bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori -...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.2. Karakteristik Matematika
2.2.1. Pengertian Matematika
Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematikos” secara
ilmu pasti, atau “Mathesis” yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan
deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan,
tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah-kaidah tertentu melalui deduksi
(Ensiklopedia Indonesia).
Ruseffendi (dalam Heruman 1991:1), menyatakan bahwa matematika
adalah bahasa symbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara
induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai
dari unsur yang tidak didefisikan, ke unsur yang didefinisikan.
Sedangkan Soedjadi (dalam Heruman 2000:1), menyatakan bahwa
hakekat matematika adalah memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada
kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.
Menurut Herman Hudojo (2003: 123), matematika merupakan suatu
ilmu yang berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur
yang abstrak dan hubungan diantara hal-hal itu. Untuk dapat memahami
struktur serta hubungan-hubungan, tentu saja diperlukan pemahaman tentang
konsep-konsep yang terdapat di dalam matematika itu.
Berikut ini beberapa definisi atau pengertian tentang matematika oleh
beberapa pakar yang di ungkapkan oleh Robert E. Reys (1998: 2):
1. Matematika adalah studi atau kajian tentang pola dan hubungan
2. Matematika adalah suatu cara berpikir
3. Matematika adalah seni, digolongkan dengan tata urutan dan kejelasan di
dalamnya.
7
4. Matematika adalah suatu bahasa, menggunakan istilah dan simbol tertentu
dengan hati hati.
5. Matematika adalah suatu alat
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan konsep, struktur
abstrak yang bertumpu pada kesepakatan dan simbol.
2.2.2.Matematika Sekolah Dasar
Menurut Heruman (2007:11), menyatakan bahwa, matematika
merupakan ilmu pengetahuan yang mendasari perkembangan teknologi modern,
mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi
dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan,
aljabar, analisis, dan teori peluang. Untuk menguasai dan menciptakan
teknologi diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata
pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulia dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengolah, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup
pada keadaan yang selalu berubah-ubah.
Sedangkan Erman Suherman (2003:55), menyatakan bahwa bahan
kajian inti matematika sekolah dasar (SD) mancakup aritmatika (berhitung),
pengantar aljabar, bilangan, geometri dan pengukuran dan pengolahan data.
Penekanan diberikan pada penguasaan bilangan termasuk pada berhitung.
Salah satu unsur pokok dalam pengajaran matematika adalah matematika itu
sendiri. Seorang guru matematika perlu mengetahui dan mamahami objek yang
akan diajarkan, karena pelajaran matematika sangat perlu untuk dipahami dan
diketahui oleh siswa sejak dini.
8
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dasar materi
matematika yang diberikan di tingkat sekolah dasar adalah materi bilangan,
yang digunakan sebagai dasar untuk mempelajari materi pembelajaran yang
lain. Dalam pembelajaran digunakan sebagai bekal agar siswa memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi sehingga di
tingkat berikutnya tidak akan hilang, bahkan dapat berkembang.
2.3. Hasil Belajar
2.3.1.Pengertian hasil belajar
Menurut Nana Sudjana (1989:22), hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memiliki pengalaman belajar.
Horward Kingsley (dalam Nana Sudjana 1989: 22), membagi tiga macam
hasil belajar, yaitu:
1. Keterampilan dan kebiasaan
2. Pengetahuan dan pengertian
3. Sikap dan cita-cita.
Masing-masing jenis belajar dapat diisi dengan bahan yang telah
disampaikan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne (dalam Nana Sudjana
1989:22) membagi lima kategori hasil belajar, yaitu:
1. Informasi verbal
2. Keterampilan intelektual
3. Strategi kognitif
4. Sikap
5. Keterampilan motoris.
Dalam pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan
kulikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar
dari Bejamin Bloom (dalam Nana Sudjana 1989:22), yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah, yaitu:
9
1. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Ranah afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni,
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3. Ranah psikomotoris
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni,
gerakan reflex, keterampilan gerakan dasar, kemampuan berseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan
eksfresif dan interpretatif.
Dari ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara
ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi
bahan pengajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar itu adalah suatu kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia memiliki pengalaman belajar.
2.4. Pembelajaran kooperatif
2.4.1. Pengertian pembelajaran kooperatif
Menurut Abdulhak (2001:19-20), pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar,
sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu
sendiri. Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas,
yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa
dengan siswa, dan siswa dengan guru.
10
Menurut Nurulhayati (2002:25), pembelajaran kooperatif adalah strategi
pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil
untuk saling berinteraksi. Dalam sistem pembelajaran yang kooperatif, siswa
belajar bekerjasama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki
dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu
sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah
kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.
Menurut Robert E. Slavin (1982a,b), dalam metode pembelajaran
kooperatif para siswa akan duduk bersamaan dalam kelompok yang
beranggotaan empat orang untuk mengguasai materi yang disampaikan oleh
guru. Pelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang
berinteraksi terhadap sesamanya sebagai sebuah teman dalam menyelesaikan
susatu masalah.
Menurut Sanjaya (2006:217), pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara
berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Menurut Muslim Ibrahim (dalam Rusman 2000:3), pembelajaran
kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar
siswa berkelompok untuk menjalin kerjasama dan saling ketergantungan dalam
struktur tugas, tujuan, dan hadiah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang dimana siswa saling
bekerjasama dalam kelompok dan saling membantu memahami materi
pembelajaran. Dengan pembelajaran kooperatif mungkin siswa akan belajar
lebih aktif serta dapat memenuhi kebutuhan siswa secara optimal guna
pencapaian tujuan belajar.
11
2.4.2.Ciri – ciri pembelajaran kooperatif
Menurut Muslim Ibrahim (dalam Rusman 2010:211), model
pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan
kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif, didorong
atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka
harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Ciri-ciri
yang terjadi kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif, adalah sebagai berikut:
1. Siswa bekerja kedalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan
materi belajar
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan akademis
tinggi, rendah, sedang, serta berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis
kelamin yang berbeda.
3. Penghargaan lebih berorentasi pada kelompok dari pada individu.
Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa dalam pembelajaran
kooperatif siswa didorong bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan
suatu tugas yang diberikan oleh guru dan mereka harus mengoordinasikan
usahanya untuk menyelesaikan tugas itu.
2.4.3.Tujuan pembelajaran kooperatif
Menurut Muslimin Ibrahim, (dalam Rusman 2010:209), model
pembelajaran kooperatif paling tidak mempunyai tiga tujuan yaitu hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan
kooperatif. Tujuan pertama adalah meningkatkan hasil belajar akademik dimana
siswa dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Tujuan kedua,
pembelajaran kooperatif memberikan peluang pada siswa yang berbeda latar
belakang dan kondisi untuk bekerja yang saling ketergantungan. Tujuan ketiga,
dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan siswa terampil dalam
bekerjasama dan kolaborasi.
12
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penerapan
model pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan penting yaitu, meningkatkan
hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, pengembangan
keterampilan kooperatif.
2.4.4.Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Menurut Muslim Ibrahim, (dalam Rusman 2010:211), langkah-langkah
perilaku guru dalam model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
Fase Fase Aktivitas guru
1 Menyampaikan tujuan dan
motivasi siswa
Guru menyampaikan
semua tujuan
pembelajaran yang ingin
dicapai pada
pembelajaran tersebut,
dan motivasi siswa.
2 Menyajikan informasi Guru menyajikan
informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi
atau lewat bahan bacaan.
3. Mengorganisasikan siswa
kedalam kelompok-kelompok
belajar.
Guru menjelaskan
kepada siswa bagaimana
membentuk kelompok
belajar.
4. Membimbing kelompok
belajar dan bekerja.
Guru membimbing
kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas.
13
5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau
masing-masing
kelompok
mempersentasikan hasil
kerjanya didepan kelas.
6. Memberikan penghargaan Guru mencari cara untuk
memberi penghargaan,
baik individu maupun
kelompok.
Berdasarkan penjelasan di atas tentang langkah-langkah pembelajaran
kooperatif, menurut Muslim Ibrahim (dalam Rusman 2010:211), maka dapat
disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran kooperatif yaitu
menyampaikan tujuan dan motivasi, menyajikan informasi (materi),
mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar, bimbingan kelompok
bekerja dan belajar, evaluasi dan memberikan penghargaan.
2.5. Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini relevan dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh:
Gregoria Ariyanti (2007), yang berjudul “Upaya meningkatkan hasil
belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif teams games
turnaments (TGT) pada mata pelajaran matematika kelas IV SDN Bugel 02
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester 2 Tahun 2010/2011”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas IV
pada mata pelajaran matematika yang terdiri dari dua siklus yaitu siklus I
pertemuan pertama prosentase ketuntasan hasil belajar siswa 43,3% (13 siswa
14
tuntas), pertemuan kedua yaitu 50% (15 siswa tuntas), sedangkan pertemuan
ketiga yaitu 60% (18 siswa tuntas). Pada siklus II pertemuan pertama
prosentase ketuntasan belajar siswa yaitu 66,6% ( 20 siswa tuntas), dan
pertemuan kedua yaitu 86,6% (26 siswa tuntas). Jumlah siswa keseluruhan
kelas IV adalah 30 siswa. Sedangkan indikator keberhasilan pada penelitian ini
yaitu 85% tuntas di atas nilai KKM yang ditentukan sekolah yaitu 65. Tujuan
penelitian ini dilakukan adalah untuk meningkatkan hasil beajar siswa SDN
Bugel 02 kecamatan Sidorejo Kota Salatiga khususnya hasil belajar siswa kelas
IV pada mata pelajaran matematika.
Berdasarkan hasil penelitian Yully (2008), yang berjudul “Upaya
meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Kooperatif
tipe STAD pada mata pelajaran matematika kelas IV SDN Banjiran Kecamatan
Warungasem Kabupaten Batang tahun ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas IV pada
mata pelajaran matematika yang terdiri dari dua siklus yaitu siklus I pertemuan
pertaama prosentase ketuntasan hasil belajar siswa 40% (10 siswa tuntas),
pertemuan kedua yaitu 60% (15 siswa tuntas). Pada siklus II pertemuan
pertama prosentase ketuntasan belajar siswa yaitu 64% ( 16 siswa tuntas), dan
pertemuan kedua yaitu 84% (21 siswa tuntas). Jumlah siswa keseluruhan kelas
IV adalah 25 siswa. Sedangkan indikator keberhasilan pada penelitian ini yaitu
80% tuntas di atas nilai KKM yang ditentukan sekolah yaitu 65. Tujuan
penelitian ini dilakukan adalah untuk meningkatkan hasil beajar siswa SDN
Banjiran Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang khususnya hasil belajar
siswa kelas IV pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
Sedangkan menurut hasil penelitian Setyaningsih (2011), yang berjudul
“Pengaruh penerapan model pembelajaran cooperative script pada mata
pelajaran bahasa Indonesia terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas IV
SDN Mangunsari 04 Salatiga Semester 2 Tahun 2010/2011”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata skor hasil belajar siswa pada kelompok
15
eksperimen sebesar 80.52 lebih besar dari pada rata-rata skor hasil belajar siswa
pada kelompok kontrol sebesar 60.00 dengan besarnya nilai t adalah 9,839
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000, karena besarnya t hitung 9,839 > dari
t tabel 1,734 maka hipotesis yang diajukan diterima berarti ada perbedaan yang
sangat signifikan antara nilai posttest kelas kontrol dengan nilai posttest kelas
eksperimen yang artinya terdapat perbedaan pengaruh yang sangat signifikan
pada penggunaan model pembelajaran cooperative script terhadap peningkatan
hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD N Mangunsari 04 Salatiga
semester 2 tahun 2010/2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran cooperative script terhadap
hasil belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SD Negeri Mangunsari 04
Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2010/2011.
Persamaan penelitian ini dengan ketiga penelitian di atas, yaitu dalam proses
pembelajaran di kelas model yang digunakan yaitu model kooperatif.
2.6. Kerangka Berpikir
Pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap
sulit. Penyebab sulitnya pelajaran matematika dapat dikarenakan oleh berbagai
macam faktor, diantaranya matematika merupakan suatu objek abstrak, cara
mengajar guru, sajian buku yang kurang menarik maupun motivasi siswa yang
rendah.
Pembelajaran dengan model kooperatif selama kegiatan pembelajaran
siswa bekerja secara bersama-sama, sehingga terjadi suatu interaksi baik dengan
siswa, guru maupun media belajar selama kegiatan belajar berlangsung sebagian
besar aktivitas yang ada di dalam kelas dilakukan oleh siswa, guru hanya
sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa, sehingga konsep materi di
tanamkan sendiri oleh siswa selama memecahkan masalah yang dihadapinya.
Proses pembelajaran matematika yang berlangsung saat ini di sekolah biasanya
dimulai dari teori kemudian diberikan contoh soal dan dilanjutkan dengan
16
latihan soal. Didalam pembelajaran matematika di sekolah saat ini, masalah
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari hanya di gunakan sebagai aplikasi
dari teori-teori yang sudah diberikan. Dalam pembelajaran dengan model
kooperatif, siswa mencari pemecahan masalah dari seluruh masalah-masalah
yang di berikan oleh guru dengan memanfaatkan media belajar yang ada. Oleh
karena itu diperlukan suatu kreativitas dan kemandirian dari siswa untuk
belajar.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran
matematika dangan model kooperatif guru sebagai fasilitator bagi siswa.
17
Skema kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
KONDISI
AWAL
Menggunakan
model pembelajaran
kooperatif.
Guru :
Belum menggunakan
model Pembelajaran
kooperatif.
Siklus I
Menggunakan model Pembelajaran
kooperatif.
TINDAKAN
Siklus II Menggunakan model
pembelajaran kooperatif.
KONDISI
AKHIR
Diduga Penggunakan model pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IV di SD
Negeri Sidorejolor 06 Kecamatan Sidorejo Kota
Salatiga.
Siswa :
Banyak siswa yang
mendapat nilai di
bawah KKM.
18
Skema di atas merupakan gambaran mengenai proses penelitian di kelas
IV SDN Sidorejo Lor 06 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga pada mata
pelajaran matematika.
2.7. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas
IV SDN Sidorejo Lor 06 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.