132539127 makalah pbl laringomalasia

Upload: sebastian-cornellius-dicky-panduwinata

Post on 02-Jun-2018

283 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 132539127 Makalah Pbl Laringomalasia

    1/17

    LARINGOMALASIA

    PENDAHULUAN

    Laringomalasia merupakan suatu kelainan dimana terjadi kelemahan struktur

    supraglotik sehingga terjadi kolaps dan obstruksi saluran nafas. Sedangkan pada

    trakeomalasia, kelemahan terjadi pada dinding trakea. Istilah laringomalasia pertama

    kali diperkenalkan oleh Jackson pada tahun 1942.

    Laringomalasia merupakan penebab utama stridor pada bai. !tiologi

    laringomalasia masih belumdiketahui secara pasti. "etapi karena tinggina insiden

    gangguan neuromuskuler pada bai dengan laringomalasia,beberapa peneliti

    mempercaai bah#a gangguan inimerupakan bentuk hipotonia laring. $eneliti lain

    berpendapat bah#a penakit refluks gastroesofageal angditemukan pada %&' bai

    dengan laringomalasia, mungkin berperan, karena menebabkan edema supraglotis

    dan mengubah resistensi aliran udara, sehingga menimbulkan obstruksi nafas.

    Laringomalasia biasana bermanifestasi saat barulahir atau dalam usia

    beberapa minggu kehidupan berupastridor inspirasi. (erdasarkan beberapa laporan,

    sekitar %)*+)' kelainan laring pada bai baru lahir disebabkan olehlaringomalasia,

    dan masih mungkin dianggap sebagai fasenormal perkembangan laring, karena

    biasana gejala akan menghilang setelah usia 2 tahun.

    Laringomalasia dapat terjadi sebagai kelainan tunggal atau dapat pula

    berhubungan dengan anomalisaluran nafas atau organ lain. Lesi lain ditemukan pada

    hampir 19' bai dengan laringomalasia. leh sebab itu beberapa peneliti

    menarankan laringoskopi langsung dan bronkoskopi harus dilakukan pada bai

    dengan laringomalasia untuk mencegah tidak terdiagnosisna kelainan saluran nafas

    lain ang dapat mengancam ji#a.

    "rakeomalasia dapat pula terjadi sebagai kelainan tunggal, tidak berhubungan

    dengan laringomalasia ang dapat menimbulkan gejala stridor inspirasi, ekspirasi atau

    bifasik.

    Sebagian besar laringomalasia dantrakeomalasia bersifat ringan dan dapat

    menghilang sendiri. -eadaan laringotrakeomalasia berat ang menimbulkan keadaan

    apnea, kesulitan makan, gagal tumbuh dan korpulmonal membutuhkan interensi

    bedah.

  • 8/11/2019 132539127 Makalah Pbl Laringomalasia

    2/17

    ANATOMI DAN FISIOLOGI

    Laring, faring, trakea dan paru*paru merupakan deriatforegutembrional ang

    terbentuk sekitar 1/ hari setelah konsepsi. "ak lama sesudahna, terbentuk alur faring

    median ang berisi petunjuk*petunjuk pertama sistem pernapasan dan benih laring.

    Sulkus atau alur laringotrakeal menjadi nata pada sekitar hari ke*21 kehidupan

    embrio. $erluasan ke arah kaudal merupakan primordial paru. 0lur menjadi lebih

    dalam dan berbentuk kantung dan kemudian menjadi dua lobus pada hari ke*2+ atau

    ke*2/. bagian ang paling proksimal dari tuba ang membesar ini akan menjadi

    laring. $embesaran aritenoid dan lamina epitelial dapat dikenali menjelang && hari,

    sedangkan kartilago, otot dan sebagian besar pita suara plika okalis terbentuk

    dalam tiga atau empat minggu berikutna. 3ana kartilago epiglotis ang tidakterbentuk hingga masa midfetal. -arena perkembangan laring berkaitan erat dengan

    perkembangan arakus brankialis embrio, maka banak struktur laring merupakan

    deriat dari aparatus brankialis. angguan perkembangan dapat berakibat berbagai

    kelainan ang dapat didiagnosis melalui pemeriksaan laring secara langsung.

    Laring merupakan struktur kompleks ang telah bereolusi ang menatukan

    trakea dan bronkus dengan faring sebagai jalur aerodigestif umum. Laring memiliki

    kegunaan penting aitu 1 entilasi paru, 2 melindungi paru selama deglutisi

    melalui mekanisme sfingterikna, & pembersihan sekresi melalui batuk ang kuat,

    dan 4 produksi suara. Secara umum, laring dibagi menjadi tiga5 supraglotis, glotis

    dan subglotis. Supraglotis terdiri dari epiglotis, plika ariepiglotis, kartilago aritenoid,

    plika estibular pita suara palsu dan entrikel laringeal. lotis terdiri dari pita suara

    atau plika okalis. 6aerah subglotik memanjang dari permukaan ba#ah pita suara

    hingga kartilago krikoid. 7kuran, lokasi, konfigurasi, dan konsistensi struktur

    laringeal, unik pada neonatus.

    Laring dibentuk oleh kartilago, ligamentum, otot dan membrana mukosa.

    "erletak di sebelah entral faring, berhadapan dengan ertebra cericalis &*%. (erada

    di sebelah kaudal dari os hoideum dan lingua, berhubungan langsung dengan trakea.

    6i bagian entral ditutupi oleh kulit dan fasia, di kiri kanan linea mediana terdapat

    otot*otot infra hoideus. $osisi laring dipengaruhi oleh gerakan kepala, deglutisi, dan

    fonasi.

  • 8/11/2019 132539127 Makalah Pbl Laringomalasia

    3/17

    -artilago laring dibentuk oleh & buah kartilago ang tunggal, aitu kartilago

    tireoidea, krikoidea, dan epiglotika, serta & buah kartilago ang berpasangan, aitu

    kartilago aritenoidea, kartilago kornikulata, dan kuneiform. Selain itu, laring juga

    didukung oleh jaringan elastik. 6i sebelah superior pada kedua sisi laring terdapat

    membrana kuadrangularis. 8embrana ini membagi dinding antara laring dan sinus

    piriformis dan dinding superiorna disebut plika ariepiglotika. $asangan jaringan

    elastik lainna adalah konus elastikus membrana krikookalis. Jaringan ini lebih

    kuat dari pada membrana kuadrangularis dan bergabung dengan ligamentum okalis

    pada masing*masing sisi.

    tot*otot ang menusun laring terdiri dari otot*otot ekstrinsik dan otot*otot

    intrinsik. tot*otot ekstrinsik berfungsi menggerakkan laring, sedangkan otot*ototintrinsik berfungsi membuka rima glotidis sehingga dapat dilalui oleh udara respirasi.

    Juga menutup rima glotidis dan estibulum laringis, mencegah bolus makanan masuk

    ke dalam laring trakea pada #aktu menelan. Selain itu, juga mengatur ketegangan

    tension plika okalis ketika berbicara. -edua fungsi ang pertama diatur oleh

    medula oblongata secara otomatis, sedangkan ang terakhir oleh korteks serebri

    secara olunter.

    ongga di dalam laring dibagi menjadi tiga aitu, estibulum laring, dibatasi

    oleh aditus laringis dan rima estibuli. Lalu entrikulus laringis, ang dibatasi oleh

    rima estibuli dan rima glotidis. 6i dalamna berisi kelenjar mukosa ang membasahi

    plika okalis. :ang ketiga adalah kaum laringis ang berada di sebelah ckudal dari

    plika okalis dan melanjutkan diri menjadi kaum trakealis.

    Laring pada bai normal terletak lebih tinggi pada leher dibandingkan orang

    de#asa. Laring bai juga lebih lunak, kurang kaku dan lebih dapat ditekan oleh

    tekanan jalan nafas. $ada bai laring terletak setinggi ;2 hingga ;4, sedangkan pada

    orang de#asa hingga ;%. 7kuran laring neonatus kira*kira + mm anteroposterior, dan

    membuka sekitar 4 mm ke arah lateral.

    Laring berfungsi dalam kegiatan Sfingter, fonasi, respirasi dan aktifitas refleks.

    Sebagian besar otot*otot laring adalah adduktor, satu*satuna otot abduktor adalah m.

    krikoaritenoideus posterior.

  • 8/11/2019 132539127 Makalah Pbl Laringomalasia

    4/17

    sehingga dapat meningkatkan tekanan intra thorakal ang dibutuhkan untuk batuk dan

    bersin. $lika okalis berperan dalam menghasilkan suara, dengan mengeluarkan suara

    secara tiba*tiba dari pulmo, dapat menggetarkan ibrasi plika okalis ang

    menghasilkan suara. =olume suara ditentukan oleh jumlah udara ang menggetarkan

    plika okalis, sedangkan kualitas suara ditentukan oleh caitas oris, lingua, palatum,

    otot*otot facial, dan kaitas nasi serta sinus paranasalis.

    ANAMNESIS

    6ari anamnesis dapat kita temukan 5

    i#aat stridor inspiratoris diketahui mulai 2 bulan a#al kehidupan. Suara biasa

    muncul pada minggu 4*% a#al.

    Stridor berupa tipe inspiratoris dan terdengar seperti kongesti nasal, ang biasana

    membingungkan. >amun demikian stridorna persisten dan tidak terdapat sekret

    nasal.

    Stridor bertambah jika bai dalam posisi terlentang, ketika menangis, ketika

    terjadi infeksi saluran nafas bagian atas, dan pada beberapa kasus, selama dan

    setelah makan.

    "angisan bai biasana normal

    (iasana tidak terdapat intoleransi ketika diberi makanan, namun bai kadang

    tersedak atau batuk ketika diberi makan jika ada refluks pada bai.

    (ai gembira dan tidak menderita.

    PEMERIKSAAN FISIK

    $ada pemeriksaan fisis ditemukan,

    $ada pemeriksaan bai terlihat gembira dan berinteraksi secara #ajar.

    6apat terlihat takipneu ringan

    "anda*tanda ital normal, saturasi oksigen juga normal

  • 8/11/2019 132539127 Makalah Pbl Laringomalasia

    5/17

    (iasana terdengar aliran udara nasal, suara ini meningkat jika posisi bai

    terlentang

    "angisan bai biasana normal, penting untuk mendengar tangisan bai selama

    pemeriksaan

    Stridor murni berupa inspiratoris. Suara terdengar lebih jelas di sekitar angulus

    sternalis.

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

  • 8/11/2019 132539127 Makalah Pbl Laringomalasia

    6/17

    o "es ini dilakukan di ruang operasi di ba#ah anestesi umum oleh dokter

    bedah "3". 6okter melihat kotak suara dan tenggorokan dengan

    teleskop. 6okter mungkin merekomendasikan tes ini jika tes @*ra

    menunjukkan sesuatu ang abnormal atau jika dokter 0nda memiliki

    kecurigaan masalah saluran napas tambahan.

    adiologi

    o $eran radiologi konensional posisi anteroposterior dan lateral pada

    laringomalasia tidak terlalu banak membantu karena kelainan ini

    merupakan suatu proses dinamik, namun dapat membantu

    meningkirkan penebab lain.

    $emeriksaan radiologi leher posisi anteroposterior dan lateral

    bermanfaat untuk menentukan ukuran adenoidal dan tonsillar,

    ukuran dan ketajaman epiglotik, profil retropharngeal dan

    subglottic dan anatomi.

  • 8/11/2019 132539127 Makalah Pbl Laringomalasia

    7/17

    o ;" scan dan 8I bermanfaat untuk melihat saluran nafas dan struktur

    jaringan lunak di sekitarna, termasuk bukti adana kompresi askuler

    $emeriksaan tambahan lain berupa p3 $robe dan

    !sophagogastroduodenoscop !6

    o -edua pemeriksaan ini lebih menitik beratkan pada keterlibatan asam

    lambung. $enakit refluks gastroesofageal !6 juga dicurigai

    sebagai penebab laringomalasia, namun dapat pula terjadi sebalikna

    dimana laringomalasia menebabkan !6 akibat perubahan gradien

    tekanan intraabdominalAintratorakal.

    o $robe p3 adalah tes di mana sebuah tabung kecil ditempatkan melalui

    hidung bai dan masuk ke kerongkongan. "es ini akan mengukur asam

    ang dapat timbul akibat refluks isi lambung ke osefagus ataupun

    bahkan sampai pada tenggorokan. 6okter mungkin merekomendasikan

    tes ini jika pasien ada derajat regurgitasi asam muntah atau gumoh.

    o !6 adalah sebuah tes diagnostik ang dilakukan di ruang operasi di

    ba#ah anestesi umum. Selama !6, dokter akan mencari tanda*tandaperadangan kronis dari iritasi asam ang dapat terjadi di perut atau

    kerongkongan. 6okter mungkin merekomendasikan ini jika probe p3

    secara signifikan abnormal atau ada kecurigaan kuat !6 signifikan

    berdasarkan sejarah dan pemeriksaan klinis.

    DIAGNOSIS

    6iagnosis laringomalasia ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

    fisik, laringoskopi fleksibel dan radiologi.

    $emeriksaan utama untuk diagnosis laringomalasia adalah dengan

    menggunakan laringoskopi fleksibel. 3a#kins dan ;lark menatakan bah#a

    laringoskopi fleksibel efektif untuk diagnosis bahkan pada neonatus. $emeriksaan ini

    dilakukan dengan posisi tegak melalui kedua hidung. 8elalui pemeriksaan ini dinilai

    pasase hidung, nasofaring dan supraglotis. 6engan cara ini bentuk kelainan ang

    menjadi penebab dapat terlihat dari atas.

  • 8/11/2019 132539127 Makalah Pbl Laringomalasia

    8/17

    Laringoskopi fleksibel dapat membantu meningkirkan diagnosis anomali

    laring lainna seperti kista laring, paralisis pita suara, malformasi pembuluh darah,

    neoplasma, hemangioma subglotis, gerakan pita suara paradoks, stenosis glotis dan

    #eb glotis. $emeriksaan laringoskopi fleksibel memiliki beberapa kerugian, aitu

    risiko terle#atkanna diagnosis laringomalasia ringan bila pasien menangis dan

    kurang akurat dalam menilai keadaan subglotis dan trakea.

    8asih menjadi perdebatan di kalangan ahli apakah setiap bai dengan

    laringomalasia harus melalui pemeriksaan laringoskopi dan bronkoskopi meskipun

    pemeriksaan tersebut masih merupakan standar baku untuk menilai obstruksi nafas,

    mengingat pemeriksaan ini memiliki beberapa kelemahan bagi kelompok umur

    neonatus, seperti resiko anestesi dan instrumentasi, alat endoskopi ang khusus,

    membutuhkan ahli anestesi ang handal, dan biaa ang mahal.

    lne dkk membuat kategori kandidat angsebaikna dilakukan laringoskopi

    dan bronkoskopi.

    -riteriana adalah5

    1. (ai laringomalasia dengan gangguan pernafasan ang berat, gagal tumbuh,

    mengalami fase apnea, atau pneumonia berulang.

    2. (ai dengan gejala ang tidak sesuai dengan gambaran laringomalasia ang

    ditunjukkan oleh laringoskopi fleksibel.

    &. (ai dengan lesi di laring.

    4. (ai ang akan dilakukan supraglotoplasti

    $ada trakeomalasia, diagnosis ditegakkan dengan trakeobronkoskopi, dimana

    penurunan diameter trakea lebih dari )B' pada saat ekspirasi dianggap abnormal.

    $emeriksaan lain ang dapat dilakukan adalah esofagogram, sine*tomografi komputer

    atau ultrafast, danMagnetic Resonance Imaging 8I. !sofagogram berguna untuk

    melihat anomali askular seperti arkus aorta dobel serta dapat menilai bila ada

    perubahan pada dimensi anteroposterior trakea. Sinetomografi komputer atau

    ultrafast merupakan modalitas terbaru ang tidak inasif dan dapat menunjukkan

    letak, luas, derajat, dan dinamika kolapsna trakea dan bronkus. Sementara itu

    pemeriksaan dengan 8I baik untuk menilai adana anomali askular dan massa

    mediastinum, tapi kurang sensitif untuk membedakan stenosis trakea dari

    trakeomalasia.

    $eran radiologi konensional posisi anteroposterior dan lateral pada

    laringotrakeomalasia tidak terlalu banak membantu karena kelainan ini merupakan

  • 8/11/2019 132539127 Makalah Pbl Laringomalasia

    9/17

  • 8/11/2019 132539127 Makalah Pbl Laringomalasia

    10/17

    KISTA KONGENITAL

    >eonatus dengan kista kongenital biasana mengalami obstruksi jalan nafas

    atau gangguan pertumbuhan. !pisode obstruksi jalan nafas dapat membingungkan dan

    dapat dianggap sebagai akibat suatu gangguan kejang. Suara dan proses menelan

    biasana normal. -ista dapat berasal dari pangkal lidah, plika ariepiglotika, atau

    korda okalis palsu. (ilamana mungkin, kista harus dieksisi, lebiih baik secara

    endoskopis. Jika hal ini tidak mungkin, maka dilakukan aspirasi atau marsupialisasi.

    $ada pasien tertentu diperlukan trakeotomu dan pembedahan luar.

    HEMANGIOMA

    3emangioma pada daerah subglotis pada laring dibicarakan disini karena

    merupakan suatu tumor ang terutama terjadi pada bai diba#ah usia enam ulan.

    Separuh penderita hemangioma laring juga memiliki hemangioma eksterna pada

    kepala atau leher. Stridor plus hemangioma ang nata sangat kuat menongsong

    diagnosis. "umor*tumor ini bukanlah neoplasma sejati namun lebih merupakan

    kelainan askular, tumor cenderung beregresi biasana menjelang usia 12 bulan.

    ejala hemangioma tidak berupa perdarahan, namun berupa sumbatan jalan nafas.

    Suara dan proses menelan biasana normal. 3emangioma terletak sangat dekat

    dengan korda okalis, aitu diatas lokasi trakeotomi dan benar*benar subglotis.

    adiogram lateral dapat memperlihatkan suatu massa dalam jalan nafas. Secara

    endoskopis, ditemukan massa ang licin dan dapat ditekan, seringkali pada dinding

    posterior atau lateral tetapi seringkali dengan trakeotomi dan membutuhkan #aktu

    untuk regresi. !ksisi laser kini dapat dilakukan. adiasi dosis rendah juga telah

    dilakukan, namun kini dihindari karena kekha#atiran akan timbulna karsinoma

    tiroid lanjut.

    ETIOLOGI

    -elainan kongenital laring pada laringomalasia kemungkinan merupakan akibat

    dari kelainan genetik atau kelainan embriologik. Calaupun dapat terlihat pada saat

    kelahiran, beberapa kelainan baru nampak secara klinis setelah beberapa bulan atau

    tahun. 6ua teori besar mengenai penebab kelainan ini adalah bah#a kartilago imatur

    kekurangan struktur kaku dari kartilago matur, sedangkan ang kedua mengajukan

  • 8/11/2019 132539127 Makalah Pbl Laringomalasia

    11/17

    teori inerasi saraf imatur ang menebabkan hipotoni. Sindrom ini banak terjadi

    pada golongan sosio ekonomi rendah, sehingga kekurangan giDi mungkin merupakan

    salah satu faktor etiologina.

    EPIDEMIOLOGI

  • 8/11/2019 132539127 Makalah Pbl Laringomalasia

    12/17

    umumna dikategorikan ke dalam tiga tipe besar berdasarkan bagian anatomis

    supraglotis ang mengalami prolaps #alaupun kombinasi apapun dapat terjadi. "ipe

    pertama melibatkan prolapsna epiglotis di atas glotis. :ang kedua melipatna tepi

    lateral epiglotis di atas dirina sendiri, dan ang ketiga prolapsna mukosa aritenoid

    ang berlebihan ke dalam jalan napas selama periode inspirasi.

    Laringomalasia merupakan penebab tersering dari stridor inspiratoris kronik

    pada bai. (ai dengan laringomalasia memiliki insidens untuk terkena refluks

    gastroesophageal, diperkirakan sebagai akibat dari tekanan intratorakal ang lebih

    negatif ang dibutuhkan untuk mengatasi obstruksi inspiratoris. 6engan demikian,

    anak*anak dengan masalah refluks seperti ini dapat memiliki perubahan patologis

    ang sama dengan laringomalasia, terutama pada pembesaran dan pembengkakan darikartilago aritenoid.

    GAMBARAN KLINIS

    Laringomalasia merupakan suatu proses jinak ang dapat sembuh spontan

    pada +B' bai saat usia 1*2 tahun. ejala stridor inspirasi kebanakan timbul segera

    setelah lahir atau dalam usia beberapa minggu atau bulan ke depan. Stridor dapat

    disertai dengan retraksi sternum, interkostal, dan epigastrium akibat usaha pernafasan.

    $ada beberapa bai tidak menimbulkan gejala sampai anak mulai aktif sekitar

    & bulan atau dipicu oleh infeksi saluran nafas. Stridor ang terjadi bersifat beribrasi

    dan bernada tinggi. Stridor akan bertambah berat sampai usia / bulan, menetap

    sampai usia 9 bulan dan bersifat intermitten dan hana timbul bila usaha bernafas

    bertambah seperti saat anak aktif, menangis, makan, kepala fleksi atau posisi supinasi.

    Setelah itu keadaan makin membaik. ata*rata stridor terjadi adalah selama 4 tahun 2

    bulan. "idak ada korelasi antara lama berlangsungna stridor dengan derajat atau

    #aktu serangan.

    8asalah makan sering terjadi akibat obstruksi nafas ang berat. $enderita

    laringomalasia biasana lambat bila makan ang kadang*kadang disertai muntah

    sesudah makan. -eadaan ini dapat menimbulkan masalah giDi kurang dan gagal

    tumbuh. (erdasarkan pemeriksaan radiologi, refluks lambung terjadi pada /B' dan

    regurgitasi pada 4B' setelah usia & bulan. 8asalah makan dipercaa sebagai akibat

    sekunder dari tekanan negatif ang tinggi di esofagus intratorak pada saat inspirasi.

  • 8/11/2019 132539127 Makalah Pbl Laringomalasia

    13/17

    Ostructive sleep apnea 2&' dan central sleep apnea 1B' juga ditemukan

    pada laringomalasia.-eadaan hipoksia dan hiperkapnia akibat obstruksi nafas

    atas ang lama akan berisiko tinggi untuk terjadina serangan apnea ang mengancam

    ji#a dan timbul hipertensi pulmonal ang dapat menebabkan kor pulmonal, aritmia

    jantung, penakit paru obstruksi kronis, masalah kognitif dan personal sebagai akibat

    sekunder dari laringomalasia. (erdasarkan letak prolaps dari struktur supraglotis,

    lne dkk membuat klasifikasi untuk laringomalasia. -lasifikasina adalah5

    "ipe 1, aitu prolaps dari mukosa kartilago aritenoid ang tumpang tindihE "ipe 2,

    aitu memendekna plika ariepiglotikaE "ipe &, aitu melekukna epiglotis ke arah

    posterior.

    ambar 2 5 tipe laringomalasia

    FAKTOR RISIKO

    isiko terjangkit Laringomalasia meningkat bila 0nda5

    0dalah seorang laki*laki

    (ai menderita refluks asam lambung

    PENCEGAHAN

    "idak ada cara pencegahan khusus untuk Laringomalasia saat ini.

  • 8/11/2019 132539127 Makalah Pbl Laringomalasia

    14/17

    PENATALAKSANAAN

    -ira*kira hampir 9B' kasus laringomalasia bersifat ringan dan tidak

    memerlukan interensi bedah. $ada keadaan ini, hal ang dapat dapat dilakukan

    adalah memberi keterangan dan keakinan pada orang tua pasien tentang prognosis

    dan tidak lanjut ang teratur hingga akhirna stridor menghilang dan pertumbuhan

    ang normal dicapai.

    $ada keadaan ringan, bai diposisikan tidur telungkup, tetapi hindari tempat

    tidur ang terlalu lunak, bantal dan selimut. Jika secara klinis terjadi hipoksemia

    saturasi oksigen F9B', harus diberikan oksigenasi.

    $ada laringomalasia ang berat, akan tampak gejala obstruksi nafas ang

    disertai retraksi retraksi sternal dan interkosta, baik saat tidur atau terbangun, sulitmakan, refluks berat dan gagal tumbuh. 0nak*anak ang mengalami hal ini berisiko

    mengalami serangan apnea. -eadaan hipoksia akibat obstruksi nafas dapat

    menebabkan hipertensi pulmonal dan terjadi korpulmonal.

    8enurut Jackson dan Jackson, 1942, pada keadaan ang berat ini maka

    interensi bedah tidak dapat dihindari dan penatalaksanaan baku adalah membuat

    jalan pintas berupa trakeostomi sampai masalah teratasi. >amun pada anak*anak,

    resiko morbiditas dan mortalitas trakeostomi berisiko tinggi.

    $ada tahun 1922, Iglauer mempelopori tindakan operasi pada laringomalasia

    dengan cara membuang ujung epiglotis. 6i tahun 1944, Sch#artD membuang sebagian

    epiglotis dengan irisan berbentuk =. GalDa dkk, 19/+ melaporkan pada akhir*akhir ini

    peran bedah endoskopi pada struktur supra glotis telah menjadi alternatif dibanding

    trakeostomi, dan memberikan harapan ang lebih baik. $eran bedah laring mikro

    dengan menggunakan laser ;2 telah mulai digunakan sejak tahun 19+B*an. =augh

    merupakan orang pertama ang melakukan epiglotidektomi dengan laser ;2 dengan

    pendekatan endoskopi pada tahun 19+/.

    Jenis operasi ang dilakukan pada laringomalasia adalah supraglotoplasti ang

    memiliki sinonim epiglotoplasti dan ariepiglotoplasti.

    (erdasarkan klasifikasi lne terdapat tiga teknik supraglotoplasti ang dapat

    dilakukan. "eknik ang dipilih tergantung pada kelainan laringomalasiana.

  • 8/11/2019 132539127 Makalah Pbl Laringomalasia

    15/17

    ambar &5 Supraglottoplasti

    $ada tipe 1, dimana terjadi prolaps mukosa aritenoid pada kartilago aritenoid

    ang tumpang tindih, dilakukan eksisi jaringan mukosa ang berlebihan pada bagian

    posterolateral dengan menggunakan pisau bedah atau dengan laser ;2.

    Laringomalasia tipe 2 dikoreksi dengan cara memotong plika ariepiglotika ang

    pendek ang menebabkan mendekatna struktur anterior dan posterior supraglotis.

    Laringomalasia tipe & ditangani dengan cara eksisi mele#ati ligamen glosoepiglotika

    untuk menarik epiglotis ke depan dan menjahitkan sebagian dari epiglotis ke dasar

    lidah.

    PROGNOSIS

    $rognosis laringomalasia umumna baik. (iasana bersifat jinak, dan dapat

    sembuh sendiri, dan tidak berpengaruh pada tumbuh kembang anak. $ada sebagianbesar pasien, gejala menghilang pada usia dua tahun, sebagian lain pada usia satu

    tahun. $ada beberapa kasus, #alaupun tanda dan gejala menghilang, kelainan tetap

    ada. $ada keadaan seperti ini, biasana stridor akan muncul saat beraktifitas ketika

    de#asa.

    KOMPLIKASI

    Laringomalasia dapat menebabkan komplikasi sebagai berikutna5

  • 8/11/2019 132539127 Makalah Pbl Laringomalasia

    16/17

    DAFTAR PUSTAKA

    1. 0dams L, (oies L, 3igler $0. Boies Buku Aar !"!. $enerbit buku

    kedokteran !;.Jakarta. 199+.

    #. (aile (J, ;alhoun -3. "ead and $eck %urger& Otolaringolog&' (olume

    one' #nddition. Lippincott H aen $ublishers. $hiladelphia, 7S0.

    *. (allenger JJ. +en&akit !elinga' "idung' !enggorok' ,epala dan eher' ilid

    %atu' disi 1*.(inarupa 0ksara. Jakarta. 1994

    /. (luestone ;6, Slan !S, -enna 80.+ediatric Otolaringolog&' (olume !0o'

    *rddition. C( Saunders ;ompan, $hiladelphia, 7S0.

    . (e 8. aringomalacia. 0ailable at http5AA###.emedicine.comA

    pedAtopic12/B.htm. 0ccessed on 6ecember 11th2BB%.

    2. 6hingra $L. 3isease of ar' $ose' and !hroat' #nd dition. (I ;hurchill

    Liingstone. >e# 6elhi. 2BB2.

    4. Lal#ani 0-. 5urrent 3iagnosis and !reatment in Otolaringolog& "ead and

    $eck %urger&. Lange 8edical (ook, 8c ra#*3ill ;ompan. >e# :ork,

    7S0. 2BB4.

    6. Lee -J.ssential Otolaringolog& "ead and $eck %urger&' 6th

    dition. 8c

    ra#*3ill 8edical $ublishing 6iision. >e# :ork, 7S0. 2BB&.

    7. Luhulima JC.Anatom

    18.

    11.

    1#.

    1*.

    1/.1. i III' +rogram +endidikan 3okter ilid I' "ead and $eck. (agian 0natomi

    30S. 8akassar 2BB2

    12. $aston

  • 8/11/2019 132539127 Makalah Pbl Laringomalasia

    17/17

    16. "ucker 38. !he ar&n9' #nd dition."hieme 8edical $ublishing 6iision.

    hio, 7S0. 199&.