bab ii kajian pustaka -...

17
7 Bab II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakekat Matematika Mathematika berdasarkan etimologis (Elea Tinggih dalam Erman Suherman, 2003:16) mengemukakan:″perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar″. Hudoyo (1990) mengemukakan:″Matematika berkenaan dengan ide gagasan- gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak″. Sujono (1988:5) mengemukakan:″Matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang abstrak dan terorganisir secara sistematik″. Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo ( 1997:1) mengemukakan:"Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak, sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan metode yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa. Untuk itu diperlukan model dan media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator pembelajaran". Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengemukakan ″matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi″. Reys, dkk. (1984) mengemukakan:″matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat″. Dari berbagai pandangan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari benda abstrak yang berkaitan berkaitan logika simbolik, dan bilangan serta menggunakan penalaran yang sistematis, deduktif dalam memecahakan masalah. 2.1.1 Tujuan Pembelajaran Matematika di SD Tujuan pembelajaran matematika di SD dapat dilihat di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan 2006 SD. Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik

Upload: trananh

Post on 29-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3747/3/T1_262012023_BAB II.pdfhubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan

7

Bab II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Hakekat Matematika

Mathematika berdasarkan etimologis (Elea Tinggih dalam Erman Suherman,

2003:16) mengemukakan:″perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh

dengan bernalar″.

Hudoyo (1990) mengemukakan:″Matematika berkenaan dengan ide gagasan-

gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga

matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak″.

Sujono (1988:5) mengemukakan:″Matematika diartikan sebagai cabang ilmu

pengetahuan yang abstrak dan terorganisir secara sistematik″.

Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo ( 1997:1) mengemukakan:"Matematika

merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak, sehingga dituntut kemampuan guru

untuk dapat mengupayakan metode yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan

mental siswa. Untuk itu diperlukan model dan media pembelajaran yang dapat membantu

siswa untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator pembelajaran".

Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengemukakan ″matematika adalah

pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa

yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat,

representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari

pada mengenai bunyi″.

Reys, dkk. (1984) mengemukakan:″matematika adalah telaah tentang pola dan

hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat″.

Dari berbagai pandangan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa matematika

adalah ilmu yang mempelajari benda abstrak yang berkaitan berkaitan logika simbolik, dan

bilangan serta menggunakan penalaran yang sistematis, deduktif dalam memecahakan

masalah.

2.1.1 Tujuan Pembelajaran Matematika di SD

Tujuan pembelajaran matematika di SD dapat dilihat di dalam kurikulum tingkat

satuan pendidikan 2006 SD. Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik

Page 2: Bab II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3747/3/T1_262012023_BAB II.pdfhubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan

8

memiliki kemampuan sebagai berikut, (1) memahami konsep matematika, menjelaskan

keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algortima, secara luwes,

akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada

pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun

bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah

yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan model dan menafsirikan solusi yang diperoleh, (4) mengkomunikasikan

gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau

masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika sifat-sifat ulet

dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan pembentukan

sikap siswa serta memberikan tekanan pada ketrampilan dalam penerapan matematika

juga memuat tujuan khusus matematika SD yaitu: (1) menumbuhkan dan

mengembangkan ketrampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan sehari-hari, (2)

menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan

matematika, (3) mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar

lebih lanjut, (4) membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

2.1.2 Hakikat Belajar

Brunner dalam Hidayat (2004:8) mengemukakan:″ belajar merupakan proses aktif

yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang

diberikan kepada dirinya″. Pengetahuan perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu agar

pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran manusia yang mempelajarainya.

Proses internalisasi akan terjadi secara optimal apabila pengetahuan itu dipelajari dalam

tahap-tahap sebagai berikut :

1. Tahap Enaktif, suatu tahap dimana pengetahuan dipelajari secara aktif dengan

menggunakan benda-benda konkret atau situasi nyata.

2. Tahap Ikonik, suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan diwujudkan dalam

bentuk bayangan visual, gambar atau diagram yang menggambarkan kagiatan

konkret yang terdapat pada tahap enektif.

Page 3: Bab II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3747/3/T1_262012023_BAB II.pdfhubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan

9

3. Tahap Simbolik, suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan itu diwujudkan

dalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik vertal, lambang-lambang matematika atau

lambang-lambang abstrak lainnya (Hidayat, 2004 :9).

Carl Rogers, seorang ahli psikoterapi mengemukakan:″ siswa yang belajar

hendaknya tidak dipaksa, melainkan dibiarkan belajar bebas″. Siswa juga diharapkan

dapat membebaskan dirinya hingga ia dapat mengambil keputusan sendiri dan berani

bertanggung jawab atas keputusan – keputusan yang ia ambil atau pilih.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 : 729) menyebutkan ”belajar adalah

berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu tertentu dengan tergantung pada kekuatan

harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik

hasil itu bagi orang bersangkutan”.

Hilgard dan Brower yang dikutip oleh Oemar Hamalik (2009:45)

mengemukakan:″belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktik,

dan pengalaman".

Lisnawaty Simanjuntak (1998: 38) berpendapat:″belajar adalah perubahan yang

relatif menetap dalam potensi tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan

penguatan yang tidak termasuk perubahan-perubahan karena kematangan, kelelahan, dan

kerasukan pada susunan syaraf atau dengan kata lain mengetahui dan memahami

sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam diri seseorang yang belajar″.

Ischak dan Warji R seperti dikutip oleh Supriadin (2002:14) mengemukakan:

″apabila waktu yang disediakan cukup dan pelayanan terhadap faktor ketahuan,

kesempatan belajar, kualitas pengajaran dan kemampuan memahami pelajaran maka

setiap siswa akan mampu menguasai materi pelajaran yang diberikan″.

Dari teori-teori belajar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu

proses perubahan tingkah laku manusia yang relatif tetap dalam bentuk kebiasaan,

pengetahuan atau ketrampilan, dan sikap berdasarkan latihan dan pengalaman.

2.1.3 Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan padanan kata dari istilah instruction yang artinya lebih

luas dari pengajaran (Sadirman, 1988). Istilah pembelajaran dapat didefinisikan sebagai

suatu sistem atau proses pembelajaran subjek didik yang direncanakan atau didisain,

Page 4: Bab II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3747/3/T1_262012023_BAB II.pdfhubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan

10

dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan

pembelajaran secara efektif dan efisien.

Gagne dan Briggs melukiskan pembelajaran sebagai upaya orang yang tujuannya

adalah membantu orang belajar (Gredler,1991:205).

Corey mengemukakan:″pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan

seseoarang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-

kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu″.

Salah satu komponen pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai macam strategi

dan metode pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan

konteks pembelajaran (Depdiknas,2003:1), sehingga dituntut kemampuan guru untuk

dapat memilih model pembelajaran dan media yang cocok dengan materi/bahan ajar.

Dalam pembelajaran, potensi siswa harus dapat dikembangkan secara optimal, didalam

proses belajar matematika sesuai dituntut untuk mampu :

1. Melakukan kegiatan penelusuran pola dan hubungan.

2. Mengembangkan kreatifitas dengan imajinasi, intuisi dan penemuan.

3. Melakukan kegiatan pemecahan masalah.

4. Mengkomunikasikan pemikiran matematikanya kepada orang lain.

Untuk itu dalam pembelajaran matematika perlu diciptakan situasi proses belajar

yang menyenangkan, memperhatikan keinginan siswa, membangun pengetahuan siswa,

memberikan kegiatan yang menantang, memberiharapan keberhasilan dan menghargai

setiap pencapaian siswa (Depdiknas, 2003 : 5). Dari berbagai pengertian pembelajaran

tersebut, hakikat pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan

tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang melaksanakan

kegiatan belajar matematika.

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

2.2.1 Model Pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan kerjasama diantara para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Page 5: Bab II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3747/3/T1_262012023_BAB II.pdfhubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan

11

Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri :

1) Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara

kooperatif.

2) Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan

rendah (heterogen).

3) Dari tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda.

4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

Belajar kooperatif (cooperatif learning) mengandung pengertian sebagai suatu

pembelajaran yang menggunakan grup kecil dimana siswa bekerjasama belajar satu sama

lain, berdiskusi dan saling berbagi ilmu pengetahuan, saling berkomunikasi, saling

membantu untuk memahami materi pelajaran. Belajar kooperatif mempunyai pengertian

lebih luas dari hanya sekedar kerja kelompok. Di dalam belajar kooperatif setiap anggota

kelompok bertanggungiawab terhadap keberhasilan anggota-anggota kelompoknya dalam

mencapai tujuan pembelajaran (Chairani, 2003:10).

Ibrahim, dkk(2007:7)mengemukakan:″Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk

setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik,

penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial″.

Slavin mendefinisikan belajar kooperatif (Cooperatif Learning) sebagai suatu teknik

pembelajaran dimana siswa bekerja dalam suatu kelompok yang heterogen yang

beranggotakan 4-6 orang. Heterogenitas anggota kelompok dapat ditinjau dari jenis

kelamin, etnis, prestasi akademik maupun status sosial (Chairani, 2003:3).

Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran kooperatif tersebut di atas terlihat

adanya pergeseran peran guru yang dominan kepada peran guru yang mengelola aktivitas

belajar siswa melalui kerja sama kelompok di kelas. Ibrahim, dkk (2000: 6-7)

mengemukakan: ciri-ciri metode pembelajaran kooperatif antara lain:

1) Siswa bekerja sama dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajamya.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan

rendah.

3) Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya suku dan jenis

kelamin berbeda.

Page 6: Bab II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3747/3/T1_262012023_BAB II.pdfhubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan

12

4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok ketimbang individu.

Pada praktiknya metode pembelajaran kooperatif ini memiliki banyak metode atau

teknik. Chairarri (2003: 3) ada beberapa model dalam pembelajaran kooperatif yaitu:

TGT(Teams-Games-Tournament), TAI(Teams Assisted Individualization),

LT(Learning Together), Gl (Group Investigasion), Jigsaw, STAD (Student-Teams-

Achievement-Division).

Rachmadiarti (2001) mengemukakan:″Pembelajarankooperatif tipe STAD (Student

Teams Achievment Division) merupakan pendekatan yang dikembangkan untuk

melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran″.Pada

STAD siswa dalam suatu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan 4-5 orang, dan

setiap kelompok haruslah heterogen yang terdiri laki-laki dan perempuan, berasal dan

berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan anggota tim menggunakan lembar

kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya,

dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui

tutorial, kuis, satu sama lain dan melakukan diskusi (Rachmadiarti, 2001).

Metode diskusi yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD ini

dengan ceramah, tanya jawab, diskusi, dan sebagainya, yang disesuaikan dengan

kebutuhan dan kemampuan siswa (Permana, 2004).

(Permana, 2005) mengemukakan: ada lima langkah utama di dalam pembelajaran

yang menggunakan model STAD, yaitu:

1) Penyajian Kelas

Tujuannya adalah menyajikan materi berdasarkan pembelajaran yang telah disusun.

Setiap pembelajaran dengan model STAD, selalu dimulai dengan penyajian kelas.

Sebelum menyajikan materi, guru dapat memulai dengan menjelaskan tujuan

pembelajaran, memberikan motivasi untuk berkooperatif dan bentuk kegiatan yang

akan ditempuh dalam pembelajaran.

2) Tahapan Kegiatan Belajar Kelompok

Dalam kegiatan belajar kelompok, materi yang digunakan adalah LKS (Lembar

Kerja Siswa) untuk setiap kelompok.

3) Tahapan Menguji Kinerja Individu

Page 7: Bab II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3747/3/T1_262012023_BAB II.pdfhubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan

13

Untuk menguji kinerja individu pada umumnya digunakan tes atau kuis. Setiap siswa

wajib mengerjakan tes atau kuis. Setiap siswa berusaha untuk bertanggung jawab

secara individual, melakukan yang terbaik sebagai kontribusinya kepada kelompok.

4) Penskoran Peningkatan Individu

Tujuan memberikan skor peningkatan individu adalah memberikan kesempatan bagi

setiap siswa untuk menunjukkan gambaran kinerja pecapaian tujuan dan hasil kerja

maksimal yang telah dilakukan setiap individu untuk kelompoknya.

5) Tahapan Mengukur Kinerja Kelompok

Setelah kegiatan penskoran peningkatan individu selesai, langkah selanjutnya

adalah pemberian penghargaan kepada kelompok. Penghargaan kelompok

diberikan berdasarkan skor peningkatan kelompok yang diperoleh.

Alasan dipilih penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD karena pembelajaran

kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,

disamping itu dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep materi yang sulit

kepada siswa dimana materi tersebut telah dipersiapkan melalui LKS atau perangkat

pembelajaran yang lain.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (dalam

Kamdi, 2009: 5) adalah sebagai berikut:

1) Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi murid. Guru menyampaikan

tujuan pembelajaran dan mengomunikasikan kompetrensi dasar yang akan dicapai

serta memotivasi murid.

2) Langkah 2 Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada murid.

3) Langkah 3 Mengorganisasikan murid ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru

menginformasikan pengelompokan murid.

4) Langkah 4 Membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi serta memfasilitasi

kerja murid untuk materi pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.

5) Langkah 5 Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran

yang telah dilaksanakan.

6) Langkah 6 Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar

individu dan kelompok.

Menurut Slavin (1995) guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan

Page 8: Bab II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3747/3/T1_262012023_BAB II.pdfhubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan

14

perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai kuis/tes

setelah siswa bekerja dalam kelompok. Cara-cara penentuan nilai penghargaan

kepada kelompok dijelaskan sebagai berikut. Langkah-langkah memberi

penghargaan kelompok:

a. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat

berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya.

b. Menentukan nilai tes/kuis setelah siswa bekerja dalam kelompok, misalnya nilai

kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa, yang

kita sebut nilai kuis terkini.

c. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan

selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing siswa .

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang

diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik,

sangat baik, dan sempurna.

Kriteria untuk status kelompok (Muslimin dkk,2000):

1) Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 (rata-rata nilai

peningkatan kelompok < 20.

2) Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 (15 ≤ rata-rata

nilai peningkatan kelompok < 20.

3) Sangat baik bila, rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 (20 ≤

rata-rata nilai peningkatan kelompok < 25).

4) Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25

(rata-rata nilai peningkatan kelompok ≥ 25).

Menurut Rachmadiarti (2001), terdapat 6 langkah utama atau tahapan di dalam

pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif kooperatif tipe STAD, yaitu:

1. Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa: Guru menyampaikan semua

tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa

belajar.

2. Fase 2 Menyajikan informasi: Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan

demonstrasi atau lewat bacaan.

3. Fase 3 Mengkoordinasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar: Guru

Page 9: Bab II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3747/3/T1_262012023_BAB II.pdfhubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan

15

menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok.

4. Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar: Guru membimbing kelompok-

kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

5. Fase 5 Evaluasi: Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari

atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

6. Fase 6 Memberikan penghargaan: Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik

upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Berdasarkan sintak yang dikemukan para ahli tersebut, maka dapat ditarik

kesimpulan sintak pembelajaran kooperatif tie STAD pada dasarnya meliputi tahapan,

yaitu:

1. Mengajar, artinya guru menyampaikan materi pembelajaran

2. Belajar dalam kelompok

3. Tes

4. Penghargaan kelompok

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD pada

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 6 fase, adapun fase-fase kegiatansebagai

berikut:

Fase 1: Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan

tujuan pembelajaran yang akan dicapaidalam kegiatan pembelajaran dan

memotivasi siswa untuk belajar.

Fase 2: Menyajikan materi, guru menyampaikan dan menyajikan materi pelajaran secara

klasikal.

Fase 3: Mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Kegiatan-kegiatan

dalam fase ini diantaranya adalah sebagai berikut:

Membentuk 5 kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 4 siswasecara heterogen

yang telah ditentukan oleh guru. Menginformasikan pada siswa untuk

mengerjakan tugas secara berkelompok dan setiap anggota kelompok

bertanggungjawab pada kelompok masing-masing dan terhadap diri sendiri.

Menyuruh siswa mengerjakan soal dalam LKS secara berkelompok. Dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya siswa mengerjakan secara mandiri dan

Page 10: Bab II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3747/3/T1_262012023_BAB II.pdfhubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan

16

selanjutnya dicocokkan dan didiskusikan ketepatan jawabannya dengan teman

sekelompok. Jika ada anggota kelompok yang belum memahami, maka teman

sekelompoknya yang sudah faham menjelaskan, sebelum meminta bantuan

kepada guru.

Fase 4: Membimbing siswa dalam belajar dan bekerja dalam kelompok. Guru bertindak

sebagai fasilitator mengawasi, mengamati, dan membimbing siswa yang

mengalami kesulitan.

Fase 5: Evaluasi.Evaluasi digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam menyerap

materi pembelajaran dan indikator pencapaian hasil belajar.

Fase 6: Penghargaan kelompok, penghargaan kelompok dilakukan dalam dua tahap

perhitungan, yaitu:

1) Menghitung skor individu dan skor kelompok

Cara pemberian skor pada pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat berperan

untuk memotivasi siswa bekerja sama dan saling membantu dalam menguasai materi

pelajaran yang diberikan. Setelah siswa mempelajari materi secara berkelompok, setiap

siswa mengerjakan kuis secara individual dan memperoleh skor kuis serta nilai

perkembangan. Nilai perkembangan bergantung pada kemajuan yang dicapai siswa

dengan memperhatikan skor kuis atau skor dasar siswa. Skor dasar siswa adalah rata-rata

skor siswa yang bersangkutan untuk kuis-kuis terdahulu, dengan syarat materi yang

diujikan pada kuis-kuis tersebut masih berada dalam satu topik. Jika belum pernah

diadakan kuis untuk topik tersebut, maka skor dasar siswa adalah skor tes awal.

2) Menghargai prestasi kelompok

Kemudian berkaitan dengan banyaknya tingkat penghargaan kelompok,menurut

(Muslimin dkk, 2002 ) tingkat penghargaan yang disediakan didasarkan pada skor rata-rata

kelompok dengan kualifikasi cukup, baik, sangat baik dan sempurna.

Berdasarkan fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe STAD tersebut, maka

skenario model pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1. Pendahuluan

a. Guru mengomunikasikan tujuan belajar dan hasil belajar yang diharapkan akan

dicapai oleh setiap siswa.

b. Guru menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh (pembelajaran

Page 11: Bab II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3747/3/T1_262012023_BAB II.pdfhubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan

17

kooperatif tipe STAD).

c. Tanya jawab mengecek kesiapan siswa.

2. Kegiatan Inti

a. Siswa memperhatikan penyampaian informasi materi pembelajaran mengenai

pengertian data, penyajian data, pengolahan data serta cara membuat tabel,

diagram garis, diagram batang,serta cara mencari rata-rata hitung, mean

dan modus dengan memberikan contoh-contoh.

b. Pengelompokan siswa dalam 5 kelompok (setiap kelompok terdiri dari 4 siswa

yang kemampuannya heterogen (kemampuan akademik tinggi, sedang,

rendah, laki-laki dan perempuan)

c. Siswa mengerjakan bahan-bahan LKS dalam kelompoknya dengan berdiskusi,

bekerjasama dan saling membantu. Siswa yang sudah faham menjelaskan

temannya yang belum faham.

d. Siswa dalam kelompok mendapat bimbingan belajar dari guru jika ada yang

mengalami kesulitan.

3. Penutup

a. Secara acak guru menunjuk perwakilan kelompok untuk mempresentasikan

hasil pekerjaan kelompoknya, sedangkan kelompok lain menanggapi.

b. Siswa dengan arahan guru menyimpulkan materi pembelajaran mengenai cara

menyajikan data dalam bentuk tabel, diagram garis, batang, lingkaran serta

menentukan rata-rata, median dan modus sekumpulan data.

c. Evaluasi berupa kuis, tes akhir siklus 1 dan siklus 2.

d. Guru memberikan penghargaan kelompok.

e. Guru memberikanpenugasan/pekerjaan rumah.

2.3 Hasil Belajar

Anni (2005: 4) mengemukakan: hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang

diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek

perubahan tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Apabila

pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang

diperoleh adalah berupa penguasaan. Hasil belajar ini sangat dibutuhkan sebagai petunjuk

Page 12: Bab II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3747/3/T1_262012023_BAB II.pdfhubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan

18

untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan murid dalam kegiatan belajar yang sudah

dilaksanakan. Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan menilaii

apakah murid sudah menguasai ilmu yang dipelajari sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Haling (2006:79)

mengemukakan:beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar murid, yaitu:

1. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal faktor), yaitu :

a. Faktor jasmani baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.

b. Faktor psikologis, yakni terdiri atas kecerdasan dan bakat, sikap, kebiasaan,

minat, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.

c. Faktor kematangan fisik dan psikis.

2. Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal faktor), yaitu :

a. Faktor sosial yang terdiri atas; lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan

lingkungan masyarakat.

b. Faktor adat istiadat yaitu adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan

pengetahuan.

c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar murid pada mata pelajaran

sangat ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu faktor dari dalam diri murid dan faktor yang

datangnya dari luar diri murid.

2.3.1 Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar matematika harus dilakukan untuk mengukur perkembangan

hasil belajar siswa berupa pencapaian kecakapan atau kemahiran matematika yang

meliputi pemahaman konsep, prosedur, penalaran dan komunikasi, pemecahan masalah

dan menghargai kegunaan matematika.

Astuti (2006: 5) mengemukakan:hasil belajar murid selanjutnya dilaporkan kepada

orang tua dalam bentuk rapor yang memuat 3 aspek yaitu:

1. Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan murid dalam

memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes,

akurat, efisien dan tepat. Indikator yang menunjukkan pemahaman konsep adalah:

a. Menyatakan ulang sebuah konsep.

Page 13: Bab II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3747/3/T1_262012023_BAB II.pdfhubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan

19

b. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai konsepnya).

c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

2. Penalaran dan komunikasi merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam

melakukan penalaran dan mengkomunikasikan gagasan matematika. Indikator yang

menunjukkan penalaran dan komunikasi adalah :

a. Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar atau diagram.

b. Mengajukan dugaan.

c. Melakukan manipulasi matematika.

d. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap

kebenaran solusi.

e. Menarik kesimpulan dari pernyataan.

f. Memeriksa kesahihan suatu argumen.

g. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.

3. Pemecahan masalah merupakan kompetensi strategik yang ditunjukkan siswa

dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan, dan

menyelesaikan model untuk menyelesaikan masalah. Indikator yang menunjukkan

penalaran dan komunikasi adalah:

a. Menunjukkan pemahaman masalah.

b. Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan

masalah.

c. Menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai bentuk.

d. Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat.

e. Mengembangkan strategi pemecahan masalah.

f. Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah.

g. Menyelesaikan masalah yang tidak rutin.

Djamarah (2000: 45) mengemukakan: Hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan

yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan

Page 14: Bab II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3747/3/T1_262012023_BAB II.pdfhubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan

20

pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah

prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan

keuletan, sungguh–sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang

mampu untuk mancapainya.

Arikunto ( 1990:133) mengatakan:″hasil belajar adalah hasil akhir setelah

mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat

diaamati,dan dapat diukur″.

Nasution ( 1995 : 25) mengemukakan:″hasil adalah suatu perubahan pada diri

individu. Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi juga

meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian, dan penghargaan diri pada individu

tersebut″.

Gagne menyimpulkan ada lima macam hasil belajar, yaitu:

1) Ketrampilan intelektual, atau pengetahuan prosedur yang mencakup belajar konsep,

prinsip dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui penyajian materi di sekolah.

2) Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru

dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam

memperhatikan, belajar, mengingat, dan berpikir.

3) Informasi verbal, yaitu kemampauan untuk mendiskripsikan sesuatu dengan kata-

kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan.

4) Ketrampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan

mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.

5) Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang

yang didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor intelektual.

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal

cenderung menunjukan hasil yang berciri sebagai berikut:

1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa.

2) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya

3) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama

diingatannya, membentuk prilakunya, bemanfat untuk mempelajarai aspek lain,

dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang

lainya.

Page 15: Bab II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3747/3/T1_262012023_BAB II.pdfhubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan

21

4) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya

terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan

proses dan usaha belajarnya.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa

yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Jadi hasil belajar dalam penelitian ini

adalah hasil dari proses pembelajaran yang berupa kemampuan-kemampuan memahami

konsep yang akan diukur dengan tes, yaitu nilai tes kondisi awal, nilai tes akhir siklus 1,

dan nilai tes akhir siklus 2.

Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa

setelah ia menerima pembelajaram matematika yang berupa nilai matematika (aspek

kuantitatif) yang diukur dengan tes hasil belajar.

2.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian Tindakan Kelas ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hasaruddin Hafif dan Komariah Asikin yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Inpres BTN

IKIP 1 Makassar sebanyak 25 siswa tahun 2010. Berdasarkan penelitian mereka yang

berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penggunaan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, disimpulkan bahwa dengan penerapan pembelajaran

kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika, hal tersebut dapat

dibuktikan adanya peningkatan hasil belajar pada siklus 1 nilai rata-rata kelas 64,4

meningkat menjadi 74,80 pada siklus II.

Relevan juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Suci Wijayanti pada siswa kelas

IV SD N 3 Bugel Kedung Jepara yang berjumlah 33 anak dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar

siswa, sebelum tindakan ketuntasan klasikal 42%, setelah diadakan tindakan pada akhir

silkus I ketuntasan meningkat menjadi 70%, dan pada siklus II mengalami peningkatan

menjadi 85%. Selain peningkatan hasil belajar juga terjadi peningkatan aktivitas siswa dan

guru dalam kegiatan pembelajaran.

Page 16: Bab II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3747/3/T1_262012023_BAB II.pdfhubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan

22

Hasil penelitian tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil

belajar matematika pada siswa kelas IV semester 1 tahun pelajaran 2013/2014.

2.5 Kerangka Berpikir

Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran

matematika umumnya sangat dipengaruhi oleh ketidaktepatan model pembelajaran yang

digunakan guru sehingga rasa jenuh untuk belajar timbul pada diri murid, terlebih lagi

dalam mata pelajaran matematika yang sangat membutuhkan keseriusan murid untuk

dapat memahami materi pelajaran yang diajarkan, sehingga diperlukan suatu

pembelajaran yang lebih memberikan kesempatan kepada murid untuk dapat

mengembangkan potensi dan wawasannya dalam belajar, dan yang dimaksudkan dalam

hal ini adalah pembelajaran kooperatif.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa pendekatan, namun terkait

dengan penelitian yang dilakukan peneliti, maka pendekatan yang digunakan adalah

model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) karena

tipe STAD dalam pembelajaran kooperatif adalah yang paling sederhana dan mudah untuk

dilaksanakan guru dalam proses belajar mengajar karena hanya menekankan pada

pembelajaran kelompok kepada murid secara heterogen (kemampuan akademik tinggi,

sedang, rendah, laki-laki dan perempuan)

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe STAD dioptimalkan sehingga

tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Murid dibagi menjadi beberapa

kelompok belajar yang akan berfungsi saat menyelesaikan tugas yang diberikan guru

maupun saat mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas, sehingga dari

kegiatan tersebut diperoleh penilaian aktivitas belajar murid.

Jika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka siswa akan

aktif dalam kegiatan pembelajaran, jika siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, maka

motivasi dan minat belajar tinggi, jika motivasi dan minat belajar tinggi, siswa akan mudah

menyerap materi pembelajaran, jika siswa mudah menyerap materi pembelajaran dengan

baik maka hasil belajar siswa akan meningkat, jika hasil belajar meningkat, maka daya

Page 17: Bab II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3747/3/T1_262012023_BAB II.pdfhubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan

23

serap siswa akan tinggi maka indikator kriteria keberhasilan mata pelajaran matematika

kurikulum KTSP kelas empat akan tercapai.

2.6 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori, maka hipotesis pada penelitian ini adalah melalui

penggunaan model pembelajaran koperatif tipe STAD diduga dapat meningkatkan hasil

belajar matematika pada siswa kelas IV SD Negeri Keputon 01 Kecamatan Blado Batang

Semester 1 tahun pelajaran 2013-2014.