76364920-laporan-pleno-mata.doc
DESCRIPTION
hgjTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Modul Mata Merah
Skenario
Seorang pasien wanita, 33 tahun, datang ke poliklinik mata dengan keluhan mata merah
dan nyeri. Dialami sejak 1 hari yang lalu.
Kata Sulit : -
Kata Kunci
1. Wanita, 33 tahun
2. Mata merah dan nyeri
3. Dialami sejak 1 hari yang lalu
Pertanyaan!
1. Bagaimana anatomi, fisiologi dan histologi organ yang terkait?
2. Bagaimana patomekanisme terjadinya mata merah?
3. Bagaimana patomekanisme terjadinya nyeri pada mata?
4. Apa saja penyakit-penyakit yang menyebabkan keluhan utama mata merah disertai nyeri?
5. Bagaimana langkah-langkah penegakkan diagnosisnya?
6. Bagaimana etiologi dan epidemiologi sesuai penyakit di kasus?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjangnya?
8. Bagaimana penatalaksanaannya?
9. Bagaimana komplikasi, prognosis dan pencegahan sesuai penyakit di kasus?
10. Bagaimana perbedaan mata merah yang disebabkan oleh bakteri dengan virus?
11. Bagaimana perbedaan sakit pada permukaan mata dengan sakit pada orbital?
Jawaban!
Anatomi, histologi dan fisiologi mata
Anatomi
Bola mata (bubus oculi), atau organ penglihatan, berada pada kavitas orbita, dimana
organ ini dilindungi dari cedera dan pergerkan oleh otot-otot okular serta tulang (os sphenoidale,
zygomaticum, frontale, ethmoidale, lacrimale, dan maxilla). Selain itu, ada pula struktur
aksesorius yang berhubungan dengan mata, seperti otot-otot, fascia, alis, kelopak mata,
konjungtiva, dan badan lakrimal.
Ukuran bola mata lebih panjang pada diameter transversal dan antero-posterior daripada
diameter vertikal. Pada wanita, ketiga diameter tersebut lebih kecil daripada laki-laki. Diameter
antero-posterior pada bayi baru lahir berkisar 17.5 mm, dan saat pubertas berkisar 20-21 mm.
Bola mata terbenam dalam lemak di orbita, tetapi dipisahkan dari jaringan tersebut oleh kantung
membranosa tipis, fascia bulbi.
Lapisan Mata
Lapisan mata dari luar ke dalam adalah: (1) tunika fibrosa, terdiri dari sklera di bagian
belakang dan kornea di bagian depan; (2) tunika vascular berpigmen, di bagian belakang terdapat
koroid, dan di bagian depan terdapat badan siliaris dan iris; dan (3) tunika nervosa, retina.
Tunika fibrosa ( tunica fibrosa oculi )
Sklera dan kornea membentuk tunika fibrosa bola mata; sklera berada di lima perenam bagian
posterior dan opak; kornea membentuk seperenam bagian anterior dan transparan.
Sklera memiliki densitas yang tinggi dan sangat keras, merupakan membran solid yang berfungsi
mempertahankan bentuk bola mata. Sklera lebih tebal di bagian belakang daripada di depan;
ketebalan di bagian belakang 1 mm. Permukaan eksternal sklera berwarna putiih, dan menempel
pada permukaan dalam fascia bulbi; bagian anterior sklera dilapisi membran konjungtiva bulbi.
Di bagian depan, sklera berhubungan langsung dengan kornea, garis persatuannya dinamakan
sclero-corneal junction atau limbus. Pada bagian dalam sklera dekat dengan junction terdapat
kanal sirkular, sinus venosus sclera (canal of Schlemm). Pada potongan meridional dari bagian
ini, sinus tampak seperti cekungan (cleft), dinding luarnya terdiri dari jaringan solid sklera dan
dinding dalamnya dibentuk oleh massa triangular jaringan trabekular.
Aqueous humor direasorbsi menuju sinus skleral oleh jalur pectinate villi yang analog
dengan struktur dan fungsi arachnoid villi pada meninges serebral menuju pleksus vena sklera.
Kornea merupakan bagian proyeksi transparan dari tunika eksternal, dan membentuk seperenam
permukaan anterior bola mata. Kornea berbentuk konveks di bagian anterior dan seperti kubah di
depan sklera. Derajat kelengkungannya berbeda pada setiap individu.
Tunika vaskular ( tunica vasculosa oculi )
Tunika vaskular mata terdiri dari koroid di bagian belakang, badan siliaris serta iris di
bagian depan.
Koroid berada di lima perenam bagian posterior bola mata, dan memanjang sepanjang
ora serrata. Badan siliaris menghubungkan koroid dengan lingkaran iris. Iris adalah diafrgama
sirkular di belakang kornea, dan tampak di sekeliling pusat, apertura bundar, pupil.
Koroid merupakan membran tipis, vaskular, warna coklat tua atau muda. Di bagian
belakang ditembus oleh nervus optikus. Lapisan ini lebih tebal di bagian belakang daripada di
bagian depan.
Salah satu fungsi koroid adalah memberikan nutrisi untuk retina serta menyalurkan
pembuluh darah dan saraf menuju badan siliaris dan iris.
Badan siliaris (corpus ciliare) merupakan terusan koroid ke anterior yang terdapat
processus ciliaris serta musculus ciliaris.
Iris dinamakan berdasarkan warnanya yang beragam pada individu berbeda. Iris adalah
lempeng (disk) kontraktil, tipis, sirkular, berada di aqueous humor antara kornea dan lensa, dan
berlubang di tengah yang disebut pupil. Di bagian perifernya, iris menempel dengan badan
siliaris, dan juga terkait dengan; permukaannya rata, bagian anterior menghadap ke kornea,
bagian posterior menghadap prosesus siliaris dan lensa. Iris membagi ruangan antara lensa dan
kornea sebagai ruang anterior dan posterior. Ruang anterior mata dibentuk di bagian depan oleh
permukaan posterior kornea; di bagian belakang oleh permukaan anterior iris dan bagian tengah
lensa. Ruang posterior adalah celah sempit di belakang bagian perifer iris, dan di depan ligamen
suspensori lensa dan prosesus siliaris.
Tunika nervosa ( Tunica interna )
Retina adalah membran nervosa penting, dimana gambaran objek eksternal ditangkap.
Permukaan luarnya berkontak dengan koroid; permukaan dalamnya dengan membran hialoid
badan vitreous. Di belakang, retina berlanjut sebagai nervus optikus; retina semakin tipis di
bagian depan, dan memanjang hingga badan siliaris, dimana ujungnya berupa cekungan, ora
serrata. Disini jaringan saraf retina berakhir, tetapi pemanjangan tipis membran masih
memanjang hingga di belakang prosesus siliaris dan iris, membentuk pars ciliaris retina dan
pars iridica retina. Tepat di bagian tengah di bagian posterior retina, pada titik dimana gambaran
visual paling bagus ditangkap, berupa area oval kekuningan, makula lutea; pada makula terdapat
depresi sentral, fovea sentralis. Fovea sentralis retina sangat tipis, dan warna gelap koroid dapat
terlihat. Sekitar 3 mm ke arah nasal dari makula lutea terdapat pintu masuk nervus optikus (optic
disk), arteri sentralis retina menembus bagian tengah discus. Bagian ini satu-satunya permukaan
retina yang insensitive terhadap cahaya, dan dinamakan blind spot.
Media Refraksi
Media refraksi: kornea, aqueous humor, crystalline lens, vitreous body.
Aqueous humor ( humor aqueus )
Aqueous humor mengisi ruang anterior dan posterior bola mata. Kuantitas aqueous humor
sedikit, memiliki reaksi alkalin, dan sebagian besar terdiri dari air, kurang dari seperlimanya
berupa zat padat, utamanya klorida sodium.
Vitreous body ( corpus vitreum )
Vitreous body membentuk sekitar empat perlima bola mata. Zat seperti agar-agar ini
mengisi ruangan yang dibentuk oleh retina. Transparan, konsistensinya seperti jeli tipis, dan
tersusun atas cairan albuminus terselubungi oleh membrane transparan tipis, membran hyaloid.
Membran hyaloid membungkus badan vitreous. Porsi di bagian depan ora serrata tebal karena
adanya serat radial dan dinamakn zonula siliaris (zonule of Zinn). Disini tampak beberapa
jaringan yang tersusun radial, yaitu prosesus siliaris, sebagai tempat menempelnya. Zonula
siliaris terbagi atas dua lapisan, salah satunya tipis dan membatasi fossa hyaloid; lainnya
dinamakan ligamen suspensori lensa, lebih tebal, dan terdapat pada badan siliaris untuk
menempel pada kapsul lensa. Ligamen ini mempertahankan lensa pada posisinya, dan akan
relaksasi jika ada kontraksi serat sirkular otot siliaris, maka lensa akan menjadi lebih konveks.
Tidak ada pembuluh darah pada badan vitreous, maka nutrisi harus dibawa oleh pembuluh darah
retina dan prosesus siliaris.
Crystalline lens ( lens crystallina )
Lensa terletak tepat di belakang iris, di depan badan vitreous, dan dilingkari oleh
prosesus siliaris yang mana overlap pada bagian tepinya. Kapsul lensa (capsula lentis)
merupakan membran transparan yang melingkupi lensa, dan lebih tebal pada bagian depan
daripada di belakang. Lensa merupakan struktur yang rapuh namun sangat elastis. Di bagian
belakang berhadapan dengan fossa hyaloid, bagian depan badan vitreous; dan di bagian depan
berhadapan dengan iris. Lensa merupakan struktur transparan bikonveks. Kecembungannya di
bagian anterior lebih kecil daripada bagian posteriornya.
Organ Aksesorius Mata (Organa Oculi Accessoria)
Organ aksesorius mata termasuk otot okular, fascia, alis, kelopak mata, konjungtiva, dan
aparatus lakrimal.
Lacrimal apparatus ( apparatus lacrimalis )
Apparatus lakrimal terdiri dari (a) kelenjar lakrimal, yang mensekresikan air mata, dan
duktus ekskretorinya, yang menyalurkan cairan ke permukaan mata; (b) duktus lakrimal, kantung
(sac) lakrimal, dan duktus nasolakrimal, yang menyalurkan cairan ke celah hidung.
Lacrimal gland (glandula lacrimalis) terdapat pada fossa lakrimal, sisi medial prosesus
zigomatikum os frontal. Berbentuk oval, kurang lebih bentuk dan besarnya menyerupai almond,
dan terdiri dari dua bagian, disebut kelenjar lakrimal superior (pars orbitalis) dan inferior (pars
palpebralis). Duktus kelenjar ini, berkisar 6-12, berjalan pendek menyamping di bawah
konjungtiva.
Lacrimal ducts (lacrimal canals), berawal pada orifisium yang sangat kecil, bernama
puncta lacrimalia, pada puncak papilla lacrimales, terlihat pada tepi ekstremitas lateral
lacrimalis. Duktus superior, yang lebih kecil dan lebih pendek, awalnya berjalan naik, dan
kemudian berbelok dengan sudut yang tajam, dan berjalan ke arah medial dan ke bawah menuju
lacrimal sac. Duktus inferior awalnya berjalan turun, dan kemudian hamper horizontal menuju
lacrimal sac. Pada sudutnya, duktus mengalami dilatasi dan disebut ampulla. Pada setiap
lacrimal papilla serat otot tersusun melingkar dan membentuk sejenis sfingter.
Lacrimal sac (saccus lacrimalis) adalah ujung bagian atas yang dilatasi dari duktus
nasolakrimal, dan terletak dalam cekungan (groove) dalam yang dibentuk oleh tulang lakrimal
dan prosesus frontalis maksila. Bentuk lacrimal sac oval dan ukuran panjangnya sekitar 12-15
mm; bagian ujung atasnya membulat; bagian bawahnya berlanjut menjadi duktus nasolakrimal.
Nasolacrimal duct (ductus nasolacrimalis; nasal duct) adalah kanal membranosa,
panjangnya sekitar 18 mm, yang memanjang dari bagian bawah lacrimal sac menuju meatus
inferior hidung, dimana saluran ini berakhir dengan suatu orifisium, dengan katup yang tidak
sempurna, plica lacrimalis (Hasneri), dibentuk oleh lipatan membran mukosa. Duktus
nasolakrimal terdapat pada kanal osseous, yang terbentuk dari maksila, tulang lakrimal, dan
konka nasal inferior.
Otot-otot ekstraokular
1. Rectus medialis.
2. Rectus superior.
3. Rectus lateralis.
4. Rectus inferior.
5. Obliquus superior.
6. Obliquus inferior.
Gerakan Bola Mata
Sistem kontrol serebral yang mengarahkan gerakan mata ke obyek yang dilihat
merupakan suatu sistem yang sangat penting dalam menggunakan kemampuan pengelihatan
sepenuhnya. Sistem ini dikatakan sama pentingnya dalam pengelihatan dengan sistem
interpretasi berbagai sinyal-sinyal visual dari mata. Dalam mengarahkan gerakan mata ini, tubuh
menggunakan 3 pasang otot yang berada di bawah kendali nervus III, IV, dan VI. Nukleus dari
ketiga nervus tersebut saling berhubungan dengan fasikulus longitudinalis lateralis, sehingga
inervasi otot-otot bola mata berjalan secara resiprokal.
Gerakan Fiksasi Bola Mata
Gerakan fiksasi bola mata dikontrol melalui dua mekanisme neuronal. Yang pertama,
memungkinkan seseorang untuk untuk memfiksasi obyek yang ingin dilihatnya secara volunter;
yang disebut seabgai mekanisme fiksasi volunter. Gerakan fiksasi volunter dikontrol oleh
cortical field pada daerah regio premotor pada lobus frontalis. Yang kedua, merupakan
mekanisme involunter yang memfiksasi obyek ketika ditemukan; yang disebut sebagai
mekanisme fiksasi involunter. Gerakan fiksasi involunter ini dikontrol oleh area visual sekunder
pada korteks oksipitalis, yang berada di anterior korteks visual primer. Jadi, bila ada suatu obyek
pada lapang pandang, maka mata akan memfiksasinya secara involunter untuk mencegah
kaburnya bayangan pada retina. Untuk memindahkan fokus ini, diperlukan sinyal volunter
sehingga fokus fiksasi bisa diubah.
Gerakan saccadic
Gerakan saccadic merupakan lompatan-lompatan dari fokus fiksasi mata yang terjadi
secara cepat, kira-kira dua atau tiga lompatan per detik. Ini terjadi ketika lapang pandang
bergerak secara kontinu di depan mata. Gerakan saccadic ini terjadi secara sangat cepat,
sehingga lamanya gerakan tidak lebih dari 10% waktu pengamatan. Pada gerakan saccadic ini,
otak mensupresi gambaran visual selama saccade, sehingga gambaran visual selama perpindahan
tidak disadari.
Gerakan Mengejar
Mata juga dapat terfiksasi pada obyek yang bergerak; gerakan ini disebut gerakan
mengejar (smooth pursuit movement).
Gerakan vestibular
Mata meyesuaikan pada stimulus dari kanalis semisirkularis saat kepala melakukan
pergerakan.
Gerakan konvergensi
Kedua mata mendekat saat objek digerakkan mendekat.
Jaras
Cahaya yang sampai di retina tersebut akan mengakibatkan hiperpolarisasi dari reseptor
pada retina. Hiperpolarisasi ini akan mengakibatkan timbulnya potensial aksi pada sel-sel
ganglion, yang aksonnya membentuk nervus optikus. Kedua nervus optikus akan bertemu pada
kiasma optikum, di mana serat nervus optikus dari separuh bagian nasal retina menyilang ke sisi
yang berlawanan, yang kemudian akan menyatu dengan serat nervus optikus dari sisi temporal
yang berlawanan, membentuk suatu traktus optikus. Serat dari masing-masing traktus optikus
akan bersinaps pada korpus genikulatum lateralis dari thalamus. Kemudian serat-serat tersebut
akan dilanjutkan sebagai radiasi optikum ke korteks visual primer pada fisura calcarina pada
lobus oksipital medial. Serat-serat tersebut kemudian juga akan diproyeksikan ke korteks visual
sekunder.
Selain ke korteks visual, serat-serat visual tersebut juga ditujukan ke beberapa area
seperti: (1)nukleus suprakiasmatik dari hipotalamus untuk mengontrol irama sirkadian dan
perubahan fisiologis lain yang berkaitan dengan siang dan malam, (2) ke nukleus pretektal pada
otak tengah, untuk menimbulkan gerakan refleks pada mata untuk fokus terhadap suatu obyek
tertentu dan mengaktivasi refleks cahaya pupil, dan (3) kolikulus superior, untuk mengontrol
gerakan cepat dari kedua mata.
Fisiologi Penglihatan
Histologi
Patomekanisme Mata Merah
Seperti yang kita ketahui pada mata normal sclera terlihat berwarna putih karena sclera
dapat terlihat melalui bagian konjungtiva dan kapsul tenon yang tipis dan tembus sinar.
Hyperemia konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun
berkurangnya pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh darah. Bila terjadi
pelebaran darah konjungtiva atau episklera atau perdarahan antara konjungtiva dan sclera maka
akan terlihat warna merah pada mata yang sebelumnya berwarna putih.
Mata terlihat merah akibatnya melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada
peradangan mata akut, misalnya: konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis. Pada keratitis ,
pleksus arteri konjungtiva permukaan melebar, sedang pembuluh darah arteri perokornea yang
letak lebih dalam akan melebar pada iritis dan glaucoma akutkongestif. Pada konjungtivitis di
mana akan terjadi vasokonstriksi sehingga mata akan kembali putih.
Patomekanisme Nyeri Mata
Apabila terjadi kerusakan pada jaringan, zat-zat inflamasi akan dikeluarkan. Di samping
itu juga ada baradikidin. Zat-zat ini merangasang nosiseptor teraktivasi. Nosiseptor ini mengirim
sinyal ke saraf aferen melalui serabut saraf alfa dan c. Serabut saraf alfa untuk rasa nyeri yang
cepat, sementara sebut saraf c untuk rangsangan nyeri tipe lambat. Rangsangan ini diperantarai
oleh substantia P. Adkanya zat ini, membuat rangsangan sampai ke korda spinalin. Dari sini akan
dilanjutkan ke thalamus kemudian ke bagian somatosensorik untuk dipresepsikan sebagai rasa
nyeri
Penyakit-penyakit yang menyebabkan keluhan utama mata merah disertai nyeri
1) Konjungtivitis
2) Iridoskleritis Akut
3) Episkleritis
4) Keratitis
5) Glaukoma akut
6) Skleritis
Tabel Perbandingan
Kata Kunci Konjungtivitis Episkleritis Keratitis Skleritis Iridoskleritis
Akut
Glaukoma
Akut
Wanita, 33 thn + + + +/- + +/-Mata Merah + + + + + +Nyeri + + (nyeri
tekan)+ + (Nyeri bila bola
mata digerakkan)+ +
Di alami sejak 1 hari yang lalu
+ + +/- -(4-5 minggu setelah episkleritis)
+ +
Perbedaan mata merah yang disebabkan oleh bakteri dengan virus
Mata Merah Yang Disebabkan Virus
Penyebab yang memimpin dari suatu mata merah yang meradang adalah infeksi virus.
Sejumlah virus-virus yang berbeda dapat menjadi bertanggung jawab atas infeksi. Gejala-gejala
mata merah yang disebabkan virus biasanya dihubungkan lebih banyak dengan suatu
pengeluaran cairan yang tidak berwarna hijau atau kuning. Seringkali, gejala-gejala virus seperti
influensa, seperti hidung yang mampat dan hidung yang ingusan, juga hadir. Kelopak-kelopak
mata mungkin juga bengkak. Adakalanya melihat pada sinar-sinar yang terang adalah
menyakitkan. Ketika mata merah yang disebabkan virus mungkin tidak memerlukan suatu
antibiotik, mereka yang terpengaruh harus menemui seorang dokter, karena adakalanya bentuk
mata merah ini dapat berkaitan dengan infeksi kornea (bagian jernih dari depan bolamata).
Infeksi ini harus dideteksi dan dirawat secara benar. Mata merah yang disebabkan oleh virus
adalah sangat menular. Mata merah yang disebabkan virus biasanya hilang dalam tujuh sampai
sepuluh hari setelah munculnya gejala-gejala.
Mata Merah Yang Disebabkan Bakteri
Bakteri yang paling umum menyebabkan mata merah yang infeksius adalah
staphylococci, pneumococci, dan streptococci. Gejala-gejala mata merah yang disebabkan
bakteri termasuk:
• sakit/nyeri mata,
• bengkak,
• kemerahan, dan
• suatu jumlah kotoran yang sedang sampai besar, biasanya berwarna kuning atau
kehijauan.
Kotoran umumnya berakumulasi setelah tidur. Anak-anak yang terpengaruh mungkin
terbangun paling tidak senang bahwa mata mereka lengket tertutup, memerlukan suatu handuk
yang hangat untuk mengangkat kotorannya. Mata merah yang disebabkan bakteri dirawat dengan
berulangkali penggunaan handuk-handuk hangat pada mata-mata (coba terapkan ini pada satu
mata anak anda setiap waktu selama suatu video yang ia senangi) dan memerlukan obat-obat
tetes antibiotik atau obat salep yang diresepkan oleh dokter.
Hati-hati untuk tidak menggunakan obat yang diresepkan untuk orang lain, atau dari
suatu infeksi lama, karena mungkin ini tidak memadai untuk infeksi anda yang sekarang atau
mungkin telah tercemar dari infeksi-infeksi lain dengan secara kebetulan menyentuhkan botol
obat pada area-area yang terinfeksi. Suatu metode yang aman, efektif, dan kurang menakutkan
untuk anak anda, untuk meneteskan obat tetes kedalam mata-mata melibatkan meminta anak
anda untuk berbaring, dengan instruksi-instruksi untuk hanya "menutup mata-mata anda", dan
menempatkan jumlah-jumlah tetesan yang direkomendasikan pada pojok bagian dalam dari
Perbedaan sakit pada permukaan mata dengan sakit pada orbital
1. Sakit dipermukaan mata
Rasa sakit di permukaan mata adalah kondisi dimana rasa sakit berasal dari luar struktur
permukaan mata, beberapa penyebabnya adalah:
• Konjungtivitis adalah salah satu masalah mata yang paling umum.
Konjungtivitis biasanya disebabkan oleh alergi, bakteri, kimia, atau peradangan virus dari
konjungtiva (membran yang lembut melapisi kelopak mata dan menutupi bola mata).
ciri-ciri sakit mata yang disebabkan oleh konjungtivitis ini adalah
- mata berubah warna menjadi merah muda. rasa sakit biasanya ringan, atau tidak ada rasa
sakit sama sekali. Gatal, kemerahan.
• Lecet kornea juga penyebab umum sakit mata. kornea adalah salah satu bagian pada mata
paling transparan, sensitif dan lembut. Lecet biasanya terjadi dikarenakan goresan ke
permukaan kornea, seperti dari benda asing atau terlalu sering menggunakan lensa kontak.
• Efek Kimia dan luka bakar merupakan penyebab signifikan pada sakit mata. Efek Kimia
yang dimaksud berupa asam atau zat basa, seperti pembersih rumah tangga atau pemutih.
• Adapun luka bakar biasanya berasal dari sumber cahaya yang kuat, seperti percikan las api
atau juga berasal dari matahari dan alat-alat penerangan yang memiliki intensitas cahaya
cukup tinggo.
• Radang kelopak mata biasanya terjadi dikarenakan kelenjar minyak terpasang di tepi kelopak
mata.
• penyebab lainnya adalah adanya iritasi mata. ditandai dengan adanya benjolan kecil pada
mata Anda, benjolan mata ini dibentuk oleh kelenjar minyak mata yang tidak normal.
sehingga menyebabkan iritasi pada mata, rasa sakitnya cukup menyakitkan
2. Sakit didalam orbit mata (orbital)
Sakit Orbital digambarkan sebagai sakit yang terdapat dibagian dalam mata atau di
belakang permukaan mata.
Berikut ini beberapa penyebab sakit mata yang berasal dari orbital :
• glaukoma menyebabkan nyeri orbital, walaupun sebagian besar kasus glaukoma tidak
menyakitkan. Glaukoma disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokular, atau tekanan
internal mata, yang akhirnya dapat menyebabkan cacat dalam penglihatan dan bahkan
kebutaan jika tidak diobati. Tekanan intraokular dapat meningkat dikarenakan penyumbatan
cairan mata atau peningkatan produksi aqueous humor (cairan yang menggenangi mata). Hal
ini biasanya terjadi pada orang tua.
• iritis adalah peradangan pada iris, atau bagian berwarna dari mata, yang menyebabkan rasa
sakit mata dalam.
• neuritis Optik adalah suatu peradangan pada saraf optik. Saraf optik terhubung ke bagian
belakang mata. Penyebab peradangan ini biasanya berasal dari multiple sclerosis, infeksi
virus, atau infeksi bakteri.
• Sinusitis, yang merupakan infeksi bakteri atau virus dari sinus, dapat menyebabkan rasa nyeri
orbital atau lekuk mata.
• Migran, adalah penyebab yang sangat umum nyeri orbital mata yang terkait dengan sakit
kepala.
• Trauma peristiwa, seperti cedera penetrasi ke mata, pukulan mata dengan benda asing, dan
tabrakan kendaraan bermotor, yang menyebabkan rasa sakit mata signifikan dan cedera.
Goresan ke kornea biasanya terkait dengan peristiwa traumatis yang sangat menyakitkan. Ini
adalah mata masalah umum yang menyebabkan orang untuk mencari bantuan medis.
BAB II
PEMBAHASAN
KONJUNGTIVITIS
(konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan
lapisan dalam kelopak mata) yangdisebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur,
chlamidia), alergi, daniritasi bahan-bahan kimia.
Konjungtivitis, terdiri dari:
1.Konjungtivitis alergi (keratokonjungtivits atopik, simple alergik konjungtivitis, konjungtivitis
seasonal, konjungtivitis vernal, giant papillary conjungtivitis).
2.Konjungtivitis bakterial (hiperakut, akut, kronik).
3.Konjungtivitis virus (adenovirus, herpetik).
4.Konjungtivitis klamidia.
5.Bentuk konjungtivitis lain (Contact lens-related, mekanik, trauma, toksik,neonatal, Parinaud’s
okuloglandular syndrome, phlyctenular, sekunder).
Boleh dikatakan masyarakat sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat menyerang
semua umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus dan kuman
atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. Dalam waktu 12 sampai 48 jam
setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus
kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis bisa diberikan
tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotic.
Definisi
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva
atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada
mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai
dengan mata berwarna sangat merahdan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata
rusak. Beberapa jenis Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan
pengobatan. Konjungtivitis dapat mengenai pada usia bayi maupun dewasa. Konjungtivitis pada
bayi baru lahir, bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika
melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya perak
nitrat, povidin iodin) atau salepantibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh bakteri yang
bias menyebabkan konjungtivitis gonokokal. Pada usia dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis
melalui hubungan seksual (misalnya jika cairan semen yangterinfeksi masuk ke dalam mata).
Biasanya konjungtivitis hanya menyerangsatu mata. Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah
infeksi mulai, matamenjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea,abses,
perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitisgonokokal bisa diberikan tablet,
suntikan maupun tetes mata yangmengandung antibiotik.
Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaandalam dari
kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaandepan dari bola mata, kecuali
bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea).
Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadiinflamasi.
Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:1.konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior
dari palpebra).2.konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola
mata).3.forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan
bola mata).Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis.Konjungtiva bulbar
juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah
dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang
mensekresimusin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yangmemproteksi dan
memberi nutrisi bagi kornea.
Epidemiologi
Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling seringdihubungkan dengan
penyakit tuberkulosis paru. Penderita lebih banyak padaanak-anak dengan gizi kurang atau
sering mendapat radang saluran napas,serta dengan kondisi lingkungan yang tidak higiene. Pada
orang dewasa jugadapat dijumpai tetapi lebih jarang.Meskipun sering dihubungkan dengan
penyakit tuberkulosis paru, tapi tidak jarang penyakit paru tersebut tidak dijumpai pada
penderita dengankonjungtivitis flikten. Penyakit lain yang dihubungkan dengan
konjungtivitisflikten adalah helmintiasis. Di Indonesia umumnya, terutama anak-anak menderita
helmintiasis, sehingga hubungannya dengan konjungtivitis fliktenmenjadi tidak jelas.
Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :
a. infeksi oleh virus atau bakteri.
b. reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
c. iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultravioletdari las listrik atau sinar
matahari yang dipantulkan oleh salju.
d.pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisamenyebabkan
konjungtivitis. Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:
a.entropion atau ektropion.
b.kelainan saluran air mata.
c.kepekaan terhadap bahan kimia.d.pemaparan oleh iritan.
e.infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia).
Frekuensi kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalamigejala alergi
lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputirumput, serbuk bunga, hewan dan
debu. Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan timbulnyakonjungtivitis
yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan udara(seperti asap dan cairan fumigasi).
Patogenesis
Mekanisme pasti atau mekanisme bagaimana terbentuknya flikten masih belum jelas.
Secara histologis fliktenulosa mengandung limfosit, histiosit, dansel plasma. Leukosit PMN
ditemukan pada lesi nekrotik. Bentuk tersebutkelihatannya adalah hasil dari reaksi
hipersensitivitas tipe lambat terhadap protein tuberkulin, Staphylococcuc aureus, Coccidioides
immitis, Chlamydia,acne rosacea, beberapa jenis parasit interstisial dan fungus Candida
albicans.Jarang kasusnya idiopatik.
Keratitis flikten dapat berkembang secara primer dari kornea meskipunseringkali
biasanya menyebar ke kornea dari konjungtiva. Epitel yangditempati oleh flikten rusak,
membentuk ulkus dangkal yang mungkin hilangtanpa pembentukan jaringan parut. Flikten khas
biasanya unilateral pada atau di dekat limbus, pada konjungtiva bulbar atau kornea, dapat satu
atau lebih, bulat, meninggi, abu-abu ataukuning, hiperemis, terdapat nodul inflamasi dengan
dikelilingi zonahiperemik pembuluh darah. Flikten konjungtiva tidak menimbulkan jaringan
parut. Jaringan parut fibrovaskuler kornea bilateral limbus cenderungmembesar ke bawah
daripada ke atas mungkin mengindikasikan fliktensebelumnya. Flikten yang melibatkan kornea
sering rekuren, dan migrasisentripetal lesi inflamasi mungkin berkembang. Kadangkala,
beberapainflamasi menimbulkan penipisan kornea dan jarang menimbulkan perforasi.
Manifestasi Klinis
Tanda
Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:
a.konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
b.produksi air mata berlebihan (epifora)
c.kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis)seolah akan menutup akibat
pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.d.pembesaran
pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagaireaksi nonspesifik
peradangan.e.pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.f.terbentuknya
membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein).g.dijumpai sekret dengan berbagai
bentuk (kental hingga bernanah).
Gejala
Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkankotoran.
Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kentaldan berwarna putih.
Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkankotoran yang jernih. Kelopak mata bisa
membengkak dan sangat gatal,terutama pada konjungtivitis karena alergi.
Gejala lainnya adalah:
a.mata berair
b.mata terasa nyeri
c.mata terasa gatal
d.pandangan kabur
e.peka terhadap cahayaf.terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.
Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisamenyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari
konjungtivitis yang tidak ertanganidiantaranya:
1.glaukoma
2.katarak
3.ablasi retina
4.komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulitdari blefaritis seperti
ekstropin, trikiasis
5.komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
6.komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh
akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di korneayang dapat mengganggu penglihatan,
lama- kelamaan orang bisa menjadi buta
7.komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu
penglihatan
Diagnosa
a. Gejala Subyektif Konjungtivitis flikten biasanya hanya menyebabkan iritasi dengan rasa sakit
dengan mata merah dan lakrimasi. Khasnya pada konjungtivitis flikten apabila kornea ikut
terlibat akan terdapat fotofobia dan gangguan penglihatan. Keluhan lain dapat berupa rasa
berpasir. Konjungtivitis flikten biasanya dicetuskan oleh blefaritis akut dan konjungtivitis
bakterialakut.
b. Gejala Obyektif Dengan Slit Lamp tampak sebagai tonjolan bulat ukuran 1-3 mm, berwarna
kuning atau kelabu, jumlahnya satu atau lebih yang disekelilingnya terdapat pelebaran pembuluh
darah konjungtiva (hiperemia). Bisa unilateral atau mengenai kedua mata.
c.Histopatologi
Flikten terlihat sebagai kumpulan sel leukosit netrofil yang dikelilingi olehsel limfosit, sel
makrofag dan kadang-kadang sel datia berinti banyak.Pembuluh darah yang memperdarahi
flikten mengalami proliferasi endoteldan sel epitel di atasnya mengalami degenerasi.d.
LaboratoriumDapat dilakukan pemeriksaan tinja, kemungkinan kuman dan adanyatuberkulosa
paru dan pemeriksaan kultur konjungtiva. Pemeriksaan dengan pewarnaan gram pada sekret
untuk mengidentifikasi organisme penyebabmaupun adanya infeksi sekunder (Alamsyah, 2007).
Penatalaksanaan
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara
menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata oranglain. Perawat dapat memberikan
intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata
yang sehat, mencuci tangansetelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan
kain lap,handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yangsakit.
Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan gunamengindari penyebaran
konjungtivitis antar pasien.Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab.
Konjungtivitiskarena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %)
atauantibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitiskarena jamur sangat
jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatanterutama ditujukan untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder,konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine
0,5 %,rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %).Penanganannya
dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higienekelopak mata. Pembersihan kelopak 2
sampai 3 kali sehari dengan artifisialtears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala
pada kasus ringan.
Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasiantibiotik-steroid.
Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanyairitis. Pada banyak kasus Prednisolon
asetat (Pred forte), satu tetes, QIDcukup efektif, tanpa adanya kontraindikasi.Apabila etiologinya
dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea,diberikan Tetracycline oral 250 mg atau
erythromycin 250 mg QID PO, bersama dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti
bacitracin atauerythromycin sebelum tidur. Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan padakulit
TID juga efektif. Karena tetracycline dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga
kontraindikasi untuk usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini,diganti dengan doxycycline 100 mg
TID atau erythromycin 250 mg QID PO.Terapi dilanjutkan 2 sampai 4 minggu. Pada kasus yang
dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk menyingkirkan tuberkulosis (Alamsyah,2007).
Prognosis
Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang
lain bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuhlain, kebanyakan kondisi tersebut
dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapatdikontrol sehingga penglihatan dapat
dipertahankan.Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila
penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkankerusakan pada
mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi sepertiGlaukoma, katarak maupun ablasi retina.
EPISKLERITIS
Episkleritis merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskuler yang terletak antara
konjungtiva dan permukaan sclera.
Radang pada episklera dan sclera mungkin disebabkan reaksi hipersensivitas terhada
penyakit sistemik seperti tuberculosis, reumathoid arthritis, lues, SLE, dan lainnya.merupakan
suatu reaksi toksik, alergik atau merupakan bagian daripada infeksi. Dapat saja kelainan ini
terjadi secara spontan dan idiopatik.
Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan usia pertengahan
dengan bawaan penyakit rerumatik.
Keluhan pasien dengan episkleritis berupa mata terasa kering, dengan rasa sakit yang
ringan, mengganjal dengan konjungtiva yang kemotik.
Bentuk radang yang terjadi pada episklerisis mempunyai gambaran khusus , yaitu berupa
benjolan setempat dengan batas tegas dan warna merah ungu dibawah konjungtiva. Bila benjolan
ini ditekan dengan kapas atau ditekan pada kelopak di atas benjolan, akan memberikan rasa sakit,
rasa sakit akan menjalar ke sekitar mata. Pada episkleritis bila dilakukan pengangkatan
konjungtiva di atasnya, maka akan mudah terangkat atau dilepas dari pembuluh darah yang
meradang. Perjalanan penyakit mulai dengan episode akur dan terdapat riwayat berulang dan
dapat berminggu-minggu atau beberapa bulan.
Terlihat mata merah satu sector yang disebabkan melebarnya pembuluh darah dibawah
konjungtiva. Pembuluh darah ini mengecil bila diberi fenil efrin 2.5 % topical/
Pengobatan yang diberikat pada episkleritis adalah vasokonstriktor. pada keadaan yang
berat diberi kortikosteroid tetes mata, sistemik atau salisilat.
Kadang-kadang merupakan kelainan berulang yang ringan, pada episkleritis jarang
terlihat kornea dan uvea, penglihatan tetap normal.
Episkleritis dapat sembuh sempurna atau bersifat residif yang dapat menyerang tempat
yang sama ataupun tempat yang berbeda-beda dengan lama sakit umumnya berlangsung 4-5
minggu. Penyulit yang dapat timbul adalah terjadinya peradangan lebih dalam pada sclera yang
disebut sebagai skleritis.
GLAUKOMA AKUT
DEFINISI
Glaukoma akut adalah suatu syndroma yang disebabkan karena terjadi hambatan
penyaluran keluar cairan humour aquos sehingga menyebabkan peningkatan TIO (Tekanan
IntarOkuler) mendadak dan tiba-tiba yang dapat menekan nervus optik.
INSIDEN
Biasanya terjadi pada umur > 40 tahun
Lebih banyak pada orang ASIA terutama Burma dan Vietnam di Asia Tenggara
Kulit putih : ♀ > ♂ = 3 : 1
Kulit hitam : ♀ : ♂
Kulit hitam > kulit putih
KLASIFIKASI
Terdapat 4 jenis glaukoma:
1. glaukoma sudut terbuka
2. glaukoma sudut tertutup
3. glaukoma kongenitalis
4. glaukoma sekunder
ETIOLOGI
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraocular ini, disebabkan:
Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar
Berkurangnya pengeluaran cairan mata didaerah sudut bilik mata atau dicelah pupil.
GEJALA DAN TANDA
Nyeri hebat di mata dan kepala
Perasaan mual dan muntah
Bradikardia akibat refleks
Terjadi peradangan pada mata dengan kelopak mata bengkak
Mata merah
Tekanan bola mata sangat tinggi yang mengakibatkan pupil lebar
Kornea suram dan edem
Iris sembab meradang
Papil saraf optik hiperemis dan edem
Tajam penglihatan sangat menurun
FAKTOR RESIKO
· Lanjut Umur
· Rabun dekat
· Sejarah keluarga yang pernah menghidap glaukoma
· Diabetes
· Tekanan perasaan/stres
· Penggunaan ubat anti kolinergik sistemik seperti atropin atau ubat titisan untuk
membesarkan anak mata.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
Terapi medikamentosa
menurunkan TIO terutama dengan menggunakan obat sistemik
OBAT SISTEMIK
o Inhibitor karbonik anhidrase
Acetazolamide 500mg (iv/po) ----> 4 x 250 mg (sehari)
o Agen hiperosmotik
Solusio gliserin 50% 4 x 100-150 ml (dlm air jeruk) (po)
Manitol 20% 300-500 cc/ 60 tts tpm (iv)
o Analgetik dan Antiemetik
OBAT TETES MATA LOKAL
o Penyekat beta
Timolol, betaxolol, levobunolol, carteolol, dan metipranolol
(1-2 x gtt 1 /hari )
o Steroid (prednison)
digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan mata.
30-40 menit setelah terapi sistemik
o Miotikum
Pilokarpin 2% 2x gtt I (jarak 15 menit) ---> 4x gtt I sehari.
mata sebelahnya : 3 x gtt I
TERAPI BEDAH
o Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang
dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal
ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
o Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari
50% atau gagal dengan iridektomi.
PROGNOSIS
Glaukoma akut merupakan suatu KEDARURATAN OFTALMOLOGI sehingga kalau
tidak segera ditangani prognosisnya buruk
KOMPLIKASI
Kebutaan
UVEITIS ANTERIOR
(IRIDOSIKLITIS)
Defenisi
Radang pada uvea dapat mengenai hanya bagian depan jaringan uvea atau selaput pelangi
(iris) dan keadaan ini disebut sebagai iritis. Bila mengenai bagian tengah uvea maka keadaan ini
disebut sebagai siklitis. Biasanya iritis akan disertai dengan siklitis yang disebut sebagai uveitis
anterior. Uveitis anterior atau iridosiklitis merupakan penyakit yang mendadak yang biasanya
berjalan selama 6-8 minggu, dan pada stadium dini biasanya dapat sembuh dengan tetes mata
saja.
Bila mengenai selaput hitam bagian belakang mata maka disebut koroditis. Dibedakan
dalam bentuk granulomatosa akut-kronis dan non-granulomatosa akut-kronis.
Etiologi
Penyebab uveitis anterior akut nongranulomatosa dapat oleh trauma, diare kronis, penyakit
reiter, herpes simpleks, sindrom bechet, sindrom posner schlosman, pascabedah, infeksi
adenovirus, parotitis, influenza, dan klamida. Nongranulomatosa uveitis anterior kronis dapat
disebabkan arthritis rheumatoid dan fuchs heterokromik iridosiklitis. Granulomatosa akut terjadi
akibat sarkoiditis, sifilis, tuberculosis, virus, jamur (histoplasmosis), atau parasit
(toksoplasmosis).
Terjadi sekitar 15/100.000 orang, terjadi pada umur 20-50 tahun dan terutama diumur
sekitar 30 tahun. Wanita lebih banyak disbanding pria, terjadi pada sosial ekonomi rendah,
psikologi, imunodefisiensi (AIDS) dan endokrin (hipotiroid)
Patofisiologi
Penyebab dari iritis tidak dapat diketahui dengan melihat gambaran kliniknya saja. Iritis
dan iridosiklitis dapat merupakan suatu manifestasi klinik reaksi imunologik terlambat, dini atau
sel mediated terhadap jaringan uvea anterior. Pada kekambuhan atau rekuren terjadi reaksi
imunologik humoral. Bakterimea ataupun viremia dapat menimbulkan iritis ringan, yang bila
kemudian terdapat antigen yang sama dalam tubuh akan dapat timbul kekambuhan.
Gambaran Klinik
Uveitis dapat terjadi mendadak atau akut berupa mata merah dan sakit, ataupun datang
perlahan dengan mata merah dan sakit ringan dengan penglihatan turun perlahan-lahan.
Iridosiklitis kronis merupakan episode rekuren dengan gejala akut yang ringan atau sedikit.
Keluhan pasien dengan uveitis anterior akut mata sakit, merah, fotofobia, penglihatan turun
ringan dengan mata berair, dan mata merah. Keluhan sukar melihat dekat pada pasien uveitis
akibat ikut meradangnya otot-otot akomodasi.
Pupil kecil akibat rangsangan proses peradangan pada otot sfingter pupil dan terdapatnya
edem iris. Pada proses radang akut dapat terjadi miopisasi akibat rangsangan badan siliar dan
edema lensa.
Terdapat fler atau efek tyndal didalam bilik mata depan dan bila peradangan sangat akut
maka akan terlihat hifema atau hipopion. Pada nongranulomatosa terdapat presipitat halus pada
dataran belakang kornea. Pada iridosiklitis granulomatosa terdapat presipitat besar atau mutton
fat deposit, benjolan koeppe atau benjolan Busacca.
Terbentuknya sinekia posterior, miosis pupil, tekanan bola mata yang turun akibat
hipofungsi badan sisliar, tekanan bola mata dapat meningkat, melebarnya pembuluh siliar dan
perilimbus.
Pada yang akut dapat terbentuk hipopion di bilik depan, sedang pada yang kronis terlihat
edema macula dan kadang-kadang katarak. Perlangsungan penyakit antara 2-4 minggu.
Terapi
Pada uveitis anterior dengan steroid yang diberikan siang hari bentuk tetes dan malam hari
bentuk salep. Steroid sistemik bila perlu diberikan dalam dosis tunggal seling sehari yang tinggi
dan kemudian diturunkan sampai dosis efektif.
SKLERITIS
Skleritis adalah peradangan sklera yang sangat gawat dapat mengenai seluruh jaringan
sklera dan sering kambuh. Skleritis biasanya disebabkan oleh kelainan atau penyakit sistemik.
Lebih sering disebabkan penyakit jaringan ikat, pasaca herpes, sifilis dan gout. Skleritis
dibedakan skleritis anterior difus dan nodular dan skleritis posterior. Skleritis biasanya terlihata
bilateral dan juga terdapat perempuan. Skleritis terjadinya tidak lebih sering dibanding
episkleritis akan tetapi penyebabnya hampir sama. Pada sklera dekat kornea, biasanya disebelah
temporal limbus tampak daerah menonjol berwarna merah keungu-unguan dengan batas jelas,
disamping konjungtiva yang bengkak dengan pelebaran pembuluh darah konjuctiva dan
episklera. Kadang-kadang tonjolan tersebut didapatkan disekeliling limbus dan disebut skleritis
anularis.
Manifestasi klinik:
1. Terdapat perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis, dan dagu yang
kadang –kadang membangunkan sewaktu tidur akibat sakitnya sering kambuh.
2. Mata berair, dan fotopobia
3. Terlihat konjungtiva kemotik dan sakit sering diduga adanya selulitis orbita.
4. Skleritis tidak mengeluarkan kotoran.
5. Pada skleritis terlihat benjolan berwarna sedikit lebih biru jingga, kadang-kadang
mengenai seluruh lingkaran kornea.
Histopatologis:
Didapatkan edema, serbukan leukosit,limfosit diantara lapisan-lapisan jaringan sklera,
yang kemudian menjadi nekrotis dan diisi dengan jaringan fibrotik. Infiltrat dapat menyebar ke
kornea,uvea, kemudian terjadi penipisan jaringan sklera.
Pengobatan :
1. Menurut penyebabnya.
2. Pengobatan terhadap uveitis dan keratitis, kalau disertai keduanya.
3. Kortikosteroid lokal dan sistemik diserti antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder,
analgetik untuk rasa sakitnya.
4. Iridektomi untuk:
- Menurunkan tekanan intraokuler
- Mengurangi keadaan stafiloma sklera
- Memberi pupil baru, jika visus terganggu, karena kekeruhan kornea.
Penyulit :
1. Skleritis biasanya sering berjalan bersama-sama dengan iritis atau siklitis dan koroiditis
anterior. Bila terjadi penyembuhan, maka akan terjadi penipisan sklera yang tidak tahan
terhadap tekanan bola mata sehingga terjadi stafiloma sklera yang berwarna biru.
2. Pada kornea dapat dalam bentuk keratitis sklerotikans.
KERATITIS
Definisi
Keratitits adalah peradangan pada kornea, membran transparan yang menyelimuti bagian
berwarna dari mata (iris) dan pupil. Keratitis dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa.
Bakteri pada umumnya tidak dapat menyerang kornea yang sehat, namun beberapa kondisi dapat
menyebabkan infeksi bakteri terjadi. Contohnya, luka atau trauma pada mata dapat menyebabkan
kornea terinfeksi. Mata yang sangat kering juga dapat menurunkan mekanisme pertahanan
kornea.
Beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan kejadian terjadinya keratitis antara lain:
• Perawatan lensa kontak yang buruk; penggunaan lensa kontak yang berlebihan
• Herpes genital atau infeksi virus lain
• Kekebalan tubuh yang menurun karena penyakit lain
• Higienis yang tidak baik
• Nutrisi yang kurang baik (terutama kekurangan vitamin A)
Penyebab
Penyebab keratitis bermacam-macam. Bakteri, virus dan jamur dapat menyebabkan
keratitis. Penyebab paling sering adalah virus herpes simplex, tipe 1. Selain itu penyebab lain
adalah, kekeringan pada mata, pajanan terhadap cahaya yang sangat terang, benda asing yang
masuk ke mata, reaksi alergi atau mata yang terlalu sensitif terhadap kosmetik mata, debu, polusi
atau bahan iritatif lain, kekurangan vitamin A dan penggunaan lensa kontak yang kurang baik.
Gejala
• Gejala keratitis antara lain:
• Keluar air mata yang berlebihan
• Nyeri
• Penurunan tajam penglihatan
• Radang pada kelopak mata (bengkak, merah)
• Mata merah
• Sensitif terhadap cahaya
Pengobatan
Antibiotik, anti jamur dan anti virus dapat digunakan tergantung organisme penyebab.
Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secepatnya, tapi bila hasil laboratorium sudah
menentukan organisme penyebab, pengobatan dapat diganti. Terkadang, diperlukan lebih dari
satu macam pengobatan. Terapi bedah laser terkadang dilakukan untuk menghancurkan sel yang
tidak sehat, dan infeksi berat membutuhkan transplantasi kornea.
Obat tetes mata atau salep mata antibiotik, anti jamur dan antivirus biasanya diberikan
untuk menyembuhkan keratitis, tapi obat-obat ini hanya boleh diberikan dengan resep dokter.
Pengobatan yang tidak baik atau salah dapat menyebabkan perburukan gejala. Obat
kortikosteroid topikal dapat menyebabkan perburukan kornea pada pasien dengan keratitis akibat
virus herpes simplex.
Pasien dengan keratitis dapat menggunakan tutup mata untuk melindungi mata dari cahaya
terang, benda asing dan bahan iritatif lainnya. Kontrol yang baik ke dokter mata dapat membantu
mengetahui perbaikan dari mata.
Pencegahan
Pemakai lensa kontak harus menggunakan cairan desinfektan pembersih yang steril untk
membersihkan lensa kontak. Air keran tidak steril dan tidak boleh digunakan untuk
membersihkan lensa kontak. Pemeriksaan mata rutin ke dokter mata disarankan karena
kerusakan kecil di kornea dapat terjadi tanpa sepengetahuan kita. Jangan terlalu sering memakai
lensa kontak. Lepas lensa kontak bila mata menjadi merah atau iritasi. Ganti lensa kontak bila
sudah waktunya untuk diganti. Cuci tempat lensa kontak dengan air panas, dan ganti tempat
lensa kontak tiap 3 bulan karena organisme dapat terbentuk di tempat kontak lensa itu.
Makan makanan bergizi dan memakai kacamata pelindung ketika bekerja atau bermain di
tempat yang potensial berbahaya bagi mata dapat mengurangi resiko terjadinya keratitis.
Kacamata dengan lapisan anti ultraviolet dapat membantu menahan kerusakan mata dari sinar
ultraviolet
DAFTAR PUSTAKA
Baehr M, Frotscher M. Duus’ Topical Diagnosis in Neurology. 4th ed. New York: Thieme; 2005.
p. 130-60.
Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray’s Anatomy for Students. Philadelphia: Elsevier
Churchill Livingstone; 2005
Riordan-Eva, Whitcher John. Oftalmologi Umum. Jakarta : EGC. 2010
Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI. 2010