bab ii tinjauan pustaka 2.1. supervisi kepala...

9
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Supervisi Kepala Sekolah 2.1.1 Pengertian Supervisi Kepala Sekolah Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. 4 Menurut Jones dalam Mulyasa (2003), supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan tugas-tugas utama pendidikan. 5 Menurut Carter, supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan- tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran. 6 Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang essensial yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Dari definisi tersebut maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti 4 Purwanto, Ngalim, 2003, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 32 5 Mulyasa,2004, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 155 6 Sahertian,2000, Supervisi Pendidikan dalam Rangka Inservice Education, Hal. 17

Upload: hanhu

Post on 08-Sep-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Supervisi Kepala …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1821/3/T1... · tanpa mengabaikan supervisi traktif. 2.1.4 Tugas Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Supervisi Kepala Sekolah

2.1.1 Pengertian Supervisi Kepala Sekolah

Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan

untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan

pekerjaan mereka secara efektif.4

Menurut Jones dalam Mulyasa (2003), supervisi merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang

ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia

sekolah yang berhubungan tugas-tugas utama pendidikan.5

Menurut Carter, supervisi adalah usaha dari petugas-petugas

sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam

memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi

pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-

tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi

pengajaran.6

Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang

essensial yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Dari

definisi tersebut maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti

4 Purwanto, Ngalim, 2003, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,Remaja Rosdakarya, Bandung,

Hal. 32 5 Mulyasa,2004, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 155

6 Sahertian,2000, Supervisi Pendidikan dalam Rangka Inservice Education, Hal. 17

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Supervisi Kepala …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1821/3/T1... · tanpa mengabaikan supervisi traktif. 2.1.4 Tugas Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

8

bahwa dia hendaknya pandai meneliti, mencari, dan menentukan syarat-

syarat mana sajakah yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga

tujuan-tujuan pendidikan di sekolah itu semaksimal mungkin dapat

tercapai.

Supervisi merupakan aktivitas pengarahan dan bimbingan yang

dilakukan oleh atasan dalam hal ini kepala sekolah kepada guru-guru

serta personalia sekolah lainnya yang langsung menangani belajar para

siswa untuk memperbaiki situasi belajar mengajar.7

Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967)

adalah: “supervision is assistance in the development of a better

teaching-learning situation”. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa

layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar-mengajar (goal,

material, techniques, method, teacher, student, and environment). Situasi

belajar mengajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan

melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi

tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan

pengajaran di sekolah. Sementara itu, Hoy dan Forsyth (1986)

mengemukakan bahwa “supervision is the set of activities designed to

improve the teaching-learning process”.8

Dari kedua rumusan di atas dapat dipahami bahwa sasaran layanan

kegiatan supervisi tersebut bisa bersifat umum (menyangkut seluruh

7 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2009, Manajemen

Pendidikan. Alfabeta, Bandung. Hal. 312 8 Banun, Muslim Sri.2008. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru.

Alfabeta,Mataram. Hal. 38-39

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Supervisi Kepala …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1821/3/T1... · tanpa mengabaikan supervisi traktif. 2.1.4 Tugas Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

9

aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di sekolah), bisa

pula hanya pada pelaksanaan pengajaran atau PBM. Supervisi yang

bersifat umum tersebut tampaknya lebih ditujukan kepada kepala

sekolah, sebab supervisi kepala sekolah dimaksudkan untuk perbaikan

manajemen atau pengelolaan sekolah dan peningkatan serta pengayaan

kiat-kiat kepemimpinan (Depdiknas, 1995). Sedangkan supervisi PBM

lebih ditujukan kepada guru, karena gurulah yang mengelola kegiatan

belajar-mengajar atau PBM tersebut.

Sejalan dengan pembahasan tersebut, maka Depdiknas (1994)

merumuskan supervisi sebagai “pembinaan yang diberikan kepada

seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuannya

untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik”.

Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau

pengembangan situasi belajar-mengajar yang lebih baik.

2.1.2 Karakteristik Supervisi

Menurut Mulyasa Salah satu supervisi akademik yang populer

adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga

inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan.

2. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama

kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.

3. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru

dan kepala sekolah.

4. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan

mendahulukan interpretasi guru.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Supervisi Kepala …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1821/3/T1... · tanpa mengabaikan supervisi traktif. 2.1.4 Tugas Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

10

5. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan

supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan

guru daripada memberi saran dan pengarahan.

6. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal,

pengamatan, dan umpan balik.

7. Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai

supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai

hasil pembinaan.

8. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu

keadaan dan memecahkan suatu masalah.9

2.1.3 Supervisi Traktif dan Dinamik

Ada dua jenis supervisi dilihat dari pelaksanaanya yaitu :

1. Supervisi traktif, artinya supervisi hanya berusaha melakukan

perubahan kecil karena menjaga kontinuitas. Supervisi traktif ini

misalnya dapat dilihat dari kegiatan rutin seperti pertemuan rutin

dengan guru-guru untuk membicarakan kesulitan-kesulitan kecil,

memberi informasi tentang prosedur yang telah disepakati dan

memberi arahan dalam prosedur standar operasi (PSO) dalam suatu

kegiatan.

2. Supervisi dinamik, yaitu supervisi yang diarahkan untuk mengubah

secara lebih intensif praktek-praktek pengajaran tertentu. Tekanan

dalam perubahan ini diletakkan kepada diskontinuitas, gangguan

terhadap praktek yang ada sekarang untuk diganti dengan yang

baru. Program demikian merupakan program baru yang

mempengaruhi perilaku murid, guru, dan semua personel

sekolah.10

9 Mulyasa, 2004, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung, Rosdakarya, Hal. 112

10 Harris, 1975, Profesi Keguruan. Rineka Cipta, Jakarta, hal. 237

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Supervisi Kepala …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1821/3/T1... · tanpa mengabaikan supervisi traktif. 2.1.4 Tugas Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

11

Supervisi traktif banyak dilakukan oleh supervisor tetapi kurang

dirasakan itensitasnya oleh pihak yang disupervisi, sedangkan

supervisi dinamik dilakukan lebih intens. Dalam menghadapi situasi

yang berubah dengan cepat maka supervisi jenis ini sangat diperlukan

tanpa mengabaikan supervisi traktif.

2.1.4 Tugas Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

Supervisi merupakan bantuan kepada guru dalam memperbaiki situasa

pengajaran. Dalam kaitanya dengan perbaikan situasi belajar-mengajar ini,

tugas seorang supervisor menurut Soetjipto dalam Harris (1975) adalah

membantu guru dalam hal:

1. Pengembangan kurikulum. Kurikulum perlu diperbaiki dan

dikembangkan secara terus-menerus. Dalam hal ini kurikulum

dirancang terpusat seperti sekarang, maka tugas supervisor adalah

membantu guru dalam melaksanakan penyesuaian dan perencanaan

pengalaman belajar dengan keadaan lingkungan dan siswa. Disamping

itu, supervisor juga membantu dalam menyusun panduan dalam

melaksanakan kurikulum, menentukan satuan pelajaran, merancang

muatan lokal, dan merancang ko serta ekstra kurikulum.

2. Pengorganisasian pengajaran. Supervisor bertugas membantu

pelaksanaan pengajaran sehingga siswa, guru, tempat, dan bahan

pengajaran sesuia dengan waktu yang disediakan serta tujuan

instruksional yang ditetapkan. Mengelompokkan siswa, merencanakan

jadwal pertemuan, mengatur ruangan, mengalokasikan waktu

pengajaran, merencanakan tim mengajar merupakan contoh-contoh

tugas dalam mengorganisasikan pengajaran ini.

3. Pemenuhan fasilitas sesuai dengan rencana proses belajar-mengajar.

Pengembangan ruang serta peralatan, misalnya, harus didasarkan atas

pertimbangan sampai seberapa jauh sumbangannya terhadap

pencapaian tujuan pengajaran.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Supervisi Kepala …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1821/3/T1... · tanpa mengabaikan supervisi traktif. 2.1.4 Tugas Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

12

4. Perencanaan dan perolehan bahan pengajaran sesuai dengan

rancangan kurikulum. Guru harus selalu melakukan titik ulang,

evaluasi, dan perubahan tentang bahan pengajaran agar lebih besar

sumbangannya terhadap tercapainya tujuan pengajaran.

5. Perencanaan dan implementasi dalam meningkatkan pengalaman

belajar dan unjuk kerja guru dalam melaksanakan pengajaran.

Kegiatan ini meliputi bantuan dalam menyelenggarakan wrok-shop,

konsultasi, wisatakarya, serta berbagai macam latihan dalam jabatan.

6. Pelaksanaan orientasi dalam suatu tugas atau cara baru dalam proses

belajar-mengajar. Guru perlu dilengkapi dengan informasi yang

relevan dengan tugas serta tanggung jawabnya.

7. Pengkoordinasian antara kegiatan belajar-mengajar dengan kegiatan

layanan lain yang diberikan sekolah/lembaga pendidikan kepada

siswa. Hal ini antara lain meliputi kegiatan mengembangkan

kebijaksanaan serta menetapkan tata aliran kerja antara berbagai

bagian yang memberikan layanan untuk mencapai tujuan

instruksional.

8. Pengembangan hubungan dengan masyarakat dengan mengusahakan

lalu lintas informasi yang bebas tentang hal yang berhubungan dengan

kegiatan pengajaran.

9. Pelaksanaan evaluasi pengajaran, terutama dalam perencanaan,

pembuatan instrumen, pengorgaanisasian, dan penetapan prosedur

untuk pengumpulan data, analisis dan interprestasi hasil pengumpulan

data, serta pembuatan keputusan untuk perbaikan proses pengajaran.11

Dalam menghadapi perubahan kurikulum dari KBK ke KTSP maka supervisi

dinamik menjadi sangat penting. Hal ini disebutkan dalam KTSP otonomi

guru dan sekolah dalam manajemen pendidikan sangat besar.

11

Ibid

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Supervisi Kepala …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1821/3/T1... · tanpa mengabaikan supervisi traktif. 2.1.4 Tugas Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

13

2.1.5 Teknik-teknik Supervisi

Berbagai teknik dapat digunakan supervisor dalam membantu guru

meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok (group

techniques), maupun secara perorangan (individual techniques), ataupun

dengan cara langsung atau bertatap muka, dan cara tak langsung atau

melalui media komunikasi (visual, audial, audio visual).

Beberapa teknik supervisi yang dapat digunakan supervisor

pendidikan antara lain:

a. Kunjungan kelas secara berencana untuk dapat memperoleh gambaran

tentang kegiatan belajar mengajar di kelas.

b. Pertemuan pribadi antara supervisor dengan guru untuk

membicarakan masalah-masalah khusus yang dihadapi guru.

c. Rapat antara supervisor dengan para guru di sekolah, biasanya untuk

membicarakan masalah-masalah umum yang menyangkut perbaikan

dan atau peningkatan mutu pendidikan.

d. Kunjungan antar kelas atau antar sekolah merupakan suatu kegiatan

yang terutama untuk saling menukarkan pengalaman sesama guru atau

kepala sekolah tentang usaha-usaha perbaikan dalam proses belajar

mengajar.

e. Pertemuan-pertemuan di kelompok kerja penilik, kelompok kerja

kepala sekolah, serta pertemuan kelompok kerja guru, pusat kegiatan

guru dan sebagainya. Pertemuan-pertemuan tersebut, dapat dilakukan

oleh masing-masing kelompok kerja, atau gabungan yang terutama

dimaksudkan untuk menemukan masalah, mencari alternatif

penyelesaian, serta menerapkan alternatif masalah yang tepat. 12

12

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2009, Manajemen Pendidikan. Alfabeta, Bandung. Hal: 316-317.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Supervisi Kepala …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1821/3/T1... · tanpa mengabaikan supervisi traktif. 2.1.4 Tugas Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

14

2.1.6 Prinsip-prinsip Supervisi

Ada beberapa prinsip-prinsip supervisi, antara lain;

1. Ilmiah (scientific) berarti:

a. Sistematis, berarti dilaksanakan secara teratur, berencana, dan

berkelanjutan.

b. Objektif, artinya data yang didapat berdasarkan hasil observasi

nyata. Kegiatan-kegiatan perbaikan atau kebutuhan-kebutuhan

guru atau kekurangan-kekurangan guru, bukan berdasarkan

tafsiran pribadi.

2. Demokratis, artinya menjunjung tinggi azaz musyawarah, memiliki

jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat

orang lain.

3. Kooperatif, maksudnya kerjasama seluruh staf dalam kegiatan

pengumpulan data, analisa data dan perbaikan serta pengembangan

proses belajar mengajar hendaknya dilakukan dengan cara

kerjasama seluruh staf sekolah.

4. Konstruktif dan kreatif. Membina inisiatif guru dan mendorong

guru untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa

aman dan bebas mengembangkan potensi-potensinya. Supervisor

perlu menyesuaikan diri dengan prinsip-prinsip tersebut diatas.13

13

Iqbil

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Supervisi Kepala …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1821/3/T1... · tanpa mengabaikan supervisi traktif. 2.1.4 Tugas Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

15

2.2. Kinerja Guru

2.2.1 Pengertian Kinerja Guru

Guru merupakan profesi profesional dimana ia dituntut untuk

berupaya semaksimal mungkin menjalankan profesinya sebaik mungkin.

Sebagai seorang profesional maka tugas guru sebagai pendidik, pengajar

dan pelatih hendaknya dapat berimbas kepada siswanya. Dalam hal ini

guru hendaknya dapat meningkatkan terus kinerjanya yang merupakan

modal bagi keberhasilan pendidikan.

Simamora memberi batasan kinerja, kinerja merupakan terjemahan

dari bahasa Inggris, performance atau job performance tetapi dalam

bahasa Inggrisnya sering disingkat menjadi performance saja. Kinerja

dalam bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja. Kinerja atau prestasi

kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang

didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam

menghasilkan sesuatu. Prestasi kerja (performance) diartikan sebagai

suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara

langsung dapat tercermin dari output yang dihasilkan baik kuantitas

maupun mutunya. Pengertian di atas menyoroti kinerja berdasarkan hasil

yang dicapai seseorang setelah melakukan pekerjaan.14

14

Simamora, 2000, Manajemen Manajemen Sumber Daya Manusia, STIE YKPN, Yogyakarta Hal. 423