laporan pleno 1

23
LAPORAN TUTORIAL GIGI BERSILANG PADA ANAK KELOMPOK 1 0

Upload: aini-dwi-handini

Post on 02-Aug-2015

97 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pleno 1

LAPORAN TUTORIAL

GIGI BERSILANG PADA ANAK

KELOMPOK 1

0

Page 2: Laporan Pleno 1

1. A. St. Hajrah Yusuf

2. Dian Ika Pratiwi

3. Aini Dwi Handini

4. Ridhayani Hatta

5. Jennifer Novia Andriani

6. Hertina Thalib

7. Haeriyah

8. Irma Ariany Syam

9. Fitriani

10. Andi Fatima

11. Ronald Hartono

12. Hardianti Mauliditha H.

13. Reisintiya

14. Andi Nurmayanti

15. Herawati Hasan

16. Nurul Azizah Ali

1

Page 3: Laporan Pleno 1

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2011

0

Page 4: Laporan Pleno 1

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

yang telah melimpahkan taufik dan hidayahNya, sehingga kami dapat menyusun dan

menyajikan makalah ini.

Permasalahan yang kami akan kemukakan adalah mengenai Gigi Bersilang

pada Anak, namun ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud

dengan Gigitan Bersilang. Gigitan Bersilang merupakan kelainan posisi gigi rahang

atas yang lebih ke lingual daripada gigi rahang bawah, dalam istilah kedokteran gigi

sering disebut dengan crossbite.

Makalah ini dibuat untuk mengetahui tentang Gigi Bersilang pada Anak, serta

hal-hal yang menyangkut penyebab, akibat yang ditimbulkan, maupun perawatan

yang sebaiknya dilakukan. Dengan mempresentasikan makalah ini diharapkan dapat

memperjelas apa yang terkait mengenai Gigi Bersilang pada Anak.

Kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik untuk penyempurnaan

makalah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan kita dengan rahmat-Nya

dan makalah ini kami sampaikan dengan harapan dapat memenuhi apa yang

diharapkan.

Makassar, 28 September 2011

Penyusun

1

Page 5: Laporan Pleno 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………1

DAFTAR ISI………………………………………………………………… …..…2

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. ………3

A. Latar Belakang………………………………………………………………3

B. Tujuan……………………………………………………………………….4

BAB II PEMBAHASAN TUTORIAL……………………………………………...5

BAB III PENUTUP………………………………………………………..………17

A. KESIMPULAN……………………………………………………………17

DAFTAR PUSTAKA………………………………...……………………………18

2

Page 6: Laporan Pleno 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rahang dan susunan gigi geligi yang ideal adalah impian semua orang

namun tidak semua orang memilikinya. Banyak orang memiliki susunan gigi

yang tidak teratur atau istilah kedokterannya maloklusi (malocclusion). Ada yang

‘tonggos' (protrusif) alias gigi rahang atasnya maju, ada pula yang giginya

berjejalan (crowded teeth) atau sebaliknya kecil-kecil dan jarang (diastema).

Terdapat penyebab primer yang mengakibatkan gigi seseorang menjadi

tidak teratur yang dibagi menjadi 3 lingkup besar yaitu sistem neuromuscular,

gigi dan gangguan jaringan lunak. Gangguan pada ketiga komponen tersebut

dapat menyebabkan maloklusi sehingga dapat terjadi penurunan fungsi mastikasi,

bicara, estetis dan secara tidak langsung dapat menganggu pertumbuhan rahang.

Maloklusi (malocclusion) adalah suatu kelainan susunan gigi geligi atas dan

bawah yang berhubungan dengan bentuk rongga mulut serta fungsinya.

Malposisi gigi dapat terjadi bila gigi-gigi tidak terletak baik di dalam lengkung

gigi yang bersangkutan, seperti berputar (rotasi) pada porosnya, miring kea rah

dalam (lingual/palatal), kea rah luar atau samping (lateral/medial). Dapat juga

apabila mahkota gigi terlalu tinggi (infraposisi) atau terlalu rendah (supraposisi)

atau terletak di luar lengkung giginya (ektopik).

Berbagai kombinasi malposisi di atas sangat mungkin terjadi dan dapat

mengakibatkan hubungan gigi menjadi maloklusi. Disharmoni ini dapat

mempengaruhi tumbuh kembang gigi dan struktur wajah, yaitu tulang rahang

atau tulang-tulang wajah lainnya, keharmonisan jaringan lunak di sekitarnya

seperti bibir, pipi atau bahkan lidah. Sebaliknya ketidakharmonisan yang terjadi

pada struktur wajah, baik pada jaringan keras atau lunak, juga akan dapat

mempengaruhi relasi gigi geligi.

3

Page 7: Laporan Pleno 1

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah

antara lain:

1. Apa etiologi kedua gigi RA dan gigi depan RB bersilang?

2. Apa pengertian gigi bersilang dan macam-macam klasifikasinya?

3. bagaimana hasil pemeriksaan klinik intra oral dan ekstra oral pada skenario?

4. Bagaimana analisa foto panoramik dan foto sefalometri pada skenario?

5. Bagaimana analisa ruang pada pasien yang mengalami keluhan dua gigi depan

RA yang bersilang dengan gigi depan RB berdasarkan analisi model

diagnostik?

6. Apa diagnosis maloklusi yang terjadi pada pasien?

7. Mengapa profil muka pada pasien tampak normal , padahal ia mengalami dua

gigi depan RA yang bersilang dengan gigi depan RB?

8. Hal apa yang menyebabkan anak tersebut mengalami keluhan fungsi

pengunyahan?

9. Apakah ada hbungan antara umur 9 tahun dengan terjadinya gigi bersilang

pada skenario?

10. Bagaimana indikasi dan kontra indikasi perawatan sesuai dengan skenario?

11. Perawatan apa yang sebaiknya dilakukan pada pasien ?

12. Piranti apa yang digunakan dalam melakukan perawatan pada kasus ini?

13. Dampak apa yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan perawatan dan

bagaimana cara pencegahannya?

C. Tujuan

Tujuan Instruksional Umum

Setelah mempelajari modul ini,mahasiswa diharapkan mampu menegakkan

diagnosis maloklusi, klasifikasi maloklusi,pemeriksaan klinik intra oral dan ekstra

oral, analisis foto sefalometri dan foto panoramic, analisa ruang pada model

4

Page 8: Laporan Pleno 1

diagnostic serta menentukan perawatan maloklusi pada anak berdasarkan indikasi

yang tepat dan benar.

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah pembelajaran dengan modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Mengetahui etiologi kedua gigi RA dan gigi depan RB bersilang;

2. Mengetahuia pengertian gigi bersilang dan macam-macam klasifikasinya;

3. Mengetahui hasil pemeriksaan klinik intra oral dan ekstra oral pada skenario;

4. Mengetahui analisa foto panoramik dan foto sefalometri pada skenario;

5. Mengetahui analisa ruang pada pasien yang mengalami keluhan dua gigi

depan RA yang bersilang dengan gigi depan RB berdasarkan analisi model

diagnostik;

6. Mengetahui diagnosis maloklusi yang terjadi pada pasien;

7. Mengetahui penyebab profil muka pada pasien tampak normal , padahal ia

mengalami dua gigi depan RA yang bersilang dengan gigi depan RB;

8. Mengetahui hal yang menyebabkan anak tersebut mengalami keluhan fungsi

pengunyahan;

9. Mengetahui hubungan antara umur 9 tahun dengan terjadinya gigi bersilang

pada skenario;

10. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi perawatan sesuai dengan skenario;

11. Mengetahui perawatan yang sebaiknya dilakukan pada pasien ;

12. Mengetahui piranti yang digunakan dalam melakukan perawatan pada kasus;

13. Mengetahui dampak yang yang ditimbulkan apabila dilakukan perawatan dan

cara pencegahannya.

5

Page 9: Laporan Pleno 1

BAB 2

PEMBAHASAN TUTORIAL

SKENARIO:

Seorang anak laki-laki umur 9 tahun, datang ke klinik Bagian Ilmu Kedokteran Gigi

Anak FKG-UNHAS dengan keluhan dua gigi depan rahang atas yang bersilang

dengan gigi depan rahang bawah, tampak mulut sulit menutup, disertai keluhan

fungsi pengunyahan makanan. Profil muka normal. Periode gigi bercampur. Relasi

molar neutrooklusi.

1. ETIOLOGI GIGITAN BERSILANG:

2. PENGERTIAN GIGTAN BERSILANG :

Gigi bersilang adalah hubungan abnormal dari satu atau beberapa gigi terhadap

gigi lawannya, dimana keterbalikan dari keadaan normal yaitu hubungan

buccolingual atau labiolingual terbalik. Gigitan silang anterior adalah maloklusi

dimana satu atau beberapa gigi anterior rahang atas oklusi lebih ke arah lingual

daripada gigi anterior rahang bawah, keadaan ini terjadi pada saat gigi dalam

oklusi sentries. (Ersoy dan Gliedman,2004)

KLASIFIKASI GIGI BERSILANG:a. Crossbite Anterior Dental

Adalah crossbite anterior yang terjadi karena anomaly gigi. Ditandai dengan adanya satu atau lebih gigi anterior rahang atas yang linguoversi sehingga terkunci dibelakang gigi anterior rahang bawah pada saat oklusi sentries. Maloklusi ini menunjukkan profil yang normal dengan jaringan lunak yang menutupi daerah malposisi gigi. Pasien dapat menutup rahang tanpa adnya hambatan dan hubungan molar yang dijumpai adalah hubungan klas I Angle. Analisa sefalometri menunjukkan hubungan skeletal yang normal . maloklusi ini didiagnosia sebagai maloklusi klas I tipe 3 , juga sering disebut juga dengan crossbite anterior sederhana yang biasanya melibatkan tidak lebih dari dua gigi. Crossbite anterior dental adalah maloklusi yang disebabkan oleh factor local yang mengganggu posisi erupsi normal gigi anterior RA.

6

Page 10: Laporan Pleno 1

b. Crossbite anterior fungsional.Crossbite anterior yang terjadi karena anomaly fungsional dimana otot-otot rahang menggerakkan rahang bawah kedepan dan mengunci segmen anterior dalam hubungan crossbite. Keterlibatan gigi anterior bisa bervariasi dari satu sampai enam gigi yang mengalami crossbite. Hubungan molar berubah dari kelan I Angel pada posisi relasi sentries menunjukkan profil yang normal dan berubah menjadi maju kedepan (prognatik) yang terlihat jelas pada posisi oklusi sentries. Analisa sefalometri menunjukkan hubungan skeletal normal. Crossbite anterior fungsional menunjukkan pergeseran rahang bawah yang disebabkan hambatan oklusi seperti kontak premature sehingga mengakibatkan terjadinya crossbite anterior dengan melibatkan banyak gigi anterior.

c. Crossbite anterior skeletalAdalah crossbite yang terjadi karena anomaly skeletal. Ditandai dengan pertumbuhan rahang bawah yang berlebihan disbanding rahang atas sehingga rahang bawah terlihat maju kedepan (prognatik). Hubungan molar yang dijumpai adalah hubungan klas III Angle dengan melibatkan ke-enam gigi anterior yang mengalami crossbite. Pasien dapat menutup rahang tanpa ada hambatan. Analisa sefalometri menunjukkan kelainan antero posterior skeletal pada skeletal.

3. Hasil pemeriksaana. Intra oral

- Keluhan dua gigi depan rahan atas yang bersilang dengan gigi depan rahang bawah- Keluhan fungsi pengunyahan makanan- relasi molar neutrooklusi

b. Ekstra oral- Tampak mulut sulit menutup

- Profil muka normal1. Analisa foto panoramic

Radiografi panoramic adalah suatu teknik untuk menghasilkan foto struktur wajah termasuk tulang maksila, mandibula dan struktur-struktur pendukungnya seperti antrum maksila, fossa nasalis, sendi temporomandibula, prosesus stiloideus, dan os. Hyoid, juga digunakan untuk mengevaluasi ketidaksimetrisan wajah. Maka dapat disimpulkan dan dianalisis dari data yang tersedia pada skenario bahwa hasil foto panoramic :

7

Page 11: Laporan Pleno 1

- Menunjukkan pula struktur wajah termasuk tulang maksila, mandibula, dan struktur-struktur pendukungya, seperti antrum maksila, fossa nasalis, sendi temporomandibula, prosessus stiloideus,dan os. Hyoid.

Analisa foto sefalometri

Menurut data dari skenario, dapat dianalisa bahwa…………………………………………………………………………

2. Analisa ruang………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

3. Diagnose maloklusi

Maloklusi ini didiangnosa sebagai maloklusi klas I tipe 3 juga sering disebut dengan crossbiteanterior sederhana yang biasanya melibatkan tidak lebih dari dua gigi. Dikatakan demikian karena kasus pada skenario merupakan crossbite anterior.

4. Klasifikasi maloklusiDari penjelasan pada nomor sebelumnya bahwa kasus pada skenario merupakan maloklusi klas I tipe 3, karena merupakan crossbite anterior, dan termasuk dalam klasifikasi anterior dental karena mengalami kelainan pada dental.

5. Mengapa? Padahal profil muka pasien tampak normal

Pertanyaan ini merupakan pertanyaang yang memerlukan logika, dalam orthodontic dari 100%, 70% merupakan logika sehingga dapat disimpulkan bawha, walaupun pasien mengalami dua gigi depan RA yang bersilang dengan gigi depan RB namun tudak mempengaruhi profil wajah, karena gigi yang mengalami retrognatik hanyalah dua gig depan RA terhadap hubungan oklusinya dengan gigi anterior RB, sehingga profil wajah tidak terlalu memberi suatu perubahan.

6. Penyebab anak mengalami keluhan fungsi pengunyahan7. Hubungan umur 9 tahun terhadap terjadinya gigitan bersilang

8

Page 12: Laporan Pleno 1

Periode geligi campuran adalah masa yang paling kritis untuk terjadi maloklusi. Namun demikian bila dapat segera diketahui cirri-ciri yang mengarah ke oklusi, maka pada periode geligi campuran tersebut juga merupakan masa yang paling baik untuk melakukan perawatan ortodonti preventif dan interseptif.Pada periode geligi campuran, usia 6-14 tahun, adalah merupakan masa yang paling kritis yang sering meyebabkan berkembangnya maloklusi. Sebenarnya periode geligi campuran ini merupakan masa yang paling baik untuk menghentikan kebiasaan buruk atau pengaruh lingkungan yang akan menyebabkan perkembangan kea rah maloklusi.Tahap perkembangan gigiDapat dibagi menjadi tahap gigi sulung, awal gigi campuran, akhir gigi campuran dan gigi dewasa. Periode gigi sulung mulai dari erupsi gigi sulung sampai erupsi gigi molar pertama permanen. Periode awal gigi campuran mulai dari gigi insisif permanen erupsi tetapi sebelum gigi kaninus dan gig premolar erupsi. Periode akhir gigi campuran dimulai jika gigi kaninus sulung atau gigi molar sulung telah tanggal. Periode gigi dewasa dimulai jika seluruh gigi sulung telah tanggal dan digantikan oleh gigi permanen. Perawatan ortodonti tidak dapat dilepaskan dari tahap perkembangan gigi. Tahap perkembangan gig penting untuk diperhatikan adalah pada masa transisi antara gigi sulung ke gigi dewasa. Pada tahap ini factor genetic dan factor lingkungan dapat menyebabkan timbulnya maloklusi.

8. Indikasi perawatan pada skenario- Keluhan dua gigi depan RA yang bersilang dengan gigi depan RB

- Tampak mulut sulit menutup

- Keluhan fungsi pengunyahan makanan

- Rrelasi molar neutrooklusi

- Periode gigi bercampur

- Profil muka normalKontraindikasi perawatan pada skenario

- Jika perawatan berhasil dalam waktu yang relative singkat.9. Perawatan

Crossbite anterior sederhana yang mengenai satu atau dua gigi dan disertai adanya ruangan yang cukup untuk menggerakkan gigi keluar dari hubungan yang crossbite dapat dilakukan perawatan dengan prosedur sederhana menggunakan dataran penuntun seperti tongue blade, inclined plane, dan stainless steel crown (SCC) yang dipasang terbalik.

9

Page 13: Laporan Pleno 1

10. Piranti yang digunakana. Tongue Blade

Sebagai pengungkit digunakan saat insisivus rahang atas masih dalam keaadaan erupsi, dimana arahnya menuju lingual insisivus rahang bawah. Pasien dan orang tua diinstruksikan untuk menekan tongue blade dengan tangan ke bawah dan ujung lain dipasang diantara insisivus rahang atas, dan insisivus rahang bawah penekanan dilakukan 20 kali sebelum makan. Jika metode ini tidak berhasil dalam waktu satu atau dua minggu dilakukan perawatan yang lain.

b. Incline PlaneJika jumlah gigi pada lengkung rahang atas tidak cukup untuk menahan pesawat lepas, dapat digunakan sebuah incline plate yang disemen ke gigi insisivus bawah. Plane ini dapat dibuat dari akrilik atau logam cor, dan harus bersudut kira-kira 45 derajat. Peralatan ini dapat menyebabkan trauma dan seharusnya tidak digunakan lebih dari beberapa minggu.

c. Stainless Steel Crown (SSC)SSC dijadikan pilihan untuk merawat maloklusi crossbite anterior yang sederhana karena dapaat menghasilkan tekanan resiprokal yang akan menggerakkan gigi. Ketika SSC dipasangkan secara terbalik pada gigi anterior RA yang tekunci, permukaan labialdari mahkota berfungsi sebagai dataran penuntun yang akan membawa gigi yang terkunci kehubungan overjet dan overbite yang normal.

11. Dampak bila tidak dilakukan Perawatan- Gigitan silang yang tidak mendapatkan perawatan dapat menimbulkan

berbagai macam masalah baru pada dental dan perawatan orthodonti perlu dilakukan.

- Crossbite anterior dental dan fungsional yang tidak segera dirawat dapat berkembang menjadi crossbite anterior skeletal.

- Tertundanya perawatan dapat mengakibatkan beberapa masalah maloklusi maupun kerusakan dari jaringan penyangga.

10

Page 14: Laporan Pleno 1

4. BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil diskusi, kami dapat menarik suatu kesimpulan bahwa

gangguan – gangguan erupsi dan eksfoliasi gigi sulung dapat memberikan

dampak tersendiri bagi seseorang yang megalaminya terkait factor-faktor

penyebab terjadinya gangguan-gangguan tersebut. Namun disamping itu

adapun perawatan yang dapat dilakukan dalam mengatasi gangguan –

gangguan erupsi maupun eksfoliasi, dalam hal ini gangguan yang terkait pada

scenario.

11

Page 15: Laporan Pleno 1

DAFTAR PUSTAKA

Andlaw R. J., Rock W. P., Perawatan Gigi Anak Ed. 2,Widya Medika, 1992

Harty, ogston. Kamus Kedokteran Gigi, Penerbitan Buku Kedokteran EGC,

1995

McDonald, Avery, Dean. Dentistry for the Child and Adolescent, 8th edition,

mosby, 2004.

Welbury Richard, Duggal Monty. Pediatric Dentistry , 3rd Ed, Oxford

University Press, 2005

drg. Janti Sudiono, MDSc.Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial.

2008. Jakarta: EGC

drg. Ny. Itjingningsih Wangidjaja Harshanur. Anatomi Gigi. 1991. Jakarta:

EGC

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/

11/9da07198023c4f541871b5fc05e4ffcb0da1a37a.pdf

12