asuhan keperawatan leukimia jadi fix

80
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. A.H. DENGAN DIAGNOSA LEUKIMIA LIMFOBLASTIK AKUT DI RUANG HAEMATOLOGI BONA II RSUD DR.SOETOMO SURABAYA Disusun Oleh: Yourizka kunnavy P27820113043 Nurul Rachamania D. P27820113052 Shofi Rahmawati P27820113060 Santi Eka Kusuma P27820113069 Limas Ziana Walida P27820113076 Kelompok 3 Anak Tingkat II Reguler B

Upload: zilimas

Post on 17-Jan-2016

81 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Keperawatan, asuhan keperawatan, leukimi

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. A.H.

DENGAN DIAGNOSA LEUKIMIA LIMFOBLASTIK AKUT

DI RUANG HAEMATOLOGI BONA II RSUD DR.SOETOMO SURABAYA

Disusun Oleh:

Yourizka kunnavy P27820113043

Nurul Rachamania D. P27820113052

Shofi Rahmawati P27820113060

Santi Eka Kusuma P27820113069

Limas Ziana Walida P27820113076

Kelompok 3 Anak

Tingkat II Reguler B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO

TAHUN AKADEMIK 2014-2015

Page 2: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

AKUT LIMFOBLASTIK LEUKEMIA (ALL)/

LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT

A. PENGERTIAN

Leukemia adalah keganasan organ pembuat darah, sehingga sumsum tulang

didominasi oleh limfoblas yang abnormal. Leukemia limfoblastik akut adalah keganasan

yang sering ditemukan pada masa anak-anak (25-30% dari seluruh keganasan pada

anak), anak laki lebih sering ditemukan dari pada anak perempuan, dan terbanyak pada

anak usia 3-4 tahun. Faktor risiko terjadi leukimia adalah faktor kelainan kromosom,

bahan kimia, radiasi faktor hormonal,infeksi virus (Ribera, 2009).

Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan

pembentukan darah (Suriadi dan Yuliani, 2001).

Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah suatu keganasan pada sel-sel prekursor

limfoid, yakni sel darah yang nantinya akan berdiferensiasi menjadi limfosit T dan

limfosit B. LLA ini banyak terjadi pada anak-anak yakni 75%, sedangkan sisanya terjadi

pada orang dewasa. Lebih dari 80% dari kasus LLA adalah terjadinya keganasan pada sel

T, dan sisanya adalah keganasan pada sel B. Insidennya 1 : 60.000 orang/tahun dan

didominasi oleh anak-anak usia < 15 tahun, dengan insiden tertinggi pada usia 3-5 tahun

(Landier dkk, 2004).

B. KLASIFIKASI

Leukemia Secara Umum

Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe

sel asal, yaitu:

1) Leukemia Akut

Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat

terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit)

yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia akut memiliki

perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata

dalam 4-6 bulan.

Page 3: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

2) Leukemia Limfositik Akut (LLA)

LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya proliferasi dan

akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang mengakibatkan

organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan kegagalan organ.

LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada umur dewasa

(18%). Insiden LLA akan mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa

pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis

terutama diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang. (Gambar 1. Hapusan

sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa perbesaran 1000x).

Gambar 1. Leukemia Limfositik Akut

3) Leukemia Mielositik Akut (LMA)

LMA merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik yang akan

berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA merupakan leukemia nonlimfositik

yang paling sering terjadi. LMA atau Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA)

lebih sering ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak

(15%). Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan

dengan durasi gejala yang singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal dalam 3

sampai 6 bulan. (Gambar 2. Hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa

perbesaran 1000x).

Gambar 2. Leukemia Mielositik Akut

Page 4: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

Leukemia Kronik

Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi neoplastik

dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan hematologi.

1) Leukemia Limfositik Kronis (LLK)

LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit T).

Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi progresif yang

berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang.

LLK cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang individu

yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan perbandingan 2:1 untuk laki-

laki. (Gambar 3. a dan b. Hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa

perbesaran 1000x).

a                              

                b

Gambar 3. Leukemia Limfositik Kronik

2) Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK)

LGK/LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi

berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif matang. LGK/LMK

mencakup 20% leukemia dan paling sering dijumpai pada orang dewasa usia

pertengahan (40-50 tahun). Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom

philadelphia ditemukan pada 90-95% penderita LGK/LMK.

Sebagian besar penderita LGK/LMK akan meninggal setelah memasuki fase

akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit,

biasanya berupa mieloblas/promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan

sel darah merah yang amat kurang. (Gambar 4. Hapusan sumsum tulang dengan

pewarnaan giemsa a. Perbesaran 200x, b. Perbesaran 1000x).

Page 5: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

a                                                  b

Gambar 4. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik

Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)

FAB (French-American-British) dibuat klasifikasi LLA berdasarkan morfologik

untuk lebih memudahkan pemakaiannya dalam klinik, antara lain sebagai berikut:

a. L-1 terdiri dari sel-sel limfoblas kecil serupa dengan kromatin homogen, nucleus

umumnya tidak tampak dan sitoplasma sempit.

b. L-2 pada jenis ini sel limfoblas lebih besar tapi ukurannya bervariasi, kromatin

lebih besar dengan satu atau lebih anak inti.

c. L-3 terdiri dari sel limfoblas besar, homogeny dengan kromatin berbecak, banyak

ditemukan anak inti serta sitoplasma yang basofilik dan bervakuolisasi.

C. ETIOLOGI

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang

menyebabkan terjadinya leukemia yaitu:

1. Genetik

a. Keturunan

1) Adanya Penyimpangan Kromosom

Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital,

diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia,

sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma

Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan

Page 6: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

neurofibromatosis. Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan

adanya perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group

Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.

2) Saudara Kandung

Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar

identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama

kelahiran. Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan insidensi leukemia

yang sangat tinggi.

b. Faktor Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan

kromosom dapatan, misal: radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang

dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia akut, khususnya

ALL ,

2. Virus

Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus

menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata. Penelitian pada manusia

menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi

tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang

merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan. (Wiernik, 1985).

Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia

adalah Human T-Cell Leukemia. Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T-

Cell Leukemia.

3. Bahan Kimia dan Obat-obatan

a. Bahan Kimia

Paparan kromis dari bahan kimia (misal: benzen) dihubungkan dengan

peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering

terpapar benzen. Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko

tinggi dari AML, antara lain: produk–produk minyak, cat, ethylene oxide,

herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik

b. Obat-obatan

Obat-obatan anti neoplastik (misal: alkilator dan inhibitor topoisomere II)

dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan

Page 7: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

AML. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan

menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML.

4. Radiasi

Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ANLL) ditemukan pada

pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus

lain seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari

ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang

mendapat terapi radiasi misal: pembesaran thymic, para pekerja yang terekspos

radiasi dan para radiologis.

5. Leukemia Sekunder

Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain

disebut Secondary Acute Leukemia (SAL) atau treatment related leukemia. Termasuk

diantaranya penyakit Hodgin, limphoma, myeloma, dan kanker payudara. Hal ini

disebabkan karena obat-obatan yang digunakan termasuk golongan

imunosupresif selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan DNA.

D. MORFOLOGI DAN FUNGSI NORMAL SEL DARAH PUTIH

Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh, yaitu berfungsi

melawan infeksi dan penyakit lainnya. Batas normal jumlah sel darah putih berkisar dari

4.000 sampai 10.000/mm. Berdasarkan jenis granula dalam sitoplasma dan bentuk

intinya, sel darah putih digolongkan menjadi 2 yaitu: granulosit (leukosit

polimorfonuklear) dan agranulosit (leukosit mononuklear).

1. Granulosit

Granulosit merupakan leukosit yang memiliki granula sitoplasma. Berdasarkan

warna granula sitoplasma saat dilakukan pewarnaan terdapat 3 jenis granulosit, yaitu

neutrofil, eosinofil, dan basofil.

a) Neutrofil

Neutrofil adalah garis pertahanan pertama tubuh terhadap invasi oleh bakteri,

sangat fagositik dan sangat aktif. Sel-sel ini sampai di jaringan terinfeksi untuk

menyerang dan menghancurkan bakteri, virus, atau agen penyebab infeksi

lainnya.

Page 8: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

Neutrofil mempunyai inti sel yang berangkai dan kadang-kadang seperti

terpisah- pisah, protoplasmanya banyak bintik-bintik halus (granula). Granula

neutrofil mempunyai afinitas sedikit terhadap zat warna basa dan memberi

warna biru atau merah muda pucat yang dikelilingi oleh sitoplasma yang

berwarna merah muda.

Neutrofil merupakan leukosit granular yang paling banyak, mencapai 60%

dari jumlah sel darah putih. Neutrofil merupakan sel berumur pendek dengan

waktu paruh dalam darah 6-7 jam dan jangka hidup antara 1-4 hari dalam

jaringan ikat, setelah itu neutrofil mati.

b) Eosinofil

Eosinofil merupakan fagositik yang lemah. Jumlahnya akan meningkat saat

terjadi alergi atau penyakit parasit. Eosinofil memiliki granula sitoplasma yang

kasar dan besar. Sel granulanya berwarna merah sampai merah jingga.

Eosinofil memasuki darah dari sumsum tulang dan beredar hanya 6-10 jam

sebelum bermigrasi ke dalam jaringan ikat, tempat eosinofil menghabiskan sisa

8-12 hari dari jangka hidupnya. Dalam darah normal, eosinofil jauh lebih sedikit

dari neutrofil, hanya 2-4% dari jumlah sel darah putih.

c) Basofil

Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya yaitu kurang dari

1% dari jumlah sel darah putih. Basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma

yang bentuknya tidak beraturan dan berwarna keunguan sampai hitam.

Basofil memiliki fungsi menyerupai sel mast, mengandung histamin untuk

meningkatkan aliran darah ke jaringan yang cedera dan heparin untuk

membantu mencegah pembekuan darah intravaskular.

2. Agranulosit

Agranulosit merupakan leukosit tanpa granula sitoplasma. Agranulosit terdiri

dari limfosit dan monosit.

a) Limfosit

Limfosit adalah golongan leukosit kedua terbanyak setelah neutrofil,

berkisar 20-35% dari sel darah putih, memiliki fungsi dalam reaksi imunitas.

Limfosit memiliki inti yang bulat atau oval yang dikelilingi oleh pinggiran

sitoplasma yang sempit berwarna biru. Terdapat dua jenis limfosit yaitu

limfosit T dan limfosit B. Limfosit T bergantung timus, berumur panjang,

Page 9: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

dibentuk dalam timus. Limfosit B tidak bergantung timus, tersebar dalam

folikel-folikel kelenjar getah bening. Limfosit T bertanggung jawab atas

respons kekebalan selular melalui pembentukan sel yang reaktif antigen

sedangkan limfosit B, jika dirangsang dengan semestinya, berdiferesiansi

menjadi sel-sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin, sel-sel ini

bertanggung jawab atas respons kekebalan hormonal.

b) Monosit

Monosit merupakan leukosit terbesar. Monosit mencapai 3-8% dari sel

darah putih, memiliki waktu paruh 12-100 jam di dalam darah. Intinya terlipat

atau berlekuk dan terlihat berlobus, protoplasmanya melebar, warna biru

keabuan yang mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan.

Monosit memiliki fungsi fagositik dan sangat aktif, membuang sel-sel

cedera dan mati, fragmen-fragmen sel, dan mikroorganisme.

Page 10: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

E. PATOFISIOLOGI

Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan leukosit atau

sel darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel darah normal diperoleh

dari sel batang tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang. Sel batang dapat

dibagi ke dalam lymphpoid dan sel batang darah (myeloid), di mana pada kebalikannya

menjadi cikal bakal sel yang terbagi sepanjang jalur tunggal khusus. Proses ini dikenal

sebagai hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum tulang tengkorak, tulang belakang,

panggul, tulang dada, dan pada proximal epifisis pada tulang-tulang yang panjang.

ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan lemah dan

pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya dijumpai

tingkat pengembangan lymphoid yang berbeda dalam sumsum tulang mulai dari yang

sangat mentah hingga  hampir menjadi sel normal. Derajat kementahannya merupakan

petunjuk untuk menentukan/meramalkan kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi

ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada leukositosis, kadang-kadang leukopenia

(25%). Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah, demikian pula kadar hemoglobin dan

trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang biasanya menunjukkan sel-sel blas yang

dominan. Pematangan limfosit B dimulai dari sel stem pluripoten, kemudian sel stem

limfoid, pre pre-B, early B, sel B intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid dan sel

plasma. Limfosit T juga berasal dari sel stem pluripoten, berkembang menjadi sel stem

limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit, timosit matur, dan menjadi sel limfosit T

helper dan limfosit T supresor.

Page 11: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat ekstramedular sehingga

anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali. Sakit tulang

juga sering dijumpai. Juga timbul serangan pada susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala,

muntah-muntah, “seizures”, dan gangguan penglihatan.

Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur/abnormal dalam jumlah yang

berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang

dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam

sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal.

Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan

jumlah leukosit, sel darah merah, dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ

menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, nyeri

tulang, dan persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan

jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi,

epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang

dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami

infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan

makanan. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001,

Betz & Sowden, 2002).

F. PATHWAY

Page 12: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

G. MANIFESTASI KLINIS

Leukemia limfositik akut menyerupai leukemia granulositik akut dengan tanda dan

gejala dikaitkan dengan penekanan unsur sumsum tulang normal (kegagalan sumsum

tulang) atau keterlibatan ekstramedular oleh sel leukemia. Akumulasi sel-sel limfoblas

ganas di sumsum tulang menyebabkan berkurangnya sel-sel normal di darah perifer

dengan manifestasi utama berupa infeksi, perdarahan, dan anemia. Gejala lain yang dapat

ditemukan yaitu:

1. Anemia: mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada;

2. Anoreksia, kehilangan berat badan, malaise;

3. Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel leukemia),

biasanya terjadi pada anak;

4. Demam, banyak berkeringat pada malam hari (hipermetabolisme);

5. Infeksi mulut, saluran napas, selulitis, atau sepsis. Penyebab tersering adalah

gramnegatif usus;

Page 13: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

6. Stafilokokus, streptokokus, serta jamur;

7. Perdarahan kulit, gusi, otak, saluran cerna, hematuria;

8. Hepatomegali, splenomegali, limfadenopati;

9. Massa di mediastinum (T-ALL); dan

10. Leukemia SSP (Leukemia cerebral); nyeri kepala, tekanan intrakranial naik,

muntah, kelumpuhan saraf otak (VI dan VII), kelainan neurologik fokal, dan

perubahan statusmental.

H. PEMERIKSAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang mengenai leukemia adalah:

1. Hitung darah lengkap menunjukkan normositik, anemia normositik.

2. Hemoglobin: dapat kurang dari 10 g/100 ml.

3. Retikulosit: jumlah biasanya rendah.

4. Jumlah trombosit: mungkin sangat rendah (<50.000/mm).

5. SDP: mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP yang imatur

(mungkin menyimpang ke kiri). Mungkin ada sel blast leukemia.

6. PT/PTT: memanjang.

7. LDH: mungkin meningkat.

8. Asam urat serum/urine: mungkin meningkat.

9. Muramidase serum (lisozim): peningkatan pada leukimia monositik akut dan

mielomonositik.

10. Copper serum: meningkat.

11. Zinc serum: meningkat/menurun.

12. Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50 % atau lebih dari

SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari blast, dengan prekusor eritroid,

sel matur, dan megakariositis menurun.

13. Foto dada dan biopsi nodus limfe: dapat mengindikasikan derajat keterlibatan.

I. KOMPLIKASI

1. Perdarahan

Akibat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka trombosit yang rendah

ditandai  dengan:

Page 14: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

a) memar (ekimosis), dan

b) petekia (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar ujung jarum

dipermukaan kulit).

Perdarahan berat jika angka trombosit < 20.000 mm3 darah. Demam dan infeksi

dapat memperberat perdarahan.

2. Infeksi

Akibat kekurangan granulosit matur dan normal. Meningkat sesuai derajat

netropenia dan disfungsi imun.

3. Pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal.

Akibat penghancuran sel besar-besaran saat kemoterapi meningkatkan kadar asam

urat sehingga perlu asupan cairan yang tinggi.

4. Anemia

5. Masalah gastrointestinal.

a) mual,

b) muntah,

c) anoreksia,

d) diare, dan

e) lesi mukosa mulut.

Terjadi akibat infiltrasi lekosit abnormal ke organ abdominal, selain akibat

kemoterapi.

J. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Leukemia Limfoblastik Akut:

Tujuan pengobatan adalah mencapai kesembuhan total dengan menghancurkan

sel-sel leukemik sehingga sel noramal bisa tumbuh kembali di dalam sumsum

tulang. Penderita yang menjalani kemoterapi perlu dirawat di rumah sakit selama

beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada respon yang ditunjukkan

oleh sumsum tulang.

Sebelum sumsum tulang kembali berfungsi normal, penderita mungkin

memerlukan: transfusi sel darah merah untuk mengatasi anemia, transfusi trombosit

untuk mengatasi perdarahan, antibiotik untuk mengatasi infeksi. Beberapa

kombinasi dari obat kemoterapi sering digunakan dan dosisnya diulang selama

Page 15: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

beberapa hari atau beberapa minggu. Suatu kombinasi terdiri dari prednison per-oral

(ditelan) dan dosis mingguan dari vinkristin dengan antrasiklin atau asparaginase

intravena. Untuk mengatasi sel leukemik di otak, biasanya diberikan suntikan

metotreksat langsung ke dalam cairan spinal dan terapi penyinaran ke otak.

Beberapa minggu atau beberapa bulan setelah pengobatan awal yang intensif untuk

menghancurkan sel leukemik, diberikan pengobatan tambahan (kemoterapi

konsolidasi) untuk menghancurkan sisa-sisa sel leukemik. Pengobatan bisa

berlangsung selama 2-3 tahun. Sel-sel leukemik bisa kembali muncul, seringkali di

sumsum tulang, otak atau buah zakar. Pemunculan kembali sel leukemik di sumsum

tulang merupakan masalah yang sangat serius. Penderita harus kembali menjalani

kemoterapi. Pencangkokan sumsum tulang menjanjikan kesempatan untuk sembuh

pada penderita ini. Jika sel leukemik kembali muncul di otak, maka obat kemoterapi

disuntikkan ke dalam cairan spinal sebanyak 1-2 kali/minggu. Pemunculan kembali

sel leukemik di buah zakar, biasanya diatasi dengan kemoterapi dan terapi

penyinaran.

2. Pengobatan Leukeumia Limfositik Kronik

Leukemia limfositik kronik berkembang dengan lambat, sehingga banyak

penderita yang tidak memerlukan pengobatan selama bertahun-tahun sampai jumlah

limfosit sangat banyak, kelenjar getah bening membesar atau terjadi penurunan

jumlah eritrosit atau trombosit. Anemia diatasi dengan transfusi darah dan suntikan

eritropoietin (obat yang merangsang pembentukan sel-sel darah merah). Jika jumlah

trombosit sangat menurun, diberikan transfusi trombosit. Infeksi diatasi dengan

antibiotik.

Terapi penyinaran digunakan untuk memperkecil ukuran kelenjar getah bening,

hati, atau limpa. Obat antikanker saja atau ditambah kortikosteroid diberikan jika

jumlah limfositnya sangat banyak. Prednison dan kortikosteroid lainnya bisa

menyebabkan perbaikan pada penderita leukemia yang sudah menyebar. Tetapi

respon ini biasanya berlangsung singkat dan setelah pemakaian jangka panjang,

kortikosteroid menyebabkan beberapa efek samping. Leukemia sel B diobati dengan

alkylating agent, yang membunuh sel kanker dengan mempengaruhi DNAnya.

Leukemia sel berambut diobati dengan interferon alfa dan pentostatin.

Penatalaksanaan lain:

1. Pelaksanaan kemoterapi

Page 16: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan kanker

ini menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia. Tergantung pada

jenis leukemia, pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari dua

obat atau lebih.

          Pasien leukemia bisa mendapatkan kemoterapi dengan berbagai cara:

Melalui mulut.

Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau intravena). Melalui

kateter (tabung kecil yang fleksibel) yang ditempatkan di dalam pembuluh

darah   balik besar, seringkali di dada bagian atas – perawat akan menyuntikkan

obat ke dalam kateter, untuk menghindari suntikan yang berulang kali. Cara ini

akan mengurangi rasa tidak nyaman dan/atau cedera pada pembuluh darah

balik/kulit.

Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal – jika ahli patologi

menemukan sel-sel leukemia dalam cairan yang mengisi ruang di otak dan

sumsum tulang belakang, dokter bisa memerintahkan kemoterapi intratekal.

Dokter akan menyuntikkan obat langsung ke dalam cairan cerebrospinal.

Metode ini digunakan karena obat yang diberikan melalui suntikan IV atau

diminum seringkali tidak mencapai sel-sel di otak dan sumsum tulang belakang.

Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase yang

digunakan untuk semua orang.

a) Tahap 1 (terapi induksi)

Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian

besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi

kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang

karena obat menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh

sel leukemia. Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu

daunorubisin, vincristin, prednison, dan asparaginase.

b) Tahap 2 (terapi konsolidasi/intensifikasi)

Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang

bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps

dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah

6 bulan kemudian.

Page 17: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

c) Tahap 3 (profilaksis SSP)

Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan

yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah.

Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang

dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki

otak dan sistem saraf pusat.

d) Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)

Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini

biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun. Angka harapan hidup yang membaik

dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai

remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai

remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang,

yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang

dan SSP.

2. Terapi Biologi

Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi untuk

meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui

suntikan di dalam pembuluh darah balik. Bagi pasien dengan leukemia limfositik

kronis, jenis terapi biologi yang digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan

mengikatkan diri pada sel-sel leukemia. Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan

untuk membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Bagi

penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang digunakan adalah

bahan alami bernama interferon untuk memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia.

3. Terapi Radiasi

Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi

tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin

yang besar akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh

tempat menumpuknya sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan radiasi

yang diarahkan ke seluruh tubuh. (radiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum

transplantasi sumsum tulang).

4. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)

Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell).

Transplantasi sel induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang tinggi,

Page 18: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel leukemia

sekaligus sel-sel darah normal dalam sumsum tulang. Kemudian, pasien akan

mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat melalui tabung fleksibel yang

dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau leher. Sel-sel darah yang

baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi ini. Setelah

transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap di rumah sakit

selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi sampai

sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih

dalam jumlah yang memadai.

5. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada

trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi

trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.

6. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai

remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhir nya dihentikan.

7. Sitostatika.

Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat, atau

MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin

(oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin, arabinosid, L-asparaginase,

siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan

dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-obatan ini

sering terdapat akibat samping beru pa alopesia, stomatitis, leukopenia, infeksi

sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih berhziti-hati bila jumiah leukosit kurang

dari 2.000/mm3.

8. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang

suci hama).

9. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan

jumlah sel leukemia cukup rendah (105 - 106), imunoterapi mulai diberikan.

Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan

Corynae bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibodi yang dapat

memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyunti kan

sel leukemia yang telah diradiasi. Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk

antibodi yang spesifik terhadap sel leukemia, sehingga semua sel patologis akan

dihancurkan sehingga diharapkan penderita leukemia dapat sembuh sempurna.

10. Cara pengobatan.

Page 19: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

Setiap klinik mempunyai cara tersendiri bergantung pada pengalamannya.

Umumnya pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan mendapatkan

masa remisi yang lebih lama. Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya

dipakai pola dasar pengobatan sebagai berikut:

a) Induksi

Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian berbagai obat

tersebut di atas, baik secara sistemik maupun intratekal sampai sel blast dalam

sumsum tulang kurang dari 5%.

b) Konsolidasi

Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.

c) Rumat (maintenance)

Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa remisi

yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika separuh dosis

biasa.

d) Reinduksi

Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan setiap

3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10-14 hari.

e) Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat.

Untuk hal ini diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk mencegah

leukemia meningeal dan radiasi kranial sebanyak 2.400-2.500 rad. untuk

mencegah leukemia meningeal dan leukemia sereb ral. Radiasi ini tidak diulang

pada reinduksi.

f) Pengobatan imunologik

Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali dan

dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna (Sutarni Nani,

2003).

K. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan

a) Identitas

Page 20: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

Acute lymphoblastic leukemia sering terdapat pada anak-anak usia di bawah

15 tahun  (85%), puncaknya berada pada usia 2– 4 tahun. Rasio lebih sering

terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

b) Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama:

Pada anak, keluhan yang sering muncul tiba-tiba adalah demam, lesu

dan malas makan atau nafsu makan berkurang, pucat (anemia), serta

kecenderungan terjadi perdarahan.

2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu: 

Pada penderita ALL sering ditemukan riwayat keluarga yang terpapar

oleh chemical toxins (benzene dan arsen), infeksi virus (epstein barr,

HTLV-1), kelainan kromosom, dan penggunaan obat-obatan seperti

phenylbutazone dan khloramphenicol, terapi radiasi maupun kemoterapi.

3) Pola Persepsi: 

Tidak spesifik dan berhubungan dengan kebiasaan buruk dalam

mempertahankan kondisi kesehatan dan kebersihan diri. Kadang ditemukan

laporan tentang riwayat terpapar bahan-bahan kimia dari orangtua.

4) Pola Nurisi: 

Anak sering mengalami penurunan nafsu makan, anorexia, muntah,

perubahan sensasi rasa, penurunan berat badan dan gangguan menelan,

serta pharingitis. Dari pemerksaan fisik ditemukan adanya distensi

abdomen, penurunan bowel sounds, pembesaran limfa, pembesaran hepar

akibat invasi sel-sel darah putih yang berproliferasi secara abnormal,

ikterus, stomatitis, ulserasi oal, dan adanya pmbesaran gusi  (bisa menjadi

indikasi terhadap acute monolytic leukemia).

5) Pola Eliminasi: 

Anak kadang mengalami diare, penegangan pada perianal, nyeri

abdomen, dan ditemukan darah segar dan faeces berwarna ter, darah dalam

urin, serta penurunan urin output. Pada inspeksi didapatkan adanya abses

perianal, serta adanya hematuria.

6) Pola Tidur dan Istrahat: 

Anak memperlihatkan penurunan aktifitas dan lebih banyak waktu

yang dihabiskan untuk tidur/istrahat karena mudah mengalami kelelahan.

Page 21: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

7) Pola Kognitif dan Persepsi: 

Anak penderita ALL sering ditemukan mengalami penurunan

kesadaran (somnolence), iritabilits otot dan “seizure activity”, adanya

keluhan sakit kepala, disorientasi, karena sel darah putih yang abnormal

berinfiltrasi ke susunan saraf pusat.

8) Pola Mekanisme Koping dan Stress:

Anak berada dalam kondisi yang lemah dengan pertahan tubuh yang

sangat jelek. Dalam pengkajian dapat ditemukan adanya depresi,

withdrawal, cemas, takut, marah, dan iritabilitas. Juga ditemukan

peerubahan suasana hati, dan bingung.

9) Pola Seksual:

Pada pasien anak-anak pola seksual belum dapat dikaji.

10) Pola Hubungan Peran:

Pasien anak-anak biasanya merasa kehilangan kesempatan bermain

dan berkumpul bersama teman-teman serta belajar.

11) Pola Keyakinan dan Nilai:

Anak pra sekolah mengalami kelemahan umum dan ketidakberdayaan

melakukan ibadah.

12) Pengkajian tumbuh kembang anak.

c) Pemeriksaan Diagnostik

Count Blood Cells: indikasi normocytic, normochromic anemia.

Hemoglobin: bisa kurang dari 10 gr%.

Retikulosit: menurun/rendah.

Platelet count:   sangat rendah (<50.000/mm).

White Blood cells: >50.000/cm dengan peningkatan immatur WBC (kiri ke

kanan).

Serum/urin uric acid: meningkat.

Serum zinc: menurun.

Bone marrow biopsy: indikasi 60–90% adalah blast sel dengan erythroid.

Prekursor, sel matur dan penurunan megakaryosit.

Rongent dada dan biopsi kelenjar limfa: menunjukkan tingkat kesulitan

tertentu.

Page 22: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia.

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,

malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi, dan atau stomatitis.

M. RENCANA KEPERAWATAN

NoDiagnosa

Keperawatan

Tujuan/

Kriteria HasilRencana Tindakan Rasional

1. Defisit volume

cairan b.d mual

dan muntah.

Tujuan:

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1 x 24 jam

diharapkan pasien,

dengan kriteria hasil:

1. Menunjukkan

volume cairan

adekuat.

2. Haluaran urine

dalam batas

normal.

3. Mual dan

muntah berhenti.

4. Mukosa bibir

lembab.

5. Turgor kulit

baik.

6. Ubun-ubun

datar.

1. Evaluasi turgor

kulit, kondisi

umum, dan mebran

mukosa.

2. Timbang berat

badan setiap hari.

3. Kaji input dan

output cairan.

4. Beri motivasi

pasien untuk

minum 2-3 liter per

hari.

5. Kaji tanda-tanda

vital pasien.

1. Indikator langsung

status cairan atau

hidrasi.

2. Untuk mengukur

keadekuatan

penggantian cairan

sesuai dengan

fungsi ginjal.

Pemasukan yang

lebih banyak dari

pengeluaran dapat

megindikasikan

obstruksi ginjal.

3. Untuk mencegah

terjadinya

hipovolemik yang

berkelanjutan.

4. Mempengaruhi

adanya gangguan

pemasukan dan

kebutuhan cairan.

5. Perubahan pada

tanda-tanda vital

Page 23: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

6. Berikan obat sesuai

indikasi. Contoh:

Ondansentron.

7. Berikan cairan

melalui IV sesuai

indikasi.

dapat

menunjukkan efek

hipovolemik

(perdarahan/dehidr

asi).

6. Ondansentron

berfungsi untuk

menghilangkan

mual dan muntah.

7. Mempertahankan

cairan dan eletrolit

tubuh.

2. Ketidakseimban

gan nutrisi

kurang dari

kebutuhan

tubuh b.d

cancer cahexia.

Tujuan:

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

3 x 24 jam

diharapkan

kebutuhan nutrisi

terpenuhi, dengan

kriteria hasil:

1. Klien tidak pucat

dan segar.

2. turgor kulit baik.

3. Mukosa Bibir

lembab.

4. Nafsu makan

meningkat.

5. BB meningkat.

6. TTV dalam batas

normal.

1. Timbang berat

badan setiap hari.

2. Berikan makan diet

tinggi kalori kaya

nutrein

3. Motivasi orang tua

1. untuk mengukur

keadekuatan

penggantian cairan

sesuai dengan fungsi

ginjal.pemasukan yang

lebih banyak dari

pengeluaran dapat

megindikasikan

obstruksi ginjal.

2. kebutuhan jaringan

metabolik

ditingkatkan begitu

juga cairan untuk

menghilanhkan

produksi sisa

suplemen dapat

memainkan pernan

penting dalam

mempertahankan

masukan kalori dan

protein yang adekuat.

3. Jelaskan bahwa

Page 24: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

untuk tetap rileks pada

saat anak makan.

4. Mootivasi pasien

memakan semua

makanan yang dapat di

toleransi, rencanakan

untuk memperbaiki

kualitas gizi pada saat

selera makan anak

meningkat.

5. kaji Tanda Tanda

Vital pasien

6. Berikan makanan yag

disertai suplemen

nutrisi gizi, seperti

susu bubuk atau

suplemen yang

dijual bebas.

7. Berikan edukasi pada

orangtua pasien

tentang makanan

yang baik

dikonsumsi dan

tidak boleh

dikonsumsi pasien

hilangnya nafsu

makan adalah akibat

langsung dari mual

dan muntah serta

kemoterapi.

4. Untuk mendorong

agar anak mau makan.

5. perubahan pada

Tanda-Tanda Vital

dapat menunjukkan

efek hipovolemik

(perdarahan/dehidrasi)

6.Untuk

memaksimalkan

intake nutrisi.

7.Agar orangtua

mampu memberi

makanan yang sesuai

7

3. Kecemasan b.d.

perubahan

status kesehatan

Tujuan:

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

1. Kaji tingkat

kecemasan klien

1. Untuk mengetahui

berat ringannya

Page 25: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

anak 1x24 jam diharapkan

pasien dan keluarga

tidak cemas. Dengan

kriteria hasil:

1. Pasien dan

keluarga tidak

gelisah

2. Kontak mata

fokus

3. Mengenal

kecemasan

4. Mengatasi

kesemasan

melalui teknik

relaksasi

5. Memperagakan

dan

menggunakan

teknik relaksasi

untuk mengatasi

kecemasan

2. Bantu klien

mengenal

kecemasannya

dengan

mengidentifikasi

dan menguraikan

perasaannya,

menjelaskan situasi

yang menimbulkan

kecemasan, dan

bantu klien

menyadari perilaku

akibat cemas.

3. Berikan support

mental

4. Anjurkan pada klien

dan keluarga untuk

berdoa

5. Ajarkan klien teknik

relaksasi untuk

meningkatkan

kontrol dan rasa

percaya diri dengan

latihan relaksasi

tarik napas dalam

kecemasan klien

2. Agar klien mampu

mengidentifikasi

penyebab dan

mengatasi

kecemasannya

3. Meningkatkan

kepercayaan diri

dan semangat

untuk pengobatan

4. Agar klien

kembali

menyerahkan

sepenuhnya

kepada Tuhan

YME

5. Membantu

mengurangi

kecemasan

Page 26: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

dan mengerutkan

lalu mengendurkan

otot-otot

6. Motivasi klien untuk

melakukan teknik

relaksasi setiap kali

kecemasan muncul

6. Agar kecemasan

tidak kembali dan

pasien dapat

mengatasi

kecemasannya

DAFTAR PUSTAKA

Aster, Jon. 2007. Sistem Hematopoietik dan Limfoid dalam Buku Ajar Patologi Edisi 7.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Atul, Mehta dan A. Victor Hoffbrand. 2006. At a Glance Hematologi Edisi 2. Jakarta:

Erlangga

Baldy, Catherine M. 2006. Komposisi Darah dan Sistem Makrofag-Monosit dalam

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Landier W, Bhatia S, dkk.. 2004. Development of risk-based guidelines for pediatric cancer

survivors: the Children's Oncology Group Long-Term Follow-Up Guidelines from

Page 27: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

the Children's Oncology Group Late Effects Committee and Nursing Discipline.

(24):4979-90

Margolin JF, Steuber CP, Poplack DG. 2006. Acute lymphoblastic leukemia. In: Pizzo

PAPoplack DG, eds. Principles and Practice of Pediatric Oncology. 538-90

Price, Sylvia Anderson. 1994. Pathophysiology: Clinical Concepts Of Disease Processes.

Alih Bahasa Peter Anugrah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Reeves, Charlene J, dkk. 2001. Medical-Surgical Nursing Edisi I. Alih Bahasa Joko

Setyono. Jakarta : Salemba Medika

Ribera JM, Oriol A. 2009. Acute lymphoblastic leukemia in adolescents and young adults.

Hematol Oncol Clin North Am. (5):1033-42

Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth

Edisi 8. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC

ASUHAN KEPERAWATAN

Pada An. A.H dengan ALL (Acute Lymphoblastic Leucemia) di Ruang Haematologi Bona

II RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

I. Pengkajian

A. Data Subyektif

1. Identitas Klien

1. Nama : An. A.H

2. Tempat,tanggal lahir : Lamongan, 20 januari 2010 (4 tahun)

3. Jenis kelamin : Laki-laki

4. Agama : Islam

5. Alamat : Lamongan

Page 28: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

6. Tanggal MRS : 19 Juni 2014, pukul 13.22 WIB

7. Tanggal pengkajian : 19 Juni 2014

8. Diagnose medik : Acute Lymphoblastic Leucemia

2. Identitas Orang Tua

a. Ayah

1. Nama : Tn. T

2. Usia : 45 tahun

3. Pendidikan : SD

4. Pekerjaan : Petani

5. Agama : Islam

6. Alamat : Lamongan

3. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Ibu pasien mengatakan pasien mengalami mual dan muntah.

b. Riwayat kesehatan sekarang :

Ibu pasien mengatakan pasien MRS karena akan direncankan pra-kemoterapi

ke-2 pada tanggal 19 Juni 2014. Satu hari sebelum MRS pasien mengalami mual

dan muntah. Muntah 4 kali sehari. Pasien dibawa ke poli hematologi oleh keluarga

lalu dirawat di Bona II RSUD Dr Soetomo. Pasien mendapatkan terapi dehidrasi

infus kaen 3B 750 cc/ 3 jam dan injeksi ondansentron 2 mg IV 2x sehari untuk

mengurangi muntah.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Ibu mengatakan pasien didiagnosan ALL sejak bulan Januari 2014.Saat itu

muncul gejala anak panas naik turun selama ± 1 minggu, mual, muntah, pucat, dan

mengeluh perut sakit.Pasien dirawat di RS Lamongan selama 2

minggu.Mendapatkan terapi transfusi darah PRC dan TC sebanyak 4-6x. Tidak ada

riwayat perdarahan pada kulit, gusi, ataupun hematuria. Klien pernah MRS di RS

Dr. Soetomo selama tiga bulan. Mendapatkan terapi Citostatika atau terapi

protokol pertama selama 12 minggu. Pasien tidak memiliki riwayat elergi

makanan, minuman, dan obat-obatan.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Page 29: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

Keluarga mengatakan anggota keluarga lain tidak ada yang menderita

penyakit kanker, khususnya kanker darah. Tidak ada riwayat penyakit kelainan

darah.

e. Riwayat Tumbuh Kembang

BB= 15kg.

TB= 97cm.

Pertumbuhan anak seperti layaknya anak lain, normal. Tidak ada kelainan dan

tidak sering sakit-sakitan.

f. Riwayat Nutrisi

Selama bayi, anak tidak pernah mendapatkan ASI sejak lahir. Anak diberi

PASI atau susu formula. Alasan pemberian karena ASI tidak keluar. Jumlah

pemberian 5-6x sehari @60cc. Cara pemberian dengan menggunakan botol. Anak

mulai mendapatkan makanan tambahan saat usia 1 tahun dengan makanan

tambahan seperti bubur, pisang, dan nasi yang dihaluskan. Sebelum sakit anak

sering makan mie instan sekali setiap hari. Anak juga sering minum susu kemasan

5 kotak sehari.

g. Riwayat Psikososial

a) Psikologi

Anak belum mengetahui tentang penyakitnya sehingga anak tidak merasa

memiliki penyakit. Orang tua mengalami kecemasan mengenai penyakit yang

dialami anaknya.

b) Sosial

Anak jarang bermain dengan teman-temannya karena kondisi anak lemah.

Sehingga orang tua tidak mengizinkan anak untuk beraktifitas berat.

4. Pola Aktivitas Sehari-hari

a. Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan

SMRS: ibu pasien mengatakan kesehatan anaknya baik, ibu mengatakan

bahwa Anak di diagnosa ALL sejak Januari 2014, ibu pasien tidak lupa

memberikan obat untuk anaknya. Pasien belum mengetahui tentang

penyakitnya. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sudah pernah

mendapatkan kemoterapi satu kali. Ibu pasien juga melarang anaknya

untuk banyak bermain karena kondisinya yang lemah.

Page 30: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

MRS : ibu pasien mengatakan pasien MRS di Dr. Soetomo. Selama ini

keluarga klien mengikuti pengobatan dengan baik. Klien tidak

memiliki riwayat alergi pada makanan, minuman dan obat.

b. Pola Nutrisi – Metabolik

SMRS : klien makan 3 kali sehari dengan menu nasi, lauk dan sayur. Jarang

makan buah, nafsu makan anak menurun semenjak dilakukan

kemoterapi. Sebelum sakit anak suka makan mie instant setiap hari.

Klien juga suka beli susu kemasan 4-5 kotak per hari. Minum kurang

lebih 750-1000 cc per hari.

MRS : klien mendapat diet 1250 kalori dengan menu nasi lauk sayur dan

buah . Nafsu makan menurun. Makan pagi habis setengah porsi. Klien

mengalami mual dan muntah. BB naik turun selama 3 bulan terakhir,

sebelum kemotrapi pertama BB klien 18 kg setelah menjalankan

kemoterapi turun 3 kg menjadi 15 kg. Klin minum 2 gelas setiap hari

±800ml, rongga mulut bersih tidak ada perdarahan.

c. Pola Eliminasi

SMRS : BAB atau BAK spontan. Frekuensi BAB 1 kali sehari dengan

konsistensi lembek. BAK 3-4 kali dalam sehari. Konsistensi feses

lembek, berwarna kuning kecoklatan. Tidak ada hematuria

MRS : BAB atau BAK spontan, frekuensi BAB 1 kali dalam sehari BAK 2

kali sehari dengan volome ± 900ml, tidak ada gangguan pada pola

eliminasi. Tidak ada hematuria

d. Pola Aktifitas dan Latihan

SMRS: klien bersekolah disalah satu TK. Aktivitas anak biasanya bermain.

Tetapi semenjak sakit anak cepat lelah, dan mengurangi aktivitas

bermainnya.Klien menghabiskan waktunya untuk menonton TV.

MRS: klien beraktivitas diatas tempat tidur.Kebutuhan sehari-harinya dibantu

oleh keluarganya.

e. Pola Istirahat dan Tidur

SMRS : keadaan sebelum sakit anak biasa tidur siang selama kurang lebih 2

jam dan malam hari tidur jam 9 malam sapai 5 pagi.

Page 31: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

MRS : anak tidur didampingi kedua orang tua. Tidur siang selama 3 jam dan

tidur malam mulai jam 21.00-05.00 WIB. Tidak ada gangguan saat

tidur.Saat dilakukan pengkajian ekspresi wajah tidak mengantuk.

f. Pola Persepsi – Kognitif

SMRS: Ibu px mengatakan anaknya tidak tahu dan mengerti tentang

penyakitnya. Klien memiliki kesadaran penuh. Bisa bicara dengan

normal dengan menggunakan Bahasa Jawa, kemampuan membaca

kurang, dapat berinteraksi dengan orangtuanya dengan baik,

pendengaran dan penglihatan dalam batas normal.

MRS : Ibu px mengatakan anaknya tidak tahu tentang penyakitnya. Bisa

bicara dengan normal dengan menggunakan Bahasa Jawa, dapat

berinteraksi dengan orangtuanya dengan baik, pendengaran dan

penglihatan dalam batas normal.

g. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama

SMRS : ibu pasien mengatakan sebelum sakit anak banyak bermain di rumah

dengan kakaknya. Hubungan dengan saudara baik, hubungan dengan

keluarga juga baik. Saat di datangi petugas kesehatan anak merespon

dengan baik dan tidak menunjukkan ketakutan.

MRS : Ibu mengatakan bahwa anak jauh dengan kakanya. Ibu sering merasa

cemas karena jauh dengan anak pertamanya. Ibu juga Anak bisa

merespon baik bila di datangi oleh petugas kesehatan, tidak merasa

kesakitan. Orang tua selalu mendampingi anaknya dan berkomunikasi

dengan baik.

h. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stres

SMRS: ibu pasien mengatakan bahwa ingin anaknya segera sembuh, ibunya

tidak telat memberikan obat untuk anaknya dan mencoba

membahagiakan anaknya dengan menghiburnya saat di rumah.

MRS :Ibu px mengatakan, selama sakit anaknya tidak pernah rewel atau

menangis saat dilakukan pemeriksaan. Klien menjalani pengobatan

dengan baik dan menunjukkan ketakutan saat melihat jarus suntik. Ibu

pasien menginginkan anaknya segera sembuh dan segera pulang

i. Pola Seksual

Page 32: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

Pada pasien anak-anak pola seksual belum dapat dikaji.

j. Pola Keyakinan dan Nilai

SMRS : ibu pasien mengatakan anak belum bisa beribadah dengan baik.

Namun bila orang tua beribadah, anak bisa mengikuti.

MRS : ibu pasien mengatakan bahwa anak mengalami kelemahan umun dan

ketidak berdayaan melakukan ibadah.

k. Personal Hygiene

SMRS : klien mandi 2x sehari, gosok gigi 1x sehari saat mandi pagi. Klien

cuci rambut seminggu 2x, menggunting kuku saat kuku panjang.

MRS : klien mandi 2x sehari. Tidak menggosok gigi. Belum menggunting

kuku.

B. Data Objektif

1. Keadaan Umum

Kondisi pasien lemah, ekspresi wajah normal (tidak menahan sakit), dan skala

aktivitas pada tingkat 2 (memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain).

2. Kesadaran

Composmetis dengan GCS 4-5-6.

3. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

TD : 110/80 mmHg.

N : 108 x/ menit

RR : 24 x/ menit

Suhu : 37,2 °C

4. Data Klinik

Usia : 4 tahun

TB : 97 cm

BB : 15kg

5. Pemeriksaan Fisik

a. Kulit

1) Inspeksi

- Warna kulit pucat

- Kulit kering di daerah bibir dan tangan.

- Membran mukosa kering.

- Tidak ada lecet atau tanda terjadi pendarahan.

Page 33: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

2) Palpasi

- Akral hangat

- Suhu permukaan kulit normal.

- Turgor kulit baik.

b. Rambut

1) Inspeksi

- Rambut bersih.

- Rambut tipis karena sering rontok.

- Berwarna hitam.

- Penyebaranya merata.

c. Kelenjar Getah Bening

1) Inspeksi

- Tidak ada peradangan

2) Palpasi

- Tidak ada benjolan di daerah servikal anterior, inguinal oksipital, dan

retroaurikular.

d. Kepala

1) Inspeksi

- Ukuran kepala normal.

- Tidak ada pembengkakan atau benjolan pada kepala.

e. Pemeriksaan Mata

1) Inspeksi

- Palpebra : tidak ada edema, tidak ada peradangan.

- Sklera : Putih, tidak ikhterus.

- Konjungtiva : Enemis

- Pupil : Isokor.

- Posisi mata : simetris.

- Gerakan bola mata : normal

f. Pemeriksaan Hidung dan Sinus

1) Inspeksi

- Posisi hidung : simetris.

- Bentuk hidung : normal

- Sekret : tidak ada.

g. Pemeriksaan Telinga

Page 34: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

1) Inspeksi

- Posisi telinga : simetris

- Lubang telinga: bersih.

2) Palpasi

- Nyeri tekan : tidak ada

h. Pemeriksaan Mulut

1) Inspeksi

- Gigi : Terdapat karies gigi.

- Gusi : merah muda, tidak ada edema, tidak ada peradangan.

- Lidah : tidak ada kelainan kogenital seperti makroglosis atau

mikroglosia, glosoptosis , dan tremor. Lidah bersih.

- Bibir : simetris, mukosa bibir kering, berwarna pucat, tidak ada tanda

sianosis.

- Faring : tidak ada bercak.

i. Pemeriksaan Leher

1) Inspeksi

- Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

2) Palpasi

- Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

j. Pemeriksaan Dada

1) Inspeksi

- Bentuk dada simetris.

- Gerakan dada normal.

- Paru-paru : pengembangan diwaktu nafas sama (irama reguler).

- RR : 24 x/ menit.

2) Palpasi

- Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe di aksila.

Perkusi

- Paru-paru : suara sonor.

Auskultasi

- Paru-paru : suara napas vesikuler.

- Jantung : S1 dan S2 tunggal.

k. Pemeriksaan Abdomen

1) Inspeksi

Page 35: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

- Tidak ada pembesaran pada perut.

2) Auskultasi

- Suara peristaltik 20 kali/menit.

Perkusi

- Suara timpani

Palpasi

- Tidak ada pembesaran organ, tidak ada myeri tekan

l. Pemeriksaan Anggota Gerak

1) Inspeksi

- Tidak ada kelainan bentuk tulang.

- Kekuatan otot pada ekstremitas atas dan bawah dengan skala 3

(Gerakan yang normal melawan gravitasi).

3 3

3 3

m. Pemeriksaan genetalia dan anus

1) Inspeksi

- Tidak ada hemoroid.

- Gatal pada sekitar genetalia.

- Tidak ada kemerahan.

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah tanggal 18-06-2014

Hb : 10,8 g/dL (N: 12,9-15,9 g/dL)

Leukosit : 3000 /mm3 (N : 3.700-11.100/mm3)

EO/BASO/batang/seg/limfo/mono : 4/-/-/29/67/-)

Trombosit : cukup (N : 140.000-340.000/mL)

Hapusan :

Anisositasis (+)

Poikilositosis (-)

Polikromasi (+)

Hipokromia (+) (-)

Catatan :

Page 36: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

Toxis (+)

ANC : 990

Hasil Bone Marrow (BM) tanggal 08-05-2014

Nama : an. A.H

Umur : 4 tahun

Diagnose : ALL HR akhir fase induksi

Hasil :

Normoseluler

Aktifitas sistem Eritopoetik cukup

Megakarosit sangat jarang

Limfoblast kurang dari 5%

Kesimpulan : ALL remisi

7. Rencana Terapi:

Inf. Kaen 3B 1000 cc/24 jam

Inj. Ondancenton 2 x 2 mg IV

Paracetamol 4 x 150 mg per oral

Diet anak 1250 kkal

Kemoterapi protocol ke 2 VCR 0,91 mg IV

ANALISA DATA

No. Pengelompokan data Kemungkinan/ penyebab Masalah

1. DS :

Ibu pasien mengatakan

satu hari sebelum MRS

pasien mengalami mual

dan muntah. Muntah 4 kali

sehari.

ALL

Jumlah blastosit

Masuk sirkulasi darah

Kekurangan volume

cairan

Page 37: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

DO:

1. Turgor kulit buruk.

2. Kulit kering di daerah

bibir dan tangan.

3. Mukosa bibir kering

4. Urin ± 900 ml.

5. TTV:

TD : 110/80 mmHg.

N : 108 x/ menit

RR : 24 x/ menit

Suhu: 37,2 °C

Infiltrasi organ tubuh

Gangguan metabolisme

sel dan fungsi organ

Infiltrasi SSP

Letargi, mual,muntah

Hipovolemik

2. DS: Ibu klien mengatakan

selama anaknya di rumah

sakit, nafsu makan

anaknya menurun.

DO:

1. BB: 15 kg.

2. Klien tampak pucat

dan lemah.

3. Turgor kulit buruk.

4. Mukosa bibir kering.

5. Nafsu makan menurun.

6. TTV:

TD : 110/80 mmHg.

N : 108 x/ menit

RR : 24 x/ menit

Suhu: 37,2 °C

ALL

Jumlah blastosit

Masuk sirkulasi darah

Infiltrasi organ tubuh

Gangguan metabolisme

sel dan fungsi organ

Infiltrasi SSP

Nutrisi kurang dari

kebutuhan.

Page 38: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

Letargi, mual,muntah

Anoreksi

Nutrisi kurang dari

kebutuhan

3. DS :

Ibu px bertanya tentang

keadaan anaknya dan

peningkatan kesembuhan

penyakit anaknya

DO:

Saat berbicara kontak mata

ibu px tidak fokus, ibu px

tidak membalas senyum

perawat, dan sering

menatap anaknya

ALL

Pra-Kemoterapi

Cemas

Kecemasan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : An. A.H

No. Registrasi : 12.31.32.10

Umur : 4 tahun

Ruangan : Haematologi Bona II RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Page 39: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

Diagnosa Medis : Acute Lymphoblastic Leucemia

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TTD DAN NAMA

JELASDITEMUKAN DIATASI

1. Kekurangan volume cairan

berhubungan dengan mual dan

muntah ditandai dengan kulit

kering di daerah bibir dan tangan,

mukosa bibir kering, urin ± 900

ml, turgor kulit buruk.

TD : 110/80 mmHg.

N : 108 x/ menit

RR : 24 x/ menit

Suhu : 37,2 °C

19 Juni 2014 20 Juni 2014

Perawat X

2. Perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan

dengan cancer cahexia ditandai

dengan kondisi lemah, kulit

pucat,turgor kulit buruk,mukosa

bibir kering,nafsu makan

menurun,BB setelah di

kemoterapi menjadi 15 kg

TD : 110/80 mmHg.

N : 108 x/ menit

RR : 24 x/ menit

Suhu: 37,2 °C

19 Juni 2014 22 Juni 2014

Perawat X

3. Kecemasan berhubungan dengan

pra kemoterapi ditandai dengan

kontak mata ibu px tidak fokus,

ibu px tidak membalas senyum

perawat, dan sering menatap

anaknya

19 Juni 2014 20 Juni 2014

Perawat X

Page 40: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama : An. A.H

No. Registrasi : 12.31.32.10

Umur : 4 tahun

Ruangan : Haematologi Bona II RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Page 41: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

Diagnosa Medis : Acute Lymphoblastic Leucemia

No

.

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan/

Kriteria HasilRencana Tindakan Rasional

1. Volume cairan

inadekuat

berhubungan

dengan mual dan

muntah ditandai

dengan mual

muntah, mukosa

bibir kering,

pengeluaran

urine ±900ml,

turgor kulit

buruk, TTV:

TD : 110/80

mmHg.

N : 108 x/

menit

RR : 24 x/

menit

Suhu : 37,2 °C

Tujuan:

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1 x 24 jam

diharapkan

Kriteria hasil:

7. Menunjukkan

volume cairan

adekuat,

dibuktikan

dengan TTV:

TD:110/80 mmHg.

N : 108 x/ menit

RR : 24 x/ menit

Suhu: 37,2 °C

8. Haluaran urine

dalam batas

normal

9. Mual dan

muntah

berkurang

10. Mukosa bibir

lembab

11. Turgor kulit

baik

1. evaluasi turgor kulit,

kondisi umum, dan

mebran mukosa.

2. Timbang berat badan

setiap hari.

3. Kaji input dan

output cairan

4. beri motivasi pasien

untuk minum 2-3

liter per hari.

5. kaji Tanda Tanda

Vital pasien.

6. berikan obat sesuai

indikasi, contoh:

1. indikator langsung

status cairan atau

hidrasi.

2. untuk mengukur

keadekuatan

penggantian cairan

sesuai dengan fungsi

ginjal.pemasukan

yang lebih banyak

dari pengeluaran

dapat megindikasikan

obstruksi ginjal.

3. untuk mencegah

terjadinya

hipovolemik yang

berkelanjutan.

4. mempengaruhi

adanya gangguan

pemasukan dan

kebutuhan cairan.

5. perubahan pada

Tanda-Tanda Vital

dapat menunjukkan

efek hipovolemik

(perdarahan/dehidrasi

).

6.Ondansentron

berfungsi untuk

Page 42: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

ondansentron

7. berikan cairan

melalui IV sesuai

indikasi

menghilangkan mual

dan muntah.

7. Mempertahankan

cairan dan eletrolit

tubuh.

2. Perubahan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan cancer

cahexia ditandai

dengan kondisi

lemah, kulit

pucat,turgor

kulit

buruk,mukosa

bibir

kering,nafsu

makan

menurun,BB

setelah di

kemoterapi

menjadi 15 kg

Tujuan:

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan 3

x 24 jam diharapkan

kebutuhan nutrisi

terpenuhi dengan

kriteria hasil :

1. Klien tidak pucat dan

segar.

2. turgor kulit baik.

3. Mukosa Bibir

lembab.

4. Nafsu makan

meningkat.

5. BB meningkat.

6. TTV dalam batas

normal.

1. Timbang berat badan

setiap hari.

2. Berikan makan diet

tinggi kalori kaya

nutrein

3. Motivasi orang tua

untuk tetap rileks pada

saat anak makan.

1. untuk mengukur

keadekuatan

penggantian cairan

sesuai dengan fungsi

ginjal.pemasukan

yang lebih banyak

dari pengeluaran

dapat megindikasikan

obstruksi ginjal.

2. kebutuhan jaringan

metabolik

ditingkatkan begitu

juga cairan untuk

menghilanhkan

produksi sisa

suplemen dapat

memainkan pernan

penting dalam

mempertahankan

masukan kalori dan

protein yang adekuat.

3. Jelaskan bahwa

hilangnya nafsu

makan adalah akibat

langsung dari mual

dan muntah serta

kemoterapi.

Page 43: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

4. Mootivasi pasien

memakan semua

makanan yang dapat di

toleransi, rencanakan

untuk memperbaiki

kualitas gizi pada saat

selera makan anak

meningkat.

5. kaji Tanda Tanda

Vital pasien

6.Berikan makanan yang

disertai suplemen

nutrisi gizi, seperti

susu bubuk atau

suplemen yang

dijual bebas.

7. Berikan edukasi pada

orangtua pasien

tentang makanan

yang baik

dikonsumsi dan

tidak boleh

dikonsumsi pasien

4. Untuk mendorong

agar anak mau

makan.

5. perubahan pada

Tanda-Tanda Vital

dapat menunjukkan

efek hipovolemik

(perdarahan/dehidrasi

).

6.Untuk

memaksimalkan

intake nutrisi.

7.

7. Agar orangtua

mampu

memberi

makanan yang

sesuai

3. Kecemasan b.d.

perubahan status

kesehatan anak

Tujuan:

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

1x24 jam diharapkan

pasien dan keluarga

1. Kaji tingkat

kecemasan klien

1. Untuk

mengetahui berat

ringannya

kecemasan klien

2. Agar klien

Page 44: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

tidak cemas. Dengan

kriteria hasil:

1. Kontak mata fokus

2. Mengenal

kecemasan

3. Mengatasi

kesemasan melalui

teknik relaksasi

4. Memperagakan

dan menggunakan

teknik relaksasi

untuk mengatasi

kecemasan

5. Tingkat kecemasan

hilang atau

menjadi ringan

2. Bantu klien

mengenal

kecemasannya

dengan

mengidentifikasi

dan menguraikan

perasaannya,

menjelaskan situasi

yang menimbulkan

kecemasan, dan

bantu klien

menyadari perilaku

akibat cemas.

3. Berikan support

mental

4. Anjurkan pada klien

dan keluarga untuk

berdoa

5. Ajarkan klien teknik

relaksasi untuk

meningkatkan

kontrol dan rasa

percaya diri dengan

latihan relaksasi

tarik napas dalam

dan mengerutkan

lalu mengendurkan

otot-otot

mampu

mengidentifikasi

penyebab dan

mengatasi

kecemasannya

3. Meningkatkan

kepercayaan diri

dan semangat

untuk pengobatan

4. Agar klien

kembali

menyerahkan

sepenuhnya

kepada Tuhan

YME

5. Membantu

mengurangi

kecemasan

Page 45: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

6. Motivasi klien untuk

melakukan teknik

relaksasi setiap kali

kecemasan muncul

6. Agar kecemasan

tidak kembali dan

pasien dapat

mengatasi

kecemasannya

IMPLEMENTASI

Nama : An. A.H

No. Registrasi : 12.31.32.10

Umur : 4 tahun

Ruangan : Haematologi Bona II RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Diagnosa Medis : Acute Lymphoblastic Leucemia

Page 46: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

No.

Diagnosa

Tanggal dan

JamTindakan Keperawatan

Tanda

Tangan

1

3

19 Juni 2014

07.00

Mengevaluasi turgor kulit, kondisi umum,

dan membran mukosa.

Hasil: Turgor kulit baik, kondisi umum

lemah, membran mukosa bibir kering.

Respon: kondisi pasien lemah.

Mengkaji tingkat kecemasan ibu px

Respon:

Ibu px tidak membalas senyum perawat

Mata ibu px tidak fokus

Ibu px menanyakan perkembangan penyakit

anaknya.

Hasil:

Tingkat kecemasan ibu px sedang

Perawat X

1, 2 07.15

Melakukan penimbangan BB pasien

Hasil:

BB : 15 kg

Respon : pasien tampak lemas. Perawat X

1 07.20

Mengkaji input dan output

Hasil :

Pasien sudah minum air putih setengah

gelas. Pasien menghabiskan setengah porsi

makananya.

Pasien belum BAK dan BAB.

Pasien mual dan muntah satu kali.

Respon : mual dan muntah belum teratasi

dan kodisi lemah.

Perawat X

3 07.30 Menjelaskan pada keluarga pasien tentang

situasi yang dapat menimbulkan kecemasan

dan cara mengurangi kecemasan

Hasil : keluarga pasien mengetahui tentang

cara mengurangi kecemasan.

Perawat X

Page 47: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

Respon : keluarga pasien menerima baik

penjelasan yang sedang dijelaskan.

Mengajarkan teknik relaksasi kepada ibu px

dengan cara tarik napas dalam dan

mengendurkan otot-otot yang kaku

Respon:

Ibu px mengendurkan otot-otot leher dengan

cara menggerakkan kepala

1 07.35

Memotivasi pasien dan keluarganya untuk

minum yang banyak.

Hasil: Keluarga memahami apa yang diberi

tahu perawat.

Respon: ibu pasien membujuk pasien untuk

minum yang banyak.

Perawat X

2 07.45

Memberikan makanan pada pasien.

Hasil : ibu pasien menerima makanan yang

diberikan.

Respon: pasien tidak mau makan.

Pasien mengalami mual dan muntah 2 kali.Perawat X

2,307.50

Memotivasi orang tua dalan membantu

pasien makan dan memotivasi keluarga

untuk melakukan teknik relaksasi ketika

kecemasan muncul.

Hasil: pasien makan habis setengah porsi.

Pasien muntah 1 kali.

Respon : ibu pasien menyuapi anaknya.

Ibu pasien tetap tenang walaupun anaknya

mengalami penurunan nafsu makan. Dengan

mencoba teknik relaksasi napas dalam

Perawat X

Page 48: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

2 07.55

Memotivasi pasien untuk memakan

makanannya.

Hasil: pasien mau makan.

Respon : pasien makan habis setengah porsi. Perawat X

1, 2 08.00

4.Melakukakn TTV

Hasil:

TD:110/80 mmHg.

N: 108 x/ menit

RR: 24 x/ menit

Suhu:37,2°C

Respon: pasien kooperatif dengan tindakan

keperawatan.

Perawat X

1 08.20

Melakukan injeksi ondansentron

Hasil : Mual berkurang.

Respon : pasien takut melihat suntik.

Perawat X

3 08.30

Memberikan support mental pada keluarga

pasien.

Hasil : keluarga pasien memahami bahwa

dukungan dari perawat adalah penting.

Respon : keluarga pasien menerima

dukungan positif dari perawat.

Perawat X

3 08.35

Memberikan masukan pada orang tua untuk

banyak berdoa pada Allah SWT.

Hasil : keluarga pasien selalu mendoakan

anaknya supaya cepat sembuh.

Respon : keluarga pasien menerima masukan

dari perawat.

Perawat X

1 09.00

7. Menganti cairan infus karen 3B

Hasil : turgor kulit baik, bibir kering, mual

dan muntah satu kali.

Respon : pasien berbaring di tempat tidur. Perawat X

Page 49: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

2 09.20

5.Memotivasi ibu pasien untuk memberikan

susu.

Hasil : Ibu pasien membuatkan susu.

Respon : pasien mau minum susu dan

menghabiskan susunya.Perawat X

2 09.25

Memberikan anjuran tentang makanan yang

boleh dan tidak boleh dimakan pasien

Hasil : keluarga pasien mengetahui makanan

yang dilarang dan yang di anjurkan.

Respon : keluarga pasien menerima masukan

dari perawat

Perawat X

1, 2 13.00

8. Melakukan TTV

Hasil ; TD: 100/75

N: 106x/menit

RR:24x/menit

Suhu;36,9°C

Respon: pasien berbaring di tempat tidur

dengan kondisi lemah.

Perawat X

2 13.15

Memberikan makan siang pada pasien.

Hasil: Ibu pasien menerima makanan yang

diberikan pasien.

Respon : Pasien mau memakan makanan

yang diberikan.

Pasien menghabiskan makanan setengah

porsi yang diberikan.

Pasien muntah 2 kali.

Perawat X

1 14.00

9. Mengkaji input dan output.

Hasil: pasien minum habis 2½ gelas.

Pasien makan habis setengah porsi.

Pasien BAK satu kali dan BAB satu kali.

Mual berkurang dan muntah 2 kali.

Respon : pasien tampak lemah.

Perawat X

Page 50: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

1, 2 17.00

10 Melakukakan TTV

Hasil: TD:100/70 mmHg

N:102X/menit

RR:

Suhu:36,7°C

Respon: pasien masih lemas.

Perawat X

2 18.00

Memberikan makan malam pada pasien.

Hasil: Ibu pasien menerima makanan yang

diberikan pasien.

Respon : Pasien mau memakan makanan

yang diberikan.

Pasien menghabiskan makanan satu porsi

yang diberikan.

Perawat X

1, 2 20.00

Melakukan TTV

Hasil: TD:100/75 mmHg

N:102x/menit

RR:

Suhu:36,8°C

Respon: pasien masih lemas.

Perawat X

1 20.20

Melakukan injeksi ondansentron

Hasil : mual berkurang dan belum muntah.

Pasien muntah 2 kali.

Respon : pasien takut melihat suntik. Perawat X

1 20.45

Mengkaji input dan output.

Hasil: pasien minum habis 3 gelas.

Pasien makan habis setengah porsi.

Pasien BAK tiga kali dan BAB satu kali.

Pasien sudah tidak muntah tapi masih

merasakan mual, muntah 2 kali terakhir jam

14.00.

Respon : pasien tampak lemah.

Perawat X

Page 51: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

1 20.55

Memotivasi pasien dan keluarganya untuk

memberikan minum yang banyak pada

pasien.

Hasil: Keluarga memahami apa yang diberi

tahu perawat.

Respon: ibu pasien membujuk pasien untuk

minum yang banyak.

Perawat X

2 21.00

Memotivasi ibu pasien untuk memberikan

susu.

Hasil : Ibu pasien membuatkan susu.

Respon : pasien mau minum susu dan

menghabiskan susunya.Perawat X

1, 220 Juni 2014

05.00

Melakukan TTV

Hasil: TD:99/65mmHg

N:100x/menit

RR: 23x/menit

Suhu:36,8°C

Respon: pasien masih lemas dan hanya

berbaring di tempat tidur.

Perawat X

1

3

07.00 Mengkaji input dan output.

Hasil: pasien minum habis 1 gelas air putih

dan 1 botol susu.

Pasien makan habis setengah porsi.

Pasien BAK satu kali dan BAB satu kali.

Pasien sudah tidak muntah, masih mual,

namun sudah mau untuk sering minum.

Respon : pasien tampak lemah.

Mengkaji tingkat kecemasan ibu px

Respon: mata ibu px sudah fokus

Ibu px membalas senyum perawat

Ibu px berkata “iya, semoga anak saya cepat

sembuh”

Perawat X

Page 52: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

Hasil: tingkat kecemasan ibu px rendah

2 07.15

Melakukan penimbangan BB pasien

Hasil:

BB : 15 kg

Respon : pasien tampak lemas. Perawat X

2 07.45

Memberikan makanan pada pasien

Hasil: Ibu px menerima makanan yang

diberikan.

Respon: px tidak mau makan

Px mengalami mualPerawat X

2 08.00

Melakukan TTV

Hasil:

TD:110/80 mmHg.

N: 108 x/ menit

RR: 24 x/ menit

Suhu:37,2°C

Respon: px kooperatif dengan tindakan yang

dilakukan

Perawat X

2 09.20

Memotivasi ibu pasien untuk memberikan

susu.

Hasil : Ibu pasien membuatkan susu.

Respon : pasien mau minum susu dan

menghabiskan susunya.Perawat X

2 13.00

Melakukan TTV

Hasil ; TD: 100/75 mmHg

N: 106x/menit

RR:24x/menit

Suhu;36,9°C

Respon: pasien berbaring di tempat tidur

dengan kondisi lemah.

Perawat X

2 13.15 Memberikan makan siang pada pasien.

Hasil: Ibu pasien menerima makanan yang

diberikan pasien.

Respon : Pasien mau memakan makanan

Page 53: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

yang diberikan.

Pasien menghabiskan makanan setengah

porsi yang diberikan.

Perawat X

2 17.00

Melakukakan TTV

Hasil: TD:100/70 mmHg

N:102X/menit

RR:

Suhu:36,7°C

Respon: pasien masih lemas.

Perawat X

2 18.00

Memberikan makan malam pada pasien.

Hasil: Ibu pasien menerima makanan yang

diberikan pasien.

Respon : Pasien mau memakan makanan

yang diberikan.

Pasien menghabiskan makanan satu porsi

yang diberikan.

Perawat X

2 20.00

Melakukan TTV

Hasil: TD:100/75 mmHg

N:102x/menit

RR: 25x/menit

Suhu:36,8°C

Respon: pasien masih lemas.

Perawat X

2

21.00 Memotivasi ibu pasien untuk memberikan

susu.

Hasil : Ibu pasien membuatkan susu.

Respon : pasien mau minum susu dan

menghabiskan susunya.Perawat X

2 21 Juni 2014

05.00

Melakukan TTV

Hasil: TD: 100/70 mmHg

N: 104x/menit

RR: 24x/menit

Suhu: 36,6°C

Respon: pasien masih lemas dan hanya

Perawat X

Page 54: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

berbaring di tempat tidur.

2 07.15

Melakukan penimbangan BB pasien

Hasil:

BB : 17kg

Pasien sudah tidak mual dan muntah.

Nafsu makan meningkat.

Respon : pasien tampak lemas.

Perawat X

EVALUASI

Nama : An. A.H.

Umur : 4th

Ruangan : Hematologi, Bona 2 RSUD.dr.Soetomo Surabaya

No. Dx Tanggal/Jam Perkembangan TTD

1. 20 Juni 2014

08.00

S : Ibu pasien mengatakan anaknya

sudah tidak mual dan muntah.

O : - Mual dan muntah berkurang

Page 55: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

-Mukosa bibir lembab.

- Tugor kulit baik.

- Ubun-ubun datar.

-kulit lembab.

-urin ±1100 ml.

A: Masalah teratasi.

P: Intervensi dihentikan.

Perawat X

2 20 Juni 2014

08.00

S: Ibu pasien mengatakan bahwa nafsu

makan anaknya menurun.

O: - pasien tampak lemas.

- Turgor kulit baik.

- Mukosa bibir lembab.

- Nafsu makan menurun.

- BB: 15 kg (belum ada

peningkatan).

TTV :

TD:110/80 mmHg.

N: 108 x/ menit

RR: 24 x/ menit

Suhu:37,2°C

A: Masalah teratasi sebagian.

P: Intervensi dilanjutkan(1,2,3,4,5,6,7)

Perawat X

3 20 Juni 2014

07.00

S: Ibu px berdoa tentang kesembuhan

anaknya

O: - ibu pasien sudah membalas

senyum perawat

- Mata ibu px sudah fokus

- Ibu px berkata “iya, semoga

anak saya cepat sembuh”

- Ibu px sudah menggunakan

teknik relaksasi peregangan otot

dan napas dalam

Page 56: Asuhan Keperawatan Leukimia Jadi Fix

- Ibu px sudah mengenal

kecemasannya tentang

perkembangan penyakit anaknya

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

2 21 Juni 2014

05.00

S: Ibu pasien mengatakan bahwa nafsu

makan anaknya meningkat.

O: - Pasien tampak segar.

- Turgor kulit baik.

- Mukosa bibir lembab.

- Nafsu makan meningkat.

- BB: 17 kg (meningkat 2kg).

- TTV:

TD: 100/70 mmHg

N: 104x/menit

RR: 24x/menit

Suhu: 36,6°C

A: Masalah teratasi.

P: Intervensi dihentikan.

Perawat X