bab ii kajian pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5278/3/t1... ·...

13
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1.Hakikat Matematika Menurut Johnson dan Myklebust (Abdurrahman, 2003: 252), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengapresiasikan hubungan- hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Sedangkan menurut Hudoyo (1988: 3), matematika lebih dititik beratkan ke struktur sebab sasaran terhadap bilangan dan ruang tidak banyak artinya lagi dalam matematika. Kenyataan yang lebih utama ialah hubungan- hubungan antara sasaran- sasaran itu dan aturan- aturan yang menetapkan langkah- langkah operasinya. Ini mengandung arti bahwa matematika sebagai ilmu mengenai struktur akan mencakup tentang hubungan. Dapat dikatakan pula, matematika berkenaan ide- ide (gagasan- gagasan), struktur- struktur dan hubungan- hubungannya yang diatur secara logik sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep- konsep abstrak. Selanjutnya Soedjadi (2000: 11) menyatakan bahwa ada beberapa definisi atau pengertian matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai berikut: a) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. b) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. c) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. d) Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. e) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur- struktur yang logik. f) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan- aturan yang ketat. Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pendapat mengenai hakikat matematika yaitu ilmu pengetahuan yang mengembangkan cara berpikir berkaitan dengan konsep- konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan bahasa simbolis.

Upload: hoangmien

Post on 09-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.Kajian Teori 2.1.1.Hakikat Matematika Menurut Johnson dan Myklebust (Abdurrahman, 2003: 252), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengapresiasikan hubungan- hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Sedangkan menurut Hudoyo (1988: 3), matematika lebih dititik beratkan ke struktur sebab sasaran terhadap bilangan dan ruang tidak banyak artinya lagi dalam matematika. Kenyataan yang lebih utama ialah hubungan- hubungan antara sasaran- sasaran itu dan aturan- aturan yang menetapkan langkah- langkah operasinya. Ini mengandung arti bahwa matematika sebagai ilmu mengenai struktur akan mencakup tentang hubungan. Dapat dikatakan pula, matematika berkenaan ide- ide (gagasan- gagasan), struktur- struktur dan hubungan- hubungannya yang diatur secara logik sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep- konsep abstrak. Selanjutnya Soedjadi (2000: 11) menyatakan bahwa ada beberapa definisi atau

pengertian matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai berikut: a) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara

sistematik. b) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. c) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan

bilangan. d) Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan

bentuk. e) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur- struktur yang logik. f) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan- aturan yang ketat.

Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pendapat mengenai hakikat matematika yaitu ilmu pengetahuan yang mengembangkan cara berpikir berkaitan dengan konsep- konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan bahasa simbolis.

6

2.1.2.Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan 2006 SD menyatakan bahwa tujuan dari mata pelajaran matematika yang diajarkan di Sekolah Dasar diantaranya adalah: a) Agar siswa dapat memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

b) Siswa dapat menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c) Siswa dapat memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d) Siswa dapat mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e) Siswa memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika sifat-

sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (kurikulum tingkat satuan

pendidikan 2006 SD). Dengan Standar Kompetensi melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka,

dan Kompetensi Dasarnya yaitu menentukan letak bilangan pada garis bilangan dan melakukan penjumlahan pengurangan tiga angka. 2.1.3.Hakikat Hasil Belajar Sudjana (2009:22) mengemukakan “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman dari proses belajar mengajar”. Berhubungan dengan kegiatan belajar di sekolah W.S.Winkel (dalam Tarry 2010) mengemukakan bahwa “Hasil belajar siswa merupakan prestasi belajar berdasarkan kemampuan internal yang diperoleh sesuai dengan tujuan instruksional. Hasil belajar itu mengacu pada tujuan instruksional dari pelajaran dan tujuan instruksional itu merupakan tolak ukur yang terus dicapai oleh siswa”.

7

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

perubahan perilaku, ketrampilan, pengetahuan, sikap dan cita-cita siswa setelah siswa tersebut mengalami aktifitas belajar yang mengacu pada tujuan instruksional dari pelajaran. Selanjutnya Horwart Kingsley membagi tiga macam hasil belajar mengajar yaitu: ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengarahan, sikap dan cita-cita.

Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran/kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Untuk mengukur hasil belajar siswa digunakanlah alat penilaian hasil belajar. Pengukuran adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa atau benda (Wardani Naniek Sulistya, dkk: 2012:47). Teknik yang digunakan dalam mengukur hasil belajar siswa dapat menggunakan teknik tes dan non tes. 1. Tes

Cronbach (dalam Azwar, 2005) mendefinisikan tes sebagai “a systematic

procedure forobserving a person’s behavior and describing it with the aid of a numerical

scale orcategory system”. Menurut Ebster’s Collegiate (dalam Arikunto, 1995), tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dari dua definisi tersebut dan uraian lebih jauh tentang itu dapat ditarik pengertian bahwa: (1) tes adalah prosedur pengukuran yang sengaja dirancang secara sistematis, untuk mengukur atribut tertentu, dilakukan dengan prosedur administrasi dan pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama; (2) tes padaumumnya berisi sampel perilaku, cakupan butir tes yang dapat dibuat dari suatu materi tidak terhingga jumlahnya, yang secara keseluruhan mungkin mustahil dapat tercakup dalam tes, sehingga tes harus dapat mewakili kawasan (domain) perilaku yang diukur, untuk itu perlu pembatasan yang jelas; (3) tes menghendaki subjek agar menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang dipelajari dengan cara menjawab atau mengerjakan tugas dalam tes.

8

Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukakan oleh Poerwanti Endang (2008:6):

a. Menurut cara pengerjaannya: 1) Tes tertulis

Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya, namun tes yang disampaikan secara lisan dan dikerjakan secara tertulis masih digolongkan ke dalam jenis tes tertulis. Sebaliknya, tes yang soalnya diberikan dalam bentuk tulisan sedangkan jawabannya berbentuk lisan tidak dapat dikategorikan ke dalam bentuk tes tertulis.

2) Tes lisan Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya dalam bentuk lisan.Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain.

3) Tes unjuk kerja Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.

b. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya :

1) Tes esai (essay-type test) Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan. Keunggulan tes uraian, guru dapat mengukur kemampuan siswa dalam hal mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat sendiri. Sedang keterbatasannya adalah cakupan materi pelajaran yang terbatas, waktu pemeriksaan jawaban yang lama, penskorannya cenderung subyektif dan umumnya kurang handal dalam pengukuran.

2) Tes jawaban pendek Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas, maupun angka-angka. Termasuk ke dalam tes jenis ini adalah tes yang mewajibkan

9

siswa untuk mengisi bagian yang kosong dari sebuah kalimat atau teks. Sehingga

diharapkan dapat memberikan jawabannya sesingkat mungkin. 3) Tes objektif

Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).

2. Non Tes Ada beberapa macam teknik non tes (Poerwanti, Endang, 2008:3-19), berikut penjelasan mengenai teknik yang dapat digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa melalui teknik non tes yaitu: a. Observasi

Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen.

b. Wawancara

Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik.

c. Angket Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (attitude questionnaires).

d. Work sample analysis (analisa sampel kerja) Digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola, dan lain sebagainya.

10

e. Task analysis (analisis tugas)

Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.

f. Attitude scale (likert scale or semantic differential) Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang dipergunakan.

g. Portofolio Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan belajar dan prestasi siswa.

h. Komposisi dan presentasi Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya.

i. Proyek individu dan kelompok Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk individu maupun kelompok.

Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik/cara pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap atau penilaian portofolio. Alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dinamakan instrument. Instrument terdiri atas butir-butir soal apabila cara pengukuran dilakukan dengan tes, apabila pengukuran dengan cara mengamati dapat menggunakan instrument lembar pengamatan, pengukuran dengan teknik skala sikap dapat menggunakan instrument butir-butir pernyataan.

2.1.4.Model Pembelajaran Course Review Horay Menurut Dwitantra (2010) model pembelajaran Course Review Horay adalah suatu metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay. Sedangkan menurut Imran (dalam Nur Malechah, 2011) model

11

pembelajaran Course Review Horay merupakan suatu model pembelajaran dengan

pengujian pemahaman menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu mendapatkan tanda benar vertikal atau horizontal atau diagonal langsung berteriak horay. Berbekal dari pengertian para ahli diatas bahwa model pembelajaran Course Review Horay adalah suatu model atau disain pembelajaran untuk menguji pemahaman siswa dengan menggunakan strategi games yang mana jika siswa mampu menjawab benar maka siswa akan berteriak ‘horey’. Model Course Review Horay juga merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam berkompetisi secara positif dalam pembelajaran, selain itu juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, serta membantu siswa untuk mengingat konsep yang dipelajari secara mudah. Model pembelajaran CRH ini juga merupakan suatu model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengubah suasana pembelajaran di dalam kelas dengan lebih menyenangkan, sehingga siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam model pembelajaran CRH ini, apabila siswa dapat menjawab secara benar maka siswa tersebut diwajibkan meneriakkan kata “hore” ataupun yel yel yang disukai dan telah disepakati oleh kelompok maupun individu siswa itu sendiri.

Dalam aplikasinya metode pembelajaran Course Review Horay tidak hanya menginginkan siswa untuk belajar ketrampilan dan isi akademik. Course Review Horay

sebagai salah satu proses learning to know, learning to do, learning to be and learning to

live together untuk mendorong terciptanya kebermaknaan belajar bagi peserta didik (Suprijono, 2010).

Melalui pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukan kelompok kecil (Natalia Ernawati: 2009).

Adapun langkah- langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam menggunakan model pembelajaran Course Review Horay adalah sebagai berikut: a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai b) Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi dengan Tanya jawab c) Guru membagi siswa dalam kelompok- kelompok kecil 4-5 orang dalam satu kelompok

12

d) Untuk menguji pemahaman, siswa diminta membuat kartu atau kotak sesuai dengan

kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru e) Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam kartu

atau kotak yang nomornya disebutkan guru f) Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu atau kotak,

guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi g) Bagi yang benar, siswa memberi bintang dan langsung berteriak horey atau

menyanyikan yel yel h) Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak horey i) Guru memberikan reward pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak

memperoleh horay.

2.1.5.Hakikat Pembelajaran Course Review Horay pada Bidang Studi Matematika Course Review Horay dalam pembelajaran matematika, berusaha untuk menguji sampai dimana pemahaman yang dimiliki siswa. Selanjutnya guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang berkompetisi untuk mendapatkan poin sebanyak-

banyaknya dengan menjawab benar pertanyaan dari guru yang dibacakan secara acak. Dengan demikian siswa mampu berfikir lebih cepat dan memiliki motivasi dalam diri mereka masing-masing. Pembelajaran melalui metode ini dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif yang melahirkan sikap ketergantungan positif di antara sesama siswa, penerimaan terhadap perbedaan individu dan mengembangkan ketrampilan bekerjasama antar kelompok. Kondisi seperti ini akan memberikan kontribusi yang cukup berarti untuk membantu siswa yang kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep pada matematika, pada akhirnya setiap siswa dalam kelas dapat mencapai hasil belajar yang maksimal (Latifa Rachmawati: 2009). 2.1.6.Tujuan Pembelajaran Model Course Review Horay

Tujuan dari pembelajaran model Course Review Horay adalah meningkatkan kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas akademik, siswa dapat belajar dengan aktif, dan agar siswa dapat menerima teman- temannya yang mempunyai perbedaan latar belakang dan perbedaan cara pandang penyelesaian masalah.

13

Model pembelajaran CRH sebaiknya digunakan dengan suatu tujuan tertentu yang

relevan dengan tujuan yang akan dicapai, sehingga pembelajaran akan sejalan dengan perencanaan awal pembelajaran. 2.1.7.Kekurangan dan Kelebihan Course Review Horay Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan ataupun kelebihannya masing-masing. Berikut ini akan dijelaskan apa saja kekurangan dan kelebihan dari model pembelajaran Course Review Horay.

Kelebihan model pembelajaran Course Review Horay yaitu: a) Pembelajaran lebih menarik

Artinya dengan menggunakan model pembelajaran CRH siswa akan lebih bersemangat dalam menerima materi yang akan disampaikan oleh guru karena banyak diselingi dengan games ataupun simulasi lainnya.

b) Mendorong siswa untuk dapat terjun kedalam situasi pembelajaran Artinya siswa diajak ikut serta dalam melakukan suatu games atau simulasi yang diberikan guru kepada peserta didiknya yang berkaitan dengan materi yang akan

disampaikan guru. c) Pembelajaran tidak monoton

Karena diselingi dengan hiburan atau game, dengan begitu siswa tidak akan merasakan jenuh yang bisa menjadikannya tidak berkonsentrasi terhadap apa yang dijelaskan oleh guru.

d) Siswa lebih semangat belajar karena suasana belajar lebih menyenangkan Artinya kebanyakan dari siswa mudah merasakan jenuh apabila metode yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Oleh karena itu, dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay mampu membangkitkan semangat belajar terutama anak Sekolah Dasar yang notabennya masih ingin bermain-main.

e) Adanya komunikasi dua arah Artinya, siswa dengan guru akan mampu berkomunikasi dengan baik, dapat melatih siswa agar dapat berbicara secara kritis, kreatif dan inofatif. Sehingga tidak akan menutup kemungkinan bahwa akan semakin banyak terjadi interaksi diantara guru dan siswa.

14

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran Course Review Horay adalah:

a) Siswa aktif dan siswa yang tidak aktif nilainya disamakan Artinya guru hanya akan menilai kelompok yang banyak mengatakan horey. Oleh karena itu, nilai yang diberikan guru dalam satu kelompok tersebut sama tanpa bisa membedakan mana siswa yang aktif dan yang tidak aktif.

b) Adanya peluang untuk berlaku curang Artinya guru tidak akan dapat mengontrol siswanya dengan baik apakah ia menyontek ataupun tidak. Guru akan memperhatikan perkelompok yang menjawab horey, sehingga peluang adanya kecurangan sangat besar.

2.2.Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni, Dessy (2011), dengan judul Peningkatan kualitas pembelajaran IPS melalui model pembelajaraan kooperatif tipe Course Review Horay pada siswa kelas IV SD Negeri Sekaran 01 Semarang menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Course Review Horay dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil peningkatan setiap siklus. Rata- rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 66. Sedangkan rata- rata hasil belajar siswa pada

siklus II yaitu 71. Dengan kata lain hasil belajar pada siklus I berada pada kategori sedang, dan pada siklus II hasil belajar siswa walaupun tidak termasuk kategori tinggi tetapi mengalami peningkatan dari hasil siklus I. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi, Lika (2011), dengan judul Penerapan model Course Review Horay untuk meningkatkan pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN Merjosari 1 Malang menunjukkan bahwa penerapan model Course Review

Horay dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Pada siklus I mencapai rata-rata 66, 87 sedangkan pada siklus II 84, 97. Ini menunjukkan bahwa siklus II mengalami pencapaian hasil belajar yang lebih tinggi. 2.3.Kerangka Pikir

Dalam proses pengajaran, proses belajar memegang peranan yang penting karena mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar. Kegiatan mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar siswa.

15

Salah satu tujuan pembelajaran matematika di SD adalah mengembangkan

kemampuan memecahkan masalah. Untuk dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah tersebut, sering muncul kesulitan yang dialami siswa diantaranya adalah siswa kurang berlatih dalam mengembangkan ide-idenya.

Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau obyek - obyek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman - pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi.

Dalam mengajarkan matematika guru harus berusaha agar siswa bisa mengerti dan mengikuti pelajaran matematika dengan suasana yang senang sehingga mempunyai minat untuk belajar matematika. Minat siswa untuk mengikuti pelajaran matematika akan meningkat bila pembelajaran disajikan dengan baik dan menarik. Dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan maka siswa akan lebih tertarik terhadap pelajaran matematika. Guru dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan kegiatan yang penting dalam pengajaran di sekolah. Kegiatan belajar menyangkut apa yang dilakukan oleh siswa, sedangkan kegiatan mengajar manyangkut apa yang dilakukan oleh guru. Sebelum mengajar seorang guru harus mempersiapkan materi yang akan diberikan, memilih model pembelajaran yang tepat dan baik agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik. Proses penelitian tampak pada skema kerangka berpikir berikut:

16

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Pembelajaran CRH

Guru menyampaikan materi

Guru sebagai fasilitator

Diskusi dan presentasi

Model Pembelajaran Course Review Horay: a. Siswa membentuk kelompok b. Satu kelompok terdiri dari 4-5 orang c. Siswa diminta membuat kartu/kotak

sesuai kebutuhan, diisi dengan nomor yang ditentukan guru ditentukan guru

d. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam kotak yang nomornya disebutkan guru

e. Guru dan siswa mendiskusikan soal yang diberikan

f. Bagi yang benar, siswa memberi bintang dan berteriak horey

g. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar dan yang banyak berteriak horey

h. Guru memberikan reward pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak berteriak horey

Hasil belajar (model konvensional) <KKM

Proses berfikir abstrak ke

konkret

Pembelajaran Konvensional

Siswa kurang konsentrasi

Kuis individu

Proses berfikir konkret ke

abstrak

Siswa mengkonstruksi

Hasil belajar (model CRH ≥ KKM

17

2.4.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: Pembelajaran model Course Review Horay dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 3 SDN Winong 01 semester 1 tahun pelajaran 2013/ 2014.