masalah2 supervisi

25
MASALAH2 SUPERVISI YOYON BAHTIAR IRIANTO Laboratorium Administrasi Pendidikan UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, 2009 1

Upload: hina

Post on 11-Jan-2016

66 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

YOYON BAHTIAR IRIANTO. MASALAH2 SUPERVISI. Laboratorium Administrasi Pendidikan UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, 2009. Pelatihan & Penataran atau …. Jalur P endidikan F ormal - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: MASALAH2 SUPERVISI

MASALAH2 SUPERVISI

YOYON BAHTIAR IRIANTO

Laboratorium Administrasi PendidikanUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, 2009

Page 2: MASALAH2 SUPERVISI

Yoyon BI/UPI/2009 2

Pelatihan & Penataran atau ….

Page 3: MASALAH2 SUPERVISI

Yoyon BI/UPI/2009 3

Jalur Pendidikan Formal Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum

pada jenjang pendidikan prasekolah terdiri dari: Taman kanak-kanak (TK);

Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum keagamaan Islam pada jenjang pendidikan prasekolah terdiri dari: Roudhatul Athfal (RA);

Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum pada jenjang pendidikan dasar terdiri dari: Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP);

Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum keagamaan Islam pada jenjang pendidikan dasar terdiri dari: Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs);Jenis Kelembagaan Pendidikan

Page 4: MASALAH2 SUPERVISI

Yoyon BI/UPI/2009 4

Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal khusus pada jenjang pendidikan dasar terdiri dari: Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dan Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB);

Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum pada jenjang pendidikan menengah terdiri dari: Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK);

Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum pada jenjang pendidikan menengah dasar terdiri dari: Madrasah Aliyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK);

Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum pada jenjang pendidikan tinggi terdiri dari: Universitas, Akademi dan Sekolah Tinggi;

Jenis Kelembagaan Pendidikan

Page 5: MASALAH2 SUPERVISI

Yoyon BI/UPI/2009 5

Pendidikan Non Formal dan Informal

Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal pada jenjang pendidikan prasekolah terdiri dari: Kelompok Bermain (Kober), Tempat Penitipan Anak (TPA), dan Posyandu terintegrasi dengan PAUD (Pos PAUD);

Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal keagamaan Islam pada jenjang pendidikan dasar terdiri dari: Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) dan Diniyah Takmiliyah Wustho (DTW);

Jenis pendidikan kesetaraan: (a) Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal pada jenjang pendidikan dasar disebut pendidikan kesetaraan, yaitu Paket A dan Paket B; (b) Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal pada jenjang pendidikan menengah yaitu pendidikan kesetaraan Paket C setara SMA;

Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal keagamaan pada jenjang pendidikan menengah terdiri dari: Diniyah Takmiliyah Ulya (DTU);

Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal keagamaan pada jenjang pendidikan tinggi sering disebut Mualimin;

Page 6: MASALAH2 SUPERVISI

Yoyon BI/UPI/2009 6

Pendidikan berkelanjutan: (a) Kelompok Belajar Usaha (KBU), (b) magang, (c) kursus-kursus dan bimbingan belajar;

Pendidikan kepemudaan: (a) ketataprajaan, (b) kepramukaan, dan (c) pengembangan bakat, minat serta kegemaran pemuda;

Pendidikan kewanitaan dan kesetaraan jender, seperti kelompok-kelompok kader wanita, dan kelompok-kelompok pemberdayaan wanita lainnya;

Pendidikan keaksaraan fungsional, yang tidak hanya diartikan pemberantasan buta huruf dan baca tulis Latin, tetapi juga termasuk memberantas buta huruf dan baca tulis Al-Qur’an.

Pengembangan Perpustakaan Masyarakat atau Taman Bacaan Masyarakat;

Pengembangan kesenian dan kebudayaan daerah; Pengembangan pendidikan keluarga (home schooling), dan

bimbingan-bimbingan belajar, baik secara individu maupun kelompok.

Page 7: MASALAH2 SUPERVISI

Yoyon Bahtiar Irianto/S3/UPI/2009

7

Ruang-lingkup manajemen pendidikan

Pendidikan Formal

Anggaran Pembiayaan

Tenaga Kependikan

Kebijakan

PeransertaMasyarakat

Kurikulum

Sarana & Prasarana

Pendidikan Nonformal

Pendidikan Informal

Perluasan & Pemerataan

Mutu, Relevansi & Dayasaing

Tatakelola & Pencitraan Publik

Satuan Pendidikan

Page 8: MASALAH2 SUPERVISI

Yoyon Bahtiar Irianto/S3/UPI/2009

8Penguatan Kelembagaan Satuan Pendidikan

Fasilitasi Pendampingan

SISTEM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SISTEM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Pengawas

Guru

Kondisi Awal Kemampuan

Teknis

Tugas Pokok & Kompetensi Model

Reflika

Kep.Sekolah

Komite

Kondisi Awal Kemampuan Manajerial

Standarisasi Lembaga Reflika

Model

PROSES PELATIHANManagement Capacity

Building

HASILPELATIHAN

Tugas Pokok & Kompetensi

Standarisasi Lembaga

DAMPAK HASIL PELATIHAN(Kinerja Satuan Pendidikan)

Efektivitas Layanan

MBS

RelevansiKurikulum

Satuan Pendidikan

Sekolah Model

Sekolah Model

Sekolah Lainnya

Sekolah Lainnya

KE

BIJ

AK

AN

PE

NIN

GK

ATA

N

MU

TU

KT

SP

DA

N M

BS

Page 9: MASALAH2 SUPERVISI

Yoyon Bahtiar Irianto/S3/UPI/2009

9Model Analisis Prioritas Program

Pengembangan Kebijakan & Satandarisasi Manajemen Kurikulum, Tenaga Kependidikan, Sarana Prasarana,

Pembiayaan dan Partisipasi Masyarakat

Pengembangan Kebijakan & Satandarisasi Manajemen Kurikulum, Tenaga Kependidikan, Sarana Prasarana,

Pembiayaan dan Partisipasi Masyarakat

DayasaingInternasionalDayasaing

Internasional

Networking & Jaringan Kemitraan

Networking & Jaringan Kemitraan

Penguatan Keunggulan Kelembagaan Satuan Pendidikan Berbasis Potensi

Wilayah

Penguatan Keunggulan Kelembagaan Satuan Pendidikan Berbasis Potensi

Wilayah

SIMBerbasis ICT

Page 10: MASALAH2 SUPERVISI

CALON PESERTA DIDIK

MISKIN: harta dan miskin harti, namun kaya potensi

POLA PEMBELAJARAN

-Melalui orang lain (berguru)

-Bersama orang lain (saling membelajarkan)

HASIL BELAJARTAHU-MAU-TRAMPILMendayagunakan potensi dan peluang, dilingkungannya:

Belajar dari:- dirinya- orang lain

Mencari bekal untuk:- dirinya- keluarganya- orang lain

Page 11: MASALAH2 SUPERVISI

MENDASAR(Menyentuh

Kebutuhan Dasar)

KUAT(Penyiapan untuk

Peningkatan)

LUAS(Jangkauan terhadap

Sumber-Sumber)

BOBOT DAN ISIKURIKULUM

KOMPETENSI(Adaptasi terhadap Potensi dan Peluang untuk Hidup)

Page 12: MASALAH2 SUPERVISI

Kemampuan personal & sosial

Usia Pra Sekolah

Usia Pendidikan

Dasar

UsiaDewasa

Kemampuan dalam

melaksanakan tugas

kehidupan

Page 13: MASALAH2 SUPERVISI

2. INTIMIDASI

PENDEKATAN MANAJEMEN

PEMBELAJARAN

4. BUKU MASAK

5. INSTRUKSIONAL

6. PERILAKU

8. PROSES KELOMPOK

3. PERMISIF7. SOSIO-EMOSIONAL

1. OTORITARIAN

Page 14: MASALAH2 SUPERVISI

4

PENDAMPINGAN KEMANDIRIAN

1

Perencanaan: Analisis Kebutuhan

1. Orientasi dan Memotivasi tenaga akademik dan mahasiswa

2. Penetapan Jenis Kompetensi

3. Menjalin kemitraan

2

Organisasi Pelaksanaan Proses

Pembelajaran

3

Penilaian Program

MONITORING dan SUPERVISI

Page 15: MASALAH2 SUPERVISI

Yoyon Bahtiar Irianto/S3/UPI/2009

15

Kompetensi Tenaga Kependidikan

Standar KompetensiTENAGA KEPENDIDIKAN

Standar KompetensiTENAGA KEPENDIDIKAN

Kemampuan Melaksanakan

Tupoksi

Kemampuan Melaksanakan

Tupoksi

Tugas Pokok & Fungsi Tenaga Kependidikan

Sesuai Posisinya dalam Struktur

Ketenaga kependidikan di

Lingkungan Unit Kerja yang

Bersangkutan

Tugas Pokok & Fungsi Tenaga Kependidikan

Sesuai Posisinya dalam Struktur

Ketenaga kependidikan di

Lingkungan Unit Kerja yang

Bersangkutan

Kompetensi Pribadi

KebijakanPenghargaan

PrestasiMelalui Kenaikan

Pengkat dan Jabatan

KebijakanPenghargaan

PrestasiMelalui Kenaikan

Pengkat dan Jabatan

PERILAKU SEBAGAI TENAGA KEPENDIDIKANPERILAKU SEBAGAI TENAGA KEPENDIDIKAN

Kompetensi perilaku dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi (Task Bihavior)

Kompetensi Tugas

Kompetensi Sosial

Kompetensi perilaku dalam berhubungan dengan rekan sejawat (Humans Bihavior)

SistemPengembangan

Karier

SistemPengembangan

Karier

Standar KinerjaTenaga

Kependidikan Daerah

Standar KinerjaTenaga

Kependidikan Daerah

Page 16: MASALAH2 SUPERVISI

16

PLANNING MODEL

Bureaucratic Planning

orLong

Range/ Master

Planningor

Community Based

Planningor

Vision Based

Planningor

Sustainable Planning

PLANNING MODEL

Bureaucratic Planning

orLong

Range/ Master

Planningor

Community Based

Planningor

Vision Based

Planningor

Sustainable Planning

PLANNING MODEL

Bureaucratic Planning

orLong

Range/ Master

Planningor

Community Based

Planningor

Vision Based

Planningor

Sustainable Planning

PLANNING MODEL

Bureaucratic Planning

orLong

Range/ Master

Planningor

Community Based

Planningor

Vision Based

Planningor

Sustainable Planning

EDUCATIONALVISION

EDUCATIONALVISION

AR

CH

ITE

CT

UR

AL

FU

NC

TIO

N

EDUCATIONALFACILITIES

EDUCATIONALFACILITIES

AR

CH

ITE

CT

UR

AL

FO

RM

Paedagogy

PoliticsArchitectural

Acuity

EconomicsDemographics

Culture

PLANNING PROCESS

Internal Environment

which Educational

Facility is Planned

External Environment

which Educational

Facility is Planned

The Educational Vision may Precede the Planning Model or the Educational Vision may

be a Product of the Planning Model

Perencanaan Fasilitas PendidikanYoyon Bahtiar Irianto/S3/UPI/2009

Page 17: MASALAH2 SUPERVISI

Yoyon Bahtiar Irianto/S3/UPI/2009

17

BiayaBiaya

Guru/TutorGuru/Tutor

PerlengkapanPerlengkapan

Tempat BelajarTempat Belajar

Tenaga AdministrasiTenaga Administrasi

Alat BelajarAlat Belajar

Hasil BelajarHasil Belajar

MerencanakanMerencanakan

MelaksanakanMelaksanakan

MenilaiMenilai

Supervisi/PembinaanSupervisi/Pembinaan

Program Pengajaran

Program Pengajaran

Informasi Kemajuan

Belajar

Informasi Kemajuan

Belajar

Cost Driver (dan Pembebanan Biaya)Cost Driver (dan Pembebanan Biaya)

Cost PoolCost PoolCost ObjectCost Object

Biaya Pendidikan

Page 18: MASALAH2 SUPERVISI

Yoyon BI/UPI/2009 18

Kasus 1: Efektivitas Penataran

Banyak upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan berbagai bentuk kegiatan, seperti pegembangan kurikulum, pengadaan buku dan alat-alat pelajaran, dan peningkatan kemampuan profesional para pembina pendidikan. Namun, sejauh ini belum tampak adanya perubahan dalam cara-cara belajar mengajar yang dilakukan guru sekembalinya dari penataran. Mengapa demikian?

Page 19: MASALAH2 SUPERVISI

Yoyon BI/UPI/2009 19

Kasus 2: SD Babakan Paniisan

Berdasarkan laporan Smt I diketahui bahwa daya serap mata pelajaran matematika di SD tergolong yang terendah. Keadaan tersebut sangat menonjol di kelas IV. Untuk memperoleh gambaran nyata, pak Bahtiar, pengawas SD kecamatan Mulus Rahayu, melakukan kunjungan sekolah ke SD Babakan Paniisan II, Kel. Mulyajaya, Kec. Sugih Mukti, Kab. Ginanjar.

Pukul 07.00 pagi pak Bahtiar telah datang di sekolah. Ia sengaja datang pagi-pagi dengan maksud untuk mengetahui situasi sekolah sejak awal pelajaran yang dimulai pukul 07.00. Pada saat itu kepala sekolah belum datang di sekolah. Sebagian besar anak masih berada di luar kelas. Selang sesaat datang guru kelas IV dan kelas I dan memulai pelajaran pukul 07.05. Saat kemudian guru lainnya datang berturut-turut. Sampai pukul 07.30 kepala sekolah masih belum datang juga.

Page 20: MASALAH2 SUPERVISI

Yoyon BI/UPI/2009 20

Pak Bahtiar memutuskan untuk masuk ke kelas IV. untuk mengetahui keadaan proses belajar mengajar, khususnya pelajaran matematika. Selama mengamati PBM pak Bahtiar mencatat hal-hal yang menarik. Dari hasil pengamatannya, pak Bahtiar menemukan beberapa kekeliruan yang dilakukan oleh Ibu Mar’ah, yaitu kurang dikuasainya prasyarat dalam pemahaman suatu konsep berikutnya. Pak Bahtiar meminta ibu Mar’ah untuk bertemu di ruang kepala sekolah untuk membahas temuan pengamatan. Dari hasil pembicaraan tersebut, diketahui bahwa kesalahan tersebut tidak disadarinya. Menurut pengakuannya, kepala sekolah tidak memperhatikan apa yang dilakukan guru di kelas.

Sampai pukul 10.00 kepala sekolah belum juga datang. Menurut guru-guru biasanya kepala sekolah jarang terlambat seperti kejadian hari itu. Pak Bahtiar pamit untuk mengunjungi SD Babakan Paniisan I yang terletak bersebelahan dengan kantor desa. Dalam perjalanan tersebut pak Bahtiar berpapasan dengan kepala SD Babakan Waringin II yang baru dikunjunginya. Pak Bahtiar tidak memberitahukan bahwa ia baru saja berkunjung ke sekolahnya.

Page 21: MASALAH2 SUPERVISI

Yoyon BI/UPI/2009 21

Kasus 3: SD Cikadut 1

Kompleks SD Cikadut merupkan sumbangan dari dua perusahaan yang berada di Kel. Mulyajaya kepada pemerintah dan masyarakat setempat. Dalam perkembangannya SD tersebut menjadi 3 SD dalam satu kompleks yang dimpimpin oleh 3 orang kepala sekolah. Akan tetapi untuk saat ini ketiga SD tersebut dipimpin oleh satu orang kepala sekolah, karena kedua kepala SD sudah pensiun dan belum diangkat penggantinya.

Pak Yani sebagai kepala SD Cikadut I, harus memimpin dua SD lainnya yang berada dalam satu komplek yaitu SD Cikadut II dan SD Cikadut III. Permasalahan yang sekarang dihadapi adalah berkaitan dengan penggunaan ruang kelas yang terbatas hanya ada 8 ruang, 1 kantor kepala sekolah, ruangan UKS, kantin, WC, lapangan upacara, papan tulis, kapur, meja, kursi dengan keadaan yang mengkhawatirkan, sedangkan anak yang harus belajar berjumlah 1250 orang, yang membutuhkan 18 ruang kelas.

Page 22: MASALAH2 SUPERVISI

Yoyon BI/UPI/2009 22

Tidak ada staf khusus yang diperbantukan dalam pengelolaan pendidikan di SDN Cikadut I, selain dari guru dan Kepala Sekolah. Guru dan Kepala Sekolah bekerjasama di dalam mengelola pendidikan. Guru-guru yang ada sangat terbatas, dan masih ada guru yang mengajar di SD I juga mengajar di SD III atau di SD II. SD Cikadut I telah mencoba merintis penerapan MBS. Dengan mencoba menerapkan metode baru ini menimbulkan optimistik dari seluruh anggota staf dan komite sekolah dalam bentuk usaha-usaha nyata dalam perbaikan dan peningkatan mutu sekolah.Jumlah siswa yang terdaftar di SD Ciakudut I terdapat 377 siswa yang dibagi ke dalam enam kelas. Kelas I dan II masuk pada pukul 07.00 WIB dan keluar pukul 09.30 WIB; Kelas III dan IV masuk pukul 09.30 WIB dan keluar pukul 11.30 WIB, dan Kelas V dan VI masuk pada pukul 13.00 WIB keluar pukul 17.30 WIB.

Page 23: MASALAH2 SUPERVISI

Yoyon BI/UPI/2009 23

Untuk mengatasi kekurangan ruang kelas, kepala sekolah bersama komite sekolah hanya mampu membangun 1 ruang kelas. Selama 3 tahun mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah masih belum direspon. Permasalahan lainnya adalah sekolah masih belum mampu menarik uang iuran wajib bagi sekolah, karena adanya kebijakan sekolah ”gratis”. Di samping itu, data pada pembangunan ruang kelas baru yang telah dilakukan pun hanya mampu mengumpulkan dana sebesar 60%, sekitar 40% orang tua belum/tidak membayarnya. Akibatnya, sekolah belum terlihat untuk mencoba hal-hal yang inovatif terutama yang berkaitan dengan PBM, orang tua murid selalu keberatan untuk mengeluarkan biaya tambahan.

Page 24: MASALAH2 SUPERVISI

Sekian …. TERIMA KASIHYoyon BI/UPI/2009

Page 25: MASALAH2 SUPERVISI

Yoyon BI/UPI/2009 25