digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...pernyataan keaslian tesis yang...

96
1 KESTABILAN MODEL POPULASI SATU MANGSA-DUA PEMANGSA DENGAN PEMANENAN OPTIMAL PADA PEMANGSA THE STABILITY OF ONE PREY- TWO PREDATOR MODEL WITH OPTIMAL HARVESTING ON PREDATORS MUHAMMAD IKBAL SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    KESTABILAN MODEL POPULASI SATU MANGSA-DUA PEMANGSA

    DENGAN PEMANENAN OPTIMAL PADA PEMANGSA

    THE STABILITY OF ONE PREY- TWO PREDATOR MODEL WITH

    OPTIMAL HARVESTING ON PREDATORS

    MUHAMMAD IKBAL

    SEKOLAH PASCASARJANA

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2017

  • KESTABILAN MODEL POPULASI SATU MANGSA-DUA PEMANGSA

    DENGAN PEMANENAN OPTIMAL PADA PEMANGSA

    Tesis

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

    Program Studi

    Matematika

    Disusun dan diajukan oleh

    MUHAMMAD IKBAL

    kepada

    SEKOLAH PASCASARJANA

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2017

  • PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

    Yang bertanda tangan dibawah ini

    Nama : Muhammad Ikbal

    NIM : P3500215016

    Program Studi : Magister Matematika

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

    benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

    pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian

    hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis

    ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

    tersebut.

    Makassar,

    Yang menyatakan

    Muhammad Ikbal

  • PRAKATA

    Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

    limpahan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan tesis yang berjudul โ€œ Kestabilan Model Populasi Satu

    Mangsa-Dua Pemangsa dengan Pemanenan Optimal pada Pemangsaโ€

    sebagai salah satu syarat penyelesaian studi dan meraih gelar magister

    pada Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

    Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin.

    Penyusunan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan yang

    diberikan oleh berbagai pihak. Maka sudah sepantasnya penulis

    mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

    yang secara langsung dan tidak langsung telah memberikan bimbingan

    dan dorongan dalam penyelesaian tugas akhir ini. Secara khusus penulis

    mengucapkan terima kasih kepada keluarga penulis, Ayahanda

    Muhammad Amir dan Ibunda Hasriah, kakakku tercinta Mart Indah

    Purnama Sari dan adikku tersayang Sry Rahayu atas segala kasih

    sayang, pengorbanan, doa, dan dukungan yang tiada henti bagi penulis.

    Ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya juga

    penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Syamsuddin Toaha, M.Sc. dan Dr.

    Kasbawati, S.Si., M.Si. selaku pembimbing atas segala waktu, arahan,

    dan saran dalam penyelesaian tugas akhir.

  • Melalui kesempatan yang berharga ini, penulis juga mengucapkan

    terima kasih kepada :

    1. Prof. Dr. Moh. Ivan Azis M.Sc., Prof. Dr. Jeffry Kusuma dan Dr. Budi

    Nurwahyu, MS. selaku dosen penguji atas kesediaannya meluangkan

    waktu untuk memberikan arahan dan masukan serta pengetahuan

    kepada penulis demi penyempurnaan tesis ini.

    2. Jamal Usman, S.H. dan Asrul, S.Sos. yang telah memberikan banyak

    dukungan moril.

    3. Teman-teman yang selalu meluangkan waktunya untuk berdiskusi

    dalam penyelesaian tugas akhir ini: A. Muhammad Amil Siddik, S.Si.

    dan Armin, S.Si.,

    Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang

    membutuhkannya dalam kemajuan ilmu pengetahuan.

    Makassar, November 2017

    Muhammad Ikbal

  • ABSTRAK

    MUHAMMAD IKBAL. Kestabilan Model Satu Mangsa-Dua dengan Pemanenan Optimal pada Pemangsa (dibimbing oleh Syamsuddin Toaha dan Kasbawati)

    Penelitian ini bertujuan mengkaji dinamika model satu mangsa dua pemangsa dengan pemanenan optimal pada kedua pemangsa.

    Penelitian ini menggunakan metode pelinearan sistem di sekitar titik keseimbangan yang positif untuk mengetahui kestabilan titik keseimbangan dari model yang diperoleh. Kestabilan titik keseimbangan dianalisis dengan memperhatikan persamaan karakteristik dari matriks Jacobi titik keseimbangan yang telah dilinearkan. Pemanenan dilakukan dengan memaksimalkan fungsi keuntungan dari kedua pemangsa.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara analitik diperoleh tiga titik keseimbangan yang positif pada tiap-tiap model. Titik keseimbangan yang diperoleh stabil. Simulasi numerik dengan nilai parameter tertentu menunjukkan adanya perbedaan kepadatan populasi pada saat sebelum pemanenan dan setelah pemanenan. Setelah kedua populasi pemangsa dipanen secara konstan, diperoleh yang keuntungan maksimal.

    Kata kunci: model satu mangsa-dua pemangsa, kompetisi intraspesifik, kompetisi interspesifik, fungsi keuntungan, kestabilan titik keseimbangan.

  • ABSTRACT

    MUHAMMAD IKBAL. The Stability of One Prey-Two Predator Model with Optimal Harvesting on Predators (supervised by Syamsuddin Toaha and Kasbawati).

    The research aimed at examining the dynamics of one prey-two predator model with the optimal harvesting on the predators.

    The research used the system linearization method around the positive equilibrium point to find out the equilibrium point stability of the model obtained. The equilibrium point stability was analysed by considering the characteristic equation of Jacobiโ€™s matrix of the equilibrium point having been linearized. The harvesting was conducted by miximizing the profit function of both predators.

    The research result indicates that analytically three positive equilibrium points on every model are obtained. The equilibrium points obtained are stable. The numerical simulations with the certain parameter values indicate the population density differences before and after the harvesting. After both predator populations are harvested constantly, the maximal profit is obtained.

    Keywords: one prey-two predator model, intra-specific competition, inter-specific competition, profit function, equilibrium point stability.

  • DAFTAR ISI

    halaman

    PRAKATA .................................................................................................iv

    ABSTRAK ..................................................................................................vi

    ABSTRACT ............................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

    DAFTAR TABEL ........................................................................................ x

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................xi

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ............................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4

    C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

    D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

    E. Ruang Lingkup ............................................................................. 5

    II. KAJIAN PUSTAKA

    A. Model Pertumbuhan Populasi....................................................... 6

    B. Model Mangsa-Pemangsa ............................................................ 7

    C. Fungsi Respon ............................................................................. 8

    D. Sistem Dinamik ........................................................................... 11

    E. Kriteria Kestabilan Routh-Hurwitz ............................................... 14

    F. Nilai Eigen dan Vektor-vektor Eigen ........................................... 15

    G. Keseimbangan Bionomik ............................................................ 16

    H. Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Fungsi Dua Variabel .......... 17

  • Halaman

    I. Model Kompetisi Dua Pemangsa untuk Satu Mangsa ................ 18

    J. Beberapa Contoh Dinamika Populasi Mangsa-Pemangsa ......... 19

    III. METODELOGI PENELITIAN ........................................................... 25

    A. Jenis Penelitian .......................................................................... 25

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 25

    C. Langkah Penelitian ..................................................................... 25

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Model Mangsa-Pemangsa .......................................................... 29

    B. Analisis Titik Keseimbangan dan Kestabilan Model tanpa

    Pemanenan ................................................................................ 32

    1. Analisis Titik Keseimbangan ................................................. 32

    2. Analisis Kestabilan Titik Keseimbangan ................................ 34

    C. Analisis Titik Keseimbangan dan Kestabilan Model dengan

    Pemanenan ................................................................................ 42

    1. Analisis Titik Keseimbangan ................................................. 42

    2. Analisis Kestabilan Titik Keseimbangan ................................ 44

    D. Pemanenan Optimal ................................................................... 52

    E. Simulasi Numerik ........................................................................ 57

    1. Model Tanpa Pemanenan ..................................................... 57

    2. Model dengan Pemanenan ................................................... 57

    V. PENUTUP

    A. Kesimpulan ................................................................................. 70

    B. Saran ......................................................................................... 71

  • DAFTAR TABEL

    nomor halaman

    4.1. Definisi variabel 30

    4.2. Definisi parameter 30

  • DAFTAR GAMBAR

    nomor halaman

    2.1. Jenis ikan Gizzard Shad 21

    2.2. Jenis ikan Smallmouth Bass 23

    2.3. Jenis ikan Walleye 24

    3.1. Diagram Alur Kerja 28

    4.1. Diagram kompartemen model mangsa-pemangsa 30

    4.2. Batas nilai ๐ธ1 dan ๐ธ2yang menyebabkan kestabilan pada ๐‘‡8+ 59

    4.3. Kurva trayektori populasi mangsa (๐ธ1 = 0.02 dan ๐ธ2 = 0.12) 60

    4.4. Kurva trayektori populasi pemangsa pertama (๐ธ1 = 0.02 dan ๐ธ2 = 0.12) 60

    4.5. Kurva trayektori populasi pemangsa kedua (๐ธ1 = 0.02 dan ๐ธ2 = 0.12) 61

    4.6. Kurva trayektori populasi mangsa (๐ธ1 = 0.1 dan ๐ธ2 = 0.02) 62

    4.7. Kurva trayektori populasi pemangsa pertama (๐ธ1 = 0.1 dan ๐ธ2 = 0.02) 62

    4.8. Kurva trayektori populasi pemangsa kedua (๐ธ1 = 0.1 dan ๐ธ2 = 0.02) 63

    4.9. Kurva trayektori populasi mangsa (๐ธ1 = 0.12 dan ๐ธ2 = 0.12) 64

    4.10. Kurva trayektori populasi pemangsa pertama (๐ธ1 = 0.12 dan ๐ธ2 = 0.12) 64

    4.11. Kurva trayektori populasi pemangsa kedua (๐ธ1 = 0.12 dan ๐ธ2 = 0.12) 65

  • nomor halaman

    4.12. Kurva pemanenan optimal 66

    4.13. Kurva trayektori populasi mangsa 68

    4.14. Kurva trayektori populasi pemangsa pertama 68

    4.15. Kurva trayektori populasi pemangsa kedua 69

  • DAFTAR LAMPIRAN

    nomor halaman

    1. Sintaks titik keseimbangan model tanpa pemanenan 75

    2. Sintaks titik keseimbangan model dengan pemanenan 76

    3. Sintaks gambar kurva trayektori 78

    4. Sintaks batas nilai ๐ธ1 dan ๐ธ2 80

    5. Sintaks nilai maksimum fungsi keuntungan 82

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Interaksi antar makhluk hidup menjadi keharusan untuk

    melangsungkan kehidupan. Interaksi yang berlangsung akan memberi

    dampak terhadap kualitas hidup makhluk tersebut. Bertahan hidup

    merupakan alasan yang paling utama dari berbagai macam alasan dalam

    berinteraksi.

    Mengamati interaksi antar makhluk hidup tidaklah mudah. Salah

    satu alternatif disiplin ilmu yang memungkinkan untuk mengamati interaksi

    tersebut ialah pemodelan matematika. Pemodelan matematika pada

    bidang ekologi sangat menarik untuk dikaji mengingat banyaknya faktor-

    faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan populasi mahluk

    hidup. Proses dinamika kehidupan makhluk hidup (organisme) dapat

    dimodelkan secara matematis dengan menggunakan persamaan

    differensial yang melibatkan waktu yang kontinu atau waktu yang diskrit.

    Salah satu model matematika yang digunakan dalam menjelaskan

    fenomena alam tersebut adalah model populasi mangsa-pemangsa.

    Model matematika dapat digunakan untuk menjelaskan prilaku

    fenomena alam yang terjadi, dapat digunakan untuk memprediksi prilaku

  • sistem untuk suatu jangka waktu tertentu, dan dapat juga digunakan untuk

    mengambil suatu kebijakan (Toaha, 2013).

    Salah satu kebijakan yang berhubungan dengan pemanfaatan

    makhluk hidup ialah usaha pemanenan. Usaha pemanenan

    dimaksimalkan agar mendapat keuntungan yang maksimal pula, yaitu

    dengan memaksimalkan fungsi keuntungan.

    Kompetisi antar pemangsa dan faktor pemanenan pada

    populasi sangatlah penting dalam disiplin ilmu ekologi. Banyak peneliti

    yang dapat mengembangkan hal-hal menarik dari perilaku dinamika dalam

    populasi ekosistem. Dengan memadukan dua aspek di atas yaitu aspek

    kompetisi antar pemangsa dan pemanenan, maka dinamika populasi

    dapat dinyatakan dalam suatu model. Selain kompetisi antar pemangsa

    (kompetisi interspesifik) aspek menarik lainnya adalah kompetisi antar

    spesies dalam satu populasi (kompetisi intraspesifik). Ali, dkk. (2017)

    mengkaji model tiga populasi dalam rantai makanan dengan kompetisi

    intraspesifik.

    Perbedaan yang mendasar pada penelitian ini dengan beberapa

    penelitian sebelumnya adalah penelitian ini mengkaji model satu mangsa-

    dua pemangsa yang melibatkan sekaligus dua kompetisi yaitu kompetisi

    interspesifik dan kompetisi intraspesifik serta memanen kedua populasi

    pemangsa.

    Banyak peneliti yang memodelkan interaksi mangsa-pemangsa.

    Ada yang melibatkan usaha pemanenan, adapula yang tidak melibatkan

  • usaha pemanenan. Mukhopadhyay dan Bhattacharyya (2015), mengkaji

    tentang pengaruh pemanenan dan kompetisi antara pemangsa dalam

    model mangsa-pemangsa. Alebraheem dan Hasan (2012) meneliti

    tentang ketahanan pemangsa dalam sistem model mangsa-pemangsa

    dengan solusi non-periodik. Farajzadeh dkk., (2011) dalam jurnalnya

    membahas tentang kestabilan model Gauss satu mangsa dua pemangsa.

    Gakkhar, dkk., (2007) meneliti tentang kompetisi dua pemangsa terhadap

    satu mangsa. Penelitian dari Kar dan Matsuda (2007) membahas tentang

    dinamika global dan kontrol dari model mangsa pemangsa dengan fungsi

    respon Holling tipe III. Gupta dan Chandra (2013) telah menganalisis

    bifurcation dari model Leslie-Gower mangsa-pemangsa dan pemanenan

    dengan metode Michaelis Menten. Upadhyay dan Raw (2011) membahas

    tentang dinamika kompleks dari model rantai makanan tiga spesies

    dengan fungsi respon Holling tipe III. Kar (2010) meneliti tentang model

    reaksi dinamika sistem mangsa-pemangsa. Toaha dkk., (2014)

    membahas tentang analisis kestabilan dan kebijakan pemanenan dengan

    usaha konstan.

    Selanjutnya, penulis akan mengkaji model satu mangsa-dua di

    mana kedua pemangsa berkompetisi secara intraspesifik dan interspesifik.

    Selain itu, populasi pemangsa dianggap bernilai ekonomis sehingga dapat

    dipanen.

  • B. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

    1. Bagaimana model mangsa-pemangsa dengan tiga populasi dan suatu

    pemanenan?

    2. Bagaimana menentukan titik keseimbangan dan kestabilan model

    matematika persaingan dua pemangsa untuk memangsa satu

    mangsa?

    3. Bagaimana mengoptimalkan fungsi keuntungan dari usaha

    pemanenan populasi pemangsa pada model mangsa-pemangsa

    tersebut?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini ialah:

    1. Membentuk model matematika mangsa-pemangsa dengan

    pemanenan pada populasi pemangsa.

    2. Menentukan dan menganalisis titik keseimbangan dan kestabilan

    model matematika.

    3. Menganalisis pemanenan optimal dari model dengan tetap

    memperhatikan populasinya agar tidak akan punah.

  • D. Manfaat Penelitian

    Dapat memberikan masukan yang baru tentang model mangsa-

    pemangsa kepada para peneliti yang bergelut dibidang ini.

    E. Ruang Lingkup

    Perlu diberi batasan untuk model yang dimaksud agar ruang

    lingkup penelitian lebih terarah dan lebih jelas. Berikut batasan-batasan

    yang dimaksud :

    1. Model mangsa-pemangsa yang diteliti merupakan model satu mangsa

    dan dua pemangsa.

    2. Pertumbuhan mangsa mengadopsi model pertumbuhan logistik.

    3. Pada pemangsa, fungsi respon yang digunakan adalah fungsi respon

    Holling Tipe I.

    4. Terdapat interaksi antara kedua populasi pemangsa (kompetisi

    interspesifik).

    5. Pada kedua populasi pemangsa, terdapat interaksi antar individu

    dalam populasinya sendiri (kompetisi intraspesifik).

    6. Pemanenan dilakukan pada populasi pemangsa.

  • 20

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Model Pertumbuhan Logistik

    Dalam kajian ilmu pengetahuan kedepannya harus ada

    pengembangan model eksponensial. Verhulst (1838) memperkenalkan

    model pertumbuhan logistik, yaitu:

    ๐‘‘๐‘

    ๐‘‘๐‘ก= ๐‘Ÿ๐‘ (1 โˆ’

    ๐‘

    ๐พ)

    (2.1)

    di mana ๐‘Ÿ dan ๐พ adalah konstanta positif. Parameter ๐‘Ÿ pada model (2.1)

    menyatakan laju pertumbuhan populasi. Parameter ๐พ merupakan carrying

    capacity atau kapasitas bawaan.

    Terdapat dua titik keseimbangan pada model (2.1), yaitu ๐‘ = 0

    dan ๐‘ = ๐พ, di mana ๐‘‘๐‘

    ๐‘‘๐‘ก= 0.

    Solusi persamaan logistik apabila diketahui nilai awal ๐‘(0) = ๐‘0

    adalah sebagai berikut:

    ๐‘(๐‘ก) =๐พ

    1 + (๐ด0)๐‘’โˆ’๐‘Ž๐‘ก, (2.2)

    di mana ๐ด0 =๐พโˆ’๐‘0

    ๐‘0. Untuk ๐‘ก โ†’ โˆž diperoleh ๐‘โˆž = ๐พ yang merupakan

    carrying capacity dari lingkungan tersebut (Murray, 2002).

  • B. Model Mangsa-Pemangsa

    Volterra memperkenalkan model untuk interaksi mangsa-

    pemangsa yang mengeksplor populasi ikan di Mediterranean. Asumsi-

    asumsi yang digunakan adalah mangsa bertumbuh tak terbatas selama

    pemangsa tetap terkontrol dalam melakukan pemangsaan, pemangsa

    bergantung pada kehadiran mangsanya yang bertahan hidup,

    pemangsaan bergantung pada kemungkinan interaksi langsung

    pemangsa terhadap mangsa, dan pertumbuhan pemangsa tergantung

    pada tangkapan mangsa. Berikut ini model yang dikonstruksi dari asumsi-

    asumsi tersebut

    ๐‘‘๐‘ฅ

    ๐‘‘๐‘ก= ๐‘Ž๐‘ฅ โˆ’ ๐‘๐‘ฅ๐‘ฆ

    ๐‘‘๐‘ฆ

    ๐‘‘๐‘ก= โˆ’๐‘๐‘ฆ + ๐‘‘๐‘ฅ๐‘ฆ,

    (2.3)

    dengan ๐‘ฅ dan ๐‘ฆ masing-masing menyatakan kepadatan populasi mangsa

    dan pemangsa, sedangkan ๐‘Ž, ๐‘, ๐‘, ๐‘‘ berturut-turut menyatakan

    pertumbuhan populasi mangsa, laju predasi pemangsa, laju kematian

    pemangsa dan laju pertumbuhan pemangsa. Diasumsikan ๐‘Ž, ๐‘, ๐‘, ๐‘‘ > 0,

    karena setiap populasi berpotensi berkembang biak. Titik keseimbangan

    (๏ฟฝฬ…๏ฟฝ1, ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ1 ) = (0, 0) dan (๏ฟฝฬ…๏ฟฝ1, ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ1 ) = (๐‘

    ๐‘‘,๐‘Ž

    ๐‘) (Keshet, 2005).

  • C. Fungsi Respon

    Berdasarkan karakteristiknya, fungsi respon Holling terbagi

    dalam empat tipe, yaitu Tipe I (linear), Tipe II (perlambatan), Tipe III

    (sigmoid), dan Tipe IV (nonmonotonik).

    1. Fungsi Respon Holling Tipe I

    Pada fungsi respon Holling tipe I, disumsikan bahwa waktu

    penanganan dan waktu pencarian mangsa dapat diabaikan secara

    bersamaan (Jeschke dkk., 2002). Fungsi ini terjadi pada pemangsa yang

    pasif atau lebih suka menunggu mangsanya. Secara umum, fungsi tipe ini

    menurut Mukhopadhyay dan Bhattacharyya (2013) diberikan oleh

    persamaan,

    ๐‘“(๐‘ƒ) = ๐›ผ๐‘ƒ (2.4)

    dengan

    ๐‘ƒ adalah kepadatan populasi mangsa (๐‘ƒ โ‰ฅ 0),

    ๐›ผ adalah laju interaksi kedua populasi (๐›ผ โ‰ฅ 0).

    2. Fungsi Respon Holling Tipe II

    Pada fungsi respon Holling tipe II terjadi pada pemangsa

    dengan karakteristik aktif dalam mencari mangsanya. Fungsi ini akan

    meningkat jika konsumsinya mengalami penurunan dan konstan jika

  • mencapai titik jenuh (half saturation). Menurut Gupta dan Chandra (2013),

    fungsi Holling tipe II diberikan oleh persamaan,

    ๐น(๐‘ฅ) =๐‘Ž๐‘ฅ

    1 + ๐‘๐‘ฅ (2.5)

    dengan

    ๐‘ฅ adalah kepadatan mangsa (๐‘ฅ โ‰ฅ 0),

    ๐‘Ž adalah laju interaksi kedua populasi (๐‘Ž โ‰ฅ 0),

    ๐‘ adalah titik jenuh pemangsa (๐‘ โ‰ฅ 0).

    3. Fungsi Respon Holling Tipe III

    Pada tipe ini, hubungan tingkat pemangsaan dan kepadatan

    mangsa bersifat sigmoid, di mana saat kepadatan mangsa rendah, efek

    pemangsaan juga rendah, tetapi jika ukuran populasi meningkat,

    pemangsaan akan lebih intensif (Agarwal dan Pathak, 2012). Fungsi ini

    terjadi pada pemangsayang cenderung mencari mangsa lain ketika

    mangsa utamanya mulai berkurang sehingga variable mangsa menjadi ๐‘2

    dan menyebabkan laju populasi lebih cepat. Fungsi Holling tipe III

    diberikan dengan persamaan, (Ndam dkk., 2012)

    ๐‘“(๐‘ƒ) =๐‘๐‘ƒ2

    ๐‘Ž + ๐‘ƒ2 (2.6)

    dengan

    ๐‘ƒ adalah kepadatan populasi mangsa (๐‘ƒ โ‰ฅ 0),

  • ๐‘ adalah laju interaksi kedua populasi (๐‘ โ‰ฅ 0),

    ๐‘Ž adalah half-saturation constant (๐‘Ž โ‰ฅ 0).

    4. Fungsi Respon Holling Tipe IV

    Zhang, dkk.(2008) dalam penelitiannya membahas tentang

    dinamika kompleks dari fungsi respon Holling tipe IV. Fungsi respon

    Holling tipe IV yang dimaksud adalah ๐น(๐‘) =๐‘š๐‘

    1+๐‘๐‘+๐‘Ž๐‘2. Persamaan

    tersebut juga digunakan oleh Chatterjee dan Pal (2016) pada

    penelitiannya yang membahas tentang kompetisi antara mangsa dan dua

    pemangsa dengan fungsi respon Holling tipe IV. Persamaan tersebut juga

    disebut fungsi respon tipe Mono-Haldane.

    Pada kondisi ๐‘ = 0, persamaannya akan lebih sederhana menjadi

    ๐น(๐‘) =๐‘š๐‘

    1 + ๐‘Ž๐‘2 (2.7)

    di mana

    ๐‘ adalah kepadatan populasi mangsa (๐‘ โ‰ฅ 0),

    ๐‘š adalah laju interaksi kedua populasi (๐‘š โ‰ฅ 0),

    ๐‘Ž adalah titik jenuh pemangsa (๐‘Ž โ‰ฅ 0).

    Persamaan (2.7) digunakan oleh Sokel dan Howell (1981) pada

    penelitiannya mengenai kinetika oksidasi phenol.

  • D. Sistem Dinamik

    Sistem fungsi yang bergantung terhadap waktu secara umum

    dapat dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut.

    ๏ฟฝฬ‡๏ฟฝ1 = ๐‘“1(๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ก),

    ๏ฟฝฬ‡๏ฟฝ2 = ๐‘“2(๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ก),

    ๏ฟฝฬ‡๏ฟฝ3 = ๐‘“3(๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ก),

    โ‹ฎ ๏ฟฝฬ‡๏ฟฝ๐‘› = ๐‘“๐‘›(๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ก)

    (2.8)

    dengan ๏ฟฝฬ‡๏ฟฝ =๐‘‘๐‘ฅ

    ๐‘‘๐‘ก dan ๐‘“๐‘–(๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ก), ๐‘– = 1,2,โ€ฆ , ๐‘› adalah suatu fungsi

    umum dari ๐‘ฅ๐‘– = 1,2,โ€ฆ , ๐‘› dan waktu ๐‘ก.

    Sistem fungsi yang tak bergantung dengan waktu (sistem

    autonomous) diberikan sebagai berikut,

    ๏ฟฝฬ‡๏ฟฝ1 = ๐‘“1(๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘›),

    ๏ฟฝฬ‡๏ฟฝ2 = ๐‘“2(๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘›),

    ๏ฟฝฬ‡๏ฟฝ3 = ๐‘“2(๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘›),

    โ‹ฎ

    ๏ฟฝฬ‡๏ฟฝ๐‘› = ๐‘“๐‘›(๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘›)

    (2.9)

    dengan ๐‘“๐‘–(๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘›), ๐‘– = 1,2,โ€ฆ , ๐‘› adalah yang tak bergantung secara

    eksplisit terhadap waktu ๐‘ก. Keseimbangan terjadi apabila ๏ฟฝฬ‡๏ฟฝ๐‘– = 0, ๐‘– =

    1, 2, โ€ฆ , ๐‘›. Titik keseimbangan ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ = (๏ฟฝฬ…๏ฟฝ1, ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ2, โ€ฆ , ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ๐‘›) akan memenuhi

    ๐‘“1(๏ฟฝฬ…๏ฟฝ1, ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ2, โ€ฆ , ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ๐‘›) = 0,

    ๐‘“2(๏ฟฝฬ…๏ฟฝ1, ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ2, โ€ฆ , ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ๐‘›) = 0,

    (2.10)

  • โ‹ฎ ๐‘“๐‘›(๏ฟฝฬ…๏ฟฝ1, ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ2, โ€ฆ , ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ๐‘›) = 0

    di mana ๐‘“๐‘–(๏ฟฝฬ…๏ฟฝ1, ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ2, โ€ฆ , ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ๐‘›) = 0, untuk ๐‘– = 1, 2, โ€ฆ , ๐‘›. (Strogatz, 1994)

    Berikut definisi titik keseimbangan dan kestabilan dari sistem

    (2.9).

    Definisi 2.1 (Wiggins, 2003)

    Titik ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ = (๏ฟฝฬ…๏ฟฝ1, ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ2, โ€ฆ , ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ๐‘›) โˆˆ โ„๐‘› adalah titik keseimbangan dari sistem (2.9)

    jika ๐‘“๐‘– (๏ฟฝฬ…๏ฟฝ) = 0, untuk ๐‘– = 1, 2,โ€ฆ , ๐‘›.

    Definisi 2.2 (Wiggins, 2003)

    Titik keseimbangan ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ โˆˆ โ„๐‘›pada sistem (2.9) dikatakan:

    1. Stabil jika untuk setiap ๐œ€ > 0 terdapat suatu ๐›ฟ = ๐›ฟ(๐œ€) > 0 sedemikian

    sehingga untuk setiap solusi ๐‘ฆ(๐‘ก) yang memenuhi |๏ฟฝฬ…๏ฟฝ(๐‘ก0) โˆ’ ๐‘ฆ(๐‘ก0)| < ๐›ฟ

    berlaku |๏ฟฝฬ…๏ฟฝ(๐‘ก) โˆ’ ๐‘ฆ(๐‘ก)| < ๐œ€ untuk setiap ๐‘ก > ๐‘ก0, ๐‘ก0 โˆˆ โ„.

    2. Stabil asimtotik jika titik keseimbangan ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ โˆˆ โ„๐‘› stabil dan terdapat ๐œ€ >

    0 sedemikian sehingga untuk setiap solusi ๐‘ฆ(๐‘ก) terdapat suatu

    konstanta ๐‘ > 0, sehingga jika |๏ฟฝฬ…๏ฟฝ(๐‘ก0) โˆ’ ๐‘ฆ(๐‘ก0)| < ๐‘ maka lim๐‘กโ†’โˆž

    |๏ฟฝฬ…๏ฟฝ(๐‘ก) โˆ’

    ๐‘ฆ(๐‘ก)| = 0.

    3. Tidak stabil jika titik keseimbangan ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ โˆˆ โ„๐‘› tidak memenuhi kondisi

    kesatu maupun kedua.

  • Teorema 2.1 (Boyce dan DiPrima, 2001)

    Titik kritis ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ = 0 dari sistem linear ๐‘‘๐‘ฅ

    ๐‘‘๐‘ก= ๐ด๐‘ฅ akan stabil asimtotik jika nilai-

    nilai eigen ๐‘Ÿ1 dan ๐‘Ÿ2 real dan negatif atau memiliki bagian real negatif;

    stabil, jika ๐‘Ÿ1 dan ๐‘Ÿ2 bernilai imajiner murni; tidak stabil jika ๐‘Ÿ1 dan ๐‘Ÿ2

    bernilai real dan positif atau memiliki bagian real positif.

    Adapun definisi matriks Jacobi dari sistem (2.9) adalah sebagai

    berikut:

    Definisi 2.3 (Thomas, dkk. 2014)

    Misalkan ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ = (๏ฟฝฬ…๏ฟฝ1, ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ2, ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ3 โ€ฆ , ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ๐‘›) adalah titik keseimbangan pada sistem

    (2.9), maka matriks Jacobi di titik ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ = (๏ฟฝฬ…๏ฟฝ1, ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ2, โ€ฆ , ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ๐‘›) dari sistem tersebut

    adalah

    Jf(x) =

    [

    ๐œ•๐‘“1๐œ•๐‘ฅ1

    ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ๐œ•๐‘“1๐œ•๐‘ฅ2

    ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ โ€ฆ๐œ•๐‘“1๐œ•๐‘ฅ๐‘›

    ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ

    ๐œ•๐‘“2๐œ•๐‘ฅ1

    ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ๐œ•๐‘“2๐œ•๐‘ฅ2

    ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ โ€ฆ๐œ•๐‘“2๐œ•๐‘ฅ1

    ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ

    โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ๐œ•๐‘“๐‘›๐œ•๐‘ฅ1

    ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ๐œ•๐‘“๐‘›๐œ•๐‘ฅ2

    xฬ… โ€ฆ๐œ•๐‘“๐‘›๐œ•๐‘ฅ๐‘›

    ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ]

    E. Kriteria Kestabilan Routh-Hurwitz

  • Kriteria kestabilan Routh-Hurwitz digunakan untuk menentukan

    nilai eigen dari suatu persamaan karakteristik. Analisis dilakukan melalui

    koefisien-koefisien persamaan karakteristik tersebut.

    Teorema 2.2. Misalkan diberikan suatu polinomial,

    ๐‘ƒ(๐œ†) = ๐œ†๐‘› + ๐‘Ž1๐œ†๐‘›โˆ’1 + โ‹ฏ + ๐‘Ž๐‘› (2.11)

    dengan ๐‘Ž๐‘–, ๐‘– = 0,1, โ€ฆ , ๐‘› adalah konstanta real. Persamaan tersebut

    mempunyai ๐‘› buah akar ๐œ†1, ๐œ†2, โ€ฆ , ๐œ†๐‘›. Masing-masing akar dapat bernilai

    real atau mungkin bernilai kompleks yang memenuhi ๐‘ƒ(๐œ†๐‘–) = 0, untuk ๐‘– =

    1,2,โ€ฆ , ๐‘›.

    Misalkan diberikan sistem linear dengan koefisien konstan, yaitu

    ๐‘‘๐‘ฅ

    ๐‘‘๐‘ก= ๐ด๐’™ (2.12)

    dengan ๐’™ adalah vektor yang berukuran ๐‘› ร— 1 dan ๐ด adalah matriks yang

    berukuran ๐‘› ร— ๐‘›.

    Misalkan polinom (2.11) adalah persamaan karakteristik dari

    sistem (2.12), maka nilai eigen dari matriks ๐ด merupakan akar-akar dari

    polinomial ๐‘ƒ(๐œ†) tersebut.

    Uji kestabilan Routh-Hurwitz digunakan untuk menentukan jenis

    nilai eigen dari matriks ๐ด, yaitu melalui determinan dari matriks ๐ป๐‘› yang

    disebut dengan matriks Hurwitz. Dalam bentuk umum matriks ๐ป๐‘›

    merupakan matriks dengan entri-entri seperti pada persamaan (2.14).

    Jadi, syarat perlu dan cukup agar ๐‘ƒ(๐œ†) mempunyai nilai eigen dengan

    bagian real yang negatif adalah ๐‘Ž๐‘› > 0, (Murray, 2002)

  • ๐ป1 = [๐‘Ž1]

    ๐ป2 = [๐‘Ž1 ๐‘Ž31 ๐‘Ž2

    ]

    ๐ป3 = [

    ๐‘Ž1 ๐‘Ž3 ๐‘Ž51 ๐‘Ž2 ๐‘Ž40 ๐‘Ž1 ๐‘Ž3

    ]

    โ‹ฎ

    ๐ป๐‘˜ =

    [ ๐‘Ž1 ๐‘Ž3 ๐‘Ž5 . โ€ฆ .1 ๐‘Ž2 ๐‘Ž4 . โ€ฆ .0 ๐‘Ž1 ๐‘Ž3 . โ€ฆ .โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ€ฆ โ‹ฎ. . . . โ€ฆ .0 0 . . โ€ฆ ๐‘Ž๐‘˜]

    (2.14)

    untuk ๐‘˜ = 1,2, โ€ฆ , ๐‘›.

    Teorema 2.3. Uji kestabilan Hurwitz (Keshet, 2005). Semua nilai eigen

    dari persamaan (2.12) memiliki bagian real yang negatif jika dan hanya

    determinan dari semua matriks Hurwitz positif , yaitu

    det[๐ป๐‘˜] > 0 , ๐‘˜ = 1,2, โ€ฆ , ๐‘›. (2.15)

    F. Nilai Eigen dan Vektor Eigen

    Diberikan suatu persamaan sebagai berikut,

    ๐ด๐‘ฅ = ๐‘ฆ (2.16)

    untuk menentukan vektor-vektor, di berikan ๐‘ฆ = ๐œ†๐‘ฅ, di mana ๐œ† adalah

    scalar yang proporsional. Persamaan (2.16) akan menjadi

  • ๐ด๐‘ฅ = ๐œ†๐‘ฅ

    (๐ด โˆ’ ๐œ†๐ผ)๐‘ฅ = 0

    (2.17)

    Persamaan (2.17) memiliki solusi tak nol jika dan hanya jika skalar ๐œ†

    memenuhi persamaan

    det(๐ด โˆ’ ๐œ†๐ผ) = 0 (2.18)

    Nilai-nilai ๐œ† yang memenuhi persamaan (2.18) disebut nilai eigen dari

    matriks ๐ด, solusi tak nol dari persamaan (2.17) disebut vektor eigen yang

    bersesuaian dengan nilai eigen.

    G. Keseimbangan Bionomik

    Keseimbangan bionomik adalah suatu konsep yang

    mengintegrasikan keseimbangan secara biologi dan keseimbangan

    secara ekonomi. Misalkan terdapat dua populasi yang ditinjau, yaitu ๐‘ฅ dan

    ๐‘ฆ. Keseimbangan secara ekologi diperoleh ketika populasi berada pada

    kondisi ๐‘‘๐‘ฅ

    ๐‘‘๐‘ก= 0 dan

    ๐‘‘๐‘ฆ

    ๐‘‘๐‘ก= 0. Titik keseimbangan ini diperoleh dengan

    menyelesaikan sistem persamaan terhadap ๐‘ฅ dan ๐‘ฆ. Titik keseimbangan

    ini menyatakan suatu kondisi dimana kedua populasi dalam keadaan

    seimbang, yaitu kedua populasi tidak mengalami perubahan karena laju

    pertumbuhannya nol. Keseimbangan secara ekonomi dikatakan tercapai

    ketika pendapatan total (TR) yang diperoleh dari penjualan stok (populasi)

  • yang dipanen sama dengan biaya total (TC) dari usaha yang dilakukan

    dalam pemanenan populasi.

    Misalkan ๐‘๐‘ฅ adalah biaya pemanenan per unit usaha untuk

    populasi ๐‘ฅ, ๐‘๐‘ฆ adalah biaya pemanenan per unit usaha untuk populasi ๐‘ฆ,

    ๐‘๐‘“ adalah biaya tetap pemanenan untuk populasi ๐‘ฅ dan ๐‘ฆ, ๐‘๐‘ฅ adalah harga

    per unit biomassa untuk populasi ๐‘ฅ, ๐‘๐‘ฆ adalah harga per unit biomassa

    untuk populasi ๐‘ฆ. Fungsi keuntungan dari usaha pemanenan populasi ๐‘ฅ

    dan ๐‘ฆ diberikan sebagai

    ๐œ‹(๐ธ๐‘ฅ , ๐ธ๐‘ฆ) = ๐‘๐‘ฅ๐‘ฅ๐ธ๐‘ฅ + ๐‘๐‘ฆ๐‘ฆ๐ธ๐‘ฆ โˆ’ ๐‘๐‘“ โˆ’ ๐‘๐‘ฅ๐ธ๐‘ฅ โˆ’ ๐‘๐‘ฆ๐ธ๐‘ฆ (2.19)

    (Toaha, 2013).

    H. Nilai Maksimum dan Minimum Fungsi Dua Variabel

    Fungsi keuntungan akan dioptimalkan dengan merujuk pada

    definisi nilai maksimum dan nilai minimum. Berikut ini adalah definisi dari

    nilai maksimum lokal dan nilai minimum lokal.

    Definisi 2.4.( Stewart, 2003)

    Fungsi dua variabel mempunyai maksimum lokal di titik kritis (๐‘Ž, ๐‘) jika

    ๐‘“(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) โ‰ค ๐‘“(๐‘Ž, ๐‘) โˆ€ (๐‘ฅ, ๐‘ฆ) โˆˆ ๐‘…2 Jika (๐‘ฅ, ๐‘ฆ) โ‰ค ๐‘“(๐‘Ž, ๐‘) โˆ€ (๐‘ฅ, ๐‘ฆ) โˆˆ ๐‘…2, maka

    ๐‘“(๐‘Ž, ๐‘) disebut nilai minimum lokal.

    Untuk memeriksa nilai maksimum atau nilai minimum suatu

    fungsi cukup dengan memperhatikan definisi 2.5. Akan tetapi, apabila

    fungsi yang diberikan rumit, maka alternatif lainnya dengan menguji

  • turunan parsial kedua dari fungsi tersebut. Berikut ini teorema yang

    mendukung.

    Teorema 2.4 (Simon dan Blume, 1994).

    Andaikan ๐‘ฅโˆ— adalah titik interior dari ๐‘“(๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, . . ๐‘ฅ๐‘›) yang memenuhi

    ๐‘‘๐‘“

    ๐‘‘๐‘ฅ๐‘–(๐‘ฅโˆ—) = 0 untuk ๐‘– = 1,2, . . ๐‘›.

    a. Jika |๐œ•2๐‘“

    ๐œ•๐‘ฅ12(๐‘ฅโˆ—)| < 0, |

    ๐œ•2๐‘“

    ๐œ•๐‘ฅ12(๐‘ฅโˆ—)

    ๐œ•2๐‘“

    ๐œ•๐‘ฅ2๐œ•๐‘ฅ1(๐‘ฅโˆ—)

    ๐œ•2๐‘“

    ๐œ•๐‘ฅ1๐œ•๐‘ฅ2(๐‘ฅโˆ—)

    ๐œ•2๐‘“

    ๐œ•๐‘ฅ22(๐‘ฅโˆ—)

    | > 0, maka ๐‘ฅโˆ— maksimum

    lokal pada ๐‘“.

    b. Jika |๐œ•2๐‘“

    ๐œ•๐‘ฅ12(๐‘ฅโˆ—)| > 0, |

    ๐œ•2๐‘“

    ๐œ•๐‘ฅ12(๐‘ฅโˆ—)

    ๐œ•2๐‘“

    ๐œ•๐‘ฅ2๐œ•๐‘ฅ1(๐‘ฅโˆ—)

    ๐œ•2๐‘“

    ๐œ•๐‘ฅ1๐œ•๐‘ฅ2(๐‘ฅโˆ—)

    ๐œ•2๐‘“

    ๐œ•๐‘ฅ22(๐‘ฅโˆ—)

    | > 0, maka ๐‘ฅโˆ— minumum

    lokal pada ๐‘“.

    I. Model Kompetesi Dua Pemangsa untuk Satu Mangsa.

    Pemodelan matematika oleh Mukhopadhyay dan Bhattacharyya

    (2015) menjelaskan tiga persamaan diferensial dan secara konsisten dua

    pemangsa (๐ป1 dan ๐ป2) memangsa satu mangsa ๐‘ƒ. Kedua spesies

    pemangsa tersebut diasumsikan mempunyai interaksi langsung dengan

    mangsa. Kedua populasi pemangsa memberi pengaruh terhadap mangsa

    dan mereka juga berkompetisi. Pengaruh tingkat interaksi dalam angka

    pertumbuhan pesaing diasumsikan proporsional terhadap kepadatan

    populasi pemangsa dengan ๐›ฝ1 dan ๐›ฝ2. Akan tetapi, fungsi predasi dari dua

  • pemangsa dibuat berbeda, satu mengikuti respon Holling tipe I dan yang

    lainnya mengikuti respon Holling tipe II. Disamping mengalami

    pengurangan karena adanya fungsi predasi, populasi mangsa tumbuh

    logistik dengan ๐‘Ÿ sebagai laju pertumbuhan intrinsik dan ๐พ sebagai

    kapasitas bawaan. Diasumsikan juga bahwa pemangsa ๐ป2 dapat dipanen.

    Konstanta ๐ธ dan ๐‘ž masing-masing menunjukkan usaha pemanenan dan

    koefisien ketertangkapan. Model kompetisi dua pemangsa untuk satu

    mangsa diberikan sebagai berikut,

    ๐‘‘๐‘ƒ

    ๐‘‘๐‘ก= ๐‘Ÿ๐‘ƒ (1 โˆ’

    ๐‘ƒ

    ๐พ) โˆ’ ๐›ผ1๐‘ƒ๐ป1 โˆ’

    ๐›ผ2๐‘ƒ๐ป2โ„Ž + ๐‘ƒ

    ๐‘‘๐ป1๐‘‘๐‘ก

    = ๐‘’1๐›ผ1๐‘ƒ๐ป1 โˆ’ ๐›ฝ1๐ป1๐ป2 โˆ’ ๐‘‘1๐ป1

    ๐‘‘๐ป2๐‘‘๐‘ก

    = ๐‘’2 [๐›ผ2๐‘ƒ๐ป2โ„Ž + ๐‘ƒ

    ] โˆ’ ๐›ฝ2๐ป1๐ป2 โˆ’ ๐‘‘2๐ป2 โˆ’ ๐‘ž๐ธ๐ป2

    (2.17)

    J. Beberapa Contoh Dinamika Populasi Mangsa-Pemangsa

    Wuellner dan Willis (2008) meneliti tentang fish competition

    yang kemudian dimuat pada majalah Pond Boss. Penelitian tersebut

    melibatkan satu mangsa-dua pemangsa. Dua pemangsa tersebut adalah

    Walleye (Sander vitreus) dan Smallmouth Bass (Micropterus dolomieu).

    Pada tahun 2006 dan 2007, South Dakota Department of Game, Fish, and

    Parks (SDGFP) dan South Dakota State University (SDSU) bekerja sama

    untuk meneliti makanan (mangsa) Walleye dan Smallmouth Bass di Lake

    Sharpe, salah satu waduk dari sungai Missouri. Setiap bulan, dari bulan

  • Mei hingga bulan Oktober mereka mengambil sampel penilitian (Walleye

    dan Smallmouth Bass) dengan ukuran berbeda-beda. Pada bulan Juli

    hingga September menemukan Walleye dan Smallmouth Bass memakan

    ikan yang sama yaitu Gizzard Shad (Dorosoma cepedianum).

    1. Gizzard Shad

    Dorosoma adalah bahasa Yunani untuk "tubuh tombak",

    mengacu pada bentuk tombak seperti shad muda. Spesies julukan

    cepedianum mengacu pada naturalis Prancis Citoyen Lacepede. Gizzard

    shad biasanya mudah dibedakan dari threadfin shad oleh fakta bahwa

    proyek rahang atas melampaui rahang bawah. Ahli ichthyologists dapat

    menjalankan jari di bawah mulut ke depan, dan jika kuku jari menangkap

    rahang atas dan membuka mulut, pada kebanyakan kasus ikan itu adalah

    ikan rizzard dan bukan shampo threadfin. Biasanya memiliki 29-35 ruas

    sirip, selisih 20-25 ruas yang ditemukan pada threadfin shad. Permukaan

    bagian atas berwarna biru keperakan. Sirip tidak memiliki warna

    kekuningan yang ada di threadfin shad. Tidak seperti threadfin shad, dagu

    dan mulut pada spesies ini tidak berbintik-bintik dengan pigmen hitam.

    Meskipun spesies umumnya tumbuh dengan panjang 9-14 inci, beberapa

    telah dilaporkan melebihi 20 inci panjangnya. Di Texas rekaman (diambil

    dengan pistol tombak) adalah spesimen 18,25 inci yang beratnya

    mencapai 2,97 pound.

  • Meskipun shad dewasa bertubuh kecil, anak-anak Gizzard shad

    sangat ramping dan lembut terlihat sampai mencapai sekitar 1,25 inci

    panjangnya. Gizzard shad adalah planktivora. Umpan muda pada hewan

    dan tumbuhan mikroskopik, serta larva serangga kecil. Orang dewasa

    memberi makan dengan menyaring makanan kecil dari air dengan

    menggunakan gill insang panjang dan dekat.

    Di Texas, shard ditemukan di semua aliran utama dan waduk.

    Spesies ini berasal dari Amerika Utara bagian timur. Di utara,

    jangkauannya mencakup Sungai Saint Lawrence dan Great Lakes

    (kecuali Danau Superior), dan meluas ke barat ke North Dakota. Gizzard

    shad ditemukan sejauh selatan Meksiko timur, dan sejauh barat New

    Mexico. Spesies ini tidak ditemukan di New England, Florida selatan, atau

    melalui sebagian besar rantai Pegunungan Appalachian.

    (Texas Parks and Wildlife Department, 2017).

    Gambar 2.1. Jenis ikan Gizzard Shad (dikutip dari Texas Parks and Wildlife).

  • 2. Smallmouth Bass

    Smallmouth Bass berasal namanya dari fakta bahwa ujung

    belakang rahang tidak meluas melewati mata, sementara yang dari

    largemouth tidak. Dua sirip punggung dengan bagian berputar-putar dan

    lembut disatukan, tubuh lebih panjang dari dalam, rahang tidak meluas

    melewati mata, garis perunggu di pipi. Bass smallmouth berada di danau

    pedalaman, sungai dan teluk Great Lakes dimana perairannya sejuk dan

    bersih, dan bagian bawahnya adalah batu atau kerikil. Habitat smallmouth

    yang ideal mengandung pelindung seperti batuan shoal, lereng talus, dan

    log terendam. Suhu air 68-70 derajat Fahrenheit, lebih dingin dari pada

    largemouth bass.

    Aktivitas pemijahan dimulai pada musim semi saat suhu air

    mencapai 60 derajat Fahrenheit atau lebih. Si jantan membangun sarang

    di air tenang, biasanya di dekat pantai, atau di hilir dari penyumbatan yang

    menyebabkan arus masuk. Karena si jantan akan menjaga telur dan

    menggaruk yang baru menetas, sarangnya tidak pernah jauh dari air yang

    dalam, atau penutup, di mana ia bisa mundur saat ketakutan. Telur, yang

    lebih besar dari pada bass largemouth, menetas dalam dua sampai tiga

    hari.

    (Tomelleri, 2017)

  • Gambar 2.2. Jenis ikan Smallmouth Bass (dikutip dari website Micighan Department and Nature Resource).

    3. Walleye

    Walleye berwarna zaitun sampai berwarna coklat, dipecah oleh

    garis-garis yang lebih gelap yang membentang di sisi panggul ke perut

    berwarna yang lebih ringan. Ada titik gelap yang mencolok di dasar duri

    terakhir di sirip punggung pertama. Sirip punggung dan sirip dubur jelas

    berduri dan mulutnya berisi sepasukan gigi yang sangat tajam. Walleye

    diberi nama untuk matanya yang besar seperti marmer yang bercahaya,

    yang disebabkan oleh tapetum lucidum, lapisan pigmen reflektif yang

    memungkinkannya melihat mangsa di malam hari dan di perairan gelap

    yang dalam. Jangka hidupnya berkisar antara 5-6 tahun di daerah yang

    sangat diminati sampai 10-20 tahun di perairan yang kurang dieksploitasi.

    Sebuah walleye matang bisa mencapai 30 inci dan beratnya mencapai 20

    kilogram.

    Sensitivitas mereka terhadap cahaya mengharuskan walley

    berkumpul di kolam yang lebih dalam atau di tempat penampungan pohon

  • cekung atau tempat tidur gulma di siang hari. Mereka memanfaatkan

    ketajaman visual mereka untuk memberi makan saat fajar, senja dan

    memasuki jam malam hari. Namun, walley akan memberi makan pada

    siang hari jika airnya suram atau jika cuacanya mendung. Mereka juga

    lebih aktif pada hari-hari berangin saat "walleye chop" menurunkan

    cahaya yang menembus air.

    (Anonim. 2015)

    Gambar 2.3. Jenis ikan Walleye (dikutip dari Edgewire Media).

  • 39

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka, yaitu

    mengumpulkan bahan-bahan penelitian melalui jurnal-jurnal dan buku-

    buku yang terkait dengan tema penelitian.

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Lokasi penelitian bertempat di lingkungan Universitas

    Hasanuddin. Waktu penelitian dari awal bulan Desember 2016 hingga

    akhir bulan Oktober 2017.

    C. Langkah Penelitian

    Di dalam subbab ini akan dipaparkan langkah-langkah

    penelitian yang ditempuh peneliti. Berikut langkah-langkah yang

    dimaksud.

    1. Identifikasi Masalah

    Mengidentifikasi masalah untuk menetapkan fokus

    permasalahan penelitian yang berkaitan dengan model mangsa-

  • pemangsa, fungsi respon Holling tipe I dan pemanenan. Hal tersebut

    dilakukan dengan membedah literatur (jurnal ilmiah dan buku) yang

    berkaitan langsung dengan pokok pembahasan.

    2. Studi Literatur

    Mempelajari secara mendalam jurnal-jurnal ilmiah dan buku

    yang terkait dengan permasalahan.

    3. Formulasi Model

    Model dari beberapa jurnal ilmiah dikonstruksi menjadi model

    baru dengan berbagai pertimbangan asumsi yang dikenakan.

    4. Analisis Keseimbangan.

    Titik keseimbangan nonnegatif yang diperoleh dari sistem

    dianalisis.

    5. Analisis Kestabilan

    Analisis kestabilan titik keseimbangan dilakukan pada tiga titik.

    Fokus utama dari penelitian ini pada analisis titik keseimbangan interior.

    6. Analisis Pemanenan Optimal

    Analisis pemanenan optimal dilakukan dengan menentukan titik

    keseimbangan interior model dengan pemanenan, kemudian menganalisis

    fungsi keuntungan.

    7. Simulasi Model

    Simulasi numerik dari model dilakukan dengan menggunakan

    bantuan software.

  • 8. Penarikan Kesimpulan

    Setelah menganalisis dan melakukan simulasi numerik terhadap

    model maka selanjutnya diambil suatu kesimpulan terhadap hasil-hasil

    yang diperoleh. Hasil yang diharapkan adalah adanya titik keseimbangan

    interior yang stabil dan memberikan keuntungan yang optimum.

    9. Penyusunan Laporan

    Pada tahapan ini, disusun laporan tertulis dari semua tahapan

    penelitian yang telah dilakukan.

  • STUDI LITERATUR

    IDENTIFIKASI MASALAH

    FORMULASI MODEL

    MENENTUKAN TITIK

    KESEIMBANGAN DAN ANALISIS

    KESTABILAN

    MENENTUKAN NILAI

    USAHA PEMANENAN DAN

    PROFIT

    SIMULASI NUMERIK

    INTERPRETASI

    Gambar 3.1. Diagram Alur Kerja

  • 43

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Model Mangsa-Pemangsa

    Model dinamika populasi satu mangsa-dua pemangsa yang

    dikaji melibatkan interaksi antar pemangsa dan interaksi antar individu

    dalam populasi pemangsa. Berikut asumsi-asumsi yang digunakan dalam

    model.

    1. Laju pertumbuhan mangsa menggunakan laju pertumbuhan

    logistik.

    2. Populasi pemangsa saling berkompetisi mendapatkan mangsa.

    3. Populasi pemangsa menggunakan fungsi respon Holling tipe I

    dalam pemangsaan.

    4. Terdapat kompetisi intraspesifik pada masing-masing pemangsa.

    5. Populasi pemangsa bernilai ekonomis sehingga dapat dipanen.

    Laju pertumbuhan mangsa menggunakan laju pertumbuhan

    logistik banyak dikembangkan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, seperti

    Gupta dan Chandra (2013). Kompetisi antar pemangsa (interspesifik)

    dikembangkan oleh Mukhopadhyay dan Bhattacharyya (2015). Kompetisi

    intraspesifik dibahas dalam penelitian Ali, dkk.(2017). Pada penelitian

    Toaha dkk., (2014) membahas tentang analisis kestabilan dan kebijakan

    pemanenan dengan usaha konstan.

  • Berikut ini diberikan diagram kompartemen model satu mangsa-

    dua pemangsa dengan pemanenan pada pemangsa.

    Setelah mengkaji lebih mendalam tentang model satu mangsa-

    dua pemangsa dengan pengembangan sesuai asumsi-asumsi di atas,

    model yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

    ๐‘‘๐‘ƒ

    ๐‘‘๐‘ก= ๐‘Ÿ๐‘ƒ (1 โˆ’

    ๐‘ƒ

    ๐พ) โˆ’ ๐›ผ1๐‘ƒ๐ป1 โˆ’ ๐›ผ2๐‘ƒ๐ป2

    ๐‘‘๐ป1๐‘‘๐‘ก

    = ๐‘’1๐›ผ1๐‘ƒ๐ป1 โˆ’ ๐‘”1๐ป12 โˆ’ ๐›ฝ1๐ป1๐ป2 โˆ’ ๐‘‘1๐ป1 โˆ’ ๐‘ž1๐ธ1๐ป1

    ๐‘‘๐ป2๐‘‘๐‘ก

    = ๐‘’2๐›ผ2๐‘ƒ๐ป2 โˆ’ ๐‘”2๐ป22 โˆ’ ๐›ฝ2๐ป1๐ป2 โˆ’ ๐‘‘2๐ป2 โˆ’ ๐‘ž2๐ธ2๐ป2.

    (4.1)

    PEMANGSA PERTAMA (๐ป1) PEMANGSA KEDUA (๐ป2)

    MANGSA (๐‘ƒ)

    ๐‘Ÿ๐‘ƒ

    ๐‘’2๐›ผ2๐‘ƒ๐ป2

    ๐‘ž1๐ธ1๐ป1

    ๐‘‘2๐ป2 ๐‘‘1๐ป1

    ๐‘ž2๐ธ2๐ป2 ๐‘’1๐›ผ1๐‘ƒ๐ป1

    ๐‘”2๐ป22

    ๐‘”1๐ป12

    ๐›ฝ2๐ป1๐ป2 ๐›ฝ1๐ป1๐ป2

    Gambar 4.1.Diagram kompartemen model mangsa-pemangsa.

  • jika tidak ada pemanenan,

    nonnegatif, jika dilakukan pemanenan

    dengan qiEi, = {

    0,

    ๐‘– = 1,2.

    Definisi variabel dan parameter yang digunakan dalam model

    (4.1) ditunjukkan dalam Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

    Tabel 4.1.Definisi variabel.

    Variabel Definisi Satuan

    ๐‘ƒ Populasi mangsa. Populasi

    ๐ป1 Populasi pemangsa pertama.

    Populasi

    ๐ป2 Populasi pemangsa kedua.

    Populasi

    Table 4.2. Definisi parameter

    Parameter Definisi Satuan

    ๐‘Ÿ Laju pertumbuhan intrinsik mangsa.

    1

    waktu

    ๐พ Daya tampung populasi mangsa.

    Populasi

    ๐›ผ1 Angka pemangsaan dari pemangsa pertama.

    1

    populasi x waktu

    ๐›ผ2 Angka pemangsaan dari pemangsa kedua.

    1

    populasi x waktu

    ๐‘’1 Efisiensi perubahan dari pemangsa pertama.

    -

    ๐‘’2 Efisiensi perubahan dari pemangsa kedua.

    -

    ๐‘”1 Koefisien kompetisi intraspesifik pemangsa pertama.

    1

    populasi x waktu

    ๐‘”2 Koefisien kompetisi intraspesifik pemangsa kedua.

    1

    populasi x waktu

    ๐›ฝ1 Koefisien kompetisi pemangsa pertama terhadap pemangsa kedua.

    1

    populasi x waktu

  • Parameter Definisi Satuan

    ๐›ฝ2 Koefisien kompetisi pemangsa kedua terhadap pemangsa pertama.

    1

    populasi x waktu

    ๐‘‘1 Laju kematian pemangsa pertama.

    1

    waktu

    ๐‘‘2 Laju kematian pemangsa pertama.

    1

    waktu

    ๐‘ž1 Koefisien ketertangkapan pemangsa pertama.

    -

    ๐‘ž2 Koefisien ketertangkapan pemangsa kedua.

    -

    ๐ธ1 Usaha pemanenan pemangsa pertama.

    1

    waktu

    ๐ธ2 Usaha pemanenan pemangsa kedua.

    1

    waktu

    B. Analisis Titik Keseimbangan dan Kestabilan Model Tanpa Pemanenan

    1. Analisis Titik Keseimbangan

    Titik keseimbangan nonnegatif diperoleh dari model (4.1)

    dengan ๐‘ž๐‘–๐ธ๐‘– = 0 adalah sebagai berikut.

    1) ๐‘‡1 = (0, 0, 0), dan ๐‘‡2 = (๐พ, 0, 0)

    Titik keseimbangan ๐‘‡1 dan ๐‘‡2 selalu ada.

    2) ๐‘‡4 = (๐พ(๐‘‘2๐›ผ2+๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    , 0,๐‘Ÿ(๐พ๐‘’2๐›ผ2โˆ’๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    )

    Jika ๐พ =๐‘‘2

    ๐‘’2๐›ผ2, maka titik ๐‘‡4 = (

    ๐พ(๐‘‘2๐›ผ2+๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    , 0,๐‘Ÿ(๐พ๐‘’2๐›ผ2โˆ’๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    ) menjadi

    titik ๐‘‡2 = (๐พ, 0, 0).

    3) ๐‘‡6 = (๐พ(๐‘‘1๐›ผ1+๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    , ๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1โˆ’๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    , 0)

  • Jika ๐พ =๐‘‘1

    ๐‘’1๐›ผ1, maka titik ๐‘‡6 = (

    ๐พ(๐‘‘1๐›ผ1+๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    , ๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1โˆ’๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    , 0)akan

    berimpit menjadi titik ๐‘‡2 = (๐พ, 0, 0). Jika ๐พ =๐‘‘1

    ๐‘’1๐›ผ1=

    ๐‘‘2

    ๐‘’2๐›ผ2, maka ๐‘‡4 =

    (๐พ(๐‘‘2๐›ผ2+๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    , 0,๐‘Ÿ(๐พ๐‘’2๐›ผ2โˆ’๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    ) dan titik ๐‘‡6 = (๐พ(๐‘‘1๐›ผ1+๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    , ๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1โˆ’๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    , 0)

    menjadi titik ๐‘‡2 = (๐พ, 0, 0).

    4) ๐‘‡8 = (๐‘ƒโˆ—, ๐ป1

    โˆ— , ๐ป2โˆ—)

    dengan

    ๐‘ƒโˆ— =๐พ[๐‘‘1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐‘‘2๐›ผ1๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 โˆ’ (๐‘‘1๐›ผ1๐‘”2 + ๐‘‘2๐›ผ2๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘”1๐‘”2)]

    ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 โˆ’ (๐พ๐‘’1๐›ผ12๐‘”2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ22๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘”1๐‘”2)

    ๐ป1โˆ— =

    ๐‘‘1๐›ผ1๐‘”2 + ๐‘‘2๐›ผ2๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘”1๐‘”2 โˆ’ (๐พ๐‘‘2๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’1๐›ผ1๐‘”2 + ๐‘Ÿ๐‘‘2๐›ฝ1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 โˆ’ (๐พ๐‘’1๐›ผ12๐‘”2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ22๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘”1๐‘”2)

    ๐ป2โˆ— =

    ๐พ๐‘‘2๐‘’1๐›ผ12 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’1๐›ผ1๐›ฝ2 + ๐‘Ÿ๐‘‘2๐‘”1 โˆ’ (๐พ๐‘‘1๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’2๐›ผ2๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘‘1๐›ฝ2)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 โˆ’ (๐พ๐‘’1๐›ผ12๐‘”2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ22๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘”1๐‘”2).

    Sintaks titik keseimbangan model tanpa pemanenan dapat dilihat pada

    lampiran 1.

    Kewujudan titik ๐‘‡8 ditinjau dari dua kasus sebagai berikut

    Kasus I. Semua populasi memenuhi kondisi dari pertidaksamaan berikut

    ini,

    ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 > ๐พ๐‘’1๐›ผ12๐‘”2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ2

    2๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘”1๐‘”2,

    ๐‘‘1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐‘‘2๐›ผ1๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 > ๐‘‘1๐›ผ1๐‘”2 + ๐‘‘2๐›ผ2๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘”1๐‘”2,

    ๐‘‘1๐›ผ1๐‘”2 + ๐‘‘2๐›ผ2๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘”1๐‘”2 > ๐พ๐‘‘2๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’1๐›ผ1๐‘”2 + ๐‘Ÿ๐‘‘2๐›ฝ1,

    ๐พ๐‘‘2๐‘’1๐›ผ12 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’1๐›ผ1๐›ฝ2 + ๐‘Ÿ๐‘‘2๐‘”1 > ๐พ๐‘‘1๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’2๐›ผ2๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘‘1๐›ฝ2.

    Kasus II. Semua populasi memenuhi kondisi dari pertidaksamaan berikut

    ini,

  • ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 > ๐พ๐‘’1๐›ผ12๐‘”2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ2

    2๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘”1๐‘”2,

    ๐‘‘1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐‘‘2๐›ผ1๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 > ๐‘‘1๐›ผ1๐‘”2 + ๐‘‘2๐›ผ2๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘”1๐‘”2,

    ๐‘‘1๐›ผ1๐‘”2 + ๐‘‘2๐›ผ2๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘”1๐‘”2 > ๐พ๐‘‘2๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’1๐›ผ1๐‘”2 + ๐‘Ÿ๐‘‘2๐›ฝ1,

    ๐พ๐‘‘2๐‘’1๐›ผ12 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’1๐›ผ1๐›ฝ2 + ๐‘Ÿ๐‘‘2๐‘”1 > ๐พ๐‘‘1๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’2๐›ผ2๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘‘1๐›ฝ2.

    2. Analisis Kestabilan Titik Keseimbangan

    Matriks Jacobi dari model (4.1) dengan ๐‘ž๐‘–๐ธ๐‘– = 0 adalah sebagai

    berikut.

    ๐ฝ = [๐ฝ11 ๐ฝ12 ๐ฝ13๐ฝ21 ๐ฝ22 ๐ฝ23๐ฝ31 ๐ฝ32 ๐ฝ33

    ] (4.2)

    dengan

    ๐ฝ11 = ๐‘Ÿ โˆ’2๐‘Ÿ๐‘ƒโˆ—

    ๐พโˆ’ ๐›ผ1๐ป1

    โˆ— โˆ’ ๐›ผ2๐ป2โˆ—, ๐ฝ12 = โˆ’๐›ผ1๐‘ƒ

    โˆ—, ๐ฝ13 = โˆ’๐›ผ2๐‘ƒโˆ—,๐ฝ21 = ๐‘’1๐›ผ1๐ป1

    โˆ—,

    ๐ฝ22 = ๐‘’1๐›ผ1๐‘ƒโˆ— โˆ’ 2๐‘”1๐ป1

    โˆ— โˆ’ ๐›ฝ1๐ป2โˆ— โˆ’ ๐‘‘1, ๐ฝ23 = โˆ’๐›ฝ1๐ป1

    โˆ—, ๐ฝ31 = ๐‘’2๐›ผ2๐ป2โˆ—,

    ๐ฝ32 = โˆ’๐›ฝ2๐ป2โˆ—, ๐ฝ33 = ๐‘’2๐›ผ2๐‘ƒ

    โˆ— โˆ’ ๐›ฝ2๐ป1โˆ— โˆ’ 2๐‘”2๐ป2

    โˆ— โˆ’ ๐‘‘2.

    1) ๐‘‡4 = (๐พ(๐‘‘2๐›ผ2+๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    , 0,๐‘Ÿ(๐พ๐‘’2๐›ผ2โˆ’๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    )

    Dengan mensubstitusi ๐‘‡4 pada matriks (4.2) diperoleh

    ๐ฝ(๐‘‡4) = [

    ๐ฝ114 ๐ฝ12

    4 ๐ฝ134

    ๐ฝ214 ๐ฝ22

    4 ๐ฝ234

    ๐ฝ314 ๐ฝ32

    4 ๐ฝ334

    ],

    dengan

  • ๐ฝ114 = ๐‘Ÿ โˆ’

    2๐‘Ÿ(๐‘‘2๐›ผ2 + ๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2โˆ’

    ๐›ผ2๐พ(๐‘’2๐›ผ2 โˆ’ ๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2,

    ๐ฝ124 = โˆ’

    ๐›ผ1๐พ(๐‘‘2๐›ผ2 + ๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2,

    ๐ฝ134 = โˆ’

    ๐›ผ2๐พ(๐‘‘2๐›ผ2 + ๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2,

    ๐ฝ214 = 0,

    ๐ฝ224 =

    ๐‘’1๐›ผ1๐พ(๐‘‘2๐›ผ2 + ๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2โˆ’

    ๐›ฝ1๐พ(๐‘’2๐›ผ2 โˆ’ ๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2โˆ’ ๐‘‘1,

    ๐ฝ234 = 0,

    ๐ฝ314 =

    ๐‘’2๐›ผ2๐‘Ÿ(๐พ๐‘’2๐›ผ2 โˆ’ ๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2

    ,

    ๐ฝ324 = โˆ’

    ๐›ฝ2๐‘Ÿ(๐พ๐‘’2๐›ผ2 โˆ’ ๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2,

    ๐ฝ334 =

    ๐‘’2๐›ผ2๐พ(๐‘‘2๐›ผ2 + ๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2โˆ’

    2๐‘”2๐‘Ÿ(๐พ๐‘’2๐›ผ2 โˆ’ ๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2โˆ’ ๐‘‘2.

    Dari matriks Jacobi ๐ฝ(๐‘‡4) diperoleh persamaan karakteristik sebagai

    berikut

    ๐‘“(๐œ†) = ๐œ†3 โˆ’ (๐ฝ114 + ๐ฝ33

    4 + ๐ฝ224 )๐œ†2 + (๐ฝ11

    4 ๐ฝ224 + ๐ฝ33

    4 ๐ฝ224 + ๐ฝ11

    4 ๐ฝ334 โˆ’ ๐ฝ13

    4 ๐ฝ314 )

    +๐ฝ134 ๐ฝ31

    4 ๐ฝ224 โˆ’ ๐ฝ11

    4 ๐ฝ334 ๐ฝ22

    4 , (4.3)

    ๐‘“(๐œ†) = ๐œ†3 โˆ’ (๐ฝ114 + ๐ฝ33

    4 + ๐ฝ224 )๐œ†2 + (๐ฝ11

    4 ๐ฝ224 + ๐ฝ33

    4 ๐ฝ224 + ๐ฝ11

    4 ๐ฝ334 โˆ’ ๐ฝ13

    4 ๐ฝ314 ) + ๐ฝ13

    4 ๐ฝ314 ๐ฝ22

    4

    โˆ’๐ฝ114 ๐ฝ33

    4 ๐ฝ224 = 0

    (๐ฝ224 โˆ’ ๐œ†)(๐œ†2 โˆ’ (๐ฝ11

    4 + ๐ฝ334 )๐œ† + ๐ฝ11

    4 ๐ฝ334 โˆ’ ๐ฝ13

    4 ๐ฝ314 ) = 0.

  • ๐œ†1 = ๐ฝ224 =

    ๐‘’1๐›ผ1๐พ(๐‘‘2๐›ผ2+๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    โˆ’๐›ฝ1๐พ(๐‘’2๐›ผ2โˆ’๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    โˆ’ ๐‘‘1, jika ๐‘’1๐›ผ1๐พ(๐‘‘2๐›ผ2+๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    >

    ๐›ฝ1๐พ(๐‘’2๐›ผ2โˆ’๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    + ๐‘‘1 maka ๐œ†1 < 0. Akar-akar ๐œ†2 dan ๐œ†3 adalah solusi dari

    persamaan

    ๐œ†2 โˆ’ (๐ฝ114 + ๐ฝ33

    4 )๐œ† + ๐ฝ114 ๐ฝ33

    4 โˆ’ ๐ฝ134 ๐ฝ31

    4 = 0. (4.4)

    Berdasarkan kriteria Routh-Hurwiz pada Teorema 2.3, Persamaan (4.4)

    memiliki solusi akar-akar negatif jika โ€“ (๐ฝ114 + ๐ฝ33

    4 ) > 0 dan ๐ฝ114 ๐ฝ33

    4 > ๐ฝ134 ๐ฝ31

    4 .

    Jadi, titik keseimbangan ๐‘‡4 = (๐พ(๐‘‘2๐›ผ2+๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    , 0,๐‘Ÿ(๐พ๐‘’2๐›ผ2โˆ’๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    ) stabil

    asimtotik jika memenuhi kondisi:

    a. ๐‘’1๐›ผ1๐พ(๐‘‘2๐›ผ2+๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    >๐›ฝ1๐พ(๐‘’2๐›ผ2โˆ’๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    + ๐‘‘1,

    b. โ€“ (๐ฝ114 + ๐ฝ33

    4 ) > 0,

    c. ๐ฝ114 ๐ฝ33

    4 > ๐ฝ134 ๐ฝ31

    4 .

    Contoh 4.1.

    Ambil nilai parameter ๐‘Ÿ = 1.5 , ๐พ = 10000, ๐›ผ1 = 0.000021, ๐›ผ2 =

    0.00002, ๐‘’1 = 0.5, ๐‘’2 = 0.5, ๐‘‘1 = 0.0008, ๐‘‘2 = 0.00065, ๐›ฝ1 = 0.00008,

    ๐›ฝ2 = 0.0000010, ๐‘”1 = 0.00002, ๐‘”2 = 0.00002.

    ๐‘’1๐›ผ1๐พ(๐‘‘2๐›ผ2 + ๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2

    โˆ’๐›ฝ1๐พ(๐‘’2๐›ผ2 โˆ’ ๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2

    โˆ’ ๐‘‘1 = โˆ’1.38869371 < 0

    ๐‘Ÿ โˆ’2๐‘Ÿ(๐‘‘2๐›ผ2 + ๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2โˆ’

    ๐›ผ2๐พ(๐‘’2๐›ผ2 โˆ’ ๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2= โˆ’0.30834159 < 0

    ๐‘’2๐›ผ2๐พ(๐‘‘2๐›ผ2 + ๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2โˆ’

    2๐‘”2๐‘Ÿ(๐พ๐‘’2๐›ผ2 โˆ’ ๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2โˆ’ ๐‘‘2 = โˆ’0.10118754 < 0

    ๐ฝ114 ๐ฝ33

    4 โˆ’ ๐ฝ134 ๐ฝ31

    4 = 0.15185365 > 0.

  • Nilai eigen dari persamaan karakteristik (4.3) adalah ๐œ†1 =

    โˆ’1.37982870, ๐œ†2 = โˆ’0.11005254, ๐œ†3 = โˆ’0.30834159.

    Jadi, titik keseimbangan ๐‘‡4 stabil asimtotik karena nilai-nilai eigen

    dari persamaan karakteristik (4.3) real negatif.

    2) ๐‘‡6 = (๐พ(๐‘‘1๐›ผ1+๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    , ๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1โˆ’๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    , 0)

    Dengan mensubstitusi ๐‘‡6 = (๐พ(๐‘‘1๐›ผ1+๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    , ๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1โˆ’๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    , 0) pada

    matriks (4.2) diperoleh

    ๐ฝ(๐‘‡6) = [

    ๐ฝ116 ๐ฝ12

    6 ๐ฝ136

    ๐ฝ216 ๐ฝ22

    6 ๐ฝ236

    ๐ฝ316 ๐ฝ32

    6 ๐ฝ336

    ]

    dengan

    ๐ฝ116 = ๐‘Ÿ โˆ’

    2๐‘Ÿ(๐‘‘1๐›ผ1 + ๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1โˆ’

    ๐›ผ1๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1 โˆ’ ๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1,

    ๐ฝ126 = โˆ’

    ๐›ผ1๐พ(๐‘‘1๐›ผ1 + ๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1,

    ๐ฝ136 = โˆ’

    ๐›ผ2๐พ(๐‘‘1๐›ผ1 + ๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1

    ,

    ๐ฝ216 =

    ๐‘’1๐›ผ1๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1 โˆ’ ๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1,

    ๐ฝ226 =

    ๐‘’1๐›ผ1๐พ(๐‘‘1๐›ผ1 + ๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1โˆ’

    2๐‘”1๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1 โˆ’ ๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1โˆ’ ๐‘‘1,

    ๐ฝ236 = โˆ’

    ๐›ฝ1๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1 โˆ’ ๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1, ๐ฝ31

    6 = 0, ๐ฝ326 = 0,

    ๐ฝ336 =

    ๐‘’2๐›ผ2๐พ(๐‘‘1๐›ผ1 + ๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1โˆ’

    ๐›ฝ1๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1 โˆ’ ๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1โˆ’ ๐‘‘2.

  • Dari matriks Jacobi ๐ฝ(๐‘‡6) diperoleh persamaan karakteristik sebagai

    berikut

    ๐‘“(๐œ†) = ๐œ†3 โˆ’ (๐ฝ116 + ๐ฝ33

    6 + ๐ฝ226 )๐œ†2 + (๐ฝ11

    6 ๐ฝ226 + ๐ฝ33

    6 ๐ฝ226 + ๐ฝ11

    6 ๐ฝ336 โˆ’ ๐ฝ12

    6 ๐ฝ216 )

    +๐ฝ126 ๐ฝ21

    6 ๐ฝ336 โˆ’ ๐ฝ11

    6 ๐ฝ336 ๐ฝ22

    6 , (4.5)

    ๐‘“(๐œ†) = ๐œ†3 โˆ’ (๐ฝ116 + ๐ฝ33

    6 + ๐ฝ226 )๐œ†2 + (๐ฝ11

    6 ๐ฝ226 + ๐ฝ33

    6 ๐ฝ226 + ๐ฝ11

    6 ๐ฝ336 โˆ’ ๐ฝ12

    6 ๐ฝ216 ) + ๐ฝ12

    6 ๐ฝ216 ๐ฝ33

    6

    โˆ’๐ฝ116 ๐ฝ33

    6 ๐ฝ226 = 0

    (๐ฝ336 โˆ’ ๐œ†)(๐œ†2 โˆ’ (๐ฝ11

    6 + ๐ฝ226 )๐œ† + ๐ฝ11

    6 ๐ฝ226 โˆ’ ๐ฝ12

    6 ๐ฝ216 ) = 0.

    ๐œ†1 = ๐ฝ336 =

    ๐‘’2๐›ผ2๐พ(๐‘‘1๐›ผ1+๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    โˆ’๐›ฝ1๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1โˆ’๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    โˆ’ ๐‘‘2, jika ๐‘’2๐›ผ2๐พ(๐‘‘1๐›ผ1+๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    >

    ๐›ฝ1๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1โˆ’๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    + ๐‘‘2 maka ๐œ†1 < 0. Akar-akar ๐œ†2 dan ๐œ†3 adalah solusi dari

    persamaan

    ๐œ†2 โˆ’ (๐ฝ116 + ๐ฝ22

    6 )๐œ† + ๐ฝ116 ๐ฝ22

    6 โˆ’ ๐ฝ126 ๐ฝ21

    6 = 0. (4.6)

    Berdasarkan kriteria Routh-Hurwiz pada Teorema 2.3, Persamaan (4.6)

    memiliki solusi akar-akar negatif jika โˆ’(๐ฝ116 + ๐ฝ22

    6 ) > 0 dan ๐ฝ116 ๐ฝ22

    6 > ๐ฝ126 ๐ฝ21

    6 .

    Jadi, titik keseimbangan ๐‘‡6 = (๐พ(๐‘‘2๐›ผ2+๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    , 0,๐‘Ÿ(๐พ๐‘’2๐›ผ2โˆ’๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    ) stabil

    asimtotik jika memenuhi kondisi:

    a. ๐‘’2๐›ผ2๐พ(๐‘‘1๐›ผ1+๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    >๐›ฝ1๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1โˆ’๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    + ๐‘‘2,

    b. โˆ’(๐ฝ116 + ๐ฝ22

    6 ) > 0,

    c. ๐ฝ116 ๐ฝ22

    6 > ๐ฝ126 ๐ฝ21

    6 .

  • Contoh 4.2.

    Ambil nilai parameter ๐‘Ÿ = 1.5 , ๐พ = 10000,๐›ผ1 = 0.000021, ๐›ผ2 =

    0.000022, ๐‘’1 = 0.5, ๐‘’2 = 0.5, ๐‘‘1 = 0.00055, ๐‘‘2 = 0.0008, ๐›ฝ1 = 0.000008,

    ๐›ฝ2 = 0.00008, ๐‘”1 = 0.00002, ๐‘”2 = 0.00002.

    ๐‘’2๐›ผ2๐พ(๐‘‘1๐›ผ1 + ๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1โˆ’

    ๐›ฝ1๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1 โˆ’ ๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1โˆ’ ๐‘‘2 = โˆ’0.28748621 < 0

    ๐‘Ÿ โˆ’2๐‘Ÿ(๐‘‘1๐›ผ1 + ๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1โˆ’

    ๐›ผ1๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1 โˆ’ ๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1= โˆ’1.39783651 < 0

    ๐‘’1๐›ผ1๐พ(๐‘‘1๐›ผ1 + ๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1โˆ’

    2๐‘”1๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1 โˆ’ ๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1โˆ’ ๐‘‘1 = โˆ’0.09729856 < 0

    ๐ฝ116 ๐ฝ22

    6 โˆ’ ๐ฝ126 ๐ฝ21

    6 = 0.14600402

    Nilai eigen dari persamaan karakteristik (4.5) adalah ๐œ†1 =

    โˆ’1.39010407, ๐œ†2 = โˆ’0.10503100, ๐œ†3 = โˆ’0.28748621.

    Jadi, titik keseimbangan ๐‘‡6 stabil asimtotik karena nilai-nilai eigen

    dari persamaan karakteristik (4.5) real negatif.

    3) ๐‘‡8 = (๐‘ƒโˆ—, ๐ป1

    โˆ— , ๐ป2โˆ—)

    Dengan mensubstitusi ๐‘‡8 = (๐‘ƒโˆ—, ๐ป1

    โˆ—, ๐ป2โˆ—) pada matriks (4.2)

    diperoleh

    ๐ฝ(๐‘‡8) = [๐ฝ11 ๐ฝ12 ๐ฝ13๐ฝ21 ๐ฝ22 ๐ฝ23๐ฝ31 ๐ฝ32 ๐ฝ33

    ]

    dengan

    ๐ฝ11 = ๐‘Ÿ โˆ’2๐‘Ÿ๐‘ƒโˆ—

    ๐พโˆ’ ๐›ผ1๐ป1

    โˆ— โˆ’ ๐›ผ2๐ป2โˆ—, ๐ฝ12 = โˆ’๐›ผ1๐‘ƒ

    โˆ—, ๐ฝ13 = โˆ’๐›ผ2๐‘ƒโˆ—,๐ฝ21 = ๐‘’1๐›ผ1๐ป1

    โˆ—,

  • ๐ฝ22 = ๐‘’1๐›ผ1๐‘ƒโˆ— โˆ’ 2๐‘”1๐ป1

    โˆ— โˆ’ ๐›ฝ1๐ป2โˆ— โˆ’ ๐‘‘1, ๐ฝ23 = โˆ’๐›ฝ1๐ป1

    โˆ—, ๐ฝ31 = ๐‘’2๐›ผ2๐ป2โˆ—,

    ๐ฝ32 = โˆ’๐›ฝ2๐ป2โˆ—, ๐ฝ33 = ๐‘’2๐›ผ2๐‘ƒ

    โˆ— โˆ’ ๐›ฝ2๐ป1โˆ— โˆ’ 2๐‘”2๐ป2

    โˆ— โˆ’ ๐‘‘2,

    ๐‘ƒโˆ— =๐พ[๐‘‘1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐‘‘2๐›ผ1๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 โˆ’ (๐‘‘1๐›ผ1๐‘”2 + ๐‘‘2๐›ผ2๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘”1๐‘”2)]

    ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 โˆ’ (๐พ๐‘’1๐›ผ12๐‘”2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ2

    2๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘”1๐‘”2),

    ๐ป1โˆ— =

    ๐‘‘1๐›ผ1๐‘”2 + ๐‘‘2๐›ผ2๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘”1๐‘”2 โˆ’ (๐พ๐‘‘2๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’1๐›ผ1๐‘”2 + ๐‘Ÿ๐‘‘2๐›ฝ1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 โˆ’ (๐พ๐‘’1๐›ผ12๐‘”2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ22๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘”1๐‘”2),

    ๐ป2โˆ— =

    ๐พ๐‘‘2๐‘’1๐›ผ12 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’1๐›ผ1๐›ฝ2 + ๐‘Ÿ๐‘‘2๐‘”1 โˆ’ (๐พ๐‘‘1๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’2๐›ผ2๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘‘1๐›ฝ2)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 โˆ’ (๐พ๐‘’1๐›ผ12๐‘”2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ22๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘”1๐‘”2).

    Persamaan karakteristik dari matriks ๐ฝ(๐‘‡8) adalah

    ๐œ†3 + ๐ด1๐œ†2 + ๐ด2๐œ† + ๐ด3 = 0 (4.7)

    dengan

    ๐ด1 = โˆ’(๐ฝ11 + ๐ฝ22 + ๐ฝ33)

    ๐ด2 = ๐ฝ11๐ฝ22 + ๐ฝ11๐ฝ33 + ๐ฝ22๐ฝ33 โˆ’ ๐ฝ12๐ฝ21 โˆ’ ๐ฝ13๐ฝ31 โˆ’ ๐ฝ23๐ฝ32

    ๐ด3 = ๐ฝ11๐ฝ23๐ฝ32 + ๐ฝ12๐ฝ21๐ฝ33 + ๐ฝ13๐ฝ31๐ฝ22 โˆ’ ๐ฝ11๐ฝ22๐ฝ33 โˆ’ ๐ฝ12๐ฝ23๐ฝ31 โˆ’ ๐ฝ13๐ฝ32๐ฝ21 .

    Untuk menjamin kestabilan ๐‘‡8 harus memenuhi kriteria Routh-

    Hurwitz, yakni ๐ด1 > 0, ๐ด2 > 0,๐ด3 > 0, dan ๐ด1๐ด2 > ๐ด3.

    a. ๐ด1 > 0

    โˆ’(๐ฝ11 + ๐ฝ22 + ๐ฝ33) > 0

    b. ๐ด2 > 0

    ๐ฝ11๐ฝ22 + ๐ฝ11๐ฝ33 + ๐ฝ22๐ฝ33 > ๐ฝ12๐ฝ21 + ๐ฝ13๐ฝ31 + ๐ฝ23๐ฝ32

    c. ๐ด3 > 0

    ๐ฝ11๐ฝ23๐ฝ32 + ๐ฝ12๐ฝ21๐ฝ33 + ๐ฝ13๐ฝ31๐ฝ22 > ๐ฝ11๐ฝ22๐ฝ33 + ๐ฝ12๐ฝ23๐ฝ31 + ๐ฝ13๐ฝ32๐ฝ21

    d. ๐ด1๐ด2 > ๐ด3

  • โˆ’(๐ฝ11 + ๐ฝ22 + ๐ฝ33)(๐ฝ11๐ฝ22 + ๐ฝ11๐ฝ33 + ๐ฝ22๐ฝ33 โˆ’ ๐ฝ12๐ฝ21 โˆ’ ๐ฝ13๐ฝ31 โˆ’ ๐ฝ23๐ฝ32) >

    ๐ฝ11๐ฝ23๐ฝ32 + ๐ฝ12๐ฝ21๐ฝ33 + ๐ฝ13๐ฝ31๐ฝ22 โˆ’ ๐ฝ11๐ฝ22๐ฝ33 โˆ’ ๐ฝ12๐ฝ23๐ฝ31 โˆ’ ๐ฝ13๐ฝ32๐ฝ21.

    Jadi, titik keseimbangan ๐‘‡8 = (๐‘ƒโˆ—, ๐ป1

    โˆ—, ๐ป2โˆ—) stabil asimtotik jika

    memenuhi kondisi โˆ’(๐ฝ11 + ๐ฝ22 + ๐ฝ33) > 0, ๐ฝ11๐ฝ22 + ๐ฝ11๐ฝ33 + ๐ฝ22๐ฝ33 > ๐ฝ12๐ฝ21 +

    ๐ฝ13๐ฝ31 + ๐ฝ23๐ฝ32, ๐ฝ11๐ฝ23๐ฝ32 + ๐ฝ12๐ฝ21๐ฝ33 + ๐ฝ13๐ฝ31๐ฝ22 > ๐ฝ11๐ฝ22๐ฝ33 + ๐ฝ12๐ฝ23๐ฝ31 +

    ๐ฝ13๐ฝ32๐ฝ21 , โˆ’(๐ฝ11 + ๐ฝ22 + ๐ฝ33)(๐ฝ11๐ฝ22 + ๐ฝ11๐ฝ33 + ๐ฝ22๐ฝ33 โˆ’ ๐ฝ12๐ฝ21 โˆ’ ๐ฝ13๐ฝ31 โˆ’

    ๐ฝ23๐ฝ32) > ๐ฝ11๐ฝ23๐ฝ32 + ๐ฝ12๐ฝ21๐ฝ33 + ๐ฝ13๐ฝ31๐ฝ22 โˆ’ ๐ฝ11๐ฝ22๐ฝ33 โˆ’ ๐ฝ12๐ฝ23๐ฝ31 โˆ’ ๐ฝ13๐ฝ32๐ฝ21.

    Contoh 4.3

    Ambil nilai parameter berikut ๐‘Ÿ = 1.5 , ๐พ = 10000,๐›ผ1 = 0.000021,๐›ผ2 =

    0.000022, ๐‘’1 = 0.5, ๐‘’2 = 0.5, ๐‘‘1 = 0.00055, ๐‘‘2 = 0.00065,๐›ฝ1 =

    0.0000008,๐›ฝ2 = 0.0000010,๐‘”1 = 0.00002, ๐‘”2 = 0.00002.

    ๐‘Ÿ โˆ’2๐‘Ÿ๐‘ƒโˆ—

    ๐พโˆ’ ๐›ผ1๐ป1

    โˆ— โˆ’ ๐›ผ2๐ป2โˆ— = โˆ’1.30823173 < 0

    ๐‘’1๐›ผ1๐‘ƒโˆ— โˆ’ 2๐‘”1๐ป1

    โˆ— โˆ’ ๐›ฝ1๐ป2โˆ— โˆ’ ๐‘‘1 = โˆ’0.08738952 < 0

    ๐‘’2๐›ผ2๐‘ƒโˆ— โˆ’ ๐›ฝ2๐ป1

    โˆ— โˆ’ 2๐‘”2๐ป2โˆ— โˆ’ ๐‘‘2 = โˆ’0.09091751 < 0

    ๐ฝ11๐ฝ22 + ๐ฝ11๐ฝ33 + ๐ฝ22๐ฝ33 โˆ’ ๐ฝ12๐ฝ21 โˆ’ ๐ฝ13๐ฝ31 โˆ’ ๐ฝ23๐ฝ32 = 0.25919380 > 0

    ๐ฝ11๐ฝ23๐ฝ32 + ๐ฝ12๐ฝ21๐ฝ33 + ๐ฝ13๐ฝ31๐ฝ22 โˆ’ ๐ฝ11๐ฝ22๐ฝ33 โˆ’ ๐ฝ12๐ฝ23๐ฝ31 โˆ’ ๐ฝ13๐ฝ32๐ฝ21

    = 0.01190383 > 0

    โˆ’(๐ฝ11 + ๐ฝ22 + ๐ฝ33)(๐ฝ11๐ฝ22 + ๐ฝ11๐ฝ33 + ๐ฝ22๐ฝ33 โˆ’ ๐ฝ12๐ฝ21 โˆ’ ๐ฝ13๐ฝ31 โˆ’ ๐ฝ23๐ฝ32)

    โˆ’๐ฝ11๐ฝ23๐ฝ32 โˆ’ ๐ฝ12๐ฝ21๐ฝ33 โˆ’ ๐ฝ13๐ฝ31๐ฝ22 + ๐ฝ11๐ฝ22๐ฝ33 + ๐ฝ12๐ฝ23๐ฝ31 + ๐ฝ13๐ฝ32๐ฝ21

    = 0.37339781 > 0

    Nilai eigen dari persamaan karakteristik (4.7) adalah ๐œ†1 =

    โˆ’1.29323327, ๐œ†2 = โˆ’0.10835942, ๐œ†3 = โˆ’0.08494607.

  • Jadi, titik keseimbangan ๐‘‡8 stabil asimtotik karena nilai-nilai eigen

    dari persamaan karakteristik (4.7) real negatif.

    C. Analisis titik keseimbangan dan kestabilan model dengan pemanenan.

    1. Analisis Titik Keseimbangan

    Model satu mangsa-dua pemangsa dengan pemanenan telah

    diberikan pada model (4.1).

    Titik keseimbangan nonnegatif diperoleh dari model (4.1) dengan

    ๐‘ž๐‘–๐ธ๐‘– > 0 adalah sebagai berikut.

    1) ๐‘‡1+ = (0, 0, 0), dan ๐‘‡2+ = (๐พ, 0, 0)

    Titik keseimbangan ๐‘‡1+ dan ๐‘‡2+ selalu ada.

    2) ๐‘‡4+ = (๐พ(๐ธ2๐›ผ2๐‘ž2+๐‘‘2๐›ผ2+๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    , 0,๐‘Ÿ(๐พ๐‘’2๐›ผ2โˆ’๐ธ2๐‘ž2โˆ’๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    )

    Jika ๐ธ2๐‘ž2 = ๐พ๐‘’2๐›ผ2 โˆ’ ๐‘‘2, maka titik ๐‘‡3+ menjadi titik ๐‘‡2+.

    3) ๐‘‡6+ = (๐พ(๐ธ1๐›ผ1๐‘ž1+๐‘‘1๐›ผ1+๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    , ๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1โˆ’๐ธ1๐‘ž1โˆ’๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    , 0)

    Jika ๐ธ1๐‘ž1 = ๐พ๐‘’1๐›ผ1 โˆ’ ๐‘‘1, maka titik ๐‘‡6+ menjadi titik ๐‘‡2+. Jika ๐พ =

    ๐ธ1๐‘ž1+๐‘‘1

    ๐‘’1๐›ผ1=

    ๐ธ2๐‘ž2+๐‘‘2

    ๐‘’2๐›ผ2, maka titik ๐‘‡4+ dan ๐‘‡6+ menjadi titik ๐‘‡2+ .

    4) ๐‘‡8+ = (๐‘ƒ+โˆ— , ๐ป1+

    โˆ— , ๐ป2+โˆ— )

    dengan

    ๐‘ƒ+โˆ— =

    ๐พ[(๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐›ผ2๐›ฝ2 + (๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐›ผ1๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2]

    ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 โˆ’ (๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2)

    โˆ’(๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐›ผ1๐‘”2 + (๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐›ผ2๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘”1๐‘”2

    ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 โˆ’ (๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2)

  • ๐ป1โˆ— =

    (๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’2๐›ผ2๐›ฝ1 + (๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐‘Ÿ๐‘”2

    ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 โˆ’ (๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2)

    โˆ’(๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’1๐›ผ1๐‘”2 + (๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐‘Ÿ๐›ฝ1

    ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 โˆ’ (๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2)

    ๐ป2โˆ— =

    (๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’1๐›ผ1๐›ฝ2 + (๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐‘Ÿ๐‘”1

    ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 โˆ’ (๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2)

    โˆ’(๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’2๐›ผ2๐‘”1 + (๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐‘Ÿ๐›ฝ2

    ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 โˆ’ (๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2)

    Sintaks titik keseimbangan model dengan pemanenan dapat dilihat pada

    lampiran 2.

    Kewujudan titik ๐‘‡8+ditinjau dari dua kasus berikut ini

    Kasus I. Semua populasi memenuhi kondisi dari pertidaksamaan berikut

    ini,

    ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 > ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2

    (๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐›ผ2๐›ฝ2 + (๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐›ผ1๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2

    > ((๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐›ผ1๐‘”2 + (๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐›ผ2๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘”1๐‘”2),

    (๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’2๐›ผ2๐›ฝ1 + (๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐‘Ÿ๐‘”2

    > ((๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’1๐›ผ1๐‘”2 + (๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐‘Ÿ๐›ฝ1),

    (๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’1๐›ผ1๐›ฝ2 + (๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐‘Ÿ๐‘”1

    > ((๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’2๐›ผ2๐‘”1 + (๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐‘Ÿ๐›ฝ2).

    Kasus II. Semua populasi memenuhi kondisi dari pertidaksamaan berikut

    ini,

    ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 > ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2,

  • (๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐›ผ2๐›ฝ2 + (๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐›ผ1๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2

    > ((๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐›ผ1๐‘”2 + (๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐›ผ2๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘”1๐‘”2),

    (๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’2๐›ผ2๐›ฝ1 + (๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐‘Ÿ๐‘”2

    > ((๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’1๐›ผ1๐‘”2 + (๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐‘Ÿ๐›ฝ1),

    (๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’1๐›ผ1๐›ฝ2 + (๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐‘Ÿ๐‘”1

    > ((๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’2๐›ผ2๐‘”1 + (๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐‘Ÿ๐›ฝ2).

    2. Analisis kestabilan titik keseimbangan

    Matriks Jacobi dari model (4.1) dengan ๐‘ž๐‘–๐ธ๐‘– > 0 adalah sebagai

    berikut

    ๐ฝ+ = [

    ๐ฝ11+ ๐ฝ12

    + ๐ฝ13+

    ๐ฝ21+ ๐ฝ22

    + ๐ฝ23+

    ๐ฝ31+ ๐ฝ32

    + ๐ฝ33+

    ] (4.8)

    dengan

    ๐ฝ11+ = ๐‘Ÿ โˆ’

    2๐‘Ÿ๐‘ƒโˆ—

    ๐พโˆ’ ๐›ผ1๐ป1

    โˆ— โˆ’ ๐›ผ2๐ป2โˆ—, ๐ฝ12

    + = โˆ’๐›ผ1๐‘ƒโˆ—, ๐ฝ13

    + = โˆ’๐›ผ2๐‘ƒโˆ—,๐ฝ21

    + = ๐‘’1๐›ผ1๐ป1โˆ—,

    ๐ฝ22+ = ๐‘’1๐›ผ1๐‘ƒ

    โˆ— โˆ’ 2๐‘”1๐ป1

    โˆ— โˆ’ ๐›ฝ1๐ป2

    โˆ— โˆ’ ๐ธ1๐‘ž1 โˆ’ ๐‘‘1, ๐ฝ23+ = โˆ’๐›ฝ

    1๐ป1

    โˆ—, ๐ฝ31+ = ๐‘’2๐›ผ2๐ป2

    โˆ—,

    ๐ฝ32+ = โˆ’๐›ฝ

    2๐ป2

    โˆ—, ๐ฝ33+ = ๐‘’2๐›ผ2๐‘ƒ

    โˆ— โˆ’ ๐›ฝ2๐ป1

    โˆ— โˆ’ 2๐‘”2๐ป2

    โˆ— โˆ’ ๐ธ2๐‘ž2 โˆ’ ๐‘‘2.

    1) ๐‘‡4+ = (๐พ(๐ธ2๐›ผ2๐‘ž2+๐‘‘2๐›ผ2+๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    , 0,๐‘Ÿ(๐พ๐‘’2๐›ผ2โˆ’๐ธ2๐‘ž2โˆ’๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    )

    Dengan mensubstitusi ๐‘‡4+ pada matriks (4.10) diperoleh

  • ๐ฝ(๐‘‡4+) = [

    ๐ฝ114+ ๐ฝ12

    4+ ๐ฝ134+

    ๐ฝ214+ ๐ฝ22

    4+ ๐ฝ234+

    ๐ฝ314+ ๐ฝ32

    4+ ๐ฝ334+

    ]

    dengan

    ๐ฝ114+ = ๐‘Ÿ โˆ’

    2๐‘Ÿ(๐ธ2๐›ผ2๐‘ž2 + ๐‘‘2๐›ผ2 + ๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2โˆ’

    ๐›ผ2๐‘Ÿ(๐พ๐‘’2๐›ผ2 โˆ’ ๐ธ2๐‘ž2 โˆ’ ๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2

    ๐ฝ124+ = โˆ’

    ๐›ผ1๐พ(๐ธ2๐›ผ2๐‘ž2 + ๐‘‘2๐›ผ2 + ๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2

    ๐ฝ134+ = โˆ’

    ๐›ผ2๐พ(๐ธ2๐›ผ2๐‘ž2 + ๐‘‘2๐›ผ2 + ๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2

    ๐ฝ214+ = 0

    ๐ฝ224+ =

    ๐‘’1๐›ผ1๐พ(๐ธ2๐›ผ2๐‘ž2 + ๐‘‘2๐›ผ2 + ๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2โˆ’

    ๐›ฝ1๐พ(๐พ๐‘’2๐›ผ2 โˆ’ ๐ธ2๐‘ž2 โˆ’ ๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2

    โˆ’๐ธ1๐‘ž1 โˆ’ ๐‘‘1

    ๐ฝ234+ = 0

    ๐ฝ314+ =

    ๐‘’2๐›ผ2๐‘Ÿ(๐พ๐‘’2๐›ผ2 โˆ’ ๐ธ2๐‘ž2 โˆ’ ๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2

    ๐ฝ324+ = โˆ’

    ๐›ฝ2๐‘Ÿ(๐พ๐‘’2๐›ผ2 โˆ’ ๐ธ2๐‘ž2 โˆ’ ๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2

    ๐ฝ334+ =

    ๐‘’2๐›ผ2๐พ(๐ธ2๐›ผ2๐‘ž2 + ๐‘‘2๐›ผ2 + ๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2โˆ’

    2๐‘”2๐‘Ÿ(๐พ๐‘’2๐›ผ2 โˆ’ ๐ธ2๐‘ž2 โˆ’ ๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2โˆ’ ๐‘‘2.

    Dari matriks Jacobi ๐ฝ(๐‘‡4+) diperoleh persamaan karakteristik

    sebagai berikut

    ๐‘“(๐œ†) = ๐œ†3 โˆ’ (๐ฝ114+ + ๐ฝ33

    4+ + ๐ฝ224+)๐œ†2

    +(๐ฝ114+๐ฝ22

    4+ + ๐ฝ334+๐ฝ22

    4+ + ๐ฝ114+๐ฝ33

    4+ โˆ’ ๐ฝ134+๐ฝ31

    4+) + ๐ฝ134+๐ฝ31

    4+๐ฝ224+ โˆ’ ๐ฝ11

    4+๐ฝ334+๐ฝ22

    4+, (4.9)

  • ๐‘“(๐œ†) = ๐œ†3 โˆ’ (๐ฝ114+ + ๐ฝ33

    4+ + ๐ฝ224+)๐œ†2 + (๐ฝ11

    4+๐ฝ224+ + ๐ฝ33

    4+๐ฝ224+ + ๐ฝ11

    4+๐ฝ334+ โˆ’ ๐ฝ13

    4+๐ฝ314+)

    +๐ฝ134+๐ฝ31

    4+๐ฝ224+ โˆ’ ๐ฝ11

    4+๐ฝ334+๐ฝ22

    4+ = 0,

    (๐ฝ224+ โˆ’ ๐œ†)(๐œ†2+ โˆ’ (๐ฝ11

    4+ + ๐ฝ334+)๐œ† + ๐ฝ11

    4+๐ฝ334+ โˆ’ ๐ฝ13

    4+๐ฝ314+) = 0.

    ๐œ†1 = ๐ฝ224+ =

    ๐‘’1๐›ผ1๐พ(๐ธ2๐›ผ2๐‘ž2+๐‘‘2๐›ผ2+๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    โˆ’๐›ฝ1๐พ(๐พ๐‘’2๐›ผ2โˆ’๐ธ2๐‘ž2โˆ’๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    โˆ’ ๐ธ1๐‘ž1 โˆ’ ๐‘‘1, jika

    ๐‘’1๐›ผ1๐พ(๐ธ2๐›ผ2๐‘ž2+๐‘‘2๐›ผ2+๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    >๐›ฝ1๐พ(๐พ๐‘’2๐›ผ2โˆ’๐ธ2๐‘ž2โˆ’๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    + ๐ธ1๐‘ž1 + ๐‘‘1 maka ๐œ†1 < 0. Akar-

    akar ๐œ†2 dan ๐œ†3 adalah solusi dari persamaan

    ๐œ†2 โˆ’ (๐ฝ114+ + ๐ฝ33

    4+)๐œ† + ๐ฝ114+๐ฝ33

    4+ โˆ’ ๐ฝ134+๐ฝ31

    4+ = 0. (4.10)

    Berdasarkan kriteria Routh-Hurwiz pada Teorema 2.3, Persamaan (4.10)

    memiliki solusi akar-akar negatif jika โ€“ (๐ฝ114+ + ๐ฝ33

    4+) > 0 dan ๐ฝ114+๐ฝ33

    4+ โˆ’

    ๐ฝ134+๐ฝ31

    4+ > 0.

    Jadi, titik keseimbangan ๐‘‡4+ stabil asimtotik jika memenuhi kondisi:

    a. ๐‘’1๐›ผ1๐พ(๐ธ2๐›ผ2๐‘ž2+๐‘‘2๐›ผ2+๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    >๐›ฝ1๐พ(๐พ๐‘’2๐›ผ2โˆ’๐ธ2๐‘ž2โˆ’๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    + ๐ธ1๐‘ž1 + ๐‘‘1,

    b. โ€“ (๐ฝ114+ + ๐ฝ33

    4+) > 0,

    c. ๐ฝ114+๐ฝ33

    4+ โˆ’ ๐ฝ134+๐ฝ31

    4+ > 0.

    Contoh 4.5

    Ambil parameter berikut ๐‘Ÿ = 1.5 , ๐พ = 10000,๐›ผ1 = 0.000021,

    ๐›ผ2 = 0.000022, ๐‘’1 = 0.5, ๐‘’2 = 0.5, ๐‘‘1 = 0.00055,๐‘‘2 = 0.00065,

    ๐›ฝ1 = 0.0000008, ๐›ฝ2 = 0.0000010,๐‘”1 = 0.00002, ๐‘”2 = 0.00002,

    ๐‘ž1 = ๐‘ž2 = 1, ๐‘1 = ๐‘2 = 10, ๐‘1 = ๐‘2 = 5,๐ธ1 = 0.5244746121,

    ๐ธ2 = 0.0544517015.

  • ๐‘’1๐›ผ1๐พ(๐ธ2๐›ผ2๐‘ž2 + ๐‘‘2๐›ผ2 + ๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2โˆ’

    ๐›ฝ1๐‘Ÿ(๐พ๐‘’2๐›ผ2 โˆ’ ๐ธ2๐‘ž2 โˆ’ ๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2โˆ’ ๐ธ1๐‘ž1 โˆ’ ๐‘‘1

    = โˆ’0.42596825 < 0.

    ๐‘Ÿ โˆ’2๐‘Ÿ(๐ธ2๐›ผ2๐‘ž2 + ๐‘‘2๐›ผ2 + ๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2โˆ’

    ๐›ผ2๐‘Ÿ(๐พ๐‘’2๐›ผ2 โˆ’ ๐ธ2๐‘ž2 โˆ’ ๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2

    = โˆ’1.44411956 < 0.

    ๐‘’2๐›ผ2๐พ(๐ธ2๐›ผ2๐‘ž2 + ๐‘‘2๐›ผ2 + ๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2โˆ’

    2๐‘”2๐‘Ÿ(๐พ๐‘’2๐›ผ2 โˆ’ ๐ธ2๐‘ž2 โˆ’ ๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐‘Ÿ๐‘”2โˆ’ ๐ธ1๐‘ž1 โˆ’ ๐‘‘2

    = โˆ’0.05080039 < 0

    ๐ฝ114+๐ฝ33

    4+ โˆ’ ๐ฝ134+๐ฝ31

    4+ = 0.07927970 > 0

    Nilai eigen dari persamaan karakteristik (4.9) adalah ๐œ†1 =

    โˆ’1.43985922, ๐œ†2 = โˆ’0.05506073, ๐œ†3 = โˆ’0.42596825.

    Jadi, titik keseimbangan ๐‘‡4+ stabil asimtotik karena nilai-nilai eigen

    dari persamaan karakteristik (4.11) real negatif.

    2) ๐‘‡6+ = (๐พ(๐ธ1๐›ผ1๐‘ž1+๐‘‘1๐›ผ1+๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    , ๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1โˆ’๐ธ1๐‘ž1โˆ’๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    , 0)

    Dengan mensubstitusi ๐‘‡6+ pada matriks (4.10) diperoleh

    ๐ฝ(๐‘‡6+) = [

    ๐ฝ116+ ๐ฝ12

    6+ ๐ฝ136+

    ๐ฝ216+ ๐ฝ22

    6+ ๐ฝ236+

    ๐ฝ316+ ๐ฝ32

    6+ ๐ฝ336+

    ]

    dengan

    ๐ฝ116+ = ๐‘Ÿ โˆ’

    2๐‘Ÿ(๐ธ1๐›ผ1๐‘ž1 + ๐‘‘1๐›ผ1 + ๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1โˆ’

    ๐›ผ1๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1 โˆ’ ๐ธ1๐‘ž1 โˆ’ ๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1

    ๐ฝ126+ = โˆ’

    ๐›ผ1๐พ(๐ธ1๐›ผ1๐‘ž1 + ๐‘‘1๐›ผ1 + ๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1

  • ๐ฝ136+ = โˆ’

    ๐›ผ2๐พ(๐ธ1๐›ผ1๐‘ž1 + ๐‘‘1๐›ผ1 + ๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1

    ๐ฝ216+ =

    ๐‘’1๐›ผ1๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1 โˆ’ ๐ธ1๐‘ž1 โˆ’ ๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1

    ๐ฝ226+ =

    ๐‘’1๐›ผ1๐พ(๐ธ1๐›ผ1๐‘ž1 + ๐‘‘1๐›ผ1 + ๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1โˆ’

    2๐‘”1๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1 โˆ’ ๐ธ1๐‘ž1 โˆ’ ๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1

    โˆ’๐ธ1๐‘ž1 โˆ’ ๐‘‘1

    ๐ฝ236+ = โˆ’

    ๐›ฝ1๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1 โˆ’ ๐ธ1๐‘ž1 โˆ’ ๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1

    ๐ฝ316+ = 0, ๐ฝ32

    6+ = 0

    ๐ฝ336+ =

    ๐‘’2๐›ผ2๐พ(๐ธ1๐›ผ1๐‘ž1 + ๐‘‘1๐›ผ1 + ๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1

    โˆ’๐›ฝ2๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1 โˆ’ ๐ธ1๐‘ž1 โˆ’ ๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1

    โˆ’๐ธ2๐‘ž2 โˆ’ ๐‘‘2.

    Dari matriks Jacobi ๐ฝ(๐‘‡6+) diperoleh persamaan karakteristik

    sebagai berikut

    ๐‘“(๐œ†) = ๐œ†3 โˆ’ (๐ฝ116+ + ๐ฝ33

    6+ + ๐ฝ226+)๐œ†2

    +(๐ฝ116+๐ฝ22

    6+ + ๐ฝ336+๐ฝ22

    6+ + ๐ฝ116+๐ฝ33

    6+ โˆ’ ๐ฝ126+๐ฝ21

    6+)๐œ† + ๐ฝ126+๐ฝ21

    6+๐ฝ336+ โˆ’ ๐ฝ11

    6+๐ฝ336+๐ฝ22

    6+, (4.11)

    ๐‘“(๐œ†) = ๐œ†3 โˆ’ (๐ฝ116+ + ๐ฝ33

    6+ + ๐ฝ226+)๐œ†2 + (๐ฝ11

    6+๐ฝ226+ + ๐ฝ33

    6+๐ฝ226+ + ๐ฝ11

    6+๐ฝ336+ โˆ’ ๐ฝ12

    6+๐ฝ216+)๐œ†

    +๐ฝ126+๐ฝ21

    6+๐ฝ336+ โˆ’ ๐ฝ11

    6+๐ฝ336+๐ฝ22

    6+ = 0

    (๐ฝ336+ โˆ’ ๐œ†)(๐œ†2 โˆ’ (๐ฝ11

    6+ + ๐ฝ226+)๐œ† + ๐ฝ11

    6+๐ฝ226+ โˆ’ ๐ฝ12

    6+๐ฝ216+) = 0.

    ๐œ†1 = ๐ฝ336+ =

    ๐‘’2๐›ผ2๐พ(๐ธ1๐›ผ1๐‘ž1+๐‘‘1๐›ผ1+๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    โˆ’๐›ฝ2๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1โˆ’๐ธ1๐‘ž1โˆ’๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    โˆ’ ๐ธ2๐‘ž2 โˆ’ ๐‘‘2, jika

    ๐‘’2๐›ผ2๐พ(๐ธ1๐›ผ1๐‘ž1+๐‘‘1๐›ผ1+๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    >๐›ฝ2๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1โˆ’๐ธ1๐‘ž1โˆ’๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    + ๐ธ2๐‘ž2 + ๐‘‘2 maka ๐œ†1 < 0. Akar-

    akar ๐œ†2 dan ๐œ†3 adalah solusi dari persamaan

  • ๐œ†2 โˆ’ (๐ฝ116+ + ๐ฝ22

    6+)๐œ† + ๐ฝ116+๐ฝ22

    6+ โˆ’ ๐ฝ126+๐ฝ21

    6+ = 0, (4.12)

    Berdasarkan kriteria Routh-Hurwizt pada Teorema 2.3, Persamaan (4.12)

    memiliki solusi akar-akar negatif jika โˆ’(๐ฝ116+ + ๐ฝ22

    6+) > 0 dan ๐ฝ116+๐ฝ22

    6+ โˆ’

    ๐ฝ126+๐ฝ21

    6+ > 0.

    Jadi, titik keseimbangan ๐‘‡6 = (๐พ(๐‘‘2๐›ผ2+๐‘Ÿ๐‘”2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    , 0,๐‘Ÿ(๐พ๐‘’2๐›ผ2โˆ’๐‘‘2)

    ๐พ๐‘’2๐›ผ22+๐‘Ÿ๐‘”2

    ) stabil

    asimtotik jika memenuhi kondisi:

    a. ๐‘’2๐›ผ2๐พ(๐ธ1๐›ผ1๐‘ž1+๐‘‘1๐›ผ1+๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    >๐›ฝ2๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1โˆ’๐ธ1๐‘ž1โˆ’๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12+๐‘Ÿ๐‘”1

    + ๐ธ2๐‘ž2 + ๐‘‘2 ,

    b. โˆ’(๐ฝ116+ + ๐ฝ22

    6+) > 0,

    c. ๐ฝ116+๐ฝ22

    6+ โˆ’ ๐ฝ126+๐ฝ21

    6+ > 0.

    Contoh 4.6

    Ambil nilai parameter berikut ๐‘Ÿ = 1.5 , ๐พ = 10000, ๐›ผ1 = 0.000021,

    ๐›ผ2 = 0.000022, ๐‘’1 = 0.5, ๐‘’2 = 0.5, ๐‘‘1 = 0.00055,๐‘‘2 = 0.00065,

    ๐›ฝ1 = 0.0000008, ๐›ฝ2 = 0.0000010,๐‘”1 = 0.00002, ๐‘”2 = 0.00002,

    ๐‘ž1 = ๐‘ž2 = 1, ๐‘1 = ๐‘2 = 10, ๐‘1 = ๐‘2 = 5,๐ธ1 = 0.5244746121,

    ๐ธ2 = 0.0544517015

    ๐‘’2๐›ผ2๐พ(๐ธ1๐›ผ1๐‘ž1 + ๐‘‘1๐›ผ1 + ๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1โˆ’

    ๐›ฝ2๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1 โˆ’ ๐ธ1๐‘ž1 โˆ’ ๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1โˆ’ ๐ธ2๐‘ž2 โˆ’ ๐‘‘2

    = โˆ’0.4413191553 < 0

    ๐‘Ÿ โˆ’2๐‘Ÿ(๐ธ1๐›ผ1๐‘ž1 + ๐‘‘1๐›ผ1 + ๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1โˆ’

    ๐›ผ1๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1 โˆ’ ๐ธ1๐‘ž1 โˆ’ ๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1= โˆ’1.4491358 < 0

    ๐‘’1๐›ผ1๐พ(๐ธ1๐›ผ1๐‘ž1 + ๐‘‘1๐›ผ1 + ๐‘Ÿ๐‘”1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1โˆ’

    2๐‘”1๐‘Ÿ(๐พ๐‘’1๐›ผ1 โˆ’ ๐ธ1๐‘ž1 โˆ’ ๐‘‘1)

    ๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐‘Ÿ๐‘”1โˆ’ ๐ธ1๐‘ž1 โˆ’ ๐‘‘1

  • = โˆ’0.04844204831 < 0

    ๐ฝ116+๐ฝ22

    6+ โˆ’ ๐ฝ126+๐ฝ21

    6+ = 0.07535874317 > 0

    Nilai eigen dari persamaan karakteristik (4.11) adalah ๐œ†1 =

    โˆ’1.44544248, ๐œ†2 = โˆ’0.05213541, ๐œ†3 = โˆ’0.44131915.

    Jadi, titik keseimbangan ๐‘‡6+ stabil asimtotik karena nilai-nilai eigen

    dari persamaan karakteristik (4.13) real negatif.

    3) ๐‘‡8+ = (๐‘ƒโˆ—, ๐ป1

    โˆ—, ๐ป2โˆ—)

    Dengan mensubstitusi titik ๐‘‡8+ pada matriks (4.8) diperoleh

    ๐ฝ(๐‘‡8+) = [๐ฝ11 ๐ฝ12 ๐ฝ13๐ฝ21 ๐ฝ22 ๐ฝ23๐ฝ31 ๐ฝ32 ๐ฝ33

    ]

    dengan

    ๐ฝ11 = ๐‘Ÿ โˆ’2๐‘Ÿ๐‘ƒโˆ—

    ๐พโˆ’ ๐›ผ1๐ป1

    โˆ— โˆ’ ๐›ผ2๐ป2โˆ—, ๐ฝ12 = โˆ’๐›ผ1๐‘ƒ

    โˆ—, ๐ฝ13 = โˆ’๐›ผ2๐‘ƒโˆ—,๐ฝ21 = ๐‘’1๐›ผ1๐ป1

    โˆ—,

    ๐ฝ22 = ๐‘’1๐›ผ1๐‘ƒโˆ— โˆ’ 2๐‘”1๐ป1

    โˆ— โˆ’ ๐›ฝ1๐ป2โˆ— โˆ’ ๐‘‘1, ๐ฝ23 = โˆ’๐›ฝ1๐ป1

    โˆ—, ๐ฝ31 = ๐‘’2๐›ผ2๐ป2โˆ—,

    ๐ฝ32 = โˆ’๐›ฝ2๐ป2โˆ—, ๐ฝ33 = ๐‘’2๐›ผ2๐‘ƒ

    โˆ— โˆ’ ๐›ฝ2๐ป1โˆ— โˆ’ 2๐‘”2๐ป2

    โˆ— โˆ’ ๐‘‘2

    ๐‘ƒ+โˆ— =

    ๐พ[(๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐›ผ2๐›ฝ2 + (๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐›ผ1๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2]

    ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 โˆ’ (๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2)

    โˆ’(๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐›ผ1๐‘”2 + (๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐›ผ2๐‘”1 + ๐‘Ÿ๐‘”1๐‘”2

    ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 โˆ’ (๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2)

    ๐ป1โˆ— =

    (๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐พ๐‘’2๐›ผ22 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’2๐›ผ2๐›ฝ1 + (๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐‘Ÿ๐‘”2

    ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 โˆ’ (๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2)

    โˆ’(๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’1๐›ผ1๐‘”2 + (๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐‘Ÿ๐›ฝ1

    ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 โˆ’ (๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2)

  • ๐ป2โˆ— =

    (๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐พ๐‘’1๐›ผ12 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’1๐›ผ1๐›ฝ2 + (๐‘‘2 + ๐‘ž2๐ธ2)๐‘Ÿ๐‘”1

    ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 โˆ’ (๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2)

    โˆ’(๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2 + ๐พ๐‘Ÿ๐‘’2๐›ผ2๐‘”1 + (๐‘‘1 + ๐‘ž1๐ธ1)๐‘Ÿ๐›ฝ2

    ๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2 โˆ’ (๐พ๐‘’1๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ2 + ๐พ๐‘’2๐›ผ1๐›ผ2๐›ฝ1 + ๐‘Ÿ๐›ฝ1๐›ฝ2)

    Persamaan karakteristik dari matriks ๐ฝ(๐‘‡8+) adalah

    ๐œ†3 + ๐ด1๐œ†2 + ๐ด2๐œ† + ๐ด3 = 0 (4.13)

    ๐ด1 = โˆ’(๐ฝ11 + ๐ฝ22 + ๐ฝ33)

    ๐ด2 = ๐ฝ11๐ฝ22 + ๐ฝ11๐ฝ33 + ๐ฝ22๐ฝ33 โˆ’ ๐ฝ12๐ฝ21 โˆ’ ๐ฝ13๐ฝ31 โˆ’ ๐ฝ23๐ฝ32

    ๐ด3 = ๐ฝ11๐ฝ23๐ฝ32 + ๐ฝ12๐ฝ21๐ฝ33 + ๐ฝ13๐ฝ31๐ฝ22 โˆ’ ๐ฝ11๐ฝ22๐ฝ33 โˆ’ ๐ฝ12๐ฝ23๐ฝ31 โˆ’ ๐ฝ13๐ฝ32๐ฝ21 .

    Untuk menjamin kestabilan ๐‘‡8+ harus memenuhi kriteria Routh-Hurtwiz,

    yakni ๐ด1 > 0, ๐ด2 > 0,๐ด3 > 0, dan ๐ด1๐ด2 > ๐ด3.

    a. ๐ด1 > 0

    โˆ’(๐ฝ11 + ๐ฝ22 + ๐ฝ33) > 0

    b. ๐ด2 > 0

    ๐ฝ11๐ฝ22 + ๐ฝ11๐ฝ33 + ๐ฝ22๐ฝ33 > ๐ฝ12๐ฝ21 + ๐ฝ13๐ฝ31 + ๐ฝ23๐ฝ32

    c. ๐ด3 > 0

    ๐ฝ11๐ฝ23๐ฝ32 + ๐ฝ12๐ฝ21๐ฝ33 + ๐ฝ13๐ฝ31๐ฝ22 > ๐ฝ11๐ฝ22๐ฝ33 + ๐ฝ12๐ฝ23๐ฝ31 + ๐ฝ13๐ฝ32๐ฝ21.

    d. ๐ด1๐ด2 > ๐ด3

    โˆ’(๐ฝ11 + ๐ฝ22 + ๐ฝ33)(๐ฝ11๐ฝ22 + ๐ฝ11๐ฝ33 + ๐ฝ22๐ฝ33 โˆ’ ๐ฝ12๐ฝ21 โˆ’ ๐ฝ13๐ฝ31 โˆ’ ๐ฝ23๐ฝ32) >

    ๐ฝ11๐ฝ23๐ฝ32 + ๐ฝ12๐ฝ21๐ฝ33 + ๐ฝ13๐ฝ31๐ฝ22 โˆ’ ๐ฝ11๐ฝ22๐ฝ33 โˆ’ ๐ฝ12๐ฝ23๐ฝ31 โˆ’ ๐ฝ13๐ฝ32๐ฝ21.

    Jadi, titik keseimbangan ๐‘‡8+ stabil asimtotik jika memenuhi kondisi

    โˆ’(๐ฝ11 + ๐ฝ22 + ๐ฝ33) > 0, ๐ฝ11๐ฝ22 + ๐ฝ11๐ฝ33 + ๐ฝ22๐ฝ33 > ๐ฝ12๐ฝ21 + ๐ฝ13๐ฝ31 +

    ๐ฝ23๐ฝ32, ๐ฝ11๐ฝ23๐ฝ32 + ๐ฝ12๐ฝ21๐ฝ33 + ๐ฝ13๐ฝ31๐ฝ22 > ๐ฝ11๐ฝ22๐ฝ33 + ๐ฝ12๐ฝ23๐ฝ31 + ๐ฝ13๐ฝ32๐ฝ21,

  • โˆ’(๐ฝ11 + ๐ฝ22 + ๐ฝ33)(๐ฝ11๐ฝ22 + ๐ฝ11๐ฝ33 + ๐ฝ22๐ฝ33 โˆ’ ๐ฝ12๐ฝ21 โˆ’ ๐ฝ13๐ฝ31 โˆ’ ๐ฝ23๐ฝ32) >

    ๐ฝ11๐ฝ23๐ฝ32 + ๐ฝ12๐ฝ21๐ฝ33 + ๐ฝ13๐ฝ31๐ฝ22 โˆ’ ๐ฝ11๐ฝ22๐ฝ33 โˆ’ ๐ฝ12๐ฝ23๐ฝ31 โˆ’ ๐ฝ13๐ฝ32๐ฝ21.

    Contoh 4.7

    Ambil nilai parameter berikut ๐‘Ÿ = 1.5 , ๐พ = 10000,๐›ผ1 = 0.000021,๐›ผ2 =

    0.000022, ๐‘’1 = 0.5, ๐‘’2 = 0.5, ๐‘‘1 = 0.00055, ๐‘‘2 = 0.00065,๐›ฝ1 =

    0.0000008,๐›ฝ2 = 0.0000010,๐‘”1 = 0.00002, ๐‘”2 = 0.00002,๐‘ž1 = ๐‘ž2 = 1, ๐‘1 =

    ๐‘2 = 10, ๐‘1 = ๐‘2 = 5,๐ธ1 = 0.05244746121,๐ธ2 = 0.05445170152

    ๐‘Ÿ โˆ’2๐‘Ÿ๐‘ƒโˆ—

    ๐พโˆ’ ๐›ผ1๐ป1

    โˆ— โˆ’ ๐›ผ2๐ป2โˆ— = โˆ’1.404102857 < 0

    ๐‘’1๐›ผ1๐‘ƒโˆ— โˆ’ 2๐‘”1๐ป1

    โˆ— โˆ’ ๐›ฝ1๐ป2โˆ— โˆ’ ๐‘‘1 = โˆ’0.04346202910 < 0

    ๐‘’2๐›ผ2๐‘ƒโˆ— โˆ’ ๐›ฝ2๐ป1

    โˆ— โˆ’ 2๐‘”2๐ป2โˆ— โˆ’ ๐‘‘2 = โˆ’0.04569273974 < 0

    ๐ฝ11๐ฝ22 + ๐ฝ11๐ฝ33 + ๐ฝ22๐ฝ33 โˆ’ ๐ฝ12๐ฝ21 โˆ’ ๐ฝ13๐ฝ31 โˆ’ ๐ฝ23๐ฝ32 = 0.13682509 > 0,

    ๐ฝ11๐ฝ23๐ฝ32 + ๐ฝ12๐ฝ21๐ฝ33 + ๐ฝ13๐ฝ31๐ฝ22 โˆ’ ๐ฝ11๐ฝ22๐ฝ33 โˆ’ ๐ฝ12๐ฝ23๐ฝ31 โˆ’ ๐ฝ13๐ฝ32๐ฝ21

    = 0.00319338 > 0,

    โˆ’(๐ฝ11 + ๐ฝ22 + ๐ฝ33)(๐ฝ11๐ฝ22 + ๐ฝ11๐ฝ33 + ๐ฝ22๐ฝ33 โˆ’ ๐ฝ12๐ฝ21 โˆ’ ๐ฝ13๐ฝ31 โˆ’ ๐ฝ23๐ฝ32)

    โˆ’๐ฝ11๐ฝ23๐ฝ32 โˆ’ ๐ฝ12๐ฝ21๐ฝ33 โˆ’ ๐ฝ13๐ฝ31๐ฝ22 + ๐ฝ11๐ฝ22๐ฝ33 + ๐ฝ12๐ฝ23๐ฝ31 + ๐ฝ13๐ฝ32๐ฝ21

    = 0.20112173 > 0.

    Nilai eigen dari persamaan karakteristik (4.13) adalah ๐œ†1 =

    โˆ’1.39694831, ๐œ†2 = โˆ’0.05389034, ๐œ†3 = โˆ’0.04241897.

    Jadi, titik keseimbangan ๐‘‡8+ stabil asimtotik karena nilai-nilai eigen

    dari persamaan karakteristik (4.13) real negatif.

  • D. Pemanenan Optimal

    Pengoptimalan pemanenan merupakan kebijakan yang sangat baik

    yang dapat diberikan pada spesies yang bernilai ekonomi. Fungsi

    keuntungan secara umum telah diberikan pada persamaan (2.15). Fungsi

    keuntungan dibentuk dari hasil pengurangan total pemasukan (TR)

    dengan total biaya (TC).

    Populasi yang diasusmsikan bernilai ekonomis adalah populasi

    pemangsa. Oleh karena itu, pada titik keseimbangan interior ๐‘‡8+ =

    (๐‘ƒ+โˆ— , ๐ป1+

    โˆ— , ๐ป2+โˆ— ) hanya ๐ป1+

    โˆ— dan ๐ป2+โˆ— yang disubstitusi ke persamaan (4.8).

    Berikut formula fungsi keun