bab ii kajian teoritik a. deskripsi konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/tri wahyu utomo bab...

23
7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar Menurut Desmita (2009) kemandirian adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan. Sedangkan menurut Jacob Utomo dikutip dari Basir (2009), kemandirian adalah mempunyai kecenderungan bebas berpendapat. Kemandirian diri sendiri merupakan suatu untuk menyelesaikan suatu masalah secara bebas, progresif, dan penuh dengan inisiatif. Pendapat ini dapat diartikan bahwa seseorang yang mempunyai kemandirian akan bertanggung jawab dan tidak bergantung pada orang lain. Menurut Slameto (2010) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru dalam keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Sardiman (2011) belajar adalah berubah, dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, sikap, yang menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Upload: truongtram

Post on 20-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

7

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual

1. Kemandirian Belajar

Menurut Desmita (2009) kemandirian adalah kemampuan untuk

mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri

secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan

malu dan keragu-raguan. Sedangkan menurut Jacob Utomo dikutip dari

Basir (2009), kemandirian adalah mempunyai kecenderungan bebas

berpendapat. Kemandirian diri sendiri merupakan suatu untuk

menyelesaikan suatu masalah secara bebas, progresif, dan penuh dengan

inisiatif. Pendapat ini dapat diartikan bahwa seseorang yang mempunyai

kemandirian akan bertanggung jawab dan tidak bergantung pada orang

lain.

Menurut Slameto (2010) belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru dalam keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. Menurut Sardiman (2011) belajar adalah

berubah, dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha untuk

mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan

penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, sikap,

yang menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

8

seseorang. Dengan demikian belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa

raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia

seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Kemandirian belajar bukan berarti bukan belajar seorang diri,

tetapi belajar dengan inisiatif sendiri, dengan bantuan orang lain ataupun

tanpa bantuan orang lain. Menurut Moore (dalam Rusman, 2014)

mengatakan bahwa kemandirian belajar peserta didik adalah sejauh mana

dalam proses pembelajaran itu siswa dapat ikut menentukan tujuan, bahan

dan pengalaman belajar, serta evaluasi pembelajarannya. Menurut Good

(Slameto, 2010), kemandirian belajar adalah belajar yang dilakukan

dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan dari pihak lain. Dalam

pendapat ini kemandirian belajar siswa bertanggung jawab atas pembuatan

keputusan yang berkaitan dengan proses belajarnya dan memiliki

kemampuan untuk melaksanakan keputusan yang diambilnya

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian

belajar adalah aktivitas belajar siswa yang didorong oleh kemauan sendiri,

pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri dengan bantuan orang lain

ataupun tanpa bantuan orang lain untuk menguasai kompetensi teratentu,

baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap yang dapat

digunakan untuk memecahkan maslah serta mampu mempertanggung

jawabkan.

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

9

Menurut Desmita (2009) kemandirian biasanya ditandai dengan

kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur

tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat

keputusan-keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada

pengaruh dari orang lain.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa indikator

kemandirian belajar adalah sebagai berikut :

a. Memiliki kemampuan menentukan nasib sendiri

b. Kreatif dan inisiatif

c. Bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya

d. Mampu menahan diri

e. Membuat keputusan-keputusan sendiri

f. Mampu mengatasi masalah yang dihadapi.

2. Kemampuan Komunikasi Matematis

Komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan penting

dalam matematika sebab komunikasi matematis merupakan cara untuk

berbagi ide dan dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui

komunikasi, ide-ide matematis dapat disampaikan dalam bentuk simbol,

notasi, grafik, dan istilah. Oleh karena itu, siswa perlu dibiasakan dalam

pembelajaran untuk memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan

oleh orang lain, sehingga apa yang sedang dipelajari menjadi bermakana

baginya (Fachrurozi, 2011).

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

10

Menurut NCTM (2000), komunikasi metematis merupakan sebuah

cara dalam berbagi ide-ide dan memperjelas suatu pemahaman.

Komunikasi matematis adalah suatu proses penting untuk mempelajari

matematika karena melalui komunikasi siswa dapat memperjelas,

memperluas dan memahami ide-ide matematis (Ontario Ministry of

Education, 2010). Menurut The Intended Learning Outcomes (dalam

Husna, 2013) komunikasi matematis adalah suatu keterampilan penting

dalam matematika yaitu kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide

matematika secara koheren kepada teman, guru dan lainnya melalui

bahasa lisan dan tulisan. Komunikasi matematis terdiri dari komunikasi

secara lisan dan tulisan. Dalam NCTM (2000), menyatakan bahwa standar

komunikasi matematis adalah penekanan pengajaran matematika pada

kemampuan dalam hal:

a) Mengorganisasikan dan mengkonsilidasi berfikir matematis

(mathematical thinking) mereka melalui komunikasi.

b) Mengkomunikasikan mathematical thinking mereka secara koheren

(tersusun secara logis) dan jelas kepada teman-temannya, guru dan

orang lain.

c) Menganalisis dan mengevaluasi berfikir matematis (mathematical

thinking) dan strategi yang dipakai orang lain.

d) Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide

matematika secara benar.

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

11

Menurut Sumarmo (Susanto, 2013), komunikasi matematis

meliputi kemampuan:

a) Menghubungkan benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide

matematika.

b) Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan

dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar.

c) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol

matematika.

d) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

e) Membaca presentasi matematika tertulis dan menyusun pertanyaan

yang relavan.

f) Membuat konjektur, menyusun argument, merumuskan defenisi dan

generalisasi.

g) Menjelaskan dan membuat pertanyaan matematika yang telah

dipelajari.

Selain itu terdapat beragam bentuk komunikasi matematis

menurut LACOE (Mahmudi, 2009) misalanya (1) merefleksi dan

mengklarifikasi pemikiran tentang ide-ide matematika, (2)

menghubungkan bahasa sehari-hari dengan bahasa matematika yang

menggunakan simbol-simbol, (3) menggunakan keterampilan membaca,

mendengarkan, mengenterpretasikan, dan mengevalusi ide-ide

matematika, dan (4) menggunakan ide-ide matematika untuk membuat

dugaan (conjecture) dan membuat argument yang meyakinkan.

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

12

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam berkomunikasi

matematika yang dituangkan dalam bentuk lisan dan tulisan yaitu meliputi

kemampuan mengungkapkan ide-ide matematika melalui grafik atau

gambar, diagram, ataupun dengan bahasa sehari-hari, dan membuat

argumen yang meyakinkan. Namun, pada penelitian ini peneliti hanya

meneliti kemampuan komunikasi matematis siswa secara tulisan saja.

Adapun indikator kemampuan komunikasi matematis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi matematis secara

tertulis yaitu sebagai berikut:

a) Menghubungkan ide-ide matematika ke dalam gambar atau grafik.

Dalam hal ini, siswa mampu menjelaskan ide-ide matematika dan

mampu menyajikan data dalam bentuk gambar atau grafik.

Contoh soal:

Diketahui dua buah garis yaitu garis k dengan persamaan y = 2x – 4

dan garis h dengan persamaan 2x – y = 1. Gambar kedua garis k dan h

pada koordinat cartesius dan tenentukan gradien garis k dan h?

b) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol

matematika. Siswa diharapkan dapat menyatakan suatu permasalahan

kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan matematika ke dalam

bentuk bahasa atau kalimat matematika.

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

13

Contoh soal:

Seorang peneliti mengukur suhu dengan menggunakan termometer

Fahrenheit dan termometer Reamur. Grafik di bawah ini

memperlihatkan antara suhu dalam Fahrenheit dan Reamur. Titik

potong terhadap sumbu y adalah 32, yang menunjukkan air membeku.

Pada suhu R setara dengan F. Reamur menunjukkan sumbu x

dan Fahrenheit menunjukkan sumbu y.

Tentukan gradien garis tersebut dengan titik (0, 32) yang

menunjukkan titik beku diberi nama titik A dan titik (40, 122)

menunjukkan suhu yang setara Reamur dan Fahrenheit. Bila

gradiennya sudah didapat dan titik (0, 32) yang menunjukkan titik

beku, tentukan persamaan garisnya.

c) Merespon suatu pertanyaan dalam bentuk argument tertulis yang

meyakinkan. Siswa diharapkan dapat memberikan penjelasan dari

suatu pertanyaan permasalahan matematika.

0F

0R

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

14

Contoh soal:

Diketahui garis g melalui titik (-1,5) dan titik (2,-4) dan garis h

melalui titik (3,-2) dan (6,-1). Selidiki apakah garis g tegak lurus garis

h. Berikan penjelasanmu!

3. Problem Based Learning (PBL)

Pengertian Problem Based Learnig (PBL) pertama kali

diperkenalkan pada awal tahun 1970-an di Universitas MC Master

Fakultas Kedokteran Kanada, sebagai suatu upaya menemukan solusi

dalam diagnosis degan membuat pertanyaan-pertanyaan sesuai situasi

yang ada. Menurut Tan (dalam Rusman, 2014) Problem Based Learning

(PBL) merupakan inovasi dalam PBL kemampuan berpikir siswa betul-

betul dimaksimalkan melalui proses kerja bersama atau kerja kelompok,

yang nantinya siswa mampu mengasah, menguji, dan mengembangkan

kemampuan berpikirnya secara terus menerus.

Menurut Arends (dalam Trianto, 2014) model Problem Based

Learning merupakan suatu model yang didasarkan dengan adanya

permasalahan yang harus membutuhkan penyelesaian yang nyata dari

permasalahan nyata juga. Pada model Problem Based Learning (PBL),

kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu permasalahan yang

sudah disepakati oleh guru dan siswa. Seringkali siswa berfikir kritis,

berusaha dengan kemampuannya, keterampilannya, prosedur pemecahan

masalah saat guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut. Pada

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

15

model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata

yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa-siswanya.

Menurut Kunandar (2009) ciri-ciri pembelajaran PBL adalah

sebagai berikut:

a) Mengajukan pertanyaan atau masalah

PBL bukan hanya mengorganisasikan prinsip-prinsip atau keterampilan

akademik tertentu. Pembelajaran ini,mengorganisasikan pengajaran

disekitar pertanyaan atau masalah yang kedua-duanya secara social

penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa. Mereka mengajukan

situasi kehidupan nyata yang autentik, menghindari jawaban sederhana

dan memungkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.

b) Berfokus pada keterkaitan antara disiplin ilmu

Meskipun pengaharan PBL mungkin berpusat pada pembelajaran

tertentu, masalah yang telah dipilih benar-benar nyata agar dalam

pemecahannya siswa bisa meninjau dari banyak mata pelajaran.

c) Penyelidikan autentik

Penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis masalah

bersifat autentik. Selain itu, penyelidikan diperlukan untuk mencari

penyelesaian masalah yang ersifat nyata. Siswa menganilisis dan

merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis,

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

16

mengumpulkan informasi, melaksanakan eksperimen, membuat

kesimpulan, dan menggambarkan hasil akhir.

d) Menghasilkan hasil karya dan memamerkannya

Pembelajaran ini menuntut peserta didik untuk menghasilkan produk

tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan yang menjelaskan atau

mewakili bentuk penyelesaian masalah mereka temukan. Produk itu

dapat berupa transkip debat, laporan, model fisik, video.

Berdasarkan pendapat Arends (dalam Trianto, 2014), pada

dasarnya Problem Based Learnig (PBL) memiliki beberapa

karakteristik sebagai berikut:

a) Mengorientasikan siswa kepada masalah autentik dan menghindari

pembelajaran terisolasi.

b) Berpusat pada siswa dalam jangka waktu yang lama.

c) Menciptakan pembelajaran interdisiplin.

d) Penyelidikan masalah autentik yang terintegrasi dengan dunia

nyata dan pengalaman praktis.

e) Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya.

f) Mengajarkan kepada siswa untuk mampu menerapakan apa yang

mereka pelajari di sekolah dalam kehidupannya yang panjang.

g) Pembelajaran terjadi pada kelompok kecil (kooperatif).

h) Guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing.

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

17

i) Masalah diformulasikan untuk memfokuskan dan merangsang

pembelajaran.

j) Masalah adalah kendaraan untuk pengembangan keterampilan

pemecahan masalah.

k) Informasi baru diperoleh lewat belajar mandiri.

Adapun kelebihan dan kekurangan dari Problem Based Learning

(PBL) yaitu :

1) Kelebihan Problem Based Learning (PBL)

a) Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan, sebab mereka

sendiri yang menemukan konsep tersebut.

b) Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut

keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi.

c) Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki siswa

sehingga pembelajaran lebih bermakna.

d) Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang

diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini

dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap

bahan yang dipelajari.

e) Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi

aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sifat

social yang positif di antara siswa.

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

18

f) Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling

berinteraksi terhadap pembelajaran dan temannya, sehingga

pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.

2) Kekurangan Problem Based Learning (PBL)

a) Manakala siswa tidak memiliki memiliki minat atau tidak

mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk

dipecahkan, maka mereka akan merasakan enggan untuk mencoba.

b) Keberhasilan pembelajaran melalui problem based learning ini

membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan

masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar

apa yang ingin mereka pelajari.

Menurut Kunandar (2009) tujuan Problem Based Learning

(PBL) adalah sebagai berikut:

a) Membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya

kepada peserta didik.

b) Membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir,

pemecahan masalah, dan keterampilan entelektual.

c) Pengajaran berbasis masalah membantu siswa untuk berkinerja

dalam situasi kehidupan nyata.

d) Menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri.

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

19

Menurut Kunandar (2009) pembelajran Problem Based

Learning (PBL) mempunyai lima tahap utama yang dimulai dengan

guru memperkenalkan siswa dengan situasi maslah yang diakhiri

dengan penyajian dan analisa hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut

disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tahap-Tahap Pembelajaran PBL

Tahapan Kegiatan Guru

Tahap 1:

Orientasi siswa kepada

masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajran,

menjelaskan perangkat yang dibutuhkan,

memotivasi siswa agar terlibat pada

aktivitas penyelesaian masalah yang

dipilihnya.

Tahap 2:

Mengorganisir siswa

untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan

dan mengorganisirkan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap 3:

Membimbing

penyelidikan individual

dan kelompok

Guru mendorong siswa mengumpulkan

informasi yang sesuai dan melaksanakan

eksperimen untuk mendapatkan

penjelasan serta pemecahan maslahnya.

Tahap 4:

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa untuk

merencanakan dan menyiapkan karya

yang sesuai seperti laporan dan membantu

mereka untuk berbagi tugas dengan

temannya.

Tahap 5:

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan

refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan dan proses yang digunakan.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Penyajian pembelajaran kooperatif yang banyak digunakan salah

satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS)

atau pembelajaran kooperatif dengan dua tinggal dua tamu. Tipe belajar

mengajar dua tinggal dua tamu (TS-TS) ini dikembangkan oleh Spencer

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

20

Kagan (dalam Huda, 2013). Menurut Huda (2013) bahwa model

pembelajran ini dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan

tingkatan umur. Pembelajran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS)

memungkinkan setiap kelompok untukberbagi informasi dengan

kelompok lain.

Menurut Huda (2013), langkah-langkah melakukan pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) adalah sebagai berikut. Siswa

dibagi menjadi beberapa kelompok (tiap kelompok terdiri 4 orang).

Pengelompokan bersifat heterogen. Kelompok heterogen memperhatikan

keanekaragaman gender, agama, sosial-ekonomi, dan kemampuan

akademis. Siswa bekerja dalam kelompok seperti biasa untuk

menyelesaikan tugas yang ada. Setelah selesai, dua orang dari masing-

masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke dua

kelompok yang lain yang disebut sebagai tamu. Dua orang yang tinggal

dalam kelompok disebut tuan rumah bertugas memaparkan hasil kerja

kelompok dan informasi yang mereka miliki kepada tamu. Tamu

memberikan umpan balik yang positif sesuai dengan hasil kelompok

mereka kepada tuan rumah. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok

mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

kelompok mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Menurut Lie (2010) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe

Two Stay Two Stray (TS-TS) sebagai berikut: 1) Siswa bekerjasama dalam

kelompok berempat seperti biasa; 2) Setelah selesai, dua orang dari

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

21

masing-masing bertamu ke dua anggota kelompok yang lain; 3) Dua orang

yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan

informasi mereka ke tamu mereka; 4) Tamu mohon diri dan kembali ke

kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok

lain; 5) Kelompok mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Menurut Suprijono (2012) langkah-langkah pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS). Pembelajaran kooperatif tipe

ini di awali dengan pembagian kelompok. Setelah terbentuk guru

memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka

diskusikan jawabannya. Setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari

masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke

dua kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas

sebagai tamu mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok.

Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu

tersebut. Jika mereka telah selesai menyelesaikan tugasnya, mereka

kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali ke kelompok

asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang

bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang

telah mereka tunaikan.

5. Problem Based Learning (PBL) Dengan Setting Kooperatif Tipe Two

Stay Two Stray (TS-TS)

PBL (Problem Based Learning) dengan setting kooperatif tipe TS-

TS ( Two Stay Two Stray). Pembelajaran menggunakan sintak Problem

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

22

Based Learning, dan pada saat membimbing kelompok dalam

menyelesaikan masalah menggunakan setting kooperatif tipe Two Stay

Two Stray. Dengan adanya setting kooperatif tipe TS-TS (Two Stay Two

Stray), memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif mendiskusikan

permasalahan dalam kelompok, selanjutnya aktif sebagai tamu dan tuan

rumah untuk menyampaikan informasi antar kelompok. Melalui problem

based learning (PBL) dengan setting kooperatif tipe two stay two stray

(TS-TS) siswa dapat lebih aktif bertanya kepada teman sendiri dan kepada

guru dan bertukar informasi sesama temannya. Sehingga didapat sintaks

Problem Based Learning (PBL) dengan setting kooperatif tipe Two Stay

Two Stray (TS-TS) yang disajikan dalam tabel:

Tabel 2.2 Sintaks Problem Based Learning dengan setting Two

Stay Two Stray

Tahapan Kegitan Guru Orientasi siswa pada

masalah

1. Guru menyampaikan topik dan tujuan

pembelajaran

2. Guru menyampaikan model / strategi

yang akan digunakan dalam pembelajaran

3. Memotivasi siswa untuk terlibat aktif

dalam pemecahan masalah

Mengorganisasikan

siswa untuk belajar

4. Guru membagi siswa ke dalam beberapa

kelompok

5. Guru menjelaskan langkah-langkah

kooperatif TS-TS yang akan digunakan

6. Guru membagikan Lembar Kerja

Kelompok (LKK)

7. Guru meminta siswa untuk mempelajari

dan mengamati permasalhan yang ada di

LKK

8. Guru memberi kesempatan kepada siswa

untuk menanya hal-hal yang belum

dipahami. Membimbing

penyelidikan individu

dan kelompok dengan

9. Guru mengarahkan kepada siswa untuk

menalar dan mencoba menyelesaikan

LKK

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

23

setting kooperatif tipe

TS-TS

10. Guru membimbing kelompok dalam

menyelesaikan masalah dengan setting

kooperatif tipe TS-TS:

a. Guru membimbing siswa dalam

menyelesaikan masalah

b. Guru menginformasikan dua

anggota bertamu ke dua kelompok

lain

c. Guru menginformasikan dua orang

yang tinggal dalam kelompok

bertugas membagi hasil kerja dan

menyajikan hasil kerja dan informasi

kepada tamu mereka

d. Guru menginformasikan dua

anggota yang menjadi tamu kembali

ke kelompok semula dan

melaporkan hasil temuan mereka

dari kelompok lain

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

11. Guru meminta salah satu perwakilan

kelompok untuk menyajikan hasil diskusi

di depan kelas

Menganalisa dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

12. Guru memberi kesempatan kepada

kelompok lain untuk menganalisis,

menambah atau menanggapi jawaban

13. Guru membantu siswa melakukan

refleksi atau evaluasi terhadap langkah

penyelesaian yang digunakan oleh siswa

14. Guru bersama dengan siswa

menyimpulkan materi yang telah

dipelajari

6. Materi Pembelajaran

Penelitian ini dilakasanakan pada semester ganjil kelas XI tahun

ajaran 2015/2016 pada materi persamaan garis lurus. Materi yang

digunakan merujuk pada kompetensi dasar yang telah ditetapkan, yaitu:

3.10 Menganalisis sifat dua garis sejajar dan saling tegak lurus dan

menerapkannya dalam menyelesaikan masalah

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 18: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

24

4.7 Menganalisis kurva-kurva yang melalui beberapa titik untuk

menyimpulkan berupa garis lurus, garis-garis sejajar, atau garis-garis

tegak lurus.

Kompetensi dasar tersebut digunkan dalam 3 siklus yang mana tiap

siklusnya terdiri dari 2 pertemuan. Berdasarkan kompetensi dasar yang

ada, maka indikator-indikator pembelajaran pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.3 Indikator Pembelajaran

Siklus Pertemuan Indikator

1

1

3.10.1 Mendefenisikan pengertian persamaan garis

lurus dan gradien dengan menghubungkan

gambar atau grafik ke dalam ide-ide

matematika

4.7.1 Menggambar grafik persamaan garis lurus

dengan menghubungkan gambar atau grafik

ke dalam ide-ide matematika.

4.7.2 Menentukan gradien persamaan garis lurus

dengan menyatakan peristiwa sehari-hari

dalam bahasa atau simbol matematika.

2

4.7.3 Menentukan gradien dari garis lurus yang

melalui

dua titik dengan merespon terhadap suatu

pertanyaan dalam bentuk argumen tertulis

yang meyakinkan

2

1

3.10.2 Menemukan konsep gradien garis-garis yang

sejajar dengan menghubungkan gambar atau

grafik ke dalam ide-ide matematika

4.7.4 Menentukan gradien garis-garis yang sejajar

dengan menyatakan peristiwa sehari-hari

dalam bahasa atau simbol matematika

2

3.10.3 Menemukan konsep gradien garis-garis yang

saling tegak lurus dengan menghubungkan

gambar atau grafik ke dalam ide-ide

matematika

4.7.5 Menentukan gradien garis-garis yang saling

tegak lurus dengan merespon terhadap suatu

pertanyaan dalam bentuk argumen tertulis

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 19: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

25

yang meyakinkan.

3

1

3.10.4 Menemukan konsep persamaan garis lurus

melalui sembarang titik (x,y) dan bergradien

m dengan menhubungkan gambar atau grafik

kedalam ide-ide matematika

4.7.6 Menentukan persamaan garis lurus melalui

sembarang titik (x,y) dan bergradien m

dengan menyatakan peristiwa sehari-hari

dalam bahasa atau simbol matematika.

2

4.7.7 Menentukan persamaan garis lurus melalui

dua titik dengan merespon terhadap suatu

pertanyaan dalam bentuk argumen tertulis

yang meyakinkan

B. Penelitian Yang Relavan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan peneleitian ini yaitu

sebagai berikut:

Penelitian Astuti (2014), dalam peneltiannya diperoleh hasil bahwa

Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemandirian belajar

dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMP

Negeri 2 Yogyakarta. Shalikhah (2013), dalam peneltiannya diperoleh

hasil bahwa pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dapat

meningkat kemampuan komunikasi matematis dan kemandirian siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Suyatmi (2008), dalam penelitiannya

diperoleh hasil bahwa problem based learning (PBL) dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematika pada kelas VII F SMP Negeri 1

Binangun.

Penelitian di atas relevan untuk dijadikan bahan informasi dalam

penelitian ini. Dalam peneltian ini peneliti menggunakan Problem Based

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 20: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

26

Learning dengan setting kooperatif tipe Two Stay Two Stray untuk

meningkatkan kemandirian belajar dan kemampuan komunikasi

matematis.

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan bahwa

kemandirian belajar dan kemampuan komunikasi siswa kelas XI APHPP 1

SMK N 1 Kalibagor masih kurang. Pembelajran yang diharapkan dapat

meningkatkan kemandirian belajar dan kemampuan komunikasi matematis

adalah problem based learning dengan setting kooperatif tipe two stay two

stray. Problem based learning dengan setting kooperatif tipe two stay two

stray terdiri dari:

Tahap I adalah mengorentasikan siswa pada masalah. Pada tahap

ini berisi kegiatan untuk mengenalkan topik pembelajaran, menjelaskan

tujuan pembelajaran, dan mengingat kembali materi yang telah dipelajari

sehingga melatih siswa untuk siap dalam mengahadapi materi pelajaran

baru yang berkaitan dengan materi sebelumnya, dengan demikian siswa

akan terbiasa bertanggung jawab untuk selalu mengingat/ mempelajari

kembali materi yang telah dibahas di sekolah, guru juga memotivasi siswa

umtuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang disajikan. Pada tahap

ini, dapat menumbuhkan kemampuan menentukan nasib sendiri yaitu

siswa memperhatikan penjelasan guru, menyiapkan peralatan yang

dibutuhkan dan membawa sumber lain untuk membantu dalam belajar

matematika.

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 21: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

27

Tahap II adalah mengorganisasikan siswa untuk belajar. Pada tahap

ini, dilakukan pembentukan kelompok kecil dan pembagian LKK. Siswa

diharapkan dapat bersikap tanggung jawab dalam kelompok yang telah

ditentukan, serta siap menerima tantangan baru berupa permasalahan

dalam LKK dan mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mengamati

permasalahan di LKK dan menanya hal-hal yang belum dipahami,

sehingga siswa akan saling merespon pertanyaan dalam membentuk

argumen yang menyakinkan.

Tahap III adalah membimbing penyelidikan individu dan

kelompok menggunakan setting kooperatif tipe TS-TS. Pada tahap ini,

dapat menumbuhkan membuat keputusan-keputusan sendiri yaitu siswa

bekerjasama dalam kelompok mendiskusikan terlebih dahulu dengan

teman sekelompoknya tanpa langsung bertanya kepada guru dan

bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas kelompok. Pada tahap ini,

guru hanya membimbing siswa dalam melakukan penyelidikan

menyelesaikan LKK yang berisi permasalahan, sehingga siswa dapat

menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.

Semua siswa dapat menyampaikan ide-idenya kepada anggota kelompok

dan memcahkan permasalahan yang ada dengan keterlibatannya dalam

berdiskusi dan memberi perhatian selama diskusi berlangsung, sehingga

bersama-sama akan dapat menghubungkan gambar atau grafik ke dalam

ide-ide matematika. Setelah itu, siswa mampu menahan diri yaitu bersikap

tenang dan tidak gaduh pada saat siswa menjelaskan hasil diskusi kepada

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 22: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

28

tamu, dan menghargai berbagai pendapat teman saat mencocokan hasil

diskusi yang diperoleh dari hasil bertamu.

Tahap IV adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Melalui tahap ini siswa dapat dilatih berani menerima tantangan untuk

mengungkapkan pendapatnya di depan kelas, mempertahankan pendapat,

mampu menerima kekeliruan, kritik, dan sanggahan dari teman, berani

mengajukan pertanyaan/ sanggahan dihadapan orang banyak dan tidak

mudah putus asa saat menjawab berbagai pertanyaan dari teman.

Tahap V adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

maslah. Proses hasil diskusi diskusi dianalisis dan dievaluasi untuk

mempengaruhi sejauh mana siswa mampu menyelesaikan masalah dengan

proses yang benar. Tahap ini dapat membangun kemampuan berpikir

siswa dalam menyimpulkan inti dari materi yang telah dipelajari, apa saja

yang sudah mereka pahami dan apa yang masih perlu ditanyakan pada

guru, dan menerima kekliruan yang dilakukan pada saat menyelesaikan

masalah. Pada tahap ini, dapat menumbuhkan kreatif dan inisiatif yaitu

siswa mencatat kesimpulan materi yang telah dipelajari tanpa disuruh oleh

guru.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam

penelitian ini adalah Problem Based Learning (PBL) dengan setting

koperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dapat meningkatkan

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016

Page 23: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/758/3/Tri Wahyu Utomo Bab II.pdf · 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar

29

kemandirian belajar dan kemampuan komunikasi matematis (tertulis)

siswa kelas XI APHPP SMK Negeri 1 Kalibagor.

Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016