agk 2 kelompok 18 chf iv

30
LAPORAN PRAKTIKUM ASUHAN GIZI KLINIK Penatalaksanaan Diet pada Pasien CHF Stage IV, Asites Permagna, Anemia DISUSUN OLEH: KELOMPOK/SHIFT: 18/4 NAMA: 1. Tis’a Salma Muthi’ah 12/335460/KU/15263 2. Maya Nurfitriani Hartono 12/335470/KU/15266 3. Satwika Arya Pratama 12/335471/KU/15267 4. Adelya Putri Prasedya 12/335473/KU/15268 5. Agustina Anggraeni 12/335490/KU/15274 PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2015

Upload: satwika-arya-pratama

Post on 16-Sep-2015

34 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

CHF

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM ASUHAN GIZI KLINIK Penatalaksanaan Diet pada Pasien CHF Stage IV, Asites

    Permagna, Anemia

    DISUSUN OLEH: KELOMPOK/SHIFT: 18/4

    NAMA:

    1. Tisa Salma Muthiah 12/335460/KU/15263 2. Maya Nurfitriani Hartono 12/335470/KU/15266 3. Satwika Arya Pratama 12/335471/KU/15267 4. Adelya Putri Prasedya 12/335473/KU/15268 5. Agustina Anggraeni 12/335490/KU/15274

    PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

    2015

  • 2

    BAGIAN I ASESMEN GIZI

    A. ANAMNESIS

    1. Identitas Pasien

    Nama :Ny. Rt No RM : 79.32.41 Umur : 30 tahun Ruang : ICCU Sex : Perempuan Tanggal Masuk : 17 Juni 2013 Pekerjaan : IRT Tanggal Kasus : 18 Juni 2013 Pendidikan : SD Alamat : Karangasem, GK Agama : Islam Diagnosis Medis : CHF cf IV, asites permagna,

    anemia

    2. Berkaitan dengan Riwayat Penyakit

    Keluhan Utama :Sesak nafas, batuk, lemah, nyeri dada Riwayat Penyakit Sekarang

    :9BSMRS (1 minggu setelah melahirkan melalui SC) os mulai mengeluh sesak nafas, DD (+), OP(+), PND (+), kaki bengkak (+), perut makin besar. Os selama ini kontrol di poli jantung dan gastro, dengan tx rutin: captropil dan furosemide tapi 1 bulan terakhir os tidak kontrol. HMRS: keluhan sesak memberat, DD(+), OP(+), PND (+), perut (+), kaki (+), BAK sedikit, BAB normal

    Riwayat Penyakit Dahulu

    : Sakit kuning (-), transfuse darah (-)

    Riwayat Penyakit Keluarga

    : -

    3. Berkaitan dengan Riwayat Gizi

    Data Sosio Ekonomi Penghasilan : menengah Jumlah anggota keluarga : 3 orang Suku : Jawa Aktifitas Fisik Jumlah Jam kerja :tidak tentu

    Jumlah tidur sehari : 6 jam Jenis olahraga : - Frekuensi olahraga : -

    Alergi makanan Makanan : - Penyebab : - Jenis diet khusus : - Alasan : - Yang menganjurkan : -

    Masalah Gastrointestinal

    Nyeri ulu hati (tidak), Mual (tidak), Muntah (tidak), Diare (tidak), Konstipasi (tidak), Anoreksia (ya) Perubahan pengecapan/penciuman (tidak)

    Penyakit kronik Jenis penyakit :CHF cf IV Modifikasi Diet : diet jantung 2 Jenis pengobatan :rutin poli jantung

  • 3

    Kesehatan mulut Sulit menelan (tidak), stomatitis (tidak), gigi lengkap (ya) Pengobatan Vitamin/mineral/suplemen gizi lain : -

    Frekuensi dan jumlah : - Perubahan berat badan

    Bertambah / berkurang : tidak mengetahui perubahan berat badannya lamanya : - Disengaja / tidak disengaja

    Mempersiapkan makanan

    Fasilitas memasak : kompor gas Fasilitas menyimpan makanan : lemari, kulkas

    Riwayat/ pola makan Makanan pokok: nasi 3x/hari @ 1 centong Lauk hewani: telur 2-3x/minggu @ 1 butir dan ayam 2x/minggu @ 1 potong lebih sering digoreng Lauk nabati: tahu dan tempe secara bergantian 1-2x/hari @ 2 potong Sayuran: sayuran hijau, wortel setiap hari pasti ada sayuran @ 2 sendok sayur setiap kali makan Buah: pisang 2-3x/minggu @ 2 buah, papaya 1-2x/hari @ 1 potong Selingan: jarang Minuman : teh 1x/hari @ 1 gelas dengan gula dan air putih 5 gelas/hari

    Kesimpulan:

    Dilihat dari riwayat penyakit dapat diketahui bahwa pasien RT menderita gagal

    jantung yang ditandai dengan sesak nafas, lemah, nyeri dada, dispnea, ortopnu,

    paroxymal nocturnal dyspnea (PND), edema di kaki, dan asites.

    Pembahasan:

    Satu bulan sebelum masuk rumah sakit ,RT mengalami sesak nafas, dispnea,

    ortopnu, paroxymal nocturnal dyspnea atau sesak nafas di malam hari, kaki bengkak,

    dan perut yang semakin membesar. RT juga mengalami anoreksia. Oleh dokter, RT

    diberikan obat captopril dan furosemide.

    RT makan tiga kali sehari.Makanan yang rutin dikonsumsi setiap hari yaitu nasi

    sebagai sumber karbohidrat, tahu dan tempe sebagai sumber lauk nabati, sayuran

    hijau dan wortel, serta pepaya. Konumsi lauk hewani RT masih kurang yaitu 2-3 kali

    per minggu.

    B. ANTROPOMETRI

    TB LLA 148 cm 16 cm

    Kesimpulan:

    Status gizi pasien buruk.

  • 4

    Pembahasan:

    Menurut Kemenkes RI (1994), ambang batas lingkar lengan atas yang

    digunakan untuk menentukan sesorang mengalami KEK atau tidak adalah 23.5 cm.

    KEK dapat dialami wanita usia subur (WUS) usia 15 45 tahun sejak remaja, yang

    apabila berlanjut hingga kehamilan akan mengakibatkan terjadinya BBLR (berat bayi

    lahir rendah). Pasien merupakan seorang wanita berusia 30 tahun, sehingga

    interpretasi data lingkar lengan atas dapat menggunakan ambang batas yang

    ditentukan oleh Kemenkes RI. Dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami KEK

    karena ukuran lingkar lengan atas kurang dari 23.5 cm.

    C. PEMERIKSAAN BIOKIMIA

    Pemeriksaan Nilai Normal Pemeriksaan Awal Masuk RS Keterangan

    Hb 12-14 mg/dl 9,8 rendah AL 4,5-11,00 ribu/ml 6,4 normal AT 150-450 ribu 179 normal Hct 40-50% 31,3 rendah MCV 80-96 Fl 71,6 rendah MCH 27-31 Fl 21,4 rendah Albumin 3,97-4,94 mg/dl 2,66 rendah BUN 6-20 mg/dl 19,8 normal Creatinin 0,6-1,3 mg/dl 0,58 rendah SGOT 10-42 mg/dl 43 tinggi SGPT 10-46 mg/dl 32 normal Na 136-145 mmol/l 132 rendah K 3,5-5,1 mmol/l 4,6 normal Cl 98-107 mmol/l 94 rendah

    Kesimpulan:

    Berdasarkan hasil pemeriksaan biokimia pasien, pasien dinyatakan memiliki

    kadar Hb, Hct, MCV, MCH, albumin, kreatinin, dan klorin yang rendah serta SGOT

    yang tinggi.

    Secara umum, jumlah hemoglobin kurang dari 12 gm/Dl menunjukkan anemia.

    Penurunan nilai Hct juga merupakan salah satu indikator anemia. MCV adalah indeks

    untuk menentukan ukuran sel darah merah. MCV menunjukkan ukuran sel darah

    merah, melaui MCV anemia dapat diklasifikasikan normositik (ukuran normal),

    mikrositik (ukuran kecil), atau makrositik (ukuran besar). Penurunan nilai MCV terlihat

    pada pasien anemia kekurangan besi, anemia pernisiosa dan talasemia, disebut juga

    anemia mikrositik. Sedangkan, indeks MCH adalah nilai yang mengindikasikan berat

    Hb rata-rata di dalam sel darah merah, dan oleh karenanya menentukan kuantitas

  • 5

    warna (normokromik, hipokromik, hiperkromik) sel darah merah. Penurunan MCH

    mengindikasikan anemia mikrositik (Kemenkes RI, 2011). Dari data biokimia pasien

    yang menunjukkan penurunan pada nilai Hb, Hct, MCV, dan MCH maka dapat

    disimpulkan bahwa pasien menderita anemia mikrositik.

    Kreatinin diekskresi oleh ginjal dan konsentrasinya dalam darah sebagai

    indikator fungsi ginjal. Peningkatan maupun penurunan ekskresi kreatinin menunjukkan

    adanya masalah dalam ginjal. Selain itu, ekskresi kreatinin juga menurun seiring

    bertambahnya usia dan jika terjadi malnutrisi (Kemenkes RI, 2011). Dalam kasus ini,

    pasien mengalami penurunan kadar kreatinin, apabila hasil penelusuran literatur dan

    interpretasi antropometri digabungkan dapat disimpulkan bahwa penurunan kadar

    kreatinin ini disebabkan oleh malnutrisi yang dialami pasien. Selain itu, pasien juga

    mengalami penurunan klorida. Penurunan klorida biasanya dijumpai pada pasien CHF

    yang mengalami kenaikan berat badan karena edema. Penurunan ekskresi klorida ini

    biasanya juga disertai dengan penurunan ekskresi natrium (Stead Jr, 2015). Kondisi

    ini sudah sesuai dengan pasien yang didiagnosis CHF dengan asites. Asites

    merupakan terminologi yang digunakan untuk edema yang terjadi pada area perut.

    Penurunan ekskresi kreatinin dan klorida perlu diteliti lebih lanjut terkait hubungannya

    dengan gagal ginjal akut. Pada pasien dengan CHF yang parah, mekanisme

    kompensasi sudah tidak dapat lagi dilakukan dengan maksimal sehingga menimbulkan

    berbagai komplikasi syok, salah satunya adalah gagal ginjal akut (Porth, 2001). Hal ini

    disebabkan karena penurunan aliran darah ke ginjal dalam kurun waktu yang lama.

    Menurut diagnosis medis, pasien menderita CHF kelas IV, menurut New York Heart

    Association (NYHA), kelas IV merupakan kelas tertinggi penderita CHF dimana

    penderita tidak dapat melakukan aktivitas fisik dengan nyaman. Gejala-gejala

    insufisiensi jantung dan angina sudah terjadi bahkan saat penderita beristirahat.

    Kemungkinan, penurunan kreatinin dan klorida yang terjadi pada pasien juga

    disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal yang merupakan manifestasi dari CHF yang

    sudah parah.

    Albumin merupakan salah satu protein utama yang disintesis oleh hati yang

    berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan distribusi cairan dalam tubuh.

    Penurunan nilai albumin sering dijumpai dalam keadaan malnurisi, hipertiroid,

    gangguan fungsi hati, sirosis, edema, asites, nefrotik sindrom dan infeksi kronik

    (Kemenkes RI, 2011). Dapat disimpulkan bahwa penurunan albumin darah pasien

    berhubungan dengan asites yang dialami pasien. Dalam kasus ini, penurunan nilai

    albumin juga mungkin disebabkan oleh gangguan fungsi hati. Pada pasien dengan

  • 6

    CHF yang sudah parah, dapat terjadi berbagai komplikasi syok karena ketidakcukupan

    aliran darah yang berasal dari jantung. Salah satu komplikasi syok tersebut adalah

    Multiple Organ Dysfunction Syndrome (MODS). MODS merupakan sebuah keadaan

    dimana fungsi organ terganggu jika tidak dilakukan intervensi. MODS menyerang

    berbagai sistem organ seperti ginjal, paru-paru, hati, otak, dan jantung sendiri. MODS

    merupakan salah satu manifestasi CHF yang paling mengancam kehidupan pasien

    (Porth, 2001). Karena tingkat keparahan CHF pasien sudah tinggi, selain kerusakan

    ginjal dimungkinkan telah terjadi pula kerusakan pada hati pasien.

    SGOT merupakan enzim yang memiliki aktivitas metabolisme tinggi, dapat

    ditemukan di jantung, hati, otot rangka, pankreas, dan paru-paru. Penyakit yang

    menyebabkan perubahan, kerusakan atau kematian sel pada jaringan tersebut akan

    mengakibatkan terlepasnya enzim ini ke sirkulasi (Kemenkes RI, 2011). Pasien oleh

    dokter didiagnosis mengalami CHF, suatu kerusakan di jantung sehingga dapat

    disimpulkan peningkatan kadar SGOT ini terjadi karena adanya kerusakan pada organ

    jantung pasien.

    D. PEMERIKSAAN FISIK KLINIK

    1. Kesan Umum : lemah

    2. Vital Sign :

    Pemeriksaan Awal Kasus Tensi 90/60 mmHg Respirasi 28x/menit Nadi 100x/menit Suhu 36,6C

    3. Kepala/ Abdomen / Extremitas :-

    Kesimpulan:

    Secara umum, pasien tampak lemah dan perut pasien membesar karena

    asites.

    Pembahasan:

    Tekanan darah pasien berada pada sistolik 90 mmHg dan diastolik 60 mmHg.

    Menurut Porth (2001), ketika tekanan sistolik menunjukkan nilai kurang dari 120

    mmHg atau diastolik kurang dari 80 mmHg, maka tekanan darah seseorang

    dikatakan optimal terhadap risiko penyakit kardiovaskular. Namun tekanan darah

    yang cenderung rendah pada pasien CHF perlu diwaspadai, karena hal ini dapat

    merujuk pada keadaan hipotensi. Hipotensi merupakan tanda dari kegagalan

  • 7

    mekanisme kompensasi jantung dalam mengatasi rendahnya cardiac output.

    Hipotensi biasanya muncul sebagai tanda terakhir dari circulatory shock. Circulatory

    shock bukanlah penyakit khusus, circulatory shock dapat terjadi dalam perjalanan

    banyak trauma atau penyakit yang mengancam jiwa (Porth, 2001).

    Respiratory rate pasien menunjukkan angka 28x per menit. Menurut Asfuah

    (2012), respirasi normal untuk dewasa berada pada rentang 12-20x/menit, sehingga

    respirasi pasien termasuk cepat. Pada pasien CHF dengan tingkat keparahan tinggi,

    salah satu syok akibat ketidakcukupan cardiac output dalam mengaliri berbagai

    jaringan dapat terjadi dalam bentuk Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).

    ARDS ditandai dengan peningkatan respiratory rate sebagai usaha untuk

    mendapatkan lebih banyak masukan oksigen (Porth, 2001).

    Menurut Majid (2005), denyut nadi normal untuk usia dewasa berada pada range

    60-100x/menit sehingga dapat disimpulkan bahwa denyut nadi pasien masih

    normal. Suhu tubuh pasien diklasifikasikan sebagai normal. Menurut Tamsuri (2007)

    suhu tubuh normal untuk usia dewasa berada pada range 36 37.5C.

    E. ASUPAN ZAT GIZI

    Hasil recall 24 jam diet rumah

    Tanggal : 17 Juni 2013

    Diet RS : -

    Implementasi Energi (kcal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Asupan oral 1025 32 29 157 Kebutuhan (AKG 2013) 2150 57 60 323

    Asupan (%) 47,7 56,1 48,3 48,6

    Kesimpulan :

    Asupan energi dan makronutrien pasien tergolong defisit (Wahyuningsih, 2013).

    Pembahasan :

    Berdasarkan hasil recall 24 jam, asupan sehari Ny. RT tergolong defisit. Hal ini

    tampak pada persentase asupan oral pasien, dibandingkan dengan kebutuhan

    berdasarkan AKG 2013. Menurut Wahyuningsih (2013), asupan makan tergolong

    defisit jika

  • 8

    F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan Hasil

    EKG Low voltage, omi (obstruksi miokard infark) anterior

    Pembahasan :

    Berdasarkan hasil pemeriksaan EKG diperoleh hasil berupa low voltage dan

    obstruksi miokard infark (OMI) anterior. EKG sendiri memang digunakan untuk

    menilai kondisi jantung melalui pengukuran aktivitas listrik jantung (ecg.go.id.,

    2012). Pada kasus ini, Ny. RT mengalami obstruksi miokard infark pada jantung

    bagian anterior ditandai dengan tegangan listrik yang rendah (low voltage).

    Menurut Bar dalam Madias (2008), beberapa kondisi infark miokard memang dapat

    mengakibatkan tegangan listrik rendah/low voltage pada jantung, yang disebabkan

    oleh kegagalan dan penurunan gaya gerak listrik.

    G. TERAPI MEDIS

    Jenis Obat/Tindakan

    Fungsi Interaksi dengan Zat Gizi

    Solusi

    Captopril

    ACE inhibitor (antihipertensi)

    hipomagnesemia hiperkalemia

    Diminum dalam keadaan perut kosong

    Furosemide/ Lasix

    Diuretik, mengatasi asites

    hipokalemia hipokalsemia hiponatremia hipomagnesemia hiperglikemia hipokloremia peningkatan

    ekskresi tiamin

    Cek tanda-tanda electrolyte imbalance (mulut kering, kram otot, lemah, hipotensi, takikardi, oliguri, dan aritmia) secara berkala

    Berikan diet tinggi kalium atau suplemen kalium jika membutuhkan

    (McCabe, 2003)

  • 9

    BAGIAN II

    DIAGNOSIS GIZI

    (NI-2.1) Asupan oral inadekuat berkaitan dengan penyakit CHF cf IV ditandai

    dengan anoreksia, sesak nafas, dan hasil recall 24 jam

  • 10

    BAGIAN III

    INTERVENSI GIZI

    A. PLANNING

    1. Tujuan Diet

    a. Memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi tanpa memperberat fungsi jantung.

    b. Membantu memperbaiki kadar albumin dan kadar kreatinin.

    c. Membantu memperbaiki status anemia.

    d. Mencegah dan meringankan penimbunan garam dan air.

    2. Syarat/Prinsip Diet

    a. Energi cukup disesuaikan dengan aktivitas fisik dan berat badan ideal.

    b. Protein tinggi sebesar 1,2 gr/kg BB.

    c. Lemak sedang sebesar 25% dari kebutuhan energi.

    d. Karbohidrat by difference.

    e. Natrium dibatasi 1500 - 2000 mg/hari.

    f. Serat cukup terutama serat larut air sebesar 25 gram/hari.

    g. Kalium 2000 6000 mg/hari.

    h. Magnesium 300 350 mg/hari.

    i. Pemilihan bahan makanan tinggi Fe.

    j. Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas.

    k. Porsi kecil dan sering.

    l. Cairan dibatasi 0,5 ml per kkal, balans cairan negatif.

    3. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi

    a. Perhitungan kebutuhan energi berdasarkan berat badan ideal (BBI)

    BBI = 90% x (tinggi badan (cm) 100)

    = 90% x (148 100)

    = 43,2 kg

    BMR = 655,1 + (9,56 x BBI (kg)) + (1,85 x TB) (4,68 x U (Th))

    = 655,1 + (9,56 x 43,2) + (1,85 x 148) (4,68 x 30)

    = 1.202,97 kkal

    TEE = BMR x faktor aktivitas x faktor stres

    = 1.202,97 kkal x 1,2 x 1,2

    = 1.732,28 kkal

  • 11

    b. Kebutuhan protein = 1,2 g/kg BB

    = 1,2 x 43,2

    = 51,84 gr

    = 207,36 kkal

    c. Kebutuhan lemak = 25% x 1.732,28 kkal

    = 433,07 kkal

    = 48,12 gr

    d. Kebutuhan karbohidrat = Kebutuhan energi (kebutuhan protein +

    kebutuhan lemak)

    = 1.732,28 kkal (207,36 kkal + 433,07 kkal)

    = 1.091,85kkal = 272,96 gram

    e. Kebutuhan cairan = 0,5 ml/kkal = 0,5 x 1.732,28 kkal = 866,14 ml

    4. Rekomendasi Diet

    Terapi diet : Diet Jantung II

    Bentuk makanan : Lunak

    Cara pemberian : Oral

    Rencana diet :

    Waktu Makan Rekomendasi

    Diet Bahan Makanan URT Jumlah

    Sarapan Bubur Nasi

    Sayur bayam

    Telur dadar

    Susu skim

    Bubur nasi

    Santan

    Bayam

    Wortel

    Gula pasir

    Minyak kelapa sawit

    Air

    Telur ayam

    Minyak kelapa sawit

    Tepung susu skim

    Air

    1 gls

    gls

    gls

    gls

    1/3 sdm

    sdm

    gls

    1 btr

    sdm

    2 sdm

    gls

    337,5 gr

    50 gr

    50 gr

    50 gr

    5 gr

    2,5 gr

    100 ml

    30 gr

    5 gr

    10 gr

    100 ml

    Selingan Pagi Salad Buah Selada

    Semangka

    Melon

    gls

    bh sdg

    ptg sdg

    50 gr

    75 gr

    75 gr

  • 12

    Preskripsi Diet:

    Kebutuhan energi dihitung menggunakan rumus Harris Benedict dengan BBI

    ideal. Faktor aktivitas yang digunakan dalam pehitungan energi adalah sebesar

    1,2 karena pasien tirah baring. Sedangkan faktor stres untuk pasien CHF adalah

    1,2. Kebutuhan protein pasien tinggi yaitu 1,2 gr/kg BB untuk mengontrol kadar

    albumin pasien yang rendah. Pemberian lemak sedang yaitu 25% dari kebutuhan

    energi total. Kebutuhan karbohidrat menggunakan by difference dari kebutuhan

    energi total dikurangi kebutuhan protein dan lemak (Wahyuningsih, 2013). Dari

    Makan Siang Bubur Nasi

    Tumis Ayam

    dan Sayur

    Jeruk manis

    Bubur Nasi

    Santan

    Ayam

    Wortel

    Labu siam

    Gula pasir

    Minyak kelapa sawit

    Jeruk manis

    1 gls

    gls

    1 ptg sdg

    gls

    gls

    1/3 sdm

    sdm

    1 bh sdg

    337,5 gr

    50 gr

    50 gr

    50 gr

    50 gr

    5 gr

    2,5 gr

    50 gr

    Selingan Sore Apel Apel 1 bh 150 gr

    Makan Malam Bubur Nasi

    Ayam bacem

    panggang

    Tumis buncis

    Pepaya

    Bubur nasi

    Santan

    Ayam

    Margarin

    Gula merah

    Buncis

    Tauge

    Minyak kelapa sawit

    Gula pasir

    Pepaya

    1 gls

    gls

    1 ptg sdg

    sdm

    1 sdm

    gls

    gls

    sdm

    1/3 sdm

    1 ptg

    270 gr

    50 ml

    50 gr

    5 gr

    13 gr

    50 gr

    50 gr

    2,5 gr

    5 gr

    100 gr

    Selingan Malam Pisang ambon Pisang ambon 1 bh sdg 50 gr

    Energi

    (kkal)

    Protein

    (g)

    Lemak

    (g)

    Karbohidrat

    (g)

    Cairan

    (ml)

    Rekomendasi 1.746,9 56,8 51,7 266,1 449,3

    Kebutuhan 1.732,28 51,84 48,12 272,96 866,14

    % Asupan 100,83% 109,57% 107,44% 97,49% 51,87%

  • 13

    perhitungan, diperoleh kebutuhan energi sebesar 1.732,28 kkal, protein 51,85 gr,

    lemak 48,12 gr, dan karbohidrat 272,96 gr. Karena pasien mengalami asites, maka

    asupan cairan dan natrium perlu diperhatikan. Perhitungan kebutuhan cairan

    adalah sebesar 0,5 ml/kkal, sehingga diperoleh 866,14 ml untuk menghasilkan

    balans cairan negatif. Asupan natrium yang diperbolehkan untuk dikonsumsi

    pasien juga dibatasi 1500 - 2000 mg/hari ( Wahyuningsih, 2013).

    Dalam perencanaan diet, kami menggunakan Diet Jantung II dimana bentuk

    makanannya lunak. Diet Jantung II diberikan setelah masa akut dapat diatasi

    (Almatsier, 2008). Perencanaan diet terdiri atas tiga kali makan utama dan tiga kali

    selingan. Perencanaan diet yang kami buat sudah memenuhi kebutuhan energi

    sebesar 100,83%, protein 109,57%%, lemak 107,44%, dan karbohidrat 97,49%.

    Bahan makanan yang kami susun mengandung air sebanyak 449,3 ml yang

    setara dengan pemenuhan 51,87% kebutuhan cairan harian pasien. Sehingga sisa

    cairan yang dipebolehkan untuk dikonsumsi pasien adalah sebanyak 416,84 ml

    atau kurang lebih 2 gelas. Dari diet yang telah disusun, terkandung 23,2 gr serat,

    243,3 mg natrium, 248 mg magnesium, 2.535,6 mg kalium, dan 10,2 mg besi.

    Kandungan serat, natrium, magnesium, dan kalium dari diet yang direncanakan

    mampu mencukupi dengan baik kebutuhan harian pasien. Namun, kandungan

    besi atau Fe pada diet yang direncanakan belum memenuhi kebutuhan pasien

    terkait anemia yang dialami sehingga diperlukan suplementasi Fe (Wahyuningsih,

    2013).

    5. Rencana Monitoring dan Evaluasi

    Yang Diukur Pengukuran Evaluasi/Target

    Antropometri LLA Akhir kasus Normal

    Biokimia

    Albumin, kreatinin,

    natrium, hemoglobin,

    Hct, AT, MCV, MCH,

    BUN, SGOT, SGPT,

    kalium, Cl.

    Menyesuaikan Normal

    Fisik Klinis

    - Tanda vital (tensi,

    respirasi, nadi, suhu).

    - Sesak nafas, batuk,

    lemah, nyeri dada.

    Menyesuaikan

    - Normal

    - Berkurang

    Asupan Zat Gizi - Energi, karbohidrat, Setiap hari - Minimal 80%

  • 14

    protein, dan lemak.

    - Cairan

    - Daya terima

    kebutuhan

    terpenuhi.

    - Tidak melebihi

    perhitungan cairan

    yang

    direkomendasikan.

    - Baik

    6. Rencana Konsultasi

    Masalah Gizi Tujuan Materi Konseling Keterangan

    Asupan zat gizi

    inadekuat

    - Pemenuhan

    asupan zat gizi

    yang adekuat.

    - Pengaturan pola

    makan yang baik

    dengan prinsip

    diet jantung.

    - Memberi pengetahuan

    tentang pentingnya

    memenuhi kebutuhan

    zat gizi yang adekuat.

    - Memberi pengetahuan

    tentang prinsip Diet

    Jantung untuk pasien

    CHF.

    - Memberikan

    pengetahuan tentang

    pengolahan bahan

    makanan yang tepat.

    - Memberikan

    pengetahuan tentang

    pentingnya support

    dari keluarga dan

    orang-orang terdekat

    pasien dalam

    menjalani pola makan

    yang benar.

    Konseling gizi

    diberikan

    kepada pasien

    dan juga

    keluarga

    pasien secara

    langsung

    dengan

    menggunakan

    alat bantu

    seperti leaflet

    dan food

    model.

    Peningkatan

    kebutuhan protein

    - Pemenuhan

    asupan tinggi

    protein.

    - Memberi pengetahuan

    tentang pentingnya

    asupan protein terkait

    dengan keadaan

    pasien.

  • 15

    - Memberi pengetahuan

    tentang bahan

    makanan yang

    mengandung tinggi

    protein.

    Peningkatan

    kebutuhan Fe

    - Pemenuhan Fe. - Memberi pengetahuan

    tentang pentingnya Fe

    terkait anemia yang

    diderita pasien.

    - Memberi pengetahuan

    tentang bahan

    makanan yang

    mengandung tinggi

    Fe.

    - Memberi pengetahuan

    tentang suplementasi

    Fe untuk mencukupi

    kebutuhan Fe yang

    tinggi.

    Penurunan

    kebutuhan cairan

    dan natrium

    - Pembatasan

    asupan cairan

    mengontrol dan

    mengurangi

    edema dan asites

    pada pasien.

    - Pembatasan

    asupan natrium

    untuk mengontrol

    dan mengurangi

    edema dan asites

    pada pasien.

    - Memberi pengetahuan

    tentang pentingnya

    pembatasan cairan

    terkait dengan adanya

    edema dan asites

    pada pasien.

    - Memberi pengetahuan

    tentang pentingnya

    pembatasan natrium

    (garam) terkait dengan

    adanya edema dan

    asites pada pasien.

    - Memberi pengetahuan

    tentang bahan

    makanan sumber

    natrium.

  • 16

    BAGIAN IV

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    1. Berdasarkan pengukuran antropometri, status gizi pasien buruk dilihat dari

    nilai LILA sebesar 16 cm.

    2. Berdasarkan pemeriksaan biokimia, kadar Hb, Hct, MCV, MCH, albumin,

    kreatinin, dan klorin pasien rendah serta kadar SGOT tinggi yang

    menandakan kondisi anemia, malnutrisi protein, dan kerusakan jantung

    pada pasien.

    3. Berdasarkan pemeriksaan fisik klinis dan EKG, kondisi pasien tampak

    lemah dan terdapat obstruksi miokard infark anterior.

    4. Berdasarkan hasil recall 24 jam, asupan energi, karbohidrat, protein, dan

    lemak pasien masih defisit dibawah 60%.

    B. SARAN

    1. Pasien perlu meningkatkan asupan gizi dengan makan secara bertahap

    sesuai kebutuhan serta membatasi asupan garam dan cairan.

    2. Keluarga pasien perlu membantu memilih makanan yang tepat sesuai

    dengan kondisi pasien serta memberikan dorongan agar pasien senantiasa

    menjalani diet secara konsisten.

  • 17

    BAGIAN V

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DEFINISI

    Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa

    tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Price, 2006).

    Gagal jantung kongestif atau Congestive Heart Failure (CHF) adalah

    ketidakmampuan jantung memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk

    memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrien (Smeltzer, 2001).

    Menurut Nettina (2002) Gagal Jantung Kongestif adalag syndrom klnis yang berasal

    dari ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup terorganisai untuk

    memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.

    Gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi

    jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi

    kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai

    peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif

    yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Mansjoer,

    2001).

    B. ETIOLOGI

    Penyebab Gagal Jantung Kongestif menurut Crawford (2009) adalah:

    1. Kelainan otot jantung

    Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan

    menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan

    fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit

    degeneratif atau inflamasi.

    2. Aterosklerosis koroner

    Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot

    jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark

    miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal

    jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan

    dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut

    jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

    3. Hipertensi sistemik atau pulmonal

  • 18

    Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi

    serabut otot jantung.

    4. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif Berhubungan dengan gagal

    jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung

    menyebabkan kontraktilitas menurun.

    5. Penyakit jantung lain

    Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya,

    yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat

    mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup

    semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade,

    perikardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak

    afterload.

    6. Faktor sistemik Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam

    perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme

    (misal: demam), hipoksia dan anemia diperlukan peningkatan curah jantung

    untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat

    menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan

    abnormalitas elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.

    C. PATOFISIOLOGI

    Gagal jantung ditandai dengan satu respon hemodinamik, ginjal, syaraf dan

    hormonal yang nyata serta suatu keadaan patologik berupa penurunan fungsi

    jantung. Salah satu respon hemodinamik yang tidak normal adalah peningkatan

    tekanan pengisian (filling pressure) dari jantung atau preload. Respon terhadap

    jantung menimbulkan beberapa mekanisme kompensasi yang bertujuan untuk

    meningkatkan volume darah, volume ruang jantung, tahanan pembuluh darah

    perifer dan hipertropi otot jantung. Kondisi ini juga menyebabkan aktivasi dari

    mekanisme kompensasi tubuh yang akut berupa penimbunan air dan garam oleh

    ginjal dan aktivasi system saraf adrenergik.

    Perlu dibedakan antara kemampuan jantung untuk memompa (pump function)

    dengan kontraktilias otot jantung (myocardial function). Pada beberapa keadaan

    ditemukan beban berlebihan sehingga timbul gagal jantung sebagai pompa tanpa

    terdapat depresi pada otot jantung intrinsik. Sebaliknya dapat pula terjadi depresi

    otot jantung intrinsik tetapi secara klinis tidak tampak tanda-tanda gagal jantung

    karena beban jantung yang ringan. Pada awal gagal jantung akibat CO yang

  • 19

    rendah, di dalam tubuh terjadi peningkatan aktivitas saraf simpatis dan sistem renin

    angiotensin aldosteron, serta pelepasan arginin vasopressin yang kesemuanya

    merupakan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan tekanan darah yang

    adekuat. Penurunan kontraktilitas ventrikel akan diikuti penurunan curah jantung

    yang selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah dan penurunan volume darah

    arteri yang efektif. Hal ini akan merangsang mekanisme kompensasi neurohumoral.

    Vasokonstriksi dan retensi air untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan

    darah sedangkan peningkatan preload akan meningkatkan kontraktilitas jantung

    melalui hukum Starling. Apabila keadaan ini tidak segera teratasi, peninggian

    afterload, peninggian preload dan hipertrofi dilatasi jantung akan lebih menambah

    beban jantung sehingga terjadi gagal jantung yang tidak terkompensasi. Dilatasi

    ventrikel menyebabkan disfungsi sistolik (penurunan fraksi ejeksi) dan retensi cairan

    meningkatkan volume ventrikel (dilatasi). Jantung yang berdilatasi tidak efisien

    secara mekanis (hukum Laplace). Jika persediaan energi terbatas (misal pada

    penyakit koroner) selanjutnya bisa menyebabkan gangguan kontraktilitas (Patrick,

    2005). Selain itu kekakuan ventrikel akan menyebabkan terjadinya disfungsi

    ventrikel (Ismir, 2010). Pada gagal jantung kongestif terjadi stagnasi aliran darah,

    embolisasi sistemik dari trombus mural, dan disritmia ventrikel refrakter (Price,

    2006). Disamping itu keadaan penyakit jantung koroner sebagai salah satu etiologi

    CHF akan menurunkan aliran darah ke miokard yang akan menyebabkan iskemik

    miokard dengan komplikasi gangguan irama dan sistem konduksi kelistrikan

    jantung. WHO menyebutkan kematian jantung mendadak bisa terjadi akibat

    penurunan fungsi mekanis jantung, seperti penurunan aktivitas listrik, ataupun

    keadaan seperti emboli sistemik (emboli pulmo, jantung) dan keadaan yang telah

    disebutkan diatas (Crawford, 2009).

    Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan

    kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah

    jantung normal. Konsep curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan

    CO= HR X SV dimana curah jantung adalah fungsi frekuensi jantung X volume

    sekuncup. Curah jantung yang berkurang mengakibatkan sistem saraf simpatis

    akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung, bila

    mekanisme kompensasi untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai,

    maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk

    mempertahankan curah jantung. Tapi pada gagal jantung dengan masalah utama

    kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan

  • 20

    curah jantung normal masih dapat dipertahankan (Karim, 2002). Volume sekuncup,

    jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor yaitu:

    1. Preload: setara dengan isi diastolik akhir yaitu jumlah darah yang mengisi

    jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh

    panjangnya regangan serabut jantung.

    2. Kontraktilitas: mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada

    tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan

    kadar kalsium.

    3. Afterload: mengacu pada besarnya ventrikel yang harus di hasilkan untuk

    memompa darah melawan perbedaan tekanan yang di timbulkan oleh tekanan

    arteriole.

    Gambar 1. Alur kematian CHF

    (Sumber: Patrick, 2005)

    D. MANIFESTASI KLINIS

    Manifestasi Klinis CHF Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung

    dari umur pasien, beratnya gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang

    jantung yang terlibat, apakah kedua ventrikel mengalami kegagalan serta derajat

    gangguan penampilan jantung. Menurut Karim (2002), penderita gagal jantung

    kongestif, hampir selalu ditemukan :

    1. Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.

    2. Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah, asites,

    hepatomegali, dan edema perifer. Kematian pada CHF Aritmia dan gangguan

    aktivitas listrik Hipertrofi dilatasi jantung Disfungsi diastolik dan disfungsi sistolik

  • 21

    Tromboemboli PJK yang berat Berdampak pada aliran darah pada myocard

    yang belum infark Gangguan kontraktilitas

    3. Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai

    delirium.

    Gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA) diklasifikasikan

    menjadi:

    1. Kelas I

    Penderita gagal jantung yang tidak ada pembatasan aktivitas fisik.

    2. Kelas II

    Penderita gagal jantung yang dikategorikan ringan dengan sedikit batasan

    aktivitas fisik karena akan timbul gejala pada saat melakukan aktivitas tetapi

    nyaman pada saat istrahat.

    3. Kelas III

    Penderita gagal jantung yang dikategorikan sedang dengan adanya batasan

    aktivitas fisik bermakna karena akan timbul gejala pada saat melakukan

    aktivitas ringan.

    4. Kelas IV

    Penderita gagal jantung yang dikategorikan berat dimana penderita tidak

    mampu melakukan aktivitas fisik karena gejala sudah dirasakan pada saat

    istrahat.

    E. KOMPLIKASI

    Menurut Patrick (2005), komplikasi yang mungkin timbul pada pasien gagal

    jantung kongestif adalah:

    1. Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis vena dalam

    atau deep venous thrombosis dan emboli paru atau EP) dan emboli sistemik

    tinggi, terutama pada CHF berat. Bisa diturunkan dengan pemberian warfarin.

    2. Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada CHF yang bisa menyebabkan

    perburukan dramatis. Hal tersebut indikasi pemantauan denyut jantung (dengan

    digoxin atau blocker dan pemberian warfarin).

    3. Kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan diuretik dengan

    dosis ditinggikan.

    4. Aritmia ventrikel sering dijumpai, bisa menyebabkan sinkop atau sudden

    cardiac death (25-50% kematian CHF). Pada pasien yang berhasil diresusitasi,

  • 22

    amiodaron, blocker, dan vebrilator yang ditanam mungkin turut mempunyai

    peranan.

    F. PENATALAKSANAAN

    Dasar penatalaksanaan pasien gagal jantung adalah:

    1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.

    2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahanbahan

    farmakologis.

    3. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik diet

    dan istirahat.

    G. TERAPI

    Secara umum, terapi pada pasien gagal jantung kongestif dibagi menjadi 2,

    yaitu terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi farmakologi diantaranya:

    1. Diuretik (Diuretik tiazid dan loop diuretik)

    Mengurangi kongestif pulmonal dan edema perifer, mengurangi gejala volume

    berlebihan seperti ortopnea dan dispnea noktural peroksimal, menurunkan

    volume plasma selanjutnya menurunkan preload untuk mengurangi beban kerja

    jantung dan kebutuhan oksigen dan juga menurunkan afterload agar tekanan

    darah menurun.

    2. Antagonis aldosteron

    Menurunkan mortalitas pasien dengan gagal jantung sedang sampai berat.

    3. Obat inotropik

    Meningkatkan kontraksi otot jantung dan curah jantung.

    4. Glikosida digitalis

    Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung menyebabkan penurunan

    volume distribusi.

    5. Vasodilator (Captopril, isosorbit dinitrat)

    Mengurangi preload dan afterload yang berlebihan, dilatasi pembuluh darah

    vena menyebabkan berkurangnya preload jantung dengan meningkatkan

    kapasitas vena.

    6. Inhibitor ACE

    Mengurangi kadar angiostensin II dalam sirkulasi dan mengurangi sekresi

    aldosteron sehingga menyebabkan penurunan sekresi natrium dan air. Inhibitor

  • 23

    ini juga menurunkan retensi vaskuler vena dan tekanan darah yg menyebabkan

    peningkatan curah jantung.

    (Brindsite, 1995)

    Sedangkan untuk terapi non farmakologi penderita dianjurkan untuk membatasi

    aktivitas sesuai beratnya keluhan seperti: diet rendah garam, mengurangi berat

    badan, mengurangi lemak, mengurangi stress psikis, menghindari rokok, olahraga

    teratur (Brindsite, 1995).

    H. PENCEGAHAN GAGAL JANTUNG

    1. Pencegahan primordial

    Pencegahan primordial ditujukan pada masyarakat dimana belum tampak

    adanya resiko gagal jantung. Upaya ini bertujuan memelihara kesehatan setiap

    orang yang sehat agar tetap sehat dan terhindar dari segala jenis penyakit

    termasuk penyakit jantung. Cara hidup sehat merupakan dasar pencegahan

    primordial penyakit gagal jantung seperti mengkomsumsi makanan sehat, tidak

    merokok, berolah raga secara teratur, meghindari stress, seta memelihara

    lingkungan hidup yang sehat.

    2. Pencegahan Primer

    Pencegahan primer ditujukan pada masyarakat yang sudah menunjukkan

    adanya faktor risiko gagal jantung. Upaya ini dapat dilakukan dengan

    membatasi komsumsi makanan yang mengandung kadar natrium tinggi,

    mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi, mengontrol berat

    badan dengan membatasi kalori dalam makanan sehari-hari serta menghindari

    rokok dan alkohol.

    3. Pencegahan sekunder

    Pencegahan sekunder ditujukan pada orang yang sudah terkena gagal jantung

    bertujuan untuk mencegah gagal jantung berlanjut ke stadium yang lebih berat.

    Pada tahap ini dapat dilakukan dengan diagnosa gagal jantung ,tindakan

    pengobatan dengan tetap mempertahankan gaya hidup dan mengindari faktor

    resiko gagal jantung.

    4. Pencegahan tersier

    Pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah komplikasi yang lebih berat atau

    kematian akibat gagal jantung. Upaya yang dilakukan dapat berupa latihan fisik

    yang teratur untuk memperbaiki fungsional pasien gagal jantung.

  • 24

    DAFTAR PUSTAKA

    Almatsier, Sunita. 2008. Penuntun Diet. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

    Asfuah, S. 2012. Buku Saku Klinik untuk Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta:

    Nuha Medika.

    Brundside, JW. McGlynn, Tj. 1995. Diagnosis Fisik.Alih Bahasa: Lumanto, Henny.

    Jakarta: EGC. 1995.

    Crawford , Michael H , 2009. Approach to Cardiac Disease Diagnosis.3rd ed.

    Criteria Committee of the New York Heart Association. 1964. Diseases of the heart and

    blood vessels: Nomenclature and criteria for diagnosis [6th ed., pp. 112113].

    Boston: Little, Brown

    ecg.co.id. 2012. ECG Genggam. diakses melalui http://www.ecg.co.id/read/faq/20/apa-

    itu-ecg

    Ismir Fahri. Evaluasi Ekokardiografi pada Gagal Jantung Distolik. 2010. Tersedia pada

    www.kardiologi-ui.com diakses pada 15 April 2015.

    Karim S, Kabo P. 2002. EKG dan Penanggulangan Beberapa Penyakit Jantung untuk

    Dokter Umum. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik.

    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 1994. Penggunaan alat ukur llingkar

    lengan atas (LiLA) pada wanita usia subur (WUS).

    Kumalasari, Etha Yosi and Leksana, Ery . 2013. Angka Kematian Pasien Gagal

    Jantung Kongestif Di Hcu Dan Icu Rsup Dr. Kariadi Semarang. Skripsi.

    Universitas Diponegoro.

    Majid, A. 2005. Fisiologi Kardiovaskular. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas

    Sumatera Utara.

    Madias, John E. 2008. Low QRS Voltage and its Causes. New York : Mount Sinai

    School of Medicine. Journal of Electrocardiology, Elsevier.

    Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:

    Media Aesculapios FKUI.

    McCabe, Beverly. 2003. Handbook of Food-Drugs Interaction. London: CRC Press.

    Nettina. 2002. Pedoman Praktek Keperawatan. Jakarta: EGC.

    New York Heart Association (NYHA). 2015. Classes oh Heart Failure. Tersedia pada

    www.heart.org diakses pada 15 April 2015.

    Patrick, Davey. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.

    Porth, Carol. 2001. Essentials of Physiology:

  • 25

    Price Sylvia A.,Wilson Loraine M., Carol T. B. 2006. Patofisiologi. Konsep Klinis

    proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC.

    Smeltzer, S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume

    2 Edisi 8. Jakarta: EGC.

    Stead Jr, Eugene. 1951. Renal Factor in Congestive Heart Disease. Downloaded from

    http://circ.ahajournals.org/ on April 2015.

    Tamsuri, Anas. 2007. Tanda-tanda Vital Suhu Tubuh. Jakarta: EGC.

    Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan Diet pada Pasien. Yogyakarta: Graha

    Ilmu.

  • 26

    LAMPIRAN Nutrisurvey Perencanaan Diet ==================================================================

    Analysis of the food record ================================================================== Food Amount energy carbohydr. _____________________________________________________________________ BREAKFAST bubur nasi 337,5 g 246,0 kcal 54,0 g santan 50 g 35,5 kcal 1,5 g bayam segar 50 g 18,5 kcal 3,7 g Carrot fresh cooked 50 g 10,5 kcal 1,8 g gula pasir 5 g 19,3 kcal 5,0 g telur ayam 30 g 46,5 kcal 0,3 g minyak kelapa sawit 7,5 g 64,7 kcal 0,0 g Drinking water 100 g 0,0 kcal 0,0 g tepung susu skim 10 g 36,8 kcal 5,2 g Drinking water 100 g 0,0 kcal 0,0 g Meal analysis: energy 477,9 kcal (27 %), carbohydrate 71,4 g (27 %) 1. BREAK Garden lettuce fresh 50 g 5,9 kcal 0,5 g semangka 75 g 24,0 kcal 5,4 g Melon fresh 75 g 28,7 kcal 6,2 g Meal analysis: energy 58,6 kcal (3 %), carbohydrate 12,1 g (5 %) LUNCH bubur nasi 337,5 g 246,0 kcal 54,0 g santan 50 g 35,5 kcal 1,5 g daging ayam 50 g 142,4 kcal 0,0 g Carrot fresh 50 g 12,9 kcal 2,4 g labu siam mentah 50 g 10,0 kcal 2,2 g gula pasir 5 g 19,3 kcal 5,0 g minyak kelapa sawit 2,5 g 21,6 kcal 0,0 g jeruk manis 50 g 23,5 kcal 5,9 g Meal analysis: energy 511,4 kcal (29 %), carbohydrate 70,9 g (27 %) 2. BREAK apel 150 g 88,6 kcal 23,0 g Meal analysis: energy 88,6 kcal (5 %), carbohydrate 23,0 g (9 %) DINNER bubur nasi 270 g 196,8 kcal 43,2 g santan 50 g 35,5 kcal 1,5 g

  • 27

    daging ayam 50 g 142,4 kcal 0,0 g margarin 5 g 31,8 kcal 0,0 g gula merah tebu belum dimurnikan 13 g 48,9 kcal 12,6 g buncis mentah 50 g 17,4 kcal 4,0 g Mung bean sprouts 50 g 11,8 kcal 0,9 g gula pasir 5 g 19,3 kcal 5,0 g minyak kelapa sawit 2,5 g 21,6 kcal 0,0 g pepaya 100 g 39,0 kcal 9,8 g Meal analysis: energy 564,6 kcal (32 %), carbohydrate 77,0 g (29 %) IN BETWEEN pisang ambon 50 g 46,0 kcal 11,7 g Meal analysis: energy 46,0 kcal (3 %), carbohydrate 11,7 g (4 %) ==================================================================

    Result ================================================================== Nutrient analysed recommended percentage content value value/day fulfillment _____________________________________________________________________ energy 1746,9 kcal 2036,3 kcal 86 % water 449,3 g 2600,0 g 17 % protein 56,8 g(13%) 60,1 g(12 %) 94 % fat 51,7 g(26%) 69,1 g(< 30 %) 75 % carbohydr. 266,1 g(61%) 290,7 g(> 55 %) 92 % dietary fiber 23,2 g 30,0 g 77 % alcohol 0,0 g - - PUFA 7,5 g 10,0 g 75 % cholesterol 208,3 mg - - Vit. A 2835,1 g 800,0 g 354 % carotene 8,1 mg - - Vit. E (eq.) 4,8 mg 12,0 mg 40 % Vit. B1 0,7 mg 1,0 mg 72 % Vit. B2 1,1 mg 1,2 mg 92 % Vit. B6 1,7 mg 1,2 mg 141 % tot. fol.acid 249,3 g 400,0 g 62 % Vit. C 158,9 mg 100,0 mg 159 % sodium 243,3 mg 2000,0 mg 12 % potassium 2535,6 mg 3500,0 mg 72 % calcium 482,8 mg 1000,0 mg 48 % magnesium 248,0 mg 300,0 mg 83 % phosphorus 773,2 mg 700,0 mg 110 % iron 10,2 mg 15,0 mg 68 % zinc 6,9 mg 7,0 mg 99 %

  • 28

    BON BELANJA

    PRAKTIKUM II AGK 2 Kelompok 18 Shift IV

    Waktu

    Makan

    Rekomendasi

    Diet Bahan Makanan URT Jumlah Harga

    Sarapan Bubur Nasi

    Sayur bayam

    Telur dadar

    Susu skim

    Beras

    Santan

    Bayam

    Wortel

    Gula pasir

    Minyak kelapa sawit

    Air

    Bawang putih

    Bawang merah

    Daun salam

    Garam

    Telur ayam

    Garam

    Minyak kelapa sawit

    Tepung susu skim

    Air

    gls

    gls

    gls

    gls

    1/3 sdm

    sdm

    gls

    1 siung

    1 siung

    1 lbr

    secukupnya

    1 btr

    secukupnya

    sdm

    2 sdm

    gls

    37,5 gr

    50 gr

    50 gr

    50 gr

    5 gr

    2,5 gr

    100 ml

    2 gr

    2 gr

    1 gr

    -

    30 gr

    -

    5 gr

    10 gr

    100 ml

    Rp 400,00

    Rp 1000,00

    Rp 200,00

    Rp 250,00

    Rp 100,00

    Rp 50,00

    -

    Rp 50,00

    Rp 50,00

    Rp 50,00

    -

    Rp 1000,00

    -

    Rp 100,00

    Rp 500,00

    -

    Total Sarapan Rp 3.750,00

    Selingan

    Pagi

    Salad Buah Selada

    Semangka

    Melon

    gls

    bh sdg

    ptg sdg

    50 gr

    75 gr

    75 gr

    Rp 400,00

    Rp 750,00

    Rp 750,00

    Total Selingan Pagi Rp 1.900,00

  • 29

    Makan

    Siang

    Bubur Nasi

    Tumis Ayam

    dan Sayur

    Jeruk manis

    Beras

    Santan

    Ayam

    Wortel

    Labu siam

    Gula pasir

    Minyak kelapa sawit

    Bawang putih

    Garam

    Jeruk manis

    gls

    gls

    1 ptg sdg

    gls

    gls

    1/3 sdm

    sdm

    1 siung

    secukupnya

    1 bh sdg

    37,5 gr

    50 gr

    50 gr

    50 gr

    50 gr

    5 gr

    2,5 gr

    2 gr

    -

    50 gr

    Rp 400,00

    Rp 1.000,00

    Rp 1.500,00

    Rp 250,00

    Rp 200,00

    Rp 100,00

    Rp 50,00

    Rp 50,00

    -

    Rp 1.000,00

    Total Makan Siang Rp 4.550,00 Selingan

    Sore

    Apel Apel 1 bh 150 gr Rp 2.000,00

    Makan

    Malam

    Bubur Nasi

    Ayam bacem

    panggang

    Tumis buncis

    Pepaya

    Beras

    Santan

    Ayam

    Margarin

    Gula merah

    Bawang merah

    Bawang putih

    Garam

    Daun salam

    Buncis

    Tauge

    Minyak kelapa sawit

    Gula pasir

    Bawang putih

    Garam

    Pepaya

    1/5 gls

    gls

    1 ptg sdg

    sdm

    1 sdm

    1 siung

    1 siung

    seckupnya

    1 lbr

    gls

    gls

    sdm

    1/3 sdm

    1 siung

    secukupnya

    1 ptg

    30 gr

    50 ml

    50 gr

    5 gr

    13 gr

    2 gr

    2 gr

    -

    1 gr

    50 gr

    50 gr

    2,5 gr

    5 gr

    2 gr

    -

    100 gr

    Rp 300,00

    Rp 1.000,00

    Rp 1.500,00

    Rp 100,00

    Rp 200,00

    Rp 50,00

    Rp 50,00

    -

    Rp 50,00

    Rp 200,00

    Rp 200,00

    Rp 50,00

    Rp 100,00

    Rp 50,00

    -

    Rp 700,00

    Total Makan Malam Rp 4.550,00

    Selingan

    Malam

    Pisang ambon Pisang ambon 1 bh sdg 50 gr Rp 2.000,00

    Total Semua Menu Rp 18.750,00

  • 30