laporan penelitian ppkt bab i - bab v

Upload: khoiril-anwar

Post on 19-Oct-2015

105 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah SWT memberikan keistimewaan kepada manusia dari makhluk yang lainnya, salah satunya adalah dengan diberikannya akal fikiran sehingga manusia dapat menggunakan akal dan fikirannya itu untuk menghambakan diri dan merealisasikan rasa syukur kepada-Nya. Disamping akal dan fikiran, Allah SWT juga menganugerahkan kepada manusia dengan sebuah anugerah yang sangat besar, dengan anugerah inilah manusia dapat berkomunikasi satu sama lain. Anugerah yang tersebut adalah bahasa. Bahasa inilah yang sering kita gunakan dan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi antara satu individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain, bangsa dengan bangsa lain agar mereka dapat saling berkomunikasi. Adapun komunikasi yang dimaksud disini adalah komunikasi baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik.

Bahasa dianggap sebagai temuan yang sangat besar untuk mewujudkan kehidupan manusia. Nayif Maruf berkata: Bahasa merupakan alat berfikir seperti halnya bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan segala perasaan yang ada dalam hati dan fikirannya. Linguis Arab, Ibnu Jinni memberikan pengertian tentang bahasa dengan ucapannya: Batasan bahasa adalah bunyi yang digunakan oleh setiap orang untuk menyampaikan tujuan-tujuannya.

Pengertian yang diungkapkan oleh Ibnu Jinni ini mencakup unsur-unsur dasar dalam menganalisis bahasa dan juga telah disepakati oleh para linguis yang lainnya. Pengertian ini juga menjelaskan tentang karakteristik dan peran bunyi dalam bahasa serta memperkuat pendapat bahwa bahasa adalah bunyi. Oleh karena unsur dasar dari bahasa itu adalah bunyi, maka kita harus menghindari pendapat yang mengatakan bahwa bahasa itu adalah tulisan. Bahasa manusia merupakan sebuah sistem yang tersusun secara teratur dan terdiri dari sejumlah simbol. Oleh karena itu bahasa manusia berbeda dengan bahasa-bahasa yang dimiliki oleh makhluk-makhluk yang lainnya.

Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia. Maka, atas dasar itulah pengajaran dan pembelajaran bahasa merupakan sesuatu hal yang harus dilakukan oleh sejumlah masyarakat pengguna bahasa. Bahasa yang digunakan oleh setiap Negara berbeda-beda sesuai dengan karakteristik dan struktur masing-masing, sedangkan komunikasi dengan berbagai Negara adalah sebuah kebutuhan dasar untuk menjalin hubungan dan kerjasama dalam mempertahankan kelangsungan hidup.

Berdasarkan hal inilah diperkenalkan sebuah istilah bahasa asing yang penting untuk kita pelajari. Akan tetapi, mempelajari bahasa asing tidaklah semudah mempelajari bahasa ibu. Dalam mempelajari bahasa asing ini diperlukan sebuah pendekatan, metode dan teknik yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

Banyak bahasa asing yang dipelajari oleh sejumlah pelajar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Diantara bahasa asing yang sering dan banyak dipelajari adalah bahasa Arab, karena dalam perkembangannya bahasa Arab kini menjadi salah satu bahasa dunia.

Dalam tingkatan pembelajaran bahasa, yang paling pertama harus diperhatikan oleh guru bahasa adalah mengetahui karakteristik bahasa yang akan diajarkan. Hal ini sangat penting untuk mempermudah guru dalam melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) dapat menyajikan materi kebahasaan yang sesuai, 2) untuk mengetahui tingkat kesulitan dan kemudahan yang dihadapi siswa ketika berlangsungnya proses pembelajaran, 3) mempermudah mengkonstrastifkan dan membandingkan antara bahasa yang sedang dipelajari, 4) mempermudah guru dalam menjelaskan aturan-aturan dan sistem kebahasaan kepada siswa terutama kepada siswa kelas/tingkat tinggi.

Kemahiran seseorang dalam suatu bahasa tidak menjamin kemahirannya dalam mengajarkan bahasa tersebut kepada orang lain. Mahir berbahasa adalah suatu hal dan mahir mengajarkan bahasa adalah hal yang lain. Seorang guru bahasa Arab harus menguasai setidak-tidaknya tiga hal, yaitu: 1) kemahiran berbahasa Arab, 2) pengetahuan tentang bahasa dan budaya Arab, 3) keterampilan mengajarkan bahasa Arab.

Sehubungan dengan butir yang ketiga diatas, seorang guru bahasa Arab harus memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai metode pengajaran bahasa, khususnya metode pengajaran bahasa Arab agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Dalam pengajaran bahasa, termasuk di dalamnya pengajaran bahasa Arab, metode merupakan salah satu segi yang cukup disoroti. Sukses tidaknya suatu program pengajaran bahasa seringkali dinilai dari segi metode yang digunakan, sebab metodelah yang menentukan isi dan cara mengajarkan bahasa.

Metodologi pengajaran bahasa asing mengalami perkembangan terus menerus seiring dengan perkembangan yang terjadi pada disiplin ilmu bahasa, ilmu pendidikan dan ilmu jiwa. Lebih dari itu, hasil-hasil penelitian dalam bidang pengajaran bahasa itu sendiri juga memberikan kontribusi kepada lahirnya pendekatan dan metode baru dalam pengajaran bahasa.

Perbedaan antara satu metode dengan metode lainnya dapat disebabkan karena adanya perbedaan teori bahasa yang mendasarinya, perbedaan cara pendeskripsian bahasa (language description) dan perbedaan pendapat tentang bagaimana seseorang memperoleh kemahiran berbahasa (language acquisition).

Seiring dengan perkembangan dan perbedaan pendapat para ahli tentang metode, maka muncullah beberapa metode dalam pengajaran bahasa Arab. Diantaranya metode yang cukup besar pengaruhnya dalam dunia pengajaran bahasa Arab adalah: 1) metode gramatika terjemah, 2) metode langsung, 3) metode membaca, 4) metode audio lingual (aural-oral), 5) metode komunikatif, 6) metode elektik. Akan tetapi, dalam hal metode ini tidak dapat dikatakan mana yang paling baik, karena setiap metode memiliki landasan-landasan teoritis dan empiris.

Metode audio lingual yang merupakan salah satu metode pengajaran bahasa Arab, muncul sebagai akibat dari perang Dunia II dan diperkenalkan oleh para linguis strukturalisme diantaranya Fedinand de Saussure dan Leonardo Bloomfield. Metode ini berasumsi bahwa bahasa itu pertama-tama adalah ujaran. Oleh karena itu, pengajaran bahasa harus dimulai dengan memperdengarkan bunyi-bunyi bahasa dalam bentuk kata atau kalimat kemudian mengucapkanya, sebelum pelajaran membaca dan menulis. Ajarkan bahasa dan jangan mengajarkan tentang bahasa merupakan prinsip dasar dalam metode ini.

Secara garis besar, pengajaran bahasa terbagi kepada dua bagian yaitu pengajaran unsur bahasa (terdiri dari pengajaran baca tulis, pengajaran tata bahasa dan pengajaran kosa kata) dan pengajaran kemahiran bahasa (terdiri dari pengajaran menyimak, pengajaran berbicara, pengajaran membaca dan mengajaran menulis). Kedua bagian pengajaran bahasa ini harus diajarkan kepada siswa sesuai dengan tingkat kebutuhan dan minat mereka dengan menggunakan metode pengajaran bahasa yang sesuai.

Ketika seseorang berbicara tentang belajar bahasa asing (termasuk di dalamnya bahasa Arab), yang pertama kali terlintas di hatinya adalah kata-kata asing atau kosa kata asing yang digunakan oleh bahasa tersebut. Oleh karena itu, sebagian mereka menganggap akan dapat berbicara dengan bahasa asing jika ia telah menguasai kata-kata yang ada dalam kamus bahasa tersebut. Kosa kata merupakan salah satu unsur penting dalam suatu bahasa, oleh karena itu biasanya seseorang yang ingin belajar bahasa asing langkah pertama kali yang ia lakukan adalah mengetahui kata-kata bahasa asing tersebut sebelum ia berusaha untuk mengetahui aspek-aspek lainnya.

Karena kosa kata memiliki peranan penting dalam pemerolehan bahasa, maka pembelajaran kosakata yang merupakan bagian dari unsur bahasa ini harus diajarkan kepada siswa secara maksimal dengan menggunakan metode yang sesuai untuk mengajarkan kosa kata tersebut agar siswa mampu menguasai dan menggunakan kosa kata bahasa Arab dalam bentuk komunikasi.

Mengingat sangat pentingnya kosakata dalam meningkatkan kemahiran berbahasa serta memiliki peran yang sangat signifikan dalam proses pembelajaran bahasa Arab, maka penulis tertarik untuk meneliti pengajaran kosa kata dengan menggunakan metode audio lingual pada siswa tingkat MTs Kelas VIII. Atas dasar itulah dalam penelitian ini penulis mengambil sebuah judul Pengajaran Membaca Dengan Menggunakan Metode Audio Lingual Pada Siswa Kelas VIII di Madrasah Aliyah Darul Maarif Jakarta.B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Sebagian guru bahasa Arab mengetahui metode-metode pengajaran bahasa, tetapi metode pengajaran tersebut belum digunakan secara maksimal dalam proses pengajaran.

2. Mayoritas siswa menganggap bahwa bahasa Arab itu merupakan sebuah mata pelajaran yang sangat sulit untuk dipelajari.

3. Diantara alasan utama siswa menganggap bahwa pelajaran bahasa Arab adalah pelajaran yang sulit, karena banyak yang belum mengenal huruf-huruf Arab dengan baik.

4. Sebagian guru menganggap bahwa pengajaran membaca dianggap kurang terlalu penting dalam proses pembelajaran.

5. Pengajaran membaca yang merupakan bagian dari unsur bahasa harus diajarkan kepada siswa dengan menggunakan metode yang sesuai agar tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal.C. Pembatasan Masalah

Setelah mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan dalam pengajaran membaca bahasa Arab, maka untuk memudahkan penelitian, penulis pembatasi permasalahannya tentang cara menerapkan metode audio lingual dalam pengajaran membaca bahasa Arab dan sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami serta menguasai membaca bahasa Arab untuk digunakan baik di dalam maupun di luar kelas.D. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang sudah dibatasi, maka penulis merumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode audio lingual dalam pengajaran membaca bahasa Arab pada siswa kelas XI MA Darul Maarif Jakarta?

2. Sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai membaca bahasa Arab dengan pembelajaran menggunakan metode audio lingual?E. Tujuan Penelitian

Diantara tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dan memahami metode yang sesuai dalam pengajaran bahasa Arab secara umum dan pengajaran membaca khususnya.

2. Mengetahui sejauh mana peran metode dalam proses pembelajaran.

3. Mengetahui dan meminimalisir aspek kelemahan yang dimiliki siswa dalam mempelajari dan memahami bahasa Arab.

4. Meningkatkan profesionalisme dan kreatifitas guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah.

5. Menghilangkan asumsi bahwa bahasa Arab itu merupakan bahasa yang susah untuk dipelajari.

F. Metode Penelitian yang Digunakan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif analisis. Hal ini dikarenakan penulis ingin menggambarkan keadaan yang sebenarnya mengenai obyek penelitian. Di samping itu penulis juga ingin menganalisis hal-hal yang berhubungan dengan obyek penelitian tersebut. Adapun dalam pengambilan dan pengumpulan data digunakan teknik-teknik berikut:

1. Teknik observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai fenomena yang diselidiki. Pengamatan yang dimaksud adalah pengamatan secara visual dan non visual.

2. Teknik interview, yakni suatu proses lisan yang dilakukan oleh peneliti terhadap responden untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian yakni kepada guru bahasa Arab di sekolah yang bersangkutan.

3. Kepustakaan, yakni pengambilan data-data yang diperoleh dari buku-buku, majalah, kurikulum pengajaran bahasa Arab sekolah, dan lain-lain. BAB II

KERANGKA TEORIA. Metode Pengajaran: Pengertian dan Perkembangan

Dalam pengajaran bahasa, ada tiga istilah yang perlu dipahami pengertian dan konsepnya secara tepat, yakni pendekatan, metode dan teknik. Pendekatan adalah seperangkat asumsi berkenaan dengan hakikat bahasa dan belajar mengajar bahasa. Metode adalah rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Sedangkan teknik adalah kegiatan spesifik yang diimplemantasikan dalam kelas, selaras dengan metode dan pendekatan yang dipilih. Dengan demikian pendekatan bersifat aksiomatis, metode bersifat prosedural, dan teknik bersifat operasional.Di dalam bahasa Arab, istilah yang paling umum dipakai adalah thariqoh yang tepat dipadankan dengan metode. Padanan untuk pendekatan adalah madkhal, sedangkan teknik adalah uslub (asalib).

1. Perkembangan Metode Pengajaran Bahasa

Sejarah perkembangan bahasa kedua dimulai dengan model private, karena pada masa lalu hanya orang-orang terkemuka dan para bangsawan saja yang mampu belajar bahasa kedua. Metode yang pertama kali digunakan dalam pengajaran bahasa kedua adalah menghafalkan ungkapan-ungkapan dalam bahasa kedua dan membandingkannya dengan ungkapan-ungkapan dalam bahasa ibu. Lahirnya alat percetakan pada abad 15 M membawa perubahan besar pada pengajaran bahasa. Di Eropa pada waktu itu, bahasa ibu menjadi bahasa sekolah atau bahasa ilmu, dan pengajaran bahasa pada waktu itu berkutat pada menghafalkan kaidah-kaidah bahasa dan penerapannya secara ketat dalam ujaran-ujaran.

Pada abad 17 M, seorang pendidik dari Cheko, John Amos Copenius dalam bukunya Membuka Khazanah Bahasa mengemukakan pandangan yang menghebohkan dengan pertanyataan bahwa metode pengajaran bahasa yang selama ini dipakai tidak berguna. Commenius menyarankan cara belajar bahasa melalui gerakan dan aktifitas yang langsung menyertai ungkapan bahasa, atau melalui gambaran-gambaran yang konkrit, tanpa terlalu dibebani dengan penguasaan kaidah-kaidah.

Pada awal abad 19 M, muncul pandangan yang menguatkan kembali perlunya penguasaan kaidah-kaidah bahasa dan kosakata dalam pengajaran bahasa. Pelopornya adalah seorang pendidik dari Jerman, Kar Ploetz, yang juga menyarankan pemilihan teks-teks tertentu untuk diterjemahkan ke dan dari bahasa pertama. Metode yang kemudian dikenal dengan nama metode gramatika-terjemah ini, tersebar luas pemakaiannya di Eropa Barat pada awal abad 19.Kemudian pada pertengahan abad ke 19 itu pula, muncul metode baru yang dikenal dengan nama metode langsung. Metode ini membawa siswa terjun langsung dan tenggelam dalam aktifitas bahasa asing yang dipelajarinya dengan bantuan gerakan, peragaan dan gambar.

Bahasa Arab, pada masa khalifah Islamiyah menjadi bahasa resmi untuk keperluan agama, budaya, administrasi dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian bahasa Arab telah menjadi lingua franca bagi penutur berbagai bahasa itu. Patut diduga bahwa cara-cara belajar mengajar bahasa Arab pada waktu itu kurang lebih sama dengan cara belajar mengajar bahasa latin yang berlaku saat itu. Hal ini berdasarkan fakta-fakta yang berlaku sebagai berikut: (1) adanya kesamaan waktu antara penyebaran dan dominasi bahasa latin di Eropa dengan penyebaran dan dominasi bahasa Arab di wilayah kekhalifahan Islam yaitu sekitar abad 1-9 H atau 7-15 M. (2) adanya kesamaan tujuan belajar mengajar bahasa yaitu untuk mengkaji teks-teks sastra dan keagamaan. (3) adanya hubungan yang intens antara Arab dan Eropa dalam pewarisan ilmu Yunani Kuno melalui menerjemahan dari Yunani ke Arab kemudian dari Arab ke Latin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perkembangan yang terjadi dalam pengajaran bahasa-bahasa Latin di Eropa dan bahasa Inggris di Eropa dan Amerika.

Adapun proses masuknya bahasa Arab ke Indonesia dapat dipastikan bersamaan dengan masuknya agama Islam, karena bahasa Arab sangat erat kaitannya dengan berbagai bentuk peribadatan dalam Islam di samping kedudukannya sebagai bahasa kitab suci Al-Quran. Oleh karena itu, pengajaran bahasa Arab yang pertama di Indonesia adalah untuk memenuhi kebutuhan seorang muslim dalam menunaikan ibadah khususnya ibadah shalat. Seiring dengan perkembangan tujuan pengajaran bahasa Arab itu, maka berkembang pula metode pengajarannya yang sampai sekarang banyak digunakan dalam kegiatan pengajaran bahasa Arab.

B. Beberapa Metode Pengajaran Bahasa

Banyak metode bahasa yang telah diujicobakan, telah ditulis, dan disarankan oleh para peneliti pengajaran bahasa tidak dapat ditentukan dengan tepat. Diane Larsen Freeman dalam tulisan ulang dua puluh lima tahun majalah Forum (1962-1987) telah mencatat bahwa selama dua puluh lima tahun itu metode audio lingual selalu dominan dan selalu dilaksanakan dalam kelas. Akan tetapi Diane Larsen pun mencatat bahwa dalam kurun waktu dua puluh lima tahun itu hanya tercatat ada lima metode baru yang dikembangkan berdasarkan hasil penelitian empiris. Kelima metode itu adalah: (1) silent way, (2) suggestopedia, (3) counseling-learning/community language learning, (4) comprehension approach, (5) communicative approach. Akan tetapi Larsen mengatakan bahwa lima metode atau pendekatan itu belum mempunyai tempat penggunaan secara meluas dan mantap seperti metode audio lingual.Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan eksperimen tentang metode pengajaran bahasa, Robert W. Blair mengemukakan beberapa asumsi sebagai berikut:

1. Bahasa merupakan seperangkat kaidah yang terbatas untuk menghasilkan sejumlah tak terbatas kalimat.

2. Kalimat-kalimat yang harus dihasilkan oleh seorang penutur, baik menyimak maupun berbicara tidak dapat diperoleh lewat buku latihan.

3. Siswa belajar bahasa tidak lebih cepat daripada siswa menghasilkan kalimat dan mengujinya dengan tujuan dan motivasi tertentu.

4. Seorang dewasa pelajar bahasa harus belajar bahasa dengan situasi yang real dan masalah yang tepat, mengambil keuntungan dari kegagalan dan keberhasilannya.

5. Tugas utama program pengajaran bahasa ialah menciptakan satu konteks belajar yang kaya dan memungkinkan siswa menghasilkan kalimat-kalimat dan mengetes hipotesis mereka dalam penggunaan yang penuh makna.

6. Belajar bahasa bukan saja satu tugas yang beruntun seperti telah diprogramkan dalam silabus mulai awal sampai akhir secara linear dan hanya merupakan satu proses tambahan.

7. Siswa tidak boleh berharap belajar banyak hanya melewati latihan tubian.

8. Pemahaman kognitif akan struktur bahasa akan memberikan kegembiraan dan kesuksesan belajar bahasa untuk sebagian besar siswa.

9. Belajar bahasa lebih dari sekedar pemerolehan kebiasaan secara psikomotorik, walaupun aspek itu tidak boleh ditinggalkan.

10. Siswa belajar dengan berbuat. Tindak berbahasa seperti itu bermakna dan mempunyai tujuan tertentu.

11. Siswa harus mendapat kesempatan secara santai untuk berbahasa dan memperoleh situasi komunikasi yang termotivasi.

12. Program pengajaran bahasa harus memberi kesempatan kepada siswa dan guru untuk mencari makna kata dan ungkapan dan sebagainya yang mereka perlukan sesuai dengan konteks yang diperlukan.

13. Yang harus diusahakan oleh guru ialah mencari metode dan teknik agar siswa yang lambat dapat memperoleh keterampilan seperti kawan-kawannya yang belajar cepat.

Berdasarkan point (13) yang telah dikemukakan diatas, maka metode pengajaran menjadi sesuatu yang sangat signifikan dalam kegiatan belajar mengajar. Sejalan dengan kebutuhan guru terhadap metode pengajaran yang sesuai, maka pengajaran bahasa Arab pun terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Adapun metode pengajaran bahasa Arab yang digunakan sampai sekarang antara lain sebagai berikut:

1. Metode Gramatika Terjemah

Metode ini mendorong para pelajar bahasa untuk menghafal teks-teks klasik berbahasa asing dan terjemahannya dalam bahasa pelajar. Metode ini berdasarkan asumsi bahwa ada satu logika semesta yang merupakan dasar semua bahasa di dunia dan bahwa tata bahasa merupakan bagian dari filsafat dan logika.

2. Metode Langsung

Metode ini dikembangkan atas dasar asumsi bahwa proses belajar bahasa kedua atau bahasa asing sama dengan belajar bahasa ibu, yaitu dengan penggunaan bahasa secara langsung dan intensif dalam komunikasi, dan dengan menyimak dan berbicara, sedangkan mengarang dan membaca dikembangkan kemudian. Oleh karena itu, penggunaan bahasa ibu, pelajar dihindari sama sekali.

3. Metode Membaca

Model pengajaran metode membaca yang paling terkenal di Eropa dan Timur Tengah adalah model Michael West. Buku utamanya adalah buku reading, kemudian suplemennya terdiri dari buku kerja, buku latihan writing, buku latihan conversation, dan buku intensif reading.4. Metode Audio Lingual

Metode ini akan dibahas pada bab khusus karena merupakan pokok bahasan utama dalam penyusunan laporan ini.

5. Metode Komunikatif

Metode komunikatif didasarkan atas asumsi bahwa setiap manusia memiliki kemampuan bawaan yang disebut dengan alat pemerolehan bahasa (language acquisition device). Oleh karena itu relevansi dan efektifitas kegiatan pembiasaan dengan model latihan stimulus-respon-inforcement dipersoalkan.

Asumsi lain ialah bahwa belajar bahasa kedua dan bahasa asing sama seperti belajar bahasa pertama, yaitu berangkat dari kebutuhan dan minat pelajar. Oleh karena itu analisis kebutuhan dan minat pelajar merupakan landasan dalam pengembangan materi pelajaran.

6. Metode Eklektik

Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa tidak ada metode yang ideal karena masing-masing mempunyai segi-segi kekuatan dan kelemahan. Metode eklektik ini bisa menjadi metode yang ideal apabila didukung oleh penguasaan guru secara memadai terhadap berbagai macam metode. Sebaliknya metode ini bisa menjadi seadanya apabila pemilihannya hanya berdasarkan selera guru atau mana yang paling enak dan paling mudah bagi guru.C. Metode Audio Lingual, Sejarah dan PerkembangannyaMetode ini timbul sebagai reaksi terhadap metode sebelumnya; membaca, yang dipandang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan manusia yang begitu kompleks. Dalam situasi Perang Dunia II, Amerika Serikat memerlukan personalia yang lancar berbahasa asing untuk ditempatkan di beberapa Negara, baik sebagai penerjemah dokumen-dokumen maupun pekerjaan lain yang memerlukan komunikasi langsung dengan penduduk setempat. Untuk itu, Departemen Pertahanan Negara Amerika Serikat membentuk satu badan yang dinamai Army Specialized Trining Program (ASTP) dengan melibatkan 55 universitas di AS. Program yang dimulai pada tahun 1943 ini bertujuan agar peserta program dapat mencapai keterampilan berbicara dalam beberapa bahasa asing, dengan pendekatan dan metode yang baru sama sekali. Pengajaran bahasa asing model ASTP yang bersifat intensif dan berbasis penyajian lisan ini dianggap berhasil. Model ASTP inilah yang merupakan cikal bakal dari metode audio lingual, setelah dikembangkan dan diberi landasan metodologis oleh berbagai universitas di Amerika.

Metode ini betujuan untuk dapat memproduk para siswa memiliki empat kecakapan sekaligus (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis) dengan lebih banyak memperhatikan kepada kecakapan lisan, karena mengingat prinsip bahasa itu sendiri adalah merupakan media komunikasi antar bangsa.

Metode audio lingual didasarkan atas beberapa asumsi, antara lain bahwa bahasa itu pertama-tama adalah ujaran. Oleh karena itu pengajaran bahasa harus dimulai dengan memperdengarkan bunyi-bunyi bahasa dalalm bentuk kata-kata atau kalimat kemudian mengucapkannya, sebelum pelajaran membaca dan menulis. Asumsi lain dari metode ini ialah bahwa bahasa adalah kebiasaan. Oleh karena itu pengajaran bahasa harus dilakukan dengan teknik pengulangan atau repetisi. Di samping itu, pelajaran bahasa harus diisi dengan kegiatan berbahasa bukan kegiatan mempelajari kaidah-kaidah bahasa.Metode audio lingual juga didasarkan atas teori Tata Bahasa Struktur (TBS). Dalam teori ini, struktur tata bahasa dianggap sama dengan pola-pola kalimat. TBS berlawanan dengan TBT (Tata Bahasa Tradisional) dalam hal-hal berikut:

TBT menekankan kesemestaan tata bahasa sedangkan TBS menekankan fakta bahwa semua bahasa di dunia ini tidak sama strukturnya. TBT bersifat preskriptif yang berpandangan bahwa bahasa yang baik dan benar adalah yang dikatakan baik dan benar oleh para ahli tata bahasa, sedangkan TBS bersifat deskriptif yang berpandangan bahwa bahasa yang baik dan benar adalah yang digunakan oleh penutur asli dan bukan apa yang dikatakan oleh tata bahasa. TBT mengkaji bahasa dari ragam formal, sedangkan TBS mengkaji bahasa dari ragam informal yang digunakan oleh penutur asli dalam interaksi sehari-hari.D. Karakteristik Metode Audio Lingual

Diantara ciri khas yang menonjol dari metode ini adalah:

1. Tujuan pengajarannya adalah penguasaan empat keterampilan berbahasa secara seimbang.

2. Urutan penyajiannya adalah menyimak dan berbicara baru kemudian membaca dan menulis.

3. Model kalimat bahasa asing diberikan dalam bentuk percakapan untuk dihafalkan.

4. Penguasaan pola kalimat dilakukan dengan latihan-latihan pola (pattern-practice) dengan mengikuti urutan: stimulus-respon-reinforcement

5. Kosa kata dibatasi secara ketat dan selalu dihubungkan dengan konteks kalimat atau ungkapan, bukan sebagai kata-kata lepas yang berdiri sendiri.

6. Pengajaran sistem bunyi secara sistematis agar dapat dipraktekan oleh para pelajar dengan teknik demontrasi, peniruan, komparasi, kontras, dan lain-lain.

7. Pengajaran menulis merupakan representasi dari pelajaran berbicara.

8. Penerjemahan dihindari. Pemakaian bahasa ibu apabila sangat diperlukan untuk penjelasan.

9. Gramatika tidak diajarkan pada tahap permulaan, jika diperlukan maka gramatika diajarkan secara induktif.

10. Pemilihan materi ditekankan pada unit dan pola yang menunjukkan adanya perbedaan struktural antara bahasa asing yang diajarkan dan bahasa ibu pelajar.

11. Kemungkinan-kemungkinan terjadinya kesalahan siswa dalam memberikan respon harus sungguh-sungguh dihindari.

12. Guru menjadi pusat dalam kegiatan kelas.

13. Penggunaan bahan rekaman, laboratorium bahasa dan visual aids sangat dipentingkan.

Adapun langkah-langkah penyajian dalam proses pembelajaran yang didasarkan pada metode audio lingual adalah sebagai berikut:

1. Penyajian dialog atau bacaan pendek, dengan cara guru membacanya berulang kali, dan pelajar menyimak tanpa melihat teks.

2. Peniruan dan penghapalan dialog atau bacaan pendek, dengan teknik menirukan bacaan guru kalimat perkalimat secara klasikal, sambil menghapal kalimat-kalimat tersebut. Teknik ini disebut mimicry-memorization (mim-mem) technique.

3. Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog atau bacaan pendek, terutama yang dianggap sukar karena terdapat struktur atau ungkapan yang berbeda dengan struktur dalam bahasa ibu pelajar, ini dilakukan dengan teknik drill.

4. Para pelajar mendramatisasikan dialog yang sudah dihafalkan di depan kelas secara bergantian.

5. Pembentukan kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola-pola kalimat yang sudah dipelajari.

6. Metode ini telah mengokohkan pondasi yang kuat bagi pemekaran pengajaran bahasa, khususnya dalam keterampilan pelafalan yang akurat. E. Pengertian Membaca

1. Pengertian Membaca

Membaca secara bahasa adalah mengucapkan apa yang tertulis. Pengertian membaca pada awal abad kedua puluh memiliki konsep pemahaman yang mudah dan sederhana yaitu untuk mengetahui simbol-simbol huruf, kata serta pengucapannya, tanpa memperhatikan pemahaman makna di balik huruf-huruf dan sebagai akibat dari konsep ini adalah guru mengarahkan sebagian besar perhatian mereka dalam mengajar membaca untuk mengetahui simbol-simbol huruf dan pengucapannya.

Seiring perkembangan zaman, membaca tidak hanya terfokus pada pengetahuan kita terrhadap simbol-simbol huruf dan pengucapannya. Membaca secara bahasa adalah mengucapkan apa yang tertulis. Membaca memiliki tiga unsur yaitu: makna yang terkandung, kata-kata yang diucapkan, dan simbol-simbol tulisan.Istilah membaca menurut Henry Guntur Tarigan adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.

Optical proses membaca ini dimaksudkan untuk mengenali hubungan antara bahasa lisan dan bahasa simbol tertulis, yang terlihat oleh mata. Selanjutnya, Suwarno Wiryodijoyo mengemukakan membaca adalah pengucapan kata-kata dan perolehan arti dari barang cetakan dan kegiatan ini melibatkan analisis dan pengorganisasian keterampilan yang komplek, perpaduan dan pemecahan masalah yang berarti menimbulkan kejelasan arti dan informasi.

Saat ini konsep pengembangan mengajar membaca ini mempertahankan atas lima dimensi, yaitu mengidentifikasi, pengucapan, pemahaman, pemecahan masalah dan menghayati apa yang dibaca.Dari pengertian membaca diatas dapat diambil kesimpulan bahwa membaca adalah kegiatan berpikir dimana pembaca menerjemahkan simbol-simbol yang tertulis baik dengan lisan atau hanya di dalam hati dan memahami bacaan mulai dari kata-kata sampai kalimat melalui pemahaman yang dimiliki pembaca sebelumnya. 2. Macam-Macam Membaca

Membaca terbagi mejadi dua macam: pertama, membaca bersuara dan kedua, membaca tak bersuara.a. Membaca Bersuara

Membaca bersuara, yaitu mengubah simbol tulisan menjadi simbol bunyi dengan cara melafalkannya dengan baik dan memahaminya. Yang dimaksud dengan membaca bersuara ini adalah siswa membaca dengan suara keras, sementara siswa yang lain mendengarkan.

Menurut Prof. DR. Henry Guntur Tarigan dalam bukunya yang berjudul Membaca Sebagai Sesuatu Keterampilan Berbahasa, orang yang membaca bersuara pertama-tama haruslah mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan. Dia juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan penafsiran atas lambang-lambang tertulis sehingga penyusunan kata-kata serta penekanan sesuai dengan ujaran pembicaraan yang hidup.

Dalam kegiatan membaca keras bersuara ini, yang terutama ditekankan adalah kemampuan membaca dengan:

1. Menjaga ketepatan bunyi bahasa Arab, baik dari segi makhraj maupun sifat-sifat bunyi yang lain;

2. Irama yang tepat dan ekspresi yang menggambarkan perasaan penulis;

3. Lancar, tidak tersendat-sendat dan terulang-ulang;

4. Memperhatikan tanda baca atau tanda grafis (pungtuasi)

Membaca bersuara ini lebih sulit dibandingkan membaca tak bersuara karena harus memperhatikan kaidah-kaidah mengucapkan seperti cara membunyikan huruf dari tempat keluarnya bunyi huruf tersebut, kaidah nahwu, dan intonasi suara.Membaca bersuara bertujuan:

1. Mengukur kemampuan siswa dalam ketepatan melafalkan bunyi-bunyi bahasa, yang meliputi makhraj, tekanan (nabr), intonasi, dan jeda

2. Mengukur tingkat pemahaman siswa

3. Sebagai arena aktualisasi diri siswa di dalam lingkungannya

4. Membiasakan siswa berhadapan dengan publik untuk membaca sesuatu

5. Melatih siswa untuk menghadapi kondisi sejenis di masa depannya

Hari demi hari guru menyuruh anak-anak didik mereka membaca seperti mereka berbicara, membaca untuk mencari jawaban atas sesuatu pertanyaan atau membaca sepenggal cerita yang mereka senangi. Tetapi jarang sekali membaca seperti yang telah diutarakan tadi. Biasanya, sudah dianggap baik apabila anak-anak mengetahui semua kata. Juga tidak seorangpun yang dipihak kelompok pendengar yang tertarik atau tergoda oleh apa yang dibaca itu. Yang penting ialah bahwa mereka telah membaca bahan yang sama.

Keterampilan-keterampilan membaca nyaring akan berkembang secara wajar, secara ilamiah dalam membaca drama. Membaca drama menambahi sejumlah nilai pada pembaca, antara lain:1. Memperoleh kesenangan dalam dramatisasi yang terlihat pada pemupukan keyakinan anak-anak sehari-hari

2. Memperkaya daya khayal, imajinasi, dalam membaca fiksi

3. Menanamkan disiplin yang tidak terdapat pada jenis-jenis membaca lainnya

4. Mempertinggi pemahaman, pengembangan kosakata, membaca frase/paragraf, ekspresi/perasaan, serta keterampilan berbicara secara umum.

Aspek-aspek yang terlibat pada membaca nyaring meliputi; penglihatan, pendengaran, dan ingatan. Membaca nyaring itu sendiri menjadi alat atau sarana bagi para pembaca atau pendengar untuk menangkap dan memahami informasi, pikiran, serta perasaan seorang pengarang. Supaya kegiatan membaca nyaring tidak terkesan hambar, seorang pembaca nyaring harus mengusahakan apa yang ia sampaikan merupakan sesuatu informasi yang baru, berharga, bermanfaat dengan uraian yang jelas, menarik atau sedikit humor yang segar, maupun suatu kata yang bijak. Keterampilan, pemahaman, dan kemampuan menangkap isi teks yang dibaca, akan mampu menjadikan seseorang menjadi pembaca nyaring yang baik.

Keunggulan Membaca Bersuara :1. Membaca bersuara merupakan cara terbaik untuk belajar mengucapkan

2. Guru dapat dengan mudah mengetahui kesalahan siswa ketika membaca kata atau kalimat

3. Guru secara langsung dapat memperbaiki bacaan yang salah.Sedangkan kelemahannya yaitu :1. Membaca bersuara memerlukan dan menguras banyak energi

2. Tingkat pemahaman terhadap bahan bacaan rendah karena siswa fokus terhadap pelafalan

3. Membaca bersuara jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari

4. Membaca dengan suara nyaring dapat mengganggu orang lain.b. Membaca tak bersuara

Membaca tak bersuara yaitu membaca yang hanya dilakukan dengan melihat dan menerjemahkannya langsung tanpa membunyikannya. Yang dimaksud dengan membaca tak bersuara menurut Prof. Dr. D. Hidayat dalam bukunya Mukhtashor Turuq Tadris al-Lughoh al-Arabiyah adalah membaca dengan tanpa suara dan tanpa menggerakkan lidah ataupun bibir. Dengan kata lain membaca tak bersuara adalah membaca dengan cara memindahkan mata dari satu kata ke kata berikutnya tanpa suara dan tanpa menggerakkan lidah ataupun bibir akan tetapi memahami maknanya langsung.Telah disinggung sepintas bahwa pada saat membaca dalam hati, kita hanya mempergunakan ingatan visual (visual memory), yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan.Membaca dalam hati bertujuan untuk memperoleh pengertian, baik pokok-pokok maupun rinci-rinciannya. Oleh karena itu, ia merupakan sarana bagi jenis membaca yang lain, yakni membaca cepat, membaca rekreatif, dan sebagainya.

Pada tahap ini, anak haruslah dilengkapi dengan bacaan tambahan yang penekannya diarahkan pada keterampilan menguasai isi bacaan, sehingga memperoleh serta memahami ide-ide dengan usahanya sendiri.Dalam kegiatan membaca dalam hati, perlu diciptakan suasana kelas yang tertib sehingga memungkinkan siswa berkonsentrasi kepada bacaannya. Secara fisik membaca dalam hati itu harus menghindari:

1. Vokalisasi, baik hanya menggerakkan bibir sekalipun

2. Pengulangan membaca, yaitu mengulangi gerak mata (penglihatan) kepada kalimat sebelumnya yang sudah dibaca

3. Menggunakan telunjuk/penunjuk atau gerakan kepala.Membaca tak bersuara ini lebih mudah daripada membaca bersuara. Membaca tak bersuara digunakan ketika membaca buku-buku ilmiah, koran, majalah, dan lain-lain.Keunggulan Membaca Tak Bersuara :1. Membaca tak bersuara lebih mudah daripada membaca bersuara karena pembaca tidak dituntut melafalkannya dengan benar

2. Dapat lebih cepat memahami bacaan

3. Tidak menguras energiSedangkan kelemahannya adalah :1. Guru tidak dapat mengetahui kesalahan bacaan siswa2. Tidak memberikan kesempatan terhadap siswa untuk berlatih membaca yang baik dan benar.3. Tujuan Membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Berikut ini, kita kemukakan beberapa yang penting:

Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts); Membaca untuk memperoleh ide- ide utama (reading for main ideas); Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization); Membaca untuk menyimpulkan, mambaca inferensi (reading for inference); Membaca untuk mengelompokkan dan membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classitfy); Membaca untuk menilai dan mengevaluasi (reading to evaluate); Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast);Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca siswa itu sendiri.Tujuan membaca menurut Blanton (dalam rahim 2005: 11) adalah sebagai berikut :1. kesenangan;2. menyempurnakan membaca nyaring;3. menggunakan strategi tertentu;4. memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik;5. mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya;6. memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis;7. mengkorfimasikan atau menolak prediksi;8. menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang stuktur teks;9. menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.Macam-macam membaca dari segi tujuan:

1. Membaca yang bertujuan untuk menumbuhkan keterampilan tertentu seperti membaca cepat, berlatih membaca kata-kata sulit, melatih kemampuan mengambil kesimpulan, dan lain-lain.

2. Membaca yang bertujuan untuk hiburan, yakni untuk menumbuhkan kecintaan terhadap membaca. Disini siswa disilahkan untuk memilih sendiri buku yang disukai

3. Membaca yang bertujuan untuk keterampilan praktis seperti membuat skripsi, mencari referensi, membaca kamus, dan mengungkap ilmu pengetahuan tertentu

a. Indikator Keterampilan Membaca

Beberapa indikator keterampilan membaca diantaranya sebagai berikut:

a. Membaca Bersuara

1. Membedakan tsunaiyyat shugra (minimal pairs) yang diperdengarkan : sama atau berbeda

2. Membaca tsunaiyyat dengan baik dan benar

3. Membaca kata-kata atau kalimat atau paragraf dengan makhraj serta panjang pendek yang baik dan benar

b. Membaca Tak Bersuara (Pemahaman)

1. Menjawab pertanyaan sesuai dengan kandungan bahan bacaan

2. Memilih satu jawaban yang benar dari empat jawaban sesuai dengan makna bahan bacaan

3. Memilih (B-S) sesuai dengan kandungan bahan bacaan

4. Menambahkan satu kata kepada ungkapan sehingga menjadi kalimat sempurna sesuai bahan bacaan

5. Menjodohkan kata-kata atau ungkapan atau tokoh atau peristiwa sesuai bahan bacaan

6. Menyusun ungkapan atau kalimat sesuai urutan peristiwa dalam bahan bacaan

7. Membuat kesimpulan/ringkasan dari bahan bacaanF. Metode dan Teknik Pengajaran Keterampilan Membaca Pelajaran Bahasa Arab

Metode merupakan rancangan menyeluruh untuk menyajikan secara teratur bahan-bahan bahasa, tak ada bagian-bagiannya yang saling bertentangan dan semuanya berdasarkan pada asumsi pendekatan. Prof. Anthony berpendapat metode merupakan rancangan kurikulum dan pengajaran yang diturunkan dari pendekatan. Ia merupakan satu rancangan yang menyeluruh tentang apa yang akan dilaksanakan sesuai dengan situasi.Metode yang baik dapat rusak di tangan guru yang tidak tahu menggunakannya. Kecocokan seorang guru terhadap suatu metode bergantung kepada :1. Kemampuan berbahasa guru

2. Kemampuan berbahasa guru

3. Beban tugas mengajar guru yang bersangkutan

Untuk menerapkan suatu metode diperlukan beberapa teknik. Teknik merupakan usaha pemenuhan akan metode dalam pelaksanaan pengajaran bahasa dalam kelas. Teknik merupakan kecerdikan, siasat, atau ikhtiar yang dipergunakan untuk memenuhi tujuan secara langsung. Teknik bergantung pada guru, kebolehan pribadi, dan komposisi kelas.

Berikut ini teknik-teknik pengajaran membaca untuk pemula :

1. Metode huruf, yaitu mengenalkan nama-nama huruf hijaiyah satu persatu lalu huruf yang dibaca panjang, lalu kata

2. Metode bunyi, yaitu mengenalkan bunyi dari huruf-huruf hijaiyah lalu huruf yang dibaca panjang, lalu kata

3. Metode silabis, yaitu mngenalkan tanda-tanda baca panjang terlebih dahulu

4. Metode kata, yaitu mengenalkan kata terlebih dahulu lalu mengenalkan huruf

5. Metode kalimat, yaitu mengenalkan susunan kalimat pendek lalu kata per kata, lalu huruf6. Metode gabungan, yaitu gabungan dari seluruh metode di atas

Berikut ini akan diuraikan langkah-langkah penyajian keterampilan membaca dalam pelajaran bahasa Arab:1. Pelajaran dimulai dengan pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sulit dan penjelasan maknanya dengan definisi dan contoh dalam kalimat.

2. Siswa membaca teks bacaan secara diam selama kurang lebih 25 menit.

3. Diskusi mengenai isi bacaan yang dapat berupa tanya jawab dengan menggunakan bahasa ibu pelajar.

4. Pembicaraan mengenai tata bahasa secara singkat kalu dianggap perlu.

5. Pembahasan kosakata yang belum dibahas sebelumnya.

6. Mengerjakan tuga-tugas yang ada dalam buku suplemen, yaitu menjawab pertanyaan tentang isi bacaan, latihan menulis terbimbing dan sebagainya.

7. Bahan bacaan perluasan dipelajari di rumah dan dilaporkan hasilnya pada pertemuan berikutnya.

BAB III

METODE PENELITIANA. Tempat dan Waktu Penelitian

Peneliti melaksanakan penelitian tentang penerapan metode audio lingual dalam pengajaran membaca di Madrasah Tsanawiyah yang bertempat di jalan Bambu Apus Raya Komplek Departemen Agama Pamulang, Tangerang Selatan. Adapun waktu penelitian dilaksanakan dari bulan September sampai dengan bulan Desember 2013.B. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif yakni sebuah kajian yang disempurnakan dengan cara memilih sejumlah sumber rujukan yang berkaitan dengan tema penelitian. Di samping itu, dalam penelitian ini juga penulis menggunakan metode eksperimen yaitu mencoba menerapkan metode audio lingual dalam pengajaran membaca pada siswa pada siswa kelas VIII di MTs Al-Ihsan.Adapun eksperimen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini dengan cara mengkaji serta meneliti aspek-aspek dan perubahan yang ditemukan dalam objek penelitian yang berkaitan dengan tema penelitian tersebut.

C. Teknik Pengumpulan DataDalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan sejumlah data dengan menggunakan metode sebagai berikut:1. Menyebarkan angket kepada siswa sebagai objek penelitian

Angket yang digunakan untuk mengolah data dalam penelitian ini berupa angket skala sikap, yaitu dengan memberikan beberapa pilihan jawaban tertentu.2. Wawancara

Untuk melengkapi data-data penelitian, peneliti juga mengadakan wawancara langsung dengan kepala sekolah beserta guru bahasa arab di MTs Al-Ihsan. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan sejumlah data dan informasi mengenai pengajaran bahasa arab secara umum dan pengajaran bahasa Arab membaca secara khusus di sekolah tersebut juga menganalisa berbagai pemasalahan yang dihadapi yang berkaitan dengan penelitian ini.3. Tes Tertulis

Dalam hal ini, penulis memberikan tes tertulis tentang membaca bahasa Arab kepada sejumlah siswa yang menjadi objek penelitian. Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa serta mengetahui sejauh mana efektifitas penerapan metode audio lingual dalam pengajaran membaca.

D. Populasi dan sampel

Populasi merupakan wilayah generalisasi penelitian yang terdiri atas subjek dan objek amatan yang ditetapkan peneliti untuk pengambilan kesimpulan. Sementara itu, sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel penelitian dimaksudkan untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel.Pengambilan sampel dalam penelitian ini peneliti mengambil kelas VIII yang berjumlah 26 siswa untuk dijadikan sebagai objek penelitian.E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipakai.

Data yang diperoleh dari penelitian ini ada dua macam, yaitu:

1. Untuk data kualitatif, yaitu dengan cara menguraikan ke dalam bahasa yang mudah dipahami, logis, dan berkaitan dengan tema penelitian.

2. Untuk data kuantitatif, peneliti mengelolanya dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing, yaitu memeriksa angket yang telah diisi oleh responden dengan teliti agar terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.

b. Tabulating, yaitu memindahkan jawaban responden atau blanko yang disusun secara rinci dalam bentuk tabel.

c. Menafsirkan data dengan menggunakan metode statistik deskriptif dengan rumus sebagai berikut :

P = F X 100 N

Keterangan :

P = Presentase

F = Frekuensi

N = Jumlah yang dianalisis

Adapun penafsiran dari data yang sudah diperoleh adalah sebagai berikut:No.PRESENTASEKETERANGAN

1.0 25 %Kurang

2.26 50 %Baik

3.51 75 %Baik Sekali

4.76 100 %Istimewa

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Deskripsi Kemampuan Siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al-Ihsan Pamulang Dalam Membaca Bahasa Arab

Salah satu metode dan teknik yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data adalah dengan cara menyebarkan angket dan mengadakan tes membaca terhadap siswa kelas VIII yang menjadi objek penelitian. Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa sampel yang diambil adalah seluruh siswa kelas VIII yang berjumlah 26 siswa.

Hasil dari pengajaran kosakata dengan metode audio lingual dapat digambarkan dengan perolehan nilai tes siswa sebagai berikut:

Nilai Hasil Tes Pemahaman Membaca Siswa Kelas VIIINo.NamaNilai

1. Adilla Tuzahro89

2. Fazri Maulana Akbar95

3. Khuriyatul Fikriyah90

4. Sarefa Aisya Nursyaban98

5. Diflatul Devi Oktaviana98

6. Dea Ananda Safitri88

7. Pretty Wulandari91

8. Vivi Nurlfiyah87

9. MulyanPramana Dityawarman78

10. Ilham Dwi Ramadhan85

11. Mega Ayu78

12. Bagus Dimas Pratama75

13. Dandi Anggoro95

14. Fadila Ainun Safitri70

15. Faisal Ramadhan89

16. Kharisma Martia Cahyani75

17. Nur Rizkiah Hasanah90

18. Fauzan98

19. Nur Akbar Alfarisi78

20. Gerry Arvian Gunawan80

21. Rian Hardiansyah75

22. Riski Nurhidayah85

23. Vivi Ayu Audina70

24. Asta Listiana70

25. Andre Wibowo80

26. Andhika Yuniarna Valentyas89

Adapun angket yang disebar kepada siswa yang berkaitan dengan tema penelitian dibuat ke dalam 10 soal mewakili variabel dalam penelitian ini, dengan menggunakan 3 pilihan jawaban.

B. Data Hasil Penelitian

1. Data efektifitas penerapan metode audio lingual dalam pengajaran membacaDalam kerangka teori, telah dikemukakan dengan jelas bahwa metode audio lingual merupakan salah satu metode dalam pengajaran membaca dimana kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran ini terdiri dari menyimak kemudian mengikuti ucapan guru secara berulang-ulang dalam bentuk drill dan mengikuti urutan: stimulus respon reinforcement.

Data tentang metode audio lingual sebagai salah satu metode dalam pengajaran bahasa Arab serta bagaimana penerapannya dalam pengajaran membaca dan bagaimana efektifitas dan respon siswa terhadap penggunaan metode tersebut dalam proses pembelajaran, peneliti memperoleh dari hasil angket yang diisi oleh responden yaitu seluruh siswa kelas VIII MTs Al-Ihsan Pamulang.Berikut hasil penghitungan angket pengajaran kosakata dengan menggunakan metode audio lingual:Tabel 1

Mencontohkan pelafalan membaca oleh guru, siswa menyimak

No.Alternatif JawabanFrekuensiPresentase

ASangat Setuju727%

BSetuju1869%

CTidak Setuju14%

Jumlah26100 %

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa diantara langkah-langkah yang didasarkan pada metode audio lingual dalam kegiatan pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran membaca terlebih dahulu guru memberikan contoh tentang pelafalan mufrodat dan siswa menyimaknya dengan baik dan benar, lebih cepat dipahami dan direspon oleh siswa. Hal ini dapat dilihat dari sebagian siswa (27%) menyatakan sangat setuju dengan model pembelajaran seperti yang telah disebutkan di atas. Sebagian lainnya menyatakan setuju (69%) dan hanya sebagian kecil (4%) yang menyatakan tidak setuju dengan model pembelajaran ini.

Tabel 2

Mengikuti Ucapan yang telah dicontohkan guru

NoAlternatif JawabanFrekuensiPresentase

ASangat Setuju831%

BSetuju1869%

CTidak Setuju00%

Jumlah26100 %

Dari tabel di atas, tahapan berikutnya dalam pengajaran membaca dengan menggunakan metode audio lingual adalah siswa mengikuti ucapan yang telah dicontohkan oleh guru mendapatkan respon yang baik dari mayoritas siswa, hal ini dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa (31%) yang menyatakan sangat setuju, (69%) yang menyatakan setuju dan (0%) yang menyatakan tidak setuju dengan langkah pembelajaran ini.Tabel 3

Memperbanyak pembelajaran membaca dalam materi pembelajaran bahasa Arab

NoAlternatif JawabanFrekuensiPresentase

ASangat Setuju415%

BSetuju1765%

CTidak Setuju520%

Jumlah26100 %

Berdasarkan tabel diatas, siswa setuju jika dalam pembelajaran bahasa Arab membaca lebih banyak diajarkan dibanding dengan materi-materi yang lainnya. Hal ini terlihat dari hasil penghitungan angket bahwa 65% dari keseluruhan siswa kelas VIII menyatakan setuju dengan pembelajaran ini.

Tabel 4

Langkah awal dalam pengajaran membaca adalah menyimak ucapan guru

NoAlternatif JawabanFrekuensiPresentase

ASangat Setuju831%

BSetuju1765%

CTidak Setuju14%

Jumlah26100 %

Dalam soal angket nomor ini, penghitungan angket yang diperoleh 65% dari jumlah siswa menyakatan setuju bahwa dalam pengajaran membaca yang pertama kali dilakukan siswa adalah menyimak dan memperhatikan ucapan guru. Ini merupakan awal langkah pembelajaran membaca dengan metode audio lingual.

Tabel 5

Pelafalan membaca secara berulang-ulang

NoAlternatif JawabanFrekuensiPresentase

ASangat Setuju831%

BSetuju1869%

CTidak Setuju00%

Jumlah26100 %

Salah satu tahapan dalam pengajaran bahasa menurut metode audio lingual adalah melatih siswa untuk menguasai materi tersebut dengan cara pengulangan. Mayoritas siswa yang menjadi objek penelitian menyatakan setuju dengan tahapan pembelajaran ini.

Tabel 6

Mempercepat pemahaman membaca dengan sering diucapkan/dilafalkan

NoAlternatif JawabanFrekuensiPresentase

ASangat Setuju623%

BSetuju1662%

CTidak Setuju415%

Jumlah26100 %

Dari hasil penghitungan angket, 62% siswa menyatakan setuju bahwa kosakata akan lebih cepat dipahami jika sering melafalkannya. 23% menyatakan sangat setuju dan 15% meyatakan tidak setuju.Tabel 7

Dengan sering diucapkan, pelafalan membaca menjadi lebih baik dan benar.NoAlternatif JawabanFrekuensiPresentase

ASangat Setuju1246%

BSetuju1454%

CTidak Setuju00%

Jumlah26100 %

Sebagian besar siswa (54%) menyatakan setuju jika sering mengucapkan, mereka akan dapat melafalakan membaca tersebut dengan baik dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk drill secara berulang-ulang akan mempermudah siswa dalam memperlancar membaca.

Tabel 8

Pemahaman membaca akan lebih banyak jika banyak mengadakan latihan

NoAlternatif JawabanFrekuensiPresentase

ASangat Setuju1038%

BSetuju1350%

CTidak Setuju312%

Jumlah26100 %

Dari data diatas 50% dari jumlah siswa, menyatakan setuju jika dalam pengajaran membaca siswa lebih banyak diberikan latihan pemahaman membaca. Hal ini berarti bahwa latihan akan sangat membantu siswa dalam memahami membaca yang harus mereka kuasai.

Tabel 9

Mempraktikkan di depan kelas

NoAlternatif JawabanFrekuensiPresentase

ASangat Setuju415%

BSetuju1246%

CTidak Setuju1039%

Jumlah26100 %

Berdasarkan tabel di atas, 39% dari siswa menyatakan tidak setuju jika membaca yang telah mereka pelajari dipraktikkan di depan kelas. Sebagian lainnya, 46% menyatakan setuju dan 15% menyatakan sangat setuju.Tabel 10

Mempermudah memahami teks Arab dengan banyak membaca

NOAlternatif JawabanFrekuensiPresentase

ASangat Setuju831%

BSetuju1558%

CTidak Setuju311%

Jumlah26100 %

Dari tabel di atas, 58% dari jumlah siswa menyatakan setuju bahwa dengan banyak membaca mereka akan mudah memahami teks Arab. Sebagian lainnya 31% menyatakan sangat setuju dan 11% menyatakan tidak setuju.

2. Data hasil belajar siswa dengan menggunakan metode audio lingual

Dalam mengambil data tentang hasil belajar siswa setelah diterapkan metode audio lingual dalam pengajaran membaca, peneliti mengambilnya dari nilai hasil tes pemahaman membaca setelah dilaksanakan proses pembelajaran dari bulan September sampai dengan bulan .

Selain mengumpulkan dan meneliti data hasil belajar, peneliti juga meneliti tentang latar belakang pendidikan siswa sebelum masuk ke jenjang MTs Al-Ihsan.

Tabel 11

Data hasil belajar siswa dengan menggunakan metode audio lingual

NoKategoriNilaiFrekuensiPresentase

1Istimewa100-9114%

2Baik Sekali90-81727%

3Baik80-711765%

4Cukup70-6114%

Jumlah26100%

Tabel 12

Asal sekolah sebelum masuk MTsNoAlternstif JawabanfrekuensiPresentase

1Sekolah Dasar (SD)831%

2Madrasah Ibtidaiyah (MI)1869%

3Pondok Pesantren00%

Jumlah26100%

C. Interprestasi Data

Berdasarkan analisis terhadap data-data yang sudah dikumpulkan, dapat diuraikan bahwa pengajaran khususnya pengajaran membaca dengan menggunakan metode audio lingual memberikan pengaruh yang sangat baik terhadap perkembangan penguasaan dan pemahaman mereka terhadap bahasa Arab. Dari sejumlah angket yang telah diisi oleh responden dapat diinterprestasikan bahwa tahapan-tahapan pembelajaran membaca yang didasarkan pada metode audio lingual merupakan tahapan yang tepat untuk diterapkan dalam pengajaran membaca. Dengan tahapan-tahapan ini, mayoritas siswa lebih cepat dan lancar membaca pada materi yang dipelajari. Dalam penelitian ini juga, penulis menginterprestasikan bahwa latar belakang ataupun asal sekolah tidak memberikan pengaruh yang signifkan terhadap motivasi dan kemampuan mereka dalam memahami bahasa Arab. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar mereka setelah diukur dengan salah satu alat ukur yaitu tes tertulis.BAB V

PENUTUPA. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan pengajuan hipotesa yang dibuktikan dengan melakukan penelitian di lapangan dan menganalisis kemudian menginterprestasikan data yang sudah dikumpulkan, bahwa peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:

Pengajaran membaca dengan menggunakan metode audio lingual dilakukan dengan cara terlebih dahulu siswa dibimbing untuk menyimak serta memperhatikan ucapan-ucapan guru sampai mereka dapat menangkap dan mencerna dengan baik. Setelah itu guru melatih siswa untuk melafalkan bahan bacaan yang harus dikuasai dengan bentuk drill dan dilakukan secara berulang-ulang. Kegiatan ini mengikuti urutan stimulus respon reinforcement. Dalam pengajaran membaca dengan menggunakan metode ini juga.Pengajaran membaca dengan menggunakan metode audio lingual memberikan pengaruh yang besar terhadap kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai materi bacaan yang diajarkan. Akan tetapi, latar belakang ataupun asal sekolah serta perbedaan tujuan mempelajari bahasa Arab tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap motivasi dan minat mereka dalam mempelajari bahasa Arab, khususnya dalam mempelajari membaca. Metode ini dianggap sebagai metode yang tepat dalam pengajaran membaca karena memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan prestasi belajar siswa.B. SaranSetelah melaksanakan penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Guru memberikan narasumber yang selalu diingat dan dipahami oleh siswa. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat memberikan pembelajaran yang lebih baik kepada siswa dan memiliki kompetensi serta profesionalisme dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

2. Sebelum mengadakan pembelajaran, khusunya pembelajaran bahasa Arab, sebaikanya guru harus mempersiapkan materi dan metode yang tepat untuk menyampaikan materi tersebut sehingga asumsi belajar bahasa Arab itu sulit, tidak ada lagi dalam pikiran siswa.

3. Dalam mengajarkan materi pelajaran bahasa Arab, sebaiknya guru tidak hanya menggunakan satu metode yang sama, akan tetapi memilih metode dan pendekatan mana yang sesuai dengan materi yang hendak disampaikan.

4. Setelah melaksanakan penelitian ini peneliti berharap agar hasil dari penelitian ini memberikan manfaat yang besar, baik bagi peneliti maupun bagi para pembaca pada umumnya.

Utsman Shalih, Al-tahrir Al-Arabiy, (Riyadh: Maktabah Al-Abikan, 1424), hal. 14-15

Nayif Maruf, Khashais al-Arabiyyah wa Tharaiq Tadrisiha, (Bairut: Dar al-Nafais, 1998), hal. 31

Ramadhan Abdu Al-Tawab, Al-Madkhol ila Ilm Al-Lughah wa Manahij al-bahts Al-Lughawi, (Kairo: Al-Nasyir bin Maktabah Al-Khanji, 1997), hal. 7

Rusydi Ahmad Thuaimah, Talim al-Arabiyyah Lighairi al-Nathiqina biha Manahijuhu wa asalibuha, (Ribath: ISSCO, 1989), hal. 35

Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: MISYKAT, 2005), Cet 3, hal. 1

Muljanto Sumardi dan Nida Husna, Metodologi Pengajaran Bahasa Asing, (Universitas Islam Negeri Jakarta), hal. 9

Ahmad Fuad Effendy, Opcit., hal. 1

Muljanto Sumardi dan Nida Husna, Opcit., hal. 11

Ahmad Fuad Effendy, Opcit., hal. 30

Shalah Abd Al-Majid al-Arabiy, Taallum al-Lughah al-Hayyah wa Talimuha, (Kairo: Maktabah Labnan), hal. 46

Ahmad Fuad Effendy, Opcit., hal. 46-47

Syamsul Arifin, Mufrodat dan Tekhnik Pembelajarannya, (dalam Afaq Arabiyah, Jurnal Pendidikan Bahasa Arab: no.2 Desember 2006), hal. 122-123

Ahmad Fuad Effendy, Opcit., hal. 6

Ahmad Fuad Effendy, Opcit., hal. 17-19

Jos Daniel Parera, Lingustik Edukasional, (Jakarta: Erlangga, 1997), cet. 1, hal. 45

Jos Daniel Parera, Opcit., hal. 46-47

Hj. Radliyah Zaenuddin, Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005), cet.1, hal. 41

Ahmad Fuad Effendy, Opcit., hal. 46

Abdul Muin, Analisis Konstrantif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru), cet. 1, hal. 153

Ahmad Fuad Effendy, Opcit., hal. 47-48

Hj. Radliyah Zaenuddin, Opcit., hal. 43

Muhammad Abdul Qodir Ahmad, Thuruqu Talim Al-Lughah Al-Arabiyah, (Kairo: Maktabah An-nahdhah Mesir, 1984), hal. 119

Louis , Kamus Munjid, (Beirut:Darul Syuruq, 1951), hal. 65

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa,1985), hal. 7

Muhammad Shalih Samak, Fann At-Tadris Li At-Tarbiyah Al-Lughawiyah Wa Inthibauha Al-Maslakiyah Wa Anmaathuha Al-Amaliyah, (Kairo: Darul Fikr Al-Arabiy, 1998), hal. 123

Suwarno Wiryodijoyo, Membaca Strategi dan Tehniknya, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989), hal. 1

Muhammad Sholih al-Syanthy, al-Maharat al-Lughowiyah: Madkhol ila Khoshois al-Lughoh al-Arabiyah wa fununiha, (Dar el Andalus: al-Nasyr waal-Tauzi), hal. 173

D. Hidayat, Mukhtashor Turuqu al-Tadris al-Lughoh al-Arabiyah, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 1987), hal. 31

Henry Guntur tarigan, Opcit., hal. 23

Ahmad Fuad Effendy, Opcit., hal. 159

Prof. DR. H. Aziz Fahrurrozi, M.A Dan Mukhson Nawawi, S.Ag, Asaalib Tadris Al-Maharaat Al-Lughawiyah Al-Arabiyah, (Jakarta: Jur. Pendidikan Bahasa Arab UIN Jakarta, 2008), hal. 29

Henry Tarigan, Opcit., hal. 27-28

Ibid., hal. 28

Aziz Fakhrurrazi dan Mukhson Nawawi, Opcit., hal. 99

Muhammad Sholih al-Syanthy, Opcit., hal. 174

D. Hidayat, Opcit., hal. 31

Ahmad Fuad Effendy, Opcit., hal. 159

Ibid., hal. 159

Henry Tarigan, Opcit., hal. 9-11

Muhammad Sholih al-Syanthy, Opcit., hal. 179

Aziz Fakhrurrazi dan Mukhson Nawawi, Opcit., hal. 40

Aziz Fakhrurrazi dan Mukhson Nawawi, Kapita Selekta Metodologi Pengajaran Bahasa Asing, (Jkt: Jurusan PBA UIN Jakarta, 2009), hal.18-20

Aziz Fakhrurrazi dan Mukhson Nawawi, Asalibu Tadris al-Maharat al-Lughowiyah al-Arabiyah (Jkt : Jurusan PBA UIN Jakarta, 2008), hal. 88-92

Ahmad Fuad Effendy, Opcit., hal. 53-54