resume supervisi

Upload: erman-suhendri

Post on 14-Jul-2015

9.341 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

LAPORAN BUKU SUPERVISI ORIENTASI BARU SUPERVISI PENDIDIKAN (PROF. Dr.H.MUKHTAR,M.Pd. dan Dr.ISKANDAR,M,Pd)

OLEH KELOMPOK 5: MUKHTAR ABDUL RASYID BENNY YULIZAR SUKRI RAMADHANI RENI SEBRINA

ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2011

BAB 1 PEMBAHARUAN SEKOLAH (SCHOOL RENEWAL) A. Pendahuluan Krisis multi dimensi yang di alami bangsa Indonesia belum sepenuhnya teratasi sehingga memberikan dampak negative terhadap dunia pendidikan dengan memunculkan keseimbangan baru pendidikan.pendidikan merupakan hal yang fundamental dalam totalitas kehidupan, hanya dengan pendidkan yang baik seseorang dapat mengetahui hak dan kewajibannya sebagai individu. Pendidikan kita dewasa ini menghadapi berbagai tantangan dan berbagai persoalan dia nataranya: y Bertambahnya jumlah pendudk yang sangat cepat dan bertambahnya keinginan masyarakat akan pendidikan y Berkembangnya ilmu pengetahuan yang modrn yang menghendaki dasardasar pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan yang terus menerus. y Berkembangnya teknologi yang memudah kan pekerjaan manusia.

Pendidikan hal yang utama dalam pembentukan pribadi seseorang, untuk itu pemerintah sangat serius menangani pendidikan, sebab dengan system pendidikan yang baik di harapkan akan menghasilkan generasi bangsa yang baik pula. Pembaharuan pendidikan pada dasarnya mempunyai tujuan agar pendidikan dapat berjalan dengan efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam mewujudkan semua itu yang dapat di lakukan yaitu dengan cara mengidentifikasi masalah atau hal yang dapat menghambat pelaksanaan pendidikan di Negara ini. Kata kunci pembaharuan kembali (renewal) pendidikan, yaitu merupakan proses yang menjadikan sesuatu/situasi yang berbeda dengan yang sudah ada, ini bertujuan yang sifatnya penyesuaian pendidikan atau sekolah dengan lingkungan masyarakat agar sesuai dengan apa yang di harapkan.

B. Pembaharuan pendidikan Merupakan keharusan dan keperluan di dunia pendidikan baik pada pendidikan formal/ non formal. Dengan adanya pembaharuan maka pendidikan akan mengalami dua hal yaitu kemajuan atau kemunduran. Pembaharuan pendidikan adalah suatu perubahan ayng baru yang sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan. Pembaharuan pendidikan terbagi dua tingkat yaitu makro dan mikro. Tingkat makro yaitu pada pendidikannya sedangkan tingkat mikro khusus pada sekolahnya.sekolah bisa dikatakan juga sebagai suatu system karena ada inpu dan outputnya yang merupakan satu kesatuan dalam pendidikan. Tingat makro yang berkenaan dengan inovasi manajemen dan organisasi dan juga tingkat mikro yang berkenaan dengan kurikulum fasilitas dll. Tingkat makro Inovasi manajemen y y Inovasi dalam system pengelolaan pendidikan Fungsi- fungsi manajemen di jalankan dengan baik( planning, organizing, actuating, controlling) Inovasi organisasi y y y Inovasi dalam tata kelola secara kelebagaan Ramping struktur, kaya fungsi Pengembangan setiap fungsi yang ada dalam struktur, secara skematik.

Tingkat mikro (sekolah) y y Inovasi dalam kerangka pengelolaan sekolah Bidang garapan dalam sekolah (kurikulum, siswa, biaya, fasilitas, tenaga)

Adapun skematik inovasi sekolah bermakna, sebagai berikut: y Inovasi harus berlangsung di sekolah guna memperoleh hasil yang terbaik dalam mendidik siswa y Ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah adalah guru

y

Oleh karena itu guru harus mampu menjadi seorang yang inovatif guna menemukan strategi atau metode yang efektif untuk mendidik

y

Inovasi yang dilakukan guru pada intinya berada dalam tatanan pembelajaran yang dilakukan di kelas

y

Kunci utama yang harus di pegang guru adalah bahwa setiap proses atau produk inovatif yang di lakukan dan di hasilkannya harus mengacu kepada kepentingan siswa.

Inti dari inovasi sekolah adalah melakukan adaptif dan adptatif, dengan melakukan penyesuaian sekolah sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat. C. Paradigm pendidikan. Pendidikan sebagai bagian integral dalam proses pembangunan bangsa hendaknya dibangun atas paradikma pendidikan yang memiliki empat pilar yaitu 1)pendidikan untuk semua warga masyarakat tujuannya untuk membangun masyarakat madani Indonesia, oleh karrena itu paradikma baru pendidikan nasional diarahkan kepada terbentuknya masyarakat madani Indonesia tersebut yang bisa di arahkan kepada seluruh lapisan masyarakat, sehingga pendidikan berperan dalam membangun masyarakat madani tersebut. 2)pendidikan demokratis, pendidikan yang dapat mengembangkan masyarakat madani adalah proses pendidikan yang mampu mengembangkan seluruh potensi peserta didik. Pendidikan demokratis merupakan model pendidikan yang mengembangkan prinsip- prinsip demokratis yakni pendidikan yang mampu menghargai perbedaan pendapat. 3)pendidikan yang bertumpu pada budaya local. Bangsa Indonesia saat ini terancam disintegrasi bangsa. Hal ini sebagai akibat dari system pendidikan yang bersifat sentralistik yang telah lama di terapkan. Yang mana kurang mengakomodasi adanya kebuadayaan kebhinekaan bangsa kita. Tugas pendidikan nasional bukan sekedar menghayati dan mengembangkan unsure-unsur kebudayaan local dan nasional, tetapi ikut membangun kebudayaan nasional tersebut. 4) pendidikan yang seimbang antara imtaq dan iptek.pendidikan harus di konsepsikan sebagai aktualisasi sifat- sifat Allah manusia dan di susun sebagai suatu proses sepanjang hayat dan harus meliputi pengalamanpengalaman yang berguna dari berbagai sumber. Dan harus dapat membentuk

keseimbangan dalam pribadi seseorang dan harus berdasarkan pengetahuan yakni ilmu wahyu (al-quran). Dengan demikian setiap orang yang terlibat dalam proses pendidikan pada dasarnya tidak hanya dalam kegiatan pendidikan secara professional saja, akan tetapi juga terlibat dalam kegiatan administrasi. Jelaslah bahwa antara kegiatan administrasi pendidikan, manajemen pendidikan, kepemimpinan pendidikan, evaluasi dan supervise pendidikan pada dasarnya saling berkaitan, sebagai upaya dalam menunjang profesionalitas para petugas pendidikanunutk mewujudkan tujuan dilingkungan lembaga pendidikan masing- masing.

D. Supervise pembaharuan sekolah Supervise pembaharuan sekolah merupakan pengawasan yang di lakukan untuk memberikan berbagai pencerahan, dukungan, pengembangan, inovasi dan pemberdayaan menuju pembaharuan sekolah baik secara internal maupun eksternal. Adapun fungsi supervise pembaharuan sekolah yaitu: 1. Menciptakan, memberikan bantuan dan dukungan, kepada para guru agar terlibat dalam pembaharuan utama bagi diri mereka sendiri. 2. Member bantuan dan dukungan efektif kepada kepala sekolah dan seluruh unsure sekolah menuju inovasi atau perbaikan. Untuk menciptakan produktivitas sekolah yang tinggi, maka di perlukan kinerja tenaga kependidikan yang berkualitas dan memadai. Kinerja tenaga kependidikan dapat di upayakan peningkatan dengan melakukan sejumlah tindakan yang tepat dan bermanfaat. Secara garis besar. Prinsip pemberdayaan kinerja tenaga kependidikan adalah: 1. Mementukan priorotas Pengembangan kineerja tenaga kependidikan merupakan suatu yang penting, sekolah tentu tidak maiu keyinggalan dari sekolah lain baik mengenai bahan ajar dan car mengejarkannya. 2. Melibatkan diri secara aktif. Kelemahan lain apbila kepala sekolah tidak hadir dalam suatu kegiatan, walaupun ia tidak membaca hasil laporan penyelenggaraan kegitan

namun ia perlu menghadiri untuk menunjukan perhatian kuat terhadap permasalhan yang di bacakan 3. Merencanakan bersama tim. Dalam hal ini semua bentuk permasalahan yang di musyawarahkan, untuk pengambilan keputusan perlu di bicarakan bersama- sama kinerja tenaga kependidikan di sekolah tersebut.

Salah satu factor yang berpengaruh adalah keterampilan kepala sekolah dalam memimpin sekolah, selanjutnya sebagai syrat keefektifan, pemimpin harus memiliki pengembangan filosofi kehidupan dan harus sangat berhati- hati untuk mengembangkan organisasi/ sekolah. Spambauer (1992) memberikan model kepemimpinan unutk memberdayakan kinerja tenaga kerja: 1. Melibatka seluruh gur dan staf TU dalam mengembil sebuah keptusan 2. Bertanya tentang pendapat mereka mengenai sekolah kedapannya agar lebih maju 3. Sering bertukar informasi manajemen sedapat mungkin untuk meningkatkan komitmen mereka 4. Bertanya kepada mereka system dan prosedur yang man yang tepat untuk di lakukan 5. Memhami bahwa manajemen yang bersifat dari atas bahwa tidak cocok dalam mendorong peningkatan profesionalisasi guru 6. Meremajakan pertumbuhan professional awalnya tanggung jawab dan control dari kepala sekolah menjadi langsung dari mereka 7. Menerapkan komunikasi sistematis dan terus menerus sekolah.

Peter dan uastin (1986) memberikan atribut sebagai kepemimpinan pendidikan yang melakukan supervise sebagai berikut: 1. Visi dan symbol: kepalasekolah harus mengkomunikasikan nila- nilai sekolah kepada seluruh warga sekolah dan masyarakat luas. 2. Management by walking about(MBWA): gaya kepemimpinan ini di butuhkan oleh setiap sekolah 3. Untuk anak- anak (for the kiddy): pendiidkan sama dengan akrab dengan pelanggan utama sekolah, yaitu siswa- siswanya

4. Otonomi, percobaab, dan memnafaaatkankesalahan: kepala sekolah harus bernai mendorong inovasi guru dan staf TU nya untuk belajar dari kesalahan sehingga memilliki inovasi yang lebih baik 5. Menciptakan suasana kekeluargaan 6. Pereannan menyeluruh, irama,kemauan besar untuk mencapai tujuan sekolah, intensitas dan penuh perhatian; hal ini adlah mutu personal mendasar yang di butuhkan oleh pemimpin pendidikan. Langkah langkah yang di lakukan kepala sekolah dalam supervise menejemn SDM adalah : 1. Peerencaan, adalh suatu cara untuk mencoba menetapkan keperluan tenaga kerja kependidikan untuk satu periode 2. Rekrutmen merupakan suatu kegiatan untuk mencari sebanyak- banyaknya calon tenaga kependidikan yang sesuai dengan lowongan kerja 3. Seleksi pada dasarnya merupakan usaha yang sistematis yang di lakukan guna lebih menjamin bahwa mereka yang di terima adalah yang dianggap paling tepat. 4. Place(penempatan), penempatan dilakukan untuk melakukan penyesuaian antara kebutuhan denga spesifikasi keahlian masing- masing tenaga kependidikan yang di terima di sekolah tersebut. 5. Penampilan kerja sangat di butuhkan oleh gur dalam menjalankan tugasnya, penampilan standar adalah penampilan kerja yang memenuihi standar buku penetapan kualifikasi guru yang telah di buat oleh sekolah. 6. Pelatihan dan pengembangan, program untuk meningkatkan kinerja guru dan staf TU yang diap memangku jabatan tertentu di masa yang akan datnang. 7. Kompensasi, salah satu mereka yang meningkatkan prestasi kerja, motivasi, kepuasan kerja para tenaga kerja kependidikan adalah suati yang di terima guru sebagai jasa untuk kerja mereka. 8. Keselamatan kerja, perlu di bina agar meningkatkan kualitas keselamatan kerja guru. 9. Pengembangan karir untuk meningkatkan profesionalitas, guru di tuntut untuk selalu mengembangkan karirnya secara personal dan kelompok

10. Kelanjutan (pension), akhir karir seorang guru adalah memasuki masa pension, di mana kondisi tenaga kependidkan yang tidak bekerja lagi, namun mendapat kompensasi dari pemerintah sebagai hasil kerjanya dalam engabdi di institusi pendidikan

Selain itu motivasi juga merupakan bagian terpenting dalam menciptakan produktivitas sekolah. Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam induvidu untuk melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi pendidikan dapat di bedakan kepada: 1. Motivasi positif, yaitu proses mempengaruhi seseorang dengan baik/ positif agar ia mau melakukan sesuatu yang kita inginkan, caranya: a. Memberikan oenghargaan dari hasil kerjanya b. Informasi(mengapa suatu tinfakan atau perintah harus dilakukan) c. Pemberia perhatian yang tulus kepada karyawan sebagai seorang individu d. Persaiangan (memberikan hadiah bagi yang menang) e. Partisipasi f. Kebanggaan (keberhasilan mengalahkan tantangan menimbulkan rasa puas) g. Uang (untuk memuaskan kebutuhan yang bersifat fisiologis) 2. Motivasi negative, ialah proses untuk mempengaruhi orang lain agar mau melakukan apa yang kita inginkan, teknik dasar yang sering di gunakan melalui kekuatan dan ketakutan. Tuntutan pendidikan kita dewasa ini memperlihatkan adanaya upaya perubahan untuk melakukan perubahan sekolah secara global di berbagai aspeknya. Pada aspek manajemen misalnya di upayakan adanya perubahan bagi guru yang mengarahkan kepada profesionalitas, perubahan ini tidak akan tercapai jika tidak di iringi dengan perubahan iklim dan budaya sekolah. Jika iklim dan budaya yang oenuh korupsi (KKN) suadah dapat dipastikan bahwa agenda sekolah tidak akan berjalan dengan baik dan tujuan yang ingin di capai tidak akan pernah tercapai. Agenda pembaharuan dalam profesionalisme guru dapat di lakasanakan melalui tes intelegensi, tes penjurusan, penyuluhan, bantuan teknis da berbagai penunjang profesionalitas

lainnya, dan menanamkan nilai-nilai yang baik yang mengarahkan semua pihak sekolah untuk menghindari perbuatan yang tidak baik (menanamkan nilai-nilai agama dan nilai- nilai yang lainya) Upaya di atas selanjutnya dapat pula di sokong dengan membentuk iklim dan budaya sekolah yang penuh kedewasaan antara berbagai pihak kependidikan termasuk DPRD, dunia usaha,LSM,dinas diknas LPTK dan lain sebagainya untuk membawa pembaharuan profesionalitas guru dan dapat di capai. Upaya melakukan perubahan atau pembaharuan dalam dunia pendidikan, maka prasyaratyang harus terlebih dahulu di bentuk adalah adanya perubahan iklim dan budaya yang menunjang upaya perubahan. Tanpa perubahan iklim dan budaya yang menunjang bagi perubahan maka upaya perubahan yang seharusnya di gagas dan dilakukan oleh supervisor dengan bekerja sama dengan berbagai pihak yang gagal. Dengan demikian perubahan iklim dan budaya dalam perubahan sekolah secara menyeluruh merupakan sebuah kemestian yang tidak dapat di tawar.

BAB II SUPERVISE VISI DAN MISI SEKOLAH A. Pendahuluan Visi yaitu menyangkut sesuatu yang di ingin kan sekolah, sedangkan misi menyangkut sesuatu yang akan di lakukan oleh sekolah untuk memenuhi keinginankeinginan yang terdapat pada misi. Visi dan misi penedidikan merupakan bagian integral dari usaha mewujudkan pendidikan nasional sekaligus strategi dalam meningkatkan mutu. Merujuk pada UU no.20 th 2003 tentang system pendidikan nasional departemen pendidikan nasional menetapkan visi pendidikan nasional terwujudnya system pendidikan sebagai pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Selain itu juga di sebutkan misi pendidikan nasional yaitu: 1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan pendidikan yang bernutu bagi seluruh rakyat Indonesia 2. Meningkatkan mut oendidikan nasional yang memiliki tingkat saing nasional, regional,dan internasional 3. Meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat 4. Membantu memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar 5. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas prosses pendidikan untuk

mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral 6. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan,pengalaman,sikap,dan

nilaiberdasarkan standar yang bersifat nasional dan global 7. Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara kesatuan republic Indonesia

Terkait dengan visi misi di atas,reformasi pendidikan meliputi: 1. Penyelengaraan pendidikan di nyatakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, di mana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. 2. Adanya perubahan pandangan tentang peran manusia dari paradigm manusia sebagaisubjek pembangunan secara utuh.pendidikan harus mampu membentuk manusia seutuhnya yang di gambarkan sebagai manusia yang memiliki karakteristik personal yang memahami dinamika psikososial dan lingkungan kulturalnya. 3. Adanya pandangan terhadap keberadaan peserta didik yang terintregrasi dengan lingkkungan sosialkulturalnya dan pada gilirannya akan menumbuhkan individu sebagai pribadi dan anggota masyarakat mandiri yang berbudaya.emosional peserta didik berjalan dari tahap yang paling sedrhana dan bersifat eksternal, samapai tahapan yang paling rumit dan bersifat internal, yang berkenaan dengan pemahaman dirinya dan lingkungan kulturalnya. 4. Dalam rangka mewujudkan visi dan menjalnkan misi pendidikan nasional, di perlukan suatu acuan dasar( benchmark) oleh setiap penyelenggara dan satuan pendidikan, yang antara lain meliputi criteria,criteria ini meliputi y y Pendidikan yang berisi muatan yang seimbang da holistic Proses pembelajaran yang demokratis, mendidik, memotivasi,mendorong kreativitas,dan dialogis y y y Hasil pendidikan yang bermutu dan terukur Berkembangnya profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan Tersedianya sarana prasarana yang cukup yang memungkinkan

berkembangnya potensi peserta didik y Berkembangnya pengelolaan pendidikan yang memberdayakan satuan pendidikan y Terlaksananya evaluasi, akreditasi dan sertifikasi yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan

B. Konsep visi dan misi sekolah Secara harfiah visi dapat diartikan sebagai what we want? sedangkan misi adalah what we do? Visi adalah tujuan dari intuisi dari didirikannya intuisi tersebut, visi harus singkat dan padat serta mudah diingat. Misi adalah pernyataan yang berhubungan dengan visi. Apabila visi menyatakan dasar tujuan dari intuisi maka misi adalah operasionalisasi dari misi, yang meliputi aspek jangka pendek,menengah dan jangka panjang. Hal yang terpenting yang diperhatikan dalam misi harus didukung dengan strategi kualitas jangka panjang yang baik dan tujuan dari institusi tersebut harus dapat di sampaikan dengan jelas. Misi yang telah dijabarkan akan menjadi dasar rujukan dalam menyusun dan mengembangkan rencana program kegiatan yang memilki indicator SMART, yaitu Spesifik, Measurable (dapat diukur) Achivable(dapat dicapai), Time Bound (batas waktu). Misi harus dapat direalisasikan melalui kebijakan,rencan,program, dan kegiatan sekolah yang disusun secara cermat,tepat futuristic, dan berbasis demandriven

C. Mengapa harus ada visi dan misi Tujuan dasar yang membedakan satu lembaga dengan yang lain yang sejenis dan yang menjelaskan cakupan operasinya dalam bentuk output/outcome di defenisikan dan dijabarkan dalam misi sekolah. Misi sekolah adalah pernyataan atau rumusan umum yang luas dan bersifat tahan lama dimana merupakan maksud dari sekolah. Yang mana dari visi misi sekolah mencerminkan konsep diri sekolah dan mengindikasikan produk atau jasa utama sekolah serta kebutuhan utama pelanggan yang akan di penuhi sekolah. Semua ini di lakukan agar sekolah mempunyai prioritas sekolah yang baik, dan visi misi merupakan alat ukur sejauh mana kinerja yang telah di program tercapai.

D. Bagaimana menyusun visi misi sekolah Tujuan sekolah adalah segala sesuatu yang harus di capai organisasi dalam melaksanakan misinya.kita akan melihat beberapa syarat rancangan misi sekolah yang baik, yaitu:

1. Mudah di ingat 2. Muddah untuk di komunikasikan 3. Latar belakang usaha yang harus jelas 4. Komitmen keberhasilan dan kualitas sekolahharus di ungkap dengan jelas 5. Pernyataan tujuan jangka panjang dari sekolah harus ada 6. Pokus pada pelanggan dan fleksibel Contoh visi sekolah mewujudkan insane yang beeraklhak mulia, cerdas dalam hal IQ,EQ,SQ agar mampu bersaing secara global Misi sekolah: 1. Keteladanan dan pembinaan keagamaan yang mampu menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak 2. Terintregrasinya budi pekertidalam proses pembelajaran 3. Memberdayakan potensi kecerdasan peserta didik dalam IPTEKS dan IMTAQ 4. Terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif 5. Profesionalisme dalam pelayanan 6. Dll Tujuan sekolah: 1. Memiliki t5im pengembangan kurikulum 2. Sekolah memiliki program kerja tahunan 3. Sekolah memiliki RPS 4. Sekolah memiliki rencana pengembangan SDM 5. Sekolah memiliki RAPBS 6. Sekolah memilikibuku panduan kurikulum untuk semua mata pelajaran 7. Sekolah memiliki perangkat pembelajaran yang terdiri dari program tahunan, program semester dan penyusunan RPP 8. Sekolah melaksankan SPM 9. Sekolah memiliki jadwal pelajaran

10. Sekolah memiliki administrasi kelas ssesuai kurikulum yang berlaku 11. Dll Sasaran dan program: untuk mencapai sasaran, di rencanakan beberapa program kegiatan diantaranya: 1. perencanaan strategis sekolah 2. pembinaan aklhak mulia dan budi pekerti 3. optimalisasi proses pembelajaran 4. optimalisasi pelayana pendidikan 5. peningkatan SDM 6. optimalisasi saarana prasarana pembelajaran 7. penggalian potensi da prestasi belajar 8. reorintasi evaluasi pembelajaran 9. wira usaha sekolah 10. penghijauan dan kebersiha sekolah 11. dll

BAB III SUPERVISI BIROKRAS, INSTITUSI, KEBIJAKAN DAN SYSTEM PENDIDIKAN A. birokrsi lembaga pendidikan menurut martin albrow birokrasi berasal dari kata biro yang berarti meja tulis yang diartikan sebagai tempat para pejabat bekerja. Oleh karena itu birokrasi diartikan sebagai kekuasaan, pengaruh dari para kepala dan staf biro pemerintahan, birokrasi adalah wewenang atau kekuasaan yang berbagai departemen memperebutkan untuk diri mereka sendiri atas sesame warga Negara. Birokrasi pendidikan juga mengacu pada model birokrasi Indonesia yang merupakan tatanan pelaksanaan kebijakan dan program program pemerintah Indonesia di bidang pendidikan. Walau demikian istilah birokrasi sering di konotasikan sebagai suatu hambatan dalam pelaksaan penyelenggaraan satuan dan kegiatan pemerintahan. Sekalipuun keputusan yang seharusnya dapat di putuskan ditingkat daerah, tetapi karena adanya sentralisasi ini, maka hal tersebut tidak mungkin terjadi,dan akibatnya pelayanan pendidikan pun akan menjadi lamban, dan kurang dapat mengantisipasi dan memenuhi kebuthan masyarakat yang ingin serba cepat,Max weber menganggap birokrasisebagai cirri repenting dalam masyarakat modrn, yaitu dengan adanya metode organisasi dengan spesialisasi tugas dan kekuasaaan, artinya menjadikan birokrasi perguruan tinggi secara umum sebagai salah satu tema dalam analisanya mengenai ilmu dan keserjanaan sebagai panggilan hidup. Dapat dikatakan budaya yang paling lemah dalam lembaga pendidikan Indonesia adalah budaya academis, sedangkan budaya kekuasaan birokrasi sangat dominan dan hamper menguasai semua persoalam, tidak terkecuali bidang pendidikan di semua jenis yang di selenggarakan menurut budaya birokrasi administrasi. Sehingga dapat di katakan bahwa birokrasi dapat dikatakn sebagai suatu masalah dalam administrasi pendidikan. Struktur birokrasi dari suatu organisasi merupakan kendala terhadap relevansi pendidikan yang di ciptakan oleh para pembuat keputusan. Sekolah merupakan salah satu lembaga birokrasi pendidikan masih tidak steril terhadap

penyelewengan yang di lakukan oleh pejabat pendidikan, missal masih adanyagaji guru yang dipotongdi beberapa daerah, kenaikan pangkat dengan uang pelican, dll. Sementara di sisi lain guru harus menunjukan kinerja yang baik walaupun kesejahtraanya tidak di perhatikan. Birokrasi departemen pendidikan nasional atas nama pemerintah pusat mempunayi tugas pokok menetapkan dan mengelola standar pendidikan senagaimana yang di tegaskan dalam undang- undang system pendidikan nasional no 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 2 menyatakan pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional. Kebijakn standarisasi ini khususnya berkaitan dengan kurikulum dalam bentuk garis- garis besar program pengajaran (GBPP). Dalam PP no 25 th 2000 pasal 2 ayat 11 bidang pendidikan menyatakan bahwa pemerintah mempunyai kewenangna meneetapkan standar

kompetensi siswa dan warga belajar serta pengaturan kurikulum nasional dan penilain hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya. Hal ini sejalan dengan UUSPN no 20 tahun 2003 pasal 35 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas stndar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, saran prasarana, pengelolaan dan pembiayaan dan penilain pendidikan yang harus di tingkatkan secara berencana dan berkala. PP no 25 tahun 2000 pasal 3 ayat 1 menyatakan bahwa kewenangan prov sebagai daerah otonom mencakup kewenangan dalam bidang pemeerintahan yang bersifat lintas kabupaten/kota serta kewenangan dalam bidang tertentu lainnya. Kewenangannya yaitu: 1. penetapan kebijakan penerimaan siswa dan mahasiswa dari masyarakat minoritas, terbelakang dan atau tidak mampu 2. penyediaan bantuan untuk oengadaan buku- buku sekolah di setiap jenjang pendidikan 3. mendukung dsn membantu penyelenggaraan pendidikan tinggi selain pengaturan kurikulum, akreditasi dan pengangkatan tenaga akademis. 4. Pertimbangan pembukaan dan penutupan perguruan tionggi 5. Penyelenggaraan asekolah luar biasa dan balai pelatihan 6. Penyelenggaraan museum, propinsi, suaka peninggalan sejarah,dll

Kebijakan prov ini diperkuat oleh UUSPN no 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 3 menyatakan pemerintah prov melakukan koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan, pengembengan tenaga kependidikan dan penyediaan fasilitas penyelenggaraan pendidikan lintas daerah kabupaten/kota untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah. Satuan pendidikan menurut UUSPN no 20 tahun 2003 adalah kelompok pelayanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non formal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Dalam pelaksanaan birokrasi lembaga pendidikan di Indonesia masih ada beberapa hambaatan yang menyebabkan birokrasi terkesan menjadi sangat menyulitkan, yaitu: 1. Adanya kebijakan yang terpusat Adanya sentralisasi akan memberikan dampak terhadap kelancara proses pendidikan, sesuatu yang di harapkan dapat berjalan dengan lancer justru menjadi lambat, karena segala sesuatu harus menunggu keputusan dari pusat. 2. Pengambilan keputusan terpusat Artinya masih sangat sedikit pendelegasian kewenangan dan kekuasaan untuk pengambilan keputusan yang di serahkan ke peda daerah, akibatnya tentu saja segala urusan akan terlambat sehingga tidak dapat memuaskan masyarakat 3. Koordinasi Koordinasi sangat di rasakan sebagai suatu hambatan yang utama, hal ini di sebabkan adanya sifat egosentris dari masing- masing unit kerja yang terkait ysng merasa memilki wewenagn tersendiri. Dalam hal ini dapat dibayangkan bahwa apabila birokrasi di sekolah sama ketatnya dengan birokrasi lembaga lainya, maka akan terasa hambar suasana ilmiah yang ada di sekolah. Birokrasi sekolah tentunya juga mempengaruhi proses pembuatan kebijakan. Hal ini dilakukan melalui serangkaian prosedur, yaitu untuk emilih suatu tindakan yang tepat dari beberapa alternative yang di anggap tepat untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang di hadapi. Secara umum pembuatan kebijakan atau keputusan dalam suatu sekolah meliputi:

1. Penetapan sasaran dan tujuan yang akan di capai 2. Perincian tujuan dalam pola atau kelompok operasional 3. Menyusun tindakan- tindakan altrnatif yang akan di pilih untuk mewujudkan tujuan yang telah di tetapkan 4. Menilai masing- masing tindakan alternative 5. Memilih tindakan yang terbaik untuk sementara 6. Menginvetarisasikan akibat akibat sampingan yang tidak baik dari keputusan sementara tersebut 7. Menetapkan keputusan semnetara menjadi keputusan terakhir dengan menyusun rencana pelaksanaan.

B. Supervise institusi/ lembaga pendidikan Supervise kelembagaan merupakan supervise yang di lakukan secara menyeluruh mengenai aspek seperti kelayakan, jumlah dan latar tenaga guru yang professional, kepala sekolah yang memiliki visi misi, dll Supervise yang dilakukan terhadp guru merupakan cermin dari efektif atau tidaknya sekolah dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan. Supervise yang di lakukan terhadap kepala sekolah memungkinkan kepala sekolah meliki kemampuan dalam memimpin satuan atau unit pendidikan akala mikro. Karena itu kepsek di bekali dengan sejumlah persiapan dan pengembangan keterampilan kepemimpinan. Perpustakaan sebagai gudang ilmu penetahuan merupakan saran lain yang sangat penting bagi kebutuhan pendidikann sekolah, meskipun tidak semua ssekolah memilki perpustakaan yang memadai termasuk juga dalam pemanfaatannya. Untuk itu kegiatan supervise institusi hendaknya menyentuh aspek perpustakaan ini, sebagai suatu upaya mempelancar aktivitas pendidikan atau pembelajaran. Sarana olah raga merupakan bagian penting dalam menumbuhkan kesehatan jasmani dan rohani bagi peserta didik di sekolah. Karena itu aktivitas dan penyediaan saran olah raga di perlukan dalam memenuhi tuntutan itu. Luasnya aspek aspek yang harus di perhatikan pihak sekolah menghadapkan sekolah pada tidak terpenuhinya aspek-

aspek ini. Karena peran supervise dapat menjadi penyelaras tumbuhnya inovasi dan kegairahan kerja ddi ssekolah.

C. Supervise kebijakan sekolah Kebijakan sekolah menjadi kata kunci dalam merumuskan tujuan umum dan spesifik sekolah, maka kebijakan sekolah harus benar- benar menukik kepada persoalan yang sedang di hadapi oleh pendidikan itu sendiri. Supervise kebijakan ini juga dapat di pahami sebagai suatu bentuk analisis kebijakan, maksudnya suatu proses yang di lakukan untuk menghasilkan pengetahuan mengenai proses kebijakan dan hal- hal yang ada dalam proses kebijakan tersebut. Secara umum, proses analisis kebijakan ini menempuh lima jenjang metode, sebagaimana yang di kemukakan oleh William n. dunn, yaitu: 1. Perumusan masalah, yaitu menyedari adanya masalah dan memiliki potensi pemecahan masalah yang timbul tersebut, yang juga berfungsi sebagai tempat pengatur seluruh proses analisis kebijakan 2. Peliputan, yaitu alternative- alternative yang memungkinkan seseorang menghasilkan informasi mengenai sebab akibat dari kebijakan pada masa yang telah lalu 3. Peramalan, yaitu altrnatif- alternative yang memungkinkan seseorang manghasilkan informasi mengenai akibat- akibaat dari kebijakan yang akan di ambil pada masa yang akan datang 4. Evaluasi, yaitu pemberian informasi mengenai hasil kebijakan yang telah di ambil pada masa lalu dan masa yang akan datang 5. Rekomendasi, yaitu informasi mengenai kemungkinan- kemungkinan arah tindakan kebijakan yang akan di ambil pada masa yang akan datang sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna

D. Supervise sistem pendidikan Pendidikan merupakan suatu system, maka apakah yang dimaksud dengan system itu. Secaara sederhana system dapat siartikansuatu keseluruhan yang terbentuk dari bagian- bagian yang mempunnyai hubungan fungsional dalam mengubah masukan menjadi hasil yang di harapkan

Berkaitan dengan system pendidikan nasional tersebut menurut UUSPN no 20 tahun 2003 satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang

menyelengarakan pendidikan pada jalur formal, non formal, dan informal. Keseluruhan adalah hal yang utama, sedangkan bagian- bagian seperti jenjang dan jenis pendidikan membentuk sebuah keseluruhan yang tak dapat di pisahkan. Dengan demikian pendidikan adalah suatu keseluruhan usaha mentransformasi ilmu, pengetahuan, ide, gagasan, norma, hokum, dan nilai- nilai kepada orang lain dengan cara tertentu, baik structural formal, non formal, informal dalam suatu system pendidikan nasional. Kerena itu system yang memproduk pendidikan yang merupakan yang bekerja berdasarkan hokum- hokum dan hubungan antara masukan dengan hasil yang dapat di ramalkan secara ilmiah, system itu di rancang, di laksanakan dan di kendalikan oleh manusia dengan hasil yang di atur oleh manusia. Selanjutnya di jelaskan bahwa cirri- cirri system trbuka yaitu: 1. Mengambil energy (masukan) dari lingkungan 2. Mengtranformasikan energy yang tersedia 3. Memberikan hasil kepada lingkungan 4. System meerupakan rangkaian peristiwa atau kejadian yang terus berlangsung 5. Untuk hidup terus, system harus bergerak melawan proses entropi 6. Masukan bukan hanya yang bersifat material, tapi juga berupa informasi yang pengambilannya bersifat selektif dan balikannya merupakan balikan yang negetif 7. Dalam system terdapat dalam keadaan statis dan keseimbangan intrn(homostatis) yang dinamis 8. System bergerak menuju kepada melakukan peranan- peranan yang makin berdiferensiasi 9. System dapat mencapai keadaan akhir yang sama dengan kondisi awal yang berbeda dengan cara cara pencapaian yang tidak sama. Jadi system terbuka tersebut menggambarkan struktur bagian- bagiannya terus menyesuaikan diri dengan masukan dari lingkungan yang trus menerus berubah- ubah, dalam usaha dapat mencapai kapasitas optimalnya, sejalan dengan hal itu, kehidupan bangsa merupakan lingkungan pendidikan dan supra system dari system pendidikan yang bekerja bersama- sama dengan system lainnya.

Dengan demikian pengambilan keptusan didasarkan kepada aturan permainan yang brlaku, system persekolahan atau pendidikan formal mempunyai aturan atau permainan tersediri yang lebih tersirat dan lengkap dibandingkan dengan system pendidikan keluarga ataupun system pendidikan masyarakat. Supervise system pendidikan menjadi bagian tersendiri dalam meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan di sekolah. Supervise system sebenarnya merupakan tindak lanjut dari supervise kebijakan.pada supervise system ini, titik tekan sasaran yang ingin di capai adalah bagaimana pendidikan yang di kelola memberikan informasi dengna jujr dan tegas, lugas dan trasparan dari system yang di bangun sekolah. Tentunya system yang di maksud di sini tidak terlepas dari lima factor pendidikan yaitu tujuan pendidikan,pendidik,peseerta didik,alatatau metode pendidikan dan lingkungan. Kesemua factor ini harus memperoleh layanan supervise pandidikan yang merata, sehingga pendidikan yang dilakukan dapat berhasil secara efektif dan efesien. Hal yang sangat mempengaruhi input output pendidikan tersebut adalah system social social buadaya, ekonomi, hokum, politik dan sebagainya baik yang berkaitan dengan masukan dan hasil pendidikan yang dip roses dalam suatu system pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Kemudian output dimaknai beberapa masukan dip roses dan menghasilkan suatu yang mempunyai klasifikasi atau yang diharapkan sebagai output terbaik input system output

feedback struktur bagian- bagiandari model input output mengambarkan bagian- bagian yang bersifat lentur dan bentuk operasinya dinamis, karena bagian bagian dalam system dapat berubah karakteristiknya dan posisinya.segala system yang masuk dalam system yang berperan dalam proses pendidikan di sebut masukan pendidikan. Tiga macam masukan pendidikan terdiri dari: 1. Pengetahuan, nilai- nilai dan cita- cita yang terdapat di ddalam masyarakat 2. Penduduk dan persediaan tenaga kerja yang memenuhi persyaratan

3. Hasil produksi dan penghasilan Supervise system pendidikan menjadi bagian tersendiri dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.program supervise ini henddaknya dapat di manfaatkan secara maksimal sehingga kemajuan dalam proses pendidikan dapat tercapai.

BAB IV KONSEP DASAR DAN TEKNIK SUPERVISE PENDIDIKAN A. Pendahuluan Supervise memiliki kedudukan sentral dalam upaya pembinaan ddan

pengembangan kegiatan kerja sama dalam suatu organisasi. Istilah supervise dahuulu banyak di gunakan unutk kegiatan yang serupa dengan inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilaian.di sekolah supervise merupakan bagian dari proses administrasi. Secara teoritik sudah ada pihak yang di harapkan dapat melakukan supervise terhadap guru, yaitu kepala sekolah dan pengawas, namun belum terlaksana dengan efektif.adapun alas an utama bertumpu pada dua hal yaitu: y y Beban kerja pengawas dan kepala sekolah terlalu berat Latar belakang pendidikan mereka kurang sesuai dengan bidang study yang di supervise. Mengingat banyaknya bidang studi yang di ajarkan oleh guruguru, terasa sulit untuk mempertemukan keduanya. Oleh karena itu perlu di carikan alternative yang lebih tepat bagi kondisi lapangan, baik langsung maupun yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal. Di sector pendidikan belum terpenuhnya tuntutan standar pendidik dan tenaga kependidikan, dampaknya telah lama di rasakan oleh masyarakat antara lain mutu hasil pendidikan yang semakin menurun, serta sulitnya para lulusan untuk memperoleh lapangan pekerjaan di sebabkan karena tidak bisa memenuhi tuntutan kuslifiksdi dunis udshs dsn industri. Kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada sekolah pada umumnya dan guru khususny agar kualitas pembelajaran meningkat. Sebagai dampak meningkatnya kualitas pembelajaran tentu dapat meningkatkan kualitas prestasi siswa, dan itu berarti dapat meningkatkan lulusan sekolah.

B. Pengertian supervise pendidikan Secara umum istilah supervise adalah mengamati, mengawasi atau membimbing dan menstimulir kegiatan- kegiatan yagn di lakukan oleh orang lain degnan maksud untuk mengadakn perbaikan. Supervise barasal dari kata SUPER artinya LEBIH atau ATAS, dan VISION artinya MELIHAT atau MENINJAU. Namun pengertian ini membawa implikasi bahwa seolah- olah supervise disamakan dengan pengawasan atau inspeksi yang umum berlaku, terutama dalam dunia pendidikan. Supervise di asumsikan sebagai kegiatan yang mendeteksi kesalahan dari bawahan dalam melaksanakan tugas serta peraturan- peraturan dari atasan. adapun tujuan dan manfaat dilaksankannya supervise pendidikan antaralain: 1. Membangkitkan semangat baru guru dan pegawai administrasi sekolah untuk menjalankan tugas dengan baik 2. Agar guru dan pegawai pendidikan mampu melengkapi kekurangnya macam dalam media

penyelenggaraan

termasuk

bermacam-

ionstruksional yang di perlukan bagi kelancaran jalannya proses pendidikan. 3. Bersama- sama berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan metode- metode baru dalam kemajuan proses belajar mengajar yang baik. 4. Membina kerja sama yang harmonis antara guru, murid dan pegawai sekolah, missal dengan mengadakan seminar, dll. Supervise atau oengawasan mempunyai pengertian yang luas. Supervise adalah pembinaan yang di berikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat menignkatkan kemmpuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Supervise dapat pula diartikan sebagai suatu usaha menstimulir, mengoordinir dan

membimbing secara kontiniu pertumbuhan guru- guru. Dikatakan pula oleh good carter dalam bukunya dictionary of education bahwa supervise adalah segala usaha dari petugas- petugas sekolah dalam memimpin guru- guru dan petugas pendidikan lainnya.dalam memperbaiki pengajaran, termasuk memperkembangkan

pertumbuhan guru- guru, merivisi tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode mengajar dan penilaianpengajaran.

Menurut sergiovani daalam made pirdata, supervise adalah suatu proses yang di gunkan personalia sekolah yang bertanggungjawab terhadap aspek- aspek tujaun sekolah yang bergantung secara langsung kepada personalia yang lain untuk menolong mereka menyelesaikan tujjuan sekolah. Pernyataan diatas dapat di kaji bahwa supervise itu bukan peranan tetapimerupakan suatu proses. Proses tersebut terjadi di sekolah yagn di kelola oleh personalia- personalia tertentu untuk menolong personalia yang lain mencari tujuan pendidikan. Sebab itu dikatakan supervise merupakan suatu prilaku bekerja melalui orang- orang untuk mengejar tujuan tujuan sekolah, ini berate supervise merupakan aspek organissi mausiawi di sekolah tersebut, yang di bedakan dengan administrasi sebagai aspek organisasi yang non manuisiawi. Nilai supervisisi ini terletak pada perkembangan dan perbaikan situasi belajar mengajar, dan berhubungan erat dengan pengelolaan kelas ialah salah satu usaha untuk : 1. Menciptakan, memperbaiki, dan memelihara organisasi kelas agar para siswa dapat mengembangkan minat, bakat dan kemampuanya secara maksimal. 2. Menyeleksi fasilitas belajar yang tepat dengan problem dan situasi kelas 3. Mengkoordinasi kemauan siswa mencapai tujuan pendidikan 4. Meningkatkan moral kelas. Sebetulnya apabila di cermati kegiatan supervise sesuai degnan konsep pengertiannya dapat di bedakan menjadi dua: 1. Supervise akademik yaitu supervise yang menitik beratkan pengamatan pada masa akademik yang langsung berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang di lakukan oleh guru untuk membantu siswa ketika sedang dalam proses belajar 2. Supervise administrasi yang menitik beratkan pengamatan pada aspek- aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran.

C. Fungsi supervise Fungsi supervise menyangkut dalam bidang kepemimpinan, hubungan

kemanusiaan, pembinaan proses kelompok,administrasi personil, dan bidang evaluasi. Berdasarkan pengertian di atas, penulis dapat mempertegas bahwa dengan supervise yang di lakukan secara insentif kepada guru, secara tidak langsung siswa akan terkena langsung dampaknya yaitu dapat terangkat prestasi belajarnya. Supervise bertujuan untuk membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut, selain itu supervise juga memantau guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dankebutuhan siswanya, hal ini penting karena guru memang harus mampu dan memenuhi kebuthan siswanya. Berdasarkan uraian diatas, maka setidaknyaada tiga fungsi supervise pendidikan yaitu: a. Sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan b. Sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsure- unsure yang terkait dengan pendidikan c. Sebagai kegiatan memimpin dan membimbing Dengan demikian supervisipendidikan merupakan keharus untuk di trapkan bagi sebuah lembaga pendidikan sekolah sebagai wujud pencerahan dan perbaikan secara terus menerus di dalam mendukung suksesnya program lembaga pendidikan tersebut. D. Peranan supervise pendidikan Peranan itu Nampak dalam kinerja supervisor yang melaksanakan peranannya yaitu sebagai: 1. Sebagai coordinator Ia dapat mengkoordinasi program belajar mengajar, tugas anggota stafnya 2. Sebagai konsultan Ia dapat member bantuan bersama mengkonsultasikan masalah yang di alami guru baik secara individual maupun secara kelompok 3. Sebagai pemimpin kelompok Ia dapat memimpin sejumlah staf guru dalam mengembangkan potensi kelompok, pada saat mengembangkan kurikulum, materi pelajaran dan kebutuhan personal guru- guru secara bersama. Sebagai pemimpin kelompok

ia dapat mengembangkan keterampilan dan kiat- kiat dalam bekerja untuk kelompok, bekerja dengan kelompok dan bekerja melalui kelompok. 4. Sebagai evaluator Ia dapat membantu guru- guru dalam menilai hasil dan proses belajar, dapatmenilai kurikulum yang sedang di kembangkan, ia juga belajar menatap dirinya sendiri, ia di bantu dalam merefleksi dirinya sendiri yaitu konsep dirinya,ide, cita- citanya, dan realitas dirinya. Misalnya di akhir semester ia dapat mengadakan evaluasi diri sendiri dengan memperoleh umpan balik dari setiap peserta didik yang dapat di pakai ssebagai bahan untuk memperbaiki dan meningkatkan dirinya.

E. Ruang lingkup supervise sekolah Pada dasarnya meliputi: 1. Supervise bidang kurikulum 2. Supervise bidang kesiswaan 3. Supervise bidang kepegawaian 4. Supervise di bidang saran prasarana 5. Supervise bidang keuangan 6. Supervise bidang humas 7. Supervise bidang ketatausahaan Ada dua hal yang mendasari pentingnya proses supervise dalam proses pendidikan: 1. Perkembangan kurikulum merupakan gejala kemajuan pendidikan, perkembangan tersebut sering menimbulkan perubahan struktur meupun fungsi kurikulum, pelaksanaan kurikulum tersebut memerlukan penyesuaian yang terus menerus dengan keadaan nyata di lapangan. Hal ini berarti guru- guru senantiasa harus berusaha mengembangkan kreativitasnya agar daya upaya pendidikan berdasarkan kurikulum dapat terlaksana dengan baik. Namun demikian upaya tersebut tidak selamanya berjalan mulus. Banyak hal sering menghambat yaitu tidak lengkapnya informasi yang di terima, keadaan sekolah yang tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum, masyarakat yang tidak mau membantu,

keterampilan menerapkan metode yang masih harus di tingkatkan dan bahkan proses memecahkan masalah belum terkuasai. 2. Pengembangan personel, pegaawai atau karyawan senantiasa merupakan upaya yang terus menerus dalam suatu organisasi. Pengembangan personal dapat di laksankan secara formal dan informal. Pengembangnan formal menjadi tanggung jawab lembaga yang bersangkutan melului penataran, tugas belajar, loka karya dan sejenisnya. Sedagkan pengembangan informal merupakan tanggungjaawab pegawai sendiri dan di laksanakan secaramandiri atau bersama dengan rekan kerjanya, melalui berbagai kegiatan seperti kegiatan ilmiah, percobaan suatu merode mengajar, dan lain sebagainya. Secara umum ada dua kegiatan yang termasuk dalam kategori supervise pengajaran yakni: 1. Supervise yang di lakukan oleh kepala sekolah kepada guru- guru, secara rutin dan terjadwal kepala sekolah melaksanakan kegiatan supervise kepada guru- guru dengan harapan agar guru mampu memperbaiki proses pembelajaran yang di laksanakan. Dalam prosesnya kepala sekolah memantau secara langsung ketika guru sedang mengajar, guru mendesain kegiatan pembelajaran dalam bentuk rencan pembelajaran kemudian kepala sekolah mengamati proses pembelajaran secara langsung. Kepala sekolah menggunakan lembar observasi yang sudah di lakukan yakni alat penilaian kemampuan guru (APKG). APKG terdiri atas APKG 1 ( unutk menilai rencan pembelajaran yang di buat guru). APKG 2 (untuk pembelajaran) 2. Supervise yang di lakukan oleh pengawas sekolah kepada kepala sekolah dan guru- guru untuk meningkatkan kinerja, kegiatan supervise ini di lakukan oleh pengawas sekolah yang bertugas di suatu gugus sekolah. Hal- hal yang diamati pengawas sekolah ketika melakukan kegiatan supervise untuk memantau kinerja kepala sekolah, diantaranya administrasi sekolah meliputi: a. Bidang akademik y y y Menyusun program tahunan dan semester Mengatur jadwal pelajaran Mengatur pelaksanaan penyusun model satuan pembelajaran menilai pelaksanaan proses

y y y y y y

Menentukan norma kenaikan kelas Menentukan norma penilaian Mengatur pelaksanaan evaluasi belajar Meningkatkan perbaikan mengajar Mengatur kegiatan kelas jila guru tidak masuk kelas Mengatur disiplin dan tata tertib kelas

b. Bidang kesiswaan y Mengatur pelaksanaan penerimaan siswa baru berdasarkan peraturan penerimaan siswa baru y y y Mengelola layanan bimbingan konseling Mencatat kehadiran dan ketidakhadiran siswa Mengatur dan mengelola kegiatan ekstrakulikuler

c. Bidang personalia y y y y y Mengatur pembagian tugas guru Mengajukan kenaikan pangkat,gaji, dan mutasi guru Mengatur program kesejahtraan guru Mencatat kehadiran dan ketidakhadiran guru Mencatat masalah guru

d. Bidang keuangan y y y y y Menyiapkan anggaran dan belanja sekolah Mencari sumber dana untuk kegiatan sekolah Mengalokasikan dan untuk kegiatan sekolah Mempertanggungjawabkan dana untk kegiatan sekolah Mempertanggungjawabkan keuangan sesuai dengan peraturan yagn berlaku e. Bidang saran prasarana y y y y Penyediaan dan seleksibuku pegangan guru Layanan per[ustakaan dan laboratorium Penggunaan alat peraga Kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah

y y

Keindahan dan kebersihan kelas Perbaikan kelengkapan kelas

f. Bidang hubungan masyarakat y y y y Kerja sama sekolah dengan orang tua siswa Kerja sama sekolah dengan komite sekolah Kerja sama sekolah dengan lembaga- lembaga terkait Kerja sama sekolah dengan masyarakat sekitar

Sedangkan ketika mensupervisi guru, hal hal yang dipantau pengawas juga terkait dengan administrasi pembelajaran yang harus di kerjakan guru, diantaranya: a. Penggunaan program semester b. Penggunaan rencana pembelajaran c. Penyusunan rencana harian d. Program dan pelaksanaan evaluasi e. Kumpulan soal f. Buku pekerjaan siswa g. Buku daftar nilai h. Buku analisis hasil evaluasi i. j. Buku program perbaikan dan pengayaan Buku program bimbingan dan konseling

k. Buku pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler.

BAB V SUPERVISI PEMBELAJARAN Pembelajaran tidak harus di awasi setiap saat, yang lebih penting adalah bagaimana setiap individu melakukan pengawasan setiap saat

A. Pendahuluan Dengan berubahnya system pendidikan nasional dari sentralisasi ke desentralisasi, terjadi perubahan yang berbeda. Pada masa sentralisasi segala sesuatu berupa

bangunan,kurikulum, jumlah murid, buku pelajaran,cara belajar mengajar dan sebagainya ditetapkan dan diselenggarakan oleh pemerintah secara sentral. Kewajiban kepala sekolah dan guru-guru sebagian besar hanyalah menjalankan apa yang telah ditetapkan dan diinstruksikan. Dengan adanya desentralisasi, penyelenggaraan pendidikan di sekolah (otonomi sekolah) menjadi titik sentral, pada penyelenggaraan pendidikan masyarakat juga diikutsertakan dan turut serta dalam usaha-uasah pendidikan, dengan melaksanakan manajemen berbasis sekolah (MBS). Tanggung jawab kepala sekolah , guru dan stakeholder semakin banyak dan luas. Tugas kepala sekolah dan gurusekarang mengatur jalannya sekolah dan dapat bekerjasama dan berhubungan erat dengan masyarakat. Kepala sekolah wajib membangkitkan semangat staff guru-guru dan pegawai sekolah untuk bekerja dengan baik,membangun visi dan misi, kesejahteraan, hubungan dengan pegawai sekolah dan murid, mmengembangkan dan melaksanakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Supervise merupakan keharusanyang diperlukan dan bertolak dari dasar tersebur bahwa guru merupakan profesi. Profesi selalu tumbuh dan berkembang yang memerlukan pelayanan. Guru merupakan titik sentral yang langsung berhubungan dengan peserta didik. Kualitas guru sangat menentukan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, guru membutuhkan orang lain yang mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman yang lebih dari guru berkaitan dengan tugas pendidikan dan pengajaran.

Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai dan Pembina guru agar bekerja dengan betul dalam prosespembelajaran siswanya. Supervise pembelajaran mempunyai 3 prisnsip yaitu (a) supervise pembelajaran langsung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola prose belajar mengajar, (b) prilaku supervisor dalam membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya harus didesain dengan jelas, (c)tujuan supervise pembelajaran adalah guru makin mampu menjadi fasilitator dalam belajar bagi siswanya. Supervise merupkansalah satu upayapeningkatan kualitas guru yang merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secar komprenhensif dan kotinyu. Pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan prajabtan (preservice education) maupun program dalam jabatan (inservice education). Potensi sumber daya guru perlu terus menerus dikembangkan agar guru dapat melakukan fungsinya secara professional. Pengaruh perubahan secara cepat mendorong untuk terusmenerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta mobilitas masyarakat. B. Supervisi Pembelajaran Dalam bidang pendidikan, supervise mengandung konsep umum yang sama namun disesuaikan dengan aktivitas-aktivitas pembelajaran. Supervisi pembelajaran merupakan bagian dari supervisi pendidikan. Tujuan dari supervise pembelajaran adalah peningkatan mutu pembelajaran melalui perbaikan mutu dan pembinaan terhadapprofesionalisme gu. Supervisi pembelajaran diartikan sebagai serangkaian kegiatan pembantu guru untuk menegmbangkan kemampuan mengola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran . Menurut Alton, Frish dan Neville ada 3 konsep pokok dalam pengertian supervise pembelajaran, yaitu : 1. Supervise pembalajaran harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan prilaku guru dalam prosopembelajaran 2. Prilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya harus disesain secara official, jelas kapan mulai dan kapan mengakhiri program pengembangan tersebut.

C. Prinsip-Prinsip Supervisi Pembelajaran Dalam supevisi pembelajaran ada beberapa prinsip pokok yang dapat dijadikan pedoman dalam menyempurnakan aktivitas pembelajaran, yaitu : 1. Supervise merupakan bagian integral dari programpendidikan, ia merupakan jasa yang bersifat kooperatif dan mengikutsertakan. Karenanya, para guru hendak dilibatkan secara lebih leluasa dalam mengembangkan program supervise 2. Semua guru memerlukan dan berhak atas bantuan supervise 3. Supervise hendaknya disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan perseorangan dari personil sekolah 4. Supervise hendaknya membantu menjelaskan tujuan-tujuan dan sasaran pendidikan, dan hendak menerangkan implikasi-implikasi dari tujuan-tujuan dan sasaran itu. 5. Membantu perbaiki sikap dan hubungan dari semua anggota staf sekolaj, dan hendaknya membantu dalam pengembangan hubungan sekolah dengan masyarakat secara baik 6. Tanggungjwab bagi pengembanga supervise berada pada kepala sekolah bagi sekolahnya dan penilik / pengawas bagi sekolah-sekolah yang berada diwilayahnya 7. Harus ada dana yang memadai bagi program-program kegiatan sipervisi dalam anggaran tahunan,serta personil, material, dan perlengkapan yang mencukupi kebutuhan 8. Efektivita program supervise hendaknya dinilai secara priodik oleh para pesrta. Tidak ada perbaikan yang bias terjadi jika tidak bias ditentukan apa yang dicapai 9. Sipervisi hendaknya membantun menerapkan dan menjelaskan dalam praktek penemuan penelitian pendidikan yang mutakhir 10. Supervise semakin bertambah diangkat dari situai tertentu daripada dipaksakandari atas

Senada dengan hal diatas, agar supervise pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip dibawah ini yaitu: 1. Praktis yaitu dapat dikerjakan sesuai situasi dan kondisi yang ada. 2. Fungsional, yaitu sebagai sumber informasi bagi pengembangan manajemen pendidikan melalui peningkatan proses pembelajaran. 3. Relevansi, yaitu pelaksanaan supervisi hendaknya sesuai dengan dan menunjang pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung. 4. Ilmiah, yaitu supervise dilakukan secara sistematis,terprogram dan berkesinambungan.

5. Objektif, yaitu menggunakan prosedur dan instrument yang valid (tepat) dan reliable (dapat dipercaya). 6. Demokrasi, yaitu pengambilan keputusan dilakukan melalui musyawarah mencapai mufakat. 7. Kooperatif, yaitu adanya semangat kerja sama antara supervisor dengan guru. 8. Konstruktif dan kreatif, yaitu berusaha memperbaiki kelemahan atau kekurangan serta secara kreatif berusaha meningkatkan proses kerjanya.

D. Program Supervisi Pembelajaran Salah satu tugas supervisor adalah membantu guru-guru memperbaiki situasi pembelajaran dalam arti luas. Dalam rangka menganalisis kurikulum yang ditetapkan di sekolah, maka kepala sekolah selaku supervisor membantu para guru dalam meningkatkan profesi mengajar. Kemampuan itu meliputi kemampuan guru dalam memahami strategi pembelajaran, merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun berbagai pengalaman belajar dan keaktifan belajar, serta meningkatkan keterampilan dasar mengajar yang dimiliki oleh guru tersebut. Tiga hal yang haris dilakukan dalam supervise pembelajaran : 1) Menilai hasil pelajaran, dengan melakukan : a. Penentuan dan analisis tujuan-tujuan dengan kritis secara kooperatif. b. Analisis data untuk menentukan kekuatan dan kelemahan pada hasil pendidikan. c. Seleksi dan penerapan cara-cara penilaian. 2) Mempelajari situasi pembelajaran untuk menetapkan factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan prestasi siswa, dilakuhan dengan hal-hal berikut : a. Mempelajari pedoman pembelajaran bidang studi dan kurikulum dalam pelaksanaan. b. Mempelajari alat pengajaran, perlengkapan, dan lingkungan social fisik dari belajar dan pertumbuhan. c. Mempelajari factor-faktor yang berhubungan dengan pembelajaran yang berhubungan dengan guru. d. Factor-faktor yang terdapat pada peserta didik. 3) Memperbaiki situasi pembelajaran, dengan melakukan :

a. Memperbaiki pedoman pengajaran bidang-bidang studi dan pengembangan bahan instruksional, termasuk menyusun kerangka mata pelajaran, memilih buku pelajaran, buku pelengkap dan bahan pelengkap lainnya. b. Memperbaiki alat pembelajaran, perlengkapan dan lingkungan sosoi-fisik dari belajar dan pertumbuhan. c. Memperbaiki perbuatan (performance) guru dengan menggunakan teknik-teknik supervise yang sesuai, baik itu bersifat individu maupun kelompok. d. Memperbaiki faktor faktor yang terdapat pada pelajar yang mempengaruhi pertumbuhan dan prestasinya.

Agar kegiatan supervisi pendidikan secara umum dan khusus dapat berjalan secara lancer, maka seorang supervisor dapat menggunakan alat bantu. Alat bantuitu bermakksuk untuk meningkatkan pertumbuhan dan kecakapan serta perkembangan penguasaan pengetahuan oleh guru-guru sesuai ilmu pengetahuan secara umum dan ilmu pendidikan khususnya. Alat-alat bantu itu antara lain : 1. Perpustakaan professional dan perpustakaan sekolah 2. Buku kurikulum atau rencana pelajaran dan buku pegangan guru. 3. Buletin pendidikan dan buletin sekolah. 4. Penasehat ahli dan resource person. Teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan personil sekolah : 1. Kunjungan kelas, yaitu teknik supervise yang digunakan untuk mengamati proses kerja, alat yang dipakai, metode yang digunakan, dan sebagainya. 2. Pembicaraan individual, yaitu teknik supervisi untuk member kesempatan seluas-luasnya kepada supervisor untuk membicarakan langsung dengan guru mengenai masalahyang berkaitan dengan personil pribadi mereka. 3. Diskusi kelompok, yaitu suatu kegiatan kelompok dalam situasi tatap muka, tukar menukar informasi, atau untuk memutuskan suatu keputusan mengenai masalah tertentu. 4. Demonstrasi mengajar, yaitu yang sebelumnya harus menyusun rencana demonstrasi terlebih dahulu dengan mengutamakan penekanan terhadap hal-hal yang di anggap penting.

5. Kunjungan kelas antar guru, yaitu yang hasilnya dapat digunakan untuk menilai aktifitas sendiri. 6. Lokakarya, yaitu kesempatan untuk bekerja sama, mempertemukan ide-ide, mendiskusikan masalah-masalah bersama, atau meningkatkan kemampuan pribadi guru dalam bidang masing-masing.

BAB VI SUPERVISI KLINIS Sesulit apapun pembelajaran, ada solusinya dengan pembelajaran

A. Pendahuluan Tugas guru pada umumnya kompleks sehingga baik pada prajabatan maupun selama berada dalam pekerjaannya, untuk itu dituntut sejumlah pengetahuan dan perangkat keterampilan yang berkaitan dengan jabatan dan profesinya. Tugas guru di kelas khususnya dalam kegiatan pembelajaran dikerjakan sendiri bertahun-tahun tampa mendapatkan koreksi serta pembinaan yang tepat dan wajar dari siapapun juga, padahal dalam kenyataan dia masih memerlukan pertolongan. Kegiatan memberikan bantuan kepada guru dalam pertumbuhan jabatan sebagai guru disebut supervise dan orang yang memberi bantuannya itu disebut supervisor. Dalam sejarah perkembangan mula-mula tugas supervise dibebankan kepada orang awam yang tidak begitu paham dengan tugas dan fungsi supervise itu sendiri melainkan bertindak sebagai pengawas. Mereka mengawasi / menginspeksi sekolah dan guru untuk menilai sarana sekolah serta kemajuan belajar para siswa.. namun dalam pelaksanaannya di lapangan membantu guru jmemperbaiki cara mengajarnya tidak dijadikan perhatian utama oleh inspektur tersebut. Pengawasannya lebih bersifat administratif, sedangkan keterampilan mendiagnosis untuk menganalisis cara mengajar kurang mendapat perhatian. Pada umumnya guru secara diam-diam menentamg supervisi dan berpendapat bahwa hal tersebut tidak banyak membantu. Mereka sebenarnya benci, bukan terhadap supervisi itu sendiri, melainkan terhadap gaya supervisi yang mereka terima. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut: 1. Supervisi disamakan dengan evaluasi. 2. Supervisi dilakukan untuk menjalankan bukan karena atas dasar kebutuhan. 3. Supervisi dilakukan secara tradisional. 4. Supervisor kurang menguasai tugas-tugas dan teknik-teknik supervisi, sehingga cenderung monoton dan tidka sistematis, bersifat sangat subjektif dan tidak terukur. Sebagian dari alasan-alasan tersebut menyebabkan peranan supervisi dalam lembaga pendidikan khususnya di sekolah menjadi sangat lemah. Akan tetapi meskipun demikian,

kegiatan supervisi berangsur-angsur mulai mendekati fungsinya. Dalam kaitan inilah konsep supervisi klinis muncul dengan penekanan tujuan pada usaha membantu guru memperbaiki penampilan mengajar mereka. Superfvisi klinin merupakan bantuan bagi guru dalam memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajarnya dan dapat dilaksanakan untuk kepentingan calon guru dalam pendidikan pra-jabatan maupun latihan dalam jabatan. 1. Supervisi klinin pada prinsipny dilaksanakan bersama dengan pengajaran mikro dan terdiri dari kegiatan pokok yaitu: pertemuan pendahuluan (pre-conference), observasi mengajr dan pertemuan balikan (post-Conference). 2. Supervisi klinis merupakan suatu keperluan mutlak bagi guru maupun supervisor untuk memperoleh pengetahuan, kesadaran dan menilai tingkah laku dalam profesinya sendiri. 3. Pendekatan yang dilakukan dalam proses supervisi klinis adalah pendekatan profesional dan humanistis. 4. Program supervisi klinis hendaknya terus dapat dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan tenaga kependidikan guna meningkatkan kemampuan profesional guru. 5. Pengorganisasian program supervisi klinis dalam hubungan dengan latihan pengajaran mikro perlu disempurnakan terutama dalam rangka praktek kependidikan bagi calon guru.

B. Pengertian Supervisi Klinis Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis yang intensif terhadap penampilan pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki proses

pembelajaran. Istilah klinis dalam definisi ini menunjuk kepada unsur-unsur khusus sebagai berikut: 1. Adanya hubungan tatap muka antara supervisor dan guru di dalam proses supervisi. 2. Fokus pada tingkah laku yang sebenarnyadari guru di dalam kelas. 3. Observasi secara cermat. 4. Supervisor dan guru secara bersam-sama menilai penampilan. 5. Supervisor dan guru secara bersama-sama menilai penampilan guru. 6. Fokus observasi sesuai dengan kebutuhan dan penampilan guru.

Jadi, fokus supervisi klinis adalah pada penampilan guru secara nyata di kelas, termasuk pula guru sebagai peserta atau partisipasi ktif dalam proses supervisi tersebut.

C. Karakteristik Supervisi Klinis Dari pengertian supervisi klinis tersebut diatas, dapat diuraikan beberapa karakteristik supervisi klinis sebagai berikut: 1. Perbaikan dlm mengajar mengharuskan guru memperbaiki ketermpilan intelektual dan bertingkah laku yang spesifik. 2. Fungsi utama supervisor adalah mengajarkan berbagai keterampilan kepada guru atau calon guru yaitu: a. Keterampilan mengamati dan memahami (mempersepsi) proses pengajaran secara analitis. b. Keterampilan menganlisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan bukti-bukti pengamatan yang jelas dan tepat. c. Keterampilna dalam pembaharuan kurikulum, pelaksanaan, serta percobaannya, dan d. Keterampilan dalam mengajar. 3. Fokus supervisi klinis adalah pada perbaikan cara mengajar dan bukan mengubah keperibadian guru. 4. Fokus supervisi klinis dalam perencanaan dan analisis merupakan pegangan dalam pembuatan dan pengujian hipotesis mengajar yang didasarkan atas bukti-bukti pengamatan. 5. Instrumen yang disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dengan guru. 6. Balikan (feedback) yang diberikan harus secepat mungkin dan sifatnya obyektif. 7. Dalam percakapan balik seharusnya datang terlebih dahulu dari guru, bukan dari supervisor.

D. Prinsip-prinsip Supervisi Klinis 1. Supervisi klinis yang dilakukan harus berdasarkan inisiatif dari para guru, perilaku supervisor harus demikian teknis sehingga guru-guru terdorong untuk berusaha meminta bantuan dari supervisor.

2. Ciptakan Hubungan Yang Bersifat Manusiawi Yang Bersifat Interaktif Dan Rasa Kesejawatan. 3. Ciptakan suasana bebas di mana setiap orang bebas dan berani mengemukakan apa yang dialaminya. Supervisor berusaha dapat menjawab dan menemukan solusinya atas apa yang diharapkan guru. 4. Obyek kajian adalah kebutuhan profesional guru yang riil, tentunya yang mereka alami. 5. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk diperbaiki.

E. Tujuan Supervisi Klinis Adapun tujuan supervisi klinis secara umum adalah merupakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dlam konsep supervisi klinis memberikan tekanan pada proses tekanan pada proses pembentukan dan pengembangan profesional guru dengan maksud memberi respon terhadap perhatian utama serta kebutuhan guru yang berhubungan dengan tugasnya. Pembentukan profesional guru yang bertujuan untuk menunjang perbaikan kualitas pendidikan harus dimulai dengan adanya perbaikan dalam cara mengajar guru di kelas. Adapun tujuan khususnya sebagai berikut: 1. Menyediakan bagi guru suatu feedback (balikan) yang obyektif dari kegiatan mengajar guru yang baru saja dijalankan. 2. Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah mengajar. 3. Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi-strategi mengajar. 4. Sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan, promosi jabatan atau pekerjaan mereka. 5. Membantu guru mengembangkan sikap positif terhadap penmgembangan diri secara terus menerus dalam karir dan profesi mereka secara mandiri.

F. Prosedur Supervisi Klinis 1. Tahap pertemuan pendahuluan; Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana keterampilan yang akan diobservasi dan dicatat.pada tahap ini hal yang dilakukan adalah mengidentifikasi perhatian utama guru kemudian

menterjemahknnya ke dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati. Secara teknis diperlukan lima langkah utama bagi terlaksananya pertemun pendahuluan yang baik, yaitu: a. Menciptakan suasana akrab antara supervisor dengan guru sebelum langkah-langkah selanjutnya dibicarakan. b. Mereview rencana pelajaran serta tujuan pelajaran. c. Mereview komponen keterampilan yang akan dilatihkan dan diamati. d. Memilih atau mengembangkan suatu instrumen observasi yang akan dipakai untuk merekam tingkah laku guru yang menjadi perhatian utamanya. e. Instrumen observasi yang dipilih atau dikembangkan, dibicarakan bersama antara guru dan supervisor. 2. Tahap pengamatan mengajar; pada tahap ini guru melatih tingkah laku mengajr berdasarkan komponen keterampilan yang telah disepakati dalam pertemuan pedahuluan. Supervisor mengamati dan mencatat atau merekam secara obyektif, lengkap dan apa adanya dari tingkah laku guru ketika mengajar, berdasarkan keterampilan yang diminta oleh guru untuk direkam. Supervisor dapat juga mengadakan observasi dan mencatat tingkah laku siswa di kelas serta interaksi siswa dan guru. 3. Tahap pertemuan balikan; yaitu tahap evaluasi tingkah laku guru untuk di analisis dan diinterpretasikan dari supervisor kepada guru. Kegiatan dimana supervisor berusaha menganalisa dan menginterpretasikan tentang data hasil rekaman tentang tingkah laku guru waktu mengajar. Langkah-langkah utama dalam tahap ini adalah: a. Menanyakan perasaan guru secara umum atau kesan umum guru ketika ia mengajar serta memberi penguatan dalam mereview tujuan pelajaran. b. Mereview target keterampilan serta perhatian utama guru. c. Menanyakan perasaan guru tentang jalannya pengajaran berdasarkan target dan perhatian utamanya. d. Menunjukkan data hasil rekaman dan memberikan kesempatan kepada guru menafsirkan data tersebut. e. Bersama menginterpretasikan data rekaman. f. Menanyakan perasaan guru setelah melihat rekaman data tersebut.

g. Menyimpulkan hasil dengan melihat apa yang sebenarnya yang menjadi keinginan atau target guru dan apa yang sebenarnya telah terjadi atau tercapai.

h. Menentukan bersama-sama dan mendorong guru untuk merencanakan hal-hal yang perlu dilatih atau diperhatikan pada kesempatan berikutnya.

G. Perhatian Utama dari Kebutuhan Guru Pada waktu guru mempersiapkan dirinya untuk mengajar, sedang mengajar maupun setelah mengajar, ada dua hal yang menjadi perhatian utama maupun kebutuhannya yaitu: 1. Kesadaran dan kepercayaan diri. 2. Keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar. 3. Keterampilan dalam menggunakan variasi dalam mengajar dan menggunakan stimulus. 4. Keterampilan melibatkan siswa dalam proses belajar. 5. Keterampilan dalam mengelola kelas dan disiplin kelas. Keterampilan-keterampilan dasar ini perlu dikuasai oleh guru dan justru inilah sebenarnya yang merupakan kebutuhan mereka di dalam menunjang tugas mereka di kelas. Mereka perlu mengetahui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan mereka. Oleh karena itu mereka membutuhkan bantuan dari orang lain untuk memahami, mengobservasi, menganalisa kelebihan dan kelemahannya, menanggapi, menasehati, memberikan dan menanamkan kepercayaan pada dirinya serta membantu mengembangkan keterampilannya.

H. Kriteria dan Teknik Supervisi Klinis 1. Kriteria dan teknik pertemuan pendahuluan a. Mengadakan pertemuan dengan guru dalam suasana yang menyenangkan, tidak mengancam dan menakuti. b. Menentukan bersama segi yang harus diamati selama pelajaran berlangsung dan cara mencatat hasil observasi. c. Jika ada supervisor menanyakan pengalaman penampilan masa lalu untuk melihat segisegi atau sub keterampilan yang akan diperbaiki atau disempurnakan. 2. Kriteria dan teknik observasi; fungsi observasi adalah berusaha menagkap apa yang terjadi selama pelajaran berlangsung secara lengkap agar supervisor dan guru dapat secara tepat mengadakan analisis yang obyektif. Hal-hal yang diperhatikan kegiatan observasi adalah:

a. Kelengkapan catatan yang nantinya sangat berguna dalam menganalisa apa yang telah terjadi selama pelajaran berlangsung. b. Fokus, kepada hal yang akan diamati, misalnya dalam suatu pelajaran tertentu adalah baik untuk memfokuskan observasi tersebut pada reaksi siswa terhadap pertanyaan guru, dan sebagainya. c. Menyesuaikan observasi dengan periode perkembangan mengajar guru. d. Mencatat komentar sewaktu guru memberikan komentar dalam proses pelajaran berlangsung. e. Pola mengajar. Adalah sangat bermanfaat untuk mencatat pola tingkah laku mengajar tertentu dan guru. f. Membuat guru tidak merasa gelisah.

3. Kriteria adan teknik balikan; Fungsi balikan hubungannya dalam supervisi klinis dalah untuk menolong guru mempertimbangkan perubahan atau lebih tepat peningkatan tingkah laku dalam mengajar. Balikan merupakan suatu informasi kepada guru tentang bagaimana guru mempengaruhi siswanya dalam kegiatan belajar-mengajar. Untuk mencapai maksud tersebut maka balikan harus memenuhi syarat-syarat seebagai berikut: a. Letih bersifat deskriptif daripada evaluatif karena fungsinya adalah member gambaran yang terperinci tentang penampilan guru selama mengajar, bukan menilai penampilan guru. b. Bersifat spesifik. c. Memenuhi kebutuhan baik bagi supervisor maupun guru. d. Ditujukan kepada/untuk tingkah laku guru yang dapat dikendalikannya. e. Isi balikan merupakan permintaan guru dan bukan yang diada-adakan oleh supervisor. f. Tepat waktunya. Balikan akan lebih bermanfaat apabila segera diberikan sesudah pelaksanaan mengajar. g. Harus terkomunikasikan secara jelas kepada guru. h. Harus dapat menolong guru memperhatikan kelebihan-kelebihan untuk

mengembangkan gaya mengajarnya sendiri. i. Hendaknya dimulai dulu dengan menunjukkan keunggulan-keunggulan atau segi-segi yang kuat, baru kemudian mendiskusikan segi-segi yang menimbulkan masalah baginya.

j. Data balikan dalam bentuk instrumen observasi harus disimpan dengan baik oleh supervisor dan merupakan catatan mengenai perkembangan keterampilan mengajar guru, seperti kartu status pasien bagi seorang dokter yang sewaktu-waktu dapat digunakan bila diperlukan.

I. Peran dan Kualifikasi Supervisor 1. Peranan Supervisor Peranan utama seorang supervisor adalah menciptakan kerja sama yang memungkinkan pertumbuhan keahlian dan kepribadian orang yang diajaknya bekerja sama. Seorang supervisor diharapkan mampui melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut: a. Mendiagnosis dan menilai Dalam hal ini supervisor membantu guru mendiagnosis dan manilai kebutuhankebutuhan dan kekurangan yang dirasakan. b. Merencanakan Membantu guru merencanakan tujuan dan sasaran berdasarkan pengalaman yang dimiliknya, strategi, serta menyediakan sumber-sumber baik itu material maupun sumber manusia untuk mencapai tujuan. c. Memberi motivasi Membantu guru menciptakan dan menjaga suasana kerja sama bagi kepentingan kedua belah pihak. d. Memberi penghargaan dan melaporkan kemajuan Menyimpan dan menyediakan data kemajuan guru kemudian memberikan penguatan / penghargaan serta memberitahukan kemajuan mereka.

2. Kualifikasi Supervisor Syarat supervisor yang baik, yaitu: a. Keyakinan, memiliki kemampuan memecahkan masalahnya sendiri dan

mengembangkan dirinya. b. Mempunyai kebebasan untuk memilih dan bertindak mencapai tujuan yang diinginkanya.

c. Kemampuan menanyakan pada orang lain dan dirinya sendiri tentang asumsi dasar serta keykinan akan dirinya. d. Komitmen dan kemauan membuat diri guru merasa penting, dihargai dan maju. e. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk dapat membina hubungan yang akrab tanpa memandang bulu. f. Kemampuan untuk mendengarkan serta keinginan untuk memanfatkan pengalamanpengalaman guru agar membuatnya berusaha mencapai tujuan. g. Antusiasme dan keyakinan akan supervisi sebagai proses kegiatan terus menerus untuk melayani pertumbuhan dan perkembangan pribadi serta profesi guru. h. Keterampilan dalam berkomunikasi, mengobservasi, dan menganalisis tingkah laku guru ketika mengajar. i. Komitmen untuk mengembangkan diri sendiri serta berkeinginan keras untuk dapat terus memperdalam bidang supervisi.

J. Penerapan Supervisi Klinis dalam Proses Pembelajaran Untuk menunjang pengalaman lapangan maka proses kegiatan calon guru adalah: 1. Mempelajari teori-teori dan hasil-hasil penelitian tentang berbagai keterampilan mengajar. 2. Melihat dan membicarakan hasil rekaman baik video maupun audio dari model-model pengajaran yang sudah ada. 3. Pengenalan lebih lanjut, pengahayatan dan latihan penerapan dengan teman dalam bidang studi tertentu. 4. Mengadakan prencanaan pengajaran mikro yang dibantu oleh supervisor padahal guru hanya memusatkan perencanaan latihannya pada suatu keterampilan tertentu. 5. Implementasi mengajar mikro dengan proses supervisi klinis yaitu pertemuan pendahuluan, observasi mengajar, dan pertemuan balikan. Calon guru mengevaluasi penampilan sendiri dengan bantuan supervisor yang mana sarana yang dapat digunkan calon guru berupa data apa adanya dalam bentuk suara atau menggunakan lembar observasi. 6. Mengadakan latihan mengajar ulang dalam bentuk pengajaran mikro apabila dianggap perlu. 7. Menggunakan keterpilan tersebut dalam praktek mengajar di sekolah.

Proses berikutnya mengadakan diskusi dengan supervisor, mempelajari literatur keterampilan mengajar yang lain sehingga proses tersebut merupakan siklus kegiatan yang pada akhirnya calon guru dapat melaksanakan keterampilan-keterampilan mikro secara terpadu dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam rangka pengorganisasian maka perlu diadakan koordinasi kerja diantara komponen dalam lembaga pendidikan, tenaga kependidikan secara efektif dan efisien dengan memperhitungkan kendala yang ada serta fasilitas yang tersedia. Hal-hal yang perlu medapat perhatian dalam pengorganisasian adalah mengadakan perencanaan yang matang menyangkut hal-hal berikut: 1. Kelembagaan yaitu struktur dan fungsinya. 2. Ketenagaan yang meliputi jumlah, kualifikasi deskripsi tugas dan tata hubungan kerja. 3. Proses kegiatan mulai dari penerimaan input sampai output. 4. Mengadakan serta mendayagunakan sarana dan dana. 5. Jumlah calon guru yang harus melalui proses mikro. 6. Perimbangan yang memadai antara jumlah supervisor dengan jumlah calon guru yang melakukan latihan. 7. Mekanisme kerja antara fakultas, jurusan, institut, lembaga praktek kependidikan pusat sumber belajar dengan sekolah tempat latihan. 8. Waktu-waktu pertemuan antara supervisor dengan guru. 9. Jenis dan jumlah keterampilan maupun sub keterampilan dasar mengajar yang perlu dikuasai calon guru. 10. Penataran serta latihan jabatan untuk supervisor mengenai supervisi klinis. Kegiatan ini ditujukan baik untuk dosen pembimbing, guru pamong, kepala sekolah maupun pengawas dari Kakanwil. 11. Sistem kurikulum yang menunjang pelaksanaan kegiatan tersebut.

K. Faktor-faktor Pelaksanaan Supervisi Klinis Kendala yang dirasakan dalam pelaksanaan supervisi klinis pada program pengajaran mikro dilapangan dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Kurangnya lembaga pembimbing di lembaga pendidikan tenaga pendidikan dan di sekolah latihan yang mempunyai pengetahuan serta keterampilan dalam supervisi klinis.

2. Terbatasnya sarana yang tersedia untuk dapat menunjang pelaksanaan pengajaran mikro, ataupun jika ada pemanfaatannya belum teratur. 3. Kurang tersedianya tenaga teknisi untuk melayani dan memelihara perangkat keras seperti kamera film, serta perlengkapan lainnya. 4. Terbatasnya dana untuk pengadaan dan pemeliharaan suku cadang yang terus menerus diperlakukan, bagi keperluan sarana yang ada dipusat sumber belajar. 5. Sistem pelaksanaan pengalaman lapangan yang masih menempatkan kegiatan praktek kependidikan di sekolah pada akhir-akhir tahun menjelang tamatnya calon guru yang tidak sesuai dengan kalender pendidikan. 6. Angka perbandingan atau rasio yang tinggi antara calon guru dan supervisor mengakibatkan pembimbing kurang intensif dan bersifat sambil lalu. Keadaan ini ditambah pula dengan beban tugas guru yang sudah cukup berat. 7. Labilnya sistem organisasi kelembagaan serta tata aturannya termasuk organisasi kurikulum saat ini, dengan akibat suatu perencanaan dihentikan karena sudah ada sistem yang baru. yang telah disusun terpaksa

BAB VII SUPERVISI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

Pemimpin yang professional adalah pemimpin yang cerdas dalam ilmu,terampil dalam bertindak santun dalam bersikap. A. Pendahuluan Dalam era desentralisasi seperti saat ini, dimana-mana sector pendidikan juga di kelola secara otonom oleh pemerintah daerah, praksis pendidikan harus di tingkatkan ke-arah yang lebih baik, dalam arti relevansi bagi kepentingan daerah maupun kepentingan nasional. Agar desentralisasi dan otonomi pendidikan pendidikan berhasil dengan baik, kepemimpinan kepala sekolah perlu diberdayakan. Pemberdayaan berarti peningkatan kemampuan secara fungsional, sehingga kepala sekolah mampu berperan sesuai dengan tugas,wewenang dan tanggung jawabnya. Kepala sekolah harus bertindak sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Sebagai manajer ia harus mampu mengatur agar semua potensi sekolah dapat berfungsi secara optimal. Hal ini dapat dilakukan jika kepala sekolah dapat melakukan fungsi-fungsi manajemen dengan baik, Meliputi : 1. Perencanaan 2. Pengorganisasian 3. Pengarahan 4. Pengawasan. Dari segi kepemimpinan, seorang kepala sekolah perlu mengadopsi gaya kepemimpinan transformasional, agar semua potensi yang ada di sekolah dapat berfungsi secara optimal. Ciri-ciri seseorang yang telah berhasil menerapkan gaya kepemimpinan

transformasional adalah : 1. 2. 3. 4. Mengidentifikasi dirinya sebagai agen perubahan (Pembaharuan) Memiliki sifat pemberani Mempercayai orang lain Bertindak atas dasar system nilai (bukan atas dasar kepentingan individu atau atas dasar kepentingan dan desakan kroninya)

5. 6.

Meningkatkan kemampuan secara terus menerus. Memiliki kemampuan untuk mengahadapi situasi yang rumut, tidak jelas, dan tidak menentu.

7.

Memiliki visi kedepan.

B. Pengertian Kepemimpinan Defenisi kepemimpinan yang cukup representative di antaranya : 1. C. Turney mendefenisikan kepemimpinan sebagai suatu group proses yang di lakukan seseorang dalam mengelola dan menginspirasikan sejumlah pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi melalui aplikasi teknik-teknik manajemen. 2. James M. Lipham mendefenisikan kepemimpinan sebagai perilaku seseorang yang menginisiatifkan suatu struktur baru dalam berinteraksi pada suatu system sosial,baik mengenai struktur sosial ,baik mengenai tujuan, dan output system sosial tersebut. 3. Steven Altman mendefenisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi orang untuk mengarahkan usaha-usahanya kea rah pencapaian beberapa tujuan-tujuan khusus. 4. Arthur G. Jago dalam Griffin mendefenisikan bahwa kepemimpinan dapat didefenisikan sebagai suatu proses dan property. Sebagai suatu Proses kepemimpinan adalah mempengaruhi anggota grup tanpa paksaan untuk mengarahkan dan mengkoordinir aktivitas-aktivitas dalam rangka pencapaian tujuan. Sebagai suatu property kepemimpinan adalah seperangkat

karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin untuk mencapai suatu kesuksesan dalam mempengaruhi anggota groupnya.

Dari pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi. Proses mempengaruhi itu tentunya tidak dengan paksaan, tetapi bagaimana seorang pemimpin itu mampu berinteraksi dan menginspirasikan tugas kepada bawahannya dengan menerapkan teknik-teknik tertentu

sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu sehingga apa yang dituju dapat tercapai dengan sukses. C. Factor Pendukung Kepemimpinan Factor penentu keberhasilan seorang pemimpin diantanya adalah Teknik Kepemimpinan yaitu bagaimana seorang pimpinan mampu menciptakan situasi sehingga menyebabkan orang yang di pimpinnya timbul kesadaran untuk melaksanakan apa yang dikehendaki oleh seorang pimpinan itu mampu berinteraksi dan menginspirasi tugas kepada bawahan dengan menerapkan teknik-teknik tertentu sesuai dengan situasi dan kondisi dalam organisasi tersebut. Kepemimpinan yang berhasil memerlukan prilaku yang menyatukan dan merangsang pengikutnya mencapai tujuan yang di tetapkan dalam situasi tertentu. Banyak orang yang telah melakukan penelitian tentang kepemimpinan. Pada mulanya para peneliti mencoba menggunakan pendekatan sifat atau karakteristik pemimpin, yang kemudian melahirkan teori sifat. Karena penelitian ini belum menemukan hasil yang konsisten dan belum memuaskan kamudian mereka menggunakan pendekatan prilaku dalam penelitiannya yang melahirkan Teori Prilaku. Yang mana isi dari teori tersebut menggunakan beberapa pendekatan : 1. Pendekatan sifat Penelitian kepemimpinan pada tahap awal didominasi dengan pendekatan sifat para para pemimpin. Para peneliti berusaha mengidentifikasi sifat-sifat penting para pemimpin yaitu dengan cara menguji sifat-sifat penting para pimpinan. Seperti Gandhi, Lincoln, dan sebagainya. Adapun sifat-sifat pemimpin itu meliputi Intelegensi,dominasi,percaya pada diri

sendiri,energy,aktivitas dan pengetahuan yang berhubungan dengan tugas. 2. Pendekatan prilaku Pada akhir tahun 90-an, beberapa peneliti mulai memandang kepemimpinan sebagai suatu proses atau aktivitas yang dapat di amati. Pendekatan prilaku ini bertujuan untuk membedakan perilaku-perilaku yang dirhubungan dengan kepemimpinan yang efektif. Para peneliti mengasumsikan bahwa efektif atau tidaknya perilaku pemimpin tergantung bagaimana seorang pemimpin menerapkan pola-pola kepemimpinannya sesuai situasi.

,Menurut hasil penelitian, ada dua dimensi kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang beorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan antar manusia.kedua dimensi tersebut kalau berdiri sendiri akan menyebabkan kemunduran organisasi. Oleh karena itu kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu mengintegrasikan orientasi tugas dengan orientasi hubungan antar manusia.

D. Kepemimpinan Kepala Sekolah Di era desentralisasi saat ini, dimana sector pendidikan juga dikelola secara otonom oleh pemerintah daerah, praktis pendidikan harus ditingkatkan ke arah yang lebih baik dalam arti relevansinya bagi kepentingan daerah maupun kepentingan nasional.maka dari itu sekolah saat ini cenderung kea rah manajemen berbasis sekolah (MBS). Dalam konteks MBS sekolah harus meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan dalam rangka meningkatkan kualitas dan efisiensinya, meskipun demikian otonomi pendidikan dalam konteks MBS harus dengan selalu mengacu pada akuntabilitas terhadap masyarakat,orang tua,siswa maupun pemerintah pusat dan daerah. Agar desentralisasi dan otonomi pendidikan berhasil dengan baik, kepemimpinan kepala sekolah perlu diperdayakan secara fungsional dengan cara mampu berperan sesuai dengan tugas,wewenang dan tanggung jawabnya. Dari segi kepemimpinan kepala sekolah perlu mengadopsi gaya kepemimpinan transformasional agar semua potensi yang ada di sekolah dapat berfungsi secara optimal. Kepemimpinan transformal dapat didefenisikan sebagai gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan dan mendorong semua unsure yang ada dalam sekolah untuk bekerja atas dasar system nilai yang luhur sehingga semua unsure yang ada di sekolah bersedia tampa paksaan berpartisipasi secara optimal dalam mencapai tujuan ideal sekolah. Ciri seseorang yang telah berhasil menerapkan kepemimpinan transformal adalah: a) Mengidentifikasi dirinya sebagai agen perubahan b) Memiliki sifat pemberani c) Mempercayai orang lain d) Bertindak atas dasar system nilai, bukan terhadap kepentingan individu atau atas dasar kepentingan dan desakan kroninya.

e) Meningkatkan kemampuan secara terus menerus f) Memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang rumit,tidak jelas,dan tidak menentu g) Memiliki visi ke depan.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan suatu inovasi dalam system pengelolaan sekolah yang diadopsi dari konsep School Based Management. Dalam konsep MBS sekolah memiliki wewenang luas untuk menggali dan memanfaatkan berbagai sumber daya sesuai dengan prioritas kebutuhan aktual sekolah. Factor penting dalam mendukung MBS adalah : a) Praktik kepemimpinan demokratis dan pengambilan keputusan teknis yang partisipatif di sekolah. b) Pemberdayaan fasilitas pendidikan yang efektif dalam mendukung program pembelajaran. c) Pengembangan kinerja professional dalam budaya kerja teamwork antara pimpinan sekolah dan guru. d) Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi serta intensif. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas,2006) ada 7 peran utama dari kepala sekolah,yaitu : 1) Educator (pendidik) 2) Manejer 3) Administrator 4) Supervisor (penyedia) 5) Leader (pemimpin) 6) Pencipta iklim kerja 7) Kewirausahawan Dari 7 peran di atas, ada hubungan antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kompetensi guru : 1) Kepala sekolah sebagai educator Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dariproses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah

menunjukkan komitmen tinggi dan focus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar disekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar menajar dapat berjalan secara efektif dan efisien. 2) Kepala sekolah sebagai manajer Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini kepala sekolah dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan. 3) Kepala sekolah sebagai administrator Dalam pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari factor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah dapat dapat mengelokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru. 4) Kepala sekolah sebagai supervisor Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervise, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hhasil supervise ini dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guruyang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat mmemperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulan dalam melaksanakan pembelajaran. 5) Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)

Dalam kepemimpinan kita mengenal adanya dua pendekatan gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasipada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dlam peningkatan kompetensi guru kepala sekolah harus dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara cepat dan flexible, disesuaikan kedengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Mulyasa mengungkapkan kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai berikut : a) Jujur b) Percaya diri c) Bertanggung jawab d) Berani mengembil resiko dan keputusan e) Berjiwa besar f) Emosi yang stabil g) Teladan Pemimpin adalah manusia, tetapi tidak semua manusia adalah pemimpin. Kepala sekolah adalah sosok m