bab ii ages

Upload: satria-nita-pinta-karunia

Post on 06-Apr-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 BAB II ages

    1/18

    5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Diabetes Melitus dan Hiperglikemia

    Diabetes melitus merupakan kumpulan gangguan metabolisme yang

    ditandai dengan hiperglikemia dan sekresi glukosa dalam urin akibat kurangnya

    sekresi insulin, menurunnya daya kerja insulin, atau keduanya (1). Diabetes

    melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif. Diabetes melitus juga dapat

    didefinisikan sebagai penyakit yang bersifat herediter disebabkan oleh defisiensi

    insulin relatif atau absolut atau gangguan metabolisme karbohidrat dalam tubuh

    (13).

    Diabetes melitus, dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe 1 dan tipe 2.

    Diabetes melitus tipe 1 disebut juga diabetes melitus tergantung-insulin (insulin-

    dependent diabetes mellitus/ IDDM), umumnya berkembang pada masa remaja

    dan ditandai dengan kerusakan sel- pada pulau Langerhans pankreas yang

    berperan dalam pembentukan insulin (19).

    Pada diabetes melitus tipe 2 atau diabetes melitus tidak tergantung insulin

    (non-insulin-dependent diabetes mellitus/ NIDDM) terdapat tiga faktor penting

    yang perlu diperhatikan yaitu: 1) faktor individu atau genetik etnis yang membuat

    rawan terjadi DM; 2) kerusakan sel beta pankreas; 3) berkurangnyakerja insulin

    di dalam jaringan yang sensitif insulin (resistensi insulin), termasukotot skeletal,

    hati dan jaringan adiposa (20).

    Patogenesis terjadinya disfungsi sel beta pada DM tipe 2 pada dasarnya

    adalah peningkatan resistensi insulin di jaringan. Resistensi insulin adalah suatu

  • 8/3/2019 BAB II ages

    2/18

    6

    keadaan tejadinya resistensi terhadap kerja insulin, yaitu keadaan dimana suatu

    sel, jaringan, atau organ membutuhkan sejumlah insulin yang lebih banyak untuk

    mendapatkan insulin secara kuantitatif respons normal, antara lain terpakainya

    atau masuknya glukosa ke dalam sel tersebut. Agar insulin dapat bekerja, insulin

    harus berikatan dengan reseptor insulin pada dinding sel. Setelah berikatan akan

    terjadi serangkaian proses rumit melalui berbagai sel dan proses antara,

    menyebabkan dicapainya efek kerja insulin yang dikehendaki dalam sel tersebut

    (20).

    Di dalam sel, insulin mempunyai beragam peran, mulai dari peranannya

    dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, sampai pengaruhnya untuk proses

    pembentukan DNA dan RNA dan berbagai proses pertumbuhan di dalam sel,

    jaringan, atau organ tersebut. Rangkaian proses dan peran tersebut terjadi pula di

    dalam sel beta pankreas sehingga dapat dikatakan bahwa terjadinya resistensi

    insulin akan menjadi dasar terjadinya disfungsi sel beta pankreas pada DM tipe 2.

    Banyak proses yang dapat menimbulkan resistensi insulin, diantaranya faktor

    genetik, berbagai faktor lingkungan seperti kegemukan, inaktivitas fisik, asupan

    makanan yang berlebihan, beberapa macam obat dan juga proses menua (20).

    Selain kedua tipe diatas ada juga tipe diabetes melitus terkait malnutrisi.

    Pada diabetes melitus terkait malnutrisi berhubungan dengan fibrocalculous

    pancreatic danproteina deficient pancreatic. Di samping ketiga tipe di atas, ada

    juga diabetes melitus tipe lain yaitu beberapa penyakit diabetes melitus yang

    terkait dengan penyakit pankreas, hormonal, obat-obatan atau bahan kimia yang

    menginduksi diabetes melitus, dan adanya kelainan genetik (13).

  • 8/3/2019 BAB II ages

    3/18

    7

    Pada pasien diabetes melitus terjadi hiperglikemia yaitu peningkatan kadar

    glukosa darah di atas normal. Berdasarkan WHO 1985 dikatakan hiperglikemia

    bila kadar glukosa darah puasa (GDP) >120 mg/dl, 2 jam plasma puasa (JPP)

    >200 mg/dl, atau glukosa darah respon (GDR) >200 mg/dl (13).

    Berbagai komplikasi dapat diakibatkan oleh rendahnya kontrol diabetes.

    Komplikasi tersebut antara lain berupa penyakit vaskular sistemik (percepatan

    aterosklerosis), penyakit jantung, penyakit mikrovaskular pada mata sebagai

    penyebab kebutaan dan degenerasi retina (retinopati diabetik), katarak, kerusakan

    ginjal sebagai penyebab gagal ginjal serta kerusakan saraf tepi (neuropati

    diabetik). Biasanya begitu diabetes terdeteksi, sindrom ini sudah berkembang dan

    telah terdapat satu atau dua komplikasi (4).

    Luasnya komplikasi pada diabetes melitus tampaknya berkorelasi dengan

    konsentrasi glukosa darah sehingga glukosa darah yang berlebihan

    (hiperglikemia) diduga menjadi penyebab utama kerusakan jaringan. Fenomena

    ini dapat disebabkan oleh kemampuan hiperglikemia secara in vivo dalam

    modifikasi oksidatif berbagai substrat (4). Di samping beberapa faktor lain yang

    dapat mempercepat timbulnya kerusakan jaringan tersebut, seperti genetik,

    hipertensi, dan dislipidemia. Adapun sel yang paling peka mengalami kerusakan

    akibat hiperglikemia adalah sel endotelial di retina, sel mesangial di glomerulus,

    sel neuron dan sel schwan pada jaringan saraf perifer (21).

    Beberapa jalur yang diketahui berperan dalam terjadinya kerusakan jaringan

    akibat hiperglikemia yaitu autooksidasi glukosa, glikasi protein, dan aktivasi jalur

    metabolisme poliol. Pada autooksidasi glukosa terjadi reduksi oksigen sehingga

    terbentuk produk radikal berupa O2-, OH dan H2O2, serta -ketoaldehid.

  • 8/3/2019 BAB II ages

    4/18

    8

    Senyawa-senyawa ini dapat merusak biomolekul penting di dalam sel seperti

    DNA, protein dan lipid (2).

    Glukosa juga dapat mengalami glikasi secara langsung melalui

    pembentukan ikatan kovalen dengan protein (glikasi protein) yang dikenal dengan

    reaksi glikosilasi. Reaksi glikosilasi ini pertama kali ditemukan oleh Louis Camile

    Maillard. Ia mengamati terbentuknya warna cokelat saat memanaskan

    karbohidrat-protein, sehingga reaksi ini disebut reaksi Maillard. Reaksi ini bersifat

    non-enzimatik (tanpa bantuan enzim sebagai katalisator) yang dapat dianalisa

    melalui beberapa tahap (22).

    Pertama, pembentukan basa schiff yang bersifat reversibel kemudian

    mengalami penataan kembali (rearrangement) membentuk produk amadori yang

    bersifat irreversibel. Pada penataan kembali ini, ikatan rangkap pindah ke C-2

    glukosa untuk membentuk derivat fruktosa dari Hb yang stabil. Derivat ini disebut

    hemoglobin A1c (HbA1c) yang dicapai dalam beberapa jam dan minggu (22). Sel

    darah merah semua orang mengandung sedikit HbA1c. Kecepatan

    pembentukannya berbanding lurus dengan kadar glukosa darah. Pada pasien

    diabetes, kadar HbA1c lebih tinggi (6-15%) daripada normal (3-5%) (6).

    Selanjutnya produk Amadori terurai hingga terbentuk deoxyglucones yang

    bersifat lebih reaktif. Produk ketoaldehid yang reaktif ini akan bereaksi dengan

    protein sehingga terbentuk AGEs atau produk Maillard yang menyebabkan

    fluoresensi dan crosslinkingprotein (23).

  • 8/3/2019 BAB II ages

    5/18

    9

    Gambar 2.1. Mekanisme pembentukan AGEs dan radikal bebas melalui reaksi

    Maillard

    Adanya efek tautometri yakni perubahan posisi gugus karbonil dari aldehid

    menjadi keton atau sebaliknya akan membentuk senyawa 2,3-enediol. Senyawa

    2,3-enediol akan dikatalisis oleh anion fosfat, yang selanjutnya akan mengalami

    autooksidasi dan terlibat dalam pembentukan superoksida. Superoksida tersebut

    akan dikatalisis oleh ion logam transisi dan H2O2, yang selanjutnya menghasilkan

    varian AGEs seperti N-karboksimetilisin dan asam D-eritronik. Terdapatnya ion

    tembaga dan besi dalam tubuh dapat mempercepat reaksi glikosilasi sehingga

    memungkinkan adanya reaksi Harber-Weiss atau reaksi Fenton yang mengubah

    H2O2 menjadi radikal hidroksil (OH) yang juga bersifat reaktif (2).

  • 8/3/2019 BAB II ages

    6/18

    10

    B. Advanced Glycation Ends Products (AGEs)

    AGEs adalah suatu gugus heterogen dari stuktur kompleks yang dibentuk

    secara non enzimatik melalui reaksi antara gula pereduksi dan amino protein.

    Pembentukan AGEs terjadi seiring dengan bertambahnya usia dan dipercepat

    dengan terjadinya hiperglikemia (24). Beberapa varian AGEs seperti lisin, histidin

    dan arginin yang irreversibel yaitu N-(carboxymethyl)lysine (CML), pentosidin,

    piralin, glyoxal lysine dimer(GOLD), dan methyl glyoxal lysine dimer (MOLD)

    (25).

    Gambar 2.2. Struktur Kimia AGEs. Derivat lisin: CML dan piralin. Derivat

    pentosa dari ikatan silang lisin dan arginin: pentosidin

    Glikasi protein dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Di bawah

    kondisi fisiologis, glikasi dapat terlihat pada proses penuaan dan reaksinya lebih

    cepat dan lebih intensif dengan peningkatan konsentrasi glukosa secara bertahap.

    Pembentukan AGEs dapat terlihat pada darah dan jaringan (25).

  • 8/3/2019 BAB II ages

    7/18

    11

    Pentosidin merupakan AGEs yang dibentuk dari reaksi antara lisin dan

    arginin, dan menghasilkan cross link berfluoresensi dengan beberapa prekursor

    karbohidrat yaitu glukosa, ribosa, asam askorbat, dan 3-deoksiglukoson.

    Degradasi dari DNA dan RNA menghasilkan ribosa bebas yang merupakan

    sumber dari pembentukan pentosidin. Pentosidin dapat ditemukan pada beberapa

    jaringan tubuh manusia, yaitu di kulit, kartilago, trakea, aorta, otot jantung, paru-

    paru, hati, ginjal, lensa mata, sel darah merah, dan protein darah. CML adalah

    AGEs utama yang berhubungan dengan patogenesis penyakit. Terbentuk melalui

    degradasi oksidatif dari produk amadori-fruktosalisin melalui logam yang

    dikatalisis. CML bisa ditemukan di dalam sel busa pada plak aterosklerosis (26).

    Untuk meredam terjadinya kerusakan oksidatif akibat akumulasi AGEs

    maka diperlukan suatu sistem pertahanan yang mampu menghilangkan,

    membersihkan (scavenger), menahan pembentukan ataupun meniadakan efek

    AGEs tersebut. Sistem itu dikenal sebagai antioksidan. Penelitian pada hewan

    coba membuktikan bahwa antioksidan dapat menghambat tahap awal retinopati,

    nefropati dan neuropati pada diabetes melitus. Demikian juga pada penelitian

    terhadap manusia, antioksidan terbukti dapat menghambat komplikasi

    mikrovaskular, penurunan insidensi penyakit jantung koroner, perbaikan sistem

    saraf otonom jantung, dan vasodilatasi vaskuler (2).

    Mekanisme aktivitas antioksidan eksogen dalam meredam efek radikal

    bebas ( free radicals scavenging) adalah melalui pengelatan ion logam (metal

    ionic chelating) sehingga ion-ion metal diasingkan dan efek prooksidan dari metal

    dapat dihambat. Misalnya melalui pemutusan rantai propagasi dari radikal bebas

    ( free radical chains breaking) dengan berperan sebagai donor hidrogen atau

  • 8/3/2019 BAB II ages

    8/18

    12

    akseptor hidrogen sehingga terjadi pembersihan blokade terhadap radikal bebas;

    dan perangkap gugus karbonil (carbonyl group traps)(27).

    C. Tanaman Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa )

    1. Klasifikasi

    Berdasarkan ilmu taksonomi tumbuhan, karamunting dapat diklasifikasikan

    sebagai berikut: (14)

    Kingdom : Plantae

    Subkingdom : Tracheobionta

    Divisio : Magnoliophyta

    Klas : Magnoliopsida

    Ordo : Myrtales

    Familia : Myrtaceae

    Genus : Rhodomyrtus

    Spesies :Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk.

    2. Habitat dan Morfologi

    Karamunting tumbuh di semak-semak, hutan basah dan lembab,

    berkembang dalam suatu cakupan luas jenis tanah, mencakup lahan pantai,

    umumnya pada ketinggian 2400 m di atas permukaan laut. Selain itu, karamunting

    dikenal dengan baik di daerah selatan India, dimana sering ditemukan di daerah

    pegunungan. Tanaman ini juga tumbuh di kawasan Cina Selatan, dan sedikit di

    Florida dan California (13).

    Karamunting merupakan tanaman liar berupa pohon berkayu, tinggi 6-12

    kaki atau hampir setinggi tubuh orang dewasa. Duduk daunnya bersilang

  • 8/3/2019 BAB II ages

    9/18

    13

    berhadapan, permukaan atas daun mengkilap dan permukaan bawah berbulu halus

    lembut. Panjang daun 5-7 cm dan lebar 2-3,5 cm berbentuk oval meruncing (13).

    Bunga karamunting berdiameter 3-3,5 cm berwarna merah muda keunguan

    dengan lima kelopak. Buah mudanya berwarna hijau sekeras jambu biji mentah

    dengan ukuran sebesar kacang tanah, buah matangnya berwarna ungu dengan

    ukuran kira-kira tiga per empat anggur memiliki rasa yang manis. Kulit buah

    berbulu halus seperti beludru. Biji dan daging buahnya seperti anggur tetapi tidak

    berair banyak melainkan berserat lebih banyak (13).

    Gambar 2.3. Morfologi daun karamunting (Rhodomyrtus tomentosa)

    3. Kandungan Kimia dan Manfaat

    Karamunting dikenal baik di daerah selatan India, kawasan Cina Selatan dan

    sedikit di Florida dan California (14). Secara umum tanaman karamunting

    mengandung berbagai senyawa kimia diantaranya senyawa golongan flavonoid,

    steroid, triterpenoid, tanin galat, tanin katekat, kuinon dan unsur natrium, kalsium,

    kalium serta magnesium. Dari penelitian lain terhadap karamunting juga

    didapatkan adanya senyawa antibakteri (13).

    Antioksidan eksogen dapat diperoleh dari karamunting ini, yaitu senyawa

    flavonoid. Flavonoid tergolong senyawa fitokimia yang merupakan derivat

  • 8/3/2019 BAB II ages

    10/18

    14

    senyawa fenol. Flavonoid inilah yang berperan dalam menekan pembentukan

    radikal bebas dengan cara penghambatan enzim atau dengan pengelatan ion logam

    (metal ionic chelating) yang terlibat dalam produksi radikal bebas serta berperan

    dalam peredaman radikal bebas (free radicals scavenging) (2).

    D. Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera)

    1. Klasifikasi

    Berdasarkan ilmu taksonomi tumbuhan, lidah buaya dapat diklasifikasikan

    sebagai berikut: (16)

    Kingdom : Plantae

    Divisio : Angiospermae

    Klas : Monocotyledoneae

    Ordo : Liliales

    Familia : Liliaceae

    Genus : Aloe

    Spesies :Aloe vera

    2. Habitat dan Morfologi

    Aloe merupakan tanaman padang pasir yang berbentuk seperti kaktus.

    Tanaman ini termasuk famili Liliaceae. Ada lebih dari 500 spesies tapi bentuk

    yang paling dikenal adalah Aloe vera. Aloe vera merupakan jenis tanaman yang

    berasal dari Afrika Utara, Pulau Canary dan Cape Verde. Aloe vera tumbuh pada

    iklim kering dan tersebar luas di Afrika dan wilayah kering lainnya (15).

    Aloe vera merupakan tanaman yang tumbuh setinggi 60-100 cm (24-39

    inci). Daunnya tebal, berwarna hijau hingga hijau keabu-abuan dengan beberapa

  • 8/3/2019 BAB II ages

    11/18

    15

    variasi bintik-bintik putih pada bagian atas dan permukaan yang lebih rendah.

    Tepi daunnya bergigi tajam dan mempunyai gerigi putih yang kecil berukuran

    panjang 40-60 cm dan lebar pelepah bagian bawah 8-13 cm dan tebal antara 2-3

    cm. Bunganya dihasilkan pada musim panas, sejenis paku-pakuan yang mencapai

    tinggi 90 cm (35 inci), masing-masing bunga terjuntai dengan mahkota bunga

    berwarna kuning berukuran panjang 2-3 cm (0.8-1.2 inci). Seperti spesies Aloe

    yang lainAloe vera membentukarbuscular mycorrhiza, simbiosis yang membuat

    tanaman ini dapat mengambil nutrisi mineral dari tanah dengan baik (15).

    Gambar 2.4. Morfologi lidah buaya (Aloe vera)

    3. Kandungan Kimia dan Manfaat

    Pada daun lidah buaya mengandung saponin, flavonoid, tannin, polifenol,

    dan glukomanan (16). Flavonoid inilah yang berperan dalam menekan

    pembentukan radikal bebas dengan cara penghambatan enzim atau dengan

    pengelatan ion logam (metal ionic chelating) yang terlibat dalam produksi radikal

    bebas serta berperan dalam peredaman radikal bebas (free radicals scavenging)

    (2).

  • 8/3/2019 BAB II ages

    12/18

    16

    Ada dua bentuk yang dikenal dariAloe vera yaitu jus yang dikeringkan dari

    daun dan gel aloe. Getah dari sel-sel perisiklik diperoleh dari bawah kulit daun

    yang diuapkan untuk membentuk substansi lengket yang dikenal sebagai obat

    aloe atau aloe. Jus aloe ini mengandung antrakuinon cathartic, barbaloin,

    glukosida dari aloe-emodin, sama bagusnya dengan substansi lainnya (15).

    Gel aloe diperoleh dari bagian dalam daun. Gel ini tidak mengandung

    antrakuinon tetapi mengandung polisakarida, glukomanan, yang sama dengan

    getah karet. Glukomanan berupa serat larut air yang merupakan bagian yang

    berperan dalam efek hipoglikemik. Gel aloe telah digunakan untuk pengobatan

    diabetes dan hiperlipidemia sebagai obat topikal dan obat oral. Gel aloe yang

    diambil secara internal dapat menghasilkan sedikit penurunan pada rata-rata level

    glukosa, tapi mekanismenya belum diterangkan. Getah Aloe vera yang

    dikeringkan merupakan pengobatan tradisional untuk diabetes di semenanjung

    Arab, meskipun gel aloe lebih disukai dibandingkan getah yang mengandung

    bahan yang mengganggu saluran cerna yaitu antrakuinon (28).

    E. Tikus Putih (Rattus norvegicus) dalam Penelitian

    Rattus norvegicus merupakan hewan mamalia dari famili Muridae yang

    dapat ditemukan di berbagai bagian bumi. Klasifikasi ilmiah Rattus norvegicus

    adalah sebagai berikut: (29)

    Kingdom : Animalia

    Filum : Chordata

    Kelas : Mammalia

    Ordo : Rodentia

    Famili : Muridae

  • 8/3/2019 BAB II ages

    13/18

    17

    Genus : Rattus

    Spesies :Rattus norvegicus

    F. Aloksan

    Rattus norvegicus yang mengalami hiperglikemia dapat diperoleh melalui

    penggunaan senyawa kimia seperti aloksan. Aloksan (2,4,5,6-tetraoxypirimidin)

    merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menginduksi diabetes pada

    binatang percobaan. Efek diabetogeniknya bersifat antagonis dengan glutathion

    yang bereaksi dengan gugus SH-nya. Mekanisme aksi dalam menimbulkan

    perusakan yang selektif belum diketahui dengan jelas. Beberapa hipotesis tentang

    mekanisme aksi yang telah diajukan antara lain: pembentukan khelat terhadap Zn,

    interferensi dengan enzim-enzim sel serta deaminasi dan dekarboksilasi asam

    amino. Obat ini cepat menimbulkan hiperglikemi yang permanen dalam waktu

    dua sampai tiga hari. Penelitian terhadap mekanisme kerja aloksan secara invitro

    menunjukkan bahwa aloksan menginduksi pengeluaran ion kalsium dari

    mitokondria yang mengakibatkan proses oksidasi sel terganggu. Keluarnya ion

    kalsium dari mitokhondria ini mengakibatkan gangguan homeostasis yang

    merupakan awal dari matinya sel (30).

    Aloksan bersifat toksik selektif terhadap sel beta pankreas yang

    memproduksi insulin karena terakumulasinya aloksan secara khusus melalui

    transporter glukosa yaitu GLUT2. Tingginya konsentrasi aloksan tidak

    mempunyai pengaruh pada jaringan percobaan lainnya. Aloksan mungkin

    mendesak efek diabetogenik oleh kerusakan membran sel beta dengan

    meningkatkan permeabilitas. Dean dan Matthew (1972) mendemonstrasikan

    adanya depolarisasi membran sel beta pankreas dengan pemberian aloksan. Aksi

  • 8/3/2019 BAB II ages

    14/18

    18

    sitotoksik aloksan dimediasi oleh radikal bebas. Aksi toksik aloksan pada sel beta

    diinisiasi oleh radikal bebas yang dibentuk oleh reaksi redoks. Aloksan dan

    produk reduksinya, asam dialurik, membentuk siklus redoks dengan formasi

    radikal superoksida. Radikal ini mengalami dismutasi menjadi hidrogen

    peroksida. Radikal hidroksil dengan kereaktifan yang tinggi dibentuk oleh reaksi

    Fenton. Aksi radikal bebas dengan rangsangan tinggi meningkatkan konsentrasi

    kalsium sitosol yg menyebabkan destruksi cepat sel beta (31).

    G. Metformin

    Dalam penelitian ini, dipilih obat golongan biguanid yaitu metformin.

    Berbagai laporan penelitian yang telah dipublikasikan memperlihatkan besarnya

    manfaat pemberian metformin dalam mengontrol diabetes. Penelitian oleh

    Belcher tentang penggunaan metformin sebagai obat tunggal maupun kombinasi

    menunjukan hasil yang cukup memadai dalam pengendalian gula darah pada

    3.713 pasien diabetes selama 52 minggu (32).

    Mekanisme kerja metformin sebagai obat anti diabetik oral belum

    sepenuhnya diketahui. Banyak tahapan reaksi biokimiawi yang terjadi pada proses

    metabolisme glukosa, baik pada sel hati, otot, atau jaringan lemak. Setiap tahapan

    metabolisme ini dapat mempengaruhi terjadinya hiperglikemia, sehingga setiap

    tahap ini dapat dilakukan intervensi untuk menurunkan proses terjadinya

    hiperglikemia. Penyebab hiperglikemia pada diabetes antara lain karena

    peningkatan glukoneogenesis dan glikogenolisis di dalam hati dan penurunan

    ambilan glukosa di jaringan otot atau lemak. Metformin dapat menurunkan

    glukoneogenesisdan glikogenolisisdi dalam hati (32).

  • 8/3/2019 BAB II ages

    15/18

    19

    Peran metformin pada tingkat seluler di dalam sel hati dalam menurunkan

    glukosa darah dapat dijelaskan berdasarkan hasil penelitian Zhou dkk pada tahun

    2001. Zhou dkk telah menemukan peran enzim adenosin-

    monophosphateactivated-protein kinase (AMPK) pada metabolisme karbohidrat

    dan lemak di dalam sel hati. Pada keadaan normal enzim AMPK akan diaktifkan

    oleh adenosin monofosfat (AMP) yang terbentuk dari proses pemecahan adenosin

    trifosfat (ATP) menjadi adenosin monofosfat (AMP) pada siklus pembentukan

    energi di dalam mitokondria. Aktivasi AMPK oleh metformin akan menghambat

    enzim asetil-koenzime A carboxylase yang berfungsi pada proses metabolisme

    lemak. Proses ini akan menyebabkan peningkatan oksidasi asam lemak dan

    menekan ekspresi enzim-enzim yang berperan pada lipogenesis. Selain itu enzim

    AMPK di hati akan menurunkan ekspresi sterol regulatory element-binding

    protein 1 (SREBP-1), suatu transcription factoryang berperan pada patogenesis

    resistensi insulin, dislipidemia, dan steatosis hati (perlemakan). Jadi enzim AMPK

    ini mempunyai peran yang dominan pada proses metabolisme glukosa dan lemak

    di dalam hati, dan mungkin berperan pula pada beberapa mekanisme yang

    menunjukan keuntungan dari metformin, seperti peningkatan ekspresi dari

    heksokinase di dalam otot dan peningkatan glucose transporter (GLUT) dalam

    sel. Pada jaringan otot metformin akan menyebabkan translokasi glucose

    transporter-1 (GLUT 1) dari dalam sel ke membran plasma, sehingga dapat

    meningkatkan ambilan glukosa masuk ke dalam sel otot (32).

    Beberapa keunggulan metformin yaitu dapat menurunkan resistensi insulin,

    menurunkan kadar glukosa darah, menekan glukoneogenesis, memperbaiki fungsi

    diastolik jantung, perbaikan profil lipid, menurunkan stres oksidatif, memperbaiki

  • 8/3/2019 BAB II ages

    16/18

    20

    relaksasi pembuluh darah, perbaikan status hemostasis darah yang cenderung ke

    kondisi pro-trombosis, menurunkan proses inflamasi pada endotel pembuluh

    darah, serta menurunkan pembentukan Advance Glycation End-products (AGEs)

    (32).

    Beberapa keluhan gejala gastrointestinal yang sering dilaporkan sebagai

    efek samping metformin dalam pengobatan diabetes antara lain diare, mual,

    dispepsia, konstipasi, muntah, kembung, perubahan pola konsistensi feses, dan

    darah pada feses. Keluhan yang ditimbulkan oleh metformin sangat berkorelasi

    dengan besarnya dosis. Penggunaan metformin dimulai dengan dosis kecil (500

    mg perhari) yang diberikan satu atau dua kali sehari pada saat makan pagi atau

    malam. Setelah 5-7 hari, jika tidak ada efek samping pada gastrointestinal, dosis

    dapat ditingkatkan sampai 850 atau 1000 mg sebelum makan pagi atau makan

    malam. Jika timbul efek samping obat pada saluran pencernaan, dosis obat dapat

    diturunkan pada dosis sebelumnya. Dosis efektif maksimal biasanya 850 mg, 2

    kali sehari, akan lebih baik lagi kalau dinaikan dosisnya sampai 3000 mg sehari

    (32).

    H. Metode Maserasi

    Ekstraksi adalah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah obat

    dan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan larut. Bahan mentah

    obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan tidak perlu diproses lebih lanjut

    kecuali dikumpulkan atau dikeringkan. Ekstrak mengandung berbagai macam unsur,

    tergantung pada obat yang digunakan dan kondisi dari ekstraksi. Metode ekstraksi

    terdiri atas dua jenis yakni ekstraksi panas dan ekstraksi dingin. Ekstraksi panas

  • 8/3/2019 BAB II ages

    17/18

    21

    menggunakan cara refluks dan destilasi uap sedangkan ekstraksi secara dingin

    menggunakan cara maserasi, perkolasi dan soxhletasi (33).

    Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan

    cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus

    dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif dan zat aktif

    akan larut. Simplisia yang akan diekstraksi ditempatkan pada wadah atau bejana yang

    bermulut lebar bersama larutan penyari yang telah ditetapkan, bejana ditutup rapat

    kemudian dikocok berulangulang sehingga memungkinkan pelarut masuk ke seluruh

    permukaan simplisia (33).

    Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat yang

    mudah larut dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa

    air, air-etanol, pelarut lain. Keuntungan metode ini adalah pengerjaan dan

    peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diperoleh. Namun, kerugian

    metode ini yaitu pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna (33).

    Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air,

    etanol, etanol-air atau eter. Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena: lebih

    selektif, jamur dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun,

    netral, absorpsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala

    perbandingan, panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit. Untuk

    meningkatkan penyarian biasanya menggunakan campuran etanol dan air.

    Perbandingan jumlah etanol dan air tergantung pada bahan yang disari. Etanol

    dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin,

    antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil. Lemak, malam, tanin dan

  • 8/3/2019 BAB II ages

    18/18

    22

    saponin hanya sedikit larut. Dengan demikian zat pengganggu yang terlarut hanya

    sedikit (33).

    Etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel dan memperbaiki

    stabilitas bahan obat terlarut. Keuntungan lain dari etanol mampu mengendapkan

    albumin dan menghambat kerja enzim. Etanol (70%) sangat efektif dalam

    menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana bahan pengganggu hanya

    skala kecil yang turut kedalam cairan pengekstraksi (33).

    Isolasi flavonoid umumnya dilakukan dengan metode ekstraksi, yakni

    dengan cara maserasi atau sokletasi menggunakan pelarut yang dapat melarutkan

    flavonoid. Flavonoid pada umumnya larut dalam pelarut polar, kecuali flavonoid

    bebas seperti isoflavon, flavon, flavanon, dan flavonol termetoksilasi lebih mudah

    larut dalam pelarut semi polar. Oleh karena itu pada proses ekstraksinya, untuk

    tujuan skrining maupun isolasi, umumnya menggunakan pelarut methanol atau

    etanol. Hal ini disebabkan karena pelarut ini bersifat melarutkan senyawa-

    senyawa mulai dari yang kurang polar sampai dengan polar (33).