bab i nefrotik

53
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindroma nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik: proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Suryadi, 2001). Sindroma nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema. Hilangnya protein dari rongga vaskular menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma dan peningkatan tekanan hidrostatik yang menyebabkan terjadinya akumulasi cairan dalam rongga interstisial dan rongga abdomen. (Cecily Betz, 2009).

Upload: yan-eshad

Post on 11-Aug-2015

31 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sindroma nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh

adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik:

proteinuria,  hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema

(Suryadi, 2001).

Sindroma nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan

glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma

menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema.

Hilangnya protein dari rongga vaskular menyebabkan penurunan tekanan

osmotik plasma dan peningkatan tekanan hidrostatik yang menyebabkan

terjadinya akumulasi cairan dalam rongga interstisial dan rongga abdomen.

(Cecily Betz, 2009).

Dari data studi dan epidemiologis tentang Sindrom nefrotik di Indonesia

belum ada, namun di luar negeri yaitu Amerika serikat Sindrom nefrotik

merupakan salah satu penyebab gagal ginjal kronik dan merupakan masalah

kesehatan yang utama dengan jumlah penderita mencapai 225 orang pertahun

(11,86 %), dari 2150 orang orang yang berobat kerumah sakit.

(www.compas.com).

International Study Kidney Disease in Children (ISKDC) melaporkan

76% sindroma nefrotik pada anak adalah kelainan minimal. Apabila penyakit

1

2

sindroma nefrotik ini timbul sebagai bagian dari penyakit sistemik dan

berhubungan dengan obat atau toksin maka disebut sindroma nefrotik

sekunder. Insiden sindroma nefrotik primer ini 2 kasus per tahun tiap 100.000

anak berumur kurang dari 16 tahun, dengan angka prevalensi kumulatif 16

tiap 100.000 anak kurang dari 14 tahun. Pada sindroma nefrotik kongenital

insiden yang terjadi sebanyak 25% anak menderita tanda klinis dari sindroma

nefrotik (Rudolph, 2006).

Pada anak dengan sindroma nefrotik akan menimbulkan banyak dampak.

Dampak ini bisa berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain (biologis,

psikologis, sosial dan spiritual). Dampak yang timbul terhadap diri sendiri

yaitu dampak biologis, terjadi pembesaran pada abdomen (asites). Dampak

psikologis yang timbul yaitu terjadi iritabilitas pada anak dan perubahan alam

perasaan (bingung, sedih dan mudah menangis). Sedangkan dampak sosial

yang muncul (hubungan dengan orang lain) adalah anak akan menutup diri

untuk bertemu dengan orang lain karena merasa malu dengan perubahan yang

terjadi pada tubuhnya. Riwayat spiritual biasanya diekspresikan melalui

agama tertentu yang dianutnya. Pasien dengan sindrom nefrotik dalam

beribadahnya tidak dapat melakukan seperti biasa dikarenakan keadaan fisik

yang lemah (Cecily Betz, 2009).

Dengan adanya insiden dampak serta permasalahan yang terjadi, maka

peran dan fungsi perawat sangat penting untuk mengatasi masalah tersebut

terutama dalam aspek promotif dengan memberikan pendidikan kesehatan

tentang upaya pencegahan penyakit sindroma nefrotik yaitu menyarankan

3

istirahat sampai edema tinggal sedikit. Dalam aspek preventif yaitu membatasi

asupan natrium secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dan

menghindari makanan yang diasinkan. Dalam aspek kuratif tindakan yang bisa

dilakukan yaitu memantau edema sampai berkurang, bila edema tidak

berkurang, dapat digunakan diuretik, biasanya furosemid. Bila edema, dapat

digunakan hididroklortiazid. Selama pengobatan diuretik perlu dipantau

kemungkinan hipokalemi, alkalosis metabolik dan kehilangan cairan

intravaskuler berat. Peran perawat juga penting dalam aspek kuratif yaitu

memberikan terapi sesuai dengan indikasi dokter dan dalam aspek rehabilitatif

yaitu melakukan perawatan selama di rumah sakit dan melibatkan orang tua

atau keluarga (Arif Mansjoer, 2000).

Berdasarkan dampak serta kejadian sindroma nefrotik yang terjadi pada

anak, maka penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan dengan

memaparkannya lewat Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan

Keperawatan pada pasien dengan Sindroma Nefrotik di RSUP Dr. M.Djamil

Padang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu

“Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan sindroma

nefrotik di Ruang Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang”.

4

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa

sindroma nefrotik di ruangan anak RSUP Dr. M.Djamil Padang.

2. Tujuan khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian pada anak dengan sindroma nefrotik

di Ruangan Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang.

b. Mampu mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada anak dengan

sindroma nefrotik di Ruangan Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang.

c. Mampu membuat intervensi keperawatan secara menyeluruh pada

anak dengan sindroma nefrotik di Ruangan Anak RSUP Dr. M.Djamil

Padang.

d. Mampu melaksanaan rencana asuhan keperawatan pada anak dengan

sindroma nefrotik di Ruangan Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang.

e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan dengan sindroma nefrotik

di Ruangan Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang.

f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan sindroma nefrotik di

Ruangan Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi penulis

Untuk menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan keterampilan

keperawatan serta dapat memperoleh pengalaman nyata dalam

5

memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa sindroma

nefrotik di ruangan anak RSUP Dr. M.Djamil padang.

2. Bagi institusi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

Sebagai bahan masukan dan informasi dalam pemberian dan pelaksanaan

asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa sindroma nefrotik di

ruangan anak RSUP Dr. M.Djamil Padang.

3. Bagi institusi RSUP Dr. M.Djamil Padang

Sebagai bahan informasi bagi perawat di rumah sakit dalam memberikan

asuhan keperawatan di ruangan anak RSUP Dr. M.Djamil padang.

6

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Pengertian Sindroma Nefrotik

Sindroma nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan

oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan

karakteristik: proteinuria,  hipoproteinuria, hipoalbuminemia,

hiperlipidemia dan edema (Suryadi, 2001).

Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh

kerusakan glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap

protein plasma menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia,

hiperlipidemia dan edema. Hilangnya protein dari rongga vaskular

menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma dan peningkatan

tekanan hidrostatik yang menyebabkan terjadinya akumulasi cairan

dalam rongga interstisial dan rongga abdomen. (Cecily Betz, 2009).

2. Gambar Anatomi Ginjal

Gambar 2.1 : Anatomi Ginjal

Sumber : Syaifuddin, 2000)

6

7

a. Anatomi Ginjal

Struktur paling mendasar pada ginjal adalah nephrons. Masing-

masing ginjal memiliki satu juta struktur mikroskopis ini yang

berfungsi menyaring darah dan membuang limbah buangan.

Pembuluh darah arteri menyalurkan darah ke ginjal setiap hari, 180

liter atau 50 galon. Ketika darah memasuki ginjal, maka ia akan

disaring dan dikembalikan ke jantung melalui pembuluh darah vena.

Proses penyaringan dan pembuangan limbah dari cairan tubuh

disebut ekskresi. Tubuh mempunyai empat sistem organ yang

bertanggungjawab terhadap proses ekskresi ini. Sistem urinisasi adalah

salah satu sistem organ dalam ekskresi. Ia bertugas membuang limbah,

racun, hormon, garam, besi hidrogen, dan air yang tidak diperlukan

lagi di dalam tubuh.

Ginjal berbentuk seperti biji kacang ercis (kacang kapri), terdiri

dari 2 buah, berwarna merah tua. Panjang ginjal antara 10 - 15 cm,

beratnya sekitar 200 gram, terletak di dalam rongga perut bagian

belakang agak ke atas, sebelah kanan dan kiri ruas-ruas tulang

belakang

1) Bagian - Bagian Ginjal

Ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis

yang terdiri dari jaringan fibrus. Ginjal tebagi menjadi 3 bagian :

a. Bagian luar ginjal (Korteks Renalis)

Korteks tersusun dari sel - sel ginjal atau nefron yang berjumlah

sekitar 1 juta sel. Di dalam korteks terdapat badan malphigi

8

yang terdiri atas Glomerulus dan Kapsula Bowman. Pada

lapisan ginjal ini terjadi proses filtrasi (penyaringan darah).

b. Bagian dalam (Medulla)

Medulla berbentuk kerucut, dan merupakan tempat

berkumpulnya pembuluh darah kapiler dari Kapsula Bowman.

Dalam medulla terjadi proses reabsorbsi dan augmentasi oleh

tubulus proksimal dan tubulus distal.

c. Rongga ginjal (Pelvis)

Tempat penampungan urin sementara yang keluar dari muara

pembuluh atau saluran pengumpul.

2) Fungsi Ginjal

1. Membuang racun dan produk buangan/ limbah dari darah.

Racun di dalam darah diantaranya urea dan uric acid. Jika

kandungan kedua racun ini terlalu berlebihan, akan

mengganggu metabolisme tubuh.

2. Menjaga kebersihan darah dengan meregulasi seluruh cairan

(air dan garam) di dalam tubuh

3. Meregulasi tekanan darah. Ginjal menghasilkan enzim renin

yang bertugas mengontrol tekanan darah dan keseimbangan

elektrolisis.

4. Mengatur keseimbangan pH darah.

5. Memproses vitamin D sehingga dapat distimulasi oleh tulang

9

6. Memproduksi hormon erythropoiethin yang bertugas

memproduksi sel darah merah di tulang.

b. Fisiologi Ginjal

Menurut Syaifuddin (2000) Fungsi ginjal yaitu mengeluarkan zat-

zat toksik atau racun, mempertahankan keseimbangan cairan,

mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan

tubuh, mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain

dalam tubuh, mengeluarkan sisa metabolisme hasil akhir sari protein

ureum, kreatinin dan amoniak.

Tiga tahap pembentukan urine :

1) Filtrasi glomerular

Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada

glomerulus, seperti kapiler tubuh lainnya. Kapiler glomerulus

secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein plasma yang

besar dan cukup permiabel terhadap air dan larutan yang lebih

kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen.

Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar 25%

dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima

dari plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus

ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus

(GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula

bowman disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan

tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula

10

bowman, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus

mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan

hidrostatik filtrat dalam kapsula bowman serta tekanan osmotik

koloid darah.

2) Reabsorbsi

Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu :

non elektrolit, elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua

adalah reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat yang

sudah difiltrasi.

3) Sekresi

Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul

dari aliran darah melalui tubulus kedalam filtrat. Substansi yang

secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium

serta ion-ion hidrogen.

Pada tubulus distal, transfor aktif natrium sistem carier yang

juga terlibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular.

Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium keluar dari

cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium kedalam

cairan tubular. Jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi,

hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya. Pilihan kation

yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi cairan

ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium).

11

3. Etiologi

Menurut Nelson 2000, sebab pasti sindroma nefrotik belum

diketahui. Umumnya dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu :

a. Sindroma nefrotik bawaan, diturunkan sebagai resesif autosom atau

karena reaksi feto maternal

b. Sindroma nefrotik sekunder, disebabkan oleh penyakit infeksi,

toksisitas obat glomerulonefritis akut dan kronis, infeksi bakteri

sistemik, trombosis vena renalis, terpajan bahan kimia dan penyakit

vaskular

c. Sindoma nefrotik idiopatik, disebabkan oleh imunitas, obat-obat

imunosupresif dan fungsi limfosit yang berasal dari timus

4. Klasifikasi

Menurut Rudolph (2006) klasifikasi sindroma nefrotik yaitu sebagai

berikut:

a. Sindroma nefrotik perubahan minimal

Sindroma nefrotik perubahan minimal yaitu permeabilitas kapiler

glomerulus terhadap albumin meningkat dan peningkatan pada beban

hasil filtrasi akan melebihi kemampuan sederhana tubulus untuk

menyerap protein kembali, permeabilitas berubah secara selektif untuk

meningkatkan pengangkutan partikel yang bermuatan anion seperti

albumin di kapiler.

12

b. Sindroma nefrotik glomerulosklerosis segmental fokal

Sindroma nefrotik glomerulosklerosis segmental fokal menggambarkan

lesi yang sejumlah glomerulusnya terkena sklerosis segmental (satu

lobulus atau bagian didalam glomerulus), dengan glomerulus sisa yang

normal.

c. Sindroma nefrotik kongenital

Sindroma nefrotik kongenital mempunyai mode pewarisan resesif

autosom dan mungkin mempresentasikan suatu defek dasar pada

struktur kimia membran basalis. Gambaran histologik yang paling

mencolok adalah terjadinya dilatasi kistik nyata pada tubulus

(kebanyakan proksimal dan kortikal) disertai dengan perubahan

interstisium.

5. Patofisiologi

Patofisiologi menurut Nelson (2000) adalah:

Kelainan patogenetik yang mendasari nefrosis adalah proteinuria,

akibat dari kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus.

Mekanisme dari kenaikan permeabilitas ini belum diketahui tetapi terkait

dengan hilangnya muatan negatif glikoprotein dalam dinding kapiler.

Pada status nefrosis, protein yang hilang biasanya melebihi 2 g/24 jam

dan terutama terdiri dari albumin, hipoproteinemianya pada dasarnya

adalah hipoalbuminemia. Umumnya, edema muncul bila kadar albumin

serum turun dibawah 2,5 g/dl (25 g/L).

13

Mekanisme pembentukan edema pada nefrosis kemungkinannya

adalah bahwa edema didahului oleh timbulnya hipoalbuminemia akibat

hilangnya protein urine. Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan

tekanan onkototik plasma yang memungkinkan transudasi cairan dari

ruang intravaskular ke ruang interstisial. Penurunan volume intravaskular

menurunkan tekanan perfusi ginjal dan mengaktifkan sistem renin-

angiotensin aldosteron, yang merangsang reabsorbsi natrium di tubulus

distal. Penurunan volume intravaskular merangsang pelepasan hormon

antidiuretik yang mempertinggi reabsorbsi air dalam duktus kolektivus.

Karena tekanan onkotik plasma berkurang, natrium dan air yang telah

direabsorbsi masuk ke ruang interstisial dan memperberat edema. Pada

status nefrosis, hampir semua kadar lemak (kolesterol, trigeserida) dan

lipoprotein serum meningkat.

14

6. WOC

Sumber : Nelson (2000)

14

15

7. Tanda dan Gejala

Menurut Cecily Betz (2006) tanda dan gejala sindrpma nefrotik adalah :

a. Penurunan haluaran urine dengan urine berwarna gelap dan berbusa

b. Retensi cairan dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area genital

dan akstremitas)

c. Distensi abdomen karena edema dan terjadi edema usus yang

mengakibatkan kesulitan bernapas, nyeri abdomen, anoreksia dan diare

d. Sianosis

e. Keletihan dan intoleransi aktivitas

8. Komplikasi

Menurut Cecily Betz 2000, komplikasi sindroma nefrotik adalah:

a. Penurunan volume inta vaskular (syok hipovolemik)

b. Kemampuan koagulasi yang berlebihan (trombosis vena)

c. Gangguan pernapasan

d. Kerusakan kulit

e. Infeksi

f. Efek samping terapi steroid

g. Gagal tumbuh dan keletihan otot

9. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Cecily Betz (2006), pemeriksaan diagnostik yang dapat

dilakukan pada pasien sindroma nefrotik adalah sebagai berikut :

a. Uji Laboratorium

a) Uji Urine

16

1) Urinalisa

a) Proteinuria (dapat mencapai lebih dari 2 g/m²/hari)

b) Bentuk hialin dan granular

c) hematuria

2) Uji dipstick urine : hasil positif untuk protein dan darah

3) Berat jenis urine : meningkat palsu karena proteinuria

4) Osmolalitas urine : meningkat

b) Uji darah

1) Kadar albumin serum : menurun (kurang dari 2 g/dl

2) Kadar kolesterol serum : meningkat (dapat mencapai 450 sampai

1000 mg/dl)

3) Kadar trigliserid serum : meningkat

4) Kadar hemoglobin dan hematokrit : meningkat (hemokonsen-

trasi)

5) Hitung trombosit: meningkat (mencapai 500.000 sampai

1.000.000/µl

6) Kadar elektrolit serum: bervariasi sesuai dengan keadaan

penyakit perorangan

b. Uji Diagnostik

Biopsi ginjal (tidak dilakukan secara rutin) mengindikasikan status

glomerular, jenis sindrom nefrotik, respon terhadap penatalaksanaan

medis dan perjalanan penyakit. Evaluasi mikroskopik menunjukkan

tampilan membran basalis yang abnormal.

17

10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan terdiri atas terapi spesifik (glukokortikoid) dan

suportif (diet, diuretik, obat anti hipertensi).

a. Terapi spesifik (glukokortikoid)

Terapi glukokortikoid (steroid) telah merubah morbiditas serta

mortalitas sindroma ini sehingga membuatnya hampir spesifik. Dosis

prednison yang lazim diberikan adalah 2mg/kg/hari dibagi menjadi tiga

atau empat dosis dan diberikan setiap hari selama empat minggu. Dosis

ini kemudian dikurangi sampai 1,5mg/kg/hari yang diberikan sebagai

dosis tunggal setiap pagi selang sehari selama sekurang-kurangnya

empat minggu (Nelson, 2000).

b. Terapi suportif

a) Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Bila edema tidak berkurang

dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik yaitu

furosemid 1mg/kgBB/kali, bergantung pada beratnya edema dan

respon pengobatan.

b) Batasi asupan natrium

c) Penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena

d) Mempertahankan keseimbangan elektrolit

e) Pengobatan nyeri (untuk mengatasi ketidaknyamanan yang

berhubungan dengan edema dan terapi invasif.

f) Pemberian antibiotik (penisilin oral profilatik)

g) Terapi imunosupresif (siklofosfamid, klorambusil, atau siklosporin)

18

B. Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian

kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien

dengan menggunakan metode ilmiah dengan pendekatan proses

keperawatan tanpa mengabaikan bio, psiko, kultur, dan kultur sebagai

kesatuan yang utuh dan adapun asuhan keperawatan yang digunakan yaitu

melalui tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, implementasi

keperawatan dan evaluasi (Doengoes, E. Marilynn, et.al, 2000)

1) Identitas Klien

Di dalam identitas ada nama, umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, alamat, tgl masuk, NO. RM, Diagnosa medic, Rencana

terapi.

2) Identitas Orang tua/ Penanggung jawab

Nama, Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan, Pekerjaan/ sumber

penghasilan, Agama, Alamat, Hubungan dengan klien.

3) Keluhan Utama/ Alasan Masuk Rumah Sakit

4) Keluhan utama klien Sindroma Nefrotik biasanya mengalami edema

atau sembab pada daerah mata, dada, perut, tungkai, dan genitalia.

5) Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran (khusus untuk anak usia 0 – 5

tahun)

19

1) Prenatal care

Biasanya selama hamil tidak ada keluhan dan penyakit yang

diderita klien.

2) Natal

Biasanya bayi dilahirkan secara spontan dan aterm/ cukup

bulan

3) Post natal

Biasanya setelah kelahiran bayi tidak mengalami gangguan

apapun.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya klien pernah mengalami peningkatan berat badan

melebihi batas normal

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien mengalami pembesaran abdomen, wajah sembab,

sionasis, terjadi penambahan berat badan

d. Riwayat Kesehatan keluarga

Biasanya ada anggota keluarga menderita penyakit keturunan

seperti penyakit jantung, hipertensi dan DM

6) Riwayat Imunisasi

Biasanya anak dengan sindroma nefrotik mendapatkan imunisasi

lengkap dan imunisasi tidak lengkap

a. Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio 1

b. Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2

20

c. Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3

d. Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4

e. Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak

7) Riwayat Tumbuh Kembang

Pertumbuhan adalah perubahan secara psikologis sebagai hasil

dari kematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal

pada anak sehat dalam waktu tertentu. Contohnya bertambah tinggi.

Sedangkan perkembangan adalah proses kematangan fungsi-fungsi

non fisik. (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009)

Biasanya pertumbuhan dan perkembang anak dengan sindroma

nefrotik terganggu karena distensi abdomen,anoreksia dan diare.

Perkembangan bayi 3 – 6 bulan:

(1) Menegakkan kepala pada saat telungkup (MK)

(2) Meraih benda yang terjangau (MI)

(3) Menengok ke arah sumber suara (BBK).

(4) Mencari benda yang dipindahkan (BM).

Perkembangan bayi 6 – 9 bulan:

(1) Ketika didudukkan dapat bertahan dengan kepala tegak (MK).

(2) Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain (MH).

(3) Tertawa/berteriak melihat benda menarik (BBK).

(4) Makan biskuit tanpa dibantu (BM)

1) Tahap pertumbuhan dan perkembangan anak usia pra sekolah.

a) Bayi baru lahir – 1 tahun.

Perkembangan bayi 0-3 bulan:

21

(1) Dapat menggerakkan kedua lengan dan kaki sama

mudahnya (motorik kasar = MK).

(2) Bereaksi dengan melihat ke arah sumber cahaya (Motorik

Halus = MH).

(3) Mengoceh dan bereaksi terhadap suara (Bicara, Bahasa,

Kecerdasan = BBK).

(4) Bereaksi terhadap senyum terhadap ajakan (Bergaul dan

mandiri = BM).

Perkembangan bayi 3 – 6 bulan:

(1) Menegakkan kepala pada saat telungkup (MK)

(2) Meraih benda yang terjangkau (MH)

(3) Menengok ke arah sumber suara (BBK).

(4) Mencari benda yang dipindahkan (BM).

Perkembangan bayi 6 – 9 bulan:

(1) Ketika didudukkan dapat bertahan dengan kepala tegak

(MK).

(2) Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain

(MH).

(3) Tertawa/berteriak melihat benda menarik (BBK).

(4) Makan biskuit tanpa dibantu (BM).

Perkembangan bayi 9 – 12 bulan:

(1) Berjalan dengan berpegangan (MK).

(2) Dapat meraup benda-benda kecil (MH).

22

(3) Mengatakan 2 suku kata yang sama (BBK).

(4) Bereaksi terhadap permainan cilukba (BM).

a. Motorik kasar

1) Loncat tali

2) Badminton

3) Memukul

4) Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan

berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama dan

keleluasaan.

b. Motorik halus

1) Menunjukkan keseimbangan dan koordinasi mata dan

tangan

2) Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat

model dan bermain alat musik.

c. Kognitif

1) Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi

2) Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam

pemecahan masalah

3) Dapat mengembalikan cara kerja dan melacak urutan

kejadian kembali sejak awal

4) Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang

akan datang

23

d. Bahasa

1) Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak

2) Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata

sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan

3) Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal

4) Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan

8) Riwayat Nutrisi

a. Pemberian ASI

Biasanya saat diberikan ASI 2 jam setelah bayi lahir.

b. Pemberian susu formula

Biasanya anak diberi susu formula jika ASI kurang.

c. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

Biasanya ASI eksklusif selama 6 bulan dan makanan tambahan

lewat dari 6 bulan.

9) Riwayat Psikososial

Biasanya pasien mengalami ansietas, ketakutan, perasaan tak berdaya

dan depresi.

10) Riwayat Spritual

Biasanya anak-anak belum terlalu mengerti tentang kepercayaan yang

dianut. Anak-anak hanya mengikuti dari orang tua.

11) Reaksi Hospitalisasi

Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit.

a) Mengapa ibu membawanya ke RS

b) Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap

rasa nyeri

24

c) Selalu ingin tahu alasan tindakan

d) Berusaha independen dan produktif

Reaksi orang tua

1) Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur,

pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan

2) Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan

pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah sakit

12) Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

a) Tingkat kesadaran : Compos Metis

b) Berat badan : Meningkat karena retensi cairan dan edema berat.

c) Tinggi badan :tidak sesuai dengan berat badan

b. Tanda-Tanda Vital

c. Kepala

a) Rambut : Rambut anak dengan syndrome nefrotik

biasanya tidak rontok

b) Wajah : Wajah anak dengan syndrome nefrotik biasanya

tampak moonface (edema facialis)

c) Mata : Mata anak dengan syndrome nefrotik biasanya

terdapat edema disekitar mata

d) Hidung : Hidung anak dengan syndrome nefrotik

biasanya anak mengalami kesulitan bernapas

e) Bibir : Bibir anak dengan syndrome nefrotik biasanya

Sianosis

25

f) Gigi : Tidak ada caries

g) Lidah : Lidah anak dengan syndrome nefrotik biasanya

lidah tidak tampak pucat

d. Leher

Tidak ada pembesaran vena jugularis dan JVP

e. Dada / Thorax

a) Inspeksi : Thorax simetris

b) Palpasi : Fremitus paru kiri dan kanan sama

c) Perkusi : Terdengar sonor

d) Auskultasi : Suara napas terdengar vesikuler

f. Jantung

a) Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

b) Palpasi : Ictus cordis teraba

c) Perkusi : Terdengar bunyi sonor

d) Auskultasi : Irama jantung teratur

g. Perut / Abdomen

a) Inspeksi : Terjadi pembesaran abdomen

b) Auskultasi : Bising usus (+)

c) Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar

d) Perkusi : Tidak ada bunyi pekak / redup

h. Genitourinaria

Terjadi edema pada genitalia

26

i. Ekstremitas

Terjadi edema pada seluruh tubuh sehingga terjadi intoleransi

aktivitas

j. Sistem Integumen

Klien berisiko tinggi mengalami kerusakan integritas kulit

k. Sistem Neurologi

Klien dengan sindroma nefrotik mengalami letargi

13) Data Pola Kebiasaan sehari-Hari

1. Nutrisi

Makanan : Klien mengalami gangguan makan karena distensi

abdomen

Minuman : Klien sedikit minum karena terjadi retensi cairan

dengan edema berat

2. Eliminasi

a) Miksi : Terjadi penurunan haluaran urin

b) Defekasi : Frekuensi tidak ada masalah

3. Istirahat dan Tidur

Klien mengalami gangguan pola tidur dikarenakan kecemasan

terhadap penyakitnya.

4. Aktivitas Sehari-Hari dan Perawatan Diri

Klien mengalami intoleransi aktivitas. Klien mampu menjaga

kebersihan diri.

27

5. Data Sosial Ekonomi

Biasanya klien yang mengalami sindroma nefrotik berasal dari

kalangan ekonomi menengah kebawah dan kalangan menengah

keatas. Penyakit sindroma nefrotik ini tidak dikarenakan makanan

yang dikonsumsi mengandung zat gizi yang sesuai dengan tumbuh

kembang anak.

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

Menurut Ismail (2012) diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis

tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap proses

kehidupan atau masalah kesehatan aktual atau resiko dan kemungkinan

membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.

Adapun diagnosa yang muncul pada pasien dengan sindroma

nefrotik menurut (Wong, 2003) adalah :

a. Kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan akumulasi cairan

dalam jaringan

b. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema,

penurunan pertahanan tubuh

c. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kehilangan nafsu makan

d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan

28

3. Intervensi

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan

aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan

dan mencegah masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut

perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas, diagnosa

keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi

dan merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.

a. Diagnosa No.1

Kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan akumulasi cairan

dalam jaringan (Wong, 2003)

Tujuan : Balance cairan terpenuhi

Kriteria Hasil : Tidak menunjukkan adanya tanda-tanda akumulasi cairan

Rencana Tindakan :

a) Atur masukan dan pengeluaran cairan dengan cermat sehingga anak

tidak mendapatkan lebih dari jumlah yang ditentukan

Rasional : Pengaturan masukan cairan yang cermat dapat mengetahui

keseimbangan cairan

b) Rencanakan pemenuhan kebutuhan cairan secara adekuat

Rasional : Membantu menghindari periode tanpa cairan

c) Catat asupan dan haluaran secara adekuat

Rasional : Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan

penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan

29

d) Timbang berat badan tiap hari

Rasional : Penimbangan berat badan harian adalah pengawasan status

cairan terbaik. Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg/hari diduga

ada retensi cairan

e) Auskultasi paru dan bunyi jantung

Rasional : Kelebihan cairan dapat menimbulkan edema paru dan GJK

dibuktikan oleh terjadinya bunyi napas tambahan dan bunyi jantung

ekstra

f) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi diuretik,

disuntik didalam tubuh (furosemid) sesuai indikasi

Rasional : meningkatkan volume urine adekuat

b. Diagnosa No.2

Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema,

penurunan pertahanan tubuh

Tujuan : Pasien mampu mempertahankan integritas kulit

Kriteria Hasil : Kulit anak tidak menunjukkan kemerahan atau iritasi

Rencana Tindakan :

a) Pantau intake dan output selama 24 jam

Rasional : Pengaturan masukan cairan yang cermat dapat mengetahui

balance cairan

b) Berikan lotion untuk perawatan kulit

Rasional : Untuk menjaga kelembaban kulit agar kulit tidak kering

c) Hindari pakaian yang ketat

30

Rasional : Pakaian yang ketat dapat menyebabkan area tubuh tertekan

sehingga dapat mengurangi integritas kulit

d) Ubah posisi dengan sering

Rasional : Memperbaiki sirkulasi yang mengganggu aliran darah

e) Gunakan tempat tidur atau matras penurun tekanan sesuai kebutuhan

untuk mencegah ulkus

Rasional : menurunkan tekanan pada kulit, dapat memperbaiki

sirkulasi

f) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat topikal

Rasional : Obat topikal dapat mengurangi kerusakan pada kulit

c. Diagnosa No.3

Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kehilangan nafsu makan

Tujuan : Pasien mendapatkan nutrisi yang optimal (adekuat)

Kriteria Hasil :

a) Pasien mengkonsumsi jumlah makanan bernutrisi yang adekuat

b) Mempertahankan / meningkatkan berat badan sesuai dengan umur

c) Bebas edema

Rencana Tindakan :

a. Kaji / catat pemasukan diet

Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi dan kebutuhan diet

b. Batasi natrium, kalium dan pemasukan fospat sesuai indikasi

Rasional : pembatasan elektrolit diperlukan untuk mencegah

kerusakan ginjal lebih lanjut

31

c. Berikan perawatan mulut dengan larutan cairan asam asetat 25%

Rasional: perawatan mulut menyejukkan dan membantu

menyegarkan rasa mulut yang sering tidak nyaman pada uremia dan

membatasi pemasukan oral. Pencucian dengan asam asetat membantu

menetralkan amonia yang dibentuk oleh perubahan urea

d. Beri makanan dalam porsi sedikit tapi sering

Rasional : meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan

status uremik / menurunnya peristaltik

e. Awasi pemeriksaan laboratorium (BUN, albumin serum, transferin,

natrium dan kalium)

Rasional : Indikator kebutuhan nutrisi, pembatasan dan kebutuhan /

efektivitas terapi

d. Diagnosa No.4

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan

Tujuan : Anak mampu menunjukan peningkatan kepercayaan diri

Kriteria Hasil :

a) Anak mendiskusikan perasaannya kepada orang tua

b) Anak mengikuti aktivitas yang sesuai dengan kemampuannya

Rencana Tindakan :

a) Bina hubungan terapeutik antara perawat dengan klien

Rasional : Dengan hubungan terapeutik yang baik dapat membantu

pasien untuk mulai mempercayai, mencoba pemikiran dan perilaku

baru

32

b) Biarkan pasien menggambarkan dirinya sendiri

Rasional : Memberikan kesempatan mendiskusikan persepsi pasien

tentang diri / gambaran diri dan kenyataan situasi individu

c) Beri respon terhadap kenyataan bila pasien membuat pernyataan tak

realistis

Rasional : Pasien menuangkan aspek situasi psikologis sendiri dan

sering menyatakan rasa ketidakadekuatan dan depresi

d) Bantu pasien membuat tujuan untuk diri sendiri dan membuat

rencana yang dapat diatur untuk mencapai tujuan tersebut

Rasional : Pasien perlu untuk mengenal kemampuan mengontrol area

lain dalam hidup dan perlu untuk belajar keterampilan pemecahan

masalah untuk meningkatkan kontrol ini. Penyusunan tujuan nyata

membantu mengembangkan kesuksesan

e) Libatkan klien dalam program pengembangan kepribadian (terapi

bermain)

Rasional : Belajar metode peningkatan keterampilan diri dapat

meningkatkan harga diri / gambaran diri.

f) Konsultasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit rendah garam

Rasional : Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi sesuai dengan usia, berat badan, ukuran tubuh,

keadaan penyakit

g) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian lasix

Rasional : Lasix berfungsi untuk menarik cairan dari tubuh sehingga

meminimalkan edema

33

e. Diagnosa No.5

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan

Tujuan : Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi

kebutuhan perawatan diri sendiri

Kriteria Hasil : Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat

diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.

Rencana Tindakan :

a) Periksa tanda-tanda vital sebelum dan setelah melakukan aktivitas

Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena

efek obat, perpindahan cairan atau pengaruh fungsi jantung

b) Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi,

disritmia, dispnea, berkeringat dan pucat

Rasional: Penurunan/ ketidakmampuan miokardium untuk

meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas, dapat

menyebabkan peningkatan segera pada frekurnsi jantung dan

kebutuhan oksigen, juga kelelahan dan kelemahan

c) Kaji presipitator / penyebab kelemahan contohnya pengobatan

Rasional : Kelemahan adalah efek samping beberapa obat (beta

bloker)

d) Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas

Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung

daripada kelebihan aktivitas

e) Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi.

Selingi periode aktivitas dengan periode istirahat

34

Rasional: pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa

mempengaruhi stress miokard / kebutuhan oksigen berlebihan.

f) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi bermain pada anak

yang dapat meminimalkan cedera pada anak

Rasional : Aktivitas ringan dapat mengurangi jumlah energi yang

keluar sehingga anak tidak lebih aktif

(Doenges Marilynn, 2000)

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tahap pelaksanaan terhadap pelaksanaan terhadap

rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat

bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah

dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan keterampilan

interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan

efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan

fisik dan psikologis.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan, dimana

evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerusdengan

melibatkanpasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.

Tujuan dari evaluasi keperawatan ini adalah untuk menilai apakah

tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan

melakukan pengkajian ulang.