajar, terbukti dari jumlah
siswa yang masuk ke SLTP
berkurang jumlahnya.
- U
ntuk dapat menuntaskan
program wajib belajar 9 tahun
banyak upaya yang dilakukan
untuk SLTP terbuka anatara
lain malalui penambahan jam
tatap muka dan
pemasyarakatan SLTP
terbuka menjelang tahun
ajaran baru.
Kajian Tingkat Ekspektasi..., Yuli Dwi Pangesti Rahayu, FKIP, UMP, 2013
23
C. Kerangka Pikir
Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat ekspektasi tahun
belajar adalah :
Gambar 2.1. Diagram Alur Kerangka Pikir.
D. Hipotesis
Tingkat ekspektasi wajib belajar masyarakat Desa Mulyasari Kecamatan
Majenang Kabupaten Cilacap masih rendah.
2. Faktor Agama 3. Faktor
Ekonomi.
4. Faktor
Geografis 5. Faktor Kesadaran
Orang Tua
1.Faktor
Sosial
Budaya
Permasalahan Pendidikan 6. Faktor Tenaga Pendidik
Ekspektasi Tahun Belajar Rendah
Wajib Belajar 9 Tahun
Ekspektasi Tahun Belajar
Meningkat
Kajian Tingkat Ekspektasi..., Yuli Dwi Pangesti Rahayu, FKIP, UMP, 2013