laporan praktikum farmako tera
TRANSCRIPT
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
SISTEM TERAPEUTIKA
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
Afridayanti 2009730065
Alma Palupi 2009730068
Eka Puspita Sani 2009730074
Elfha Monita 2009730075
Fitriani Cuthi 2009730079
Pandu Anggoro 2009730151
Rido Maulana 2009730158
Shabrun Djamiel 2009730161
Umar Gunasa 2009730168
Wahyudi 2009730169
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Rina Nurbani M. Biomed
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FARMASI MEDIK
Maksud pratikum
1. Dapat membuat resep yang tepat dosisnya2. Memilih sediaan farmasi yang cocok untuk penderita3. Melihat interaksi dari setiap obat
Bahan dan alat yang diperlukan1. Ephedrin sulfat tablet (25mg)2. Gliserilguaiakolat (100mg)3. Diazepam 4. Ibuprofen syrup 5. Eritromycin6. Tetrasiklin7. Sari buah8. Susu9. OBH hitam
Alat – alat:
1. Tabung reaksi2. Pengaduk cairan3. Tempat gerus obat
INTERAKSI OBAT ERYTROMICYN DAN SARI BUAH
Cara kerja:
1. Sediakan sari buah kedalam tabung reaksi, dan masukan obat erytromicyn. Namun jangan di aduk dan lihatlah hasilnya setelah beberapa saat
2. Setelah itu, aduk dengan alat pengaduk hingga rata. Dan lihatlah hasilnya selama pengadukan.
3. Biarkanlah beberapa saat lihat dan catatlah hasilnya.
Hasil:
Setelah erytromicyn dicampurkan dengan sari buah, obat tersebut terlihat mengapung diatas permukaan tabung dan sebagian obat ada yang mengendap, setelah dilakukan pengadukan obat pulveres terlihat tidak larut dan terlihata adanya endapan. Dan setelah didiamkan beberapa saat campuran obat tersebut sebagian tetap tidak larut dan terdapat endapan.
Sebelum dicampur Setelah dicampur Setelah diaduk
INTERAKSI TETRASIKLIN DAN SUSU
Cara kerja:
1. Sediakan susu kedalam tabung reaksi, dan masukan obat tetrasiklin. Namun jangan di aduk dan lihatlah hasilnya setelah beberapa saat
2. Setelah itu, aduk dengan alat pengaduk hingga rata. Dan lihatlah hasilnya selama pengadukan.
3. Biarkanlah beberapa saat lihat dan catatlah hasilnya.
Hasil:
Setelah tetrasiklin dicampurkan dengan susu, obat tersebut terlihat mengapung diatas permukaan tabung dan tidak terdapt adanya endapan, setelah dilakukan pengadukan obat pulveres terlihat larut dan tidak terdapat endapan. Dan setelah didiamkan beberapa saat campuran obat tersebut tetap larut dan tidak terdapat endapan.
Sebelum dicampur Setelah dicampur Setelah diaduk
INTERAKSI OBAT ANTARA IBUPROFEN DAN DIAZEPAM
Cara Kerja :
1. Diazepam 3 tablet masukkan kedalam lumpang dan digerus hingga halus2. Diazepam yang telah halus dimasukkan kedalam gelas reaksi berisi ibuprofen sirup 45
ml3. Tunggu beberapa saat kemudian perhatikan yang terjadi
Hasil:
Setelah diazepam dicampurkan dengan ibuprofen sirup, obat tersebut terlihat mengapung diatas permukaan tabung, setelah dilakukan pengadukan obat pulveres terlihat menggumpal. Dan setelah didiamkan beberapa saat campuran obat tersebut tetap menggumpal.
INTERAKSI OBAT ANTARA EFEDRIN, GLISERILGUAIAKOLAT, DAN OBH
Cara kerja:
- Masukan 3 tablet epedhrin 250 mg dan 3 tablet GG 1 gram ke dalam lumpang- Gerus obat sampai halus- Siapkan OBH 45 ml masukkan kedalam tabung reaksi, dan campurkan obat yang
telah digerus ke dalam tabung tersebut.- Amati apa yang terjadi (ketika pertama kali dimasukkan, kemudian diaduk, dan
didiamkan kembali)
Hasil:
Setelah OBH dicampurkan dengan obat pulveres, obat tersebut terlihat mengapung diatas permukaan tabung, setelah dilakukan pengadukan obat pulveres terlihat sebagian menggumpal dipermukaan dan sebagian mengendap didasar tabung. Dan setelah didiamkan beberapa saat campuran obat tersebut tetap menggumpal.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Pada penutup R/ biasanya di paraf oleh dokter, kapan di tutup dengan tanda tangan?Resep obat harus ditutup dengan tanda tangan dokter pemberi resep jika obat yang diresepkan adalah obat golongan antibiotic dan golongan narkotik.
2. Pada pemberiaan obat untuk anak tersedia dalam bentuk syrup, mengapa dokter biasanya menulis resep dalam bentuk serbuk? Jelaskan!
Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih mudah larut daripada sediaan yang
dipadatkan. Dan masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair tidak
ditemukan dalam sediaan serbuk. Pemberian obat pada anak dapat berpengaruh buruk
karena organ-organ pada anak belum sempurna pertumbuhannya, sehingga obat dapat
menjadi racun dalam darah (mempengaruhi organ hati dan ginjal). Pada hati, enzim-
enzim belum terbentuk sempurna, sehingga obat tidak termetabolisme dengan baik,
mengakibatkan konsentrasi obat yang tinggi di tubuh anak. Oleh karena itu diperlukan
penyesuaian dosis obat yang tepat untuk anak sesuai berat badan anak. Dosis obat
untuk anak tersebut biasanya belum tersedia dalam sedian jadi bentuk sirup atau
bentuk obat lain yang lebih mudah dikonsumsi, sehingga dokter lebih suka
memberikan dalam bentuk pulveres. Selain itu peresepan pulveres pada anak juga
dipertimbangkan karena anak belum bisa menelan tablet atau pil atau bentuk sedian
obat padat lainnya dan rasanya yang pahit dan bisa membuat anak menjadi takut
minum obat tetapi jika dokter memberikan obat pulveres maka dapat diberi pemanis
(saccharum lactis) secukupnya sehingga anak suka minum obat. Keuntungan lain
pemberian obat dalam bentuk pulveres dapat lebih efisien jika anak tersebut harus
minum lebih dari satu macam obat karena pemberiannya dapat digabung tentunya
dengan memperhatikan interaksinya terlebih dahulu sehingga anak dapat minum obat
dalam satu kali pemberian saja.
3. Apa yang dimaksud dengan potensiasi dan synergisme?Potensiasi dan synergisme adalah jenis interaksi pada obat.- Potensiasi
Potensiasi terjadi bila campuran obat atau obat-obat yang diberikan bersama-sama dengan aksi proksimat (efek obat) yang tidak sama akan menimbulkan efek lebih besar (saling memperkuat khasiatnya) dari jumlah efek masing-masing secara terpisah pada pasien.
- Synergisme Synergisme terjadi bila campuran obat atau obat-obat yang diberikan bersama-sama menimbulkan efek yang lebih besar dari jumlah efek masing-masing obat secara terpisah pada pasien.
4. Bagaimana mekanisme kerja asam mefenamat dan piroxicam?
Endoperoksida Asam hidroperoksida
Asam Arachidonat
Fosfolida (membrane sel)
Tromboxan TXA2
- Vaso <
- Bronchi<
- Agregasi>
Prostacyclin
PgI2
- Proteksi lambung
- Vaso>
- antiagregasi
Prostaglandin
PgE2/F2
peradangan
Leukotrien LTA
Cyclo-oxygenase lipo-oxygenase
COX-1 COX-2
NSAID’s
- Asam mefenamat:
Merupakan derivate anthranilat, memilik daya anti radaang yang sedang. Plasma
t1/2nya 2-4 jam. Mekanisme kerjanya menghambat enzim cyclooxygenase sehingga
pembentukan endoperoksida terhambat dan tidak terbentuk COX-1 dan COX-2 jadi
perdangan yang terjadi berhenti tapi efek sampingnya kerusakan lambung.
- Piroxicam:
Merupakan derivate-benzothiazin berhasiat analgetis, antipiretis dan anti radang kuat
dan bekerja lama, plasma t1/2nya rata-rata 50 jam, lebih cepat resorpsinya di usus tapi
dihambat oleh makanan. Mekanisme kerja sama seperti asam mefenamat menghambat
sintesis COX-1 dan COX-2 sehingga menghentikan proses peradangan, hanya yang
mebedakannya adalah waktu paruhnya dan efek samping yang akan ditimbulkan lebih
besar berkaitan dengan lamanya waktu paruh karena semakin lama waktu paruh maka
akumulasi obat dalam tubuh semakin banyak sehingga efek samping yang akan
ditimbulkan semakin besar.
5. Beda kerja epedhrin dengan salbutamol?
+
+
-
+ +
- Efedrin:
BRONKODILATASI
Tonus Bronkus
BRONKODILATASI
CAMP
Adenil Siklase Β2- agonist
Phospodiesterase Theophylin
Adenosine
Theophiline
Asetilkolin
Antagonis muskarinik
AMP
ATP
LBT4 LTC4 – LTD4 – LTE4
Derivat adrenalin yang memiliki efek sentral lebih kuat dengan efek bronchodilatasi lebih ringan dan bertahan lebih lama (4 jam). Efedrin dapat diberikan secara oral, maka banyak digunakan sebagai obat asma (bebas terbatas tanpa resep) dalam berbagai sedian popular walaupun efek sampingnya dapat membahayakan.
- Salbutamol:Derivat isoprenalin yang merupakan adrenergikum pertama yang pada dosis biasa memilik daya kerja yang lebih kurang spesifik terhadap reseptor β2. Selain berdaya bronchodilatasi baik, salbutamol juga memilik efek lemah terhadap stbilisai mastcell, maka sangat efektif untuk mencegah maupun meniadakan serangan asma.
- Theophylin:o Golongan metilxantin
o Pada konsentrasi tinggi mencegah phopodiesterase (PDE) sehingga
meningkatkan CAM yang merangsang stimulasi fungsi jantung, relaksasi otot polos dan reduksi aktifitas imun dan inflamasi pada sel-sel spesifik. Sedangkan peningkatan PDE4 dapat menurunkan pelepasan sitokin dan chemokinedan menurunan migrasi dan aktivasi sel imun pada otak polos pernafasan.
6. Bagaimana aturan dalam menuliskan resep racikan?
Dalam resep racikan, petunjuk pembuatan bentuk sediaan seperti m.f.pulv.dtd (campurkan buat puyer dalam dosis); m.f. suppositoria (campur dan buat suppositoria), m.f. unguentum (campurkan dan buat salep), dan lain-lain harus dituliskan dengan jelas, karena setiap bentuk sediaan mempunyai tujuan tertentu, dan dapat mempengaruhi dosis obat (m.f.pulv. dengan dtd (dosis). atau tanpa dtd.(tanpa dosis)). Dengan demikian, penulisan bentuk sediaan ini juga tidak kalah pentingnya apalagi untuk pasien anak-anak yang lebih sesuai dengan bentuk sediaan obat tertentu, misalnya pulve
7. Bagaimana mekanisme kerja papaverin dengan Ext. Belladon
Analgesik opiod merupakan kelompok obat yang memiliki sifat seperti
opium. Opium yang berasal dari getah Papaver somniferum mengandung
sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya morfin, kodein, tebain dan papaverin.
Analgesik opioid terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan
rasa nyeri, meskipun juga memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik
yang lain. Istilah analgesik narkotika dahulu seringkali digunakan untuk
kelompok obat ini, akan tetapi karena golongan obat ini dapat menimbulkan
analgesia tanpa menyebabkan tidur atau menurunnya kesadaran maka istilah
analgesik narkotik menjadi kurang tepat.
Reseptor opiod ada 3 jenis utama reseptor opioid yaitu mu, delta, dan
kappa. Ketiga jenis reseptor termasuk pada jenis reseptor yang berpasangan
dengan protein G, dan memiliki sub tipe; mu1, mu2, delta1, delta2, kappa1,
kappa2, dan kappa3. Karena suatu opioid dapat berfungsi dengan potensi yang
berbeda sebagai suatu agonis, agonis parsial, atau antagonis pada lebih dari
satu jenis reseptor atau subtipe reseptor maka senyawa yang tergolong opioid
dapat memiliki efek farmakologik yang beragam.
Reseptor µ memperantarai efek analgetik mirip morfin, eyforia,
depresi napas, miosis, berkurangnya motalitas saluran cerna. Reseptor kappa
diduga memperantarai analgesia seperti yang ditimbulkan pentazosin, sedasi
serta miosis dan depresi napas yang tidak sekuat agonis µ. Selain itu disusunan
saraf pusat juga didapatkan reseptor δ yang selektif terhadap enkefalin dan
reseptor ε (epsilon) yang sangat selektif terhadap beta-endorfin tetapi tidak
mempunyai afinitas terhadap enkefalin. Terdapat bukti-bukti yang
menunjukkan bahwa reseptor δ memegang peranan dalam menimbulkan
depresi pernapasan yang ditimbulkan opioid. Dari penelitian pada tikus
didapatkan bahwa reseptor δ dihubungkan dengan berkurangnya frekuensi
pernapasan, sedangkan reseptor µ dihubungkan dengan berkurangnya tidal
volume. Reseptor µ ada 2 jenis yaitu reseptor µ1, yang hanya didapatkan di SSP
dan dihubungkan dengan analgesia supraspinal, penglepasan prolaktin,
hiponatremia dan katalepsi sedangkan reseptor µ2 dihubungkan dengan
penurunan tidal volume dan bradikardia.