bab ii tinjauan pustaka e. deskripsi konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4630/3/bab ii_pudyasih...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
E. Deskripsi Konseptual
1. Kemampuan Analogi Matematis
Kata “analogi” dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai persamaan atau
persesuaian antara dua benda atau hal yang berlainan. Menurut Soekadijo
(1991) analogi dapat dijadikan sebagai penjelasan atau sebagai dasar penalaran,
serta dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan sebuah kesimpulan
berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ada, sedangkan Mundiri (2010)
mendefinisikan analogi sebagai proses penalaran dari satu fenomena menuju
fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada
fenomena pertama akan terjadi pula pada fenomena yang lain.
Terdapat dua jenis analogi menurut Mundiri (2010) yaitu analogi
deklaratif dan analogi induktif. Analogi deklaratif adalah analogi yang
digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang belum diketahui atau masih samar,
dengan menggunakan hal yang sudah dikenal, dan analogi induktif adalah
analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsip dari dua hal yang
berbeda, selanjutnya ditarik kesimpulan bahwa apa yang terdapat pada hal
pertama terdapat pula pada hal yang kedua.
Kemampuan analogi merupakan suatu kemampuan memahami dan
menggunakan hubungan kesamaan antara dua situasi atau peristiwa, sehingga
menghasilkan kesimpulan yang didorong oleh kesamaan-kesamaan (Gentner
Pengaruh Pembelajaran Model…, Pudyasih Rakhmawati, FKIP UMP, 2017
8
dan Smith, 2012). Holyoak (2012) mendefinisikan kemampuan analogi sebagai
kemampuan untuk mengingat kembali pengetahuan terstruktur dari ingatan
jangka panjang untuk menghasilkan kesimpulan baru dan menemukan struktur
antara konsep yang abstrak. Kemampuan analogi atau yang disebut juga
dengan kemampuan penalaran analogi dapat didefinisikan sebagai kemampuan
dalam menarik kesimpulan berdasarkan keserupaan proses atau data
(Soemarmo dan Hendriana, 2014). Lestari dan Yudhanegara (2015)
mengartikan kemampuan analogi matematis sebagai kemampuan menarik
kesimpulan dengan jalan membandingkan dua hal yang berlainan berdasarkan
kesamaan memahami konsep, prinsip, sifat atau prosedur, sedangkan Novick
(1991) mengartikan kemampuan analogi matematis sebagai kemampuan
berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah target dengan menggunakan
masalah sumber. Masalah sumber merupakan masalah yang harus diselesaikan
oleh siswa terlebih dahulu sebagai bekal dalam menyelesaiakan masalah target.
Stenberg (1977) mengatakan bahwa seseorang memiliki kemampuan
analogi matematis jika dipenuhi indikator-indikator:
a. Mampu mengidentifikasi masalah sumber dan masalah terget (Encoding).
b. Mampu memecahkan masalah sumber dengan menggunakan konsep, rumus,
definisi, dan strategi (Infering).
c. Mampu menghubungkan struktur masalah sumber dengan masalah target
(Mapping).
d. Mampu menentukan solusi atau cara yang cocok untuk menyelesaikan
masalah target (Applying).
Pengaruh Pembelajaran Model…, Pudyasih Rakhmawati, FKIP UMP, 2017
9
Selain Stenberg, Lestari dan Yudhanegara (2015) menjelaskan indikator-
indikator kemampuan analogi matematis sebagai berikut.
a. Mampu membuat relasi ekuivalen.
b. Mampu mengorespondensikan objek matematika dengan objek di luar
matematika.
c. Mampu mengorespondensikan dua hal yang berlainan berdasarkan
persamaan prinsip.
d. Mampu mengorespondensikan dua hal yang berlainan berdasarkan
persamaan prosedural.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa analogi merupakan
proses membandingkan dua hal yang memiliki kesamaan, sedangkan
kemampuan analogi matematis adalah kemampuan seseorang dalam berpikir
yang dilakukan dengan membandingkan dua hal yang memiliki kesamaan, baik
itu dari kesamaan prosedural, konsep, maupun sifat. Kemampuan analogi
matematis siswa dapat diukur dengan memperhatikan indikator-indikator
sebagai berikut.
a. Mampu menunjukkan hubungan ekuivalen antara masalah sumber dengan
masalah target.
b. Mampu menghubungkan masalah sumber berupa objek matematika dengan
masalah target yang berupa permasalahan di kehidupan sehari-hari.
c. Mampu menghubungkan dua hal yang berlainan berdasarkan persamaan
prinsip antara masalah sumber dengan masalah target.
d. Mampu menghubungkan dua hal yang berlainan berdasarkan persamaan
prosedural antara solusi masalah sumber dengan solusi masalah target.
Pengaruh Pembelajaran Model…, Pudyasih Rakhmawati, FKIP UMP, 2017
10
2. Model Pembelajaran Advance Organizer
Model pembelajaran advance organizer merupakan model pembelajaran
yang dikembangkan oleh David Ausubel. Advance organizer merupakan
pembelajaran yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru dengan
cara mengaitkannya pada pengetahuan yang telah ada pada pembelajaran, dan
berperan sebagai kerangka pendukung bagi informasi baru (Suprijono, 2016).
Advance organizer adalah suatu rencana pembelajaran yang digunakan untuk
menguatkan struktur kongnitif siswa ketika mempelajari konsep-konsep atau
informasi yang baru dan bagaimana sebaiknya pengetahuan itu disusun serta
dipahami dengan benar (Joyce dkk, 2016). Proses belajar tidak sekedar
menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, namun berusaha
menghubungkan konsep-konsep itu untuk menghasilkan pemahaman yang
utuh. Dalam menghubungkan apa yang telah diketahui oleh siswa dengan
informasi baru yang akan disajikan dalam pelajaran, guru menyediakan materi
pengait dalam bentuk organizer. Organizer ini merupakan konten penting
dalam pembelajaran advance organizer, karena organizer merupakan konsep
atau pernyataan hubungan yang sangat terkait dengan materi yang
mendahuluinya, namun juga dapat diciptakan dari analogi bidang lain agar
dapat memberikan perspektif baru (Joyce dkk, 2016). Sarana pendukung yang
diperlukan advance organizer adalah materi yang terorganisasi dengan baik,
yaitu materi yang saling berhubungan dengan materi terdahulu (Suprijono,
2016).
Pengaruh Pembelajaran Model…, Pudyasih Rakhmawati, FKIP UMP, 2017
11
Menurut Joyce dkk (2016), terdapat dua jenis advance organizer yaitu
expository dan comparative. Expository organizer memberikan tiang
penyangga ideasional untuk materi yang tidak familiar, sehingga siswa akan
“menggantungkan” informasi baru ketika mereka menghadapinya, sedangkan
comparative organizer dirancang untuk membedakan antara konsep lama dan
baru agar dapat mencegah kebingungan yang disebabkan oleh kesamaan antara
keduanya. Saat menggunakan comparative organize, dapat digunakan suatu
analogi atau disebut juga dengan analogical organizer. Menurut Ausubel dan
Joseph (Yuanhua dan Xiaoyu, 2016) penggunaan analogi untuk
membandingkan pengetahuan baru dan pengetahuan lama tidak hanya
mengingatkan siswa tentang pengetahuan yang telah dipelajari, tetapi juga
dapat membantu menggabungkan materi baru yang memiliki kesamaan
konsep.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
advance organizer adalah model pembelajaran yang menekankan pada
pengaitan antara pengetahuan lama terhadap pengetahuan baru yang sedang
dipelajari. Menurut Suprijono (2016) sintaks pembelajaran advance organizer
adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Advance Organizer
Fase Langkah-Langkah Guru
1 Penyajian Advance
Organizer
a. Menjelaskan tujuan
pembelajaran
b. Menyajikan Organizer
berupa konsep atau
kerangka materi yang juga
memuat materi pelajaran
sebelumnya
c. Memancing dan
mendorong pengetahuan
Pengaruh Pembelajaran Model…, Pudyasih Rakhmawati, FKIP UMP, 2017
12
serta pengalaman siswa
2 Penyajian Bahan
Pelajaran
d. Menyajikan materi
e. Mempertahankan perhatian
f. Memperjelas pengolahan
menjadi pembelajaran yang
masuk akal
3 Penguatan struktur
Kognitif
g. Menggunakan prinsip-
prinsip rekonsiliasi
integratif, yaitu dengan
menghubungkan
pengetahuan baru dengan
pengetahuan sebelumnya
h. Menganjurkan
pembelajaran resepsi aktif,
yaitu dengan presentasi
hasil diskusi kelompok
i. Mengklarifikasi
pengetahuan baru yang
telah didapat siswa
j. Meningkatkan kegiatan
belajar dengan memberikan
siswa latihan individu
Terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan penggunaan model
pembelajaran Advance Organizer. Keunggulan model pembelajaran Advance
Organizer menurut Yuanhua dan Xiaoyu (2016) adalah :
a. Advance Organizer dapat membantu siswa mengorganisasikan materi
baru dengan cara mengubah dan merangkai gagasan utama dari materi
baru tersebut berdasarkan apa yang telah diketahui siswa
b. Advance Organizer menggunakan istilah dan konsep yang sudah dikenal
untuk menghubungkan apa yang telah diketahui siswa dengan informasi
baru yang akan dipelajari, sehingga membantu siswa dalam
Pengaruh Pembelajaran Model…, Pudyasih Rakhmawati, FKIP UMP, 2017
13
mentransformasikan pengetahuan dan menerapkan kreativitas di situasi
tersebut
c. Advance Organizer juga digunakan untuk membantu mengatur tahapan
pengajaran di kelas
Kelemahan dari model pembelajaran Advance Organizer adalah jika tidak
ada kontrol yang intensif dari guru dalam situasi jumlah peserta didik yang
terlalu banyak, sehingga pembelajaran menjadi kurang efektif (Suprijono,
2016).
3. Pendekatan Concrete-Pictorial-Abstract (CPA)
a. Pengertian Pendekatan Concrete-Pictorial-Abstract (CPA)
Pendekatan Concrete-Pictorial-Abstract (CPA) atau yang sering
disebut juga dengan Concrete-Representational-Abstract (CRA) dan
Concrete-Semi Concrete-Abstract (CSA) merupakan pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan teori Bruner. Bruner menyatakan bahwa
terdapat tiga tahapan seseorang dalam mempelajari pengetahuan yaitu
Enactiv, Iconic, dan Simbolic. Witzel (2005) mengemukakan bahwa
pendekatan Concrete-Pictorial-Abstract (CPA) terdiri dari tiga tahapan,
yaitu: Concrete (belajar melalui benda-benda nyata) - Pictorial (belajar
melalui perwakilan gambar) - Abstract (belajar melalui notasi abstrak atau
simbol). Pendekatan Concrete-Pictorial-Abstract merupakan salah satu
pendekatan pembelajaran yang menggunakan tahapan hirarkis yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merekonstruksi
pengetahuannya sendiri.
Pengaruh Pembelajaran Model…, Pudyasih Rakhmawati, FKIP UMP, 2017
14
Menurut Sari (2015) pendekatan CPA menggunakan suatu model atau
alat peraga sebagai jembatan pemahaman siswa, sehingga guru dapat
memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mempraktikkan dan
mendemonstrasikan model atau alat peraga tersebut pada tahap konkrit.
Aktivitas tersebut dapat membantu pemahaman materi ajar serta mampu
mengeluarkan ide-ide matematis siswa dalam berpikir.
b. Tahapan Pendekatan Pembelajaran Concrete-Pictorial-Abstract (CPA)
Menutur Hoong dkk (2015) pendekatan CPA mengajarkan siswa
melalui tiga tahap belajar, yaitu:
1) Concrete
Concrete yaitu tahapan dengan menggunakan objek konkret menjadi
suatu model permasalahan. Pada tahap ini setiap konsep matematika
dimodelkan dengan bahan konkret. Tahap concrete memberikan
banyak kesempatan kepada siswa untuk berlatih dan menunjukkan
penguasaan memanipulasi benda-benda konkret yang ada di
lingkungannya atau melakukan aktivitas langsung yang berkaitan
dengan konsep matematika.
2) Pictorial
Tahap pictorial yaitu tahapan “melihat” dengan menggunakan
representasi atau benda semikonkret menjadi suatu model
permasalahan. Pada tahap ini konsep matematika dimodelkan pada
tingkat pictorial (semi konkret) yang melibatkan gambar yang
mewakili objek konkret yang digunakan sebelumnya. Pada tingkat
pemahaman representasi, siswa belajar untuk memecahkan masalah
Pengaruh Pembelajaran Model…, Pudyasih Rakhmawati, FKIP UMP, 2017
15
dengan menggambar. Gambar tersebut merepresentasikan objek
konkret yang menjadi sumber informasi pengumpulan data oleh siswa.
Hal ini tepat bagi siswa untuk mulai menggambar solusi dari masalah
yang akan diselesaikan.
3) Abstract
Tahapan abstract merupakan tahapan “penyimbolan” dengan
menggunakan lambang matematika yang abstrak menjadi suatu model
permasalahan. Pada tahap ini, konsep matematik dimodelkan
menggunakan angka dan simbol matematik. Dengan data yang
diperoleh pada tahap concrete, siswa dapat menyimbolkan dengan
istilah-istilah matematika yang biasa digunakan.
Pendekatan CPA memberikan kerangka kerja yang secara konseptual
membantu siswa untuk membentuk hubungan yang bermakna antara
kemampuan dalam tingkat konkret, piktorial dan abstrak. Menurut Flores
(2010) terdapat beberapa langkah penggunaan pendekatan CPA dalam
pengajaran, yaitu:
a. Pilih benda-benda konkret (manipulatif) yang akan digunakan untuk
memperkenalkan pengertian konseptual tentang materi yang akan
dipelajari peserta didik.
b. Bimbinglah peserta didik untuk berpartisipasi secara mandiri dalam
penggunaan benda-benda konkret (manipulatif) dengan cara memberikan
petunjuk dan isyarat.
Pengaruh Pembelajaran Model…, Pudyasih Rakhmawati, FKIP UMP, 2017
16
c. Cek pemahaman siswa, jika siswa telah mampu melewati tahap konkret
maka ganti penggunaaan benda-benda manipulatif dengan gambar atau
lukisan.
d. Gunakan strategi yang dapat membantu peserta didik mengingat langkah-
langkah pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya.
e. Dorong peserta didik hanya menggunakan angka atau simbol dalam
menyelesaikan tugas matematika yang diberikan.
f. Cek kembali pemahaman siswa, serta berikan siswa waktu untuk
memproses informasi dari piktorial ke abstrak. Jika siswa belum
menunjukkan penguasaan materi pada tahapan abstract, maka
pembelajaran kembali pada tahapan pictorial.
4. Pembelajaran Advance Organizer dengan Pendekatan Concrete-Pictorial-
Abstract (CPA)
Pembelajaran Advance Organizer dengan pendekatan CPA terdiri atas tiga
tahapan. Tahap pertama adalah tahap penyajian advance organizer, pada tahap
ini terdiri atas penyampaian tujuan pembelajaran, dan penyajian organizer
(kerangka materi). Pada tahap ini kerangka materi ditujukan untuk
menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan pengalaman serta
pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tahap kedua yaitu tahap penyajian
bahan pelajaran. Pada tahap ini siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok
heterogen dan diberikan benda manipulatif serta lembar kegiatan kelompok
untuk memfasilitasi siswa memahami konsep matematika dalam bentuk
konkrit, kemudian mengubahnya ke bentuk gambar, dan selanjutnya
Pengaruh Pembelajaran Model…, Pudyasih Rakhmawati, FKIP UMP, 2017
17
menemukan konsep dalam bentuk simbol (abstrak). Tahap yang ketiga adalah
tahap penguatan struktur kognitif. Pada tahap ini siswa mempresentasikan hasil
diskusi kelompok dan membuat kesimpulan pelajaran, serta mengerjakan
lembar individu sebagai penguat pemahaman tentang materi baru yang telah
diajarkan. Dibawah ini merupakan langkah pembelajaran Advance Organizer
dengan pendekatan Concrete-Pictorial-Abstract (CPA) :
Tabel 2.2 Pembelajaran Advance Organizer dengan Pendekatan CPA
Sintaks Pembelajaran Kegiatan
Penyajian Advance
Organizer
a) Siswa mendengarkan tujuan
pembelajaran yang disampaikan oleh
guru
b) Siswa memperhatikan organizer
berupa kerangka materi
c) Siswa menghubungkan organizer
dengan pengetahuan dan
pengalamannya
Penyajian Bahan
Pelajaran
d) Siswa membentuk kelompok diskusi
e) Siswa memperoleh lembar kegiatan
kelompok tentang materi yang akan
dipelajari
f) Siswa memperoleh alat peraga
berupa benda nyata sesuai dengan
materi yang akan dipelajari
(tahapan konkrit)
g) Siswa mengubah benda manipulatif
tersebut kedalam gambar (tahap
piktorial)
h) Setelah siswa mampu mengubah ke
dalam bentuk piktorial, siswa
menemukan konsep berdasarkan
gambar dengan menggunakan
simbol dan notasi matematika
(tahap abstrak)
Penguatan Struktur
Kognitif
i) Siswa mempresentasikan hasil
diskusi
j) Siswa menarik kesimpulan tentang
hasil diskusi dengan dibimbing guru
k) Siswa mengerjakan latihan individu
untuk memperkuat pemahaman
tentang pengetahuan baru yang
didapat
Pengaruh Pembelajaran Model…, Pudyasih Rakhmawati, FKIP UMP, 2017
18
5. Materi
Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah bangun
ruang sisi datar kubus dan balok. Berikut ini adalah uraian standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator yang digunakan :
Standar Kompetensi :
5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya,
serta menentukan ukurannya
Kompetensi Dasar :
5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-
bagiannya
5.2 Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas
5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas
Indikator Pencapaian Kompetensi :
Pertemuan Ke-1
5.1.1 Menyebutkan unsur-unsur kubus
5.1.2 Menentukan panjang diagonal bidang kubus
5.1.3 Menentukan panjang diagonal ruang kubus
5.1.4 Memecahkan masalah mengenai unsur-unsur kubus
Pertemuan Ke-2
5.2.1 Mendefinisikan pengertian jaring-jaring kubus
5.2.2 Menemukan bentuk suatu jaring-jaring kubus
Pengaruh Pembelajaran Model…, Pudyasih Rakhmawati, FKIP UMP, 2017
19
5.2.3 Membuat jaring-jaring kubus
5.2.4 Memecahkan masalah mengenai jaring-jaring kubus
Pertemuan Ke-3
5.3.1 Menentukan rumus luas permukaan kubus
5.3.2 Memecahkan masalah mengenai luas permukaan kubus
Pertemuan Ke-4
5.3.5 Mendefinisikan pengertian volume bangun ruang
5.3.6 Menentukan rumus volume kubus
5.3.7 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan volume kubus
Pertemuan Ke-5
5.1.5 Menyebutkan unsur-unsur balok
5.1.6 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan unsur-unsur balok
Pertemuan Ke-6
5.2.5 Menemukan bentuk jaring-jaring balok
5.2.6 Membuat jaring-jaring balok
5.2.7 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan jaring-jaring balok
Pertemuan Ke-7
5.3.3 Menentukan rumus luas permukaan balok
5.3.4 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan balok
Pengaruh Pembelajaran Model…, Pudyasih Rakhmawati, FKIP UMP, 2017
20
Pertemuan Ke-8
5.3.8 Menentukan rumus volume balok
5.3.9 Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan volume balok
6. Pengertian Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda)
yang berkuasa dan ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan
seseorang (Poerwadarminta, 2007). Arikunto (2010) mendefinisikan pengaruh
sebagai suatu hubungan antara keadaan pertama dengan keadaan yang kedua
dan hubungan tersebut merupakan hubungan sebab akibat. Keadaan pertama
diperkirakan menjadi penyebab yang kedua atau keadaan pertama berpengaruh
terhadap keadaan yang kedua. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengaruh adalah
sesuatu akibat yang ditimbulkan dari hal lain yang bisa berupa orang atau
benda.
Pada penelitian ini, model pembelajaran Advance Organizer dengan
pendekatan Concrete-Pictorial-Abstract (CPA) dikatakan berpengaruh
terhadap kemampuan analogi matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Sokaraja jika rata-rata nilai kemampuan analogi matematis siswa yang diajar
dengan model advance organizer dan CPA lebih baik daripada siswa yang
diajar dengan pembelajaran langsung.
7. Penelitian Relevan
Pengaruh Pembelajaran Model…, Pudyasih Rakhmawati, FKIP UMP, 2017
21
Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan model
pembelajaran Advance Organizer dan pendekatan Concrete-Pictorial-Abstract
(CPA) antara lain :
a. Penelitian Ryanto (2014) mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh model
pembelajaran advance organizer terhadap kemampuan penalaran
matematis, hal tersebut ditunjukkan dengan rata-rata kemampuan
penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran advance
organizer lebih baik dari rata-rata kemampuan penalaran matematis siswa
yang mengikuti pembelajaran langsung. Siswa kelas eksperimen memiliki
keunggulan untuk memberikan gagasan, serta siswa dapat membangun
keterampilan sosial yang mereka miliki.
b. Penelitian Putri (2015) mengungkapkan bahwa : 1) pencapaian dan
peningkatan kemampuan representasi matematis mahasiswa secara
keseluruhan yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan CPA
lebih baik daripada mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran
konvensional; 2) kemampuan spatial sense mahasiswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan pendekatan CPA secara keseluruhan lebih baik
daripada mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional; 3)
pencapaian dan peningkatan self-efficacy mahasiswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan pendekatan CPA secara keseluruhan lebih baik
daripada mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
Dari penelitian di atas, terdapat kesamaan hal yang dikaji yaitu untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran advance organizer dan pendekatan
CPA. Namun, terdapat perbedaan dari kedua penelitian di atas dengan
Pengaruh Pembelajaran Model…, Pudyasih Rakhmawati, FKIP UMP, 2017
22
penelitian yang ingin peneliti laksanakan. Perbedaan tersebut terletak pada
subyek, dan objek penelitian. Pada penelitian Ryanto, obyek penelitian yaitu
kemampuan penalaran, sedangkan objek penelitian yang akan peneliti kaji
yaitu kemampuan analogi matematis. Perbedaan lain terletak pada subyek
penelitian yang digunakan. Ryanto menggunakan subyek siswa SMP Negeri 3
Ajibarang, sedangkan subyek yang akan digunakan peneliti yaitu siswa SMP
Negeri 2 Sokaraja.
Pada penelitian Putri juga terdapat perbedaan antara subyek dan obyek
penelitian. Subyek penelitian Putri yaitu mahasiswa calon guru SD di salah
satu universitas di Jawa Barat, sedangkan subyek yang akan digunakan peneliti
yaitu siswa SMP Negeri 2 Sokaraja. Obyek yang dikaji juga berbeda, Putri
mengkaji tentang pengaruh CPA terhadap kemampuan representasi matematis,
spatial sense dan self-efficacy sedangkan peneliti ingin mengkaji tentang
pengaruh CPA terhadap kemampuan analogi matematis. Hal lain yang menjadi
perbadaan antara penelitian Ryanto dan Putri dengan penelitian yang akan
peneliti laksanakan yaitu pada penelitian Ryanto hanya mengkaji tentang
pengaruh pembelajaran advance organizer, dan Putri hanya mengkaji tentang
pengaruh pendekatan, sedangkan peneliti ingin menggabungkan antara kedua
hal tersebut yaitu tentang pengaruh model pembelajaran advance organizer
dengan pendekatan CPA.
8. Kerangka Pikir
Model pembelajaran advance organizer merupakan pembelajaran yang
menekankan pada pengaitan antara pengetahuan lama yang telah dimiliki siswa
Pengaruh Pembelajaran Model…, Pudyasih Rakhmawati, FKIP UMP, 2017
23
terhadap pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Pembelajaran advance
organizer dapat dipadukan dengan pendekatan yang mampu memfasilitasi
siswa untuk mendemonstrasikan materi yang sedang dipelajari secara
langsung, yaitu pendekatan Concrete-Pictorial-Abstract (CPA).
Pembelajaran advance organizer dengan pendekatan CPA merupakan
suatu pembelajaran yang menggunakan pengetahuan lama yang telah dimiliki
siswa sebagai pengait terhadap materi baru, pengaitan tersebut dibantu dengan
menggunakan alat peraga manipulatif benda konkrit. Dengan menggunakan
benda alat peraga dapat menjembatani siswa untuk memperoleh konsep baru.
Konsep baru yang akan diperoleh siswa tidak hanya melalui pengamatan benda
konkrit, melainkan harus melewati tahapan piktorial atau mengubah benda
konkrit ke dalam bentuk gambar, kemudian tahap abstrak yaitu mengubah
gambar ke dalam simbol dan notasi matematika serta menyelesaikan
permasalahan dengan menggunakan konsep yang telah diperoleh.
Pembelajaran advance organizer dengan pendekatan CPA terdiri atas
tiga tahapan yaitu penyajian advance organizer, penyajian bahan pelajaran, dan
penguatan struktur kognitif. Pada tahap penyajian advance organizer siswa
diberikan suatu organizer berupa kerangka materi yang berisi tentang konsep
informasi baru yang akan dipelajari dan materi terdahulu yang dapat dijadikan
pengait dengan materi baru. Organizer ini tidak hanya berisi tentang konsep
baru, tetapi juga dapat berisi tentang pengalaman atau pengetahuan yang telah
dimiliki siswa dari bidang-bidang lain. Melalui penyajian organizer siswa
dapat menghubungkan pengalaman serta pengetahuan yang telah dimiliki
dengan materi baru yang akan diajarkan, sehingga kemampuan menunjukan
Pengaruh Pembelajaran Model…, Pudyasih Rakhmawati, FKIP UMP, 2017
24
hubungan yang ekuivalen antara materi yang dipelajari dengan pengalaman
siswa tersebut dapat mendorong serta memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan kemampuan analoginya.
Tahap kedua yaitu tahap penyajian bahan pelajaran. Pada tahap
penyajian bahan pelajaran, siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok belajar
yang heterogen dan diberikan lembar kegiatan kelompok. Lembar kegiatan
kelompok didesain dengan suatu tahapan dari konkrit, piktorial, kemudian
abstrak serta pada tahap ini siswa diberikan alat peraga dengan tujuan agar
siswa dapat mendeteksi kesamaan hubungan antara materi yang sedang
dipelajari dengan benda konkrit tersebut. Setelah memahami kesamaan antara
materi baru dengan benda konkrit, siswa diarahkan untuk mengubah benda
konkrit ke dalam bentuk gambar atau piktorial (dua dimensi) untuk
memudahkan siswa dalam menemukan konsep yang sedang dipelajari. Dalam
mengubah benda konkrit menjadi piktorial, siswa diminta untuk mampu
menghubungkan kesamaan-kesamaan sifat dan prinsip dari benda konkrit dan
gambar. Begitupun dalam membaca gambar dan mengubahnya ke dalam
bahasa matematika yang berisi simbol dan operasi matematika, siswa harus
mampu menghubungkan kesamaan prinsip maupun prosedur pada hasil gambar
dengan hasil konsep yang ditemukan nantinya.
Tahap ketiga adalah tahap penguatan struktur kognitif. Pada tahap ini
siswa diminta untuk mempresentasikan temuannya untuk kemudian ditarik
kesimpulan. Kegiatan presentasi merupakan kegiatan siswa dalam memaparkan
langkah-langkah penemuannya, yaitu dari langkah mengamati benda konkrit,
kemudian mengubah benda konkrit menjadi gambar, dan kemudian dihasilkan
Pengaruh Pembelajaran Model…, Pudyasih Rakhmawati, FKIP UMP, 2017
25
konsep berupa simbol dan notasi matematika. Setelah siswa melakukan
presentasi, siswa diberikan latihan individu sebagai penguat pemahaman.
Latihan individu yang diberikan tidak hanya tentang objek di dalam
matematika, namun juga berkaitan dengan objek diluar matematika seperti
permasalahan sehari-hari. Dengan latihan individu, siswa dapat
menghubungkan penemuannya dengan permasalahan yang memiliki kesamaan
prosedural dan permasalahan di luar objek matematika.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa terdapat keterkaitan antara
pembelajaran Advance Organizer dengan pendekatan Concrete-Pictorial-
Abstract (CPA) terhadap kemampuan analogi matematis siswa. Dengan
demikian, diduga bahwa pembelajaran Advance Organizer dengan pendekatan
Concrete-Pictorial-Abstract (CPA) dapat mempengaruhi kemampuan analogi
matematis siswa.
9. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, kerangka pikir, dan hasil
penelitian relevan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai
berikut.
Model pembelajaran Advance Organizer dengan pendekatan Concrete-
Pictorial-Abstract (CPA) berpengaruh terhadap kemampuan analogi matematis
siswa.
Pengaruh Pembelajaran Model…, Pudyasih Rakhmawati, FKIP UMP, 2017