302601022 laporan praktikum farmako

38
LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK KEDOKTERAN BLOK BASIC SCIENCE OF CONTINUITY AND LIFE CYCLE LAPORAN ANALISIS SPERMA Oleh : Handra Chairunisa Anugerahani G1A015085 Hasna Hanief Nabilah G1A015086 Dicky Prasetyo G1A015087 Muhammad Iqbal Syifaurrahman G1A015088 Muhammad Zulfikar Rizki Aditya G1A015089 Revania Radina Thirza G1A015090 Dosen Pembimbing : dr. Tri Lestari

Upload: mela-try-rahayu

Post on 10-Jul-2016

250 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK KEDOKTERAN

BLOK BASIC SCIENCE OF CONTINUITY AND LIFE CYCLE

LAPORAN ANALISIS SPERMA

Oleh :

Handra Chairunisa Anugerahani G1A015085

Hasna Hanief Nabilah G1A015086

Dicky Prasetyo G1A015087

Muhammad Iqbal Syifaurrahman G1A015088

Muhammad Zulfikar Rizki Aditya G1A015089

Revania Radina Thirza G1A015090

Dosen Pembimbing :

dr. Tri Lestari

KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO

2016

Page 2: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

LEMBAR PENGESAHAN

Analisis Sperma

Oleh :

Handra Chairunisa Anugerahani G1A015085

Hasna Hanief Nabilah G1A015086

Dicky Prasetyo G1A015087

Muhammad Iqbal Syifaurrahman G1A015088

Muhammad Zulfikar Rizki Aditya G1A015089

Revania Radina Thirza G1A015090

Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian praktikum Patologi Klinik

Kedokteran blok Basic Science of Continuity and Life Cycle pada Jurusan

Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman,

Purwokerto

Diketahui dan disahkan Purwokerto, Mei 2016

Dosen Pembimbing

dr. Tri Lestari

Page 3: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemeriksaan Makroskopis Sperma

1. Warna

Sperma umumnya berwarna putih keabuan. Jika air mani berwarna

kemerahan, maka diperlukan pemeriksaan lanjutan oleh dokter untuk

menentukan penyebab dari warna kemerahan tersebut. Salah satu penyebab

warna kemerahan dari sperma adalah adanya darah pada sperma, yang dapat

disebabkan oleh sumbatan saluran kencing atau infeksi. Sedangkan jika warna

sperma menjadi kuning, bisa jadi disebabkan oleh infeksi di saluran kencing

(Lidyana et al, 2013).

2. Bau

Cairan sperma yang normal berbau seperti daun akasia. Jika sperma

Anda menjadi berbau amis, maka perlu diwaspadai adanya infeksi pada

saluran kencing, prostat atau struktur lain sepanjang saluran kencing (Lidyana

et al, 2013).

3. Likuefaksi

Likuefaksi dicek 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Bila

setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat ada gangguan

(semininnya jelek). Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin :

Tak mempunyai coagulum oleh karena saluran pada kelenjar vesica seminalis

buntu ataumemang tak mempunyai vesika seminalis (Wein et al, 2012).

4. Volume

Menurut WHO, volume standar normal (2-5 mL). Apabila dibawah 2ml

disebabkan pendonor sperma saat melakukan ejakulasi dalam kondisi tegang,

sehingga menyebabkan semen yang dikeluarkan dalam jumlah sedikit. Cairan

sperma yang baik adalah sperma yang kental dan tidak cair. Jika sperma yang

keluar kurang dari 1,5 cc maka volume sperma sedikit dan membuat ejakulasi

menjadi kering (Lidyana et al, 2013).

Page 4: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

5. Konsistensi

Kekentalan atau viskositas (konsistensi) sperma dapat diukur setelah

likuifaksi sperma sempurna.Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan

dengan  menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk,

kemudian ditarik maka akan terbentuk benang yang panjangnya 3-5 cm.

Makin panjang benang yang terjadi makin tinggi viskositasnya.Semakin

kental sperma tersebut semakin besar vikositasnya (Wein et al, 2012).

Hal ini mungkin disebabkan karena (Wein et al, 2012):

a. Spermatozoa terlalu banyak

b. Cairannya sedikit

c. Gangguan liquefaction

d. Perubahan komposisi plasma sperma

e. Pengaruh obat-obatan tertentu.

6. pH

Untuk mengukur pH cukup dengan menggunakan kertas pH kecuali

dalam satu penelitiandapat digunakan pH meter. Sperma yang normal pH

menunjukan sifat yang agak basa yaitu 7,2–7,8 (Wein et al, 2012).

Pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma

mencair karena akanmempengaruhi pH sperma.Juga bisa karena sperma

terlalu lama disimpan dan tidak segera diperiksa sehingga tidakdihasilkan

amoniak ( terinfeksi oleh kuman gram (-), mungkin juga karena kelenjar

prostatkecil, buntu, dan sebagainya. pH yang rendah terjadi karena

keradangan yang kronis dari kelenjar prostat, Epididimis,vesika seminalis atau

kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan rusak (Wein et al, 2012).

B. Pemeriksaan Mikroskopis Sperma

1. Pemeriksaan estimasi jumlah sperma

Hanya sebagian kecil cairan sperma yang terdiri dari sel sperma, namun

sekitar 95% dari cairan sperma adalah cairan yang dikeluarkan oleh prostat

atau vesikula seminalis. Untuk mengetahui kesehatan sel sperma, diperlukan

analisis cairan sperma. Analisis sperma dilakukan dengan mengamati cairan

Page 5: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

sperma dibawah mikroskop. Sperma yang sehat haruslah cukup banyak, yaitu

dalam 1 ml mengandung berkisar 20 juta sel sperma, berbentuk  normal dan

bergerak cepat ke depan. Karena terdapat sel selain sperma maka harus di

tentukan estimasi jumlah agar nanti saat pengenceran tidak keliru dalam

mengambil sampel dan larutannya (Lidyana et al, 2013).

2. Motilitas sperma

Motilitas dikenali sebagai prediktor yang terpenting dalam aspek

fungsional spermatozoa. Motilitas sperma merupakan refleksi perkembangan

normal dan kematangan spermatozoa dalam epididimis. Menurut WHO tahun

2010, motilitas spermatozoa dikelompokkan menjadi sebagai berikut (WHO,

2010) :

Progressive motility (PR): Spermatozoa bergerak bebas, baik lurus

maupun lingkaran besar, dalam kecepatan apapun.

Non-progressive motility (NP): semua jenis spermatozoa yang tidak

memiliki kriteria progresif, seperti berenang dalam lingakran kecil, ekor/

flagel yang sulit menggerakkan kepala, atau hanya ekor saja yang

bergerak.

Immotility (IM): tidak bergerak sama sekali

Yang dikatakan memiliki nilai motilitas normal yaitu Progressive

motility (PR)≥ 32% atau PR + NP ≥ 40%. Disebut asthenospermia (motilitas

yang tidak sesuai dengan kriteria WHO) dapat disebabkan oleh antibodi

antisperma (15%), periode abstinensi yang panjang, infeksi traktus genitalia

obstruksi duktus parsial, dan varikokel. Hal ini dapat menurunkan motilitas

sperma dalam penetrasi ke mukosa servikal (WHO, 2010).

3. Morfologi sperma

Sel sperma manusia adalah sel sistem reproduksi utama dari laki-

laki. Sel sperma memiliki jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Sel sperma

manusia terdiri atas kepala yang berukuran 5 µm x 3 µm dan ekor sepanjang

50 µm. Sel sperma pertama kali diteliti oleh seorang murid dari Antonie van

Leeuwenhoek tahun 1677 (Schill et al, 2006).

Page 6: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

Sperma berbentuk seperti kecebong, dan terbagi menjadi 3 bagian yaitu:

kepala, leher dan ekor. Kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti

(nucleus). Bagian leher menghubungkan kepala dengan bagian tengah.

Sedangkan ekor berfungsi untuk bergerak maju, panjang ekor sekitar 10 kali

bagian kepala (Schill et al, 2006).

Urutan pertumbuhan sperma (spermatogenesis) adalah sebagai berikut:

spermatogonium (membelah 2), spermatosit pertama (membelah 2),

spermatosit kedua (membelah 2), spermatid dan tumbuh menjadi spermatozoa

(sperma).Pada pria dewasa normal, proses spermatogenesis terus berlangsung

sepanjang hidup, walaupun kualitas dan kuantitasnya makin menurun dengan

bertambahnya usia (Schill et al, 2006).

Gambar 1.1 Morfologi Sperma (Schill et al, 2006)

Batasan normal adalah > 30 % (WHO) bila kurang dari itu

disebut teratozoospermia, atau dgn ”strict criteria” > 15 % (Kruger). Selain

Page 7: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

kuantitas (% yang normal) juga perlu diperhatikan kualitas (bentuk-bentuk

kelainan yang ada) (Schill et al, 2006).

Variasi parameter dasar analisa sperma manusia dari yang paling

bervariatif adalah (Schill et al, 2006) :

Konsentrasi

Motilitas

Morfologi.

Adapun faktor yang mempengaruhi daripada perubahan morfologi

adalah fungsi testis, makin banyak kepala normal berarti fungsi tesis baik.

Penelitian Wibisono (1997) mendapatkan korelasi antara bentuk-bentuk

kepala mikro, makro, taper, kelainan bentuk akrosom dan atau gabungannya

berkaitan dengan adanya varikokel (salah satu penyebab infertilitas pada pria

yang terbesar dan dapat dideteksi dan yg dapat diperbaiki).Pria dengan

konsentrasi sperma > 20 juta/ml, tetapi abnormal pada motilitas dan atau

morfologi disebabkan oleh penyebab yang diketahui seperti : varikokel,

infeksi kelenjar aksesori atau kogenital akan mempunyai kemungkinan

kehamilan alami pada pasangan 40 % lebih rendah daripada penyebab yang

tidak diketahui (idiopatik asteno- dan atau teratozoospermia) (Schill et al,

2006).

4. Pemeriksaan elemen bukan sperma

Kehadiran sel non-sperma pada semen dapat mengindikasikan

kerusakan testis (sel germ belum matang), patologi dari duktus eferen (jumbai

silia) atau peradangan pada kelenjar aksesori (leukosit). Jumlah sel non-

sperma pada semen (sel epitel, "round cells" (germ sel dan leukosit) atau

kepala dan ekor sperma terisolasi) dapat diperkirakan fixed wet preparations

dengan menggunakan hemositometer pada cara yang sama seperti untuk

spermatozoa. Namun, semen yang telah diencerkan secara memadai untuk

menghitung spermatozoa biasanya akan terlalu encer untuk estimasi akurat

dari sel non-sperma, kecuali dengan adanya konsentrasi yang tinggi.

Prevalensi round cells relatif terhadap spermatozoa dapat dinilainya dari slide.

Page 8: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

Atau, konsentrasinya dapat dinilai selama estimasi sel peroksidase-positif.

Jumlah sel bundar ejakulasi dapat mencerminkan beratnya kondisi inflamasi

atau spermatogenik. Ini diperoleh dengan mengalikan konsentrasi sel bulat

oleh volume seluruh ejakulasi (WHO, 2010).

Konsentrasi round cells dihitung relatif terhadap spermatozoa dengan

menilai semen tetap dan apusan bernoda terbuat dari semen murni. Jika N

adalah jumlah round cells dihitung dalam jumlah yang sama dari medan 400

spermatozoa, dan S adalah konsentrasi spermatozoa (106 per ml), maka

konsentrasi (C) dari sel-sel bundar (106 per ml) dapat dihitung dari rumus C =

S × (N / 400) (WHO, 2010).

Jika ada round cells lebih sedikit dibandingkan spermatozoa dalam

sampel (yaitu <400), kesalahan sampling akan melebihi 5%. Dalam hal ini,

aporkan kesalahan sampling untuk jumlah sel dihitung. Jika kurang dari 25

round cells terhitung, laporkan jumlah sel bundar diamati dengan catatan

"Terlalu sedikit untuk penentuan akurat konsentrasi" (WHO, 2010).

5. Pemeriksan hitung jumlah sperma

Pemeriksaan Jumlah Spermatozoa Menghitung jumlah spermatozoa

dapat dilakukan dengan metode hemocytometer biasa menggunakan pipet

Thoma atau dengan modifikasi hemocytometer dengan pengenceran dalam

tabung menggunakan Clinipette (Wibisono,2006).

Larutan yang biasa yang dipergunakan ialah larutan pengencer 5%

Natrium bikarbonat dalam aquadest ditambah dengan formaldehide 1 ml.

Larutan pengencer ini juga bertindak sebagai zat spermisida yang mematikan

spermatozoa, serta merupakan garam fisiologis. Dengan demikian

spermatozoa yang terdapat didalam kamar hitung dapat lebih cermat dihitung.

Jumlah spermatozoa dihitung menurut beberapa cara (Wibisono,2006):

a. Jumlah Spermatozoa per ml ejakulat.

b. Jumlah Spermatozoa per volume ejakulat.

Page 9: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

Namun yang umum dipakai adalah spermatozoa per ml ejakulat.

Bilamana menghendaki perhitungan untuk seluruh ejakulat, tinggal

mengalikan dengan volume ejakulat (Wibisono,2006).

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan jumlah sperma

(Wibisono,2006) :

a. Biasanya didapat 70 juta atau lebih banyak spermatozoa per ml

b. Jika jumlah kurang dari 20 juta per ml , ada kemungkinan mati itu

kurang memadai dalam hal fertilitas.

Tetapi kita harus berhati – hati dalam mengambil kesimpulan seperti itu.

Tidak jarang dilihat bahwa hasil pemeriksaan mani berikutnya atau yang

mendahuluinya berbeda jauh. Dapat juga dilakukan pada pemeriksaan

motilitas hanya sedikit sekali spermatozoa kelihatan bergerak aktif

(Wibisono,2006).

C. Vitalitas Sperma

Vitalitas sperma, diestimasikan dengan menilai integritas membran sel, dapat

ditentukan secara rutin pada semua sampel, terutama untuk sampel dengan

spermatozoa progresif motil kurang dari sekitar 40% . Tes ini dapat memberikan

centang pada evaluasi motilitas, karena persentase sel-sel mati (dalam sampling

error) tidak boleh melebihi persentase spermatozoa imotil. Persentase sel yang

normal biasanya melebihi dari sel motil (WHO, 2010).

Persentase spermatozoa hidup dinilai dengan mengidentifikasi orang-orang

yang memiliki membran sel utuh, dengan metode dye exclusion ataupun

hypotonic swelling. Metode dye exclusion didasarkan pada prinsip bahwa

membran plasma, seperti yang ditemukan di sel non-vital (mati), memungkinkan

masuknya membrane-impermeant stains. Tes pembengkakan hipoosmotik

menduga bahwa hanya sel-sel dengan membran utuh (sel hidup) akan

membengkak dalam solusi hipotonik (WHO, 2010).

Page 10: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

Gambar 1.2 Perubahan Morfologi Sperma (WHO, 2010)

Vitalitas sperma harus dinilai sesegera mungkin setelah pencairan sampel

semen, sebaiknya dalam 30 menit, tapi pada beberapa kasus dalam waktu 1 jam

dari ejakulasi, untuk mencegah pengamatan efek merusak dari dehidrasi atau

perubahan suhu pada vitalitas. (WHO, 2010)

Metode dye exclusion menggunakan eosin

Metode ini sederhana dan cepat, tapi persiapan basah tidak dapat disimpan

untuk tujuan kontrol kualitas. (WHO, 2010)

Mempersiapkan reagen

1. NaCl, 0,9% (w/v): melarutkan 0,9 g NaCl dalam 100 ml air yang

dimurnikan.

2. Eosin Y, 0,5% (w/v): melarutkan 0,5 g Eosin Y (warna indeks 45.380) dalam

100 ml NaCl 0,9% (WHO, 2010).

Langkah Kerja

1. Campur sampel semen.

2. Keluarkan aliquot dari 5? L dari semen campur dengan 5? L larutan eosin

pada slide mikroskop. Campur dengan ujung pipet, putar-putar sampel pada

slide.

3. Tutup dengan 22 mm x 22 mm coverslip dan biarkan selama 30 detik.

Page 11: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

4. Campurkan lagi sampel semen, hapus replikasi aliquot, campur dengan eosin

dan lakukan seperti pada langkah 2 dan 3.

5. Periksa setiap slide, sebaiknya dengan optik negatif-fase kontras (positif-fase

kontras membuat kepala merah muda samar sulit untuk membedakan) di

perbesaran 200x atau 400x.

6. Hitung jumlah sel bernoda (mati) dan tak bernoda (hidup) dengan bantuan

counter laboratorium.

7. Evaluasi 200 spermatozoa di setiap ulangan, untuk mencapai kesalahan

pengambilan sampel rendah yang dapat diterima.

8. Hitung rata-rata dan perbedaan dari dua persentase sel penting dari persiapan

ulangan.

9. Tentukan perbedaan yang seminimal mungkin. (Perbedaan yang minimal

bisa dikarenakan kesalahan sampling)

10. Jika perbedaan antara persentase diterima, laporkan persentase vitalitas rata.

Jika perbedaan terlalu tinggi, buat persiapan kedua dari dua aliquot baru dari

semen dan ulangi penilaian.

11. Laporan rata-rata persentase spermatozoa penting untuk seluruh terdekat

jumlah (WHO, 2010).

Penilaian

1. Spermatozoa hidup memiliki kepala putih atau merah mudah cerah dan

spermatozoa mati memiliki kepala yang berwarna merah atau merah muda

gelap.

Gambar 1.3 Sperma setelah Pewarnaan (WHO, 2010)

Page 12: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

2. Jika noda terbatas hanya bagian dari daerah leher, dan sisanya dari daerah

kepala yang ternoda, ini dianggap sebagai "membran leher bocor", bukan

pertanda kematian sel dan disintegrasi membran total. Sel-sel ini harus dinilai

sebagai hidup.

3. Jika sulit untuk membedakan kepala merah muda pucat bernoda, gunakan

nigrosin untuk meningkatkan kontras dari latar belakang. (WHO, 2010)

Batas referensi rendah bagi vitalitas (spermatozoa membran utuh) adalah

58% (5 sentil, 95% CI 55-63) (WHO, 2010).

Page 13: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

BAB II

CARA KERJA

A. Pemeriksaan Makroskopis

1. Warna

Normal : berwarna putih kelabu homogen, kadangkala didapatkan butiran

seperti jeli yang tidak mencair.

Abnormal : Jernih menandakan jumlah sperma sangat sedikit

Merah kecoklatan adanya sel darah merah

Kuning pada penderita ikterus atau minum vitamin

2. Bau

Normal : bau khas seperti bunga akasia

Abnoramal : bau busuk infeksi

3. Likuefaksi (mencairnya semen)

Sediaan diamati pada suhu kamar dan dicatat waktu pencairan

Normal : mencair dalam 60 menit, rata-rata ± 15 menit

4. Volume

Diukur dengan tabung/gelas ukur dari kaca

Normal : > 1.5 ml

5. Konsistensi

Cara :

a. Sampel diambil dengan pipet atau ujung jarum, kemudian biarkan menetes

b. Amati benang yang terbentuk dan sisa ampel di ujung pipet/jarum

Normal : benang yang terbentuk < 2 cm atau sisa sampel di ujung

pipet/jarum hanya sedikit

6. pH

Cara :

a. Teteskan sampel pada kertas pH meter

b. Bacalah hasilnya setelah 30 detik dengan membandingkan dengan kertas

standar

Page 14: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

Normal : pH 7,2 – 7,8

Abnormal : pH > 7,8 infeksi

pH < 7 pada semen azoospermia, perlu dipikirkan

kemungkinan disgenesis vas deferens, vesika seminal, atau

epididimis.

B. Pemeriksaan Mikroskopis

1. Pemeriksaan estimasi jumlah sperma

Tabel pengenceran berdasarkan estimasi jumlah sperma

Umlah sperma/lapang pandang (juta) Pengenceran

<15 1:5

15-40 1:10

40-200 1:20

>200 1:50

Teteskan 1 tetes sperma ke object glass + cover glass

Amati dibawah mikroskop perbesaran 400x cahaya redup

Hitung jumlah sperma pada 3 lapang pandang

Ambil rata-rata jumlah sperma, kalikan 106

Tentukan pengenceran

Page 15: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

2. Motilitas sperma

%Motilitas sperma= PR+NPPR+NP+ℑ

x100 %

Keterangan : PR = sperma progresif

NP = sperma non-progresif

IM = Sperma immotil

3. Morfologi sperma

Teteskan 1 tetes sperma ke object glass + cover glass

Amati dibawah mikroskop perbesaran 400x cahaya redup

Amati pergerakan sperma pada 4-6 lapang pandang

Tentukan presentase motilitas sperma

Teteskan 1 tetes sperma ke object glass

Buat apusan sperma, keringkan

Fiksasi dengan etanol 95% : eter (1:1), keringkan

Cat dengan Giemsa (30 menit), bilas dengan air bersih

Amati dibawah mikroskop perbesaran 400X, cahaya redup

Page 16: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

4. Pemeriksaan elemen bukan sperma

C=N x S100

Keterangan : C = Jumlah sel lain dalam juta/mL

N = Jumlah sel lain yang dihitung dalam 10 sperma

S = Jumlah sel sperma (bukan estimasi jumlah sperma)

5. Pemeriksaan hitung jumlah sperma

Amati morfologi sperma (kepala, leher, dan ekor)

Teteskan 1 tetes sperma ke object glass + cover glass

Amati dibawah mikroskop perbesaran 400x cahaya redup

Hitung jumlah sel lain dalam 100 sperma

Masukan ke rumus

Hisap sperma sampai ke angka 0,5 menggunakan pipet leukosit

Hisap larutan Turk sampai angka 11

Kocok campuran

Letakan bilik hitung dibawah mikroskop

Page 17: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

Jumlah kotak sedang yang harus dihitung berdasar jumlah sperma yang

ditemukan :

jumlah sperma dalam 1 kotak sedang < 10 → hitung 25 kotak

jumlah sperma dalam 1 kotak sedang 10-40 → hitung 10 kotak

jumlah sperma dalam 1 kotak sedang > 40 → hitung 5 kotak

Tabel faktor koreksi

PengenceranJumlah kotak sedang yang dihitung

25 10 5

Faktor koreksi

1:10 10 4 2

1:20 5 2 1

1:50 2 0,8 0,4

Jumlah sperma= Rata−rata sperma dalam 1kotakfaktor resiko

x 106

Cari kotak sedang yang biasa digunakan untuk pemeriksaan eritrosit

Tutup dengan cover glass, teteskan larutan ke bilik hitung

Hitung jumlah sperma dalam kotak sedang

Tentukan faktor koreksi, masukan kedalam rumus

Page 18: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Identitas Probandus

Nama : Muhammad Zulfikar

Umur : 19 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Waktu pengambilan : 9.52 WIB

Abstinensia : 4 hari

2. Pemeriksaan Makroskopis

a. Warna : Putih keabuan

b. Bau : Normal seperti bunga akasia

c. Likuefaksi : 20 menit

d. Volume : 2,4 ml

e. Konsistensi : < 2cm

f. pH : 7,4

B. Pemeriksaan Mikroskopis

1. Estimasi jumlah sperma

Lapang Pandang Jumlah Sperma

1 42

2 39

3 44

Rata-rata 41,33

Estimasi jumlah sperma : 41,33 juta, maka didapat pengenceran 1 : 20

2. Motilitas Sperma

Motilitas Jumlah Sperma Rata-rata Rata-rata (%)

Progressive Lp1 : 42, Lp2 : 39,

Lp3 : 48, Lp4 : 44

40,5 49,24 %

Nonprogressive Lp1: 20, Lp2 : 46 , 29 32,35 %

Page 19: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

Lp3: 20, Lp4 : 40

Immotil Lp1: 10, Lp2 : 15,

Lp3: 14, Lp4 : 12

12,75 15,50 %

Lp = lapang pandang

Rata-rata total : Rata-rata P + NP + I = 40,5 + 29 + 12,75 = 82,25

Rumus rata-rata dalam % = Jumlah rata−rataRata−rata total x 100 %

3. Morfologi Sperma

Sperma ke- NormalAbnormal

Kepala Leher Ekor

1-27 Normal

28 Bervakuola

29 Bervakuola

30 Piriformis

31 Tebal

32 Tidak ada

33 Tidak ada

34 Bervakuola

35 Tidak ada

36 Tidak ada

37 Bervakuola

38 Piriformis

39 Bervakuola

40 Bervakuola

41 Piriformis

42 Tidak ada

43 Bervakuola

44 Tidak ada

45 Tidak ada

Page 20: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

46 Tidak ada

47 Tidak ada

48 Bervakuola

49 Tidak ada

50 Tidak ada

Total Sperma normal : 27 sperma abnormal : 23 Total sperma : 50

Jumlah sperma normal = JumlahnormalTotalsperma x 100 %

= 2750 x 100 %

= 54 %

4. Hitung jumlah sperma

Jumlah sperma dalam 1 kotak < 10, sehingga jumlah kotak sedang yang

dihitung adalah 25 kotak

Nomor

KotakJumlah sperma/kotak sedang

Nomo

r kotakJumlah sperma/kotak sedang

1 14

2 15

3 16

4 17

5 18

6 19

7 20

8 21

9 22

10 23

11 24

12 25

13 Jumlah 176

Page 21: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

Total jumlah sperma dalam 25 kotak = 176

Rata-rata jumlah sperma dalam 25 kotak = 17625 = 7,04

Pengenceran ( didapat dari estimasi jumlah sperma ) = 1 : 20

Faktor resiko = 5

Hasil jumlah sperma = 7,04

5 x 106 = 1,4 juta/ml

5. Elemen bukan sperma

Terdapat elemen lain bukan sperma 27 sperma dalam 100 sperma.

C = N x S100

= 27 x1,4

100

= 3,78 jt/ml

C. Pembahasan

Hasil pemeriksaan makroskopis memberikan hasil yang sesuai dan berada

dalam batas normal makroskopis sperma. Peeriksaan estimasi jumlah sperma

diperlukan untuk perkiraan jumlah sperma dalam menentukan tingkat

pengenceran. Hasil pemeriksaan motilitas dan morfologi menunjukan sperma

berada pada batas normal. Namun, pada hasil pemeriksaan jumlah sperma

menunjukan bahwa sperma berada di bawah normal < 5 juta.

Pemeriksaan jumlah sperma yang hanya mencapai 1,4 juta seharusnya

memiliki angka yang berada di kisaran angka estimasi/ perkiraaan jumlah sperma,

yaitu 41,33 juta Hal ini dapat terjadi karena kesalahan praktikan dalam

memasukkan larutan Turk yang melebihi batas maupun kelalaian penghitungan

jumlah total sperma yang tidak memperhitungkan jumlah sperma mati. Sehingga,

dapat disimpulkan bahwa hasil analisis sperma dengan interpretasi Ekstrim

Oligozoospermia.

Page 22: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

BAB IV

APLIKASI KLINIS

A. Teratozoospermia

Teratozoospermia (terato = monster) adalah bentuk sperma yang tidak

normal. Analisa sperma Teratozoospermia, artinya morfologi (bentuk) sperma

banyak yang abnormal. Pada penderita teratozoospermia bentuk sperma yang

abnormal lebih dari 30 persen. Sementara sperma masih dianggap normal bila

yang abnormal hanya 30 persen. Bentuk sperma yang normal memiliki kepala dan

ekor, sedangkan yang abnormal memiliki dua kepala atau dua ekor.

Dikategorikan dalam 3 kelompok yaitu yang ringan sekitar 15% sperma masih

normal, 10-15 % sperma masih N : sedang, serta kurang dari 10% Normal

dikategorikan : berat. Secara normal, sperma yang baik harus memiliki kepala

yang berbentuk oval, dengan penghubung pada bagian tengahnya serta ekor yang

panjang (Egashira et al, 2009).

Penyebab Teratozoospermia pada umumnya infeksi pada testis (buah zakar)

atau pada saluran reproduksi. Sebaiknya Anda konsultasi dengan Dokter spesialis

bedah urologi atau Dokter spesialis andrologi, yang akan memberikan antibiotika

untuk jangka panjang bila penyebabnya infeksi. Salah satu faktor untuk

mendapatkan keturunan adalah sperma yang harus sehat. Laki-laki yang sehat

akan memproduksi 70-150 juta sperma per hari. Sperma ini terdapat dalam air

mani yang mana rata-rata volume air mani normal yang dihasilkan pada ejakulasi

adalah 2-5 ml (setengah sampai 1 sendok makan ukuran Inggris). Dari jumlah

Page 23: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

sperma yang hidup tadi, maka 25 persennya harus bisa berenang dengan cepat

menuju sel telur. Dan 30 persennya harus berbentuk normal alias sempurna

(Egashira et al, 2009).

Berbagai pengobatan yang dilakukan terbukti tidak ada yang efektif seperti

klomifen, HMG dan suntikan HCG, testosteron, vitamin E, vitamin C, anti-

oksidan, diet tinggi protein, hoemeopati , dan bahkan pembedahan (varikokel).

Tindakan pembedahan ini hanya memperbaiki bentuk sperma sekitar 30 % saja

(Egashira et al, 2009).

Jika ditemukan kondisi ini sebaiknya dilakukan cara yang lebih efektif

seperti bayi tabung. Sedangkan tindakan IUI (inseminasi) juga ternyata tidak

banyak membantu. ICSI = Intra cytoplasmic Sperm injection (tindakan

menyuntikkan sperma ke dalam sel telur) pada proses bayi tabung, telah

memberikan pendekatan yang revolusioner pada laki-laki yang tidak subur, dan

menjanjikan kemungkinan bagi setiap orang untuk punya bayi, tidak peduli

bagaimana abnormal sperma-nya (Egashira et al, 2009).

B. Pengruh Merokok terhadap Kualitas Sperma

Penelitian terakhir menunujukan bahwa rokok dapat menyebabkan infertilitas

pada pria dan wanita. Merokok dapat mengurangi jumlah sperma dalam ejakulasi

dan kerusakan DNA dalam mengembangkan sel sperma. Perokok yang

menghabiskan lebih dari 10 batang rokok perhari dapat mengalami pengurangan

sperma 13-17 % jika dibandingkan orang bukan perokok. Kerusakan DNA

sperma yang disebabkan oleh perilaku merokok dapat dapat diteruskan kepada

embrio dan anak berikutnya (Amaruddin, 2012).

Hasil penelitian menunjukkan pria perokok 10 – 20 batang perhari memiliki

odds untuk menderita kualitas sperma abnormal 8,6 kali lebih besar dari

responden yang tidak merokok dan memiliki odds 7,7 kali untuk menderita

motilitas sperma abnormal setelah di kontrol stres dan alkohol, memiliki odds

21,4 untuk menderita konsentrasi abnormal setelah dikontrol stres dan narkoba

dan memiliki odds 27,4 kali menderita morfologi abnormal setelah dikontrol

stres, alkohol dan narkoba. Dan odds meningkat pada pria perokok 21 - 40 batang

Page 24: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

perhari, yaitu memiliki odds untuk menderita kualitas sperma abnormal 39,4 kali

lebih besar dari responden yang tidak merokok dan memiliki odds 30,1 untuk

menderita motilitas sperma abnormal setelah dikontrol oleh stres dan alkohol,

memiliki odds 47,9 kali menderita konsentrasi sperma abnormal setelah dikontrol

stres dan narkoba, memiliki odds 171,7 kali menderita morfologi abnormal

setelah dikontrol stres, alkohol dan narkoba (Amaruddin, 2012)

Kelebihan produksi radikal bebas atau oksigen yang reaktif (ROS, reactive

oxygen species) telah diketahui sebagai salah satu penyebab infertilitas. Diketahui

juga bahwa anion superoksida, radikal hidroksil dan hidrogen peroksida

merupakan beberapa ROS utama yang terdapat pada plasma semen. Radikal

bebas secara fisiologis terdapat pada sperma manusia dan timbulnya radikal

bebas dalam tubuh diimbangi dengan mekanisme pertahanan endogen, dengan

memproduksi zat yang mempunyai pengaruh sebagai anti radikal bebas yang

disebut antioksidan. Akan tetapi, pada saat level ROS meningkat melebihi dari

sistem pertahanan antioksidan tubuh, terjadilah stress oksidatif (Amaruddin,

2012).

Stress oksidatif merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan ROS yang

akan menyebabkan kerusakan sel, jaringan atau organ. Pada kondisi stres

oksidatif, radikal bebas akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid membran

sel dan merusak organisasi membran sel. Membran sel ini sangat penting bagi

fungsi reseptor dan fungsi enzim, sehingga terjadinya peroksidasi lipid membran

sel oleh radikal bebas dapat mengakibatkan hilangnya fungsi seluler secara total.

Stres oksidatif menyebabkan infertilitas melalui efek negatifnya ke spermatozoa

seperti peningkatan hilangnya motilitas, peningkatan kerusakan membran,

penurunan morfologi, viabilitas dan kemampuan spermatozoa. Sebuah studi

menyatakan bahwa merokok meningkatkan ROS dan menurunkan antioksidan di

cairan semen sehingga seorang perokok lebih rentan mengalami infertilitas

karena meningkatnya produksi radikal bebas di dalam sperma, menyebabkan

kerusakan DNA dan apoptosis sel sperma. Radikal bebas yang berasal dari

partikel gas rokok juga menyebabkan terjadinya aglutinasi sperma sehingga

Page 25: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

berakibat terhadap menurunnya motilitas sperma. Akan tetapi, perokok yang telah

berhenti selama 5 sampai 15 bulan setelah mereka berhenti merokok melaporkan

bahwa jumlah sperma meningkat sampai sedikitnya 50%, yang menunjukkan

bahwa segala pengurangan pada jumlah sperma berpotensi untuk disembuhkan

(Amaruddin, 2012).

C. Azoospermia

Azoospermia adalah kelainan dimana tidak ada spermatozoa dalam ejakulasi

(diberikan sebagai batas kuantifikasi untuk metode penilaian yang digunakan).

Meskipun sederhana dan superfisial, diagnosis azoospermia dapat dibaurkan oleh

banyak faktor, termasuk kesalahan besar yang terkait dengan perhitungan

beberapa spermatozoa, jumlah besar lapang pandang mikroskopis untuk dianalisa

dan kesulitan dalam memeriksa butiran sperma bermuatan debris. Perbahan yang

direkomendasikan termasuk pemeriksaan tetap, sampel uncentrifuged dan

mengindikasikan sensitivitas metode penghitungan yang digunakan. Namun,

metode sentrifugasi juga diperlukan untuk mengumpulkan jumlah sel yang cukup

untuk prosedur terapi, dan metode untuk deteksi spermatozoa motil dalam sampel

tidak tetap untuk penilaian semen pasca vasektomi. (WHO, 2010)

Baik pada pria dan wanita, kesuburan mungkin akan berkurang setelah

kemoterapi. Misalnya, pengobatan limfoma Hodgkin canggih dengan rejimen

ganda obat dapat mengakibatkan azoospermia pada pria dan menurunnya

pematangan folikel dengan kehancuran dan fibrosis ovarium pada wanita

(Cunningham F.G et al, 2005)

Page 26: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

(Keith E, 2007)

Page 27: 302601022 Laporan Praktikum Farmako

DAFTAR PUSTAKA

Agur, Anne & Moore, Keith. 2007. Essential Clinic Anatomy, 3rd ed., Lippincott

William & Wilkins. Hal : 568-573

Amaruddin. 2012. Tesis Pengaruh Merokok Terhadap Kualitas Sperma Pada Pria

Dengan Masalah Infertilitas Studi Kasus Kontrol Di Jakarta Tahun 2011.

Depok.

Cunning F.G., Leveno K.J., Bloom S.L., Hauth J.C., Wenstrom K.D., Gilstrap L.C..

2005. William Obstetrics. 22nd edition. USA: McGraw-Hill Companies, Inc

Edmond D.K.. 2007. Dewhurts's Textbook of Obstetrics and Gynaekology. 7 th

edition. Oxfod : Blackwell Publishing

Egashira .A., Murakami .M., Haigo .K., Horiuchi .T., Kuramoto .T. 2009. A

successful pregnancy and live birth after intracytoplasmic sperm injection with

globozoospermic sperm and electrical oocyte activation. Fertil Steril. Vol.

92 (6): 2037.

Lidyana, Fina, et al. 2013. Laporan Analisis Semen. 2013. Jurnal Universitas Negeri Jakarta. Vol. 3 (1) : 5-9.Schill, wolf-bernhard et al., 2006. Andrology for the Clinician. Springer. Hlm 41

Wein et al., eds. 2012. Campbel-Walsh Urology. Tenth Edition. USA: Elsevier

Saunders, hh. 1287-1323.

WHO. 2010. WHO Laboratory Manual For the Examination and Processing of

Human Semen. 5th ed. Switzerland : WHO.

Wibisono, Herman., 2006. Evaluasi Infertilitas Pria Menuju Program FIV dalam

Fertilisasi In Vitro dalam Praktek Klinik. Puspa Swara. Hal. 42.