264236641-askep-hiperbilirubin

52
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERBILIRUBIN A. KONSEP TEORI 1. PENGERTIAN Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih dari normal. Nilai normal bilirubin indirek 0- 0,3 mg/dl, bilirubin direk 0– 0,2 mg/dl. Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari 10 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 12 mg/dl merupakan keadaan yang tidak fisiologis. 2. KLASIFIKASI 1) Ikterus prehepatik Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel darah merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas terutama pada disfungsi hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak terkonjugasi. 2) Ikterus hepatik Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan hati maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam hati serta gangguan

Upload: rina

Post on 04-Jan-2016

20 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

44

TRANSCRIPT

Page 1: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERBILIRUBIN

A. KONSEP TEORI

1. PENGERTIAN

Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar

nilainya lebih dari normal. Nilai normal bilirubin indirek 0- 0,3 mg/dl, bilirubin direk

0– 0,2 mg/dl.

Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar

bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan

alat tubuh lainnya berwarna kuning.Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari 10

mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 12 mg/dl merupakan keadaan yang tidak

fisiologis.

2. KLASIFIKASI

1) Ikterus prehepatik

Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel darah

merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas terutama pada

disfungsi hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak terkonjugasi.

2) Ikterus hepatik

Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan hati

maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam hati serta

gangguan akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna dikeluarkan ke dalam

doktus hepatikus karena terjadi retensi dan regurgitasi.

3) Ikterus kolestatik

Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu dan

bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus. Akibatnya adalah

peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam serum dan bilirubin dalam urin, tetapi

tidak didaptkan urobilirubin dalam tinja dan urin.

4) Ikterus neonatus fisiologi

Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada hari ke-7.

penyebabnya organ hati yang belum matang dalam memproses bilirubin.

5) Ikterus neonatus patologis

Page 2: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

Terjadi karena factor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu badan yang

tinggi dan berat badan tidak bertambah.

6) Kern Ikterus

Suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama

pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus  Subtalamus, Hipokampus, Nukleus

merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

3. ETIOLOGI

a. Peningkatan produksi :

1) Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat

ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan

ABO.

2) Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.

3) Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang

terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .

4) Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.

5) Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) ,

diol (steroid).

6) Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase, sehingga kadar Bilirubin Indirek

meningkat misalnya pada berat lahir rendah

7) Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia

b. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada

Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.

c. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau

toksion yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi,

Toksoplasmosis, Siphilis.

d. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.

e. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif

4. PATOFISIOLOGI

Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Keadaan

yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel

Page 3: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan

penghancuran eritrosit, polisitemia.

Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan

kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang,

atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan

kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus

yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.

Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.

Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air

tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada

sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus darah otak. Kelainan yang terjadi pada

otak disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat

tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl.

Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati darah otak ternyata tidak hanya tergantung

pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah melewati darah otak apabila

bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah, dan hipoksia.

Page 4: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

5. PATHWAYS

Eritrosit

Hemoglobin

HEM Globin

Besi/Fe Biliruin Indirek

(tidak larut air) terjadi pada limpa makrofag

Bilirubin berkaitan dengan albumin terjadi dalam plasma darah

Melalui hati

Bilirubin berikatan dengan glukoronat/ gula residu bilirubin direk

(larut dalam air) terjadi dalam hati

Bilirubin direk di ekskresi ke kandung empedu

Kandung empedu ke duodenum melalui duktus biliaris

Bilirubin direk di ekskresi melalui urine an fesses

Peningkatan destruksi eritrosit

(Gangguan konjugasi bilirubin/gangguan transport bilirubin/peningkatan siklus entero

hepatik)

Suplay bilirubin melebihi kemampuan hepar

Hepar tidak dapat melakukan konjugasi

Peningkatan bilirubin dalam darah

Ikhterus pada schlera leher Indikasi fototerapidan badan

Pemecahan bilirubin meningkatkan pengeluaran cairan empedu ke organ usus

Gerakan peristaltik usus meningkat

Diare

HipertermiGangguan integritas kulit

Kekurangan volume cairan

Page 5: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

6. MANIFESTASI KLINIK

Tanda dan gejala yang pada penderita hiperbilirubin adalah;

a. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.

b. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit

hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi.

c. Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, dan mencapai puncak

pada hari ke tiga sampai hari ke empat dan menurun pada hari ke lima sampai

hari ke tujuh yang biasanya merupakan jaundice fisiologis.

d. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cenderung

tampak kuning terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direk)

kulit tampak berwarna kuning kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat

dilihat pada ikterus yang berat.

e. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat, seperti

dempul

b. Perut membuncit dan pembesaran pada hati

c. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar

d. Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap

e. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental

f. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, epistotonus,

kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot.

7. KOMPLIKASI

a. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)

b. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental, hiperaktif,

bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang melengking

8. PENATALAKSANAAN

a. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini

(pemberian ASI).

b. Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa kelahiran, misalnya

sulfa furokolin.

c. Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.

d. Fenobarbital

Page 6: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati dan memperbesar

konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang mana

dapat meningkatkan billirubin konjugasi dan clereance hepatik pigmen dalam

empedu. Fenobarbital tidak begitu sering digunakan.

e. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.

f. Fototerapi

Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbillirubin patologis dan

berfungsi untuk menurunkan billirubin dikulit melalui tinja dan urine dengan

oksidasi foto pada billirubin dari billiverdin.

g. Transfusi tukar.

Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan foto terapi.

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium (Pemeriksan Darah)

Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari 10

mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 12 mg/dl merupakan keadaan yang

tidak fisiologis, Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.

b. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.

c. Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan hapatitis

dan atresia billiari.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN FOKUS

a. Riwayat Penyakit

Terdapat riwayat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau

golongan darah A,B,O). Polisistemia, infeksi, hematoma, gangguan

metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan ibu menderita DM.

b. Riwayat Kehamilan

Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat-obat yang

meningkatkan ikterus. Contoh: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat

mempercepat proses kon jungasi sebelum ibu partus.

c. Riwayat Persalinan

Lahir prematur / kurang bulan, riwayat trauma persalinan.

Page 7: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

d. Riwayat Postnatal

Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat, sehingga kulit bayi

tampak kuning.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Seperti ketidak cocokan darah  ibu dan anak Polycythenia, gangguan saluran

cerna dan hati (hepatitis)

f. Riwayat  Pikososial

Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua

g. Pengetahuan Keluarga

Penyebab perawatan pengobatan  dan pemahaman orang tua pada bayi yang

ikterus

h. Pemeriksaan Fisik

Ikterus terlihat pada sklera selaput lendir,urin pekat seperti teh, letargi,

hipotonus, refleks menghisap kurang, peka rangsang, tremor, kejang, tangisan

melengking. Selain itu, keadaan umum lemah, TTV tidak stabil terutama suhu

tubuh. Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot

( kejang /tremor ). Hidrasi bayi mengalami penurunan. Kulit tampak kuning

dan mengelupas, sclera mata kuning (kadang – kadang  terjadi kerusakan pada

retina) perubahan warna urine dan feses.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. defisit volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan, serta

peningkatan Insensible Water Loss (IWL) dan defikasi sekunder fototherapi.

b. gangguan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi bilirubin, efek

fototerapi.

c. hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi.

d. Gangguan parenting ( perubahan peran orang tua ) berhubungan dengan

perpisahan dan penghalangan untuk gabung.

e. Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapi yang diberikan pada bayi.

f. Risiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototherapi

g. Risiko tinggi komplikasi (trombosis, aritmia, gangguan elektrolit, infeksi)

berhubungan dengan tranfusi tukar.

Page 8: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

a. defisit volume cairan b/d tidak adekuatnya intake cairan serta peningkatan IWL

dan defikasi sekunder fototherapi

Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan

tidak terjadi deficit volume cairan dengan kriteria :

1) Jumlah intake dan output seimbang

2) Turgor kulit baik, tanda vital dalam batas normal

3) Penurunan BB tidak lebih dari 10 % BBL

Intervensi & Rasional :

1) Kaji reflek hisap bayi

( Rasional/R : mengetahui kemampuan hisap bayi )

2) Beri minum per oral/menyusui bila reflek hisap adekuat

(R: menjamin keadekuatan intake )

3) Catat jumlah intake dan output , frekuensi dan konsistensi faeces

( R : mengetahui kecukupan intake )

4) Pantau turgor kulit, tanda- tanda vital ( suhu, HR ) setiap 4 jam

(R : turgor menurun, suhu meningkat HR meningkat adalah tanda-tanda

dehidrasi )

5) Timbang BB setiap hari

(R : mengetahui kecukupan cairan dan nutrisi).

b. hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi

Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan

tidak terjadi hipertermi dengan kriteria suhu aksilla stabil antara 36,5-37 0 C.

Intervensi dan rasionalisasi :

1) Observasi suhu tubuh ( aksilla ) setiap 4 - 6 jam

(R : suhu terpantau secara rutin )

2) Matikan lampu sementara bila terjadi kenaikan suhu, dan berikan kompres

dingin serta ekstra minum

( R : mengurangi pajanan sinar sementara )

3) Kolaborasi dengan dokter bila suhu tetap tinggi

( R : Memberi terapi lebih dini atau mencari penyebab lain dari

hipertermi).

Page 9: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi bilirubin, efek

fototerapi

Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan

tidak terjadi gangguan integritas kulit dengan kriteria :

1) tidak terjadi decubitus

2) Kulit bersih dan lembab

Intervensi :

1) Kaji warna kulit tiap 8 jam

(R : mengetahui adanya perubahan warna kulit )

2) Ubah posisi setiap 2 jam

(R : mencegah penekanan kulit pada daerah tertentu dalam waktu lama ).

3) Masase daerah yang menonjol

(R : melancarkan peredaran darah sehingga mencegah luka tekan di daerah

tersebut ).

4) Jaga kebersihan kulit bayi dan berikan baby oil atau lotion pelembab

( R : mencegah lecet )

5) Kolaborasi untuk pemeriksaan kadar bilirubin, bila kadar bilirubin turun

menjadi 7,5 mg% fototerafi dihentikan

(R: untuk mencegah pemajanan sinar yang terlalu lama )

d. Gangguan parenting ( perubahan peran orangtua) berhubungan dengan

perpisahan dan penghalangan untuk gabung.

Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan

orang tua dan bayi menunjukan tingkah laku “Attachment” , orang tua dapat

mengekspresikan ketidak mengertian proses Bounding.

Intervensi :

1) Bawa bayi ke ibu untuk disusui

( R : mempererat kontak sosial ibu dan bayi )

2) Buka tutup mata saat disusui

(R: untuk stimulasi sosial dengan ibu )

3) Anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya

(R: mempererat kontak dan stimulasi sosial ).

4) Libatkan orang tua dalam perawatan bila memungkinkan

( R: meningkatkan peran orangtua untuk merawat bayi ).

Page 10: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

5) Dorong orang tua mengekspresikan perasaannya

(R: mengurangi beban psikis orangtua)

e. Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapi yang diberikan pada bayi.

Tujuan : Setelah diberikan penjelasan selama 2x15 menit diharapkan orang tua

menyatakan mengerti tentang perawatan bayi hiperbilirubin dan kooperatif

dalam perawatan. 

Intervensi :

1) Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit pasien

( R : mengetahui tingkat pemahaman keluarga tentang penyakit )

2) Beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning, proses terapi dan

perawatannya

( R : Meningkatkan pemahaman tentang keadaan penyakit )

3) Beri pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan bayi dirumah

(R : meningkatkan tanggung jawab dan peran orang tua dalam merawat

bayi)

f. Risiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototherapi

Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan

tidak terjadi injury akibat fototerapi ( misal ; konjungtivitis, kerusakan jaringan

kornea )

Intervensi :

1) Tempatkan neonatus pada jarak 40-45 cm dari sumber cahaya

( R : mencegah iritasi yang berlebihan).

2) Biarkan neonatus dalam keadaan telanjang, kecuali pada mata dan daerah

genetal serta bokong ditutup dengan kain yang dapat memantulkan cahaya

usahakan agar penutup mata tidak menutupi hidung dan bibir

(R : mencegah paparan sinar pada daerah yang sensitif )

3) Matikan lampu, buka penutup mata untuk mengkaji adanya konjungtivitis

tiap 8 jam

(R: pemantauan dini terhadap kerusakan daerah mata )

4) Buka penutup mata setiap akan disusukan.

( R : memberi kesempatan pada bayi untuk kontak mata dengan ibu ).

6) Ajak bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan

Page 11: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

( R : memberi rasa aman pada bayi ).

g. Risiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan tranfusi tukar

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam

diharapkan tranfusi tukar dapat dilakukan tanpa komplikasi

Intervensi :

1) Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan

(R : menjamin keadekuatan akses vaskuler )

2) Basahi umbilikal dengan NaCl selama 30 menit sebelum melakukan

tindakan

( R : mencegah trauma pada vena umbilical ).

3) Puasakan neonatus 4 jam sebelum tindakan

(R: mencegah aspirasi )

4) Pertahankan suhu tubuh sebelum, selama dan setelah prosedur

( R : mencegah hipotermi

5) Catat jenis darah ibu dan Rhesus memastikan darah yang akan

ditranfusikan adalah darah segar

( R : mencegah tertukarnya darah dan reaksi tranfusi yang berlebihan

6) Pantau tanda-tanda vital, adanya perdarahan, gangguan cairan dan

elektrolit,kejang selama dan sesudah tranfusi

(R : Meningkatkan kewaspadaan terhadap komplikasi dan dapat

melakukan tindakan lebih dini )

7) Jamin ketersediaan alat-alat resusitatif

(R : dapat melakukan tindakan segera bila terjadi kegawatan )

Page 12: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

DAFTAR PUSTAKA

Suriadi, dan Rita Y. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Edisi I. Fajar Inter Pratama.

Jakarta.

Ngastiah. 2008. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.

Hidayah, Alimun A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta. Salemba Medika

Wilkinson, Judith.M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan

Kriteria Hasil NOC. Alih Bahasa, Widyawati. Edisi 7. EGC. Jakarta.

Diagnose Nanda (NIC dan NOC) 2007-2008

Page 13: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. DATA BAYI

Nama bayi : By. M.S

Jenis kelamin : Laki-laki

Tanggal lahir/usia :31 Desember 2014/ 8 hari

Tanggal masuk : 9 Desember 2015

Alamat : Jl.Ampel Sari Rt.01 Rw.23 Kel.Muktiharjo kidul

Kec.Pedurungan Kota Semarang

Nama orang tua : Tn.S/ Ny.M

Pendidikan ayah/ibu : SMA/SMA

Pekerjaan ayah/ibu : Swasta/-

Usia ayah/ibu : 35/31 tahun

Diagnosa medis : Hiperbilirubinemia

B. RIWAYAT BAYI

Apgar score : -

Usia gestasi : 38 minggu

Berat badan : 4000 gram panjang badan : 58CM

Tidak ada komplikasi dalam persalinan, antara lain aspirasi mekonium, denyut jantung janin

abnormal, tidak terjadi prolaps tali pusat/lilitan tali pusat, dan tidak tejadi ketuban pecah dini.

C. RIWAYAT IBU

Usia Gravida Partus Abnormal

31 1 1 0

1. Jenis Persalinan

Persalian spontan, tidak ada komplikasi kehamilanserta tdak ada ruptur plasenta,

preeklampsia,suspect sepsis, persalinan, prematur/postmatus.

2. Perawatan Antenatal : -

Page 14: 264236641-Askep-Hiperbilirubin
Page 15: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

PENGKAJIAN FISIK NEONATUS

A. PENGKAJIAN

1. Reflek

Moro

Menghisap klien kuat

Menggenggam klien lemah

2. Tonus/aktivitas

Tonus otot :aktif dan klien menagis keras

3. Kepala/leher

a. Inspeksi : Rambut hitam, distribusi rambut rata, rambut bersih, sutura sagita tepat.

b. Palpasi : Tidak ada benjolan maupun luka, Fontanel anterior lunak,

gambaran wajah simetris.

4. Mata

a. Inspeksi :Mata kanan dan kiri simetris, tidak ada lingkar gelap pada

daerah orbitapalpebra mata, konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, pupil

isokor pupil kanan 2 mm kiri 2 mm, lensa jernih.

b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, teraba kenyal.

5. Hidung

a. Inspeksi :Lubang hidung kanan dan kiri simetris, bersih, terdapat bulu-

bulu halus di dalam lubang hidung, tidak tampak napas cuping hidung dan

sinusitis.

b. Palpasi :Tidak ada nyeri tekan

6. Telinga

a. Inspeksi :Daun telinga kanan dan kiri simetris, lubang telinga baik kanan

maupun kiri bersih, klien mampu mendengar orang berbicara tanpa harus

mengeraskan volume suara.

b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

7. Abdomen

a. Inspeksi :Tidak tampak pembesaran umbilikus,` tidak ada

hiper/hipopigmentasi, tidak ada distensi abdomen.

b. Auskultasi : Peristaltik usus kuadran kanan bawah 3x/menit, kuadran kanan

atas 2x/menit, kuadran kiri atas 2x/menit, kuadran kiri bawah 1x/menit.

Page 16: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

c. Perkusi : Timpani

d. Palpasi : lunak, live tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, lingkar perut 42 cm.

8. Toraks

Inspeksi :Dada kanan dan kiri simetris, tidak ada hiper/ hipopigmentasi,

konfigurasi 1: 2, tidak tampak penggunaan otot bantu pernapasan, ekspansi dada

bebas, klavikula normal, retraksi derajat 0.

9. Paru-paru

a. Inspeksi : Respirasi spontan.

b. Auskultasi :Suara nafas vesikuler.

c. Palpasi : Taktil vemitus sama antara kanan dan kiri.

d. Perkusi : Sonor pada lapang paru kiri, dan sedikit redup pada lapang

paru kanan.

10.Jantung

a. Inspeksi : Tidak tampak denyutan ictus cordis

b. Auskultasi :Terdengar bunyi jantung I lup dan bunyi jantung II dup .

c. Palpasi :Ictus cordis tidak teraba.

d. Perkusi :Terdengar pekak sampai daerah mid axila anterior sinistra.

11.Ekstremitas

Inspeksi :

a. Ekstremitas Atas : Tidak ada keterbatasan rentang gerak sendi, capilary refill <

3 detik,

b. Ekstremitas Bawah : Tidak ada keterbatasan rentang gerak sendi, tidak tampak

edema, tidak tampak ada luka.

12.Umbilikus

Inspeksi :Normal, kering, dan tidak ada inflamasi.

13.Genital

Inspeksi : Laki-laki normal, penis berlubang, testis turun, rugae jelas

14.Anus

Inspeksi : Paten , berlubang.

15.Kulit

Inspeksi : Warna kulit jaundice, turgor elastis dan kulit teraba hangat.

Page 17: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

16.Suhu

a. Lingkungan

Boks fototerapi

b. Suhu kulit : 3670 C

B. RIWAYAT SOSIAL

a. Struktur Keluarga (Genogram Tiga Generasi)

Keterangan:

: laki-laki

: perempuan

X : meninggal

......... : tinggal serumah

: pasien

b. Antisipasi VS pengalaman nyata kelahiran : Ibu klien mengatakan ini

kelahiran anak pertama dengan kondisi nya sekarang sudah membaik dan

sering menemani di ruangan untuk menyusui atau memberikan ASI .

c. Budaya : jawa

d. Suku : jawa

e. Agama : islam

f. Bahasa utama : jawa

g. Perencanaan makanan bayi: ASI

h. Masalah sosial yang penting : -

i. Hubungan orang tua dan bayi : baik

j. Orang terdekat yang dapat dihubungi : saudara

X

Page 18: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

k. Orang tua berespon terhadap penyakit : ya (x) tidak (-)

Berespon: khawatir dengan keadaan anaknya

l. Orang tua berespon terhadap hospitalisasi : ya (x)tidak (-)

Berespon: tiap kali jam kunjung selalu berkunjung dan memberikan stok

asi

C. RIWAYAT ANAK LAIN

Jenis kelamin anak Riwayat persalinan Riwayat imunisasi

Laki-laki Pervaginam BCG, HB1

D. PROSEDUR DIAGNOSTIK DAN LABORATORIUM

Prosedur

Diagnostik/laboratorium

Tangg

al

pemer

iksaan

Indikasi

dan tujuanHasil

Nilai

normalAnalisa

Bilirubin total

Bilirubin direk

Bilirubin indirek

Bilirubin total

Bilirubin direk

Bilirubin indirek

9 Jan

2015

10 Jan

2015

Untuk

mengetahu

i bilirubin

Untuk

mengetahu

i bilirubin

17,14 mg/dl

0,31 mg/dl

16,83 mg/dl

6,24 mg/dl

0,25 mg/dl

5,99 mg/dl

0-0,2

0-10

0-0,2

0-10

High

High

Page 19: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

E. ANALISA DATA

No Tanda dan gejala Problem Etiologi

1.

2.

Ds : ibu klien mengatakan bayinya

kekuningan

Do : ikterus, jaundice disekitar wajah

dan badan, bilirubin total 17,14

mg/dl

Ds :-

Do:

Mendapatkan terapi fototerapy

Bayi mendapat ASI dan PASI

S:36,7oc

Ds: -

Peningkatan kadar

bilirubin dalam darah

Resiko perubahan

suhu tubuh:

Hipertermi

Kondisi

fisiologis/patologis

Efek samping

fototerapi

Page 20: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

3. Do :

Dalam boks terbuka, difototerapi

Jaundice

BAB dan BAK menggunakan

pempers

Resiko gangguan

integritas kulit

Efek samping

fototerapi

F. MASALAH KEPERAWATAN ( SESUAI DENGAN INTERVENSI)

NoTgl/jam

ditemukanDiagnosa keperawatan paraf

tgl/jam

teratasiparaf

Page 21: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

1.

2.

3.

9 Jan

2015 /11.30

10 Jan

2015/ 14.00

10 Jan

2015/14.00

Peningkatan kadar

bilirubin dalam darah b/d

kondisi

fisiologis/patologis.

Resiko perubahan suhu

tubuh b/d efek samping

fototerapi

Resiko gangguan integritas

kulit b/d efek samping

fototerapi

G. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Dx keperawatanTujuan, kriteria

evaluasi

intervensi

keperawatan

Rasional

tindakan

1. Peningkatan kadar Tujuan dan a. Monitor a.Mengetahui

Page 22: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

2.

bilirubin darah b/d

kondisi

fisiologis/patologis

Resiko perubahan

suhu tubuh :

Hipertermi b/d

efek samping

fototerapi

kriteria hasil:

Tidak ada

peningkatan

hiperbilirubinemi

a ditandai

dengan:

Hasil

bilirubun

menunjukan

normal

Tanda dan

gejala

hiperbilirubi

n seperti

jaundice dan

ikterik hilang

Tujuan dan

kriteria hasil:

suhu tubuh

normal

tanda-tanda

vitalserum

b. Monitor

bilirubin

c. Monitor

bila ada muntah,

kaku kuduk atau

tremor

a. Monitor

tanda-tanda

vital

b. Perhatikan

suhu

lingkungan dan

gunakan isolasi

c. Berikan

minum

tambahan

keadaan

fisiologis

klien

b. Untuk

megethui

adanya

peningkatan

atau

penurunan

hiperbilirubin

c.Peningkatan

hiperbilirubin

mengakibatka

n adanya

gangguan

pada sistem

syaraf

a. Mengeta

hui keadaan

fisiologis

klien

b. Suhu

lingkungan

disesuaikan

agar tidak

terlalu kontras

c. ASI

dapat

membantu

penurunan

hiperbilirubin

dan

Page 23: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

3.Resiko terjadi

gangguan

integritas kulit b/d

efek samping

fototerapi

Tujuan dan

kriteria hasil:

selama dalam

perawatan kulit

bayi tidak

mengalami

gangguan kulit

a. Observasi

keadaan

keutuhan kulit

dan warnanya

b. Bersihkan

segera bila bayi

BAB atau BAK

c. Gunakan

lotion pada

daerah bokong

d. Jaga alat

tenun dalam

keadaan bersih

metabolisme

tubuh bayi

terhadap

terjadinya

hipertermi

a. Perawat

an kulit yang

kurang dapat

meningkatkan

terjadinya

gangguan

integritas

kulit.

b. Jangan

biarkan BAB

atau BAK

bayi lembab

pada pempers,

dapat terjadi

resiko

gangguan

integritas

kulit..

c. Agar

tidak lembab

dan tidak

terjadi iritasi

d. Untuk

kenyamanan

dan

keefektifan

Page 24: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

dan kering

e. Lakukan

alih baring dan

pemijatan

higiene bayi

e. Mengura

ngi penekanan

pada satu sisi

tubuh

H. PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. Implementasi keperawatan

No Dx keperawatanTgl/

jamImplementasi respon paraf

.1 Peningkatan kadar

bilirubin dalam

darah b/d kondisi

fisiologis/patologis.

Resiko perubahan

suhu tubuh b/d efek

samping fototerapi

resiko terjadi

gangguan integritas

kulit b/d efek

samping fototerapi

9 Jan

2015/

11.30-

14.00

Mengkaji TTV klien

Melakukanfototerapis

esuaiadvisdokter

Memberikan ASI

danPASI melalui dot

Menggantipopokklien

S : -

O : Suhu

36,7oC

S : -

O :

klienmenan

gis

S : -

O :

klienminu

mbanyak

S : -

Page 25: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

O : Klien

BAK dan

BAB

2.

Peningkatan kadar

bilirubin dalam

darah b/d kondisi

fisiologis/patologis

resiko perubahan

suhu tubuh b/d efek

samping fototerapi

resiko terjadi

gangguan integritas

kulit b/d efek

samping fototerapi

9 Jan

20

15/14.

00-

21.00

Mengukursuhuklien

Melakukanfototerapis

esuaiadvisdokter

Menggantipopokklien

Memberikan ASI dan

PASI melalui dot

S : -

O :

Suhuklien

36,7 oC

S : -

O : klien

diberikan

foto terapi

karena kadar

bilirubin

171 mg/dl

S : -

O : Klien

BAK dan

BAB

S : -

O :

klienminu

mbanyak

3.

resiko perubahan

suhu tubuh b/d efek

samping fototerapi

9 Jan

2015 /

21.00-

07.00

Mengukursuhuklien

Melakukanfototerapis

S : -

O :

Suhuklien

Page 26: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

resiko terjadi

gangguan integritas

kulit b/d efek

samping fototerapi

esuaiadvisdokter

Menggantipopokklien

MemberikanASI dan

PASI melalui dot

Melakukanfototerapis

esuaiadvisdokter

Memberikaninjeksise

suaiadvisdokter

Menggantipopokklien

MemberikanASI dan

PASI melalui dot

37 oC

S : -

O :

klienmenan

gis

S : -

O : Klien

BAK dan

BAB

S : -

O :

klienminu

mbanyak

No Dx keperawatan Tgl/jam Implementasi respon

1. Peningkatan kadar

bilirubin dalam darah

b/d kondisi

fisiologis/patologis.

Resiko perubahan

suhu tubuh b/d efek

samping fototerapi

10 Jan

2015/

07.00-

14.00

Mengkaji TTV klien

Melakukanfototerapi

Memberikan ASI dan

PASI melalui dot

S : -

O :

Suhu36oC

S: -

O: klien

diberikan

foto terapi

S : -

O :

klienmenangis

keras,reflek

Page 27: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

resiko terjadi

gangguan integritas

kulit b/d efek samping

fototerapi

Menggantipopokklien

Memberikan ASI

Mengobservasi refleks

bayi

Memonitor suhu tubuh.

mengobservasi keadaan

keutuhan kulit dan

warnanya.

Miringkan bayi setelah

diberi ASI

Berikan kenyamanan

pada lingkungan bayi

hisap baik,

S:

O: Klen

BAB dan

BAK

S : -

O :

klienminum

B

anyak,reflek

hisab

baik,aktif, S:

36,7oc

S: -

O:warna

kulit sudah

tidak

joundice

S : -

O : bayi

diberikan

ASI oleh

ibunya

S: Bayi

nampak

tenang

2. Peningkatan kadar

bilirubin dalam darah

10 Jan Menggantipopokklien S : -

O : klien

Page 28: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

b/d kondisi

fisiologis/patologis

resiko perubahan suhu

tubuh b/d efek

samping fototerapi

resiko terjadi

gangguan integritas

kulit b/d efek samping

fototerapi

2015/

14.00-

21.00Berikan kenyamanan

pada lingkungan bayi

Menggantipopokklien

Memberikan ASI dan

PASI melalui dot

nampak

menangis

saat diganti

popok

S : -

O : bayi tidur

engan tenang

S : -

O : Klien

BAK dan

BAB

S : -

O :

klienminumb

anyak

3. Peningkatan kadar

bilirubin dalam darah

b/d kondisi

fisiologis/patologis

resiko perubahan suhu

tubuh b/d efek

samping fototerapi

resiko terjadi

gangguan integritas

kulit b/d efek samping

fototerapi

10 Jan

2015 /

21.00-

07.00

Mengukursuhuklien

Melakukanfototerapisesu

aiadvisdokter

Memberikaninjeksisesuai

advisdokter

Menggantipopokklien

S : -

O :

Suhuklien

36,6oC

S : -

O :

klienmenangis

S : -

O :

Klienmenan

gisketika di

suntik

Page 29: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

Memberikan ASI dan

PASI melalui dot

S : -

O : Klien

BAK dan

BAB

S : -

O :

klienminumb

anyak

No Dx keperawatanTgl/

jamImplementasi respon

1.

Peningkatan kadar

bilirubin dalam darah

b/d kondisi

fisiologis/patologis.

Resiko perubahan

suhu tubuh b/d efek

samping fototerapi

resiko terjadi

gangguan integritas

kulit b/d efek

samping fototerapi

11Jan

2015/

11.30-

14.00

Mengkaji TTV klien

Memberikan ASI dan

PASI melalui dot

Menggantipopokklien

Memberikan ASI dan

PASI melalui dot

mengobservasi keadaan

keutuhan kulit dan

warnanya.

S : -

O : Suhu

36oC

S : -

O :

klienmenan

gis

S : -

O :

klienminum

banyak

S : -

O : warna

kulit normal

Hasil lab

menunjukan

kadar

bilirubin

6,24 mg/dl

Page 30: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

I. EVALUASI

No tgl/jam Dx .keperawatan Perkembangan paraf

1.

2.

3.

1.

9 jan 2015

10 Jan 2015

peningkatan kadar

bilirubin dalam darah

b/d kondisi fisiologis

resiko perubahan suhu

tubuh b/d efek samping

fototerapi

resiko terjadi ganggua

n integritas kulit b/d

efek samping fototerapi

peningkatan kadar

bilirubin dalam darah

b/d kondisi fisiologis

S:

O:Klien tampak

ikterik,jaundice.

KU sadar, aktif, t

=36,70C

Bilirubin 17,14 mg/dl

A: masalah belum teratasi

P:optimalkan intervensi

S:

O:Klien tampak tenang,

aktif tidak rewel, t=36,70C

A: sebagian masalah

teratasi

P: optimalkan intervensi

S:

O: Tak ada tanda-tanda

kerusakan integritas kulit

A: masalah teratasi

P: optimalkan intervensi

S:

O:.KU sadar, aktif, t =3670C

A: masalah teratasi

sebagian

Page 31: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

2.

3

1.

11 Jan 2015

resiko perubahan suhu

tubuh b/d efek samping

fototerapi

Resiko terjadi ganggua

n integritas kulit b/d

efek samping fototerapi

peningkatan kadar

bilirubin dalam darah

b/d kondisi fisiologis

resiko perubahan suhu

tubuh b/d efek samping

fototerapi

P:optimalkan intervensi

S:

O:Klien tampak tenang,

aktif tidak rewel, t=36C

A: sebagian masalah

teratasi

P: optimalkan intervensi

S:

O: Tak ada tanda-tanda

kerusakan integritas kulit

A: masalah teratasi

optimalkan intervensi

S: mengerti tentang

hiperbilirubin

O: Orang tua klien

mendengarkan penjelasan

dan mengerti tentang hal

hal yang perlu dilakukan

pada bayi

hiperbilirubinemia

Kadar bilirubin 6,14 mg/dl

A: masalah teratasi

sebagian

P: optimalkan intervensi

S:

O:.KU sadar, aktif, t =3720C,

kadar bilirubin total 6,24

Page 32: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

2.

3.

resiko terjadi ganggua

n integritas kulit b/d

efek samping fototerapi

mg/dl

A: sebagian masalah

teratasi

P:optimalkan intervensi

S:

O: Tak ada tanda-tanda

kerusakan integritas kulit

A: masalah teratasi

optimalkan intervensi

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan asuhan keperawatan pada kasus bayi dengan hiperbilirubin pada bayi Ny. M S di RSUD kota Semarang yang dilakukan dengan melaksanakan penerapan asuhan keperawatan dikaitkan antara teori yang digunakan sebagai landasan didalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan ada atau tidaknya kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan, penulis uraikan sebagai berikut : 1. Pengkajian Pada kasus bayi Ny. M.S ibu mengatakan cemas bayinya malas minum. Dari hasil pemeriksaan ditemukan keadaan umum sedang,perut tidak terjadi pembesaran hati,warna kuning pada kepala, leher, badan sampai lutut, reflek morro dan grasping kuat, BAK berwarna kuning jernih dan BAB kuning kecoklatan. hasil bilirubin total 17,74 mg%,

Page 33: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

bilirubin direk 0,32 %. Menurut Surasmi (2003) bayinya malas minum, Menurut matondang (2003) pada bayi hiperbilirubin K III keadaan umum lemah. Menurut saifudin ( 2002 ) pada bayi dengan hiperbilirubin K III terdapat pembesaran hati. Menurut farrer (2007) pada kasus hiperbilirubin K III reflek lemah. Menurut Prihardjo ( 2002 ) pada bayi hiperbilirubin dengan K III BAB berwarna kuning kecoklatan dan BAK berwarna kuning. Menurut Saifuddin (2002) pada bayi dengan hiperbilirubin K III hasil laboraotorium kadar bilirubin diatas 10 – 14 mg% (normal < 5 mg%). Sehingga pada tahap ini ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus di lahan praktek yaitu dikasus keadaan umum sedang dan diteori lemah,dikasus perut tidak ada pembesaran hati sedangkan diteori ada pembesaran hati, dikasus reflek morro dan gasping kuat sedangkan diteori lemah, dikasus BAK berwarna kuning jernih dan BAB kuning kecoklatan sedangkan diteori BAB berwarna dempul dan BAK berwarna gelap. 2. Interpretasi Data Bayi Ny. MS lahir normal cukup bulan, umur 8 hari, dengan Hiperbilirubin dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Kebutuhan yang diberikan pemenuhan cairan dan nutrisi yang adekuat, mengobservasi keadaan umum dan keadaan hiperbilirubin.Menurut Manuaba (2002), masalah yang sering dijumpai pada bayi adalah gangguan sistem pernafasan, reflek hisap dan menelan minuman, kesadaran menurun atau sering tidur, kebutuhan yang harus diberikan pada bayi dengan hiperbilirubin pemberian cairan yang cukup, mengobservasi keadaan umum secara intensif dan kolaborasi dengan dr. Sp.A. Pada langkah ini penulis tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dilahan praktek.

3. Diagnosa Potensial Masalah potensial pada bayi dengan hiperbilirubin K III yaitu potensial terjadi hiperbilirubin K IV. Menurut Varney (2007), diagnosa potensial pada bayi dengan hiperbilirubin K IV akan muncul apabila kadar bilirubin semakin meningkat lebih dari 10 – 14 mg%. Pada kasus ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan praktek. 4. Antisipasi Langkah antisipasi yang dilakukan antara lain : kolaborasi dengan dokter spesialis anak, untuk pemberian : Foto terapi dengan program penyinaran selama selama 6 jam dan istirahat 2 jam. Pada teori Antisipasi menurut Varney (2007), Antisipasi untuk tanda hiperbilirubin K IV pada kasus ini antara lain : perhatikan hasil darahbilirubin : jika hasilnya 7 mg % atau lebih segera hubungi dokter spesialis anak, bayi perlu terapi. Sehingga pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus di lapangan. 5. Rencana Tindakan Perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Hiperbilirubin K III antara lain beri informasi kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayi, observasi keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital, observasi keadaan hiperbilirubin , kaji reflek menghisap dan menelan, kolaborasi dengan petugas laborat untuk pemeriksaan laboratorium, jaga kehangatan suhu inkubator 28oc, beri selimut bayi, beri ASI/PASI sesuai kebutuhan, observasi BAB dan BAK, kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi, yaitu : beri foto terapi sinar sesuai program, yaitu selama 6 jam 2 jam

Page 34: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

istirahat. Perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubin K III menurut Varney (2007) antara lain : mengobservasi keadaan umum dan tanda vital, memenuhi kebutuhan dan cairan memeriksa bilirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium, pemenuhan kebutuhan bayi dengan baik, dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk dilakukan terapi selanjutnya.Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus. 6. Pelaksanaan Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan sehingga pelaksanaan ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. 7. Evaluasi Evaluasi pada bayi dengan hiperbilirubin K III menurut Saifuddin (2002), yaitu : KU dan kesadaran bayi kembali normal, kebutuhan cairan terpenuhi, warna kuning pada kepala, badan, paha sampai lutut sudah tidak terlihat atau sudah berkurang, berat badan bayi naik, BAB 2 x sehari berwarna kuning dan BAK 3 atau 4 x berwarna kuning jernih terpantau dengan baik setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari didapatkan hasil keadaan umum baik, pada kepala sampai leher masih berwarna kuning, reflek hisap bayi kuat, bayi nampak bersih, ASI sudah diberikan 80 cc, Bayi sudah BAB 2 kali berwarna kuning kecoklatan (konsistensi lembek) dan BAK kurang lebih 4-5 kali berwarna kuning jernih, Bayi nampak nyaman.

Page 35: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

BAB VPENUTUP

A. KesimpulanHasil dari asuhan keperawatan pada kasus bayi dengan Hiperbilirubin K III pada

bayi Ny. M.S di RSUD Kota Semarang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut sebagai berikut : 1. Pengkajian pada kasus bayi Ny. MS, ibu mengatakan bayinya malas minum. dari hasil pemeriksaan ditemukan pemeriksaan keadaan umum sedang pada kepala, leher, badan sampai lutut.tidak ada pembesaran hati,BAB 2 x berwarna kuning kecoklatan konsistensi lembek, BAK 3 atau 4 x berwarna kuning jernih, dan hasil bilirubin total17,74 mg%, bilirubin direk 0,32%.2. Interpretasi Data pada bayi baru lahir By Ny. MS ibu mengatakan merasa Cemas bayinya malas minum.dari hasil pemeriksaan didapatkan Bayi Ny. MS lahir cukup bulan, umur 8 hari dengan hiperbilirubin K III dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Kebutuhan yang diberikan pemenuhan cairan dan nutrisi yang adekuat, mengobservasi keadaan umum dan keadaan hiperbilirubin. 3. Diagnosa potensial pada bayi baru lahir By Ny. MS dengan hiperbilirubin K III tidak terjadi hiperbilirubin K IV karena tertangani dengan baik. 4. Antisipasi Pada bayi baru lahir By.Ny MS dalam langkah ini adalahkolaborasi dengan dokter spesialis anak, untuk pemberian foto terapi 1x24 jam.5. Rencana Tindakan pada Bayi Ny. M.S meliputi beri informasi kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayi, observasi keadaan umum bayi dantanda-tanda vital, observasi keadaan hiperbilirubin , kaji reflek menghisap dan menelan, kolaborasi dengan petugas laborat untuk pemeriksaan laboratorium, jaga kehangatan suhu inkubator 28oc,

Page 36: 264236641-Askep-Hiperbilirubin

beri selimut bayi, beri ASI sesuai kebutuhan, observasi BAB dan BAK, kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi, yaitu : , beri foto terapi sinar 1x 24 jam.6. Pelaksanaan pada bayi baru lahir By Ny M.S merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan. 7. Evaluasi yaitu setelah dilakukan asuhan selama 3 hari didapatkan hasil keadaan umum baik, reflek hisap bayi kuat, bayi nampak bersih, bayi sudah diberi ASI, Bayi sudah BAB 3 kali berwarna kuning kecoklatan (konsistensi lembek) dan BAK 7 kali berwarna kuning jernih, Bayi nampak nyaman,kepala sampai leher masih kelihatan kuning,berat badan naik 100 gram. 8. Penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek yaitu pada pengkajian. pengkajian hasil dari pemeriksaan dikasus keadaan umum sedang dan diteori lemah, dikasus perut tidak ada pembesaran hati sedangkan diteori ada pembesaran hati, dikasus reflek morro dan gaspingkuat sedangkan diteori lemah, dikasus BAK berwarna kuning jernih dan BAB kuning kecoklatan sedangkan diteori BAB berwarna dempul dan BAK berwarna gelap karena pada saat pengkajian hasil yang diperoleh pada bayi Ny. M.S baik.9. Alternatif pemecahan masalah pada bayi Ny. M.S pada pengkajian diperoleh hasil bayi Ny. M.S dalam keadaan baik, sehingga tidak semua bayi hiperbilirubin dalam keadaan buruk. Maka diperlukan untuk lebih memperhatikan terhadap bayi agar tidak terjadi komplikasi.

B. Saran Dari kesimpulan tersebut di atas, penulis ingin memberikan sedikit saran supaya

peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan menjadi lebih baik, diantaranya sebagai berikut : 1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan lebih meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan asuhan pada bayi baru lahir agar dapat mempercepat proses penyembuhan khususnya pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubin K III dan mencegah terjadinya komplikasi.

2. Bagi pasien Diharapkan Ibu lebih memperhatikan dalam merawat dan memantau bayinya

dirumah dengan baik dan memberikan ASI saja selama 6 bulan, apabila terjadi kegawat daruratan segera di bawa ke tenaga kesehatan terdekat agar segera memperoleh penanganan.

3. Bagi Penulis yang lain Penulis selanjutnya diharapkan lebih mengembangkan dalam melakukan asuhan

keperawatan pada bayi hiperbilirubin K III, sehingga akan didapatkan hasil dari asuhan kebidanan yang baik.

Page 37: 264236641-Askep-Hiperbilirubin