laporan ipt 4 fix

Upload: ridia-alvi-fitria

Post on 20-Jul-2015

522 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU PENYAKIT TUMBUHAN Purifikasi Isolat Patogen Tanaman

Oleh : Nama : Yunita Dian Puspita NIM : 0910480169 Kelompok : Jumat 07.30 Assisten : Eko

MINAT JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan suatu penyakit didukung oleh tiga faktor, yaitu inang yang rentan, patogen yang virulen dan lingkungan yang mendukung. Patogen terbukti memiliki daya virulensi yaitu keberhasilan untuk menyebabkan suatu penyakit sebagai ekspresi dari patogenisitas. Gejala layu dan rontok pada daun seiring dengan perkembangan bercak dapat diduga sebagai akibat dari substansi-substansi yang disekresikan oleh patogen dalam mekanisme penyerangannya untuk melumpuhkan inang. Kelompok-kelompok utama substansi yang disekresikan patogen ke dalam tubuh tumbuhan yang menyebabkan timbulnya penyakit, baik langsung atau tidak langsung adalah enzim, toksin, zat pengatur tumbuh, dan polisakarida (Semangun, 1989). Purifikasi adalah proses pemisahan mikroorganisme yang diinginkan dari populasi campuran ke media biakan (buatan) untuk mendapatkan kultur murni. Inokulasi merupakan perpindahan inokulum dari sumbernya ke dalam tanaman inang. Dengan dilakukannya inokulasi dan purifikasi, berarti patogen memiliki peluang yang besar untuk menyerang inangnya dan menimbulkan penyakit. Hal ini dapat menjelaskan pengaruh inokulasi yang nyata terhadap intensitas dan luas serangan penyakit hawar daun. Sedangkan identifikasi adalah membandingkan gejala yang ada atau yang ditemukan dengan yang terdapat di dalam buku/pustaka. 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum purifikasi isolat patogen tanaman adalah untuk mendapatkan dan memurnikan jamur yang telah diinokulasi dan kemudian dibandingkan dengan literatur untuk diidentifikasi. 1.3 Manfaat Manfaat dari praktikum purifikasi isolat patogen tanaman adalah agar mahasiswa memiliki kemampuan untuk memurnikan jamur yang telah diisolasi dan diinokulasi sebelumnya, selanjutnya melakukan identifikasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Purifikasi Isolat Patogen Tanaman Purifikasi Isolat Patogen adalah suatu cara untuk memisahkan satu patogen dari patogen lainnya yang tujuannya untuk mendapatkan biakan yang murni (Agrios, G. N. 1988). Pemurnian biakan murni adalah suatu metode yang bertujuan untuk mendapatkan satu spesies dalam satu tabung pemeliharaan kultur (Pracaya, 1991). Purifikasi atau disebut juaga pemurnian adalah pemisahan satu jenis mikroorganisme patogen dari media inokulasi yang terdiri mungkin saja, dari beberapa macam mikroorganisme dalam satu media,purifikasi ini dilakukan untuk memudahkan dalam pengidentifikasian patogen tersebut (Semangun, H. 1996). 2.2 Macam Macam Teknik Purifikasi Isolat Patogen Tanaman Metode-metode yang dapat digunakan untuk mengisolasi biakan murni mikroorganisme antara lain cawan gores (sterak plate), cawan tebar, dan cawan tuang (Semangun, H. 1989). Teknik Dilusi (Pengenceran) Teknik dilusi sangat penting di dalam analisa mikrobiologi. Karena hampir semua metode perhitungan jumlah sel mikroba mempergunakan teknik ini, seperti TPC (Total Plate Count). Oleh karena itu, dengan metode dilusi kita dapat memperkirakan jumlah sel mikroba pada suatu benda atau produk.

Teknik Pour Plate (Lempeng Tuang) Teknik Pour Plate adalah suatu teknik dalam menumbuhkan mikroorganisme dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar cair dengan stok kultur. Teknik ini umumnya digunakan pada metode Total Plate Count (TPC). Sedangkan teknik streak plate adalah suatu teknik dalam menumbuhkan mikroorganisme dalam media agar dengan cara menggores (streak) permukaan agar dengan jarum yang telah diinokulasi dengan kultur mikroba. Teknik ini menjadikan mikroorganisme tumbuh dan tampak pada goresan-goresan inokulasi bekas jarum.

Teknik Streak Plate Teknik streak plate (lempeng gores) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menstreak (menggores) permukaan agar dengan jarum ose yang telah diinokulasikan dengan kultur bakteri. Dengan teknik

ini mikroorganisme yang tumbuh akan tampak dalam goresan-goresan inokulum bekas dari streak jarum enten.

Pemeliharaan Kultur pada Slant Agar Agar slants adalah kultivasi biakan mikroba ke dalam agar miring di dalam tabung reaksi untuk melihat karakteristik koloni bakteri yang tumbuh. Tiap bakteri memiliki karakteristik koloni yang berbeda.

BAB III METODELOGI PRAKTIKUM 3.1 Alat Bahan Dan Fungsi Alat

Jarum Ose Bunsen Beaker glass Cawan Petri Masker Media PDA Alkohol Plastik Wraping

: Untuk mengambil spora dari jamur yang akan di murnikan. : Untuk menciptakan kondisi yang steril. : Berfungsi untuk menampung alkohol. : Berfungsi untuk meletakkan media PDA. : Berfungsi untuk menghindarkan dari kontaminasi. : untuk meletakkan spora yang akan di murnikan : untuk mensterilkan jarum Ose : untuk membungkus media pada cawan petri

Bahan

Isolat jamur yang akan di purifikasi atau di murnikan (jamur Fussarium oxysporum).

3.2 Pelaksanaan Purifikasi Patogen Tanaman

Penjelasan: Purifikasi atau disebut juaga pemurnian adalah pemisahan satu jenis mikroorganisme patogen dari media inokulasi yang terdiri mungkin saja, dari beberapa macam mikroorganisme dalam satu media,purifikasi ini dilakukan untuk memudahkan dalam pengidentifikasian patogen tersebut. Ketika melakukan purifikasi, yang pertama dilakukan adalah memastikan bahwa kondisi dilingkungan sekitar steril, karena purifikasi ini tidak dilakukan di LAFC, sterilisasi ini dilakukan dengan cara menyemprot meja tempat kerja denggan menggunakan alkohol dan memastikan bahwa alat yang digunakan untuk purifikasi juga steril dengan cara merendamnya di dalam alkohol. Untuk proses sterilisasi sendiri, yang dilakukan adalah mengambil spora jamur yang telah diinokulasi di dalam media PDA dan ditanam di media PDA yang baru. Caranya adalah ambil spora jamur menggunakan jarum Ose yang telah disterilkan dengan alkohol kemudian dibakar dengan api bunsen namun tidak terlalu lama tujuannya agar jarum tidak terlalu panas sehingga tidak mematikan spora jamur yang akan diambil. Spora jamur yang akan diambil adalah spora jamur yang akan dipurifikasi dan bukan spora jamur kontaminan. Ketika mengambil spora jamur, media PDA yang telah dibuka harus didekatkan dengan api bunsen, tujuannya adalah agar menghindari terjadinya kontaminasi saat purifikasi. Purifikasi yang dilakukan tidak di dalam LAFC namun diruangan terbuka, harus dikerjakan oleh dua orang. Caranya ketika sedang melakukan proses purifikasi, orang yang lain membantu menyiapkan media PDA yang digunakan untuk menanam spora jamur yang akan dimurnikan, yaitu dengan membuka plastik wrapping dari media PDA untuk pemurnian, panaskan pinggiran cawan petri tersebut dengan api bunsen, kemudian tanam spora yang telah di ambil dengan jarum Ose tersebut ke media yang baru. Setelah spora jamur selesai ditanam, panaskan kembali pinggir cawan petri dan bungkus dengan plastik wrapping. Kemudian diberi label dan diamati pertumbuhan spora jamur hasil purifikasi setiap hari selama satu minggu dan didokumentasikan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Dan Perbandingan Dengan Literatur No. 1. Gambar Pengamatan Jumat, 20 April 2012 Hari pertama, sebelum spora jamur dipurifikasi Patogen Fussarium Keterangan yang diduga oxysporum jamur telah

tumbuh di salah satu isolat, namun terjadi kontaminasi pada isolat jamur Fussarium oxysporum, jamur kontaminan ini berwarna putih kehitaman, sedangkan jamur Fussarium oxysporum berwarna putih, putih. 2. Senin, 23 April 2012 Hari ketiga setelah purifikasi Pada hari ketiga setelah purifikasi, jumlah koloni jamur kontaminasi lebih banyak dibandingkan dengen jamur yang telah dipurifikasi, yaitu jamur Fussarium oxysporum. yang akan dipurifikasi adalah spora jamur yang berwarna

3.

Selasa, 24 April 2012

Pada hari ketiga, jumlah dari jamur

Hari keempat setelah purifikasi

kontaminan bertambah semakin banyak, sedangkan spora jamur Fussarium oxysporum pertumbuhannya terhambat oleh jamur kontaminan yang berwarna hijau.

4.

Rabu, 25 April 2012 Hari kelima setelah purifikasi

Pada hari kelima

perkembangan Fussarium

dari jamur patogen

oxysporum yang telah dipurifikasi terkalahkan oleh pertumbuhan dari jamur kontaminan. lebih Hal besar ini bila dikarenakan jumlah koloni dari kontaminan jamur dibandingkan dengan jumlah dari Fussarium oxysporum. menyebabkan Sehingga hal ini

pertumbuhan dari jamur patogen Fussarium oxysporum tidak dapat 5. Kamis, 26 April 2012 Hari keenam setelah purifikasi tumbuh dengan maksimal. Pada hari keenam setelah dilakukan bahwa oxysporum purifikasi, jamur yang diketahui Fussarium sebelumnya

berwarna putih, telah berubah warna menjadi hitam, dan seperti tidak dapat berkembang warna dari biak. jamur Sedangkan

kontaminan adalah hijau. Jumlah dari jamur kontaminan masih lebih banyak dari jamur Fussarium oxysporum.

6.

Jumat, 27 April 2012 Hari ketujuh setelah purifikasi

Pada hari ketujuh setelah proses purifikasi,spora jamur Fussarium oxysporum masih tetap jumlah koloninya, hal ini dikarenakan pertumbuhannya terhambat oleh pertumbuhan jamur kontaminan.

Purifikasi atau disebut juaga pemurnian adalah pemisahan satu jenis mikroorganisme patogen dari media inokulasi yang terdiri mungkin saja, dari beberapa macam mikroorganisme dalam satu media,purifikasi ini dilakukan untuk memudahkan dalam pengidentifikasian patogen tersebut (Semangun, H. 1996). Gejala yang ditunjukkan akibat serangan jamur Fussarium oxysporum pada bagian tanaman adalah layu, daun berubah menjadi kuning dan kering, terdapat bercak coklat pada bagian tanaman yang terserang (Agrios, G. N. 1988). Bagian spora jamur yang akan diambil untuk purifikasi adalah bagian ujung dan bukan pada bagian tengah. Pengambilan spora jamur ini dilakukan dengan menggunakan jarum Ose yang telah disterilkan dengan alkohol kemudian dibakar dengan api bunsen namun tidak terlalu lama tujuannya agar jarum tidak terlalu panas sehingga tidak mematikan spora jamur yang akan diambil. Spora jamur yang akan diambil adalah spora jamur yang akan dipurifikasi dan bukan spora jamur kontaminan. Ketika mengambil spora jamur, media PDA tempat tumbuh jamur tersebut diusahakan tidak ikut terambil. Proses purifikasi ini tidak dilakukan di dalam LAFC, sehingga resiko terjadinya kontaminasi akan semakin besar apabila dibandingkan dengan puriikasi yang dilakukan di dalam LAFC. Untuk memudahkan purifikasi yang dilakukan diruangan terbuka, udara disekitar tempat melukan isolasi harus disemprot dengan alkohol dan peralatan dapat disusun seperti pada gambar 1.

ALKOHOL DAN ALAT ( JARUM OSE)

SPRAYER BERISI ALKOHOL

WRAPPING

ISOLAT Fussarium oxysporum

BUNSEN

MEDIA PDA UNTUK PURIFIKASI

Gambar 1. Penyusunan Alat Dan Bahan Yang Digunakan Untuk Purifikasi Pengamatan dilakukan setiap hari selama 1 minggu setelah proses purifikasi mulai dilakukan, yaitu pada 20 April 2012 sampai 27 April 2012. Ketika dilakukan pengamatan, ditemukan kontaminasi pada hasil purifikasi spora jamur Fussarium oxysporum. Hal ini dikarenakan terjadi kesalahan teknik saat purifikasi dan kurang sterilnya lingkungan pada saat proses purifikasi. Kesalahan teknik yang dilakukan adalah ikut terambilnya spora jamur lain selain jamur Fussarium oxysporum, diduga jamur yang ikut terambil tersebut adalah jamur Aspergillus sp. Selain dari kesalahan teknik tersebut, kontaminan juga mungkin disebabkan karena kondisi lingkungan yang kurang steril, dan saat meletakkan jamur yang telah dipurifikasi ke media baru tidak berada dekat dengan api bunsen, sehingga kontaminan dapat ikut masuk kedalamnya. Hal tersebut mnenyebabkan timbulnya jamur kontaminan pada media PDA yang telah ditanam spora jamur hasil purifikasi. Jamur yang diguga sebagai kontaminan adalah jamur Aspergillus sp dengan warna hijau. Apabila dilihat dari gambar dokumentasi hasil pengamatan, pertumbuhan jamur kontaminan menghambat pertumbuhan dari jamur yang dipurifikasi. Koloni spora jamur Fussarium oxysporum yang berwarna putih berada ditengahtengah media dan dikelilingi oleh jamur kontaminan yang berwarna hijau. Setiap hari

pertumbuhan dan jumah jamur kontaminan berkembang dengan lebih cepat apabila dibandingkan dengan pertumbuhan dari jamur purifikasi. Sehingga purifikasi dari jamur Fussarium oxysporum dapat dikatakan gagal karena munculnya kontaminasi.

BAB V KESIMPULAN Terjadi kontaminasi pada purifikasi jamur patogen penyebab penyakit pada tanaman tomat Fussarium oxysporum yang disebaban karena adanya kesalahan saat melakukan proses purifikasi. Kesalahan tersebut adalah kurang sterilnya lingkungan sekitar sehingga mengakibatkan jamur kontaminan masuk kedalam media tempat purifikasi. Pertumbuhan jamur kontaminan ini menghambat pertumbuhan dari jamur hijau dan tersebar pada sebagian besar permukaan media PDA. Fussarium oxysporum. Jamur kontaminan tersebut diduga adalah jamur Aspergillus sp, dikarenakan spora jamur berwarna

DAFTAR PUSTAKA Agrios, G. N. 1988. Plant pathology, 3nd Ed, Academic Press, New York, 215, 245, 256-258. Pracaya, 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. Semangun, H.1989, Penyakit-penyakit tanaman hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Semangun, H. 1996, Pengantar ilmu penyakit tumbuhan, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta. Sinaga, M. S.2003, Dasar-dasar ilmu penyakit tumbuhan. PT Penebar Swadaya, Jakarta