264236641-askep-hiperbilirubin
DESCRIPTION
44TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERBILIRUBIN
A. KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar
nilainya lebih dari normal. Nilai normal bilirubin indirek 0- 0,3 mg/dl, bilirubin direk
0– 0,2 mg/dl.
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan
alat tubuh lainnya berwarna kuning.Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari 10
mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 12 mg/dl merupakan keadaan yang tidak
fisiologis.
2. KLASIFIKASI
1) Ikterus prehepatik
Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel darah
merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas terutama pada
disfungsi hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak terkonjugasi.
2) Ikterus hepatik
Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan hati
maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam hati serta
gangguan akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna dikeluarkan ke dalam
doktus hepatikus karena terjadi retensi dan regurgitasi.
3) Ikterus kolestatik
Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu dan
bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus. Akibatnya adalah
peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam serum dan bilirubin dalam urin, tetapi
tidak didaptkan urobilirubin dalam tinja dan urin.
4) Ikterus neonatus fisiologi
Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada hari ke-7.
penyebabnya organ hati yang belum matang dalam memproses bilirubin.
5) Ikterus neonatus patologis
Terjadi karena factor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu badan yang
tinggi dan berat badan tidak bertambah.
6) Kern Ikterus
Suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama
pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus, Nukleus
merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.
3. ETIOLOGI
a. Peningkatan produksi :
1) Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan
ABO.
2) Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
3) Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang
terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
4) Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
5) Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) ,
diol (steroid).
6) Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase, sehingga kadar Bilirubin Indirek
meningkat misalnya pada berat lahir rendah
7) Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia
b. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
c. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksion yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi,
Toksoplasmosis, Siphilis.
d. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
e. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif
4. PATOFISIOLOGI
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Keadaan
yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel
hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan
penghancuran eritrosit, polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan
kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang,
atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan
kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus
yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air
tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada
sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus darah otak. Kelainan yang terjadi pada
otak disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat
tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati darah otak ternyata tidak hanya tergantung
pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah melewati darah otak apabila
bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah, dan hipoksia.
5. PATHWAYS
Eritrosit
Hemoglobin
HEM Globin
Besi/Fe Biliruin Indirek
(tidak larut air) terjadi pada limpa makrofag
Bilirubin berkaitan dengan albumin terjadi dalam plasma darah
Melalui hati
Bilirubin berikatan dengan glukoronat/ gula residu bilirubin direk
(larut dalam air) terjadi dalam hati
Bilirubin direk di ekskresi ke kandung empedu
Kandung empedu ke duodenum melalui duktus biliaris
Bilirubin direk di ekskresi melalui urine an fesses
Peningkatan destruksi eritrosit
(Gangguan konjugasi bilirubin/gangguan transport bilirubin/peningkatan siklus entero
hepatik)
Suplay bilirubin melebihi kemampuan hepar
Hepar tidak dapat melakukan konjugasi
Peningkatan bilirubin dalam darah
Ikhterus pada schlera leher Indikasi fototerapidan badan
Pemecahan bilirubin meningkatkan pengeluaran cairan empedu ke organ usus
Gerakan peristaltik usus meningkat
Diare
HipertermiGangguan integritas kulit
Kekurangan volume cairan
6. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala yang pada penderita hiperbilirubin adalah;
a. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.
b. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit
hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi.
c. Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, dan mencapai puncak
pada hari ke tiga sampai hari ke empat dan menurun pada hari ke lima sampai
hari ke tujuh yang biasanya merupakan jaundice fisiologis.
d. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cenderung
tampak kuning terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direk)
kulit tampak berwarna kuning kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat
dilihat pada ikterus yang berat.
e. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat, seperti
dempul
b. Perut membuncit dan pembesaran pada hati
c. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar
d. Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap
e. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
f. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, epistotonus,
kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot.
7. KOMPLIKASI
a. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
b. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental, hiperaktif,
bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang melengking
8. PENATALAKSANAAN
a. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini
(pemberian ASI).
b. Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa kelahiran, misalnya
sulfa furokolin.
c. Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.
d. Fenobarbital
Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati dan memperbesar
konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang mana
dapat meningkatkan billirubin konjugasi dan clereance hepatik pigmen dalam
empedu. Fenobarbital tidak begitu sering digunakan.
e. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.
f. Fototerapi
Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbillirubin patologis dan
berfungsi untuk menurunkan billirubin dikulit melalui tinja dan urine dengan
oksidasi foto pada billirubin dari billiverdin.
g. Transfusi tukar.
Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan foto terapi.
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium (Pemeriksan Darah)
Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari 10
mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 12 mg/dl merupakan keadaan yang
tidak fisiologis, Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.
b. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
c. Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan hapatitis
dan atresia billiari.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN FOKUS
a. Riwayat Penyakit
Terdapat riwayat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau
golongan darah A,B,O). Polisistemia, infeksi, hematoma, gangguan
metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan ibu menderita DM.
b. Riwayat Kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat-obat yang
meningkatkan ikterus. Contoh: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat
mempercepat proses kon jungasi sebelum ibu partus.
c. Riwayat Persalinan
Lahir prematur / kurang bulan, riwayat trauma persalinan.
d. Riwayat Postnatal
Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat, sehingga kulit bayi
tampak kuning.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak Polycythenia, gangguan saluran
cerna dan hati (hepatitis)
f. Riwayat Pikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua
g. Pengetahuan Keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahaman orang tua pada bayi yang
ikterus
h. Pemeriksaan Fisik
Ikterus terlihat pada sklera selaput lendir,urin pekat seperti teh, letargi,
hipotonus, refleks menghisap kurang, peka rangsang, tremor, kejang, tangisan
melengking. Selain itu, keadaan umum lemah, TTV tidak stabil terutama suhu
tubuh. Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot
( kejang /tremor ). Hidrasi bayi mengalami penurunan. Kulit tampak kuning
dan mengelupas, sclera mata kuning (kadang – kadang terjadi kerusakan pada
retina) perubahan warna urine dan feses.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. defisit volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan, serta
peningkatan Insensible Water Loss (IWL) dan defikasi sekunder fototherapi.
b. gangguan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi bilirubin, efek
fototerapi.
c. hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi.
d. Gangguan parenting ( perubahan peran orang tua ) berhubungan dengan
perpisahan dan penghalangan untuk gabung.
e. Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapi yang diberikan pada bayi.
f. Risiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototherapi
g. Risiko tinggi komplikasi (trombosis, aritmia, gangguan elektrolit, infeksi)
berhubungan dengan tranfusi tukar.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. defisit volume cairan b/d tidak adekuatnya intake cairan serta peningkatan IWL
dan defikasi sekunder fototherapi
Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan
tidak terjadi deficit volume cairan dengan kriteria :
1) Jumlah intake dan output seimbang
2) Turgor kulit baik, tanda vital dalam batas normal
3) Penurunan BB tidak lebih dari 10 % BBL
Intervensi & Rasional :
1) Kaji reflek hisap bayi
( Rasional/R : mengetahui kemampuan hisap bayi )
2) Beri minum per oral/menyusui bila reflek hisap adekuat
(R: menjamin keadekuatan intake )
3) Catat jumlah intake dan output , frekuensi dan konsistensi faeces
( R : mengetahui kecukupan intake )
4) Pantau turgor kulit, tanda- tanda vital ( suhu, HR ) setiap 4 jam
(R : turgor menurun, suhu meningkat HR meningkat adalah tanda-tanda
dehidrasi )
5) Timbang BB setiap hari
(R : mengetahui kecukupan cairan dan nutrisi).
b. hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi
Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan
tidak terjadi hipertermi dengan kriteria suhu aksilla stabil antara 36,5-37 0 C.
Intervensi dan rasionalisasi :
1) Observasi suhu tubuh ( aksilla ) setiap 4 - 6 jam
(R : suhu terpantau secara rutin )
2) Matikan lampu sementara bila terjadi kenaikan suhu, dan berikan kompres
dingin serta ekstra minum
( R : mengurangi pajanan sinar sementara )
3) Kolaborasi dengan dokter bila suhu tetap tinggi
( R : Memberi terapi lebih dini atau mencari penyebab lain dari
hipertermi).
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi bilirubin, efek
fototerapi
Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan
tidak terjadi gangguan integritas kulit dengan kriteria :
1) tidak terjadi decubitus
2) Kulit bersih dan lembab
Intervensi :
1) Kaji warna kulit tiap 8 jam
(R : mengetahui adanya perubahan warna kulit )
2) Ubah posisi setiap 2 jam
(R : mencegah penekanan kulit pada daerah tertentu dalam waktu lama ).
3) Masase daerah yang menonjol
(R : melancarkan peredaran darah sehingga mencegah luka tekan di daerah
tersebut ).
4) Jaga kebersihan kulit bayi dan berikan baby oil atau lotion pelembab
( R : mencegah lecet )
5) Kolaborasi untuk pemeriksaan kadar bilirubin, bila kadar bilirubin turun
menjadi 7,5 mg% fototerafi dihentikan
(R: untuk mencegah pemajanan sinar yang terlalu lama )
d. Gangguan parenting ( perubahan peran orangtua) berhubungan dengan
perpisahan dan penghalangan untuk gabung.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan
orang tua dan bayi menunjukan tingkah laku “Attachment” , orang tua dapat
mengekspresikan ketidak mengertian proses Bounding.
Intervensi :
1) Bawa bayi ke ibu untuk disusui
( R : mempererat kontak sosial ibu dan bayi )
2) Buka tutup mata saat disusui
(R: untuk stimulasi sosial dengan ibu )
3) Anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya
(R: mempererat kontak dan stimulasi sosial ).
4) Libatkan orang tua dalam perawatan bila memungkinkan
( R: meningkatkan peran orangtua untuk merawat bayi ).
5) Dorong orang tua mengekspresikan perasaannya
(R: mengurangi beban psikis orangtua)
e. Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapi yang diberikan pada bayi.
Tujuan : Setelah diberikan penjelasan selama 2x15 menit diharapkan orang tua
menyatakan mengerti tentang perawatan bayi hiperbilirubin dan kooperatif
dalam perawatan.
Intervensi :
1) Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit pasien
( R : mengetahui tingkat pemahaman keluarga tentang penyakit )
2) Beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning, proses terapi dan
perawatannya
( R : Meningkatkan pemahaman tentang keadaan penyakit )
3) Beri pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan bayi dirumah
(R : meningkatkan tanggung jawab dan peran orang tua dalam merawat
bayi)
f. Risiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototherapi
Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan
tidak terjadi injury akibat fototerapi ( misal ; konjungtivitis, kerusakan jaringan
kornea )
Intervensi :
1) Tempatkan neonatus pada jarak 40-45 cm dari sumber cahaya
( R : mencegah iritasi yang berlebihan).
2) Biarkan neonatus dalam keadaan telanjang, kecuali pada mata dan daerah
genetal serta bokong ditutup dengan kain yang dapat memantulkan cahaya
usahakan agar penutup mata tidak menutupi hidung dan bibir
(R : mencegah paparan sinar pada daerah yang sensitif )
3) Matikan lampu, buka penutup mata untuk mengkaji adanya konjungtivitis
tiap 8 jam
(R: pemantauan dini terhadap kerusakan daerah mata )
4) Buka penutup mata setiap akan disusukan.
( R : memberi kesempatan pada bayi untuk kontak mata dengan ibu ).
6) Ajak bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan
( R : memberi rasa aman pada bayi ).
g. Risiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan tranfusi tukar
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam
diharapkan tranfusi tukar dapat dilakukan tanpa komplikasi
Intervensi :
1) Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan
(R : menjamin keadekuatan akses vaskuler )
2) Basahi umbilikal dengan NaCl selama 30 menit sebelum melakukan
tindakan
( R : mencegah trauma pada vena umbilical ).
3) Puasakan neonatus 4 jam sebelum tindakan
(R: mencegah aspirasi )
4) Pertahankan suhu tubuh sebelum, selama dan setelah prosedur
( R : mencegah hipotermi
5) Catat jenis darah ibu dan Rhesus memastikan darah yang akan
ditranfusikan adalah darah segar
( R : mencegah tertukarnya darah dan reaksi tranfusi yang berlebihan
6) Pantau tanda-tanda vital, adanya perdarahan, gangguan cairan dan
elektrolit,kejang selama dan sesudah tranfusi
(R : Meningkatkan kewaspadaan terhadap komplikasi dan dapat
melakukan tindakan lebih dini )
7) Jamin ketersediaan alat-alat resusitatif
(R : dapat melakukan tindakan segera bila terjadi kegawatan )
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, dan Rita Y. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Edisi I. Fajar Inter Pratama.
Jakarta.
Ngastiah. 2008. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Hidayah, Alimun A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta. Salemba Medika
Wilkinson, Judith.M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Alih Bahasa, Widyawati. Edisi 7. EGC. Jakarta.
Diagnose Nanda (NIC dan NOC) 2007-2008
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. DATA BAYI
Nama bayi : By. M.S
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir/usia :31 Desember 2014/ 8 hari
Tanggal masuk : 9 Desember 2015
Alamat : Jl.Ampel Sari Rt.01 Rw.23 Kel.Muktiharjo kidul
Kec.Pedurungan Kota Semarang
Nama orang tua : Tn.S/ Ny.M
Pendidikan ayah/ibu : SMA/SMA
Pekerjaan ayah/ibu : Swasta/-
Usia ayah/ibu : 35/31 tahun
Diagnosa medis : Hiperbilirubinemia
B. RIWAYAT BAYI
Apgar score : -
Usia gestasi : 38 minggu
Berat badan : 4000 gram panjang badan : 58CM
Tidak ada komplikasi dalam persalinan, antara lain aspirasi mekonium, denyut jantung janin
abnormal, tidak terjadi prolaps tali pusat/lilitan tali pusat, dan tidak tejadi ketuban pecah dini.
C. RIWAYAT IBU
Usia Gravida Partus Abnormal
31 1 1 0
1. Jenis Persalinan
Persalian spontan, tidak ada komplikasi kehamilanserta tdak ada ruptur plasenta,
preeklampsia,suspect sepsis, persalinan, prematur/postmatus.
2. Perawatan Antenatal : -
PENGKAJIAN FISIK NEONATUS
A. PENGKAJIAN
1. Reflek
Moro
Menghisap klien kuat
Menggenggam klien lemah
2. Tonus/aktivitas
Tonus otot :aktif dan klien menagis keras
3. Kepala/leher
a. Inspeksi : Rambut hitam, distribusi rambut rata, rambut bersih, sutura sagita tepat.
b. Palpasi : Tidak ada benjolan maupun luka, Fontanel anterior lunak,
gambaran wajah simetris.
4. Mata
a. Inspeksi :Mata kanan dan kiri simetris, tidak ada lingkar gelap pada
daerah orbitapalpebra mata, konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, pupil
isokor pupil kanan 2 mm kiri 2 mm, lensa jernih.
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, teraba kenyal.
5. Hidung
a. Inspeksi :Lubang hidung kanan dan kiri simetris, bersih, terdapat bulu-
bulu halus di dalam lubang hidung, tidak tampak napas cuping hidung dan
sinusitis.
b. Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
6. Telinga
a. Inspeksi :Daun telinga kanan dan kiri simetris, lubang telinga baik kanan
maupun kiri bersih, klien mampu mendengar orang berbicara tanpa harus
mengeraskan volume suara.
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
7. Abdomen
a. Inspeksi :Tidak tampak pembesaran umbilikus,` tidak ada
hiper/hipopigmentasi, tidak ada distensi abdomen.
b. Auskultasi : Peristaltik usus kuadran kanan bawah 3x/menit, kuadran kanan
atas 2x/menit, kuadran kiri atas 2x/menit, kuadran kiri bawah 1x/menit.
c. Perkusi : Timpani
d. Palpasi : lunak, live tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, lingkar perut 42 cm.
8. Toraks
Inspeksi :Dada kanan dan kiri simetris, tidak ada hiper/ hipopigmentasi,
konfigurasi 1: 2, tidak tampak penggunaan otot bantu pernapasan, ekspansi dada
bebas, klavikula normal, retraksi derajat 0.
9. Paru-paru
a. Inspeksi : Respirasi spontan.
b. Auskultasi :Suara nafas vesikuler.
c. Palpasi : Taktil vemitus sama antara kanan dan kiri.
d. Perkusi : Sonor pada lapang paru kiri, dan sedikit redup pada lapang
paru kanan.
10.Jantung
a. Inspeksi : Tidak tampak denyutan ictus cordis
b. Auskultasi :Terdengar bunyi jantung I lup dan bunyi jantung II dup .
c. Palpasi :Ictus cordis tidak teraba.
d. Perkusi :Terdengar pekak sampai daerah mid axila anterior sinistra.
11.Ekstremitas
Inspeksi :
a. Ekstremitas Atas : Tidak ada keterbatasan rentang gerak sendi, capilary refill <
3 detik,
b. Ekstremitas Bawah : Tidak ada keterbatasan rentang gerak sendi, tidak tampak
edema, tidak tampak ada luka.
12.Umbilikus
Inspeksi :Normal, kering, dan tidak ada inflamasi.
13.Genital
Inspeksi : Laki-laki normal, penis berlubang, testis turun, rugae jelas
14.Anus
Inspeksi : Paten , berlubang.
15.Kulit
Inspeksi : Warna kulit jaundice, turgor elastis dan kulit teraba hangat.
16.Suhu
a. Lingkungan
Boks fototerapi
b. Suhu kulit : 3670 C
B. RIWAYAT SOSIAL
a. Struktur Keluarga (Genogram Tiga Generasi)
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
X : meninggal
......... : tinggal serumah
: pasien
b. Antisipasi VS pengalaman nyata kelahiran : Ibu klien mengatakan ini
kelahiran anak pertama dengan kondisi nya sekarang sudah membaik dan
sering menemani di ruangan untuk menyusui atau memberikan ASI .
c. Budaya : jawa
d. Suku : jawa
e. Agama : islam
f. Bahasa utama : jawa
g. Perencanaan makanan bayi: ASI
h. Masalah sosial yang penting : -
i. Hubungan orang tua dan bayi : baik
j. Orang terdekat yang dapat dihubungi : saudara
X
k. Orang tua berespon terhadap penyakit : ya (x) tidak (-)
Berespon: khawatir dengan keadaan anaknya
l. Orang tua berespon terhadap hospitalisasi : ya (x)tidak (-)
Berespon: tiap kali jam kunjung selalu berkunjung dan memberikan stok
asi
C. RIWAYAT ANAK LAIN
Jenis kelamin anak Riwayat persalinan Riwayat imunisasi
Laki-laki Pervaginam BCG, HB1
D. PROSEDUR DIAGNOSTIK DAN LABORATORIUM
Prosedur
Diagnostik/laboratorium
Tangg
al
pemer
iksaan
Indikasi
dan tujuanHasil
Nilai
normalAnalisa
Bilirubin total
Bilirubin direk
Bilirubin indirek
Bilirubin total
Bilirubin direk
Bilirubin indirek
9 Jan
2015
10 Jan
2015
Untuk
mengetahu
i bilirubin
Untuk
mengetahu
i bilirubin
17,14 mg/dl
0,31 mg/dl
16,83 mg/dl
6,24 mg/dl
0,25 mg/dl
5,99 mg/dl
0-0,2
0-10
0-0,2
0-10
High
High
E. ANALISA DATA
No Tanda dan gejala Problem Etiologi
1.
2.
Ds : ibu klien mengatakan bayinya
kekuningan
Do : ikterus, jaundice disekitar wajah
dan badan, bilirubin total 17,14
mg/dl
Ds :-
Do:
Mendapatkan terapi fototerapy
Bayi mendapat ASI dan PASI
S:36,7oc
Ds: -
Peningkatan kadar
bilirubin dalam darah
Resiko perubahan
suhu tubuh:
Hipertermi
Kondisi
fisiologis/patologis
Efek samping
fototerapi
3. Do :
Dalam boks terbuka, difototerapi
Jaundice
BAB dan BAK menggunakan
pempers
Resiko gangguan
integritas kulit
Efek samping
fototerapi
F. MASALAH KEPERAWATAN ( SESUAI DENGAN INTERVENSI)
NoTgl/jam
ditemukanDiagnosa keperawatan paraf
tgl/jam
teratasiparaf
1.
2.
3.
9 Jan
2015 /11.30
10 Jan
2015/ 14.00
10 Jan
2015/14.00
Peningkatan kadar
bilirubin dalam darah b/d
kondisi
fisiologis/patologis.
Resiko perubahan suhu
tubuh b/d efek samping
fototerapi
Resiko gangguan integritas
kulit b/d efek samping
fototerapi
G. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Dx keperawatanTujuan, kriteria
evaluasi
intervensi
keperawatan
Rasional
tindakan
1. Peningkatan kadar Tujuan dan a. Monitor a.Mengetahui
2.
bilirubin darah b/d
kondisi
fisiologis/patologis
Resiko perubahan
suhu tubuh :
Hipertermi b/d
efek samping
fototerapi
kriteria hasil:
Tidak ada
peningkatan
hiperbilirubinemi
a ditandai
dengan:
Hasil
bilirubun
menunjukan
normal
Tanda dan
gejala
hiperbilirubi
n seperti
jaundice dan
ikterik hilang
Tujuan dan
kriteria hasil:
suhu tubuh
normal
tanda-tanda
vitalserum
b. Monitor
bilirubin
c. Monitor
bila ada muntah,
kaku kuduk atau
tremor
a. Monitor
tanda-tanda
vital
b. Perhatikan
suhu
lingkungan dan
gunakan isolasi
c. Berikan
minum
tambahan
keadaan
fisiologis
klien
b. Untuk
megethui
adanya
peningkatan
atau
penurunan
hiperbilirubin
c.Peningkatan
hiperbilirubin
mengakibatka
n adanya
gangguan
pada sistem
syaraf
a. Mengeta
hui keadaan
fisiologis
klien
b. Suhu
lingkungan
disesuaikan
agar tidak
terlalu kontras
c. ASI
dapat
membantu
penurunan
hiperbilirubin
dan
3.Resiko terjadi
gangguan
integritas kulit b/d
efek samping
fototerapi
Tujuan dan
kriteria hasil:
selama dalam
perawatan kulit
bayi tidak
mengalami
gangguan kulit
a. Observasi
keadaan
keutuhan kulit
dan warnanya
b. Bersihkan
segera bila bayi
BAB atau BAK
c. Gunakan
lotion pada
daerah bokong
d. Jaga alat
tenun dalam
keadaan bersih
metabolisme
tubuh bayi
terhadap
terjadinya
hipertermi
a. Perawat
an kulit yang
kurang dapat
meningkatkan
terjadinya
gangguan
integritas
kulit.
b. Jangan
biarkan BAB
atau BAK
bayi lembab
pada pempers,
dapat terjadi
resiko
gangguan
integritas
kulit..
c. Agar
tidak lembab
dan tidak
terjadi iritasi
d. Untuk
kenyamanan
dan
keefektifan
dan kering
e. Lakukan
alih baring dan
pemijatan
higiene bayi
e. Mengura
ngi penekanan
pada satu sisi
tubuh
H. PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Implementasi keperawatan
No Dx keperawatanTgl/
jamImplementasi respon paraf
.1 Peningkatan kadar
bilirubin dalam
darah b/d kondisi
fisiologis/patologis.
Resiko perubahan
suhu tubuh b/d efek
samping fototerapi
resiko terjadi
gangguan integritas
kulit b/d efek
samping fototerapi
9 Jan
2015/
11.30-
14.00
Mengkaji TTV klien
Melakukanfototerapis
esuaiadvisdokter
Memberikan ASI
danPASI melalui dot
Menggantipopokklien
S : -
O : Suhu
36,7oC
S : -
O :
klienmenan
gis
S : -
O :
klienminu
mbanyak
S : -
O : Klien
BAK dan
BAB
2.
Peningkatan kadar
bilirubin dalam
darah b/d kondisi
fisiologis/patologis
resiko perubahan
suhu tubuh b/d efek
samping fototerapi
resiko terjadi
gangguan integritas
kulit b/d efek
samping fototerapi
9 Jan
20
15/14.
00-
21.00
Mengukursuhuklien
Melakukanfototerapis
esuaiadvisdokter
Menggantipopokklien
Memberikan ASI dan
PASI melalui dot
S : -
O :
Suhuklien
36,7 oC
S : -
O : klien
diberikan
foto terapi
karena kadar
bilirubin
171 mg/dl
S : -
O : Klien
BAK dan
BAB
S : -
O :
klienminu
mbanyak
3.
resiko perubahan
suhu tubuh b/d efek
samping fototerapi
9 Jan
2015 /
21.00-
07.00
Mengukursuhuklien
Melakukanfototerapis
S : -
O :
Suhuklien
resiko terjadi
gangguan integritas
kulit b/d efek
samping fototerapi
esuaiadvisdokter
Menggantipopokklien
MemberikanASI dan
PASI melalui dot
Melakukanfototerapis
esuaiadvisdokter
Memberikaninjeksise
suaiadvisdokter
Menggantipopokklien
MemberikanASI dan
PASI melalui dot
37 oC
S : -
O :
klienmenan
gis
S : -
O : Klien
BAK dan
BAB
S : -
O :
klienminu
mbanyak
No Dx keperawatan Tgl/jam Implementasi respon
1. Peningkatan kadar
bilirubin dalam darah
b/d kondisi
fisiologis/patologis.
Resiko perubahan
suhu tubuh b/d efek
samping fototerapi
10 Jan
2015/
07.00-
14.00
Mengkaji TTV klien
Melakukanfototerapi
Memberikan ASI dan
PASI melalui dot
S : -
O :
Suhu36oC
S: -
O: klien
diberikan
foto terapi
S : -
O :
klienmenangis
keras,reflek
resiko terjadi
gangguan integritas
kulit b/d efek samping
fototerapi
Menggantipopokklien
Memberikan ASI
Mengobservasi refleks
bayi
Memonitor suhu tubuh.
mengobservasi keadaan
keutuhan kulit dan
warnanya.
Miringkan bayi setelah
diberi ASI
Berikan kenyamanan
pada lingkungan bayi
hisap baik,
S:
O: Klen
BAB dan
BAK
S : -
O :
klienminum
B
anyak,reflek
hisab
baik,aktif, S:
36,7oc
S: -
O:warna
kulit sudah
tidak
joundice
S : -
O : bayi
diberikan
ASI oleh
ibunya
S: Bayi
nampak
tenang
2. Peningkatan kadar
bilirubin dalam darah
10 Jan Menggantipopokklien S : -
O : klien
b/d kondisi
fisiologis/patologis
resiko perubahan suhu
tubuh b/d efek
samping fototerapi
resiko terjadi
gangguan integritas
kulit b/d efek samping
fototerapi
2015/
14.00-
21.00Berikan kenyamanan
pada lingkungan bayi
Menggantipopokklien
Memberikan ASI dan
PASI melalui dot
nampak
menangis
saat diganti
popok
S : -
O : bayi tidur
engan tenang
S : -
O : Klien
BAK dan
BAB
S : -
O :
klienminumb
anyak
3. Peningkatan kadar
bilirubin dalam darah
b/d kondisi
fisiologis/patologis
resiko perubahan suhu
tubuh b/d efek
samping fototerapi
resiko terjadi
gangguan integritas
kulit b/d efek samping
fototerapi
10 Jan
2015 /
21.00-
07.00
Mengukursuhuklien
Melakukanfototerapisesu
aiadvisdokter
Memberikaninjeksisesuai
advisdokter
Menggantipopokklien
S : -
O :
Suhuklien
36,6oC
S : -
O :
klienmenangis
S : -
O :
Klienmenan
gisketika di
suntik
Memberikan ASI dan
PASI melalui dot
S : -
O : Klien
BAK dan
BAB
S : -
O :
klienminumb
anyak
No Dx keperawatanTgl/
jamImplementasi respon
1.
Peningkatan kadar
bilirubin dalam darah
b/d kondisi
fisiologis/patologis.
Resiko perubahan
suhu tubuh b/d efek
samping fototerapi
resiko terjadi
gangguan integritas
kulit b/d efek
samping fototerapi
11Jan
2015/
11.30-
14.00
Mengkaji TTV klien
Memberikan ASI dan
PASI melalui dot
Menggantipopokklien
Memberikan ASI dan
PASI melalui dot
mengobservasi keadaan
keutuhan kulit dan
warnanya.
S : -
O : Suhu
36oC
S : -
O :
klienmenan
gis
S : -
O :
klienminum
banyak
S : -
O : warna
kulit normal
Hasil lab
menunjukan
kadar
bilirubin
6,24 mg/dl
I. EVALUASI
No tgl/jam Dx .keperawatan Perkembangan paraf
1.
2.
3.
1.
9 jan 2015
10 Jan 2015
peningkatan kadar
bilirubin dalam darah
b/d kondisi fisiologis
resiko perubahan suhu
tubuh b/d efek samping
fototerapi
resiko terjadi ganggua
n integritas kulit b/d
efek samping fototerapi
peningkatan kadar
bilirubin dalam darah
b/d kondisi fisiologis
S:
O:Klien tampak
ikterik,jaundice.
KU sadar, aktif, t
=36,70C
Bilirubin 17,14 mg/dl
A: masalah belum teratasi
P:optimalkan intervensi
S:
O:Klien tampak tenang,
aktif tidak rewel, t=36,70C
A: sebagian masalah
teratasi
P: optimalkan intervensi
S:
O: Tak ada tanda-tanda
kerusakan integritas kulit
A: masalah teratasi
P: optimalkan intervensi
S:
O:.KU sadar, aktif, t =3670C
A: masalah teratasi
sebagian
2.
3
1.
11 Jan 2015
resiko perubahan suhu
tubuh b/d efek samping
fototerapi
Resiko terjadi ganggua
n integritas kulit b/d
efek samping fototerapi
peningkatan kadar
bilirubin dalam darah
b/d kondisi fisiologis
resiko perubahan suhu
tubuh b/d efek samping
fototerapi
P:optimalkan intervensi
S:
O:Klien tampak tenang,
aktif tidak rewel, t=36C
A: sebagian masalah
teratasi
P: optimalkan intervensi
S:
O: Tak ada tanda-tanda
kerusakan integritas kulit
A: masalah teratasi
optimalkan intervensi
S: mengerti tentang
hiperbilirubin
O: Orang tua klien
mendengarkan penjelasan
dan mengerti tentang hal
hal yang perlu dilakukan
pada bayi
hiperbilirubinemia
Kadar bilirubin 6,14 mg/dl
A: masalah teratasi
sebagian
P: optimalkan intervensi
S:
O:.KU sadar, aktif, t =3720C,
kadar bilirubin total 6,24
2.
3.
resiko terjadi ganggua
n integritas kulit b/d
efek samping fototerapi
mg/dl
A: sebagian masalah
teratasi
P:optimalkan intervensi
S:
O: Tak ada tanda-tanda
kerusakan integritas kulit
A: masalah teratasi
optimalkan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan asuhan keperawatan pada kasus bayi dengan hiperbilirubin pada bayi Ny. M S di RSUD kota Semarang yang dilakukan dengan melaksanakan penerapan asuhan keperawatan dikaitkan antara teori yang digunakan sebagai landasan didalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan ada atau tidaknya kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan, penulis uraikan sebagai berikut : 1. Pengkajian Pada kasus bayi Ny. M.S ibu mengatakan cemas bayinya malas minum. Dari hasil pemeriksaan ditemukan keadaan umum sedang,perut tidak terjadi pembesaran hati,warna kuning pada kepala, leher, badan sampai lutut, reflek morro dan grasping kuat, BAK berwarna kuning jernih dan BAB kuning kecoklatan. hasil bilirubin total 17,74 mg%,
bilirubin direk 0,32 %. Menurut Surasmi (2003) bayinya malas minum, Menurut matondang (2003) pada bayi hiperbilirubin K III keadaan umum lemah. Menurut saifudin ( 2002 ) pada bayi dengan hiperbilirubin K III terdapat pembesaran hati. Menurut farrer (2007) pada kasus hiperbilirubin K III reflek lemah. Menurut Prihardjo ( 2002 ) pada bayi hiperbilirubin dengan K III BAB berwarna kuning kecoklatan dan BAK berwarna kuning. Menurut Saifuddin (2002) pada bayi dengan hiperbilirubin K III hasil laboraotorium kadar bilirubin diatas 10 – 14 mg% (normal < 5 mg%). Sehingga pada tahap ini ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus di lahan praktek yaitu dikasus keadaan umum sedang dan diteori lemah,dikasus perut tidak ada pembesaran hati sedangkan diteori ada pembesaran hati, dikasus reflek morro dan gasping kuat sedangkan diteori lemah, dikasus BAK berwarna kuning jernih dan BAB kuning kecoklatan sedangkan diteori BAB berwarna dempul dan BAK berwarna gelap. 2. Interpretasi Data Bayi Ny. MS lahir normal cukup bulan, umur 8 hari, dengan Hiperbilirubin dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Kebutuhan yang diberikan pemenuhan cairan dan nutrisi yang adekuat, mengobservasi keadaan umum dan keadaan hiperbilirubin.Menurut Manuaba (2002), masalah yang sering dijumpai pada bayi adalah gangguan sistem pernafasan, reflek hisap dan menelan minuman, kesadaran menurun atau sering tidur, kebutuhan yang harus diberikan pada bayi dengan hiperbilirubin pemberian cairan yang cukup, mengobservasi keadaan umum secara intensif dan kolaborasi dengan dr. Sp.A. Pada langkah ini penulis tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dilahan praktek.
3. Diagnosa Potensial Masalah potensial pada bayi dengan hiperbilirubin K III yaitu potensial terjadi hiperbilirubin K IV. Menurut Varney (2007), diagnosa potensial pada bayi dengan hiperbilirubin K IV akan muncul apabila kadar bilirubin semakin meningkat lebih dari 10 – 14 mg%. Pada kasus ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan praktek. 4. Antisipasi Langkah antisipasi yang dilakukan antara lain : kolaborasi dengan dokter spesialis anak, untuk pemberian : Foto terapi dengan program penyinaran selama selama 6 jam dan istirahat 2 jam. Pada teori Antisipasi menurut Varney (2007), Antisipasi untuk tanda hiperbilirubin K IV pada kasus ini antara lain : perhatikan hasil darahbilirubin : jika hasilnya 7 mg % atau lebih segera hubungi dokter spesialis anak, bayi perlu terapi. Sehingga pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus di lapangan. 5. Rencana Tindakan Perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Hiperbilirubin K III antara lain beri informasi kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayi, observasi keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital, observasi keadaan hiperbilirubin , kaji reflek menghisap dan menelan, kolaborasi dengan petugas laborat untuk pemeriksaan laboratorium, jaga kehangatan suhu inkubator 28oc, beri selimut bayi, beri ASI/PASI sesuai kebutuhan, observasi BAB dan BAK, kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi, yaitu : beri foto terapi sinar sesuai program, yaitu selama 6 jam 2 jam
istirahat. Perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubin K III menurut Varney (2007) antara lain : mengobservasi keadaan umum dan tanda vital, memenuhi kebutuhan dan cairan memeriksa bilirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium, pemenuhan kebutuhan bayi dengan baik, dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk dilakukan terapi selanjutnya.Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus. 6. Pelaksanaan Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan sehingga pelaksanaan ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. 7. Evaluasi Evaluasi pada bayi dengan hiperbilirubin K III menurut Saifuddin (2002), yaitu : KU dan kesadaran bayi kembali normal, kebutuhan cairan terpenuhi, warna kuning pada kepala, badan, paha sampai lutut sudah tidak terlihat atau sudah berkurang, berat badan bayi naik, BAB 2 x sehari berwarna kuning dan BAK 3 atau 4 x berwarna kuning jernih terpantau dengan baik setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari didapatkan hasil keadaan umum baik, pada kepala sampai leher masih berwarna kuning, reflek hisap bayi kuat, bayi nampak bersih, ASI sudah diberikan 80 cc, Bayi sudah BAB 2 kali berwarna kuning kecoklatan (konsistensi lembek) dan BAK kurang lebih 4-5 kali berwarna kuning jernih, Bayi nampak nyaman.
BAB VPENUTUP
A. KesimpulanHasil dari asuhan keperawatan pada kasus bayi dengan Hiperbilirubin K III pada
bayi Ny. M.S di RSUD Kota Semarang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut sebagai berikut : 1. Pengkajian pada kasus bayi Ny. MS, ibu mengatakan bayinya malas minum. dari hasil pemeriksaan ditemukan pemeriksaan keadaan umum sedang pada kepala, leher, badan sampai lutut.tidak ada pembesaran hati,BAB 2 x berwarna kuning kecoklatan konsistensi lembek, BAK 3 atau 4 x berwarna kuning jernih, dan hasil bilirubin total17,74 mg%, bilirubin direk 0,32%.2. Interpretasi Data pada bayi baru lahir By Ny. MS ibu mengatakan merasa Cemas bayinya malas minum.dari hasil pemeriksaan didapatkan Bayi Ny. MS lahir cukup bulan, umur 8 hari dengan hiperbilirubin K III dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Kebutuhan yang diberikan pemenuhan cairan dan nutrisi yang adekuat, mengobservasi keadaan umum dan keadaan hiperbilirubin. 3. Diagnosa potensial pada bayi baru lahir By Ny. MS dengan hiperbilirubin K III tidak terjadi hiperbilirubin K IV karena tertangani dengan baik. 4. Antisipasi Pada bayi baru lahir By.Ny MS dalam langkah ini adalahkolaborasi dengan dokter spesialis anak, untuk pemberian foto terapi 1x24 jam.5. Rencana Tindakan pada Bayi Ny. M.S meliputi beri informasi kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayi, observasi keadaan umum bayi dantanda-tanda vital, observasi keadaan hiperbilirubin , kaji reflek menghisap dan menelan, kolaborasi dengan petugas laborat untuk pemeriksaan laboratorium, jaga kehangatan suhu inkubator 28oc,
beri selimut bayi, beri ASI sesuai kebutuhan, observasi BAB dan BAK, kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi, yaitu : , beri foto terapi sinar 1x 24 jam.6. Pelaksanaan pada bayi baru lahir By Ny M.S merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan. 7. Evaluasi yaitu setelah dilakukan asuhan selama 3 hari didapatkan hasil keadaan umum baik, reflek hisap bayi kuat, bayi nampak bersih, bayi sudah diberi ASI, Bayi sudah BAB 3 kali berwarna kuning kecoklatan (konsistensi lembek) dan BAK 7 kali berwarna kuning jernih, Bayi nampak nyaman,kepala sampai leher masih kelihatan kuning,berat badan naik 100 gram. 8. Penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek yaitu pada pengkajian. pengkajian hasil dari pemeriksaan dikasus keadaan umum sedang dan diteori lemah, dikasus perut tidak ada pembesaran hati sedangkan diteori ada pembesaran hati, dikasus reflek morro dan gaspingkuat sedangkan diteori lemah, dikasus BAK berwarna kuning jernih dan BAB kuning kecoklatan sedangkan diteori BAB berwarna dempul dan BAK berwarna gelap karena pada saat pengkajian hasil yang diperoleh pada bayi Ny. M.S baik.9. Alternatif pemecahan masalah pada bayi Ny. M.S pada pengkajian diperoleh hasil bayi Ny. M.S dalam keadaan baik, sehingga tidak semua bayi hiperbilirubin dalam keadaan buruk. Maka diperlukan untuk lebih memperhatikan terhadap bayi agar tidak terjadi komplikasi.
B. Saran Dari kesimpulan tersebut di atas, penulis ingin memberikan sedikit saran supaya
peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan menjadi lebih baik, diantaranya sebagai berikut : 1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan lebih meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan asuhan pada bayi baru lahir agar dapat mempercepat proses penyembuhan khususnya pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubin K III dan mencegah terjadinya komplikasi.
2. Bagi pasien Diharapkan Ibu lebih memperhatikan dalam merawat dan memantau bayinya
dirumah dengan baik dan memberikan ASI saja selama 6 bulan, apabila terjadi kegawat daruratan segera di bawa ke tenaga kesehatan terdekat agar segera memperoleh penanganan.
3. Bagi Penulis yang lain Penulis selanjutnya diharapkan lebih mengembangkan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada bayi hiperbilirubin K III, sehingga akan didapatkan hasil dari asuhan kebidanan yang baik.