37835_laporan farmako i-fix

33
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PRAKTIKUM ABSORBSI DAN EKSKRESI Asisten: Sarah Shafira NIM : G1A010072 Kelompok D4 Hardina Bawatri G1A012064 Gladys Intan Kirana G1A012065 Davira Azzahra Firjananti G1A012067 Ummu Nur Fathonah G1A012068 Regina Wahyu Apriani G1A012069 Ghiyas Ulinnuha G1A012083 Tedi Ismayadi G1A012081 Kurniawan Wijaya G1A012055 Ismail Satrio Wibowo G1A012086 M. Fadhil Wasi Pradipta G1A012084 BLOK LIFE CYCLE JURUSAN KEDOKTERAN FAKUTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

Upload: yayan

Post on 25-Sep-2015

250 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

asd

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGIPRAKTIKUM ABSORBSI DAN EKSKRESI

Asisten: Sarah ShafiraNIM: G1A010072Kelompok D4

Hardina BawatriG1A012064Gladys Intan Kirana G1A012065Davira Azzahra FirjanantiG1A012067Ummu Nur FathonahG1A012068Regina Wahyu AprianiG1A012069Ghiyas UlinnuhaG1A012083Tedi IsmayadiG1A012081Kurniawan WijayaG1A012055Ismail Satrio WibowoG1A012086M. Fadhil Wasi Pradipta G1A012084

BLOK LIFE CYCLEJURUSAN KEDOKTERANFAKUTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO2013

LEMBAR PENGESAHANOleh:Kelompok D4

Hardina BawatriG1A012064Gladys Intan Kirana G1A012065Davira Azzahra FirjanantiG1A012067Ummu Nur FathonahG1A012068Regina Wahyu AprianiG1A012069Ghiyas UlinnuhaG1A012083Tedi IsmayadiG1A012081Kurniawan WijayaG1A012055Ismail Satrio WibowoG1A012086M. Fadhil Wasi Pradipta G1A012084

Disusun untuk memenuhi persyaratanmengikuti ujian praktikum Farmakologi Blok Life CycleJurusan KedokteranFakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu KesehatanUniversitas Jenderal SoedirmanPurwokerto

Diterima dan disahkanPurwokerto, 29 April 2013Asisten,

(Sarah Shafira)NIM. G1A010072

BAB IPENDAHULUAN

1. Judul PercobaanPraktikum Absorbsi dan Ekskresi.

2. Hari dan Tanggal PercobaanHari dan tanggal percobaan adalah Senin, 22 April 2013.

3. Tujuan PercobaanMemahami nasib obat setelah masuk ke dalam tubuh

4. Binatang Percobaan/Orang PercobaanProbandus (anggota kelompok) dari setiap kelompok.Nama : Kurniawan WijayaNIM : G1A012055Umur : 18 tahunJenis kelamin : Laki-lakiBB/TB: 62/160

5. DefinisiA. Farmakokinetikadalahefekfarmakologi yang menjelaskanbagaimananasibobatataupergerakanobat di dalamtubuh (Setiawati, 2007)B. Absorbsimerupakan proses penyerapanobatdaritempatpemberiandanmenyangkutkelengkapandankecepatam proses tersebutkedalamtubuh (Setiawati, 2007). C. Distribusiadalah proses pengangkutanobat yang sudah di absorbsiD. Eksresiadalah proses pengeluaranobatdaridalamtubuh.

6. Tinjauan Pustaka (Dasar Teori)Interaksi dalam proses farmakokinetik, yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi (ADME) dapat meningkatkan ataupun menurunkan kadar plasma obat.Interaksi obatsecarafarmakokinetik yang terjadi pada suatuobat tidak dapat diekstrapolasikan (tidak berlaku) untuk obat lainnya meskipun masih dalam satu kelas terapi, disebabkan karena adanya perbedaan sifat fisikokimia, yang menghasilkan sifat farmakokinetik yang berbeda. Contohnya, interaksi farmakokinetik oleh simetidin tidak dimiliki oleh H2-bloker lainnya; interaksi oleh terfenadin, aztemizole tidak dimiliki oleh antihistamin non-sedatif lainnya. (Gitawati, 2008)Farmakokinetik meliputi empat proses, yaitu:A. Absorbsi ObatAbsorbsi menerangkan laju obat ketika meninggalkan tempat pemberiannya dan jumlahnya. Namun, klinisi terutama mementingkan suatu parameter yang dikenal sebagai ketersediaan hayati, dibanding absorbsi. Ketersediaan hayati merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukan jumlah fraksi suatu dosis obat yang mencapai tempat kerjanya atau cairan tubuh yang akan dilewati obat sebelum mencapai tempat kerjanya. (Goodman dan Gilman,2007)Berikut beberapa sifat rute pemberian obat yang umum :RutePola absorbsiKegunaan khususKeterbatasan dan perhatian

IntravenaAbsorbsi tidak ada secara potensial mempercepat efekMenguntungkan untuk penggunaan darurat.Dapat mengatur dosisUmum dibutuhkan untuk obat-obat protein dan peptida berbobot molekul besarCocok untuk volume besar dan zat yang mengiritasi,jika di encerkanMeninggalkan risiko efek samping.Larutan harus diinjeksikan secara perlahan, sesuai ketentuanTidak cocok untuk larutan dalam minyak atau zat yang tidak larut

SubkutanCepat, dari larutan berair.Lambat dan terkendali dari sediaan depoCocok untuk beberapa suspensi tidak larut dan untuk implantasi pelet padatTidak cocok untuk volome sedian yang besar.Dapat menyebabkan nyeri atau nekrosis dari zat pengiritasi

IntramuskularCepat, dari larutan berair lambat dan terkendali, dari sediaan depoCocok untuk volume sedang, pembawa minyak, dan beberapa zat iritanDihindari selama pemberian obat antikoagulan.Dapat mengganggu dalam interpretasi uji diagnosis tertentu (misalnya kreatin kinase)

Oral Bervariasi, tergantung pada banyak faktorPaling menyenangkan dan lebih murah; umumnya lebih amanMembutuhkan pasien yang kooperatif.Terdapat kemungkinan kesalahan dan absorbsi tidak sempurna untuk obat yang sukar larut,lambat di absorbsi, tidak stabil, dimetabolisme oleh hati dan/atau usus dan lambung

(Goodman dan Gilman, 2007)Absorbsi obat dapat berlangsung melalui filtrasi, difusi, ataupun transport aktif. Sebagian besar obat diserap dengan cara difusi pasif, maka sebagai barier absorbsi adalah membran sel epitel saluran cerna, yang seperti halnya semua membran sel di tubuh kita, merupakan lipid bilayer. Dengan demikian, agar dapat melintasi membran sel tersebut, molekul obat harus memiliki kelarutan lemak (setelah lebih dulu larut dalam air). Kecepatan difusi berbanding lurus dengan derajat kelarutan lemak molekul obat (selain dengan perbedaan kadar obat lintas membran, yang merupakan driving force proses difusi, dan dengan luasnya area permukaan membran tempat difusi).(Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2011)Kebanyakan obat merupakan elektrolit lemah, yakni asam lemah atau basa lemah. Dalam air, elektrolit lemah ini akan terionisasi menjadi bentuk ionnya. Derajat ionisasi obat bergantung pada konstanta ionisasi obat (pKa) dan pada pH larutan di mana obat berada. Untuk asam lemah, pH yang tinggi (suasana basa) akan meningkatkan ionisasinya, dan mengurangi bentuk nonionnya. Sebaliknya, untuk basa lemah, pH yang rendah (suasana asam) yang akan meningkatkan ionisasinya dan mengurangi bentuk non-ionnya. Hanya bentuk nonion yang mempunyai kelarutan lemak, sehingga hanya bentuk nonion yang dapat diabsorbsi.(Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2011)Zat-zat makanan dan obat-obat yang strukturnya mirip makanan, yang tidak dapat/sukar berdifusi pasif memerlukan transporter membran. Secara garis besar ada 2 jenis transporter yaitu :a) Transporter efflux, disebut ABC (ATP-Binding Cassete) Transporter. Ekspor obat ini memerlukan ATP, jadi merupakan transport aktif, dan diklasifikasikan menjadi:i. P-glikoprotein (P-gp) : merupakan produk gen human multidrug resistence 1 (MDR 1): untuk kation organic dan zat organic dan zat netral yang hidrofobik dengan BM 200-1800 Dalton.ii. Multidrug Resistance Proteins (MRP) 1-7: untuk anion organik yang hidrofobik, dan konjugat.b) Transporter untuk uptake obat,ini tidak menggunakan ATP, tetapi hanya merupakan pertukaran dengan GSH atau akibat perbedaan elektrokemikal, dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:i. OATP (Organic Anion Transporting Polypeptide) untuk anion organik, kation organik besar dan zat netral hidrofobik, serta konjugatii. OAT (Organic Anion Transporter) untuk anion organic yang lipofilikiii. OCT (Organic Cation Transporter) untuk kation kecil yang hidrofilikc) Transporter zat-zat makanan yaitu:i. Transporter oligopeptida: untuk peptide kecilii. Transporter asam amino: untuk asam-asam amino dan obat-obat yang mirip (I-dopa, metildopa)iii. Transporter nukleotida: untuk berbagai nukleotida dan obat-obat mirip (5-FU)iv. Transporter nukleosida: untuk berbagai nukleosidav. Transporter glukosa: untuk glukosa dan monosakarida lain(Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2011)Faktor yang mempengaruhi absorbsi obat adalaha) Kelarutan obat, semakin mudah obat larut akan semakin mudah di absorbsi.b) Kemampuan difusi obat, semakin cepat terjadi difusi semakin cepat obat di absorbsi.c) Konsentrasi obat, semakin tinggi konsentrasi obat semakin cepat di absorbsi.d) Sirkulasi pada letak absorbsi, jika tempat absorbsi obat memiliki banyak pembuluh darah, absorbsi obat akan semakin cepat.e) Luas permukaan kontak obat, obat akan lebih cepat di absorbsi oleh bagian tubuh yang memiliki luas permukaan besar misalnya mukosa usus, usus halus yang mempunyai banyak villi.f) Bentuk sediaan obat, kecepatan absorbsi obat tergantung dari kecepatan pelepasan obat dari bahan pembawa dan kecepatan kelarutan obat misalnya urutan kecepatan pelepasan obat bentuk oral adalah sebagai berikut yang pertama adalah larutan dalam air suspensi-serbuk-kapsul-tablet selaput gula-tablet selaput enterik.g) Cara pemakaian obat, pemakaian obat ada bermacam-macam caranya misalnya oral, sublingual, rectal, parental, endotel paru-paru, topical, urogenital, vaginal.(Sidauruk, 2013)B. Distribusi ObatObat setelah diabsorbsi akan tersebar melalui sirkulasi darah ke seluruh badan dan harus melalui membran sel agar mencapai tepat pada daerah letak aksi. Molekul obat yang mudah melintasi membran sel akan mencapai semua cairan tubuh baik intra maupun ekstra sel, sedangkan obat yang sulit menembus membran sel maka penyebarannya umumnya terbatas pada cairan ekstra sel. Kadang-kadang beberapa obat mengalami kumulatif selektif pada beberapa organ dan jaringan tertentu karena adanya proses transport aktif, pengikatan zat tertentu atau daya larut obat yang lebih besar dalam lemak.(Sidauruk, 2013)Dalam darah, obat akan diikat oleh protein plasma dengan berbagai ikatan lemah (ikatan hidrofobik, van der Waals, hydrogen, dan ionik). Ada beberapa macam protein plasma, yaitu:i. Albumin: mengikat obat-obat asam dan obat-obat netral (misalnya steroid) serta bilirubin dan asam-asam lemak.ii. -glikoprotein: mengikat obat-obat basaiii. CBG (Corticosteroid-binding globulin): khusus mengikat kortikosteroidiv. SSBG (Sex steroid-binding globulin): khusus mengikat hormon kelamin.(Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2011)Ikatan dengan protein plasma ini kuat untuk obat yang lipofilik dan lemah untuk obat yang hidrofilik. Ikatan dengan protein plasma ini terutama penting untuk obat-obat yang lipofilik agar dapat dibawa oleh aliran darah ke seluruh tubuh karena obat lipofilik jika tidak terikat protein akan segera berdifusi ke luar dari pembuluh darah. Volume distribusi (Vd) adalah volume di mana obat terdistribusi dalam kadar plasma yang dirumuskan:

F = bioavailabilitas; D = dosis obat; C = kadar obat dalam plasma

(Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2011)Distribusi obat dipengaruhi oleh aliran darah, afinitas terhadap jaringan, dan efek pengikatan protein. Sifat fisiokimiawi obat dan struktur biologis penerima obat dapat mempengaruhi dapat tidaknya obat mencapai jaringan tertentu. Untuk mencapai sel target, suatu obat harus dapat menembus sawar biologik yang berupa membran sel. Dalam hal ini membran sel berfungsi sebagai sawar masuknya obat ke dalam sel atau jaringan. Pada sawar darah otak (Blood Brain Barrier), obat larut dalam air akan sulit melewatinya dan pada sawar plasenta obat yang berat molekulnya besar sulit masuk ke dalam fetus.(Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2011)Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi protein plasma :a) Sintesis proteinb) Katabolisme proteinc) Distribusi albumin antara ruang intra dan akstra vaskulerd) Eliminasi protein plasma yang berlebih terutama albumine) Perubahan kualitas protein plasma berpengaruh pada afinitas obat terhadap protein.Obat yang terikat protein plasma menjadi inaktif secara terapeutik, distribusinya menjadi terbatas, dan tidak dapat melewati membran sel.Sedangkan, obat bebas atau obat yang tidak terikat oleh protein plasma bersifat aktif secara terapeutik, distribusinya luas, dan dapat melewati membran sel secara bebas.Faktorfaktor yang mempengaruhi ikatan protein plasma :a) Sifat fisikokimia obatb) Konsentrasi obat dalam tubuhc) Jumlah protein plasmad) Afinitas antara obat dengan proteine) Kompetisi obat dengan zat lain pada ikatanproteinf) Kondisi patofisiologis penderita. (Anonim, 2013)C. Metabolisme ObatPada umumnya obat dimetabolisme oleh enzim mikrosom di retikum endoplasma sel hati. Pada proses metabolisme, molekul obat dapat berubah sifat antara lain menjadi lebih polar. Proses metabolisme obat memegang peranan penting dalam waktu efek obat. Terjadi dua reaksi dalam proses metabolisme obat :a) Reaksi fase I (oksidasi, reduksi, hidrolisis) di retikulum endoplasma hepar menggunakan enzim cytochrome P450 (CYP) yang terdiri dari :i. CYP3A4/5 memetabolisme obat 50 %ii. CYP2D6 memetabolisme obat 2-4 %iii. CYP2C memetabolisme obat 20 %iv. CYP1A1/2 memetabolisme obat 5 %v. CYP2E1 memetabolisme obat 2-4 %b) Reaksi fase II merupakan reaksi konjugasi dengan substrat endogen dibantu enzim UDP-glukuronil-transferase (UGT) yang terjadi di mikrosom hepar.(Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2011)Faktor yang mempengaruhi metabolisme obat adalah:a) Fungsi hatib) Usia, pada bayi metabolismeobatnya lebih lambatc) Faktor genetikd) Adanya pemakaian obat lain secara bersamaan.(Sidauruk, 2013)D. Ekskresi ObatEkskresi obat atau metabolitnya dari tubuh utamanya dilakukan oleh ginjal melalui air seni, namun ada juga beberapa cara lain untuk ekskresi obat yaitu:a) Ekskresi obat di kulit bersama keringatb) Ekskresi obat di paru-paru bersama pernapasan misal obat anestesi gasc) Ekskresi obat di hati melalui saluran empedud) Ekskresi obat melalui Air susu ibu (ASI) misalnya obat tidur, alkohole) Usus misalnya sulfa dan preparat besi

Obat dapat dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau bentuk asalnya.

Gambar 1.1 Proses Farmakokinetik Obat

(Sidauruk, 2013)7. Alat dan BahanAlat :1. Tabung reaksi2. Rak tabung reaksi3. Pipet tetes4. Pipet ukur5. Beaker glass6. Lampu spiritus7. Klem atau pegangan tabung reaksi8. Spuit Bahan : 1. KI 0,3 gr dalam kapsul2. Larutan KI 1%3. Larutan NaNO2 10%4. Larutan H2SO4 dilutus5. Larutan amilum 1%

8. Cara Kerja1. Probandus mengosongkan kandung kencing dan mengumpulkan saliva, mengambil urin sebanyak 5 ml dan saliva sebanyak 2 ml.2. Probandus meminum obat (KI 0,3 gr) dengan air putih 200 ml. Pada setiap interval waktu tertentu, yaitu 10 menit untuk urin dan 5 menit untuk saliva, diambil sampel urin dan salivanya hingga masing-masing tiga kali pengambilan.3. Mereaksikan :a. KI 1% (1 ml) + amilum 1% (1 tetes) mengamati perubahan yang terjadi.b. KI 1% (1ml)+ NaNO2 10% (2-3 tetes) + H2SO4 (2-3 tetes) + amilum 1% (1 tetes) mengamati perubahan yang terjadi.c. Urin (1 ml)+ NaNO2 10% (2-3 tetes) + H2SO4 (2-3 tetes) + amilum 1% (1 tetes) mengamati perubahan yang terjadi.d. Saliva (1 ml) NaNO2 10% (2-3 tetes) + H2SO4 (2-3 tetes) + amilum 1% (1 tetes) mengamati perubahan yang terjadi.4. Menyatakan hasil pengamatan semi kuantitatif dengan tanda :a. Negatif (-)b. Positif satu (+)c. Positif dua (++)d. dan seterusnya5. Menabulasi dan membuat kurva hasil pengamatan

BAB IIHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil1. Tabel hasil pengamatanMENITURINSALIVA

0( - )( - )

5( - )

10( + )( - )

15( - )

20( + )

25

30( + )

Tabel 2.1 hasil pengamatan

Keterangan :1. (-) negatif (menunjukkan warna yang putih, agak keruh)2. (+) positif satu (menunjukkan warna yang kuning)

2. Grafik

Grafik 2.1 hasil pengamatan urinGrafik 2.2 hasil pengamatan salivaB. Pembahasana) Reaksi IReaksiantara KI 1% (1 ml) denganamilum 1% (1 ml) menghasilkan warna putih agak jernih yang digunakan sebagai variabel kontrol pada reaksi berikutnya. Hal ini terjadi karena KI tidak mengion jika direaksikan dengan amilum.b) Reaksi IIReaksiKI 1% (1ml) + NaNO2 10 % (3 tetes) + H2SO4 (3 tetes) + amilum 1 % menghasilkan warna biru sangat tua hamper kehitaman. Hasil ini didapat karena NaNO2 dapat melepaskan ikatan antara K dan I, sehingga menghasilkan ion I yang bebas, yang selanjutnya akan berikatan membentuk I2 yang membentu warna biru pada hasil reaksi. Penambahan H2SO4 merupakan zat yang digunakan untuk menghindari penguapan, dan amilum tidak bereaksi dalam reaksi ini. Hasil reaksi ini dijadikan variable control dari reaksi yang selanjutnya akan dilakukan.c) Reaksi IIIReaksi menggunakan urin probandus sebagai pengganti dari KI. Langkah yang dilakukan sama seperti reaksi II. Pada urin sampel yang pertama sebelum meminum obat, hasil reaksi adalah warna kuning. Probandus meminum obat KI (0,3 gr dalam kapsul), probandus mengeluarkan urin kembali dan direaksikan seperti sebelumnya, dan memiliki hasil berwarna kuning, belum berubah dari reaksi yang pertama. Hal ini disebabkan karena obat belum difiltrasi oleh ginjal sehingga belum mempengaruhi warna dari urin hasil ekskresi. Reaksi diulangi 10 menit kemudian, saat probandus mengeluarkan urin untuk kedua kalinya. Pada pereaksian yang kedua ini pun, warna dari urin yang dieksresikan oleh probandus belum berubah, masih berwarna kuning. Hanya saja mengandung lebih banyak busa. Pada pereaksian yang ketiga, setelah 30 menit probandus meminum obat dan selanjutnya mengeluarkan urin untuk ketiga kalinya dan direaksikan sama seperti sebelumnya. Hasil dari pereaksian ini pun menghasilkan warna yang belum berubah dari sebelumnya, yaitu berwarna kuning yang lebih keruh, dengan sedikit busa diatasnya. Warna kuning keruh yang berbeda dengan variabel kontrol menunjukkan telah ada obat yang diekskresi oleh ginjal dan dikeluarkan bersama urin. Dalam hal ini, ekskresi obat yang dikeluarkan bersama urin belum optimal karena metabolisme probandus yang cukup lama. Ada kemungkinan proses ini sedikit terganggu dengan air minum yang dikonsumsi probandus beberapa saat sebelum praktikum dalam jumlah yang cukup banyak, yang mempengaruhi kadar obat dalam urin yang diekskresi. Selain itu, aliran darah probandus juga mempengaruhi proses farmakokinetik dalam tubuh probandus.d) Reaksi IVPada saliva sampel, terlihat warna putih keruh dengan sedikit busa. Setelah lima menit, saliva dari probandus yang telah meminum obat diambil untuk direaksikan seperti reaksi II, tanpa KI, karena digantikan oleh saliva. Setelah direaksikan, saliva pertama belum berubah warnanya, masih tetap sama seperti variabel kontrol. Lima menit kemudian, saliva untuk percobaan kedua diambil dan direaksikan sama seperti yang pertama. Saliva yang dikeluarkan probandus pada menit kesepuluh belum memberikan warna yang berbeda dengan variable control maupun dengan hasil reaksi yang pertama, yaitu masih berwarna putih keruh dengan keberadaan sedikit busa diatasnya. Pada menit kelima belas, saliva probandus kembali diambil dan direaksikan sama seperti diatas. Saliva yang ketiga menghasilkan warna yang lebih jernih dari saliva yang direaksikan yang sebelumnya dengan adanya sedikit busa di atasnya. Ketidakberubahan warna ini menunjukkan proses farmakokinetik dalam tubuh probandus yang cukup lama, sehingga dalam interval waktu 15 menit belum ditemukan perubahan dalam saliva probandus. Hal ini menunjukkan konsentrasi obat di saliva sama dengan konsentrasi obat di plasma darah.

C. Pertanyaana) Sebutkan faktor yang mempengaruhi proses farmakokinetik (absorbs, distribusi, metabolisme, danekskresi) masing-masing minimal 3!i. Faktor yang mempengaruhi proses absorbsi :a. Kelarutan obat, semakin mudah obat larut akan semakin mudah di absorbsib. Kemampuan difusi obat, semakin cepat terjadi difusi semakin cepat obat di absorbsic. Konsentrasi obat, semakin tinggi konsentrasi obat semakin cepat di absorbsid. Sirkulasi pada letak absorbsi, jika tempat absorbsi obat memiliki banyak pembuluh darah maka absorbsi obat akan semakin cepate. Luas permukaan kontak obat, obat akan lebih cepat di absorbsi oleh bagian tubuh yang memiliki luas permukaan besar misalnya mukosa usus, usus halus yang mempunyai banyak villif. Bentuk sediaan obat, kecepatan absorbsi obat tergantung dari kecepatan pelepasan obat dari bahan pembawa dan kecepatan kelarutan obat misalnya urutan kecepatan pelepasan obat bentuk oral adalah sebagai berikut yang pertama adalah larutan dalam air suspensi-serbuk-kapsul-tablet selaput gula-tablet selaput enterik.g. Cara pemakaian obat, pemakaian obat ada bermacam-macam caranya misalnya oral, sublingual, rectal, parental, endotel paru-paru, topical, urogenital, vaginal.ii. Faktor yang mempengaruhi proses distribusi :a. Aliran darah, saat alirannya cepat, maka distribusi obat akan berbanding lurus dengan kecepatan aliran darahb. Afinitas terhadap jaringan, sebelum ke sel, obat harus melewati jaringan yang berbeda-beda sifatnya dan mempunyai kemampuan menjadi barrier dari sesuatu yang dilindungic. Efek pengikatan protein, obat yang terikat protein menjadi inaktif, sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sebagai obat yang seharusnya.iii. Faktor yang mempengaruhi proses metabolisme :a. Fungsi hati, yang terkena gangguan akan memperlambat proses metabolismeb. Usia, pada bayi metabolisme obatnya lebih lambatc. Faktor genetik, dengan kelainan proses metabolisme yang diturunkan.d. Adanya pemakaian obat lain secara bersamaan yang mana dapat bersifat agonis maupun antagonis.iv. Faktor yang mempengaruhi proses ekskresi :a. Filtrasi oleh glomerulus, obat yang kecil/ non-ionic akan lebih mudah dieskresikan dibandingkan obat yang terikat dengan protein plasma. Kecepatan filtrasi oleh glomerulus sendiri sangat dipengaruhi oleh tekanan darah.b. Sekresi oleh tubulus, obat-obat yang bersaing untuk mengikat pengangkut dapat diberikan bersamaan untuk meningkatkan waktu paruh plasma, hal inilah yang mempengaruhi kecepatan ekskresi.c. Reabsorbsi di tubulus nefron, obat non ionic akan lewat dengan mudah. Karena zat ionic kurang direabsorbsi, metabolit obat yang lebih ionik daripada obat induknya akan dilakukan masuk ke urin lebih mudah. pH urin dapat diubah dengan sengaja untuk meningkatkan kecepatan ekskresi obat.b) Gambarkan secara skematis proses farmakokinetik!

Absorbsi obat melalui berbagai cara akan bermuara ke sirkulasi sistemik sebagai obat bebas. Sebagian obat bebas akan ke tempat kerja atau reseptor dalam bentuk bebas atau terikat dengan protein plasma untuk mengikuti aliran darah. Sebagian lagi akan ke depot jaringan juga dalam bentuk bebas dan terikat dengan protein plasma. Interaksi ini bergantung dengan aliran darah. Aliran darah akan mengedarkan ke jaringan dan reseptor supaya obat bekerja dan obat akan kembali ke aliran darah untuk dimetabolisme untuk selanjutnya diekskresi atau dibuang ke luar tubuh.

BAB IIIKESIMPULAN

1. Setelah masuk ke tubuh, obat akan diproses sesuai mekanisme farmakokinetik obat, meliputi empat proses, yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi.2. Proses metabolisme merupakan proses penyerapan atau masuknya obat ke dalam tubuh melalui berbagai jalan, yang selanjutnya akan masuk ke sirkulasi sistemik.3. Proses distribusi merupakan proses penyebaran obat ke jaringan dan ke reseptor untuk menjalankan terapi melalui sirkulasi sistemik. Sebagian obat akan terikat protein plasma dalam darah dan menjadi tidak aktif dan sebagian lainnya merupakan obat bebas yang dapat menjalankan efek terapi.4. Proses metabolisme adalah proses memetabolisme atau merombak obat supaya menjadi lebih polar dan mudah diekskresi. Proses ini meliputi dua reaksi fase, yaitu reaksi fase I dan II. Hati merupakan organ utama dalam proses metabolisme obat.5. Proses ekskresi adalah proses mengeluarkan obat yang merupakan benda asing. Ginjal adalah organ utama dalam proses ini, karena sebagian besar obat akan dikeluarkan bersama urin.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Obat dan Nasib Obat dalam Tubuh. Tersedia dalam: http://directory.umm.ac.id/Data%20Elmu/pdf/minggu_5_farmako_obat.pdf (diakses pada 25 April 2013)Departement Farmakologi dan Terapeutik FKUI.2011. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI.Gitawati, Retno. 2008. Interaksi Obat dan Beberapa Implikasinya. Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 4 Tahun 2008.Goodman and Gilman. 2007. Goodman & Gilmans The Pharmalogical Basis and Therapeutics. North America: Mc Grow-Hill Companies.Ikawati, Zullies. 2010. Farmakologi Dasar. Tersedia dalam: http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/uploads/introduction-blackwhite.pdf (diakses pada 25 April 2013)Julita, Intan. 2011. Aspek Farmakokinetik Klinik Beberapa Obat Berpotensi Hepatotoksik Pada Pasien Rawat Inap Di Bangsal Paru Rsup Dr. M. Djamil Padang Periode Oktober 2011- Januari 2012. Tersedia dalam: http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/aspek-farmakokinetik-klinik-beberapa-obat-berpotensi-hepatotoksik-pada-pasien-rawat-inap-di-bangsal-paru.pdf. (diakses pada 25 April 2013)Mycek, Mary J.dkk.2001.Buku Farmakologi Edisi 2.Jakarta: Widya Medika.Sidauruk, Polebye. 2013. Farmakokinetik. Tersediadalam: http://www.forexsid.com/2011/04/farmakokinetik.html (diaksespada 23 April 2013)