pengaruh supervisi kunjungan kelas kepala sekolah …
TRANSCRIPT
PENGARUH SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI
BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SD NEGERI 15 PULAU KAMBUNO DESA PULAU HARAPAN KECAMATAN PULAU
SEMBILAN KABUPATEN SINJAI
THE EFFECTS OF CLASSROOM VISITS SUPERVISING PRINCIPAL AND TEACHER COMPETENCE OF THE INDONESIAN STUDENT ACHIEVEMENT AT SDN.15 KAMBUNO PULAU HARAPAN, DISTRICT OF PULAU
SEMBILAN, SINJAI
TESIS
OLEH:
FAHRI Nomor Induk Mahasiswa: 105 04 09 036 14
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
PENGARUH SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI
BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SD NEGERI 15 PULAU KAMBUNO DESA PULAU HARAPAN KECAMATAN PULAU
SEMBILAN KABUPATEN SINJAI
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister
Program Studi
Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun dan Diajukan oleh:
FAHRI Nomor Induk Mahasiswa: 105 04 09 036 14
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2016
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Supervisi Kunjungan Kelas Kepala
Sekolah dan Kompetensi Guru terhadap Prestasi
Belajar Bahasa Indonesia Siswa SD Negeri 15
Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan
Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai Nama Mahasiswa : Fahri Nim : 105.04.09.036.14 Jurusan : Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas : Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Makassar
Setelah diperiksa dan diteliti ulang, maka tesis ini telah memenuhi
persyaratan untuk dipertahankan di hadapan Tim penguji.
Makassar, Juni 2016
Disetujui Oleh,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. H. M. Ide Said, DM.,M.Pd Dr. H. Andi Sukri Syamsuri,M.Hum
Diketahui Oleh,
Ketua Jurusan Direktur Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar
Prof. Dr. H. M. Ide Said, DM., M. Pd. Dr. A. Rahman Ranim, M.Hum.
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawahini:
Nama :Fahri
Nomor Pokok :105.04.09.036.14
Program Studi : Pendidikan Bahasadan Sastra Indonesia
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan
tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Makassar, Juli 2016
Yang Menyatakan
Fahri Nim. 105.04.09.036.14
LEMBAR PERBAIKAN TESIS
FAHRI NIM : 105.04.09.036.14
Telah diuji dan dipertahankan di depan panitia penguji tesis pada tanggal 24 Mei
2016 dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
melaksanakan Ujian Akhir/ Tutup Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
(M.Pd.) pada Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Makassar dengan
beberapa perbaikan.
Prof. Dr. H. M. Ide Said, DM.,M. Pd (………………………) (Ketua/Pembimbing/Penguji) Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum (………………………) (Sekretaris/Penguji) Prof. Dr. H. Abdul Rahman Getteng (………………………) (PengujiUtama) Dr. A. Rahman Ranim, M.Hum. (………………………) (Penguji)
Makassar, Juni 2016 Direktur Program Pascasarjana UniversitasMuhammadiyah Makassar
Prof. Dr. H. M. Ide Said, DM., M.Pd. NBM. 988 463
v
ABSTRAK Fahri. 2016. “Pengaruh Supervisi Kunjungan Kelas Kepala Sekolah dan Kompetensi Guru terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa SD Negeri 15 Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai”. (Dibimbing oleh H. M. Ide Said DM dan Andi Sukri Syamsuri )
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh supervisi kunjungan kelas kepala sekolah dan kompetensi guru terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia siswa SD Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan disain non eksperimen, berarti peneliti tidak mengadakan perlakuan terhadap subyek penelitian melainkan mengkaji fakta-fakta yang telah terjadi dan dialami oleh subjek penelitian. Penelitian yang dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas itu terjadi karena perkembangan kejadian secara alami disebut penelitian ex post facto.
Temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa di SD Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai secara bersama dipengaruhi oleh supervisi kunjungan kelas dan kompetensi guru. Dari kedua variabel yang dikaji (supervisi kunjungan kelas dan kompetensi guru) mempunyai pengaruh secara langsung terhadap prestasi belajar siswa. Kompetensi guru memiliki pengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar siswa di bandingkan dengan supervisi kunjungan kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah yang mempunyai pengaruh lebih kecil terhadap prestasi belajar siswa.
Supervisi kunjungan kelas kepala sekolah mempengaruhi prestasi belajar bahasa Indonesia siswa SD Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai, serta kompetensi guru juga mampu mempengaruhi prestasi belajar siswa guru SD Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai. Sehingga supervisi kunjungan kelas kepala sekolah dan kompetensi guru secara bersama-sama mempengaruhi prestasi belajar siswa SD Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai. Kata Kunci: Supervisi, Kompetensi, Prestasi
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah
subhanahu wata’ala berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulisan tesis ini
yang berjudul “Pengaruh Supervisi Kunjungan Kelas Kepala Sekolah dan
Kompetensi Guru terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa SD
Negeri 15 Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Sinjai”, ini dapat diselesaikan. Tesis ini diajukan
guna memenuhi salah satu syarat utama untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Banyak kendala yang penulis hadapi selama menyusun tesis ini.
Namun, berkat bantuan dan bimbingan yang tulus dari berbagai pihak,
semua masalah dapat teratasi dengan baik. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada; Prof. Dr. H. M. Ide Said DM., M. Pd., dosen pembimbing I,
dan Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum., dosen pembimbing II yang telah
memberikan nasihat serta membimbing dengan penuh kesabaran dan
mengarahkan penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. M. Ide Said DM., M. Pd.
Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar
atas segala bantuan, bimbingan, dan arahan yang tulus ikhlas dan
kemurahan hati membantu penulis beserta staf.
viii
Ucapan terima kasih pula kepada bapak Kepala Sekolah SD Negeri
15 Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan
Kabupaten Sinjai yang telah memberikan dorongan, masukan, komentar,
nasihat, dan saran sampai terwujudnya tesis ini serta teman mengajar di
sekolah SD Negeri 15 Pulau Kambuno, yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian serta seluruh siswa.
Terwujudnya tesis ini berkat doa, dorongan, dan restu keluarga.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada istri dan anak-
anakku, yang telah melakukan pengorbanan dengan penuh keikhlasan
untukku, serta saudara-saudaraku yang selalu mengingatku dalam setiap
doa. Juga kepada teman-teman kelas di Pascasarjana yang telah
memotivasi penulis dalam penyusunan tesis ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga segala bantuan yang telah
diberikan oleh berbagai pihak dapat bernilai ibadah dan mendapat pahala
dari Allah swt. Amin Ya Rabbal Alamin
Makassar, Juli 2016
Penulis
xii
DAFTAR TABEL
NO HALAMAN
1. Tabel 3.1 Data Jumlah Guru ...................................................... 77
2. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Skor Efektivitas Supervisi Kunjungan
Kelas Oleh Kepala Sekolah ....................................................... 91
3. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Skor Kompetensi Guru.............. 93
4. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Siswa..... 96
5. Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian. 99
6. Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Uji Linieritas antar Variabel Penelitian
................................................................................................... 100
7. Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas antar Variabel
Penelitian ................................................................................... 101
8. Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Uji Kolinieritas antar Variabel Bebas
.................................................................................................... 102
9. Tabel 4.10 Koefisien Jalur Pengaruh X1 dan X2 terhadap Y
(Prestasi Belajar Siswa) ............................................................. 105
10. Tabel 4.11 Ringkasan Penerimaan Koefisien Jalur dengan
Toleransi 5% (0.05) ................................................................... 109
11. Tabel 4.12 Ringkasan Tahapan Regresi Ganda dan Koefisien
Terstandar (Beta) ...................................................................... 109
12. Tabel 4.13 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung........... 112
13. Tabel 4.14 Sumbangan Efektif Bersama .................................. 113
14. Tabel 4.15 Sumbangan Efektif (SE) per Variabel..................... 114
xii
xiii
DAFTAR GAMBAR
NO. HALAMAN
1. Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir ....................................... 71
2. Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Model Analitis Jalur (Path
Analysis) ................................................................................ 74
3. Gambar 3.2 Model Analisis Jalur ............................................. 83
4. Gambar 4.1 Grafik Silinder Distribusi Frekuensi Supervisi
Kunjungan Kelas oleh Kepala Sekolah .................................. 92
5. Gambar 4.2 Grafik Silinder Distribusi Frekuensi Kompetensi Guru
................................................................................................... 94
6. Gambar 4.4 Grafik Silinder Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar
Siswa ......................................................................................... 97
7. Gambar 4.6 Jalur Hubungan Kausal antara Supervisi Kunjungan
Kelas oleh Kepala Sekolah dan Kompetensi Guru dengan Prestasi
Belajar Siswa ............................................................................ 107
8. Gambar 4.7 Koefisien Jalur Hubungan Kausal berdasarkan
Spesifikasi Model Analisis ........................................................ 108
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
terutama perkembangan teknologi informasi (IT) menyebabkan
dunia ini terasa semakin sempit sehingga membentuk suatu
masyarakat dunia yang saling tergantung. Kehidupan politik,
ekonomi, kebudayaan yang mengglobal memerlukan manusia yang
berkualitas dan mampu bersaing. Manusia yang berkualitas dapat
dibentuk melalui pendidikan, namun kualitas pendidikan nasional
belum merata dan terjadi kesenjangan mutu antar daerah dalam
berbagai jenjang pendidikan (Tilaar, 1994: 156). Hal senada
dikemukakan oleh Ekosusilo (2003: 1) bahwa isu mengenai
rendahnya pendidikan di Indonesia sampai saat ini tidak pernah
kunjung selesai. Karena itu prioritas utama pendidikan di Indonesia
adalah meningkatkan mutu, Selanjutnya relevansi, pemerataan,
efektivitas dan efisiensi. Fakta yang terjadi dilapangan ini
mendorong semua pihak terutama para pemikir, pemerhati, dan
pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap masalah pendidikan
di Indonesia untuk bersama memperbaiki kualitas pengajaran pada
semua jenis dan jenjang pendidikan di sekolah. Sedangkan kualitas
belajar siswa ditentukan oleh kepala sekolah dalam menciptakan
kepuasan kerja guru sebagaimana dikemukakan secara lengkap
2
oleh Davis dan Thomas (1989: 23) secara lengkap sebagai berikut:
”Effective principals tend to be energetic and have working theories
that guide their actions. Their focus is on instructional leadership,
which refers to actions that develop a productive and satisfying
work environment for teacher and promote growth in student
learning”. Sebagai pemimpin pengajaran (instructional leadership)
kepala sekolah bertanggung jawab menggerakkan dan
mengarahkan segenap potensi guru untuk mencapai tujuan
pendidikan di sekolah.
Berkaitan tugas kepala sekolah, Nurtain (1989 ) menegaskan
bahwa kedudukan kepala sekolah sebagai administrator sekolah,
pemimpin pengajaran, dan supervisor. Sebagai administrator,
kepala sekolah bertugas mendayagunakan sumber daya yang
tersedia meliputi: pengelolaan pengajaran, pengelolaan kesiswaan,
pengelolaan personel, pengelolaan sarana, pengelolaan keuangan,
pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat. Sebagai
pemimpin pengajaran, kepala sekolah harus mampu
menggerakkan potensi personel sekolah meliputi kegiatan
pengembangan staf dan guru, melaksanakan program evaluasi
terhadap guru dan staf. Sebagai supervisor kepala sekolah
memunyai tugas memberikan bantuan teknis profesional pada
guru-guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
3
pengajaran agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
maksimal.
Dalam menjalankan tugas sebagai supervisor, kepala sekolah
dapat memilih pendekatan yang tepat sesuai dengan masalah yang
dihadapi guru dan perlu memerhatikan tingkat kematangan guru.
Supervisi tidak didefinisikan secara sempit sebagai satu cara
terbaik untuk diterapkan disegala situasi melainkan perlu
memperhatikan kemampuan individu, kebutuhan, minat, tingkat
kematangan individu, karakteristik personal guru, semua itu
dipertimbangkan untuk menerapkan supervisi. Sebagaimana
disarankan oleh Sergiovanni (1991:282) sebagai berikut:
”Appropriate supervisory strategies are viewed in light of teacher
needs and dispositions, time available to the principal, the task at
hand or purpose intended for supervision, and professional
competency level of teachers, teaching modes and instructional
strategies are additional concerns.” Maknanya, strategi supervisi
yang tepat dilihat dari sudut pandang dan faktor kebutuhan guru,
waktu yang tersedia bagi kepala sekolah, tugas atau tujuan
supervisi dan tingkat kompetensi guru, sedangkan model
pengajaran dan strategi pengajaran merupakan fokus tambahan.
Jika faktor-faktor tersebut berubah, maka pendekatan supervisi
juga harus berubah sesuai dengan situasi kondisinya. Dalam
praktek kegiatan supervisi terdapat bermacam-macam pendekatan
4
antara lain, supervisi kolaboratif, supervisi klinis, supervisi kolegial,
supervisi kunjungan kelas (supervisoryvisits to classroom),
supervisi informal (Oliva, 1987; Sergiovanni, 1991; Lovell & Wiles,
1988). Tidak ada strategi, model, atau prosedur yang paling baik
dalam kegiatan supervisi, masing-masing pendekatan memunyai
kelebihan disamping kekurangannya.
Dari beberapa pendekatan supervisi, peneliti memilih supervisi
kunjungan kelas. Pendekatan kunjungan kelas dalam supervisi,
kepala sekolah dapat langsung mengetahui proses pembelajaran di
kelas dan dilakukan dialog antara guru dan kepala sekolah untuk
mengetahui keberhasilan dan kekurangannya (Sahertian, 1985).
Peningkatan kualitas pendidikan tidak cukup hanya
memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas, mengingat masalah
rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh banyak faktor.
Upaya yang sedang dilakukan pemerintah dalam hal ini Depdiknas
adalah menetapkan program sertifikasi guru di tingkat sekolah
dasar dan menengah bahkan untuk dosen di perguruan tinggi.
Adapun tujuan sertifikasi guru adalah untuk meningkatkan mutu
dan menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas
sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional (Dirjen PMPTK, 2006). Untuk dapat menjalankan tugas
sebagai agen pembelajaran, guru harus mempunyai seperangkat
kompetensi. Kompetensi adalah seperangkat kemampuan untuk
5
melakukan sesuatu jabatan, dan bukan semata-mata pengetahuan
saja (Supandi, 1990). Sedangkan seperangkat kompetensi yang
wajib dimiliki oleh guru meliputi kompetensi kepribadian,
kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi
sosial. Penguasaan guru terhadap keempat kompetensi dimaksud
diharapkan dapat mendukung pelaksanaan tugas di sekolah
terutama dalam meningkatkan kualitas pembelajaran siswa.
Keseluruhan kompetensi yang dimiliki guru tidak hanya dikuasai
secara konseptual akan tetapi perlu diaktualisasikan dalam
kegiatan nyata di sekolah dan di masyarakat, mengingat tuntutan
masyarakat terhadap kualitas lulusan pendidikan semakin nyata.
Sebagaimana dikemukakan oleh Wijaya dan Rusyan (1994) bahwa
agar memenuhi harapan pengguna lulusan, guru tentunya perlu
memiliki seperangkat kemampuan agar dapat menjalankan fungsi
profesi. Lebih lanjut dijelaskan oleh Wijaya dan Rusyan (1994),
kemampuan membuat keputusan diperlukan dalam menghadapi
tuntutan masyarakat modern terhadap kualitas pendidikan.
Kemampuan dan keberanian guru dalam mengambil keputusan
secara tepat untuk menyelesaikan masalah-masalah pendidikan di
sekolah merupakan otonomi sebuah profesi. Masalah pendidikan
yang utama saat ini adalah rendahnya kualitas lulusan pada hampir
semua jenjang dan tingkatan pendidikan (Tilaar, 2002). Sedangkan
indikator rendahnya mutu pendidikan menurut Djati Sidi (2003)
6
sebagai berikut, (1) nilai ebtanas murni (NEM) masih dibawah
standar, (2) kemampuan guru dalam penguasaan bidang studi
sangat bervariasi, (3) kemandirian, kreativitas kepala sekolah dan
guru untuk menerapkan pendidikan relatif rendah, (4) banyak kritik
terhadap masalah kedisiplinan, etika, kreativitas, kemandirian, dan
sikap demokratis tidak mencermninkan kualitas yang diharapkan
masyarakat. Dengan demikian program-program peningkatan mutu
pendidikan yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat
mengarah pada upaya perbaikan indikator rendahnya mutu
pendidikan.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu kerja sama antara
kepala sekolah, guru, staf, dan dewan sekolah untuk
mengembangkan sikap baru yang terfokus pada akuntabilitas dan
pengakuan, sebagai mana dikemukakan oleh Arcaro (1995: 2)
Kerja sama dan kesadaran melaksanakan tugas yang dibebankan
setiap personel sekolah merupakan kunci bagi keberhasilan
sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Beberapa studi tentang kualitas pendidikan sering juga disebut
studi efek sekolah terhadap keluaran (output) pendidikan
disimpulkan oleh Suryadi (1994: 115) bahwa, di negara
berkembang pengaruh faktor sekolah dan kualitas guru terhadap
prestasi belajar lebih besar dibandingkan dengan pengaruh faktor
yang sama di negara maju, namun di negara berkembang
7
pengaruh latar belakang keluarga terhadap prestasi belajar lebih
kecil.
Walaupun pengaruh faktor sekolah dan kualitas guru terhadap
prestasi belajar lebih tinggi dari pada pengaruh faktor keluarga di
negara berkembang, belum tentu sekolah-sekolah di negara
berkembang lebih tinggi kualitasnya. Karena itu upaya untuk
meningkatkan kualitas guru sesuai standar kompetensi terus
diupayakan. Dengan demikian, meningkatkan kompetensi guru
berarti meningkatkan kemampuan mengajar bagi guru.
Uraian latar belakang masalah di atas dapat dijadikan alasan
yang kuat bagi peneliti untuk melakukan penelitian tentang
pengaruh supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah,
kompetensi guru, dan kemampuan mengajar terhadap prestasi
belajar siswa. Demikian pula berdasarkan pengamatan dan
wawancara singkat yang peneliti lakukan terhadap kepala sekolah
SD Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Sinjai menemukan bahwa kepala sekolah
telah melakukan supervisi kunjungan kelas secara terprogram
namun belum dapat secara maksimal memperbaiki perilaku
mengajar guru sesuai standar yang ditetapkan sehingga
berdampak pada pencapaian hasil belajar siswa yang tidak optimal.
Alasan lainnya yang menjadi dasar pemikiran untuk melakukan
penelitian adalah sebagai berikut:
8
Pertama, desentralisasi pendidikan berada pada tingkat satuan
pendidikan sehingga kepala sekolah diberikan wewenang untuk
memberdayakan sumberdaya sekolah terutama guru dalam
mencapai tujuan pendidikan.
Kedua, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap kualitas
pembelajaran yang dilaksanakan guru, maka wajib melaksanakan
supervisi kunjungan kelas secara terprogram.
Ketiga, prestasi belajar siswa dapat optimal apabila kepala
sekolah, guru, dan personil sekolah lainnya bersinergi untuk
merealisasikan tujuan sekolah.
Keempat, kompetensi guru dapat berkembang apabila
didukung oleh iklim dan suasana sekolah yang kondusif. Kepala
sekolah mengadakan dialog secara demokratis dan transparan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
yang menjadi masalah pokok dalam penelitian adalah, “Apakah
ada pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsung supervisi
kunjungan kelas dan kompetensi guru terhadap kinerja guru dan
prestasi belajar siswa SD Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau
Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai?.
Sesuai dengan masalah pokok tersebut dirumuskan sub
masalah sebagai berikut:
9
1. Apakah supervisi kunjungan kelas kepala sekolah
mempengaruhi prestasi belajar bahasa Indonesia siswa SD
Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Sinjai?
2. Apakah kompetensi guru mempengaruhi prestasi belajar siswa
guru SD Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau Harapan
Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai?
3. Apakah supervisi kunjungan kelas kepala sekolah dan
kompetensi guru dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa
SD Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan
Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini
untuk menegetahui :
1. Mendeskripsikan supervisi kunjungan kelas kepala sekolah
mempengaruhi prestasi belajar bahasa Indonesia siswa SD
Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Sinjai.
2. Mendeskripsikan kompetensi guru mempengaruhi prestasi
belajar siswa guru SD Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau
Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai
3. Mendeskripsikan supervisi kunjungan kelas kepala sekolah dan
kompetensi guru dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa
10
SD Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan
Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan
ilmu manajemen pendidikan dan bermanfaat secara praktis bagi
kepala sekolah dan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan
di sekolah khususnya prestasi belajar siswa.
1. Kegunaan Teoretis
a. Dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa di SD Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau Harapan
Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai.
b. Berguna untuk menguji teori dalam manajemen pendidikan
yang menyatakan bahwa supervisi kunjungan kelas,
kompetensi guru berpengaruh terhadap kinerja guru dan
prestasi belajar siswa.
c. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan
kompetensi guru, kemampuan mengajar guru, maupun untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
d. Dapat menambah referensi hasil penelitian dalam bidang
supervisi pengajaran dan kompetensi guru.
2. Kegunaan Praktis
a. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan di bidang pendidikan oleh Dinas
11
Pendidikan di tingkat Kabupaten/Kota untuk meningkatkan
kualitas pendidikan melalui pembinaan supervisi kepala
sekolah dan meningkatkan kompetensi guru.
b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk
meningkatkan kinerja guru dengan mempelajari teori-teori
pembelajaran yang dibahas dalam kajian pustaka.
c. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi kepala
sekolah dalam menjalankan peran dan fungsinya untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan di
sekolah.
d. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi pihak-
pihak yang berkepentingan (stakeholders) untuk berperan
serta dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian yang Relevan
a. Persoalan kinerja akhir-akhir ini mendapat perhatian dalam
manajemen, karena berkaitan dengan prestasi kerja individu
dan pencapaian tujuan organisasi. Studi yang dilakukan oleh
Supriadi Dedi (1995) mengenai “Ciri-ciri sekolah yang
Bermutu di Sulawesi Selatan” menemukan bahwa sekolah
yang mutunya baik dan memiliki preferensi yang tinggi di
masyarakat memiliki ciri-ciri yang berbeda dibandingkan
dengan sekolah-sekolah yang mutunya biasa dalam hal
gairah belajar siswa, kinerja guru, dan hasil belajar yang
lebih baik disebabkan oleh kepemimpinan pengajaran kepala
sekolah.
b. Beberapa penelitian tentang kualitas pendidikan yang sering
disebut studi efek sekolah terhadap keluaran (output)
pendidikan disimpulkan oleh Suryadi (1994: 115) bahwa, di
negara berkembang pengaruh faktor sekolah dan kualitas
guru terhadap prestasi belajar lebih besar dibandingkan
dengan pengaruh faktor yang sama di negara maju, namun
di negara berkembang pengaruh latar belakang keluarga
terhadap prestasi belajar lebih kecil. Walaupun pengaruh
13
faktor sekolah dan kualitas guru terhadap prestasi belajar
lebih tinggi dari pada pengaruh faktor keluarga di negara
berkembang, belum tentu sekolah-sekolah di negara
berkembang lebih tinggi kualitasnya. Karena itu upaya untuk
meningkatkan kualitas guru sesuai standar kompetensi terus
diupayakan. Rendahnya kualitas pendidikan yang tercermin
pada pencapaian prestasi belajar siswa tidak luput dari
sorotan Tilaar (1994: 150-151) sebagai berikut, “Beberapa
indikator rendahnya kualitas pendidikan adalah mutu guru
yang masih rendah pada semua jenjang pendidikan, begitu
pula alat-alat bantu proses belajar-mengajar seperti buku
teks, peralatan laboratorium dan bengkel kerja belum
memadai”.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Arfan (1996) tentang
pengaruh latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, dan
unjuk kerja guru matematika terhadap prestasi belajar
matematika siswa di SMP 1 Kotamadya Malang menemukan
bahwa, (1) unjuk kerja guru mempunyai pengaruh paling
besar terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan variabel
latar belakang pendidikan ataupun pengalaman kerja guru,
(2) terdapat pengaruh lain diluar ketiga variabel penelitian
sebesar 32%, diduga karena faktor iklim organisasi, supervisi
yang dilakukan oleh kepala sekolah atau pengawas, atau
14
dapat juga faktor kelompok kerja guru bidang studi
matematika. Maka dalam penelitian ini memasukkan variabel
pengaruh supervisi kunjungan yang dilakukan kepala
sekolah terhadap kinerja guru dan prestasi belajar siswa.
d. Demikian pula beberapa penelitian yang berhasil dinilai oleh
Suryadi (1994) menyimpulkan bahwa usaha meningkatkan
kemampuan profesional guru melalui penataran yang
dilakukan selama ini sangat kecil. Bahkan hampir tidak
signifikan dampaknya terhadap prestasi belajar siswa,
apalagi jika diukur dari perbandingan biaya dan manfaat
(efisiensi). Karena itu harus ada alternatif lain untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru. Nurtain
(1989:85) menjelaskan bahwa kedudukan kepala sekolah
sebagai supervisor akademik lebih efektif untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru karena banyak
berhubungan dengan tugas-tugas guru di sekolah. Penelitian
yang dikutip oleh Nurtain (1989:86) tentang peranan kepala
sekolah dalam supervisi akademik di sekolah menengah
India yang dilakukan oleh NCERT (National Council of
Education Research and Training) menemukan bahwa
kepala sekolah dinyatakan sebagai pembimbing profesional
bagi guru-guru dan pada akhirnya berdampak pada
peningkatan pencapaian belajar siswa.
15
e. Jurnal Pak Amirullah yang berjudul “Pengaruh Supervisi
Pengawas dan Kinerja Guru dalam Meningkatkan Hasil
Beajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN 103 Tadang
Palie Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo” menyimpulkan
bahwa supervisi kepala sekolah di SDN 103 Tadang Palie
kecamatan Pammana kabupaten Wajo berpengaruh positif
terhadap hasil belajar siswa. Kinerja guru kelas V SDN 103
Tadang Palie kecamatan Pammana kabupaten Wajo
berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Supervisi
dan kinerja guru secara bersama berpengaruh positif
terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN 103 Tadang Palie
kecamatan Pammana kabupaten Wajo.
Dari hasil-hasil penelitian di atas, cukup beralasan untuk
mengajukan asumsi bahwa supervisi kunjungan kelas oleh
kepala sekolah, kompetensi guru berpengaruh terhadap kinerja
guru dan prestasi belajar siswa.
2. Prestasi Belajar Siswa
a. Pengertian Belajar
Sekolah yang berhasil apabila mampu membelajarkan
warga sekolah termasuk kepala sekolah, guru dan siswa.
Program sekolah yang utama adalah membelajarkan siswa
yaitu siswa di bimbing agar mempunyai kesadaran untuk
belajar secara terus menerus walaupun tidak dalam
16
pengawasan guru atau orang tua. Pakar psikologi
pendidikan memberikan pengertian terhadap istilah “belajar”
berbeda-beda berdasarkan sudut pandang masing-masing.
Belajar menurut pendapat Sardiman (1988:23) adalah
suatu perubahan individu yang belajar tidak hanya
penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk
kecakapan, keterampilan, sikap,pengertian, harga diri, minat,
watak dan penyesuaian diri. Pendapat yang hampir sama
dikemukakan oleh Natawidjaya & Moesa(1992:22) bahwa
belajar adalah suatu pembentukan, perubahan,
penambahan, dan atau pengurangan perilaku individu,
sedangkan pembentukan atau perubahan itu bersifat
menetap atau permanen, dan disebabkan oleh adanya
latihan yang terarah. Seseorang dikatakan belajar apabila
terjadi perubahan tingkah laku, bertambah ilmu
pengetahuan, menjadi terampil, dan mempunyai sikap
positip dalam menghadapi masalah.
Belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan
(Surya, 1992:23). Perubahan yang terjadi pada individu
sebagai hasil belajar akan nampak dalam penguasaan pola-
17
pola respon yang baru terhadap lingkungan yang berupa
keterampilan, kebiasaan, sikap, kecakapan, pengetahuan,
maupun pengalaman.
Belajar adalah aktif dan merupakan fungsi dari situasi di
sekitar individu yang belajar serta diarahkan oleh tujuan
dan terdiri daritingkah laku yang menimbulkan adanya
pengalaman-pengalaman dan keinginan untuk memahami
sesuatu. Apabila kita berbicara tentang belajar, maka
sebenarnya kita sedang membicarakan tentang perubahan
tingkah laku seseorang sebagai akibat interaksinya dengan
lingkungan.
Tidak berbeda dengan beberapa pendapat di atas,
Hamalik (1983:21) mengartikan belajar adalah suatu bentuk
pertumbuhan atau perobahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru
berkat pengalaman dan latihan. Dijelaskan lebih lanjut oleh
Hamalik, bahwa bentuk tingkah laku yang baru dimaksud
antara lain, dari tidak tahu menjadi tahu, perubahan dalam
sikap, kebiasaan-kebiasaan, keterampilan - keterampilan,
perkembangan sifat-sifat sosial, emosional dan pengertian-
pengertian baru. Pendapat yang hampir sama dikemukakan
oleh Dimyati dan Mudjiono (1994:282) bahwa, belajar adalah
kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan
18
keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Dalam
belajar tersebut individu menggunakan ranah-ranah; kognitif,
afektif, dan psikomotor. Sedangkan akibat dari belajar, maka
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor makin
bertambah. Pada dasarnya pengertian belajar menekankan
kepada usaha individu untuk memperoleh perubahan
perilaku, dan perubahan tingkah laku dimaksud akan
nampak dalam penguasaan pola-pola respon yang baru
terhadap lingkungan yang berupa keterampilan, kebiasaan,
sikap, kecakapan, dan pengalaman.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar
diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh
pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan cara
mengolah bahan belajar sehingga terjadi peningkatan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada diri seseorang
yang belajar.
b. Prestasi Belajar
Salah satu indikator keberhasilan belajar adalah prestasi
belajar. Prestasi belajar dapat dicapai apabila siswa secara
tekun dan sungguh-sungguh berusaha merubah sikap,
keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki. Karenanya
belajar merupakan perubahan perilaku individu yang positif
19
dan fungsional. Melalui proses belajar mekanisme kegiatan
diaktualisasikan. Atas dasar pemikiran diatas, maka setiap
kegiatan belajar yang dilakukan siswa akan menghasilkan
perubahan-perubahan dalam dirinya. Perubahan tersebut
mencakup keseluruhan pribadi yang meliputi aspek-aspek
kognitif, afektif dan psikomotor, dapat disebut sebagai hasil
belajar secara keseluruhan. Dan untuk mengetahui
perubahan tingkah laku yang sesuai dengan tujuan sekolah
maka diadakan penilaian. Hasil dari penilaian itu sebagai
indikator prestasi belajar yang dicapai siswa.
Terdapat beberapa pengertian prestasi belajar yang
dikemukakan oleh pakar dibidangnya. Buchori (1995:96)
mengartikan prestasi belajar sebagai hasil yang dicapai atau
yang ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil belajarnya, baik
berupa angka atau huruf serta tindakannya yang
mencerminkan hasil belajarnya, yang dicapai masing-masing
anak dalam periode tertentu dalam belajar. Secara singkat
dikemukakan oleh Gunarsa (1982:84) bahwa prestasi belajar
adalah hasil maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah
melakukan usaha belajar. Berdasarkan dua pendapat
mengenai prestasi belajar diatas dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan belajar setiap
siswa selama jangka waktu tertentu.
20
Prestasi belajar dimaksud merupakan hasil jerih payah
yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan belajar dalam
periode waktu yang telah ditentukan. Jadi prestasi belajar
merupakan hasil nyata dari siswa dalam mengikuti proses
belajar mengajar tertentu sesuai dengan kurikulum yang
telah ditentukan dengan criteria penilaian tertentu pula.
Dalam hal ini Surya (1992:91) menyebutkan bahwa prestasi
belajar merupakan seluruh kecakapan yang dicapai melalui
proses belajar disekolah, yang dinyatakan dengan nilai-nilai
prestasi belajar berdasarkan hasil tes.
Prestasi belajar dalam penelitian ini dinyatakan dalam
bentuk angka-angka (nilai) yang tercantum raport semester
ganjil pelajaran 2014/2015 pada setiap mata pelajaran yang
diasuh oleh guru di SD Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau
Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai.
Sedangkan data prestasi belajar yang dikumpulkan adalah
angka raport dari kelas tertinggi yang diasuh oleh guru di SD
Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan
Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik yang berasal dari diri siswa maupun
dari luar diri siswa. Berkaitan dengan faktor tersebut, Surya
21
(1992:87-88) berpendapat bahwa, kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa disebabkan oleh dua faktor utama,
yaitu; (1) faktor-faktor yang terletak dalam diri siswa (faktor
intern), dan (2) faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa
(faktor ekstern). Faktor-faktor yang terletak pada diri siswa
antara lain; kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki
siswa, kurangnya bakat khusus untuk situasi belajar tertentu,
kurang motivasi atau dorongan untuk belajar, situasi pribadi
atau emosional yang dihadapi oleh siswa, dan faktor
jasmaniah berupa cacat tubuh, gangguan kesehatan,
gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dan
sebagainya. Sedangkan faktor ekstern ialah faktor yang
berasal dari lingkungan sekolah, situasi dalam keluarga, dan
situasi lingkungan sosial. Pendapat yang hampir sama
dikemukakan oleh Purwanto(1998:37-38) bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor ekstern
yaitu berasal dari luar diri si subyek belajar, dan faktor intern
yang berasal dari diri si subyek yang meliputi: faktor fisiologis
dan faktor psikologis. Dalam penjelasan selanjutnya,
Purwanto (1998:39) lebih menitik beratkan pada tinjauan
faktor intern dan dikhususkan pada faktor-faktor psikologis.
Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan
landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan
22
belajar secara optimal. Akan tetapi tanpa kehadiran faktor-
faktor psikologis dapat menghambat kelancaran proses
belajar, bahkan dapat menimbulkan masalah belajar. Faktor-
faktor psikologis yang memiliki peranan penting dalam
kegiatan belajar menurut Thomas F. Station yang dikutip
oleh Nasution (2006:61) sebagai berikut: (1) motivasi, yaitu
segenap daya yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu, (2) konsentrasi, yaitu sebagai suatu kegiatan
memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi
belajar (3) reaksi, yaitu keterlibatan suatu fisik maupun
mental dalam menanggapi suatu stimulus yang muncul, (4)
mengorganisasi, yaitu menata bagian-bagian bahan
pelajaran ke dalam suatu kesatuan pengertian, (5)
pemahaman, yaitu penguasaan materi pembelajaran,
mengerti makna bahan pembelajaran, dan mengerti
maksud bahan pembelajaran, (6) ulangan, yaitu mengingat
atau mempelajari kembali pelajaran yang telah dibahas,
sehingga bahan pelajaran yang telah dibahas akan semakin
jelas.
Berdasarkan kajian beberapa pendapat diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa, faktor-faktor yang menyebabkan
masalah belajar dapat berasal dari dalam diri siswa maupun
berasal dari luar diri siswa. Secara rinci, faktor-faktor dari
23
dalam diri siswa yang dapat menimbulkan masalah belajar
adalah sebagai berikut:
1) Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa,
kemampuan dasar (intelegensi) merupakan wadah bagi
kemungkinan tercapainya hasil belajar. Jika kemampuan
rendah maka hasil yang akan dicapai pun akan rendah
pula, dan pada akhirnya akan menimbulkan kesulitan
belajar.
2) Kurangnya bakat khusus untuk suatu situasi belajar
tertentu, bakat sebagaimana halnya intelegensi
merupakan wadah untuk mencapai hasil belajar. Siswa
yang kurang atau tidak berbakat dalam suatu kegiatan
belajar tertentu akan mengalami kesulitan belajar.
Keberhasilan dalam belajar banyak ditentukan oleh
minat dalam suatu pelajaran tertentu, kurangnya minat
akan lebih banyak menimbulkan masalah belajar.
3) Kurang motivasi atau dorongan untuk belajar, tanpa
motivasi yang kuat, siswa terasa lesu dan kurang gairah
dalam belajar sehingga berakibat rendahnya hasil belajar
siswa.
4) Situasi pribadi, terutama suasana emosional yang
dihadapi siswa-siswa tertentu, misalnya; pertentangan
yang dialami dalam dirinya, situasi kekecewaan
24
(frustrasi), kesedihan yang sedang dialami, semua itu
dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar.
5) Faktor-faktor jasmaniah, yaitu; keadaan cacat tubuh,
gangguan kesehatan, gangguan penglihatan,
pendengaran, dan gangguan jasmani lainnya dapat
menjadi penyebab kesulitan belajar siswa.
6) Faktor-faktor bawaan (heredity), misalnya; buta warna,
kidal, cacat tubuh, dan sejenisnya. Faktor-faktor bawaan
dapat menghambat dan menyebabkan masalah dalam
belajar.
Sedangkan faktor-faktor dari luar diri siswa yang
menyebabkan masalah belajar adalah sebagai berikut:
1) Faktor lingkungan sekolah, yaitu lingkungan sekolah
yang kurang memadai bagi situasi belajar siswa, antara
lain; metode mengajar tidak tepat, sikap guru yang
kurang baik terhadap siswa, perlengkapan belajar
kurang, ruangan belajar sempit dan tidak teratur,
hubungan antar guru dan hubungan kepala sekolah
dengan guru kurang harmonis. Keadaan lingkungan
demikian dapat menjadi penyebab masalah belajar
siswa.
2) Situasi dalam keluarga, yaitu keadaan keluarga yang
kurang mendukung situasi belajar, antara lain;
25
kekacauan rumah tangga (broken home), kurangnya
perhatian orang tua terhadap anak, ketidak mampuan
ekonomi orang tua untuk membiayai sekolah,
kurangnya persediaan perlengkapan belajar di rumah,
dan harapan atau tuntutan orang tua terhadap anak
terlalu tinggi sehingga anak merasa tertekan.
3) Situasi lingkungan sosial yang mengganggu keadaan
siswa, yaitu suatu pengaruh negatif dari pergaulan,
situasi masyarakat yang kurang memadai, gangguan
kebudayaan seperti film, bacaan, dan sebagainya.
d. Proses dan Hasil Belajar
Sebagaimana diketahui bahwa belajar merupakan
perubahan perilaku individu yang positip dan fungsional
untuk mencapai sesuatu tujuan. Proses belajar merupakan
sesuatu bentuk kegiatan untuk mencapai tujuan itu. Karena
itu proses belajar secara keseluruhan merupakan inti dari
proses pendidikan. Dengan proses belajar akan terjadi
perubahan pada individu sebagai subyek didik tentang
pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, sikap dan aspek-
aspek lainnya. Untuk mencapai tujuan itu, mekanisme
kegiatan proses belajar perlu ditunjang dengan motif dan
minat dari subyek didik disamping kondisi dan situasi lain
yang kondusif. Pendapat Dollar & Miller dalam Hasan
26
(1990:109) menegaskan bahwa keefektifan belajar
dipengaruhi oleh empat hal ialah: (1) adanya motivasi, (2)
adanya perhatian dan tahu sasaran, (3) adanya usaha
(response), (4) adanya evaluasi dan pemantapan hasil yang
diperoleh. Untuk mencapai keberhasilan belajar. motivasi
individu sangat menentukan disamping aspek-aspek lainnya.
Berbeda dengan pendapat di atas, Nasution (1985:)
mengemukakan tiga fase proses belajar yaitu, (1) informasi,
(2) transformasi, (3) evaluasi. Dalam pencapaian fase-fase
tersebut seperti informasi yang berupa tambahan
pengetahuan, transformasi penggunaan pengetahuan
kepada yang lebih luas dan pemanfaatan ilmu pengetahuan
memerlukan motivasi, minat, keinginan dari individu.
Proses dan keefektifan dalam belajar seperti
dikemukakan di atas menjelaskan bahwa keberhasilan
individu (siswa) dalam belajar diperlukan motivasi dan minat
terhadap mata pelajaran yang sedang dihadapi. Disamping
itu pula keinginan individu untuk mengetahui lebih luas
terhadap mata pelajaran yang sedang dipelajarinya dan
dorongan untuk menemukan sendiri.
Pencapaian tujuan dimaksud sebagai hasil proses
belajar, individu (siswa) memperoleh informasi dan
mengolahnya sehingga terjadi pemahaman diri yang
27
dimanifestasikan pada perubahan perilaku yang mencakup
aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Berkaitan dengan
rumusan hasil belajar, pendapat Bloom dan Krathwohl yang
dikutip oleh Irawan (1994:13) merumuskan hasil belajar
sebagai berikut: (1) aspek kognitif yang terdiri dari
pengetahuan (mengingat, menghafal), pemahaman
(menginterpretasikan), aplikasi (menggunakan konsep untuk
memecahkan suatu masalah), analisis (menjabarkan suatu
konsep), sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep
menjadi suatu konsep utuh), evaluasi (membandingkan nilai-
nilai, ide, metode dan sebagainya, (2) aspek afektif yang
terdiri dari pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya
sesuatu), merespon (aktif berpartisipasi), penghargaan
(menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu),
pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai nilai
tertentu), pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian
dari pola hidup), (3) aspek psikomotorik yang terdiri dari,
peniruan (menirukan gerak), penggunaan (menggunakan
konsep untuk melakukan gerak), ketepatan (melakukan
gerak dengan benar), perangkaian (melakukan beberapa
gerakan sekaligus dengan benar), naturalisasi (melakukan
gerak secara wajar). Secara lebih khusus, Burton (dalam
Samana, 1994:30) menggambarkan hasil belajar seseorang
28
apabila telah memiliki kemampuan khusus dan peningkatan
keterampilan yang sejalan dengan kemampuan-kemampuan
yang dimilikinya.
Setelah mempelajari mekanisme proses belajar, maka
peranan guru sangat penting dalam usaha menumbuhkan
kepercayaan diri siswa sehingga timbul motivasi, minat dan
sikap belajar secara terus menerus dengan penuh
kesadaran.
Dengan demikian, kemampuan guru perlu ditingkatkan
agar kreatif dalam melaksanakan tugas dan inovatif dalam
menerapkan strategi pembelajaran. Maka pembinaan guru
terus diupayakan melalui kegiatan supervisI secara
berkelanjutan yang dilakukan oleh kepala sekolah.
3. Supervisi Kunjungan Kelas oleh Kepala Sekolah
a. Pengertian Supervisi Pendidikan
Istilah supervisi secara umum dikenal dari bahasa
Inggris “supervsion”, yang artinya mengawasi, atau atasan
yang menilai kinerja bahawan. Supervisi dapat diartikan
sebagai bentuk pelayanan, bantuan professional, atau
bimbingan bagi guru-guru dan dengan melalui pertumbuhan
kemampuan guru hendak meningkatkan mutu pendidikan
dan pengajaran (Sutisna, 1993:271). Berkaitan dengan
istilah supervisi, Mangkunegoro (1986:33) menjelaskan
29
bahwa dalam pelaksanaannya sering digunakan secara
bergantian dengan istilah pengawasan, pemeriksaan, dan
inspeksi. Pengawasan dapat diartikan sebagai proses untuk
menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen
tercapai (Handoko,1992:46). Pengawasan juga dapat
diartikan suatu kegiatan untuk melakukan pengamatan agar
pekerjaan dilakukan sesuai dengan ketentuan. Pemeriksaan
dimaksudkan untuk melihat suatu kegiatan yang
dilaksanakan telah mencapai tujuan. Sedangkan inspeksi
dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan kekurangan
atau kesalahan yang perlu diperbaiki dalam suatu pekerjaan.
Berbeda dengan Sutisna (1993) yang menjelaskan bahwa
secara umum supervision diberi arti sama dengan direction
atau pengawasan dan ada kecenderungan untuk membatasi
pemakaian istilah supervisor pada orang-orang yang berada
dalam kedudukan yang lebih bawah dalam hierarkhi
manajemen. Kedudukan yang setingkat dengan supervisor
adalah manajer lini pertama (first line management),
pengawas, atau mandor.
Dalam organisasi pendidikan, pengawas sekolah adalah
Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, dan
wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang
untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan
30
melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis
pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra
sekolah, dasar dan menengah (Nawawi, 1997:73).
Kedududukan pengawas dalam institusi pendidikan sangat
strategis karena melakukan penilaian sekaligus pembinaan
terhadap kinerja guru, kepala sekolah, dan staf administrasi
dalam pengelolaam pendidikan di sekolah. Penilaian
dilakukan untuk mengetahui pencapaian tujuan yang
ditetapkan, sedangkan pembinaan bertujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru, kepala sekolah
dan petugas administrasi dalam pencapaian tujuan
pendidikan. Salah satu tugas penting pengawas adalah
melakukan supervisi secara rutin dan berkelanjutan di
sekolah yang menjadi tanggung jawabnya.
Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang
secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor
agar dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilannya
dalam memberikan layanan kepada orang tua peserta didik
dan sekolah, sebagaimana dikemukakan oleh Sergiovanni
(1991) sebagai berikut: “Supervision is a process designed to
help teacher and supervisor learn more about their practice;
to better able to use their knowledge and skills to better
serve parents and schools; and to make the school a more
31
effective learning community”. Hal senada dikemukakan oleh
Lipham dkk (1985) bahwa, Supervision is provided for
improving the teaching and learning environment of the
school”. Supervisi tidak hanya membantu guru dalam
meningkatkan kemampuan mengajar, tetapi juga menambah
pengetahuan bagi supervisor secara sinergi menciptakan
lingkungan sekolah yang kondusif.
Pendapat Jones yang dikutip Pidarta (1988) menjelaskan
bahwa supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan
terutama untuk mengembangkan efefktivitas kinerja
personalia sekolah yang berhubungan dengan tugas-tugas
utama pendidikan. Dalam definisi di atas,supervisi
dipandang sebagai sub sistem dari sistem administrasi
sekolah. Sebagai sub sistem, supervisi tidak terlepas dari
sistem administrasi yang juga menyangkut tenaga non guru,
termasuk kepala sekolah dan petugas administrasi. Namun
titik berat supervisi adalah perbaikan dan pengembangan
kinerja guru yang langsung menangani peserta didik.
Melalui perbaikan dan pengembangan kinerja guru,
diharapkan proses pengajaran dapat berkembang, pada
akhirnya berdampak pada efektivitas proses pembelajaran.
Secara lebih khusus, Sutisna (1993) mengartikan supervisi
32
sebagai bantuan dalam mengembangkan situasi belajar-
mengajar yang lebih baik. Dengan perkataan lain, supervisi
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang disediakan untuk
membantu para guru untuk meningkatkan kemampuan
dalam menjalankan tugas pengajaran. Peran supervisor
adalah membantu, memotivasi dan mendukung guru agar
semakin matang (mature) dan mandiri dalam menjalankan
tugas utamanya. Tidak berbeda dengan pendapat di atas,
Satmoko (1992:154) mengartikan supervisi adalah bantuan
yang diberikan kepada seluruh staf untuk mengembangkan
situasi belajar-mengajar yang lebih baik. Bantuan yang
diberikan kepada staf dalam hal ini para guru meliputi teknis
administratif dan teknik edukatif Teknik administratif
berkenaan dengan persiapan bahan pengajaran, penataan
dokumen-dokumen penilaian, penyiapan berkas laporan
kemajuan belajar siswa atau data yang berkaitan dengan
laporan pengajaran pada akhir tahun ajaran. Sedangkan
bantuan teknik edukatif berupa bimbingan kepada guru
untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam
pembelajaran antara lain, masalah siswa, pemilihan berbagai
strategi pembelajaran, analisis kurikulum, pemilihan sumber
belajar, ataupun penggunaan media belajar.
33
Dengan istilah yang berbeda, Supandi (1990)
mengartikan supervisi pendidikan adalah bantuan yang
diberikan kepada personel pendidikan untuk
mengembangkan proses pendidikan yang lebih baik.
Personel pendidikan dimaksud meliputi kepala sekolah, guru,
dan petugas sekolah lainnya termasuk staf administrasi.
Dalam menjalankan tugasnya, personel sekolah sering
menghadapi masalah-masalah pendidikan, karena itu
pengawas sekolah perlu melakukan bimbingan dan
pengarahan dalam bidang administratif ataupun bidang
akademik terutama perbaikan pada aspek pengelolaan
pengajaran yang dilakukan oleh guru. Guru perlu mendapat
bimbingan ataupun bantuan supervisor dalam memecahkan
masalah-masalah pembelajaran agar proses dan hasil
pembelajaran dapat mencapai sasaran yang ditetapkan.
Istilah supervisi pendidikan dan supervisi pengajaran
dalam pelaksanaannya sering digunakan secara bergantian,
dan mempunyai arti yang tidak berbeda karena keduanya
memberikan bantuan perbaikan pengajaran sehingga proses
pendidikan di sekolah berjalan dengan baik.
34
b. Tujuan dan Fungsi Supervisi
1) Tujuan Supervisi
Prestasi belajar siswa dapat dicapai tidak terlepas
dari peranan pengawas, kepala sekolah dan guru. Tugas
pokok guru adalah mengajar dan membantu siswa
menyelesaikan masalah-masalah belajar dan
perkembangan pribadi dan sosialnya. Kepala sekolah
memimpin guru dan siswa dalam proses pembelajaran
serta membantu mengatasi masalah yang dihadapi.
Pengawas melakukan supervisi dan memberikan
bantuan kepada kepala sekolah, guru dan siswa dalam
mengatasi persoalan yang dihadapi selama proses
pendidikan berlangsung.
Dikemukakan oleh Sahertian dan Rohmadi (1990:45)
bahwa tujuan supervisi ialah memperkembangkan situasi
belajar dan mengajar yang lebih baik. Yang dimaksud
situasi belajar dan mengajar ialah situasi dimana terjadi
proses interaksi antara guru dengan siswa dalam usaha
mencapai tujuan belajar yang ditentukan. Usaha ke arah
perbaikan pembelajaran ditujukan kepada pencapaian
tujuan akhir pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak
yang mandiri. Lebih lanjut dikemukakan oleh Sahertian
dan Mataheru, bahwa tujuan konkrit supervisi pendidikan
35
yaitu (1) membantu guru melihat dengan jelas tujuan-
tujuan pendidikan, (2) membantu guru dalam membim-
bing pengalaman belajar murid-murid, (3) membantu
guru dalam menggunakan sumber pengalaman belajar,
(4) membantu guru dalam menggunakan metode-
metode/alat-alat pembelajaran, (5) membantu guru
dalam memenuhi kebutuhan belajar murid murid, (6)
membantu guru dalam hal menilai kemajuan murid-murid
dan hasil pekerjaan guru itu sendiri, (7) membantu guru
dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru
dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka,
(8) membantu guru baru di sekolah sehingga mereka
merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya, (9)
membantu guru agar lebih mudah mengadakan
penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara
memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar, (10)
membantu guru agar waktu dan tenaga tercurahkan
sepenuhnya dalam pembinaan sekolahnya. Tujuan
supervisi di atas merupakan usaha atau bantuan yang
dilakukan oleh supervisor kepada guru-guru untuk
meningkatkan kemampuan pengelolaan pengajaran
termasuk pertumbuhan kepribadian dan sosialnya.
36
Purwanto (1998:3) mengemukakan bahwa tujuan
supervisi adalah mengembangkan iklim yang kondusif
dan lebih baik dalam kegiatan pembelajaran, melalui
pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Dengan
kalimat lain, tujuan supervisi pengajaran adalah
membantu dan memberikan kemudahan kepada para
guru untuk belajar meningkatkan kemampuan mereka
guna mewujudkan tujuan belajar peserta didik. Secara
lebih operasional, tujuan supervisi menurut Ametembun
(Mulyasa, 2003) adalah (1) membina kepala sekolah dan
guru agar lebih memahami tujuan pendidikan, (2)
meningkatkan kemampuan kepala sekolah dan guru-
guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang lebih efektif, (3) membantu
kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara
kritis terhadap aktivitas kerja, persoalan pembelajaran,
serta membantu merencanakan perbaikan-perbaikan, (4)
meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru
serta petugas sekolah lainnya terhadap cara kerja yang
demokratis, serta kesediaan untuk tolong-menolong, (5)
memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan
motivasi berprestasi, (6) membantu kepala sekolah untuk
mensosialisasikan program pendidikan di sekolah
37
kepada masyarakat, (7) melindungi warga sekolah yang
disupervisi terhadap tuntutan yang tidak wajar dan kritik-
kritik yang tidak sehat dari masyarakat, (8) membantu
kepala sekolah dan guru-guru dalam mengevaluasi
aktivitasnya untuk mengembangkan kreativitas peserta
didik, (9) mengembangkan rasa kesatuan (kolegialitas)
sesama guru.
Supervisi pendidikan berperan memberikan
kemudahan dan membantu kepala sekolah dan guru
mengembangkan potensi secara optimal. Supervisi
harus dapat meningkatkan kepemimpinan kepala
sekolah sehingga dapat mencapai efektivitas dan
efisiensi program sekolah secara keseluruhan. Melalui
supervisi, guru diberi kesempatan untuk meningkatkan
kinerja, dilatih untuk memecahkan berbagai
permasarlahan yang dihadapi. Dalam merumuskan
program sekolah, guru diberi kesempatan untuk
memberikan masukan dan penilaian program yang
disusun. Keterlibatan guru secara penuh dapat
meningkatkan rasa kebersamaan dan berdampak pada
peningkatan semangat kerja. Dengan demikian tujuan
supervisi pendidikan adalah meningkatkan kemampuan
profesional dan teknis bagi guru, kepala sekolah, dan
38
personel sekolah lainnya agar proses pendidikan di
sekolah lebih berkualitas. Dan yang utama, supervisi
pendidikan dilakukan atas dasar kerjasama, partisipasi,
dan kolaborasi, bukan berdasarkan paksaan dan
kepatuhan. Dengan demikian, akan timbul kesadaran,
inisiatif, dan kreativitas personel sekolah.
2) Fungsi Supervisi
Supervisi mempunyai fungsi ganda, untuk
meningkatkan kemampuan mengajar guru dan untuk
pengembangan kurikulum. Burton (Oliva, 1984: 16)
mengidentifikasi fungsi supervisi sebagai berikut: “(1)
The improvement of the teaching act, (2) The
improvement of teachers in service, (3) The selection
and organization of subjectmatter, (4) Testing and
measuring, and (5) The rating of teachers”. Sedangkan
Oliva sendiri membagi fungsi supervisi menjadi tiga
yaitu, pengembangan staf (staff development),
pengembangan kurikulum (curriculum development), dan
perbaikan pengajaran (instructional development).
Pengembangan staf dimaksudkan sebagai pembinaan
terhadap kepala sekolah, guru-guru dan personel
sekolah lainnya agar meningkatkan kemampuan dan
kinerjanya serta saling bekerjasama dalam merealisasi
39
program pendidikan di sekolah. Pengembangan
kurikulum adalah pengkajian kurikulum disesuaikan
dengan kebutuhan dan perkembangan lingkungan.
Pengembangan kurikulum termasuk dalam kegiatan
memperbaharui program pembelajaran,
mengembangkan bahan instruksional, memilih bahan
ajar, mengembangkan media pembelajaran, dan
menentukan strategi/metode yang tepat untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Perbaikan
pengajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru
secara berkelanjutan dengan menyesuaikan
perkembangan kurikulum maupun tuntutan terhadap
kemajuan Iptek. Perbaikan pembelajaran dapat
dilakukan dari sisi perencanaan, materi (subject matter)
maupun metode pembelajaran Bahan yang dipersiapkan
untuk pembelajaran berdasarkan kurikulum terbaru dan
dilengkapi dengan bahan-bahan pembelajaran penting
yang belum tercakup dalam perencanaan pembelajaran.
Sedangkan Gwyn (dalam Santoso, 2000)
membedakan tiga tanggung jawab utama seorang
supervisor adalah (1) bertanggung untuk menolong guru-
guru secara individual, (2) bertanggung jawab dalam
mengkoordinir dan lebih memperbaiki seluruh staf
40
sekolah dalam melakukan tugas pelayanan pendidikan
dan pengajaran di sekolah, (3) bertanggung jawab dalam
mendayagunakan berbagai sumberdaya manusia
sebagaimana sumber yang membantu pertumbuhan
guru dan sekaligus sebagai penerjemah program-
program di sekolah, maupun kepada masyarakat.
Secara makro, Sutisna (1993:75) berpendapat bahwa
fungsi supervisi adalah (1) sebagai penggerak
perubahan, (2) sebagai program pelayanan untuk
memajukan pengajaran, (3) meningkatkan kemampuan
hubungan manusia, (4) sebagai kepemimpinan
kooperatif.
Supervisi berfungsi sebagai penggerak perubahan,
seringkali guru menganggap tugas mengajar sebagai
pekerjaan rutin, dari waktu-kewaktu tidak mengalami
perubahan baik segi materi maupun metode/pendekatan.
Menghadapi keadaan yang demikian, perlu ada inisiatif
dari kepala sekolah atau supervisor untuk mengarahkan
guru agar melakukan pembaharuan materi pembelajaran
sesuai dengan kemajuan Iptek dan kebutuhan
lingkungan. Demikian pula dalam menerapkan metode
pembelajaran, guru terus didorong agar berani
melakukan uji coba dan menerapkan metode sesuai
41
dengan materi yang dibahas. Lebih lanjut dijelaskan oleh
Sutisna (1993:87) bahwa pengawas, penilik, dan orang-
orang yang diserahi tanggung jawab khusus tentang
supervisi, jika menginginkan perubahan, maka mereka
harus menghargai perbedaan pandangan, menilai tinggi
guru yang kreatif dan imajinatif.
Supervisi berfungsi sebagai program pelayanan
untuk memajukan pengajaran, dalam situasi belajar
sering terjadi masalah, baik yang dihadapi guru maupun
siswa. Guru sering menghadapi kesulitan dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
pembelajaran, karena itu supervisor memberikan
bimbingan kepada guru agar dapat mengelola
pembelajaran secara lebih efektif termasuk bantuan
menyelesaikan masalah masalah belajar siswa.
Supervisi berfungsi meningkatkan kemampuan
hubungan manusia, untuk mencapai tujuan, guru
ataupun kepala sekolah tidak dapat melakukan sendiri,
maka perlu kerjasama dan bantuan sesama guru, kepala
sekolah ataupun dengan masyarakat. Pada
kenyataannya, tidak semua guru dan kepala sekolah
mampu melaksanakan hubungan kerjasama dengan
pihak-pihak yang terkait, maka tugas supervisor
42
membantu guru mengenali diri dan mengenali tugas-
tugasnya, serta bagaimana dapat menyelesaikannya.
Dan lebih penting adalah membantu guru dan kepala
sekolah untuk meningkatkan kerjasama dengan orang
tua siswa, masyarakat maupun dengan instansi terkait.
Supervisi sebagai kepemimpinan kooperatif,
keberhasilan supervisi tidak hanya ditentukan oleh
kemampuan supervisor dalam menjalankan tugas dan
fungsinya, akan tetapi memerlukan dukungan dan
partisipasi dari kepala sekolah, guru-guru, konselor, dan
orang tua siswa secara bersama-sama ikut memikirkan
perkembangan anak didik ke arah tercapainya tujuan-
tujuan sekolah. Karena itu tugas supervisor bukan hanya
menilai kinerja guru, melainkan turut membantu guru
untuk memajukan proses pembelajaran.
Pelaksanaan fungsi-fungsi sebagaimana disebutkan
di atas, harus dilaksanakan secara kontinyu, konsisten
dan terpadu dengan antara program supervisi dengan
program pendidikan di sekolah. Sebab inti dari kegiatan
supervisi adalah pembinaan terhadap kemampuan
profesional guru dan tenaga kependidikan lainnya agar
tercipta iklim belajar yang kondusif.
43
3) Pendekatan Supervisi
Terdapat beberapa macam pendekatan supervisi
yang dapat dilakukan, dan pilihan terhadap pendekatan
didasari oleh pertimbangan dan alasan tertentu. Wiles
dan Oliva (1987:56) mengemukakan bahwa pendekatan
utama supervisi adalah meliputi, collaborative
supervision dan clinical supervison. Sedangkan
Sergiovanni (1991:67) mengklasifikasi pendekatan
supervisi menjadi empat macam yaitu, (1) supervisi klinis
(clinical supervision), (2) supervisi kolegial (collegial
supervision), (3) Supervisi individual (selfdirected
supervision), dan (4) Supervisi informal (informal
supervision). Soewono (1991:45) berpendapat bahwa
pada masa kini terdapat kecenderungan kegiatan
supervisi pengajaran mengarah kepada supervisi klinis.
Lebih lanjut Nurtain menjelaskan bahwa pemilihan
terhadap supervisi klinis sebagai pendekatan dengan
alasan; pengajaran tidak dapat dipandang hanya proses
penyampaian pengetahuan saja, akan tetapi suatu
perbuatan yang komplek melibatkan unsur teknologi,
ilmu, seni, dan pilihan nilai.
Pada prinsipnya tidak ada suatu pendekatan tunggal
yang dapat digunakan untuk segala situasi dan tempat.
44
Pemilihan yang tepat bergantung pada masalah yang
dihadapi dan tujuan yang hendak dicapai. Untuk
kepentingan dimaksud, berikut di uraikan pendekatan
kolegial, pendekatan individual dan pendekatan klinis.
4) Pendekatan Kolegial
Supervisi kolegial atau supervisi rekanan diistilahkan
dalam beberapa nama antara lain, peer supervision,
cooperative professional development, dan bahkan
sering disebut collaborative supervision. Supervisi
kolegial sebagai proses formal moderat dimana dua
orang guru atau lebih bekerjasama untuk kepentingan
perkembangan profesional guru, sebagaimana
dikemukakan oleh Glatthorn (Sergiovanni, 1991: 303)
sebagai berikut: “Collegial supervision as a moderately
formalized process by which two or more teachers
agreed to work together for their own professional
growth, usually by observing each other’ sclassroom,
giving each other feedback about the observation, and
discussing shared professional concerns”. Kegiatan
supervisi kolegial dilakukan dengan saling mengadakan
observasi kelas masing-masing, dan selanjutnya saling
memberikan balikan tentang observasi yang dilakukan,
dan membahas masalah-masalah profesional mereka.
45
Bentuk supervisi kolegial menurut Orlosky
(1984:183-186) antara lain pertemuan guru-guru (faculty
meetings), lokakarya (workshops), dan observasi
sesama guru di kelas (teachers observing teachers).
Pertemuan guru-guru (faculty meetings) harus
mempunyai agenda yang jelas dan membicarakan topik-
topik yang berkaitan dengan kemajuan pendidikan di
sekolah. Kegiatan dalam pertemuan guru-guru meliputi,
(1) guru tergabung dalam kelompok-kelompok kecil
menentukan topik yang menarik untuk didiskusikan, (2)
guru melakukan curah pendapat (brain storming)
berkaitan dengan isue yang dikemukakan, (3) guru
bertukar pengalaman dalam penggunaan sumber belajar
atau media, (4) berdiskusi untuk menyelesaikan masalah
siswa, (5) merencanakan program bersama, (6)
mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan oleh guru,
(7) menindaklanjuti hasil evaluasi dan program
pembelajaran, (8) berbagi pengalaman antar guru
mengenai keberhasilan dan kegagalan dalam
melaksanakan pembelajaran, (9) mendiskusikan
berbagai upaya untuk meningkatkan suasana kerja yang
lebih baik, (10) ikut memikirkan masalah administratif di
46
sekolah dan memberikan masukan kepada kepala
sekolah.
Supervisi kolegial dapat juga dilakukan melalui
lokakarya (workshops) yaitu suatu kegiatan kelompok
yang terdidi dari kepala sekolah, supervisor (pengawas)
dan guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi
melalui percakapan dan bekerja secara kelompok
.Setiap peserta/anggota dalam lokakarya berusaha untuk
mengembangkan kesanggupan berfikir dan bekerja
bersama-sama, baik mengenai masalah-masalah yang
bersifat teoretis maupun yang bersifat praktis dengan
maksud untuk meningkatkan kualitas pendidikan
umumnya dan kemampuan profesional masing-masing
anggota. Prosedur pelaksanaan lokakarya (workshops)
sebagai berikut, (1) merumuskan tujuan, output yang
akan dicapai, (2) merumuskan pokok-pokok masalah
yang akan dibahas secara rinci, (3) menentukan strategi
pemecahan masalah yang meliputi, merumuskan
masalah yang akan dibahas, tujuan pembahasan,
metode pembahasan, menentukan alat atau bahan
perlengkapan yang digunakan selama lokakarya,
merumuskan kesulitan-kesulitan yang dihadapi, dan
merumuskan simpulan dan saran-saran.
47
Observasi sesama guru di kelas (teachers observing
teachers) dapat dikategorikan supervisi kolegial karena
melibatkan sesama rekan guru secara bergantian untuk
melihat dan menilai kegiatan pembelajaran di kelas dengan
mencatat keberhasilan dan kekurangannya. Sedangkan
tujuan observasi sesama guru adalah untuk memperoleh
data yang lengkap dan objektif tentang proses pembelajaran
termasuk aktivitas siswa selama proses belajar berlangsung,
selanjutnya informasi yang diperoleh dapat dijadikan balikan
(feedback) bagi rekan guru yang diobservasi maupun bagi
diri guru yang bersangkutan. Instrumen (alat) untuk
melakukan observasi dapat berupa check list yaitu daftar
item-item yang sudah dipersiapkan lebih dahulu sehingga
guru tinggal mencocokkan pilihan yang tersedia dengan
kenyataan di kelas. Alat observasi lainnya dapat berupa
lembar observasi kelas, tujuannya adalah untuk mengetahui
tingkat keberhasilan seorang guru dalam mengembangkan
sistem instruksional yang menjadi tanggung jawabnya.
Aspek-aspek penting yang tertulis dalam lembar observasi
antara lain, (1) kemampuan guru dalam merumuskan tujuan
pembelajaran, kompetensi dasar serta indikator yang harus
dicapai setiap mata pelajaran, (2) pencapaian target setiap
pertemuan (3) aktivitas siswa selama proses pembelajaran
48
berlangsung, (4) kreativitas anak dalam memecahkan
kesulitan yang dihadapi secara individu maupun kelompok,
(5) kemampuan guru dalam mengelola kelas, (6)
keterampilan guru dalam menggunakan media atau alat
peraga, (7) kemampuan guru dalam membantu kesulitan
belajar anak.
5) Pendekatan Klinis
Supervisi klinis dikembangkan oleh Robert Hammer dan
Moris Kogan tahun 1973 serta rekan-rekannya di Universitas
Harvard. Tujuannya adalah mencari pendekatan yang lebih
efektif dalam supervisi pengajaran. Hingga kini, gagasan
tentang supervisi klinis telah berkembang dan mengalami
penyesuaian. Cogan (dalam Wiles dan Lovell, 1993: 168)
mengemukakan bahwa definisi supervisi klinis adalah
sebagai berikut: “Clinical supervision may therefore be define
as the rationale and practice designed to improve the
teacher’s classroom performance. It takes its principal data
from the events of the classroom. The analysis of these data
and the relationship between teacher and supervisor form
the basis of the program, procedures and strategies
designed to improve the student’s learning by improving the
teacher’s classroom behavior”.
49
Berdasarkan definisi di atas, supervisi klinis dirancang
untuk meningkatkan performansi guru kelas. Untuk
kepentingan dimaksud diperlukan data dari kepala sekolah
mengenai kejadian di kelas. Analisis dari peristiwa dikelas
dan hubungan antara guru dan supervisor merupakan dasar
bagi program, prosedur, dan strategi yang dirancang untuk
meningkatkan pembelajaran siswa dengan cara
meningkatkan perilaku guru kelas. Tidak berbeda dengan
pendapat di atas, Baron (2001:87) mengartikan supervisi
klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada
peningkatan pembelajaran dengan tahapan atau melalui
siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan
serta analisis yang logis dan intensif mengenai penampilan
mengajar yang nyata, dalam mengadakan perubahan
dengan cara yang rasional. Sedangkan tahapan atau siklus
dalam pendekatan klinis menurut beberapa ahli yang dikutip
oleh Oliva (1984:98) sebagai berikut: Goldhammer, Nergery
(1991:80) meliputi lima langkah yaitu, (1) pre observation
conference, (2) observation, (3) analysis and strategy, (4)
supervision conference, dan (5) postconference analysis.
Selanjutnya Pedhazur (1982:75) membagi tahapan supervisi
klinis adalah (1) planing, (2) observation, dan (3) evaluation
or analysis. Hal yang sama dikemukakan oleh Russel
50
(1993:80) bahwa siklus pendekatan klinis meliputi (1)
planning conference, (2) classroom observation, dan (3)
feedback conference.
Pendapat para ahli tentang supervisi klinis terdapat
pengembangan dalam tahap-tahap perencanaan maupun
pada pelaksanaannya. Namun pada dasarnya para ahli
mempunyai prinsip yang sama, bahwa supervisi klinis
berlangsung dalam suatu proses yang berbentuk siklus
dengan tiga tahap yaitu (1) pertemuan awal, (2) tahap
obrservasi kelas, dan (3) tahap pertemuan balikan/evaluasi.
Terjadinya variasi dalam pengembangan tahap supervisi
klinis disebabkan oleh pemberian tekanan secara eksplisit
dalam beberapa kegiatan yang terdapat dalam tahap
tertentu. Pada tahap pertemuan awal terdapat kegiatan-
kegiatan; pembahasan pemantapan hubungan antara guru
dengan supervisor, membuat perencanaan bersama. Pada
tahapan terakhir dari supervisi klinis terdapat kegiatan-
kegiatan; analisis data hasil observasi, pertemuan untuk
mendiskusikan hasil observasi. Prosedur supervisi klinis
disebut “siklus” karena ketiga tahapan itu merupakan suatu
proses yang berkelanjutan, pada akhir tahap ketiga
(pertemuan balikan) sudah mulai dibicarakan bahan
51
masukan (input) untuk tahap pertama (pertemuan awal)
pada siklus berikutnya.
6) Pendekatan Individual
Pendekatan individual dalam supervisi juga sering
disebut wawancara individual yaitu suatu kesempatan yang
diciptakan oleh pengawas atau kepala sekolah untuk bekerja
secara individual dengan guru sehubungan dengan
masalah-masalah profesionalnya (Sutisna, 1993:85).
Masalah-masalah yang mungkin dibicarakan melalui
pembicaraan individual antara lain; masalah pembelajaran,
masalah kesulitan belajar siswa, hubungan antar guru, atau
bahkan guru dimintai pendapat berkaitan dengan kebijakan-
kebijakan kepala sekolah. Tema yangmenjadi pembicaraan
berkaitan dengan tugas-tugas guru sehingga mereka
terbantu untuk mengembangkan diri. Pendekatan ini
menekankan pada tanggung jawab pribadi guru terhadap
perkembangan profesionalnya. Guru membuat rancangan
pembelajaran, selanjutnya rancangan tersebut disampaikan
kepada supervisor, kepala sekolah atau pihak lain yang
kompeten. Pada akhir semester biasanya guru dan
supervisor bertemu untuk membicarakan kendala-kendala
yang dihadapi selama melaksanakan program pembelajaran.
Dalam pertemuan secara face to face, guru diharapkan
52
dapat menunjukkan dan memberikan beberapa bentuk
dokumentasi yang menggambarkan kemajuan pencapaian
tujuan. Masalah pencapaian menjadi fokus dalam supervisi,
sebagaimana dikemukakan oleh Sergiovanni (1991: 304)
sebagai berikut: “A number of problems are associated with
approaches to supervision that rely heavily on target setting”.
Pendekatan individual bermanfaat bagi guru untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya. Masalah yang
didiskusikan dengan supervisor (pengawas/kepala sekolah)
dapat juga berkaitan dengan permasalahan kerjasama
dengan guru lain atau berkaitan dengan permasalahan
orang tua siswa. Pendekatan individual dapat dilakukan
dengan teknik-teknik kunjungan kelas, pembicaraan
individual, atau kunjungan kelas antar guru (Sutisna,
1993:268-269). Sedangkan Sahertian menggolongkan
pendekatan individual terdiri dari (1) perkunjungan kelas, (2)
observasi kelas, (3) percakapan pribadi, (4) saling
mengunjungi kelas, (5) menilai diri sendiri (self evaluation).
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan individual
dengan teknik kunjungan kelas oleh kepala sekolah dengan
mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya.
4. Teknik Supervisi Kunjungan Kelas oleh Kepala Sekolah
a. PengertianSupervisi Kunjungan Kelas
53
Sebagaimana di ketahui bahwa, supervisi kunjungan
kelas merupakan salah satu pendekatan supervisi individual.
Supervisi kunjungan kelas adalah kegiatan kepala
sekolah/pengawas sekolah mengunjungi kelas tempat guru
sedang melaksanakan pembelajaran (Sahertian dan
Mataheru, 1985:45). Kepala sekolah maupun pengawas
dalam melaksanakan supervisi kepada guru di kelas
dilengkapi dengan lembar observasi/kuesioner yang
dijadikan alat ukur keberhasilan guru dalam membelajarkan
siswa. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh
Sutisna (1993:268) bahwa supervisi kunjungan kelas adalah
pengamatan yang dilakukan oleh kepala sekolah atau
pengawas terhadap guru yang sedang mengajar dan melihat
alat, metode, dan sarana belajar lainnya di kelas. Aspek
yang diamati oleh supervisor di kelas tidak hanya kegiatan
guru dalam membelajarkan siswa, akan tetapi termasuk
sarana yang diperlukan untuk mendukung kegiatan
pembelajaran antara lain media, ketepatan metode
pembelajaran dengan materi pelajaran, termasuk
ketersediaan bahan ajar lainnya.
Dalam pelaksanaan supervisi kunjungan kelas dapat
dilakukan secara mendadak tanpa pemberitahun, dengan
pemberitahuan terlebih dahulu, atau atas permintaan guru.
54
Tapi satu hal yang pasti ialah dalam supervisi kunjungan
kelas terjadi dialog antara guru dan kepala sekolah. Melalui
dialog itu guru akan melihat kelebihan dan kekurangannya.
Guru mendapat pengalaman yang dapat memotivasi untuk
melakukan refleksi. Dalam konteks penelitian ini
menggunakan teknik supervisi kunjungan kelas dengan
memberitahu guru terlebih dahulu agar guru dapat
mempersiapkan diri dari segi mental, penguasaan materi
dan strategi pembelajaran maupun pengelolaan kelas.
b. Langkah-langkah Supervisi Kunjungan Kelas
Supervisi kunjunagan kelas dilaksanakan melalui
tahapan atau langkah-langkah tertentu agar pelaksanaan
dapat berjalan lancar dan mencapai target yang di tentukan.
Langkah-langkah supervisi kunjungan kelas meliputi ,(1)
tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap evaluasi.
1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan pembuatan kerangka
kerja, instrumen penilaian dipersiapkan oleh supervisor
dan guru sebaiknya juga mengetahui indikator-indikator
yang menjadi objek penilaian. Selanjutnya guru
diberitahukan waktu akan diadakan supervisi. Aktivitas-
aktivitas yang dilakukan pada tahap persiapan ialah (1)
menilai pencapaian belajar siswa pada bidang studi
55
tertentu, (2) mempersiapkan instrumen atau alat
observasi kunjungan kelas, (3) memberitahukan kepada
guru yang akan disupervisi termasuk waktu kunjungan,
(4) mengadakan kesepakatan pelaksanaan supervisi.
2) Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, guru melakukan kegiatan
pembelajaran sesuai rencana pembelajaran (RP) yang
telah dibuat. Selanjutnya supervisor melakukan observasi
berdasarkan instrumen atau pedoman observas yang
telah disediakan. Tahap pelaksanaan supervisi
kunjungan kelas sebagai berikut, (1) supervisor bersama
guru memasuki ruang kelas tempat proses pembelajaran
akan berlangsung, (2) guru menjelaskan kepada siswa
tentang maksud kedatangan supervisor di ruang kelas,
(3) guru mempersilakan supervisor untuk menempati
tempat duduk yang telah disediakan, (4) guru mulai
melaksanakan kegiatan mengacu pada rencana
pembelajaran (RP) yang telah dibuat, (5) supervisor
mengobservasi penampilan guru berdasarkan format
observasi yang telah disepakati, (6) setelah guru selesai
melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran,
bersama-sama dengan supervisor meninggalkan ruang
kelas dan pindah ke ruang guru atau ruang pembinaan.
56
3) Tahap Evaluasi dan Balikan
Tahap akhir dari supervisi kunjungan kelas adalah
evaluasi dan refleksi. Supervisor dalam hal ini kepala
sekolah mengevaluasi hal-hal yang telah terjadi selama
observasi terhadap guru selama melaksanakan proses
pembelajaran. Tahap evaluasi merupakan diskusi umpan
balik antara supervisor (kepala sekolah) dan guru.
Suasana pertemuan penuh persahabatan, bebas dari
prasangka, dan tidak bersifat mengadili. Supervisor
memaparkan data secara objektif sehingga guru dapat
mengetahui kekurangan dan kelebihan selama proses
pembelajaran berlangsung.
Dasar dari balikan terhadap guru adalah
kesepakatan tentang item-item observasi yang
digunakan, sehingga guru menyadari tingkat
keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran. Secara
lebih konkrit langkah-langkah evaluasi dan balikan
sebagai berikut, (1) kepala sekolah menanyakan
perasaan guru selama proses observasi berlangsung
untuk menciptakan suasana santai agar guru tidak
merasa diadili, (2) kepala sekolah memberikan
penguatan kepada guru yang telah melaksanakan
pembelajaran dalam suasana penuh persahabatan, (3)
57
kepala sekolah bersama-sama guru membicarakan
kembali kontrak yang pernah dilakukan mulai dari tujuan
pengajaran sampai evaluasi pengajaran, (4) Supervisor
menunjukkan data hasil observasi yang telah dianalisis
dan diinterpretasikan, kemudian memberikan waktu pada
guru untuk menganalisis data dan menginterpretasikan,
selanjutnya didiskusikan bersama,(5) menanyakan
kembali perasaan guru setelah mendiskusikan hasil
analisis dan interpretasi data hasil observasi, dan
meminta guru menganalisis proses dan hasil
pembelajaran yang telah dicapai oleh siswa, (6)
bersama-sama guru, supervisor membuat kesimpulan
tentang hasil pencapaian latihan pembelajaran yang telah
dilakukan.
5. Kompetensi Guru
a. Pengertian Kompetensi
Guru sebagai pendidik dan agen pembelajaran perlu
menguasai keterampilan dan kompetensi tertentu agar dapat
melaksanakan tugas yang dibebankan. Istilah kompetensi
berasal dari bahasa Inggris Competency yang berarti
kecakapan, kemampuan dan wewenang. Seseorang
dinyatakan kompetendi bidang tertentu jika menguasai
kecakapan bekerja sebagai suatu keahlian sesuai bidangnya
58
(Supriadi, 1998:97). Sementara Sahertian (1992: 23)
mengartikan kompetensi sebagai kemampuan
melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan
dan latihan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan
latihan dengan standar dan kualitas tertentu sesuai dengan
tugas yang akan dilaksanakan. Hal senada dikemukan oleh
Supandi (1990:91) bahwa kompetensi adalah seperangkat
kemampuan untuk melakukan sesuatu jabatan, dan bukan
semata-mata pengetahuan saja. Kompetensi menuntut
kemampuan kognitif, kondisiafektif, nilai-nilai, dan
keterampilan tertentu yang khas dan spesifik berkaitan
dengan karakteristik jabatan atau tugas yang dilaksanakan.
Spesifikasi kemampuan tersebut dimaksudkan agar guru
dapat melaksanakan tugas secara baik dan berkualitas.
Kompetensi (competency) merupakan kebulatan
penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
ditampilkan melalui unjuk kerja, yang diharapkan bisa dicapai
seseorang setelah menyelesaikan suatu program
pendidikan (Dirjen PMPTK, 2006). Dalam bidang keguruan,
Samiyono (1998: 45) mengartikan kompetensi sebagai
penguasaan sejumlah konsep dan asas-asas keguruan (segi
kognitif), nilai serta sikap keguruan (segi afektif), dan secara
nyata mampu melaksanakan tugas keguruan yang
59
terstandar (menguasai kecakapan keguruan yang dituntut
atau dipersyaratkan oleh profesi guru). Guru yang
memenuhi kriteria dan persyaratan suatu jabatan berarti
berwenang atas jabatan atau tugas yang diberikan dengan
kata lain memenuhi persyaratan kompetensi.
Dengan demikian kompetensi guru adalah
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan guru dalam kebiasaan berfikir dan bertindak
secara konsisten yang memungkinkannya menjadi
kompeten atau berkemampuan melaksanakan tugas
keguruan yang dipersyaratkan oleh profesi keguruan.
Guru adalah seorang pendidik sebagai insan yang mulia
dan berjasa karena merekalah yang bertanggung jawab
mendidik manusia bagi melahirkan generasi Muslim yang
beriman dan beramal soleh serta sanggup melaksanakan
tugas terhadap diri, keluarga, masyarakat dan negara. Guru
dalam sejarah hidupnya senatiasa menghargai kejayaan
anak didiknya serta sanggup berkorban dan melakukan apa
saja untuk manfaat dan kesejahteraan orang lain. Firman
Allah Swt. di dalam Al-Quran :
درجت العلم أوتوا والذین منكم ءامنوا الذین الله یرفع
Terjemahannya: “Supaya Allah meninggikan darjat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan agama (dari
60
kalangan kamu) beberapa derajat”. (Q.S.28.58.Surah Al-MujaadIlah ayat 11).
Peranan guru sangat luas. Guru adalah pendidik,
pembimbing dan pendorong. Dia juga penyampai ilmu,
penggerak dan penasihat. Ini bermaksud, guru atau pendidik
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
mencabar, kepentingan peranan guru itu memang tidak
dapat dinafikan karena boleh dikatakan setiap ahli
masyarakat pada zaman ini melalui pendidikan yang
diberikan oleh guru.
Islam meletakkan tugas sebagai guru yang
melaksanakan tugas tarbiyah adalah di tempat yang
sungguh mulia, seluruh masa yang digunakan dikira sebagai
ibadah, setiap langkah dari rumah ke sekolah dan pulang ke
rumah dari sekolah akan mendapat satu pahala dan
dihapuskan satu dosa, menyampaikan ilmu secara hikmah
dan ikhlas semata-mata karena Allah merupakan jihad yang
paling tinggi pada pandangan Islam seperti mana yang
dituntut dalam syariat Islam.
Firman Allah Swt. maksudnya: “Serulah ke jalan
Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan hikmat kebijaksanaan
dan nasihat pengajaran yang baik, dan berbahaslah dengan
61
mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara yang lebih
baik”.(Q.S.14 .16 .Surah al-Nahl ayat 125)
Dalam Islam terdapat 4 martabat guru atau pendidik
yaitu:
1) Mudarris: yang dimaksud guru yang mengajar mata
pelajaran kemahiran mereka.
2) Mu’allim: yang dimaksud guru yang tidak hanya
mengajar mata pelajaran tetapi mereka turut
menyampaikan ilmu-ilmu lain.
3) Mursyid: yang dimaksud guru yang menyampaikan ilmu
dan menunjukkan jalan yang benar.
4) Murabbi: yang dimaksud guru yang mendidik,
memelihara,mengasuh, mentarbiyyah anak didiknya
menjadi manusia yang berilmu, bertaqwa dan beramal
soleh.
Sebagai seorang guru yang beriman dan bertaqwa
keempat-empat ciri di atas hendaklah fahami dan dihayati di
dalam kehidupannya sebagai pendidik terutama ciri
keempat iaitu mendidik, memelihara, mengasuh,
mentarbiyyah anak didiknya menjadi manusia berilmu,
bertaqwa dan beramal soleh. Jika tugas ini dapat
direalisasikan dalam pendidikannya maka kedudukannya
62
sungguh mulia dan akan duduk berdekatan dengan Nabi
saw di hari akhirat nanti.
Sahabat yang dimuliakan, Peranan guru dalam
mendidik masyarakat amatlah besar dan luas. Antaranya
ialah:
1. Menyampai aqidah dan keimanan yang tulin untuk
menghidupkan hati dan menghubungkan manusia
dengan Allah, meyakinkan pertemuan dengan Allah,
mengharapkan rahmatNya dan takutkan siksaanNya.
2. Menyampaikan ilmu pengetahuan dan kemahiran
meliputi fardhu ain dan fardhu kifayah yang menjadi asas
ubudiyah (pengabdian diri kepada Allah), hubungan
harmoni sesama manusia dan alam.
3. Membentuk akhlak atau peribadi mulia supaya menjadi
contoh tauladan kepada orang lain.
Sehubungan dengan itu, marilah kita sama-sama
menghayati nasihat Luqman Al-Hakim sebagaimana yang
digambarkan oleh Al-Quran:
من ذلك إن ماأصابك على واصبر المنكر عن وانھ بالمعروف وأمر الصلوة أقم یبنى الأمور عزم
Terjemahannya: “Wahai anakku! Dirikanlah Sholat (sembahyang), dan suruhlah berbuat baik serta cegahlah kemungkaran dan bersabarlah atas segala bala bencana yang menimpa kamu, sesungguhnya yang demikian itu adalah dari
63
perkara-perkara yang dikehendaki diambil berat melakukannya”. ( Q.S. 21. 31 Surah Luqman : Ayat 17)
Sabda Rasulullah Sollallahu `alaihi wasallam:
رعیتھ عن مسؤل وكلكم راع كلكم
Artinya: “Setiap kamu adalah penjaga (pemimpin) dan setiap kamu ditanya berkaitan dengan tanggung jawabnya”. (Hadis Riwayat Al-Bukhari)
Untuk mengelakkan gejala sosial daripada merebak dan
terus melanda masyarakat kita, maka adalah menjadi tugas
dan tanggung jawab guru di sekolah perlulah menanamkan
asas aqidah Islam dan keimanan kepada Allah s.w.t.
Bentuklah jiwa para pelajar supaya berakhlak dengan akhlak
Islam dan takut kepada azab Allah Swt. Jika melakukan
maksiat dan kemungkaran.
Semua guru agama atau guru akademik perlu
memainkan peranan yang berat ini dan jangan jemu-jemu
menasihati, mendidik, membentuk dan mengasuh jiwa para
pelajar dengan nasihat yang baik. Guru pula yang membawa
syaksiah Islam dan akan menjadi contoh.
Kasihanilah anak-anak didik kita ini dengan tutur kata
yang lemah lembut kerana fitrah manusia suka kepada
kelembutan. Anggaplah mereka semua seperti anak kita
sendiri dekatilah mereka yang bermasaalah dengan penuh
64
kasih sayang seperti seorang ibu yang mengasihi anak-
anaknya.
Selain dari guru-guru yang mengajar di sekolah, orang
tua juga perlu mengambil tanggung jawab bersama guru
untuk memikul tugas yang besar dan berat ini dan
meneruskan pendidikan dirumah pula.
Hujjatul Islam Al-Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’
Ulum Ad-Diin menjelaskan supaya kita mengambil berat
terhadap pendidikan anak-anak, dengan mengajar Al-Quran,
Hadis-hadis Nabi Sollallahu `alaihi wasallam, sejarah para
sahabat r.a dan para solehin, hukum-hukum agama dan
termasuk juga pendidikan jasmani di sekolah-sekolah.
Antara perkara asas yang mesti diberi perhatian dan
penekanan ialah sabda Rasulullah Sollallahu `alaihi
wasallam:
المضاجع فى وفرقوا عشر أبناء وھم علیھا واضربوھم سنین سبع أبناء وھم بالصلاة أولادكم مروا
Artinya: “ Suruhlah anak-anak kamu mengerjakan solat apabila mereka mencapai umur 7 tahun dan pukullah mereka apabila mereka mencapai umur 10 tahun serta pisahkan di antara mereka tempat tidur ”.( Hadis Riwayat Abu Daud dan Al-Hakim)
Berkata Sayyidina Ali Karramallahu wajhah:
وأدبوھم الخیر وأھلیكم أولادكم علموا
Maksudnya: “Ajarlah anak-anak kamu dan ahli rumah tanggamu kebaikan dan perbaikilah adab sopan mereka ”.
65
Memamerkan tingkah laku dan tauladan yang baik.
Firman Allah taala:
كثیرا الله وذكر الأخر والیوم الله یرجوا كان لمن حسنة أسوة الله رسول فى لكم كان لقد
Terjemahannya: “Demi sesungguhnya adalah bagi kamu pada diri Rasulullah saw itu contoh ikutan yang terbaik yaitu bagi siapa yang senantiasa mengharapkan (kerendahan) Allah taala dan (balasan baik) hari Akhirat, serta ia pula menyebut dan mengingat Allah (di dalam masa sedih dan senang)”. (Q.S.21.33 .Surah Al-Ahzab:Ayat 21)
Marilah kita sama-sama berusaha menjayakan
pendidikan untuk melahirkan pelajar dan masyarakat yang
beriman, berilmu, bertaqwa dan berketerampilan, yang dapat
berguna pada pembangunan agama, masyarakat dan
negara.
Masyarakat yang ingin kita bina ialah masyarakat Islam
yang berwawasan, bercita-cita luhur dan murni,
bekerjasama, adil dan bertanggung jawab sesama insan.
Guru membawa misi penyempurnaan akhlak,
sebagaimana misi diutusnya Rasulullah Muhammad saw .
Nabi sendiri dengan tegas pernah bersabda: "Innama buitstu
liutammima makaarima al-akhlaq, artinya sesungguhnya aku
diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak (manusia)."
Lantaran itu, tidak salah jika ahli tafsir mengatakan
bahwa posisi guru setingkat di bawah Nabi, sebagaimana
yang ia pahami dalam sabda Nabi saw.,: "Al-Ulama'u
66
waratsatu al-Anbiya', (Ulama menurutnya termasuk guru]
adalah pewaris para Nabi).
Guru yang disampaikan ilmunya adalah berupa ilmu
yang bermanfaat, jika ilmu tersebut diamalkan hingga ke hari
kiamat maka walaupun ia telah kembali ke alam barza maka
pahalanya akan terus diperolehi. Perhatikanlah hadis Nabi
saw yang artinya: "Apabila seorang anak Adam itu
meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga
perkara yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanafaat dan
do'a anak soleh yang mendoakannya (Hadith Riwayat
Muslim). Oleh itu bergembiralah wahai para guru jasamu
tetap dikenang , pahalamu tetap mengalir walaupun engkau
sudah tidak ada di dunia ini.
b. Kompetensi Guru
Guru mempunyai peranan penting dalam meningkatkan
kualitas pendidikan di sekolah melalui kegiatan pembelajaran
siswa. Karena itu guru hendaknya memiliki perilaku dan
kompetensi yang memadai untuk mengembangkan peserta
didik secara utuh. Untuk melaksanakan tugas secara baik
sesuai profesi yang dimilikinya, perlu menguasai berbagai
kompetensi.
Kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diwujudkan
67
dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh
tanggung jawab yang dimiliki seseorang guru untuk
memangku jabatan guru sebagai profesi (Dirjen PMPTK,
2006). Perangkat tindakan cerdas berarti guru dapat
melaksanakan tugas sesuai dengan standar kinerja yang
ditentukan dan didasari pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang dimiliki sebagai kompetensi dasar guru sebagai
profesi. Dikemukakan oleh Hall dan Jones (dalam
Depdikbud, 1998: 12) bahwa kompetensi guru merupakan
gambaran penampilan dan kemampuan guru secara utuh
dan bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan
dan kemampuan yang dapat di ukur. Kompetensi guru tidak
hanya cukup dikuasai akan tetapi juga harus direalisasikan
dalam perilaku nyata di sekolah terutama dalam proses
pembelajaran siswa di kelas.
Kompetensi yang harus dikuasai guru menurut Tanjung
dan Suryadi (1999:59) paling tidak meliputi kompetensi
personal, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Sedangkan menurut Undang-undang Guru dan Dosen
Tahun 2003, kompetensi guru meliputi kompetensi
profesional, kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik,
dan kompetensi sosial. Selanjutnya keempat kompetensi
dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut.
68
Kompetensi profesional menurut penjelasan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan diartikan sebagai
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam yang memungkinkannya membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam standar nasional pendidikan. Secara lebih lengkap
disebutkan dalam bahan sosialisasi sertifikasi guru oleh Tim
Direktorat Profesi Pendidik tahun 2006 bahwa, kompetensi
profesional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan
penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas
dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi
materi kurikulum matapelajaran di sekolah dan substansi
keilmuan yang menaungi materi kurikulm tersebut, serta
menambah wawasan keilmuan sebagai guru. Kompetensi
profesional mempunyai sub kompetensi sebagai berikut, (1)
menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang
studi, (2) menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian
kritis untuk menambah wawasan dan memperdalam
pengetahuan/materi bidang studi.
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan
personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
69
peserta didik, dan berakhlak mulia (Dirjen PMPTK, 2006:3).
Sub kompetensi kepribadian meliputi (1) memiliki
kepribadian yang dewasa, (2) memiliki kepribadian yang
dewasa. (3) memiliki kepribadian yang arif, (4) memiliki
kepribadian yang berwibawa, dan (5) memiliki akhlak mulia
dan dapat menjadi dewasa.
Kompetensi pedagogik menurut penjelasan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan didefinisikan sebagai
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Selanjutnya sub
kompetensi pedagogik meliputi (1) memahami peserta didik,
(2) merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
(3) merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran,
(4) mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan
potensi yang dimilikinya.
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan
pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
70
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial
mempunyai sub kompetensi (1) mampu berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, (2) mampu
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama
pendidik dan tenaga kependidikan, (3) mampu
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang
tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Keempat kompetensi sebagaimana di jelaskan di atas,
harus dikuasai oleh guru secara utuh, karena kompetensi-
kompetensi profesional, pedagogik, sosial, dan personal
merupakan standar kinerja guru sebagai profesi.
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian teori dan hasil-hasil penelitian sebagaimana
dikemukakan di atas ternyata banyak faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa dan kinerja guru antara lain, (1) tingkat
pendidikan guru, (2) diklat (penataran) yang pernah diikuti, (3) iklim
organisasi, (5) pengalaman kerja guru (6) supervisi, (7) kompetensi
atau kemampuan guru, (8) aktivitas guru dalam kegiatan kelompok
kerja guru (KKG), dan sebagainya.
Berdasarkan kajian teori dan hasil-hasil penelitian di atas, maka
dalam penelitian ini bermaksud mengkaji pengaruh langsung dan tidak
langsung variabel supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah
kompetensi guru terhadap kinerja dan prestasi belajar siswa SD
71
Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Sinjai.
Selanjutnya model konseptual hubungan antar variabel penelitian
dapat digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut:
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori sebagai telah diuraikan di atas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Prestasi siswa dipengaruhi langsung oleh supervisi kunjungan
kelas.
2. Prestasi belajar siswa dipengaruhi secara langsung oleh
kompetensi guru.
3. Prestasi belajar siswa secara tidak langsung dipengaruhi oleh
supervisi kunjungan kelas dan kompetensi guru.
Supervisi Kunjungan
Kelas
Kompetensi Guru
Prestasi Belajar Siswa
72
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Suatu penelitian memerlukan rancangan yang sistematis agar
proses dan hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara
objektif. Sudjana (1996:5) menjelaskan bahwa penelitian adalah suatu
proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara
terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah
atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan tertentu. Hal senada
dikemukakan oleh Sanjaya (2007: 13) bahwa research atau penelitian
merupakan sarana fundamentil untuk memahami kesulitan dan
menemukan penyelesaian bagi suatu masalah secara ilmiah atau
dengan perkataan lain, penelitian merupakan penyelidikan dan
pengujian yang amat kritis dan teliti secara cermat guna memecahkan
masalah. Dengan demikian sebuah penelitian diperlukan sebuah
rancangan penelitian yang sistematis melalui kajian dan konsep
ilmiah.
Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh supervisi kunjungan
kelas kepala sekolah dan kompetensi guru terhadap prestasi belajar
bahasa Indonesia siswa SD Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau
Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai. Sesuai
dengan masalah yang dikaji, maka penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan disain non eksperimen, berarti peneliti
73
tidak mengadakan perlakuan terhadap subyek penelitian melainkan
mengkaji fakta-fakta yang telah terjadi dan dialami oleh subjek
penelitian. Penelitian yang dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan
dalam variabel bebas itu terjadi karena perkembangan kejadian
secara alami disebut penelitian ex post facto (Sugiyono. 2000: 82).
Istilah ex post facto berasal dari bahasa Latin yang artinya dari
sesudah fakta. Dengan demikian penelitian yang bersifat ex post facto
tidak mengadakan perlakuan terhadap subyek yang menjadi sasaran
penelitian melainkan hanya menggali fakta-fakta yang peristiwanya
telah terjadi.
Karena penelitian ini bermaksud mengetahui pengaruh antar
variabel, maka jenis analisis yang digunakan adalah analisis jalur
(path analysis). Dikemukakan oleh Hasan (1990: 74) bahwa model
analisis jalur dapat dilakukan estimasi besarnya hubungan kausal
antar sejumlah variabel dan hirarki kedudukan masing-masing
variarbel dalam serangkaian jalur-jalur hubungan kausal, baik
hubungan langsung maupun tak langsung. Demikian pula pendapat
Sewall Wright dalam Gaffar, (1987: 42), menjelaskan bahwa analisis
jalur bertujuan menerangkan akibat langsung dan tidak langsung
seperangkat variabel sebagai variabel penyebab terhadap
seperangkat variabel lainnya yang merupakan variabel akibat. Dalam
model analisis jalur, variabel penyebab sering diistilahkan variabel
74
eksogen (exogenous variable) sedangkan variabel akibat/terikat
disebut variabel endogen (endogenous variable).
Berdasarkan hubungan kausal antar variabel penelitian di atas,
maka model rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Model Analitis
Jalur (Path Analysis)
Gambar 3.1 tersebut menunjukkan:
1. Prestasi siswa dipengaruhi langsung oleh supervisi kunjungan
kelas.
2. Prestasi belajar siswa dipengaruhi secara langsung oleh
kompetensi guru.
3. Prestasi belajar siswa secara tidak langsung dipengaruhi oleh
supervisi kunjungan kelas dan kompetensi guru.
푋
푋
Y
Keterangan:
푋 = Supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah
푋 = Kompetensi guru
Y= Prestasi belajar siswa
75
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian perlu dijabarkan secara operasional agar dapat
dibuat indikator-indikator variabel yang akan diteliti.
1. Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar merupakan seluruh kecakapan yang dicapai
melalui proses belajar mengajar di sekolah, yang dinyatakan
dengan angka (nilai) prestasi belajar berdasarkan hasil tes.
Prestasi belajar dalam penelitian ini dinyatakan dalam bentuk
angka-angka (nilai) setiap bidang studi hasil ujian akhir semester
genap tahun 2015/2016.
2. Supervisi Kunjungan Kelas oleh Kepala Sekolah
Supervisi kunjungan kelas adalah bantuan yang diberikan oleh
supervisor dalam hal ini kepala sekolah kepada guru untuk
mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik.
Bantuan yang diberikan kepada guru untuk mengatasi masalah-
masalah yang dihadapi dalam pembelajaran antara lain, masalah
siswa, pemilihan berbagai strategi pembelajaran, analisis
kurikulum, pemilihan sumber belajar, ataupun penggunaan media
belajar.
3. Kompetensi Guru
Kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam
bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab
76
yang dimiliki seseorang guru untuk memangku jabatan guru
sebagai profesi. Kompetensi guru meliputi kompetensi-kompetensi
kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Subjek penelitian dapat berasal dari populasi atau sampel
penelitian yang ditetapkan sebagai sumber data penelitian. Populasi
dapat diartikan sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit
mempunyai satu sifat yang sama Pendapat yang hampir sama
dikemukakan oleh Sugiyono (1994) bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Demikian pula Dajan
(1994:2) mengartikan populasi sama dengan istilah “universe”, yaitu
merupakan keseluruhan unsur-unsur yang memiliki satu atau
beberapa ciri atau karakteristik yang sama. Dengan demikian
pengertian populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang
mempunyai ciri atau karakteristik tertentu yang akan diduga dan
sebagai wilayah generalisasi.
Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SD Negeri
15 P. Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan
Kabupaten Sinjai yang berjumlah 12 orang guru. Adapun data tentang
populasi penelitian secara lengkap pada SD Negeri 15 P. Kambuno
77
Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai
dapat ditampilkan pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Data Jumlah Guru SD Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau
Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai.
No Status Populasi
1 Guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) 8 Orang
2 Guru Sukarela 4 Orang
Jumlah 12 guru
Berdasarkan tabel di atas menerangkan jumlah populasi kurang
dari dari 100 orang, maka penelitian ini menggunakan penelitian
populasi karena semua populasi yang berjumlah 12 diambil untuk
dijadikan sampel penelitian. Jadi jumlah sampel di SD Negeri 15 P.
Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan
Kabupaten Sinjai sebanyak 12 guru (responden).
D. Teknik Pengumpulan Data
Tahapan dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah sebagai berikut: (1) sebelum data dikumpulkan telah dilakukan
uji validitas dan reliabilitas instrumen yang akan dijadikan alat
pengumpulan data, (2) untuk data supervisi kunjungan kelas oleh
kepala sekolah diperoleh berdasarkan persepsi dan pengalaman guru
selama bekerja di SD Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau Harapan
Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai dan diidentifikasi melalui
78
angket, data tentang kompetensi guru diperoleh berdasarkan persepsi
dan pengalaman guru mengenai kemampuan yang dimiliki dalam
menjalankan tugas sebagai guru di SD Negeri 15 P. Kambuno Desa
Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai, dan (3)
data prestasi belajar siswa dalam penelitian ini dinyatakan dalam
bentuk angka-angka (nilai) hasil ujian akhir semester genap tahun
2015/2016.
Setelah data terkumpul dan dievaluasi oleh peneliti, terdapat
beberapa angket yang tidak lengkap jawabannya, karena itu peneliti
melakukan wawancara langsung kepada responden agar
mengisi/melengkapi jawaban yang masih kosong dan pada waktu
dilakukan pengumpulan data untuk uji coba instrument penelitian
maupun pengumpulan data untuk keperluan penelitian, peneliti terlibat
langsung dalam proses pengumpulan data.
Pengumpulan data dilaksanakan secara bertahap, pada tanggal
25 Februari 2015 penyebaran kuesioner untuk guru SD Negeri 15 P.
Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan
Kabupaten Sinjai dilaksanakan di Aula sekolah.
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Persyaratan
Uji statistik memerlukan persyaratan tertentu. Arikunto (1993)
menjelaskan bahwa analisis statistik inferensial, data yang akan
dianalisis paling tidak mendekati distribusi normal. Hal yang sama
79
dikemukakan oleh Sugiyono (1993) bahwa data yang akan
dianalisis menggunakan statistik parametrik setidaknya
berdistribusi normal dan harus terpenuhi asumsi linieritas.
Berdasarkan dua pendapat di atas, maka sebelum dilakukan
analisis menggunakan statistik parametrik data yang terkumpul
harus diuji normalitas, linieritas dan homogenitas.
Untuk menguji normalitas sebaran data masing-masing variabel
bebas maupun variabel terikat digunakan rumus Chi Kuadrat,
sedangkan bentuk rumusnya sebagai berikut:
X = ∑ ( )(Hadi,S. 1994)
Keterangan :
X = Chi Kuadrat
fo= Frekuensi observasi dari populasi
fh= Frekuensi yang diharapkan dalam populasi
Kriteria sebaran data normal bila: X <X tabel, sedangkan
sebaran datatidak normal apabila X >X tabel. Selanjutnya uji
linearitas untuk mengetahui linier tidaknya hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat.
Persyaratan berikutnya setelah uji normalitas data penelitian
adalah pengujian linieritas antara masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat. Untuk hal tersebut dilakukan dengan uji F,
bentuk rumusnya sebagai berikut. Rumus statistik uji F untuk
menghitung linieritas data penelitian adalah:
80
F= RKTuna cocok
RKresidu(Sudjana, 1995)
Keterangan:
RK = rerata kuadrat harga penyimpangan
masing-masing kelompok data yang
berpasangan dari titik tengah regresi
RK = rerata kuadrat harga penyimpangan
masing-masing kelompok data yang
berpasangan dari garis regresi.
Kriteria yang digunakan untuk menguji linier tidaknya data
adalah: hubungan dikatakan linier apabila F <F , dan tidak
linier apabila F >F .
Prosedur sedangkan untuk uji homogenitas terhadap ubahan
penelitian dapat digunakan uji homogenitas Barlett Box F dengan
toleransi 5%. Kriterianya adalah ubahan (variabel) dimaksud
homogen bila F <F
Uji persyaratan selanjutnya adalah uji kolinieritas, yaitu untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi di antara sesama variabel bebas.
Model regresi dalam penelitian ini dapat memenuhi syarat apabila
tidak terjadi multikolinieritas atau adanya korelasi di antara variabel
bebas (Santoso, 2000).
Kriteria yang digunakan untuk uji kolinieritas adalah apabila
nilai eigen (eigenvalue) mendekati 0 maka terjadi korelasi sesama
81
variabel bebas (multicollinearity), dan indikasi lain yang
menunjukkan multikolinieritas apabila kondisi indek (condtion index)
melebihi angka 15, sehingga variabel bebas dimaksud tidak
memenuhi syarat untuk analisis regresi.
2. Analisis Deskriptif
Teknik statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan
data ke dalam perhitungan rerata (mean), simpangan baku
(standard deviasi), rentangan (range), dan perhitungan statistik
deskriptif lainnya. Untuk menentukan kriteria masing-masing
variabel ke dalam kategori yaitu: (1) variabel supervisi kunjungan
kelas oleh kepala sekolah kategorinya adalah: sangat efektif,
efektif, kurang efektif dan tidak efektif (2) variabel kompetensi guru
diklasifikasikan menjadi lima kategori yaitu: sangat tinggi, tinggi,
cukup/sedang, rendah, dan sangat rendah, (3) untuk variabel
kinerja guru dibuat kategori sangat rendah, rendah, cukup/sedang,
tinggi, sangat tinggi, dan (4) prestasi belajar siswa dibagi dalam
kategori rendah, cukup, dan tinggi. Rumus yang digunakan untuk
menentukan kriteria adalah sebagai berikut:
P =
Keterangan:
P= Panjang Kelas Interval
82
3. Analisis Jalur
Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel, maka teknik
statistik yang digunakan adalah analisis jalur. Fungsi analisis jalur
adalah menghitung pengaruh langsung dan tidak langsung
variabel bebas terhadap variabel terikat (Kerlinger, 1996:564).
Melengkapai pendapat di atas, Suwarno dan Raharjo (1988)
mengatakan bahwa teknik analisis model jalur (path) digunakan
untuk melihat arah dan besarnya pengaruh di antara pasangan-
pasangan variabel independen, dan variabel penengah dan
variabel dependen.
Pengaruh langsung itu tercermin dalam koefisien jalur (path
coeficients), yang sesungguhnya adalah koefisien regresi yang
telah dibakukan (beta, β), sedangkan hubungan tak langsung
adalah koefisien jalur (p) yang satu dikalikan dengan koefisien jalur
(p) lainnya (Hasan, 1994). Untuk dapat menguji model hubungan
kausal yang telah diformulasikan berdasarkan pengetahuan dan
teori, serta menguji hipotesis yang diajukan, diperlukan perangkat
analisis statistik. Pada model analisis ini, melibatkan besarnya
kekuatan pengaruh langsung antara variabel bebas terhadap
variabel terikatnya diberi simbul “p” serta variabel residual yang
mewakili variabel lain di luar model diberi simbul “R” sebagaimana
tertera pada gambar 3.2 Model Analisis.
83
Koefisien jalur menghasilkan dampak langsung yang diberi
simbul huruf “p” dengan dua subscripth, misal “p21”. Pada “p21”,
angka 2 mengindikasikan variabel terikat, sedangkan angka 1
mengindikasikan variabel bebas. Koefisien “p” memiliki arti bahwa
setiap terjadi perubahan satu standar deviasi variabel exogen atau
endogen akan mengakibatkan perubahan variabel endogennya
sebesar“p” standar deviasi, sementara variabel exogen atau
endogennya konstan. Variabel exogen adalah suatu variabel yang
variasinya diasumsikan ditentukan oleh kasus di luar model (pada
penelitian ini adalah; X1,dan X2) sedangkan variabel endogen
adalah suatu variabel yang variasinya dijelaskan oleh variabel
exogen atau endogen dalam model (pada penelitian ini adalah; X3,
dan Y). Model analisis dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.2 Model Analisis Jalur
X2
X1
X3
R1 R2
Py.2
Py.1
P3.r1 Py.r2
p3.1
p3.2
84
Keterangan:
X1 = Supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah
X2 = Kompetensi guru
Y = Prestasi belajar siswa
R = Residual
Dikemukakan oleh Hasan (1990:74) bahwa, “Model hubungan
kausal yang biasa disebut analisis jalur (path analysis) merupakan
perkembangan lebih lanjut dari analisis korelasi dan regresi”.
Analisis korelasi dan regresi hanya untuk mengetahui hubungan
secara langsung antar satu variabel ataupun hubungan secara
bersama (multiple correlation).
Pada gambar 3.2 tersebut dapat dijelaskan bahwa, sebagai
variabel dependen pada blok pertama, dan kedua masing-masing
adalah X2, dan Y. Dari ke dua blok ini terdapat satu analisis
regresi ganda tahap akhir, yaitu blok ke dua. Blok ke dua
merupakan blok terakhir dari sekelompok variabel bebas.
Selanjutnya model analisis tersebut dapat dituliskan ke dalam 2
bentuk persamaan yang merupakan hasil dari dua blok analisis
regresi ganda sebagai berikut.
(1) p31.X1 + p32.X2 + p3.r1
(2) Y = py1.X1 + py2.X2
Dari kedua persamaan di atas serta model analisis (gambar
3.2) menunjukkan bahwa model hubungan kausal dalam
85
penelitian ini bersifat rekursif (satu arah). Menurut Supranto
(1995), apabila model hubungan kausal tersebut bersifat rekursif
(satu arah), maka penyelesaian dapat digunakan pendekatan
kuadrat terkecil atau OLS (Ordinary Least Square). Pendekatan
OLS biasa (persamaan tunggal) melalui 2 blok regresi ganda atas
variabel exogenos/endogenos terhadap masing-masing variabel
endogenos (X1 dan X2, dan Y).
Blok pertama adalah regresi atas X1 dan X2. Blok kedua
Adalah regresi ganda atas X1, dan X2, terhadap Y. Pengoperasian
model analisis akan dilakukan dengan bantuan SPSS Versi 11,.5
melalui program Windows, Xp.
4. Analisis Regresi Ganda
a. Persamaan Regresi
Analisis regresi pada setiap blok analisis sebagaimana
terlihat pada gambar 3.2 Model Analisis akan menimbulkan
persamaan regresi. Karena analisis meliputi 3 blok, maka akan
melibatkan 3 persamaan regresi. Secara garis besar
persamaan tersebut adalah Ŷ = a0 + b1X1 + b2X2 +. . .+ bkXk
Keterangan:
Ŷ = Nilai Y yang diharapkan (prediksi)
X = variabel bebas yang masuk dalam model
a = intercept (konstanta), yakni nilai Y semua nilai X
sama dengan 0.
86
b = slope (koefisien regresi), yakni bilangan yang
menunjukkan berapa nilai Y naik/turun, apabila
nilai X tertentu naik/turun satu satuan. k = jumlah
variabel bebas yang ada dalam model
b. Menguji Kecocokan Model Regresi
Pengujian model regresi dimaksudkan untuk menetapkan
seberapa cocok model regresi yang dihasilkan dengan
kenyataan, sehingga bermakna apabila persamaan regresi
yang digunakan untuk membuat prediksi. Karena itu untuk
mengetahui cocok/ tidaknya model regresi yang dihasilkan
pada masing-masing blok analisis, maka perlu dilakukan uji
kecococokan model regresi tersebut. Pengujian kecocokan
model regresi (goodness of fit) dilakukan melalui uji F.
Sedangkan rumus F sebagai berikut:
F reg = R2 (N-m-1)
M(1-R2)
Keterangan:
F reg = Harga F Garis regresi
N = Cacah kasus
m = Cacah predictor
R = Koefisien korelasi antara kriterium dengan
87
predictor prediktor, (Hadi, 1994: 26)
Kesimpulan yang akan diambil adalah jika F hitung (Fh)
lebih besar dari F tabel (Ft) berarti signifikan. Karena itu
hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis kerja (Ha) diterima.
Analisis regresi memanfaatkan jasa komputer program
SPSS versi 11.5 pada MS Windows ’Xp.
c. Menghitung Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) adalah besarnya pengaruh
bersama variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Koefisien
ini pada dasarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi antara
variabel bebas terhadap variabel terikatnya, atau kuadrat dari
koefisien korelasi antara Y (harga observasi variabel dependen)
dengan X (harga prediksi Y dari garis yang cocok) (Santoso,
2001). Koefisien determinasi ini juga dapat dihitung dari tabel
ANOVA dalam regresi dengan formula:
R2= SSR = 1- SSE (Atmaja, 1997;337)
SStotal SStotal
Keterangan :
SSR = sum of square regreeio (Jumlah kuadrat regresi)
SSE = sum of square error (Jumlah kuadrat kesalahan)
SStotal = SSR + SSE
Menggunakan koefisien determinasi mempunyai
kelemahan, sebagaimana dikemukakan oleh Ghozali (2001:48)
88
berikut: “kelemahan mendasar menggunakan koefisien
determinasi adalah bisa terhadap jumlah variabel independen
yang dimasukkan ke dalam model. Setiap ada tambahan satu
variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli
apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen”. Karena itu Ghozali menganjurkan
untuk menggunakan nilai “adjusted R2” pada saat mengevaluasi
mana model regresi yang terbaik. Karena nilai adjusted R2
dapat naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan ke dalam model. Adjusted R2 dapat diperoleh
menggunakan formula berikut:
R = R2 = ( ) (pedoman SPSS, 1997 : 285)
Keterangan : P = banyaknya variabel independen dalam
persamaan
R2 = koefisien determinasi
N = Jumlah Sampel
d. Menafsirkan dan Menggunakan Hasil Analitis
Setelah pengoperasian model analisis dilakukan dan diperoleh
kejelasan kebermaknaan garis regresi, maka dilanjutkan dengan
identifikasi model jalur melalui langkah-langkah: (1) memilih
koefisien jalur dan uji signifikansinya, (b) menghitung koefisien
residual terstandar dengan formula √ 1 − R , (c) memasukkan
koefisien jalur dan residual ke dalam model, (d) merangkum
89
hubungan langsung dan tak langsung, serta (e) menentukan
sumbangan efektif, baik sumbangan bersama ataupun per
variabel. Sumbangan efektif bersama adalah koefisien R2,
sedangkan sumbangan efektif per variabel adalah kuadrat dari
pengaruh total (yaitu pengaruh langsung dan tak langsung).
90
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian meliputi (a) deskripsi data, (b) pengujian persyaratan,
(c) pengujian hipotesis dengan analisis jalur. Sedangkan pembahasan
menjelaskan temuan penelitian dengan membandingkan teori-teori yang
relevan dan hasil-hasil penelitian terdahulu.
A. Deskripsi Data
1. Efektivitas Supervisi Kunjungan Kelas
Supervisi kunjungan kelas didapat skor minimal 43 dan skor
maksimal 86, sehingga mempunyai rentangan skor sebesar 43.
Nilai rata-rata hitung (mean) sebesar 70,34 dan simpangan baku
sebesar 13,54. Hasil Untuk mengetahui perhitungan selengkapnya
dapat diperiksa pada lampiran 5.
Berdasarkan ketentuan dalam menyusun tabel distribusi
frekuensi yang diuraikan pada BAB III, maka dapat disusun tabel
distribusi frekuensi dan ditentukan kategori efektivitas supervisi
kunjungan kelas oleh kepala sekolah pada tabel 4.1. sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Skor Efektivitas Supervisi
Kunjungan Kelas Oleh Kepala Sekolah SD Negeri 15 Pulau
Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan
Kabupaten Sinjai
91
No Kelas Interval Frekuensi Presentase Kategori
1 81-100 3 25 Sangat Efektif
2 61-80 8 66.66 Efektif
3 41-60 1 8,33 Cukup Efektif
4 21-40 0 00.00 Kurang Efektif
5 01-20 0 00.00 Tidak Efektif
Jumlah 12 100.00
Dari deskripsi data pada tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa
frekuensi terbanyak pada rentangan 61-80 sebanyak 8 (66.66%).
Sesuai dengan klasifikasi, maka supervisi kunjungan kelas oleh
kepala sekolah SD Negeri 15 Pulau Kambuno Desa Pulau
Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai termasuk
kategori efektif.
Untuk lebih memperjelas deskripsi skor data supervisi
kunjungan kelas oleh kepala sekolah dapat dilihat pada gambar
grafik silinder sebagai berikut:
92
Gambar 4.1 Grafik Silinder Distribusi Frekuensi Supervisi
Kunjungan Kelas oleh Kepala Sekolah SD Negeri 15 Pulau
Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan
Kabupaten Sinjai
Garfik silinder pada gambar 4.1 menunjukkan, bahwa
supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah SD Negeri 15
Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan
Kabupaten Sinjaitermasuk dalam kategori efektif, hal ini dapat
dilihat pada tampilan grafik silinder tertinggi pada skor 8 (66,66%).
Sedangkan tampilan grafik silinder lainnya berada pada skor 3
(25%) kategori sangat efektif dan tidak ada kategori kurang efektif
atau tidak efektif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah
SD Negeri 15 Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan
Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai mampu melaksanakan supervisi
kunjungan kelas secara baik dan dapat meningkatkan
012345678
1 2 3 4 5
Frekuensi
Frekuensi
3
8
1 0 0
93
kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas
serta memungkinkan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Kompetensi Guru
Kompetensi guru SD Negeri 15 Pulau Kambuno Desa Pulau
Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai
berdasarkan perolehan skor minimal 48 dan skor maksimal 108,
sehingga mempunyai rentangan skor sebesar 60. Nilai rata-rata
hitung (mean) sebesar 83,62 dan simpangan baku sebesar 18,96.
Berdasarkan ketentuan dalam menyusun tabel distribusi
frekuensi yang diuraikan pada BAB III, maka dapat disusun tabel
distribusi frekuensi sekaligus dapat ditentukan kriteria atau
kategori kompetensi guru ke dalam lima tingkatan sebagaimana
tabel 4.2. sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Skor Kompetensi Guru SD
Negeri 15 Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan
Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai
No Kelas Interval Frekuensi Presentase Kategori
1 97-100 2 16,66 Sangat Tinggi
2 73-96 9 75,00 Tinggi
3 49-72 1 8,33 Cukup/Sedang
4 25-48 0 00,00 Rendah
5 01-24 0 00,00 Sangat Rendah
94
Jumlah 12 100.00
Dari deskripsi data pada tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa
frekuensi terbanyak pada rentangan 73-96 sebanyak 9 (75,00%).
Sesuai dengan klasifikasi, maka kompetensi guru SD Negeri 15
Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan
Kabupaten Sinjai dalam kategori tinggi sehingga memungkinan
untuk melaksanakan tugas dengan baik.
Untuk lebih memperjelas deskripsi skor data kompetensi guru
SD Negeri 15 Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan
Pulau Sembilan Kabupaten Sinjaidapat dilihat pada gambar grafik
silinder sebagai berikut:
Gambar 4.2 Grafik Silinder Distribusi Frekuensi Kompetensi
Guru SD Negeri 15 Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan
Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai
0
2
4
6
8
10
1 2 3 4 5
Frekuensi
Frekuensi
0
2
9
1 0
95
Grafik silinder pada gambar 4.2 menunjukkan, bahwa
kompetensi guru SD Negeri 15 Pulau Kambuno Desa Pulau
Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai termasuk
dalam kategori tinggi, hal ini dapat dilihat pada tampilan grafik
silinder tertinggi pada skor 9 (75,00%). Sedangkan tampilan grafik
silinder lainnya berada pada skor 2 (16,66%) kategori sangat
tinggi dan terendah skor 1 (8,33%) kategori cukup/sedang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru
SD Negeri 15 Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan
Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai dalam kategori tinggi sehingga
memungkinkan dapat melaksanakan tugas mengelola
pembelajaran dengan baik.
3. Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar siswa skor rata-rata tiap bidang studi yang di
asuh guru minimal 4,0 dan skor maksimal 8,0 sehingga
mempunyai rentangan skor sebesar 4. Nilai rata-rata hitung
(mean) sebesar 6,17 dan simpangan baku sebesar 1,17.
Berdasarkan ketentuan dalam menyusun tabel distribusi
frekuensi yang diuraikan pada BAB III, maka dapat disusun tabel
distribusi frekuensi sekaligus dapat ditentukan kategori kinerja
guru SD Negeri 15 Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan
Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai pada tabel 4.4.
sebagai berikut.
96
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Siswa
SD Negeri 15 Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan
Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai
No Kelas Interval Frekuensi Presentase Kategori
1 7,0-8,0 3 25,00 % Sangat Baik
2 6,0-6,9 6 50,00 % Baik
3 5,0-5,9 2 16,66 % Cukup
4 4,0-4,9 1 8,33 % Kurang
Jumlah 12 100.00 %
Dari deskripsi data pada tabel 4.1 di atas menunjukkan
bahwa frekuensi terbanyak pada rentangan 6,0-6,9 sebanyak 6
(50,00%). Sesuai dengan klasifikasi, maka prestasi belajar
siswa di SD Negeri 15 Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan
Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai sebagian besar
dalam kategori baik.
Untuk lebih memperjelas deskripsi skor data prestasi
belajar siswa dapat dilihat pada gambar grafik silinder sebagai
berikut:
97
Gambar 4.4 Grafik Silinder Distribusi Frekuensi Prestasi
Belajar Siswa SD Negeri 15 Pulau Kambuno Desa Pulau
Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai
Garfik silinder pada gambar 4.3 menunjukkan, bahwa
prestasi belajar siswa SD Negeri 15 Pulau Kambuno Desa
Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai
termasuk dalam kategori baik, hal ini dapat dilihat pada tampilan
grafik silinder tertinggi pada skor 6 (50,00%). Sedangkan
tampilan grafik silinder lainnya berada pada skor 3 (25,00%)
kategori sangat baik, dan terendah skor 1 (8,33%) kategori
kurang.
Dengan demikian dapat disimpulkan prestasi belajar
siswa SD Negeri 15 Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan
Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai sebagian besar
mempunyai prestasi belajar dalam kategori baik selama
0
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4
Frekuensi
Frekuensi2
3
6
1
98
mengikuti pembelajaran di SD Negeri 15 Pulau Kambuno Desa
Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai.
B. Pengujian Persyaratan
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dan analisis menggunakan
rumus statistik regresi ganda perlu dilakukan pengujian persyaratan
analisis. Dikarenakan penelitian ini menggunakan analisis statistik
inferensial, maka persyaratan data yang dikumpulkan harus
memenuhi persyaratan (1) normalitas, (2) linieritas, (3) homogenitas,
dan (4) kolinieritas. Sedangkan persyaratan lainnya yang berupa
penarikan sampel secara representatif telah dipenuhi sebelum
pengumpulan data dilakukan.
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah
data variabel yang diteliti, yaitu variabel supervisi kunjungan kelas,
kompetensi guru, dan kinerja guru penyebarannya dalam populasi
berdistribusi normal. Pengujian normalitas sebaran data masing-
masing variabel dilakukan dengan menggunakan rumus Chi
Kuadrat dan diolah dengan bantuan program SPSS versi 11.5
pada MS Widows ’07. Rekapitulasi hasil pengujian normalitas data
masing-masing variabel bebas dan variabel terikat tertera pada
tabel 4.4 sebagai berikut:
99
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Variabel
Penelitian
Variabel X2Hit X2tabel d.b Kesimpulan
X1 25,974 31,5 20 Normal
X2 39,994 43,8 31 Normal
Y 07,032 9,49 4 Normal
Dari hasil uji normalitas data variabel supervise kunjungan
kelas oleh kepala sekolah (X1), variabel kompetensi guru (X2),
dan variable prestasi belajar siswa (Y) (harga X2 yang diperoleh
atau X2hitung< X2
tabel pada taraf signifikansi 5%, berarti data
ketiga variabel dimaksud berdistribusi normal.
2. Uji Lineritas
Pengujian linieritas dimaksudkan untuk mengetahui linier
tidaknya masing masing variabel bebas (X1 dan X2) terhadap
variabel terikat (Y). Pengujian dilakukan menggunakan uji F
dengan toleransi 5%.
Dari hasil analisis menggunakan program SPSS versi 11.5
pada MS Windows 07, dapat diperoleh hasil uji linieritas sebagai
berikut:
100
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Uji Linieritas antar Variabel
Penelitian
Variabel D.F Fh Ft Kesimpulan
X1 - Y 1:150 5,943 3,89 Linier
X2 – Y 1:150 6,609 3,89 Linier
Hasil analisis uji linieritas menunjukkan bahwa semua
variabel penelitian (X1 dan X2) memiliki Fh> Ft. Hal ini berarti
semua variabel dimaksud memiliki hubungan yang linier
terhadap Y.
3. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui
kesamaan varian masing-masing variabel bebas (X1 dan X2)
terhadap variabel terikat (Y). Pengujian homogenitas terhadap
variabel penelitian digunakan uji homogenitas Bartlett Box F
dengan toleransi 5%. Kriteria yang digunakan untuk
menentukan homogenitas variabel adalah apabila nilai F
masing-masing variabel beserta statusnya secara ringkas dapat
dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:
101
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas antar
Variabel Penelitian
Variabel D.F Fh Ft Kesimpulan
X1 3;151 2,704 3,19 Homogen
X2 3;151 1,541 3,19 Homogen
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa semua variabel
penelitian (X1,X2 terhadap Y) memiliki Fhitung< Ftabel.hal ini berarti
semua variabel tersebut memiliki variasi yang homogen
terhadap variabel Y. Dengan demikian, persyaratan
homogenitas variabel penelitian terpenuhi untuk uji statistik
inferensial.
4. Uji Kolineritas
Pengujian kolinieritas dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya korelasi di antara sesama variabel bebas.Kriteria yang
digunakan untuk uji kolinieritas adalah apabila nilai eigen (eigen
value) mendekati 0 maka terjadi korelasi sesama variabel bebas
(multicollinearity), dan indikasi lain yang menunjukkan multi
kolinieritas apabila kondisi indek (condition index) melebihi
angka 15, sehingga variabel bebas dimaksud tidak memenuhi
syarat untuk analisis regresi. Untuk mengetahui perolehan nilai
eigen (eigenvalue) dan angka kondisi indek (condition index)
pada tabel 4.8
102
Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa kedua
variabel bebas tidak terdapat korelasi (kolinier), hal ini
dibuktikan perolehan nilai eigen (eigenvalue) sebesar 0,129
untuk X1 dan 0,136 untuk X2 berarti lebih besar dari 0 sebagai
batas toleransi nilai eigen multikolinier.
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Uji Kolinieritas antar Variabel
Bebas
Variabel Eigenvalue Condition index Kesimpulan
X1 0.129 10.614 Koliner
X2 0.136 9.289 Koliner
Demikian juga perolehan angka pada kondisi indek
(condition index) Sebesar 10,614 untuk X1, dan 9,289 untuk X2<
angka kondisi indek multikolinier sebesar 15.
C. Pengujian Hipotesis dengan Analisis Jalur
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dapat
dimajukan hipotesis pokok sebagai berikut: “ada pengaruh langsung
maupun pengaruh tidak langsung supervisi kunjungan kelas oleh
kepala sekolah, kompetensi guru terhadap prestasi belajar siswa SD
Negeri 15 Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Sinjai (Ha). Berdasarkan hipotesis pokok
tersebut kemudian dikembangkan hipotesis-hipotesis khusus dalam
bentuk hipotesis nihil (Ho), selanjutnya diuji menggunakan teknik
103
teknik regresi ganda dan teknik analisis jalur (path analysis) dengan
bantuan perangkat lunak program SPSS versi 11.5 pada MS Windows
Xp.
Pengujian hipotesis 1 dilakukan dengan analisis regresi ganda
blok 1. Untuk keperluan pengujian ini digunakan toleransi 5% seperti
telah dijelaskan pada bab III, sehingga kriteria yang digunakan adalah
Hi diterima apabila nilai Fhitung> Ftabel, atau koefisien probabilitas yang
diperoleh lebih kecil dari 0,05. Selanjutnya pengujian hipotesis 2, dan
3 menggunakan analisis jalur (pathanalysis). Sedangkan untuk
menguji model hubungan kausal yang dispesifikasikan, koefisien jalur
(path coefficient) adalah nilai beta atau koefisien regresi yang
distandarkan. Ini seperti dijelaskan oleh Hasan (1994), bahwa
koefisien jalur (path coefficient) pada dasarnya adalah koefisien
regresi yang dibakukan atau beta (β).
1. Pengisisan Koefisisen Jalur pada Model yang Dispesifikan
Berdasarkan kajian teori, maka dibuat spesifikasi model
hubungan kausal antara variabel exogenus dan atau endogenus
dengan variabel endogenus lainnya. Sebagaimana gambar 2.1
Skema kerangka berpikir (model konseptual) di Bab II. Untuk
menguji model ini dilakukan 2 tahap analisis regresi ganda dengan
blok-blok seperti gambar 3.2 (Model Analisis) di Bab III. Melalui
model analisis ini akan dihasilkan berbagai koefisien yang
diperlukan untuk menguji hipotesis yang diajukan maupun mengisi
104
model yang dispesifikasikan tersebut dengan koefisien path
sebagai berikut:
a. Pengaruh Supervisi Kunjungan Kelas (X1), Kompetensi
Guru (X2), terhadap Prestasi Belajar Siswa (Y)
Hasil pengoperasian model analisis regresi ganda pada
blok kedua menghasilkan persamaan regresi Ŷ = 1.969 +
0.200 X1 + 0.301 X2 dengan nilai F sebesar 95,372 (lampiran
Regression ganda Blok kedua). Nilai F hitung pada analisis
regresi ganda blok kedua adalah 95,372 lebih besar dibanding
F tabel pada dk=3/151dk = n -kk -1 yaitu sebesar 3,18. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa dengan tingkat kepercayaan
95%, model regresi yang digunakan sesuai dengan model
konseptual yang dirancang sehingga persamaan regresi
tersebut memiliki makna yang berarti apabila digunakan untuk
membuat suatu prediksi.
Demikian pula hasil koefisien probabilitas (“sig”) ternyata
lebih kecil dari toleransi yang diberikan sebesar 0,05.
(lampiran print out regresi ganda blok kedua khususnya pada
tabel ANOVA). Dengan demikian hipotesis kerja yang
berbunyi “Ada pengaruh yang signifikan supervisi kunjungan
kelas, kompetensi guru, terhadap prestasi belajar siswa SD
Negeri 15 Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan
Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai, diterima.
105
Analisis regresi ganda menghasilkan nilai R2 yang
disesuaikan (adjusted R square) sebesar 0,716 (lampiran print
out regresi ganda blok kedua). Dengan demikian, supervisi
kunjungan kelas, kompetensi guru, secara seremtak
mempengaruhi prestasi belajar siswa di SD Negeri 15 Pulau
Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan
Kabupaten Sinjai.
Demikian pula perolehan terhadap koefisien regresi
terstandar (beta) sebagai ukuran nilai jalur pada analisis
hubungan kausal pada blok kedua ini dapat diperoleh tabel
koefisien terstandar pada tabel 4.12, sedangkan hasil analisis
selengkapnya pada lampiran print out regresi ganda blok
kedua tentang pengaruh variabel X1dan X2 terhadap Y.
Tabel 4.10 Koefisien Jalur Pengaruh X1 dan X2
terhadap Y (Prestasi Belajar Siswa)
Variabel
Bebas
Koefisien Reg.
terstandar
(beta)
T
hitung Sig. Status
Supervivi
kunjungan
kelas
.200 2.176 .000 Signifikan
Kompetensi
guru .301 2.322 .000 Signifikan
106
Sumber: Hasil analisis regresi ganda blok kedua (tabel coefficients)
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa variabel exogenus:
supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah (X1) dan
kompetensi guru (X2) pada taraf kepercayaan 95% atau alpha
0,5% memiliki nilai t hitung yang lebih besar dari t tabel dk= 155
(N-3) yaitu sebesar 1,980. Begitu juga apabila dilihat dari
probabilitasnya, menghasilkan koefisien ‘sig” yang lebih kecil
dibanding toleransi yang diberikan sebesar 0,05. Hal ini berarti
kedua variabel tersebut memiliki pengaruh langsung yang
signifikan terhadap prestasi belajar siswa di SD Negeri 15
Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Sinjai. dengan t hitung masing-masing
sebesar 2,176 untuk supervisi kunjungan kelas (X1), sebesar
2,322 kompetensi guru (X2). Dengan demikian hipotesis yang
berbunyi “Ada pengaruh positif dan signifikan supervisi
kunjungan kelas oleh kepala sekolah dan kompetensi guru
terhadap prestasi belajar siswa di SD Negeri 15 Pulau
Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan
Kabupaten Sinjai”, diterima.
Dari hasil analisis tersebut diperoleh koefisien determinasi
(R2) sebesar 0,737 (lampiran print out regresi ganda blok 2).
Koefisien determinasi itu selanjutnya digunakan untuk
menghitung nilai residual analisis regresi ganda blok kedua
107
dengan formula (p5r2) “ Residual = √1 − R 2 " seperti telah
dijelaskan pada Bab III sebagai berikut:
Residual = √1 − R 2 "
=√1 − 0,737
= 0,512
Dari hasil tersebut, model hubungan kausal kedua
variabel eksogenus yaitu, supervisi kunjungan kelas (X1) dan
kompetensi guru (X2) terhadap variabel endogenus yaitu
prestasi belajar siswa (Y) dapat digambarkan sebagaimana
pada Gambar 4.6. Koefisien Regresi terstandar (Beta)
masing-masing variabel bebas menunjukkan besarnya
pengaruh terhadap variabel terikat (prestasi belajar siswa).
Gambar 4.6 Jalur Hubungan Kausal antara Supervisi
Kunjungan Kelas oleh Kepala Sekolah dan Kompetensi
Guru dengan Prestasi Belajar Siswa
Berdasarkan penjelasan analisis regresi ganda blok
pertama hingga blok kedua sebagaimana dijelaskan di atas,
X1
X2
Y
p=0,200
p=0,301
p=0,512
R2
108
maka koefisien jalur hubungan kausal pada model yang
dispesifikasikan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4.7 Koefisien Jalur Hubungan Kausal
berdasarkan Spesifikasi Model Analisis
Keterangan:
X1 = Supervisi kunjungan kelas
X2 = Kompetensi Guru
Y = Prestasi belajar siswa
R = Residual
Secara ringkas, penerimaan tingkat signifikansi dari
masing-masing jalur hubungan kausal variabel exogenus
p=0,570
p=0,473
X1
X2
Y
p=0,200
p=0,301
p=0,512
R2
R1
p=0,308
109
terhadap variabel endogenus dapat digambarkan sebagai
berikut:
Tabel 4.11 Ringkasan Penerimaan Koefisien Jalur
dengan Toleransi 5% (0.05)
Blok Kode
Jalur
Koef.reg.
Terstandar
(beta)
Nilai t Sign Status
3 Py1
Py2
0,200
0,301
2,176
2,322
0,000
0,000
Signifikan
Signifikan
Dari hasil pengoperasian model analisis pada masing-
masing blok seperti dijelaskan di atas diperoleh koefisien
regresi terstandar (beta) yang signifikan pada toleransi yang
diberikan sebagai berikut.
Tabel 4.12 Ringkasan Tahapan Regresi Ganda dan
Koefisien Terstandar (Beta)
Tahapan Koef. Reg.
Terstandar (beta) Kode Jalur
Regresi tahap 1 Beta X1 = 0,308
Beta X2 = 0,473
P3.1
P3.2
Regresi tahap 2 Beta X1 = 0,200
Beta X2 = 0,301
pv.1
pv.2
110
Koefisien residual (R) telah dilakukan perhitungan di
masing-masing tahapan analisis dengan formula “Residual =
√1 − R ", sedangkan besarnya koefisien residual masing-
masing blok tersebut dapat dihitung, dan hasilnya sebagai
berikut.
Tahap ke 1: p4r1 = √1 − R "
=√1 − 0,623
= 0,570
Tahap ke 2: p5r2 =√1 − R "
=√1 − 0,638
= 0,512
2. Rekapitulasi Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Sebagaimana dijelaskan dalam Bab III metode penelitian,
bahwa model hubungan kausal yang biasa disebut analsis jalur
(path Analysis) merupakan perkembangan dari analisis korelasi
tunggal analisis regresi ganda. Koefisien korelasi pada dasarnya
terbagi ke dalam 4 komponen yaitu, (1) direct effect, (2) indirect
effect, (3) spurious, dan (4) unanalyzed. Pengaruh langsung
(direct effect) yaitu pengaruh suatu variabel (sebagai independent
variable) sesuai arah anak panah dalam model dengan tanpa
111
melewati variabel lain (Hasan, 1990). Pengaruh tak langsung
(indirect effect) yaitu pengaruh suatu variabel terhadap variabel
tertentu melewati variabel lain, namun berlawanan dengan arah
anak panah dalam model. Sedangkan pengaruh yang tidak dapat
dijelaskan (unanalysed effect) terhadap variabel tertentu (sebagai
dependent variable) dengan melewati variabel lain (sebagai
intervening variable), akan tetapi antara independent variable
dengan intervening variable dalam model tersebut memiliki
hubungan yang bersifat dua arah (resiprokal).
Penelitian ini hanya menjelaskan besarnya pengaruh
langsung dan tidak langsung dengan analisis jalur. Besarnya
pengaruh langsung adalah “koefisien p”, sedangkan pengaruh
tidak langsung adalah hasil perkalian antara “koefisien p”, yang
satu dengan “koefisien p lainnya” dalam satu arah (Hasan, 1990).
Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui apakah pengaruh
yang sebenarnya langsung atau tidak langsung dengan cara
membandingkan koefisien pengaruh langsung dengan tidak
langsung. Besarnya pengaruh tidak langsung dihitung dengan
mengalikan koefisien tidak langsungnya. Jika koefisien pengaruh
langsung lebih besar dari pengaruh tidak langsung, maka dapat
disimpulkan bahwa pengaruh yang sebenarnya adalah pengaruh
langsung. Sebaliknya jika koefisien pengaruh tidak langsung lebih
besar dari koefisien pengaruh langsung, maka dapat disimpulkan
112
bahwa pengaruh yang sebenarnya adalah pengaruh tidak
langsung.
Tabel 4.13 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
No Variabel Besarnya Pengaruh
Ket Langsung Tak
Langsung
2 X1 ke Y
X2 ke Y
0,200
0,301
0,116
0,179
L > TL
L > TL
Dari hasil analisis data sebagaimana ditampilkan pada tabel
4.16 di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Pengaruh Supervisi Kunjungan Kelas (X1) terhadap
Prestasi Belajar Siswa (Y)
Dari angka yang ada pada tabel diketahui pengaruh
langsung sebesar 0,200, sedangkan angka pengaruh tidak
langsung sebesar 0, 116 lebih kecil dari 0,200. Dapat
disimpulkan bahwa pengaruh supervisi kunjungan kelas
terhadap kinerja guru adalah pengaruh langsung.
b. Pengaruh Kompetensi Guru (X2) terhadap Prestasi Belajar
Siswa (Y)
Dari angka yang ada pada tabel diketahui pengaruh
langsung sebesar 0,301 sedangkan angka pengaruh tidak
langsung sebesar 0,179 lebih besar dari 0,301.Dapat
disimpulkan bahwa pengaruh kompetensi guru adalah
pengaruh langsung.
113
3. Sumbangan Efektif
Sumbangan efektif sebagai proporsi variasi suatu variabel
terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya (Hasan,
1990). Sedangkan Hadi (1994) menjelaskan bahwa dalam analisis
regresi ganda terdapat dua kelompok sumbangan efektif, yaitu (1)
sumbangan efektif bersama, dan (2) sumbangan efektif
pervariabel. Selanjutnya dalam analisis ini akan dijelaskan dua
kelompok sumbangan efektif bersama dan sumbangan efektif per
variabel dalam dua tabel yang diperoleh dari pengaruh langsung
maupun pengaruh tidak langsung antar variabel eksogenus
dengan endogenus dalam model yang dispesifikasi.
Sumbangan efektif bersama adalah koefisien determinasi (R2)
(Hasan, 1990). Berdasarkan hasil analisis regresi ganda masing-
masing blok, besarnya R2 dan sumbangan efektif bersama adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.14 Sumbangan Efektif Bersama
Blok
Variabel
R2 Sumbanga
n Efektif Variabel
bebas
Variabel
terikat
1 X1, X2, X3 Y 0,737 73,7%
Sedangkan sumbangan efektif per variabel adalah kuadrat
dari pengaruh total (penjumlahan dari pengaruh langsung dan
114
tidak langsung), (Hasan, 1990). Merujuk konsep para ahli
tersebut, serta besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak
langsung, dan pengaruh total seperti pada Tabel 4.14, besarnya
sumbangan efektif per variabel adalah seperti pada Tabel 4.15
berikut.
Tabel 4.15 Sumbangan Efektif (SE) per Variabel
Variabel
Terikat
Pengaruh Pengaruh
total
Sumb.
Efektif Langsung (var.
bebas)
Tak langsung (var.
antara)
Y
X1
X2
X3
0,200
0,301
0,380
X1-X3
X2-X3
0,116
0,179
0,316
0,480
0,380
09,9%
23,0%
14,4%
Total 47,3
Hasil penelitian di atas merupakan temuan-temuan penelitian
sebagai jawaban rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan.
Agar lebih jelas dalam memahami hubungan kausal antara
variabel exogenus/endogenus dengan variabel endogenus., maka
pada perlu pembahasan sebagai berikut.
D. Pembahasan
Dari analisis data di atas, diperoleh temuan-temuan yang
merupakan jawaban atas masalah-masalah penelitian. Masalah pokok
penelitian telah terjawab, yaitu supervisi kunjungan kelas dan
115
kompetensi guru berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
prestasi belajar siswa di SD Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau
Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai.
1. Pengaruh Supervisi Kunjungan Kelas terhadap Prestasi
Belajar Siswa
Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa supervisi
kunjungan kelas mempunyai pengaruh secara positif dan
signifikan terhadap prestasi belajar siswa.
Kepala sekolah sebagai supervisor dan pemimpin pengajaran
harus dapat melakukan kerjasama dengan bawahannya. Dengan
adanya kerjasama antara kepala sekolah dengan guru-guru
memungkinkan guru-guru dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas
sekolah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu
meningkatkan prestasi belajar siswa. Dan untuk meningkatkan
unjuk kerja karyawan, menurut Siagian (1986) perlu diperhatikan
sembilan kebutuhan yang sifatnya non material sebagai berikut;
(1) perasaan diikutsertakan, (2) cara pendisiplinan yang
manusiawi, (3) kondisi kerja yang baik, (4) pemberian
penghargaan atas keberhasilan dalam menjalankan tugas, (5)
kesetiaan pimpinan kepada para karyawan, (6) promosi dan
perkembangan bersama organisasi, (7) pengertian yang simpatik
terhadap masalah-masalah pribadi bawahan, (8) keamanan
pekerjaan, dan (9) tugas suatu pekerjaan yang sifatnya menarik.
116
Temuan penelitian ini tidak berbeda dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Kadarman dan Udaya (1996), bahwa para
manajer bertanggung jawab untuk menentukan kegiatan yang
memungkinkan setiap anggota organisasi berkinerja untuk
pencapaian sasaran. Tanggung jawab manajer dalam
menentukan kegiatan dimaksud adalah dalam hal perencanaan,
pengorganisasian, pembagian tugas sesuai dengan keahlian
setiap individu, mengevaluasi kegiatan, memberikan umpan balik,
menciptakan kondisi kerja yang nyaman, dan menjalin kerjasama
dengan setiap anggota organisasi sehingga setiap individu dapat
meningkatkan kinerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Stoop dan
Johnson (1977), bahwa kepala sekolah adalah pekerja profesional
yang bekerja sama dengan banyak orang guna mendidik murid.
Sebagai pekerja profesional, kepala sekolah harus mempunyai
kemampuan/keterampilan dalam bekerjasama dengan guru,
personil sekolah dan masyarakat secara terpadu guna mendidik
siswa. Kepala sekolah yang efektif dan inovatif menetapkan tujuan
dan prioritas pencapaian prestasi siswa seimbang dengan
performansi dan perilaku hubungan manusia. Suatu kenyataan
bahwa, kepala sekolah yang berpengalaman selalu membimbing
guru-guru, mendengarkan keluhan bawahan, cenderung
memberikan efek positif terhadap prestasi belajar murid. Tujuan
117
pendidikan di sekolah dapat dicapai atas kerjasama semua unsur
yang ada didalam organisasi sekolah, oleh karena itu kepala
sekolah sebagai penanggung jawab utama dalam pengelolaan
satuan pendidikan harus mampu merencanakan dan
mengorganisir setiap kegiatan sehingga dapat meningkatkan
kinerja guru untuk mencapai kemajuan belajar siswa.
Guru-guru menginginkan administrator sekolah untuk
bekerjasama dan para guru menginginkan dirinya dianggap
sebagai mitra kerja dari pada sebagai bawahan. Pengakuan
terhadap guru sebagai sebagai personil sekolah yang mempunyai
kontribusi dalam mencapai tujuan institusi/sekolah harus
mendapat perhatian oleh kepala sekolah. Faktor yang dirasakan
oleh guru dapat memberikan kontribusi dalam menaikkan dan
menurunkan kompetensi, dua faktor diantara 10 faktor yang dapat
meningkatkan kompetensi ialah: (1) kepala sekolah yang koperatif
dan senang membantu guru dalam memecahkan masalah
termasuk masalah pembelajaran siswa, (2) sekolah yang
terorganisasi dengan baik dan kegiatan supervisi secara rutin.
Baik buruknya guru dalam mengajar dan motivasi belajar
siswa sangat dipengaruhi oleh kepala sekolah. Peran pokok yang
dimainkan kepala sekolah adalah membangun dan
mempertahankan semangat kerja yang positif. Guru-guru akan
bekerja dengan baik dan produktif jika mereka berada dalam
118
suasana yang menyenangkan. Hal ini akan terwujud apabila
kepala sekolah mampu mempertahankan situasi dan kondisi kerja
yang mendukung peningkatan unjuk kerja guru guna mencapai
tujuan pendidikan di sekolah.
2. Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Prestasi Belajar Siswa
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan
signifikan kompetensi guru terhadap prestasi belajar siswa dalam
proses pembelajaran di SD Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau
Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai.
Kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran dan
pengelolaan kelas dapat mendorong prestasi belajar siswa.
Proses belajar mengajar yang efefktif hanya mungkin dapat
terwujud apabila dilaksanakan oleh guru profesional dan dijiwai
profesionalisme yang tinggi. Guru profesional adalah guru yang
memiliki keahlian yang memadai, rasa tanggung jawab yang
tinggi, rasa kesejawatan, dan menguasai bidang studi yang
diajarkan. Dengan jiwa profesionalisme, guru akan mencintai
pekerjaannya dan melaksanakan tugas dengan penuh dedikasi
dan tanggung jawab.
Temuan penelitian ini dapat dijelaskan dengan teori dua faktor
dari Herzberg (Herz-berg’s Two-Factor Theory of Motivation)
menjelaskan, kondisi kerja yang menyenangkan, gaji yang cukup,
keamanan kerja yang terjamin merupakan faktor penyehat atau
119
penguat. Yang dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan
menurut teori tersebut adalah pencapaian prestasi, pengakuan
terhadap pekerjaan dan tanggung jawab terhadap pekerjaan yang
memungkinkan seseorang karyawan dapat berkembang. Di
negara yang sudah tinggi tingkat perekonomiannya menetapkan
standar upah yang tinggi bagi setiap jenis pekerjaan sehingga
setiap pekerja mendapat jaminan kehidupan yang cukup termasuk
jaminan kesehatan. Lingkungan kerja termasuk keselamatan kerja
merupakan standar yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan
yang mempekerjakan karyawan. Dan hal yang menarik justru
keinginan untuk berprestasi dan pengakuan serta tanggung jawab
terhadap suatu pekerjaan merupakan faktor yang dapat
meningkatkan hasil kerja guru.
3. Pengaruh supervisi Kunjungan Kelas Kepala Sekolah dan
Kompetensi Guru terhadap Prestasi Belajar Siswa
Dari hasil analisis data secara simultan terbukti bahwa
terdapat hubungan yang substansial antara kunjungan kelas
kepala sekolah dan kompetensi guru dengan prestasi belajar
siswa. Dengan kata lain, terdapat hubungan yang cukup tinggi
antara kunjungan kelas kepala sekolah dan kompetensi guru
terhadap prestasi belajar siswa. Bila ditinjau dari nilai
signifikansinya, maka kunjungan kelas kepala sekolah dan
kompetensi guru sama-sama memiliki pengaruh terhadap prestasi
120
belajar siswa. Dari nilai koefisiennya dapat dilihat bahwa
kunjungan kelas kepala sekolah dan kompetensi guru memiliki
pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa makin baik kunjungan kelas kepala
sekolah dan kompetensi guru maka makin baik pula prestasi
belajar yang dapat diraih oleh siswa.
Dasar pemikiran yang mendukung temuan tersebut adalah
kunjungan kelas kepala sekolah memiliki pengaruh terhadap
prestasi belajar siswa. Begitu pula dengan kompetensi guru, juga
memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Kepala
sekolah yang berpengalaman, selalu membimbing guru-guru,
mendengarkan keluhan bawahan, cenderung memberikan efek
positif terhadap prestasi belajar siswa. Orientasi yang paling
penting didalam pembinaan kualitas pendidikan di sekolah lebih
ditekankan pada kemampuan teknis profesional atau komponen-
komponen yang langsung berhubungan dengan proses
pengelolaan, penggunaan buku dan alat-alat serta proses
pendidikan.
Dengan demikian, kepala sekolah dan guru yang profesional
adalah seperangkat kompetensi yang direalisasikan dalam
melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah dengan hasil belajar
yang maksimal.
121
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
siswa di SD Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan
Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai secara bersama dipengaruhi oleh
supervisi kunjungan kelas dan kompetensi guru.Dari dua variabel
yang dikaji (supervisi kunjungan kelas dan kompetensi guru)
mempunyai pengaruh secara langsung terhadap prestasi belajar
siswa.
1. Kompetensi guru memiliki pengaruh lebih besar terhadap
prestasi belajar siswa dibandingkan dengan supervisi kunjungan kelas
yang dilakukan oleh kepala sekolah yang mempunyai pengaruh lebih
kecil terhadap prestasi belajar siswa.
2. Supervisi kunjungan kelas kepala sekolah mempengaruhi
prestasi belajar bahasa Indonesia siswa SD Negeri 15 P. Kambuno
Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai.
3. serta kompetensi guru mampu mempengaruhi prestasi belajar
siswa guru SD Negeri 15 P. Kambuno Desa Pulau Harapan
Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai. Sehingga supervisi
kunjungan kelas kepala sekolah dan kompetensi guru secara
bersama-sama mempengaruhi prestasi belajar siswa SD Negeri 15
122
Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan
Kabupaten Sinjai.
B. Saran
1. Prestasi belajar merupakan indikator kemajuan suatu sekolah,
karena itu upaya meningkatkan prestasi belajar siswa melalui
peningkatan kompetensi guru perlu dilakukan agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar.
2. Kompetensi guru perlu mendapat perhatian dan terus dibina
karena mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap
prestasi belajar siswa. Kegagalan dalam meningkatkan
kompetensi guru dapat berakibat pada menurunnya prestasi
belajar siswa.
3. Bagi pejabat di Dinas Pendidikan tingkat Kabupaten/Kota,
temuan penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam pengambilan kebijakan dan pembinaan kepala SD Negeri
15 P. Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Sinjai yang berkaitan tugas kepala sekolah
sebagai supervisor dan pemimpin pengajaran.
4. Sikap konsisten dari kepala sekolah dalam menegakkan aturan,
kesesuaian perkataan dengan perilaku dapat menumbuhkan
sikap disiplin, kejujuran, kerjasama, komitmen pada tugas, hal-
hal tersebut merupakan aspek pentin.
123
5. Peneliti selanjutnya agar mengadakan penelitian dengan
pendekatan kualitatif sehingga dapat mengungkap lebih
mendalam tentang langkah-langkah supervisi kunjungan kelas
dan strategi peningkatan kompetensi guru.
6. Untuk melakukan penelitian yang serupa dengan pendekatan
kuantitatif dengan melibatkan variabel di luar sekolah, pengaruh
dana bantuan operasional sekolah (BOS) atau variabel lainnya
yang diduga mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar
siswa.
124
DAFTAR PUSTAKA
Arcaro.1995. Memahami Statistika Bisnis.Yogyakarta: Andi Offset
Arfan, Siti.1996. Manajemen Pembelajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi 1998. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Baron. Amstrong A. 2001. Total Quality Management. New York: Longman, Inc..
Davis, G.A. & Thomas, M.A. 1989. Effective Schools and Effective Teacher. Boston: Allynand Bacon Inc.
Departemen Pedidikan dan Kebudayaan.1998. Panduan Manajemen Madrasah. J akarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Dewanto, A. 2003. Statistika Pendidikan1. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti P2LPTK.
Dikmenum. 2008. Kinerja Guru Indonesia. www.dikmenum.go.id (12 Aug. 2008).
Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah. 2007.Hasil Rerata UAN Jateng. Semarang: Dinas P dan K Jateng.
Ekososilo. 2003. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.
Fattah, Nanang. 2000. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Andika.
Gaffar, Fakry. 1987. Perencanaan Pendidikan Teoridan Metodologi. Jakarta: P2. LPTK Depdikbud.
Gunarsa,Hadi, Gary. 1982. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Gunarsa,Hadi, Gary. 1994. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
125
Hamalik, O. 1983. Keterampilan Menulis Buku Materi Pokok. Jakarta: Kurnia UT.
Handoko. 1992. Strategi Mengajar. Bandung: Sinar Dunia
Hasan, Muhammad. 1990. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Irawan, Ahmad. 1994. Menulis sebagai Suatu Keterampilan. Bandung: Angkasa
Lipham, Mand James A. Hoech, Jr.1985.The Principalship Foundation and Faction. New York: Harper & Row, Publisher Inc.
Mangkunegoro, A. P. A.A. 1986. Meningkatkan Prestasi Kerja. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyasa, E. 2003.Pendekatan Kompetensi Guru. Jakarta: PT Bumi Aksara
Nasution, S. 1985 .Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara
Natawijaya, dan Moesa. 1992. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Nawawi, H.1997. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis Kompetitif. Yogyakarta: UGM Press.
Nergery. 1991. Human Resources and Personal Management. New York.Prentice Hall, MC.
Nurtain. 1989. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Oliva, P.F.1984.Supervisionfor Today’s School. New York: Longman, Inc.
Orlosky, D. E. 1984. Educational Administration Today. London: Charles E Merill Publishing, co.
Pedhazur. 1982. The Modern Statistic. London: Croom Helm, Ltd.
Pidarta, Made. 1988. Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto, Ngalim. 1998. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: remaja Rosdakarya.
126
Rohmadi.1990. Supervisi Kunjungan Kelas. Yogyakarta: Kanisius.
Sahertian, Piet A. 1989. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Sahertian, Piet A. 1992. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Samana, A.1994. Profesionalisme Keguruan: Yogyakarta. Kanisius.
Samiyono, Henry Ananto.1998. Etos Kerja Guru SMTIK– PIKA Semarang dan Aspirasi terhadap Profesional Pekerja. Artikel Penelitian FPTK. IKIP Semarang
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Fajar interpratama Offset
Santoso, Singgih. 2000. SPSS: Mengolah Data Statistik secara Profesional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Sardiman. 1988. Administrasi Pendidikan. Bandung: Jakarta
Satmoko, R.S1992.Pengembangan Guru dalam Perspektif Budaya. Semarang: IKIP Semarang Press.
Sergiovanni. 1991. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta
Simamora. 1997. Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sidi, Djati. 2003. Interaksi dan Motivasi Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Soewono. 1991. Pedoman Pembinaan Profesional Guru. Jakarta: Dikdasmen. Depdikbud.
Sugiyono. 2000. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Supandi. 1990. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta
Supriadi. Dedi 1995. Menjadi Sekolah Bermutu. Jakarta: PT Prenhalindo
Surya, Ahmad. 1992. Standar Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas
Sutisna, Oteng. 1993. Administrasi Pendidikan Dasar Teoretis untuk Praktik Profesional. Bandung: angkasa.
127
Tilaar, Basuki. 2002. Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Ditjen Dikti
Wiles, dan Loves. 1993. Democratic Supervision. New York: Ms Graw Hill Book. Co.
IDENTITAS RESPONDEN
Petunjuk: Bapak/ibu dipersilahkan memberikan isian pada titik-titik di bawah ini dengan tanda ( √ ) dan atau tanda (X) pada kolom () yang tesedia.
Identitas Responden (responden tidak perlu menulis nama) 1. No. Responden : (..................)
2. Jenis Kelamin : ( Pria )
3. Usia : 50 tahun
4. Nama Sekolah : SDN No. 15 Kambuno
5. Alamat sekolah : P. Kambuno Desa Pulau Harapan Kec. Pulau
Sembilan Kab. Sinjai telp.
6. Jabatan : Kepala Sekolah
7. Pangkat/Golongan : Pembina Tk I / IV.b
8. Pendidikan terakhir : S. I
9. Mengajar program diklat : PGSD√
Bagian1berisi pertanyaan/pernyataan tentang supervise kunjungan kelas
kepala sekolah.Bapak/Ibu silahkan menyatakan pendapatnya, pilihan
jawaban adalah:
1 = Benar Sekali2 = Pada Umumnya Benar3 = Sebagian Benar 4 = Sedikit Benar 5 = Tidak Benar dan Tidak Tepat
Petunjuk: Silahkan memberikan tanda silang (X) pada kotak jawaban yang
tersedia.
No Pernyataan 1 2 3 4 5
A. Supervisi Kunjungan Kelas Kepala Sekolah √
1 Hubungan organisatoris anda dengan kepalasekolah terjalin baik
√
2 Kepala sekolah tidak menjaga jarak dengan guru-guru
√
3 Kepala sekolah sering dating dan ngobrol dengan guru
√
4 Keberhasilan anda dalam mengajar salahsatunya karena hasil dari supervise kepalasekolah
√
5 Kepala sekolah membimbing dalampembuatan rencana mengajar seperti SP(Satuan pelajaran)
√
6 Kepala sekolah membimbing anda dalampelaksanaan strategi belajar mengajar
√
7 Kepala sekolah membantu anda dalammerumuskan tujuan pengajaran (ranahkognitif, psikomotorik, afektif)
√
8 Kepala sekolah membantu anda dalam caramerumuskan pengalaman belajar (learningexperience)
√
9 Kepala sekolah membantu anda dalampengelolaan kelas
√
10 Kunjungan kelas oleh kepala sekolah dapatmembantu memperbaiki cara mengajar anda
√
11 Dalam memberikan supervise kepalasekolah tidak mencari kesalahan anda tapijustru membicarakan solusi secara bersama
√
12 Kepala sekolah telah bertindak demokratisdalam memberikan supervise pengajarankepada anda
√
13 Kepala sekolah mempunyai catatan tentanghasil supervise yang selalu dikomunikasikandengan anda
√
14 Keberhasilan tugas anda yang lain selainmengajar salah satunya karena peransupervise kepala sekolah
√
15 Waktu pelaksanaan supervise sudah tepat √
16 Kepala sekolah tidak menggurui anda dalammelakukan supervise
√
17
Kepala sekolah membantu anda dalammasalah keluh kesah guru seperti ketidakpuasan, memperoleh pelayanan yang kurang adil dan lain-lain
√
18 Kepala sekolah membantu anda dalammemecahkan masalah kesejahteraan guru,seperti masalah keuangan, kedudukan
√
19 Kepala sekolah membantu anda dalammemecahkan masalah pribadi
√
20 Teguran yang diberikan kepala sekolahbukan ancaman bagi anda
√
IDENTITAS RESPONDEN
Petunjuk: Bapak/ibu dipersilahkan memberikan isian pada titik-titik di bawah ini dengan tanda (√) dan atau tanda (X) padakolom()yangtesedia.
Identitas Responden (responden tidak perlu menulis nama) 10. No. Responden : (......................)
11. Jenis Kelamin : ( Pria )
12. Usia : 50 tahun
13. Nama Sekolah : SDN No. 15 Kambuno
14. Alamat sekolah : P. Kambuno Desa Pulau Harapan Kec. Pulau
Sembilan Kab. Sinjai telp.
15. Jabatan : Kepala Sekolah
16. Pangkat/Golongan : Pembina Tk I / IV.b
17. Pendidikan terakhir : S. I
Mengajar program diklat : PGSD Bagian1berisi pertanyaan/pernyataan tentang Kompetensi Guru. Bapak/Ibu silahkan menyatakan pendapatnya, pilihan
jawaban adalah:
1 = Tidak Pernah (TP) diberi nilai 2 = Pernah (P) diberi nilai 3 = Kadang-kadang (KD) diberi nilai 4 = Sering (SR) diberi nilai 5 = Selalu (SL) diberi nilai
Petunjuk: Silahkan memberikan tanda silang (X) pada kotak jawaban
Yang tersedia.
Kompetensi Guru
No
Pertanyaan / Pernyataan Jawaban Responden 1 2 3 4 5
1 Saya menyadari bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan kognitif yang berbeda-beda dalam setiap kompetensi pembelajaran yang saya sampaikan.
√
2 Saya berusaha memahami kemampuan dasar dan kognitif saya mengenai materi yang akan saya ajarkan dengan cara melakukan preetest
√
3 Saya menetapkan tujuan pembelajaran untuk kompetensi dalam program pengajaran saya √
4 Saya menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda-beda sesuai dengan jenis kompetensi pembelajaran.
√
5 Secara rutin saya membuat RPP (Rencana Program Pembelajaran) sebelum mengajar √
6 Saya berusaha mengembangkan bahan ajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
√
7 Saya melakukan interaksi awal dalam pembelajaran dengan S3B (Senyum, Sapa, Salam, dan basmalah)
√
8 Saya memberikan bahan bahan yang memancing rasa ingin tahu siswa dalam setiap materi pembelajaran saya
√
9 Saya menyampaikan materi sesuai dengan heirarki belajar √
10 Saya dapat mengendalikan pembelajaran dengan baik sehingga perhatian siswa terfokus pada pelajaran dan disiplin kelas terpelihara
√
11 Saya melibatkan siswa dalam pembuatan dan pemanfaatan sumber belajar/ media pembelajaran.
√
12 Media yang saya gunakan dalam pembelajaran menarik sehingga berhasil memusatkan perhatian siswa dan pesan yang diharapkan dapat ditangkap dengan jelas.
√
13 Saya mengajukan pertanyaan/tugas terkait kompetensi yang akan dicapai selama proses pembelajaran termasuk asesmen otentik.
√
14 Secara rutin saya mengadakan evaluasi perkompetensi setelah itu baru belajar pada kompetensi berikutnya.
√
15 Saya melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik. √
16 Saya dapat menghargai adanya perbedaan pandangan/ pendapat dalam pergaulan sehari-hari baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal saya.
√
17 Dalam menjalankan tugas, sebagai seorang guru saya berpegang teguh pada norma agama yang saya anut.
√
18 Setiap permsalahan saya selesaikan dengan pemikiran yang matang/tidak emosional (arif dan bijaksana)
√
19 Peserta didik mematuhi nasehat saya √
20 Saya berusaha mematuhi peraturan yang berlaku baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal saya
√
21 Saya mengatakan yang sebenarnya dan suka menolong orang kesusahan. √
22 Saya mempunyai kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik baik pada jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran.
√
23 Saya menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa baik daalam kegiatan pembelajaran maupun di luar pembelajaran.
√
24 Sata malu berdiskusi dengan rekan sekerja terutama mengenai masalah pembelajaran di sekolah.
√
25 Saya berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan sesama guru. √
26 Saya mempunyai kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan petugas tata usaha.
√
27 Saya berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan orang tua/wali peserta didik.
√
28 Saya menjalin komunikasi dengan orang tua murid untuk mengetahui perkembangan siswa di rumah.
√
29 Saya berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan masyarakat sekitar. √
30 Untuk memperdalam pemahaman meteri ajar yang ada di kurikulum sekolah saya melakukan kajian materi.
√
31 Saya menguasai materi pembelajaran dengan baik sehingga tingkat kebenaran dan keakuratan substansi (materi, isi) pembelajaran yang dibahas sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
√
32 Saya memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar dengan baik.
√
33 Dalam mengajar, saya mengaitkan materi pembelajaran dengan pengetahuan lain yang relevan.
√
34 Saya mengupayakan agar materi pelajaran dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa memiliki manfaat (nilai fungsional) dalam kehidupan sehari-hari.
√
35 Dalam pembelajaran, saya mengaitkan materi dengan realita kehidupan. √
36 Sebagai seorang guru, saya memahami hubungan konsep antar materi ajar dengan kehidupan sehari-hari.
√
37 Saya menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. √
38 Saya menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi bidang studi dengan baik.
√
39 Saya melakukan kegiatan penelitian ilmiah (action research) √
40 Saya menggunakan internet sebagai sumber informasi dan menambah wawasan. √
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Tot Mean Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
4 3 3 4 3 2 4 3 4 4 4 3 4 3 2 4 4 3 4 3
3 3 4 3 2 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4
2 2 3 3 3 3 4 3 4 5 2 3 3 4 3 2 2 3 3 3
2 2 2 4 3 5 3 4 3 2 5 2 2 5 3 3 2 2 4 2
3 3 4 2 5 4 2 3 3 3 3 4 2 2 4 3 3 4 2 2
4 4 4 3 4 3 2 2 4 3 4 4 3 4 3 2 4 4 3 3
4 4 3 4 3 2 3 4 2 4 4 3 4 3 2 3 3 2 2 4
3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 5 3 3 4 3 2 3 4 2
2 2 3 3 3 4 3 2 5 2 3 5 3 4 3 2 5 4 4 3 4 3 4 3 4 3 2 4 3 4 3 2 3 3 3 3 4
4 2
2 2 5 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 2 4 4 4 4 2 3 3 3 3 4 3 5 3 4 3 3 2 3
4 3
3 3 4 2 5 2 5 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 4 3 5 4 5 2 4 3 5 3 3 3 3 2 4 4 2 2
4 3
4 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 2 2 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 2 2 4 3 3 3 4 3 3 4
5 4
4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 2 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4
4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4
5 4
53 44 51 46 48 46 46 47 49 49 48 47 45 46 44 41 44 49 45 46 50 53 52 47 48 48 45 46 48 48 48 44 53 48 49 42 48
61 46
3,14 3,79 3,64 3,29 3,43 3,29 3,29 3,36 3,50 3,50 3,43 3,36 3,21 3,29 3,14 2,93 3,14 3,50 3,21 3,29 3,57 3,79 3,71 3,36 3,43 3,43 3,21 3,29 3,43 3,43 3,43 3,14 3,79 3,43 3,50 3,00 3,43
4,36 3,29
BaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikCukupBaikBaikBaikBaik
BaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikCukupBaik
Sangat baik Baik
DATA HASILPENELITIAN
SupervisiKunjungan Kelas Kepala Sekolah
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Tot Mean Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8
9
10 11 12
13
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
35 36
4 3 4 3 2 2 4 3
4 3 4 3
2
2 4 4 3 4 3 2 2 4 4 3 4 3 2 4 3 4 3 2 2 4
3 4
3 4 3 2 3 4 2 4
3 4 3 2
3
4 2 3 4 3 2 3 4 2 3 4 3 2 3 3 4 3 2 3 4 2
4 3
4 2 3 5 3 4 4 3
4 5 3 4
3
4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3
3 4
3 3 3 2 3 4 3 4
3 5 2 3
4
5 3 3 3 3 4 3 2 5 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 5
4 3
5 3 3 5 3 4 2 3
3 5 4 4
3
5 2 5 4 2 3 3 3 3 5 4 2 3 3 5 4 2 3 4 3 4
3 3
4 3 2 3 3 5 2 4
5 5 3 3
3
5 4 4 4 2 3 5 3 4 4 3 4 5 3 4 2 5 2 3 4 3
5 4
4 2 3 4 3 3 5 3
5 5 4 4
5
5 3 4 3 3 3 2 3 4 3 4 3 5 2 2 2 4 3 4 3 4
4 2
2 3 5 3 4 4 3 4
5 3 3 3
5
5 4 4 3 3 3 5 3 4 2 3 3 5 4 3 4 2 4 3 3 2
3 3
3 3 2 3 4 3 4 3
5 2 3 2
5
5 3 3 4 3 2 3 3 5 2 4 5 5 3 4 4 3 4 5 4 3
3 3
3 3 5 3 4 2 3 3
5 4 4 2
2
5 3 4 3 2 3 4 3 3 5 3 5 5 4 3 2 5 4 4 2 3
3 2
3 2 3 3 5 2 4 5
5 3 2 3
5
5 4 3 3 3 3 2 3 3 4 2 5 5 3 4 3 2 3 4 3 3
2 3
2 3 4 3 3 5 3 5
5 4 4 4
3
5 2 4 4 3 5 2
4 3 2 2 5 3 3 5 3 4 4 3 4
5 3
3 3 2 3 3 4 2 5
5 3 4 3
5
2 3 4 3 4 4 3 3 5 4 3 5 5 4 3 2 3 4 3 4 3
5 2
3 5 2 3 4 3 2 2
5 3 3 3
5
4 3 4 2 4 5 4 3 3 4 4 3 5 2 3 5 3 4 2 3 3
5 4
4 4 3 3 5 4 3 5
5 4 4 5
5
3 3 5 2 4 5 5 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 5 2 4 5
5 3
4 5 4 3 3 4 4 3
5 2 3 5
5
4 3 3 5 3 5 5 4 4 2 3 5 3 4 4 3 4 5 3 3 5
5 4
4 3 3 4 3 3 2 3
3 4 2 5
5
3 3 3 4 2 5 5 3 4 3 3 2 3 4 3 4 3 5 2 2 5
5 3
4 4 4 4 3 5 2 3
4 3 2 2
5
3 3 4 3 2 2 5 3 3 3 3 5 3 4 2 3 3 5 4 2 2
5 3
4 3 3 4 4 3 5 2
5 4 3 5
5
4 3 5 4 3 5 5 4 5 3 2 3 3 5 2 4 5 5 3 3 5
5 4
3 4 3 3 2 3 3 4
3 4 4 3
5
2 3 3 4 4 3 5 2 3 2 3 4 3 3 5 3 5 5 4 4 3
5 2
69 65 64 66 67 71 62 71
87 75 64 68
83
80 61 76 68 61 71 75 61 74 67 62 74 78 66 66 66 69 77 66 62 71
82 62
3,45 3,25 3,20 3,30 3,35 3,55 3,10 3,55
4,35 3,75 3,20 3,40
4,15
4,00 3,05 3,80 3,40 3,05 3,55 3,75 3,05 3,70 3,35 3,10 3,70 3,90 3,30 3,30 3,30 3,45 3,85 3,30 3,10 3,55
4,10 3,10
BaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaik
Sangat baikBaikBaikBaik
Sangat baikSangatba
ik BaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaik
Sangat baik Baik
DATA HASILPENELITIAN
Kompetensi Guru
4 3 3 4 4 4 4 2 2 2 3 2 3 2 4 4 4 4 3 3
UjiVariabilitas
FactorAnalysis
Communalities
Initial Extraction Supervisipengawassekolah SupervisiKepalasekolah KinerjaGuru
1.000
1.000 1.000
.688
.729 .705
Extraction Method: PrincipalComponentAnalysis.
TotalVarianceExplained
Component
InitialEigenvalues ExtractionSumsofSquaredLoadings Total %ofVariance Cumulative% Total %ofVariance Cumulative%
1 2 3
2.122 .467 .410
70.744 15.582 13.674
70.744 86.326
100.000
2.122 70.744 70.744
ExtractionMethod: PrincipalComponent Analysis.
ComponentMatrixa
Component 1
Supervisipengawassekolah SupervisiKepalasekolah KinerjaGuru
.830
.854 .840
Extraction Method: PrincipalComponent Analysis. a.1components extracted.
DeskripsiData
Supervisipengawassekolah
Frequency
Percent
ValidPercent
Cumulative Percent
Valid Sangatbaik Baik Cukup Total
7 48 5
60
11.7 80.0 8.3
100.0
11.7 80.0 8.3
100.0
11.7 91.7
100.0
SupervisiKepalasekolah
Frequency
Percent
ValidPercent
Cumulative Percent
Valid Sangatbaik Baik Cukup Total
16 42 2
60
26.7 70.0 3.3
100.0
26.7 70.0 3.3
100.0
26.7 96.7
100.0
KinerjaGuru
Frequency
Percent
ValidPercent
Cumulative Percent
Valid Sangatbaik BaikCukupTotal
14 41 5
60
23.3 68.3 8.3
100.0
23.3 68.3 8.3
100.0
23.3 91.7
100.0
AnalisisRegresiX1–Y
Regression
VariablesEntered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables Removed
Method
1 Supervisipengawaas sekolah
.
Enter
a.Allrequestedvariablesentered. b.DependentVariable:KinerjaGuru
Model Summary
Model
R
RSquare
Adjusted RSquare
Std.Errorof theEstimate
1 .535a .286 .274 5.8540 a.Predictors: (Constant), Supervisipengawassekolah
ANOVAb
Model
Sumof Squares
df
MeanSquare
F
Sig.
1 Regression Residual Total
795.967 1987.633 2783.600
1 58 59
795.967 34.270
23.227 .000a
a.Predictors: (Constant),Supervisipengawassekolah b.Dependent Variable:KinerjaGuru
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig. B Std.Error Beta 1 (Constant)
Supervisi pengawassekolah
14.816
.599
6.144
.124
.535
2.412
4.819
.019
.000
a.Dependent Variable:KinerjaGuru
AnalisisRegresiX2–Y
Regression
VariablesEntered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables Removed
Method
1 Supervisi Kepalaa sekolah
.
Enter
a.Allrequestedvariablesentered. b.DependentVariable:KinerjaGuru
Model Summary
Model
R
RSquare
Adjusted RSquare
Std.Errorof theEstimate
1 .584a .341 .330 5.6242 a.Predictors: (Constant), SupervisiKepalasekolah
ANOVAb
Model
Sumof Squares
df
MeanSquare
F
Sig.
1 Regression Residual Total
948.936 1834.664 2783.600
1 58 59
948.936 31.632
29.999 .000a
a.Predictors: (Constant),SupervisiKepalasekolah b.Dependent Variable:KinerjaGuru
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficien ts
t
Sig. B Std.Error Beta 1 (Constant)
SupervisiKepalasekolah 16.220
.388 5.160 .071
.584
3.144 5.477
.003
.000 a.Dependent Variable:KinerjaGuru
AnalisisRegresiGanda
Regression
VariablesEntered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables Removed
Method
1 SupervisiKepalasekolah, Supervisi pengawaas sekolah
.
Enter
a.Allrequestedvariablesentered. b.Dependent Variable:KinerjaGuru
Model Summary
Model
R
RSquare
Adjusted RSquare
Std.Errorof theEstimate
1 .635a .403 .382 5.4010 a.Predictors: (Constant), SupervisiKepalasekolah,
Supervisipengawassekolah
ANOVAb
Model
Sumof Squares
df
MeanSquare
F
Sig.
1 Regression Residual Total
1120.879 1662.721 2783.600
2 57 59
560.439 29.171
19.213 .000a
a.Predictors:(Constant),SupervisiKepalasekolah,Supervisipengawassekolah b.DependentVariable:KinerjaGuru
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig.
Correlations B Std.Error Beta Zero-order Partial Part
1 (Constant) Supervisipengawassekolah SupervisiKepalasekolah
7.820
.338
.275
6.043
.139
.082
.301
.414
1.294
2.428
3.337
.201
.018
.001
.535
.584
.306
.404
.249
.342 a.DependentVariable:KinerjaGuru
Persamaan:
Y =7,820+0,338X1+ 0,275X2
UjiNormalitas
One-SampleKolmogorov-SmirnovTest
Supervisipengawass
ekolah
SupervisiKepalase
kolah
KinerjaGuru N NormalParametersa,bMean
Std.Deviation MostExtreme Absolute
DifferencesPositive Negative
Kolmogorov -Smirnov Z Asymp.Sig.(2-tailed)
60 49.0167 6.1272
.190
.190 -.106 1.147 .127
60 72.1333 10.3391
.144
.144 -.107 1.113 .168
60 44.2000 6.8687
.142
.142 -.100 1.102 .176
a.TestdistributionisNormal. b.Calculatedfromdata.
UjiLinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig.
CollinearityStatist ics B Std.Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) Supervisipengawassekolah SupervisiKepalasekolah
7.820
.338
.275
6.043
.139
.082
.301
.414
1.294
2.428
3.337
.201
.018
.001
.681
.681
1.468
1.468 a.DependentVariable:KinerjaGuru
KinerjaGuru 60
50
40
30
Observed
20 30 40 50
60 70
Linear
80
Supervisipengawassekolah
KinerjaGuru 60
50
40
30
Observed
20 50 60 70
80 90
100
Linear
SupervisiKepalasekolah
UjiHeteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficien ts
t
Sig. B Std.Error Beta 1 (Constant)
Supervisipengawassekolah SupervisiKepalasekolah
5.090
-.103 5.572E-02
3.387
.078
.046
-.208
.190
1.503
-1.320
1.207
.138
.192
.233 a.Dependent Variable:AbsolutResidu
DistribusiFrekuensi
Jeniskelamin
Frequency
Percent
ValidPercent
Cumulative Percent
Valid L P Total
27 33 60
45.0 55.0
100.0
45.0 55.0
100.0
45.0 100.0
Umur
Frequency
Percent
ValidPercent
Cumulative Percent
Valid <30 30-40 >40 Total
7 30 23 60
11.7 50.0 38.3
100.0
11.7 50.0 38.3
100.0
11.7 61.7
100.0
Pendidikan
Frequency
Percent
ValidPercent
Cumulative Percent
Valid S1 S2 Total
53 7
60
88.3 11.7
100.0
88.3 11.7
100.0
88.3 100.0
MasaKerja
Frequency
Percent
ValidPercent
Cumulative Percent
Valid 0-5 6-10 11-15 16-20 Total
7 30 18 5
60
11.7 50.0 30.0 8.3
100.0
11.7 50.0 30.0
8.3 100.0
11.7 61.7 91.7
100.0
UjiValiditas
DataSupervisiPengawasSekolah
Correlations
TOT_X1 X1_1 PearsonCorrelation
Sig.(2-tailed) N
.377**
.003 60
X1_2 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.612**
.000 60
X1_3 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.617**
.000 60
X1_4 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.560**
.000 60
X1_5 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.543**
.000 60
X1_6 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.387**
.002 60
X1_7 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.521**
.000 60
X1_8 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.458**
.000 60
X1_9 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.458**
.000 60
X1_10 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.615**
.000 60
X1_11 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.517**
.000 60
X1_12 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.501**
.000 60
X1_13 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.415**
.001 60
X1_14 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.664**
.000 60
TOT_X1 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
1.000 .
60
**.Correlationissignificantatthe0.01 level
DataSupervisiKepalaSekolah
Correlations
TOT_X2 X2_1 PearsonCorrelation
Sig.(2-tailed) N
.428**
.001 60
X2_2 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.514**
.000 60
X2_3 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.349**
.006 60
X2_4 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.547**
.000 60
X2_5 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.415**
.001 60
X2_6 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.553**
.000 60
X2_7 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.617**
.000 60
X2_8 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.433**
.001 60
X2_9 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.556**
.000 60
X2_10 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.514**
.000 60
TOT_X2 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
1.000 .
60
**.Correlationissignificantatthe0.01level
Correlations
TOT_X2 X2_11 PearsonCorrelation
Sig.(2-tailed) N
.518**
.000 60
X2_12 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.661**
.000 60
X2_13 PearsonCorrelation
Sig.(2-tailed) N
.544**
.000 60
X2_14 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.509**
.000 60
X2_15 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.489**
.000 60
X2_16 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.573**
.000 60
X2_17 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.615**
.000 60
X2_18 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.651**
.000 60
X2_19 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.490**
.000 60
X2_20 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.483**
.000 60
TOT_X2 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
1.000 .
60
**.Correlationissignificantatthe0.01level
DataKinerjaGuru
Correlations
TOT_Y Y_1 PearsonCorrelation
Sig.(2-tailed) N
.516**
.000 60
Y_2 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.687**
.000 60
Y_3 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.656**
.000 60
Y_4 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.589**
.000 60
Y_5 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.578**
.000 60
Y_6 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.508**
.000 60
Y_7 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.585**
.000 60
Y_8 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.509**
.000 60
Y_9 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.625**
.000 60
Y_10 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.685**
.000 60
Y_11 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.601**
.000 60
Y_12 PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
.331**
.010 60
TOT_Y PearsonCorrelation Sig.(2-tailed) N
1.000 .
60
**.Correlationissignificantatthe0.01level
UjiReliabilitas
Reliabilitas DataSupervisiPengawasSekolah
******Method1(spacesaver)willbeusedforthisanalysis ******
RELIABILITY ANALYSIS - SCALE (ALP HA)
Item-totalStatistics
Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha
ifItem ifItem Total ifItem Deleted Deleted Correlation Deleted
X1_1 45.4000 34.7525 .2901 .7770 X1_2 45.4000 32.2780 .5227 .7569 X1_3 45.7333 31.5209 .5129 .7561 X1_4 45.7667 31.5040 .4273 .7647 X1_5 45.6333 31.9989 .4158 .7656 X1_6 45.5833 34.1116 .2938 .7802 X1_7 45.5333 32.3887 .3945 .7676 X1_8 45.4333 33.5718 .3415 .7719 X1_9 45.5833 33.1963 .3262 .7740 X1_10 45.7167 31.6302 .5124 .7563 X1_11 45.6667 32.3277 .3867 .7685 X1_12 45.4333 32.9616 .3832 .7684 X1_13 45.2667 34.6395 .3214 .7734 X1_14 45.0667 33.9616 .6182 .7605
ReliabilityCoefficients
NofCases= 60.0 NofItems=14
Alpha= .7804
Reliabilitas DataSupervisiKepalaSekolah
Reliability
******Method1(spacesaver)willbeusedforthisanalysis ******
RELIABILITY ANALYSIS - SCALE (ALP HA)
Item-totalStatistics
Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha
ifItem ifItem Total ifItem Deleted Deleted Correlation Deleted
X2_1 68.7000 99.2983 .3475 .8594 X2_2 68.7000 97.4339 .4392 .8560 X2_3 68.5667 102.0802 .2932 .8608 X2_4 68.5833 97.4336 .4807 .8545 X2_5 68.4833 99.1692 .3283 .8603 X2_6 68.4500 96.6246 .4817 .8543 X2_7 68.5500 95.3703 .5525 .8516 X2_8 68.6667 99.3107 .3543 .8591 X2_9 68.5167 96.4573 .4847 .8542 X2_10 68.6333 97.1175 .4364 .8561 X2_11 68.5000 96.8305 .4385 .8561 X2_12 68.4000 93.3966 .5965 .8494 X2_13 68.5833 96.6540 .4708 .8547 X2_14 68.5667 97.5379 .4336 .8562 X2_15 68.3833 97.7658 .4101 .8571 X2_16 68.3167 96.3895 .5052 .8535 X2_17 68.6167 95.1895 .5488 .8517 X2_18 68.6667 93.5141 .5843 .8499 X2_19 68.2500 97.8178 .4120 .8570 X2_20 68.4000 98.1424 .4056 .8572
ReliabilityCoefficients
NofCases= 60.0 NofItems=20
Alpha= .8617
Reliabilitas DataKinerjaGuru
Reliability
******Method1(spacesaver)willbeusedforthisanalysis ******
RELIABILITY ANALYSIS - SCALE (ALP HA)
Item-totalStatistics
Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha
ifItem ifItem Total ifItem Deleted Deleted Correlation Deleted
Y_1 40.5667 41.8090 .4145 .8073 Y_2 40.4833 38.7963 .5980 .7915 Y_3 40.5833 38.7556 .5537 .7950 Y_4 40.5500 39.5737 .4700 .8029 Y_5 40.4833 40.3895 .4707 .8027 Y_6 40.3000 41.6373 .3984 .8086 Y_7 40.5500 40.7602 .4891 .8015 Y_8 40.6833 41.2709 .3915 .8094 Y_9 40.5167 38.8641 .5104 .7991 Y_10 40.4333 38.1819 .5872 .7917 Y_11 40.5167 39.7116 .4915 .8008 Y_12 40.5333 43.9141 .3075 .8128
ReliabilityCoefficients
NofCases= 60.0 = NofItems=12
Alpha= .8165
128
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Fahri Lahir di Sinjai, Sulawesi Selatan pada tanggal 4
November 1966, anak kelima dari lima bersaudara
pasangan Hamling dan Nahira. Penulis menempuh
pendidikan Sekolah Dasar yaitu SDN. No. 17 P.
Burungloe I Kab. Sinjai ( 20 - 05 - 1981 ), Sekolah
Menengah Pertama yaitu SMPN No. 1 Kab. Sinjai ( 19
- 05 - 1984 ), Sekolah Pendidikan Guru yaitu SPGN
No. 132 Kab. Sinjai ( 22 - 06 - 1987 ), D. II PGSD UT
( 04 - 02 - 1997), S. I UNM Makassar (31 - 12 - 2009)
Penulis terangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil terhitung mulai
tanggal 29 Pebruari 1988 dan diangkat sebagai Guru Kelas pada salah
satu Desa Terpencil di Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai
Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya yaitu pada SD Negeri No. 18 P.
Burungloe II Kabupaten Sinjai sampai tahun 1993. Tahun 1993 penulis
dimutasikan ke SDN.No. 17 P. Burungloe I Kec. Pulau Sembilan
Kabupaten Sinjai sampai pada tahun 2008. Tahun 2008 penulis
dipromosikan untuk suatu jabatan yaitu sebagai Kepala Sekolah di
SDN.No. 19 P. Katindoang Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai
Tanggal 06 April 2013 penulis dimutasikan ke SDN. No. 15 Kambuno
Desa Pulau Harapan Kec. Pulau Sembilan Kab. Sinjai sampai sekarang.
Pada tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang ( S-2 )
dengan memilih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar untuk
memeroleh gelar Magister Pendidikan ( M.Pd. ), dan menulis tesis dengan
judul Pengaruh Supervisi Kunjungan Kelas Kepala Sekolah dan
Kompetensi Guru terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa SD.
Negeri 15 Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Sinjai