bab ii kajian pustaka -...

12
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Kata ”prestasi” berasal dari Bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam Bahasa Indonesia menjadi ”prestasi” yang berarti hasil usaha (Arifin, 1990). Prestasi tidak akan pernah berhasil selama seseorang tidak pernah melakukan suatu kegiatan. Perjuangan dengan berbagai tantangan harus dihadapi untuk mendapatkan prestasi yang diinginkan. Pengertian prestasi belajar menurut Tirtonegoro (2001) adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar. Penilaian hasil belajar yang telah dicapai seseorang dapat diukur setiap semester atau periode waktu yang telah ditentukan dan diwujudkan melalui simbol, angka, huruf dan kalimat. Djamarah (2002) mengatakan prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Winkel (2004), prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang dicapai. Proses yang dialami siswa mengalami perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Pendapat lain dari Azwar (1996) prestasi belajar bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar. Prestasi belajar siswa adalah performance dan kompetensinya dalam mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran dalam satu satuan waktu yang bisa berupa semester atau tahun pelajaran (Slameto, 2002). Performance dan kompetensi tersebut meliputi: ranah kognitif seperti informasi dan pengetahuan/ knowledge, konsep dan prinsip (undersatnding), pemecahan masalah dan kreatifitas; ranah psikomotorik/skill; dan ranah efektif seperti perasaan, sikap, nilai dan integritas pribadi. Menurut Tu’u (2004) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lainnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Hinda (2004) mengemukakan prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf

Upload: nguyenkiet

Post on 07-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2584/3/T1_202008085_BAB II.pdf · cara mendidik orang tua terhadap anak, ... keadaan waktu dan tempat

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Prestasi Belajar Matematika

a. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Kata ”prestasi” berasal dari Bahasa Belanda yaitu prestatie,

kemudian dalam Bahasa Indonesia menjadi ”prestasi” yang berarti hasil

usaha (Arifin, 1990). Prestasi tidak akan pernah berhasil selama seseorang

tidak pernah melakukan suatu kegiatan. Perjuangan dengan berbagai

tantangan harus dihadapi untuk mendapatkan prestasi yang diinginkan.

Pengertian prestasi belajar menurut Tirtonegoro (2001) adalah

hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar. Penilaian hasil belajar

yang telah dicapai seseorang dapat diukur setiap semester atau periode

waktu yang telah ditentukan dan diwujudkan melalui simbol, angka, huruf

dan kalimat. Djamarah (2002) mengatakan prestasi belajar adalah

penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk

simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang

sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Winkel (2004),

prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang dicapai. Proses yang

dialami siswa mengalami perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Pendapat lain dari

Azwar (1996) prestasi belajar bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil

yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar.

Prestasi belajar siswa adalah performance dan kompetensinya

dalam mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan

pengajaran dalam satu satuan waktu yang bisa berupa semester atau

tahun pelajaran (Slameto, 2002). Performance dan kompetensi tersebut

meliputi: ranah kognitif seperti informasi dan pengetahuan/knowledge,

konsep dan prinsip (undersatnding), pemecahan masalah dan kreatifitas;

ranah psikomotorik/skill; dan ranah efektif seperti perasaan, sikap, nilai

dan integritas pribadi.

Menurut Tu’u (2004) prestasi belajar adalah penguasaan

pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran

lainnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh

guru. Hinda (2004) mengemukakan prestasi belajar adalah penilaian hasil

usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2584/3/T1_202008085_BAB II.pdf · cara mendidik orang tua terhadap anak, ... keadaan waktu dan tempat

7

maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh

setiap siswa dalam periode tertentu.

Mengacu pada Tirtonegoro (2001) maka prestasi belajar adalah

hasil usaha belajar siswa yang dinyatakan dalam bentuk simbol, baik

berupa angka maupun huruf, atau yang disebut dengan nilai yang

diberikan oleh guru setelah menempuh pengalaman belajar. Prestasi

belajar matematika adalah hasil usaha belajar siswa pada pelajaran

matematika yang dinyatakan dalam bentuk simbol, baik berupa angka

maupun huruf, atau yang disebut dengan nilai yang diberikan oleh guru

setelah menempuh pengalaman belajar.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Pada dasarnya setiap individu itu unik, sehingga prestasi belajar

tiap individu berbeda satu sama lain. Hal ini juga dipengaruhi beberapa

faktor dalam proses pembelajarannya. Prestasi belajar sangat bergantung

kemampuan siswa untuk mereaksi dan mengelola faktor-faktor tersebut.

Slameto (2003) menjelaskan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi

tinggi rendahnya prestasi belajar seseorang yaitu faktor intern dan faktor

ekstern. Faktor intern atau faktor dari dalam diri siswa antara lain faktor

jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah

meliputi faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. Faktor psikologis

meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan

kesiapan. Intelegensi merupakan faktor psikologis yang paling penting

dalam proses belajar siswa, karena intelegensi yang tinggi akan mudah

menyerap informasi yang disampaikan dan seseorang akan mudah

mencapai prestasi yang tinggi pula. Faktor kelelahan meliputi kelelahan

jasmani dan kelelahan rohani. Siswa yang lelah jasmani, seperti lapar,

mengantuk, kecapekan akan mengganggu prosen belajar sehingga prestasi

belajar menjadi rendah. Kelelahan rohani seperti tekanan mental, masalah

akut serta stres akan menghambat informasi yang masuk dalam pikiran.

Faktor ekstern atau faktor dari luar siswa yang mempengaruhi

proses belajar siswa menurut Slameto (2003) adalah faktor keluarga,

faktor sekolah dan faktor masyarakat. Faktor keluarga dapat dilihat dari

cara mendidik orang tua terhadap anak, hubungan antar anggota keluarga

yang kurang baik atau harmonis, pemenuhan ekonomi dan fasilitas yang

mencukupi untuk menunjang prestasi, perhatian orang tua yang cukup

terhadap anak, serta latar belakang budaya di mana anak bertempat

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2584/3/T1_202008085_BAB II.pdf · cara mendidik orang tua terhadap anak, ... keadaan waktu dan tempat

8

tinggal yang membentuk watak anak. Faktor sekolah meliputi metode

mengajar guru yang relevan dan variatif, hubungan guru dan murid yang

demokratis, hubungan siswa dengan siswa yang kooperatif dan

kompetetif, waktu belajar yang tepat, gedung atau ruangan yang standar,

metode belajar yang tepat, kurikulum yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran, standar pengajaran yang sesuai dengan kapasitas siswa, alat

pengajaran yang memadai, disiplin belajar siswa yang tinggi serta tugas

rumah yang merangsang keaktifan belajar di luar sekolah. Faktor

masyarakat meliputi kegiatan siswa di masyarakat memberikan dampak

berarti bagi prestasi belajar di sekolah, media massa atau elektronik yang

diakses secara positif akan menambah wawasan yang luas bagi siswa,

teman yang bergaul yang positif akan mendukung siswa mencapai prestasi

belajar, dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat di mana siswa tinggal.

Hal tersebut didukung oleh Syah (2008) menyatakan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik di

sekolah, secara garis besar dapat dibagi kepada tiga bagian yaitu: faktor

internal (faktor dari dalam diri peserta didik), faktor eksternal (faktor dari

luar diri peserta didik) dan faktor pendekatan belajar (approach to

learning). Faktor internal adalah keadaan atau kondisi jasmani atau rohani

peserta didik. Adapun yang termasuk faktor internal adalah faktor

fisiologis, faktor psikologis, perhatian, minat, motivasi dan bakat. Faktor

eksternal adalah kondisi lingkungan sekitar peserta didik yang meliputi

faktor sosial dan non sosial. Faktor ketiga adalah faktor pendekatan

belajar, yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan

metode yang digunakan peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar

mengajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ini juga

dikemukakan oleh Winkel (2004) yang menyatakan terdapat dua faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor pada pihak siswa dan

faktor dari luar siswa. Faktor pada pihak siswa, yaitu: faktor-faktor

intelektual, yang meliputi taraf intelegensi, motivasi belajar, sikap,

perasaan, minat, kondisi akibat keadaan sosial kultural atau ekonomis; dan

faktor-faktor fisik yang meliputi keadaan fisik. Faktor dari luar siswa , yaitu:

faktor-faktor pengatur proses belajar di sekolah, yang meliputi kurikulum

pengajaran, disiplin sekolah, teacher efectiveness, fasilitas belajar dan

pengelompokkan siswa; faktor-faktor sosial disekolah yang meliputi sistem

sosial, status sosial, dan interaksi guru dan siswa; dan faktor situasional,

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2584/3/T1_202008085_BAB II.pdf · cara mendidik orang tua terhadap anak, ... keadaan waktu dan tempat

9

yang meliputi keadaan politik ekonomis, keadaan waktu dan tempat serta

musim iklim.

2. Kemandirian Belajar Matematika

a. Pengertian Kemandirian Belajar Matematika

Yulianti (2004) mendefinisikan kemandirian sebagai salah satu

komponen kepribadian yang mendorong individu untuk dapat

mengarahkan dan mengatur perilakunya sendiri, menyelesaikan masalah

tanpa bantuan orang lain. Pendapat lain dikemukakan Thoha (1996) dan

Surya (2003) bahwa kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang

didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri

tanpa bantuan orang lain serta mampu mempertanggung jawabkan

tindakannya untuk menggerakan potensi dirinya mempelajari objek belajar

tanpa ada tekanan atau pengaruh asing di luar dirinya.

Slameto (2002) menyatakan bahwa kemandirian belajar yang

menjadi keinginan dari adanya studi mandiri adalah kemampuan belajar

mandiri yang terungkap melalui proses intensif yang dilakukan siswa untuk

mencapai tujuan belajar atau penguasaan materi pelajaran yang

menggunakan berbagai ketrampilan dan teknik yang kreatif atas prakarsa

(inisiatif dan motivasi) siswa yang bersangkutan dalam: penetapan tujuan

belajar; pemilihan materi yang akan dipelajari; Intensitas penggunaan

ketrampilan belajar; Penerapan teknik-teknik ilmiah dalam fase belajar;

Penetapan standar keberhasilan belajar; Peningkatan prakarsa siswa yang

bersangkutan dibanding intervensi guru.

Mengacu pada pendapat Thoha (1996) dan Surya (2003) maka

kemandirian belajar adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang

untuk mengarahkan dan mengatur perilakunya sendiri tanpa bantuan

orang lain serta mampu mempertanggung jawabkan tindakannya dalam

permasalahan belajarnya. Kemandirian belajar matematika adalah suatu

kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengarahkan dan

mengatur perilakunya sendiri tanpa bantuan orang lain serta mampu

mempertanggung jawabkan tindakannya dalam permasalahan belajar

matematika.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar

Menurut Basri (2000), kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu faktor yang terdapat dalam dirinya (faktor endogen)

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2584/3/T1_202008085_BAB II.pdf · cara mendidik orang tua terhadap anak, ... keadaan waktu dan tempat

10

dan faktor-faktor yang terdapat di luar dirinya (faktor endogen). Faktor

endogen (internal) adalah semua pengaruh yang bersumber dari dalam

dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan dan konstitusi tubuhnya sejak

dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya. Segala

sesuatu yang dibawa sejak lahir merupakan bekal ddasar bagi

pertumbuhan dan perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam

sifat dasar dari ayah dan ibu mungkin akan didapatkan di dalam diri

seseorang, seperti bakat, potensi intelektual dan potensi pertumbuhan

tubuhnya.

Faktor eksogen (eksternal) adalah semua keadaan atau pengaruh

yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan dengan faktor

lingkungan. Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat

mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, baik dalam segi

negative maupun positif. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik

terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan

membentuk kepribadian, termasuk pula dalam hal kemandiriaannya.

Thoha (1996) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kemandirian belajar siswa juga dibedakan menjadi dua,

yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor intern

antara lain faktor kematangan usia dan jenis kelamin. Anak cenderung

semakin mandiri jika semakin tua usianya. Intelegensi seseorang juga

berpengaruh terhadap kemandirian seseorang. Sedangkan faktor ekstern

meliputi faktor kebudayaan dan faktor keluarga terhadap anak.

Kemandirian dipengaruhi faktor kebudayaan dapat dilihat dari masyarakat

yang maju dan kompleks tuntutan hidupnya cenderung mendorong

tumbuhnya kemandirian dibandingkan dengan masyarakat yang

sederhana. Faktor keluarga terhadap anak berarti kemandirian anak

dipengaruhi keluarga meliputi aktifitas pendidikan dalam keluarga,

kecenderungan cara mendidik anak, cara member penilaian pada anak

bahkan sampai pada cara hidup orang tua berpengaruh terhadap

kemandirian anak.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2584/3/T1_202008085_BAB II.pdf · cara mendidik orang tua terhadap anak, ... keadaan waktu dan tempat

11

c. Aspek-Aspek Kemandirian Belajar

Yulianti (2004) menyatakan bahwa terdapat lima aspek dalam

kemandirian belajar yaitu: bebas bertanggung jawab yang memiliki ciri-ciri

bahwa tindakan dilakukan atas dasar kehendak sendiri, bukan orang lain

dan tidak tergantung pada orang lain; progresif dan ulet yang memiliki ciri-

ciri yaitu usaha mengejar prestasi, penuh ketekunan, merencanakan serta

mewujudkan harapan-harapannya; inisitaif yang memiliki ciri-ciri mampu

berfikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisiatif;

pengendalian diri yang ditunjukan dengan mempunyai perasaan, mampu

mengatasi masalah yang dihadapai, mampu mengendalikan tindakan serta

mampu mempengaruhi lingkungan dan mengenal diri sendiri; dan

kemantapan diri yang ciri-cirinya merasa percaya pada kemampuan

sendiri, dapat menerima dan memperoleh kepuasan dan usaha sendiri.

d. Ciri-Ciri Program Belajar Mandiri

Menurut Yulianti (2004) orang yang mandiri mempunyai ciri-ciri

yaitu: memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan

sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhan sendiri, mengejar

prestasi, penuh ketekunan, serta berkeinginan untuk mengerjakan segala

sesuatu tanpa bantuan orang lain, mampu mengatasi masalah yang

dihadapi, mampu mengendalikan tindakan-tindakan, mampu

mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya terhadap diri sendiri,

menghargai keadaan dirinya sendiri, menghargai keadaan dirinya sendiri,

dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

Menurut Kemp (1994), ciri-ciri kemandirian belajar yaitu: siswa

dikembangkan dengan cermat dan dirinci artinya pengajaran sendiri

berlangsung dengan baik apabila bahan disusun menjadi langkah-langkah

yang terpisah dan kecil, masing-masing membahas suatu konsep tunggal

atau sebagian dari bahan yang diajarkan; kegiatan dan sumber pengajaran

dipilih dengan hati-hati dengan memperhatikan sasaran pengajaran yang

dipersyaratkan; penguasaan siswa terhadap setiap langkah harus diperiksa

sebelum ia melanjutkan ke langkah berikutnya, sehingga kita perlu

menanyai atau menantang siswa untuk menunjukan kepahaman mereka

atau penggunaan bahan yang dipelajari; siswa kemudian harus segera

menerima kepastian (balikan) tentang kebenaran jawabannya atau upaya

lainnya dan setiap keberhasilan menimbulkan rasa percaya diri pada siswa

untuk melanjutkan ke langkah berikutnya; serta apabila muncul kesulitan,

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2584/3/T1_202008085_BAB II.pdf · cara mendidik orang tua terhadap anak, ... keadaan waktu dan tempat

12

maka siswa secara terus-menerus ditantang harus menyelesaikan kegiatan

yang diikutinya, langsung mengetahui hasil belajarr atau usahanya dan

merasakan keberhasilannya.

Nurjanah (1995) menyatakan ciri-ciri kemandirian belajar yaitu:

tanggung jawab dalam belajar, hal ini terlihat dari adanya rasa percaya

pada diri sendiri atas kemampuannya, tidak tergantung secara terus-

menerus pada orang lain dan menentukan sendiri arah belajarnya; tegas

dalam mengambil keputusan dalam hal ini terlihat adanya kebebasan, dan

membuat minat baru dalam hal ini bertindak kreatif, keberanian mencoba

hal baru dan mampu menyatakan buah pikiran.

3. Motivasi Belajar Matematika

a. Pengertian Motivasi Belajar Matematika

Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau

daya penggerak. Motif berarti suatu alasan/dorongan yang menyebabkan

seseorang berbuat sesuatu/melakukan tindakan/bersikap tertentu

(Handoko, 1994). Suatu motif umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu

unsur dorongan/kebutuhan dan unsur tujuan. Proses interaksi timbal balik

antara kedua unsur diatas terjadi di dalam diri manusia, namun dapat

dipengaruhi oleh hal-hal yang diluar diri manusia, misalnya cuaca, kondisi

lingkungan dan sebagainya. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan

internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk

mengadakan perubahan tingkah laku, dengan beberapa indikator atau

unsur yang mendukung (Hamzah, 2006). Indikator-iindikator tersebut

antara lain: adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan

kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan,

adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam

belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Pengertian motivasi belajar menurut Sardirman (1986) adalah

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan

yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Motivasi terkandung

adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan

mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Koeswara, 1989; Siagian,

1989; Schein, 1991; Biggs & Telfer, 1987 dalam Dimyati & Mudjiono, 2009).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2584/3/T1_202008085_BAB II.pdf · cara mendidik orang tua terhadap anak, ... keadaan waktu dan tempat

13

Mengacu pada pendapat Sardirman (1986) maka motivasi belajar

adalah kekuatan atau dorongan yang berasal dari dalam maupun luar diri

siswa yang menggerakkannya untuk melakukan kegiatan belajar agar

tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Motivasi belajar matematika

adalah kekuatan atau dorongan yang berasal dari dalam maupun luar diri

siswa yang menggerakkannya untuk melakukan kegiatan belajar

matematika agar tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar ada dua yaitu

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Baharudin dan Wahyuni, 2007).

Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu

dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik

yaitu adanya dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia lebih luas;

sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;

keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan misalnya

dari orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya;

serta adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang

berguna bagi dirinya. Pengertian dari morivasi ekstrinsik adalah faktor

yang dating dari luar individu tetapi member pengaruh terhadap kemauan

untuk belajar. Faktor ekstrinsik misalnya pujian, peraturan, tata tertib,

teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya.

Makmun (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi antara lain adalah usia, jenis kelamin, kondisi fisik,

kemampuan, dan suasana lingkungan. Usia yang berbeda akan

menimbulkan motivasi yang berbeda pula, misalnya motivasi orang

dewasa akan berbeda dengan motivasi anak. Adanya perbedaan jenis

kelamin memungkinkan adanya perbbedaan motivasi, hal ini karena

perhatian, obsesi, dan penafsirannya akan berbeda jika jenis kelaminnya

berbeda. Kondisi fisik seseorang akan berpengaruh pada motivasinya

karena hal ini terkait dengan kecenderungan perhatian siswa terhadap

sesuatu melihat keadaan dirinya. Kemampuan juga berpengaruh terhadap

motivasi karena siswa akan melakukan suatu kegiatan jika sesuai dengan

kemampuan yang dimilikinya. Suasana lingkungan sangat berpengaruh

terhadap motivasi belajar siswa karena suasana yang mendukung akan

menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2584/3/T1_202008085_BAB II.pdf · cara mendidik orang tua terhadap anak, ... keadaan waktu dan tempat

14

Secara umum faktor-faktor motivasi belajar siswa diklasifikasikan

menjadi dua yaitu faktor intern dan fakor ekstern. Faktor intern adalah

seluruh aspek yang terdapat dalam diri siswa yang belajar, baik aspek fisik

(fisiologis) maupun aspek psikis (psikologis). Faktor intern yang pertama

adalah aspek fisik (fisiologis) yaitu seorang atau siswa yang sedang belajar

tentunya membutuhkan fisik yang sehat. Keadaan fisik yang sakit akan

mempengaruhi seluruh jaringan tubuh sehingga motivasi belajar tidak

akan terarah. Siswa harus mengusahakan kesehatannya agar dapat belajar

dengan baik. Aspek yang kedua adalah aspek (psikologis) dimana

sedikitnya terdapat delapan faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

siswa. Aspek-aspek tersebut adalah perhatian, pengamatan, tanggapan,

fantasi, ingatan, berfikir, bakat, dan motif. Faktor ekstern adalah seluruh

aspek yang terdapat diluar diri siswa yang sedang belajar. Faktor ekstern

dapat dikelompokan menjadi lima faktor, yaitu faktor keluarga, faktor

sekolah, faktor masyarakat, faktor kelompok (peer group) dan faktor

budaya.

B. Penelitian yang Relevan

Febriana dan Sarbiran (2001) melakukan kajian tentang pengaruh

kemandirian dengan kemampuan menyesuaikan diri terhadap prestasi

belajar siswa full day school hasilnya menunjukkan variabel kemandirian

berpengaruh signifikan terhadap variabel prestasi belajar. Berbeda dengan

hasil penelitian Febriana dan Sarbiran (2001) bahwa penelitian Abdulkahar

(1990) tentang hubungan antara kemandirian belajar dengan prestasi

belajar siswa yang hasilnya menunujukkan bahwa tidak ada hubungan

yang positif dan signifikan dengan koefisien korelasi r = 0.073 dan

signifikansi p > 0.05.

Penelitian yang dilakukan oleh Kundori (2004) tentang hubungan

antara minat menjadi guru dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

pada mata kuliah micro teaching mahasiswa jurusan Pendidikan Akuntansi

FKIP-UMS angkatan 2004 menunjukkan t-hitung motivasi belajar 5,973

dengan t-table 1,960, karena t-hitung > t-table maka motivasi belajar

berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar. Penelitian serupa juga

pernah dilakukan oleh Wibowo dan Emita (2010) yang meneliti hubungan

antara motivasi belajar siswa dan partisipasi dalam interaksi edukatif

dengan prestasi belajar kepada siswa kelas XI IPS yang berjumlah 44 siswa

di SMA Negeri 1 Sambungmacan. Hasil penelitian menunjukkan adanya

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2584/3/T1_202008085_BAB II.pdf · cara mendidik orang tua terhadap anak, ... keadaan waktu dan tempat

15

hubungan positif antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar

Akuntansi pada siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Sambungmacan tahun

ajaran 2009/2010. Kesimpulan ini berdasarkan analisis diperoleh koefisien

korelasi ry1 sebesar 0,664 dan nilai sig. < 0,05 yaitu 0,0002).

Penelitian lainnya dilakukan oleh Issu (2005) tentang hubungan

kecerdasan logika matematika, kecerdasan bahasa, dan motivasi belajar

dengan prestasi belajar matematika siswa kelas 1 di SMA Negeri 1 Mollo

Selatan dengan sampel 83 orang menunjukkan bahwa terdapat hubungan

positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar

matematika (r = 0,301). Berbeda dengan hasil pra penelitian Issu (2005)

kepada 24 siswa I4 SMA Negeri 1 Mollo Selatan diperoleh kesimpulan

bahwa motivasi belajar tidak berkorelasi dengan prestasi belajar

matematika (r = -0,101).

Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwa sudah banyak

dilakukan penelitian yang mengkaitkan antara kemandirian belajar dan

motivasi belajar dengan prestasi belajar. Hasil-hasil penelitian tersebut

meskipun penelitiannya sama, namun memberikan hasil yang berbeda-

beda. Febriana dan Sarbiran (2001) memberikan hasil bahwa terdapat

hubungan yang positif dan signifikan antara kemandirian belajar dengan

prestasi belajar, namun hasil penelitian Sakti (2010) menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan yang positif dan signifikan dengan koefisien korelasi r

= 0.073 dan signifikansi p < 0.05. Penelitian yang dilakukan oleh Kundori

(2004) serta Wibowo dan Emita (2010) tentang motivasi belajar

menunjukkan adanya hubungan positif antara motivasi belajar siswa

dengan prestasi belajar, tetapi hasil pra penelitian Issu (2005) bahwa

motivasi belajar tidak berkorelasi dengan prestasi belajar matematika (r = -

0,101).

C. Kerangka Berpikir

Kemandirian belajar (x1) sebagai variabel bebas diperkirakan

mempunyai hubungan dan meningkatkan prestasi belajar matematika (Y)

siswa kelas X SMK Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan. Kemandirian

yang dimiliki oleh siswa dapat dikatakan sebagai salah satu komponen

kepribadian seseorang untuk mengatur dan mengarahkan perilakunya

sendiri serta menyelesaikan masalah tanpa bantuan orang lain.

Kemandirian belajar memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas,

melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhan sendiri,

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2584/3/T1_202008085_BAB II.pdf · cara mendidik orang tua terhadap anak, ... keadaan waktu dan tempat

16

mengejar prestasi dengan penuh ketekunan. Kemandirian dalam belajar

akan membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar atau penguasaan

materi pelajaran matematika.

Motivasi belajar (x2) sebagai variabel independen (variabel bebas)

juga diperkirakan mempunyai hubungan dalam meningkatkan prestasi

belajar matematika (Y) siswa kelas X SMK Negeri 1 Wirosari Kabupaten

Grobogan. Semangat belajar timbul dengan adanya motivasi belajar.

Makin kuat motivasi belajar siswa, makin kuat pula usahanya untuk

mencapai tujuan belajar yaitu untuk memperoleh prestasi belajar yang

memuaskan dalam pelajaran matematika. Makin kuat seseorang dalam

mengetahui tujuan yang akan dicapai dengan jelas dan tujuan tersebut

sangat penting, makin kuat pula usaha untuk mencapainya.

Uraian diatas dapat ditarik suatu kerangka berpikir, dengan bagan

sebagai berikut:

Hubungan Variabel Bebas dan Variabel Terikat

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2010), terdapat dua hipotesis yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis kerja (H1).

Berdasarkan kajian teori dalam penelitian ini, maka hipotesis penelitian

yang akan diajukan adalah ada hubungan positif dan signifikan antara

kemandirian dan motivasi belajar matematika siswa kelas X SMK Negeri 1

Wirosari Kabupaten Grobogan. Hipotesis statistik penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut:

H0 : tidak ada hubungan yang positif sinifikan antara

Kemandirian (x1) dan motivasi (x2) belajar matematika

dengan prestasi belajar matematika (y) siswa kelas X SMK

Kemandirian belajar matematika (x1)

(x1)

Motivasi Belajar matematika (x2)

(x1)

Prestasi belajar matematika (Y)

Variabel independen Variabel Bebas ( X1.2 ) Variabel Terikat ( Y )

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2584/3/T1_202008085_BAB II.pdf · cara mendidik orang tua terhadap anak, ... keadaan waktu dan tempat

17

Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan semester 1 tahun

ajaran 2011/2012.

H1 : ada hubungan yang positif sinifikan antara kemandirian (x1)

dan motivasi belajar matematika (x2) dengan prestasi

belajar matematika (y) siswa kelas X SMK Negeri 1 Wirosari

Kabupaten Grobogan semester 1 tahun ajaran 2011/2012.

Dugaan sementara dari hipotesis di atas adalah bahwa ada hubungan yang

positif signifikan antara kemandirian dan motivasi belajar matematika

dengan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMK Negeri 1 Wirosari

Kabupaten Grobogan semester 1 tahun ajaran 2011/2012.