bab i laporan magang.docx

Upload: friskapiesesha

Post on 12-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

18

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPerempuan merupakan benteng utama dalam keluarga. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dimulai dari peran perempuan dalam memberikan pendidikan kepada anak anaknya sebagai generasi penerus bangsa. Peranan perempuan dalam pendidikan demikian besar dan merupakan aset sekaligus problematika di bidang ketenagakerjaan. Dengan mengelola potensi perempuan melalui bidang pendidikan dan pelatihan maka diharapkan ke depan potensi tenaga kerja perempuan akan semakin menempati posisi yang lebih baik dan terhormat untuk mampu mengangkat derajat bangsa. (Chaerunnisa Ade, 2013) Fertilitas (Kelahiran) Fertilitas sebagai istilah demografi, diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Natalitas mempunyai arti yang sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas menyangkut peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia. Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas(kematian) karena seorang wanita hanya meninggal sekali, tetapi dapat melahirkan lebih dari seorang bayi. Kompleksnya pengukuran fertilitas ini karena kelahiran melibatkan dua orang (suami dan istri), sedangkan kematian hanya melibatkan satu orang saja (orang yang meninggal). tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya, seorang wanita yang telah melahirkanseorang anak, tidak berarti resiko melahirkan dari wanita tersebut menurun. Seseorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut.Menurut sri rumini dan siti sundari 2004 masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk untuk memamasuki masa dewasa. WHO mendefinisikan remaja bila anak memasuki usia 10-19 tahun sedangkan menurut UU Perburuhan, ank dianggap remaja apabila telah mencapai 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal sendiri. Dalam survei sosial ekonomi nasional, usia dikelompokan menggunakan interval 5 tahun sehingga berdasarkan penggolongan usia remaja menurut WHO dan UU Perburuhan usia 15-19 tahun adalah usia remaja.Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan khawatir karena terjadi peningkatan pernikahan usia dini di perkotaan. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, perempuan usia 15-19 tahun yang menikah di perkotaan meningkat jadi 32%. Bila dibandingkan dengan lima tahun lalu, persentase pernikahan dini di perkotaan 26% dari total populasi kelompok usia tersebut. Fenomena ini justru berbanding terbalik dengan yang terjadi di pedesaan, dimana pada tahun 2012 yang lalu angka pernikahan dini menurun menjadi 58% jika dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya yaitu 2007 yang mencapai angka 61%. Pernikahan usia muda biasanya akan berujung pada perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, dan banyak lagi permasalahan lainnya. Pernikahan dini juga turut menjadi faktor penyumbang tinggi angka kematian ibu akibat persalinan yang terlalu muda.Meningkatnya angka seks pranikah juga menyumbangkan angka kehamilan yang tinggi pada kelompok remaja perempuan usia 15-19 tahun, usia yang sangat rentan untuk seorang perempuan mengandung atau melahirkan. Karena melahirkan atau melakukan proses persalinan dibawah usia 20 sangatlah membahayakan bagi seorang perempuan, karena di masa itu tingkat emosionalnya masih labil dan organ reproduksinya juga belum siap untuk melahirkan atau bereproduksi. Ini juga yang menjadi penyebab tingginya angka kematian ibu saat melahirkan. Disinilah peran serta orang tua dan juga masyarakat sangat diperlukan untuk menekan angka pernikahan diusia dini, para remaja juga juga diharapkan dapat merencanakan masa depan mereka dengan baik sebelum melangsungkan pernikahan. (Ramadhan H., 2013)1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana Tren Perkawinan perempuan remaja di Propinsi Jawa Timur tahun 2008-20132. Bagaimana Tren Fertilitasperempuan remaja di Propinsi Jawa Timur1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan Umum1. Mengetahui gambaran perkawinan perempuan remaja di Kabupaten Gresik tahun 2008-20132. Mengetahui gambaran fertilitas perempuan remaja di Kabupaten Gresik tahun 2008-2012

1.3.2 Tujuan Khusus1. Mengetahui Jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Gresik tahun 2008-20122. Mengetahui jumlah penduduk perempuan remaja di Kabupate Gresik tahun 2008-20123. Mengetahui status perkawinan penduduk perempuan remaja di Kabupaten Gresik tahun 2008-20124. Megetahui jumlah Anak Lahir Hidup dan Anak masih hidup penduduk perempuan remaja di Kabupaten Gresik 2008-20121.4 Manfaat 1. Bagi MahasiswaMemperluas wawasan dalam mengaplikasikan bidang statistika sosial khususnya analisis dalam bidang kesehatan.2. Bagi Instansi terkaitSebagai masukan bagi instansi terkait mengenaik tren perkawinan dan fertilitas pada perempuan remaja di Kabupaten Gresik tahun 2008-2012 sehingga dapat digunakan sebagaidasar untuk membuat program selanjutnya.3. Bagi MasyarakatSebagai informasi yang dapat meningkatkan pengetahuanmasyarakat mengenai tren dan fertilitas pada remaja di Kabupaten Gresik.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian RemajaRemaja berasal dari asal kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atu tua.Menurut Nancy pardede dalam tumbuh kembang anak dan remaja mengenai umur kronologis berapa seorang anak dapat dikatakan remaja, masih terdapat berbagai pendapat :1. Buku-buku pediatri pada umumnya mendefinisikan remaja apabila telah mencapai umur 10-18 tahununtuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki2. WHO mendefinisikan remaja bila anak mencapai umur 10-19 tahun3. Menurut UU no4 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahundan belum menikah4. Menurut UU Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal sendiri.5. Menurut UU perkawinan no 1 1974, anak dianggap sudah remaja apabila sudah cukup matang untuk menikah yaitu 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.6. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengaggap remaja bila sudah berusia 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus dari Sekolah menengah.Masa remaja berlanggsung melaui 3 tahapan yang masing-masing ditandai dengan isu-isu biologik, psikologik dan sosial, yaitu : masa remaja awal (10-14 tahun), menengah (15-16) dan akhir (17-20 tahun) tetapi monks, knoers, dan haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian yaitu masa pra remaja 10-12 thaun, masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 18-21 tahun (deswita, 2006)Menurut WHO pembagian-pembagian usia dapat digolongkan sebagai berikut :1. Menurut tingkat kedewasaan : 0-14 tahun : bayi dan anak-anak, 15-49 tahun : orang muda dan dewasa, .50 tahun: orang tua.2. Interval 5 tahun : , 1 tahun, 1-4 tahun, 5-9 tahun, 10-14 tahun dan sebagainya.3. Untuk memepelajari penyakit anak: 0-4 bulan, 5-10 bulan, 11-23 bulan, 2-4 tahun, 5-9 tahun, 10-14 tahun.Sedangkan untuk Badan Pusat statistik Jawa Timur sendiri menggolongkan usia berdasarkan interval lima tahun serta berdasarkan usai produktif yaitu 15-64 tahun dan 0-14 tahun dan 65 tahun sebagai usia tidak produktif. Tidak ada penggolongan usia remaja secara khusus.Seperti yang dikemukakan oleh calon (dalam monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena masa remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.Menurut Sri Rumini & Siti sundari (2004), masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa.Sedangkan menurut Zakiah Derajat (1990), remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.Dalam hal ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan maupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh santrock (2003) bahwa remaja diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan emosional.2.2 Perkawinan dan Faktor-Faktor yang MempengaruhinyaBagi semua warga negara , perkawinan mereka diatur dalam UU No 01 tahun 1974 tentang perkawinan, yang berlaku secara efektif sejak di keluarkannya PP No.09 tahun 1975 tentang pelaksanaan UU No. 01 tahun 1974. Dalam pasal 2 ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa ;(1). Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu. (2). Tiap tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam penjelasan umum undang-undang tersebut disebutkan sebagi berikut : Dalam undang-undang ini dinyatakan bahwa suatu perkawinnan adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum masing- masing agamanya dan kepercayaannya, dan disamping itu tiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pencatatan perkawinan adalah sama halnya dengan pencatatan peristiwa penting dlam kehidupan seseorang misalnya kelahiran, kematian yang dinyatakan dalam surat-surat keterangan, suatu akta resmi yang dimuat dalam daftar pencatatan.Berdasarkan uraian diatas, dapat dipahami bahwa pencatatan perkawinan bukanlah merupakan syarat atau rukun akad perkawinan, ia dipandang sah apabila telah dilaksanakan menurut hukum masing-masing agamanya, hanya saja menurut undang-undang perkawinan di Indonesia pencatatan itu mempunyai peranan yang menentukan diakui atau tidaknya suatu perkawinan oleh negara. Disamping itu ketentuan undang-undang tersebut merupakan tindakna antisipatif terhadap kemungkinan-kemungkinan yang diinginkan dikemudian hari, seperti kejelasan status anak. (Nasihudin, 2010)

2.3 Fertilitas dan faktor-faktor yang mempengaruhinyaFertilitas dan kelahiran merupakan salah satu faktor penambah jumlah penduduk disamping migrasi masuk, fertilitas dapat diartikan sebagai kemampuan seorang wanita untuk menghasilkan kelahiran hidup. Konsep fertilitas hanya menghitung jumlah bayi yang lahir hidup.Menurut hatmadji dalam dasar-dasar Demografi (1991) fertilitasa sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dariseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Terdapat empat faktor penentu fertilitas yaitu :1. Tempat tinggal wanitaMenurut hadmadji, fertilitas di pedesaan (khususnya di jawa) sedikit lebih tinggi daripada di kota2. Tingkat PendidikanMakin tinggi tingkat pendididkan yang dimiliki oleh wanita, makin rendah fertilitasnya3. Umur Perkawinan PertamaSejalan dengan pemikiran bahwa makin muda seseoranga melakukan perkawinan makin panjang masa reproduksinya maka dapat disimpulkan makin muda seseorang melangsungkan perkawinannya diharapkan banyak anak yang dilahirkan , jadi hubungan anatara umur perkawinan dan fertilitas adalah negatif.4. Pengalaman BekerjaWanita yang mengurus rumah tangga saja cenderunng mempunyai anak lebih banyak sedangkan wanita yang bekerja mempunyai anak yang lebih sedikit.Faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas yaitu pemakaian alat kontrasepsi, perkawinan, hubungan suami istri, masa tidak haid setelah melahirkan, dan mati haid.Perkawinan merupakan indikasi utama dari kemungkinan untuk hamil oleh karenanya sangat penting dalam mempelajari pola fertilitas. Dalam masyarakat yang umur perkawinan pertamanya rendah ,wanita cenderung untuk mulai mempunyai anak pada umur yang rendah pula, dan mempunyai fertilitas yang tinggi (SDKI,2007)2.4 Hubungan Perkawinan dan FertilitasHubungan antara perkawinan dan fertilitas dapat dilihat dari proses biologis wanita, dalam proses biologis seorang wanita, melahirkan merupakan hal yang terus-menerus berulang kali sampai dengan masa menopause, biasanya pada umur 45-49 tahun.Sejak seorang wanita menjadi dewasa dan melangsungkan perkawinan kemudian mempunyai anak akan selalu melalui proses tersebut karena dinegara kita jarang terjadi kelahiran tanpa perkawinan.

2.5 Status Perkawinan dan Fertilitas pada Perempuan RemajaMenurut Ilyas (2008), pernikahan di usia remaja dan masih di bangku sekolah bukan sebuah penghalang untuk meraih prestasi yang lebih baik, bahwa usia bukan utama untuk menentukan kesiapan mental dan kedewasaan seseorang bahwa menikah bisa menjadi solusi alternatifuntuk mengatasi kenakalan kaum remaja yang kian tak terkendali. Menikah di usia dini tidak menghambat studi, bahkan justru bisa menjadi motifasi untuk meraih puncak prestasi yang lebih cemerlang pernikahan dini juga sangat baik untuk pertumbuhan emosi dan mental, sehingga akan lebih mungkin mencapai kematangan yang puncak. (M.Fauzil Adhim,2002)Bahkan menurut Abraham M. Maslow, menikah di usia 20 tahun, orang yang menikah di usia dini. terdapat beberapa resiko, khususnya berkaitan dengan hubungan perkawinan dan fertilitas perempuan remaja. usia wanita saat perkawinan pertama dapat mempengaruhi resiko melahirkan. Semakin muda usia saat perkawinan pertama semakin besar resiko yang dihadapi bagi keselamatan ibu maupun anak, hal ini sebabkan belum matangnya alat-alat reproduksi wanita untuk hamil dan melahirkan atau belum siap mental dalam berumah tangga. Demikian pula sebaliknya, semakin tua usia saat perkawinan pertama semakin tinggi resiko yang dihadapi dalam masa kehamilan atau melahirkan karena adanya penurunan kesehatan alat-alat reproduksi. Menurut Bagazi (2011) dalam PAB Indonesia, biasanya risiko kehamilan pada ibu yang usianya terlalu muda timbul karena belum siapnya calon ibu yang melahirkan membuat kontraksi selama proses persalinan tidak berjalan lancar sehingga biasanya operasi cesar menjadi jalan keluarnya.Sedangkan secara fisik, organ reproduksi calon ibu usia muda belum cukup matang untuk menanggung beban kehamilan, bagian panggul juga belum cukup berkembang sehingga biasanya mengalami kelainan letak janin. Kemungkinan komplikasi lainya adalah keracunan kehamilan atau preeklamsia dan kelainan letak plasenta yang dapat menyebabkan perdarahan selama persalinan.Dalam survei demografidan kesehatan Indonesia 2007 (SDKI 2007) disebutkan bahwa umumnya wanita yang menikah pada usia muda mempunyai waktu yang lebih panjang beresiko untuk hamil. Pada masyarakat yang kebanyakan wanitanya melakukan perkawinan pertama pada umur muda, angka kelahirannya juga lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang melakukan perkawinan pertama kali pada usia lebih tua.

BAB IIIMETODE KEGIATAN

3.1 Lokasi MagangLokasi pelaksanaan magang dilaksanakan di Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik

3.2 Waktu MagangKegiatan magang dilaksanakan selama satu bulan mulai tanggal 17 Februari sampai dengan 14 Maret 2014, masuk setiap hari Senin sampai Jumat mulai pukul 07.30 15.30 WIB.

3.3 Metode pelaksanaan Kegiatan Dalam pelaksanaan kegiatan magangdi BPS Kabupaten Gresik metode yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :1. Observasi, yaitu melaksanakan peninjauan dan pengamatan tentang pelaksanaan suatu kegiatan.2. Partisipasi, yaitu ikut aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh BPS Kabupaten Gresik

3.4 Metode Pengumpulan DataData yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008-2009

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penduduk di Jawa TimurData kependudukan merupakan salah satu informasi yang diperlukan dalam proses pembangunan, mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap evaluasi terhadap hasil pembangunan itu sendiri. Beberapa masalah kependudukan yang perlu diperhatikanantara lain mencakup jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk.Sumber : Survey Sosial Ekonomi Nasional Jawa Timur 2008-2012Gambar 4.1 Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan Jawa Timur Tahun 2008-2012

Gambar 4.1 menunjukkan pada tahun 2008-20012 jumlah penduduk Jawa Timur menurut perbandingan jenis kelamin, jumlah penduduk peremuan lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki-laki. Walaupun penduduk perempuan di tahun 2010 sempat mengalami penurunan yaitu 18.996.798 jiwa dari sebelumnya pada tahun 2009 yaitu 19.020.440 jiwa. Dan pada tahun 2011 hingga 2012 pendudduk perempuan mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2011 sebanyak 19.048.091 jiwa dan pada 2012 menjadi 19.182.286 jiwa. Ini menunjukan bahwa angka harapan hidup perempuan lebih tinggi dibanding angka harapan hidup laki-laki. Dengan demikian dapat pula diartikan bahwa tingkat kesehatan ataupun daya tahan tubuh penduduk laki-laki lebih rentan dibandingkan penduduk perempuan. Hal ini bisa dipengaruhi dari gaya/pola hidup penduduk laki-laki yang berbeda dengan penduduk perempuan, yaitu jumlah penduduk laki-laki yang merokok atau mengkonsumsi minuman keras peluangnya lebih besar dibanding penduduk perempuan, pola makan yang tidak sehat dan seimbang dapat menjadi pemicu lebih rendahnya AHH pada laki-laki.

4.1.1 Penduduk Remaja di Jawa TimurJumlah penduduk remaja di Jawa Timur tahun 2008-2012 berkisar antara 7 persen pertahun dari seluruh penduduk berdasarkan perbandingan jenis kelamin.

Sumber : Survey Sosial Ekonomi Nasional Jawa Timur 2008-2012Gambar 4.2 Jumlah Penduduk Remaja Timur Tahun 2008-2012Berdasarkan hasil SUSENAS 2008-2012 yang di gambarkan pada grafik 4.2 dapat diketahui bahwa di Jawa Timur jumlah perempuan 15-19 tahun dari tahun 2008-2009 mengalami peningkatan Pada tahun 2008 penduduk perempuan remaja sebanyak 1.281.627 jiwa pada 2009 sebanyak 1.331.430 jiwa kemudian di tahun 2010-2012 mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2010 sebanyak 1.337.158 jiwa, tahun 2011 1.394.320 jiwa dan pada tahun 2012 sebanyak 1.442.507 jiwa. Walaupun jumlah penduduk remaja laki-laki Jawa Timur lebih banyak dari pada remaja perempuan yang berbanding terbalik dengan jumlah penduduk Jawa Timur berdasarkan jenis kelamin yang menjadi presentase terbanyak adalah penduduk perempuan. Namun jumlah penduduk remaja perempuan di Jawa Timur dari tahun 2008-2012 selalu mengalami peningkatan.Bedasarkan tabel 4.2 Dalam data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Jawa Timur di bagian fertilitas dan keluarga berencana (KB), pengelompokkan usia dilakukan berdasarkan interval lima tahun yaitu 15-19, 20-24, 25-29 dan seterusnya. Oleh karena itu didukung definisi remaja dan penggolongan umur remaja tersebut maka usia 15-19 tahun dapat dikatakan sebagai usia remaja. Dari hasil Survey Ekonomi Sosial Nasional Jawa Timur angka penduduk perempuan remaja dari tahun 2008-2012 adalah 1.281.627-1.442.507 jiwa. Walaupun jumlah penduduk remaja perempuan lebih rendah dari penduduk remaja laki-laki selama lima tahun, semenjak 2008-2012 yaitu 1.417.391-1.454.659 jiwa rendahnya jumlah penduduk perempuan remaja di bandingkan jumlah penduduk remaja laki-laki bisa disebabkan karena faktor mortalitas, migrasi maupun urbanisasi. Banyak perempuan remaja yang pergi ke luar negeri atau urbanisasi ke kota besar di luar Propinsi Jawa Timur, untuk mendapatkan penghidupan yang lebih layak baik mencari pekerjaan di kota besar maupun menjadi tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri. Selain itu faktor lainnya yang menarik para perempuan remaja melakukan migrasi kemungkinan besar adalah kesempatan memperoleh pendidikan lebih tinggi dan lebih baik. Lebih rendahnya jumlah penduduk remaja perempuan di bandingkan penduduk remaja laki-laki dipengaruhi juga oleh faktor kematian (mortalitas)4.3 Status Perkawinan Penduduk perempuan remaja di Jawa TimurStatus perkawinan penduduk perempuan dapat dilihat dari data Survey Sosial Ekonomi Nasional Propinsi Jawa Timur 2008-2012 yaitu berupa penduduk perempuan berstatus kawin maupun pernah kawin.

Sumber : Survey Sosial Ekonomi Nasional Jawa Timur 2008-2012Grafik 4.3 Jumlah Penduduk Perempuan Remaja Pernah Kawin di Propinsi JATIMBerdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional tahun 208-2012 pada grafik 4.3 dapat dilihat bahwa sebanyak lebih dari 2 persen penduduk perempuan remaja di Jawa Timur berstatus menikah pada tahun 2008 jumlah penduduk perempuan remaja di jawatimur berstatus pernah kawin sebanyak 33.194 Jiwa kemudian 2009 meningkat menjadi 38.078 jiwa, terjadi penurunan di tahun 2010 menjadi 35.835 jiwa. Pada tahun 2011-2012 terjadi peningkatan yaitu 39.589 jiwa menjadi 41.832 jiwa.Pernah kawin pada remaja perempuan adalah dimana perempuan remaja usia 15-19 tahun yang pada saat pencacahan status perkawinanmya kawin, cerai hidup atau cerai mati. Dari grafik 4.3 terjadi peningkatan jumlah perempuan remaja yang perna kawin pada tahun 2011-2012 sedangkan pada tahun 2010 mengalami sedikit penurunan menjadi 35.835 jiwa.Menurut nasihudin (2010), perkawinan dianggap sah apabila sudah dilaksanakan menurut hukum masing-masing agamanya, dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional status perkawinan menjadi 4, yaitu:a. Belum kawin adalah mereka yang belum mempunyai yang mempunyai istri (bagi laki-laki) belum mempunyai suami (bagi perempuan) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama atau berpisah.b. Kawin : adalah mereka yang mempunyai istri (bagi laki-laki) atau suami (bagi perempuan) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah. Dalam hal ini tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainnya), tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap suami istri.c. Cerai hidup : adalah mereka yang berpisah sebagai suami istri karena bercerai dan belum kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku cerai walaupun belum resmi secara hukum. Sebaliknya tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin. Wanita yang mengaku belum pernah kawin tetapi pernah hamil, dianggap cerai hidup.d. Cerai mati : adalah mereka yang ditinggal mati oleh suami atau istrinya dan belum kawin lagiPada tabel 4.3 Terjadinya peningkatan usia perkawinan remaja perempuan di Propinsi Jawa Timur pada tahun 2011-2012 ini bisa disebabkan karena beberapa faktor. Menurut abdurahman dalam dasar-dasar demografi (1981), perkawinan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor demografi seperti umur, asal daerah, dan faktor yang menjadi penunjang antara lain kondisi ekonomi dan pendidikan. Pernikahan pada usia remaja pada perempuan dapat meningkatkan angka kelahiran, karena wanita cenderung untuk mulai mempunyai anak pada umur yang rendah dan mempunyai fertilitas yang tinggi.4.3.1 Tren Fertilitas Perempuan Remaja di Provinsi Jawa TimurRata-rata Anak yang Dilahirkan Hidup per Perempuan Remaja dan Rata-rata Anak yang Masih Hidup per Perempuan RemajaTingkat fertilias pada penduduk perempuan bisa dilihat dari jumlah rata-rata Anak Lahir maupun jumlah rata-rata anak masih Hidup per perempuan usia remaja.

Grafik 4.4 Jumlah rata-rata ALH dan rata-rata AMH Perempuan Remaja Propinsi Jawa TimurDari grafik 4.4 dapat dilihat Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional jawa Timur pada tahun 2008-2012, rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup untuk penduduk perempuan remaja dan rata-rata jumlah anak masih hidup per perempuan remaja Jawa Timur pada tahun 2008-2012 yaitu :

TahunRata-rata Anak yang Dilahirkan Hidup per Perempuan RemajaRata-rata Anak yang Masih Hidup per Perempuan Remaja

20080,070,06

20090,070,07

20100,070,06

20110,060,06

20120,380,37

Jumlah rata-rata anak lahir hidup pada peremuan remaja jatim pada tahun 2008, 2010, 2011 jika di bandingkan dengan rata-rata anak lahir masih hidup per perempuan remaja terjadi penurunan sebanyak 0,01% sedangkan pada tahu 2009 dan 2012 tidak terjadi penurunan antara jumlah rata-rata anak dilahirkan hidup per perempuan remaja dengan jumlah anak masih hidup perperempuan remaja.Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional pada tahun 2008-2012, rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup per penduduk perempuan remaja di tahun 2008, 2010, dan 2011 terdapat penurunan sebanyak 0,01% terjadinya penurunan ini terjadinya karena adanya kematian yang bisa disebabkan karena usia ibu yang terlalu muda yang dimana berdasarkan pada saat hamil dan melahirkan sehingga menimbulkan masalah kesehatan pada anak yang dilahirkan khususnya kematian bayi menurut efendi, 2009 usia kehamilan perempuan kurang dari 20 tahun sering mengalami masalah dikarenakan belum sempurnanya perkembangn dinding uterus dan organ reproduksi lainnya, selain itu ibu hamil yang terlalu muda pada saat hamil kurang memperhatikan kehamilannya termasuk kontrol kehamilan, ini berdampak pada meningkatnya resiko kehamilan yang bisa membahayakan kesehatan ibu maupun anak.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Jumlah perempuan remaja di Propinsi Jawa Timur tahun 2008-2012 terun meningkat tiap tahunya . hal tersebut bisa di sebabkan oleh faktor migrasi yang mempengaruhipertumbuhan penduduk selain fertilitas.2. Jumlah anak lahir hidup (ALH) pada perempuan remaja Propinsi Kawa Timur tahun 2008-2009 meningkat terus seiring dengan meningkatnya jumlah remaja perempuan yang perna kawin. Karena perkawinan merupakan salah satu faktor penentu fertilitas3. Jumlah rata-rata anak masih hidup pada perempuan remaja dan rata-rata lahir hidup per perempuan remaja Propinsi Jawa Timur pada Tahun 2012 mengalami peningkatan mengalami daripada tahun 2008-2011 dengan Hal ini disebabkan oleh faktor migrasi, pernikahan usia remaja5.2 SaranDiharapkan adanya penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perkawinan dan fertilitaspada perempuan remaja, terutama tentang faktor-faktor yang paling memepengaruhi sehingga dapat dilakukan kebijakan-kebijakan yang benar dan sesuai dengan kondisi perkawinan dan fertilitas pada perempuan remaja di Indonesia, khususnya di Propinsi jawa Timur.

1