abstrak eva miranda 2011 analisis penetapan break even...
TRANSCRIPT
ABSTRAK
Eva Miranda 2011 analisis penetapan break even point sebagai alat p0erencanaan
laba pada PT. Daya Kobelco Contrition meghinery Indonesia cabang Makassar
(Pembimbing Drs. Mushar Murtafa, M.M.AK dan Dra. Darmawati, SE. M.Si.Ak)
Kata kunci Bercak event point laba. Shut down point, analisis Bep per unit, produk
yang di sewakan. Analisa laporan keuangan perusahaan
Bercak event point adalah suatu titik atau keadaan dimana perusahaan didalam
operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Disamping
itu juga terdapat shut down poin dimana perusahaan mengalami kerugian. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui kinerja PT. Daya Kopelso Conftrucion Marketing
Cabang Makassar jika diukur menggunakan break event point.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa secara keseluruhan kerja laporan
keuangan pada PT Daya Kobelco Construction dan memperlihatkan bahwa Break
event poinnya berhasil memenuhi dengan titik BEP 30 unit per bulannya
i
ANALISIS PENERAPAN EVEN POINT SEBAGAI ALAT
PERENCANAAN PADA PT DAYA KOBELCO CONSTRUCTION
MACHINERY INDONESIA CABANG
MAKASSAR
Oleh
EVA MIRANDA T
A311 03 747
JURUSAN AKUNTANSI EKONOMI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tulisan ini sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Universitas Hasanuddin di Makassar.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menghadapi banyak kesulitan dan
rintangan disebabkan karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Namun
berkat bantuan dan dorongan yang diberikan berbagai pihak, maka penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan rencana. Oleh karena itu pada
kesempatan yang berbahagia ini penulis menghaturkan banyak terima kasih serta
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Rektor Universitas Hasanuddin di Makassar.
2. Bapak Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Hasanuddin di Makassar.
3. Bapak Drs.Mushar Mustafa,M.M.,Ak dan Ibu Dra.Darmawati,Ak, masing-
masing selaku pembimbing I dan Pembimbing II.
4. Bapak pimpinan PT. Daya Kobelco Construction Machinery
Indonesia Cabang beserta stafnya di Makassar.
5. Bapak dan Ibu dosen beserta para pegawai di lingkungan Fakultas Ekonomi
Universitas Hasanuddin di Makassar.
6. Ibunda dan Ayahanda tercinta.
Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada para sahabatku
yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.
iii
Kepada semua pihak yang berkenan memberikan bantuan, baik moril
maupun materil hingga tulisan ini dapat diselesaikan, penulis tidak lupa
menyampaikan terima kasih.
Sebagai penutup, kepada pembaca yang budiman penulis harapkan saran
dan kritik yang konstruktif demi terwujudnya kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, masyarakat, agama, bangsa
dan negara.
Makassar, Januari 2011
Penulis,
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Halaman Pengesahan Pembimbing …………..……………………………….. ii
Kata Pengantar ………………………………………………………………... iii
Daftar Isi ……………………………………………………………………… v
Daftar Tabel …………………………………………………………………… vii
Daftar Gambar ................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................ 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Break Even ................................................. 4
2.2. Kegunaan Analisa Break Even ..................................... 7
2.3 Asumsi-asumsi dalam Analisa Break Even .................. 10
2.4 Pengertian Biaya ........................................................... 13
2.5 Pengertian Biaya Tetap dan Biaya Variabel ................. 17
2.6 Perhitungan Break Even Point ...................................... 19
2.7 Keterbatasan Analisis Break Even Point ...................... 21
2.8 Penentuan Penjualan Minimal ...................................... 22
v
2.9 Pengertian Laba ............................................................ 23
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Daerah dan Waktu Penelitian ........................................ 26
3.2 Metode Pengumpulan Data ........................................... 26
3.3 Jenis dan Sumber Data .................................................. 26
3.4 Metode Analisis ............................................................ 27
BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan ..................................... 29
4.2 Struktur Organisasi ....................................................... 30
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Produk Yang Dipersewakan ......................................... 38
5.2. Analisa Laporan Keuangan Perusahaan ....................... 40
5.3 Analisis Break Even ..................................................... 41
5.4 Analisis Shut Down Point ............................................. 47
5.5 Analisis BEP Per Unit .................................................. 48
5.6 Analisis Shut Down Point Per Unit .............................. 56
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .................................................................. 59
6.2 Saran ............................................................................ 60
6.1 Kesimpulan .................................................................. 59
vi
6.2 Saran ............................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 61
LAMPIRAN.................................................................................... 63
B A B I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap perusahaan berupaya untuk memperoleh keuntungan
dari hasil operasinya, agar kelangsungan hidup perusahaannya dapat
berjalan sesuai yang telah digariskan oleh manajemen perusahaan.
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut maka manajemen
perusahaan dituntut agar memiliki kemampuan serta kejelian dalam
membuat perencanaan, baik yang bersifat jangka pendek dan jangka
panjang.
Dalam rangka mencapai tujuan perusahaan, pimpinan sering
dihadapkan berbagai permasalahan. Karena setiap penentuan
kebijakan yang akan ditempuh sedikit banyaknya selalu
mempertimbangkan biaya yang akan digunakan. Khususnya
mengenai biaya selalu merupakan kesulitan utama bagi perusahaan
yaitu bagaimana menghitung dan membagi-bagi pembebanan biaya-
biaya tersebut ke dalam penentuan harga pokok penjualan.
Adakalanya perusahaan dalam mengambil kebijakan
perencanaan laba kurang tepat, di mana biasanya perusahaan
menentukan kebijakan dalam perencanaan laba pendapatan yang
59
dihasilkan dari hasil penjualan produk sama besarnya dengan total
biaya bahkan sampai kurang dari jumlah total biaya yang
dikeluarkan. Keputusan semacam ini sangat mengganggu
kelangsungan operasi perusahaan secara keseluruhan.
Salah satu metode yang dapat dipergunakan untuk mengatasi
masalah tersebut di atas yang akan dikemukakan dalam penelitian
proposal ini adalah analisis break even point atau sering juga disebut
sebagai titik impas (titik pulang pokok), yaitu suatu metode analisis
yang menghubungkan antara jumlah biaya yang dikorbankan untuk
mencapai volume tertentu, di mana tidak diperoleh laba atau rugi.
Suatu metode yang menghubungkan antara jumlah biaya yang
dikorbankan dengan penjualan tertentu dan laba yang diharapkan atas
biaya yang telah dikorbankan terhadap penjualan.
Selanjutnya, analisis break even point ini dapat dipergunakan
oleh perusahaan sebagai tolak ukur dalam perencanaan laba yang
ingin dicapainya, serta dapat menentukan besarnya penjualan
minimal yang harus dicapai perusahaan sehingga perusahaan yang
bersangkutan tidak mengalami kerugian.
Sebagai sasaran dalam penelitian ini, maka peneliti memilih
perusahaan PT. Daya Kobelco Construction Machinery Indonesia
60
Cabang Makassar. Perusahaan ini bergerak di bidang jasa
penyewaan alat-alat berat. Dalam era pembangunan dan semakin
banyaknya perusahaan sejenis ini berarti semakin banyaknya pesaing
yang menuntut manajemen mampu mempertahankan kelangsungan
perusahaan. Oleh karena itu kebijakan perusahaan dalam mengambil
keputusan harus betul-betul tepat untuk kelangsungan perusahaan.
Dari uraian di atas, maka dapat dikemukakan judul proposal
penelitin ini yaitu “Analisis Penetapan Break Even Point Sebagai Alat
Perencanaan Laba pada PT. Daya Kobelco Construction Machinery
Indonesia Cabang Makassar”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka
permasalahan yang dikemukakan dalam penulisan ini “Apakah
perusahaan telah menggunakan Break Even Point sebagai alat
perencanaan laba”.
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan adalah:
1. Untuk mengetahui perencanaan laba yang diperoleh perusahaan.
2. Untuk mengetahui besarnya titik pulang pokok (Break Even
Point).
61
1.4. Kegunaan Penulisan
Kegunaan penelitian adalah:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan perusahaan dalam
menerapkan kebijaksanaan break even perusahaan dalam
hubungannya dengan usaha perencanaan laba.
2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.
62B A B II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Break Even
Istilah break even dipakai bilamana suatu perusahaan hanya
mampu menutup biaya produksi dan biaya usaha yang diperlukan
dalam menjalankan kegiatannya. Dengan demikian pengertian break
even adalah suatu keadaan di mana penghasilan dari penjualan
hanya cukup untuk menutup biaya, baik yang bersifat variabel
maupun yang bersifat tetap. Dengan kata lain keadaan break even
menunjukkan jumlah laba sama dengan nol atau bahwa penghasilan
total sama dengan biaya total.
Menurut Soehardi Sigit dalam buku Analisa Break Even
(2001: 1) mengatakan bahwa:
Suatu perusahaan dikatakan break even apabila setelah dibuat
perhitungan rugi laba dari suatu periode kerja atau dari suatu
kegiatan usaha tertentu, perusahaan itu tidak memperoleh laba,
tetapi juga tidak memperoleh rugi.
Analisa break even adalah suatu cara atau usaha teknik yang
digunakan oleh seorang manajer perusahaan untuk mengetahui pada
volume penjualan dan volume produksi berapakah perusahaan yang
63
bersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak pula
memperoleh laba.
Analisa itu dapat juga digunakan untuk mengetahui pada
volume penjualan/volume produksi berapakah perusahaan itu dapat
mencapai laba atau menderita kerugian tertentu. Analisa break even
adalah suatu cara atau teknik untuk mengetahui kaitan antara
volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi,
biaya lainnya yang variabel dan yang tetap, serta laba dan rugi.
Apabila suatu perusahaan hanya mempunyai biaya variabel
saja maka tidak akan muncul masalah break even dalam perusahaan
tersebut. Masalah break even baru muncul apabila suatu perusahaan
di samping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap.
Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah-ubah sesuai
dengan perubahan volume produksi, sedangkan besarnya biaya
tetap secara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada
perubahan volume produksi.
Karena adanya unsur variabel di satu pihak dan unsur tetap di
lain pihak, maka dapat terjadi bahwa suatu perusahaan dengan
volume produksi tertentu menderita kerugian, karena penghasilan
penjualannya hanya menutup biaya variabel dan sebagian saja biaya
tetap. Ini berarti bahwa bagian dari penghasilan penjualan yang
64
tersedia untuk menutup biaya tetap tidak cukup untuk menutup
biaya tetapnya. Penghasilan penjualan setelah dikurangi biaya
variabel merupakan bagian dan penghasilan penjualan yang tersedia
untuk menutup biaya tetap biasanya dinamakan “Contribution
Margin”. Apabila contribution margin lebih besar daripada biaya
tetap, berarti penghasilan penjualan lebih besar daripada biaya total,
maka perusahaan mendapatkan keuntungan.
Berhubungan dengan itu, maka sangatlah penting bagi
pimpinan suatu perusahaan untuk mengetahui pada volume kegiatan
atau volume produksi/ penjualan berapa penghasilan penjualan
dapat tepat menutupi biaya totalnya untuk dapat menghindarkan
kerugiannya. Volume penjualan di mana penghasilannya tepat sama
besarnya dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak
mendapatkan keuntungan atau menderita kerugian dinamakan
“break even”. Apabila digunakan konsep “Contribution Margin”
titik break even akan tercapai pada volume penjualan tepat sama
besarnya dengan biaya tetap.
Pendapat yang dikemukakan oleh Sunarto dalam buku
Akuntansi Manajemen (2002: 91) mengatakan bahwa:
Break even adalah suatu usaha yang tidak memperoleh labadan tidak menderita rugi. Dengan kata lain suatu usahadikatakan break even jika jumlah pendapatan sama dengan
65
jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapatdigunakan untuk menutup biaya tetap saja. Analisis impasadalah suatu cara untuk mengetahui berapa volume penjualanminimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi jugamemperoleh laba.
Berdasarkan pengertian analisis impas (break even) tersebut
di atas, untuk mengetahui hasil analisis, break even biasanya
digunakan dua cara pendekatan yaitu:
1. Pendekatan teknik persamaan
2. Pendekatan grafis.
Penentuan impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan
mendasarkan pada persamaan pendapatan sama dengan biaya
ditambah laba, sedangkan penentuan impas dengan pendekatan
grafis dilakukan dengan cara mencari titik potong antara grafis
pendapatan dan biaya dalam suatu grafis yang disebut grafik impas
(break even).
Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik
atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak
memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata
lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol.
Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya
menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk
menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya
66
cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap,
maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan
memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi
biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan
(http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/kursus financial
analysis/BEP).
Analisa Break Even Point biasa disebut sebagai Analisa
pulang pokok adalah teknik untuk menentukan seberapa banyak
satuan yang harus dijual atau seberapa banyak volume penjualan
yang harus dicapai agar tercapai posisi pulang pokok. Analisa ini
menghasilkan informasi yang mengikhtisarkan berbagai tingkat
keuntungan dan kerugian yang berkaitan dengan berbagai tingkat
produksi (http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/bussiness
plan/ File0020.PDF).
2.2. Kegunaan Analisa Break Even
Telah diketahui bersama dari uraian terdahulu bahwa keadaan
break even pada perusahaan sangat penting untuk diketahui oleh
para manajer atau perusahaan itu sendiri untuk merencanakan
kegiatan perusahaan dalam rangka memperoleh laba.
67
Break even adalah suatu cara atau teknik yang banyak
digunakan oleh para manajer untuk mengetahui titik impas atau
seberapa besar volume penjualan dan seberapa besar volume
produksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Menurut Napa J. Awat, Mulyadi dalam buku Manajemen
Modal Kerja (2003: 100), jika perusahaan atau manajer perusahaan
sudah mengetahui suatu kondisi break even maka akan dapat
mengambil langkah-langkah:
1) Menetapkan penjualan minimal yang harus dipertahankanagar perusahaan tidak rugi dalam kondisi biaya tetap danbiaya variabel tertentu.
2) Mengendalikan biaya baik biaya tetap maupun biayavariabel pada tingkat penjualan tertentu agar perusahaantidak rugi.
3) Merencanakan dana yang diperlukan bagi unsur-unsurbiaya variabel yang sekaligus merupakan modal kerjayang diperlukan bagi kelancaran operasi perusahaan agartarget di atas break even dapat tercapai.
Dari uraian di atas memperlihatkan bahwa break even sangat
penting bagi dunia usaha terutama perusahaan kecil maupun
perusahaan besar karena teknik ini membantu perusahaan tersebut
dalam merencanakan kegiatan operasional serta perusahaan juga
dapat melihat pada volume penjualan dan volume produksi
berapakah perusahaan tidak mengalami kerugian dan perusahaan
68
dapat merencanakan volume penjualan sesuai laba yang
diinginkan oleh perusahaan.
Sedangkan menurut Soehardi Sigit dalam buku Analisa Break
Even (2001: 2) telah disebutkan bahwa:
Analisa break even adalah suatu cara atau teknik untukmengetahui kaitan antara penjualan, produksi, harga jual,biaya, rugi dan laba. Dengan mengetahui kaitannya itu,analisa break even dapat digunakan untuk membantumenetapkan sasaran atau tujuan perusahaan. Kegunaan-kegunaan lainnya antara lain:a. Sebagai dasar atau landasan merencanakan kegiatan operasional
dalam usaha mencapai laba tertentu (profit planning).b. Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan kegiatan operasi
yang sedang berjalan (controlling).Sebagai bahan pertimbangandalam menentukan harga jual.
c. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang
harus dilakukan oleh manajer.
Selanjutnya, analisis Break even secara umum dapat memberikan
informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan,
cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan
tertentu. Analisis break even dapat membantu pimpinan dalm mengambil
keputusan mengenaihal-hal sebagai berikut:
a. Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita
rugi.
69d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume
penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh (http://elearning.
gunadarma.ac.id/docmodul/kursus financial analysis/BEP).
Dengan bertitik tolak dari uraian beberapa pendapat tersebut
di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa analisa pulang pokok
(break even) tidaklah semata-mata berguna bagi pimpinan untuk
mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja akan tetapi
lebih dari pada itu dapat digunakan sebagai suatu cara atau teknik
untuk mengetahui hubungan antara biaya, volume, harga jual serta
laba rugi atau dengan kata lain untuk menghadapi beberapa
perubahan kondisi yang dapat mempengaruhi laba perusahaan, di
samping itu juga analisa break even dapat juga digunakan oleh
pimpinan sebagai dasar perencanaan laba maupun sebagai pedoman
pengawasan, serta sebagai alat pengambilan keputusan sehubungan
dengan penambahan investasi.
2.3. Asumsi-asumsi dalam Analisa Break Even
Menurut Bambang Riyanto dalam buku Dasar-dasar
Pembelanjaan Perusahaan (2003: 361) bahwa dalam mengadakan
analisa break even digunakan asumsi-asumsi dasar sebagai berikut:
a. Biaya di dalam perusahaan dibagi dalam golongan biayavariabel dan golongan biaya tetap.
70
b. Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubahsecara proporsionil dengan volume produksi/penjualan. Iniberarti bahwa biaya variabel perunitnya adalah tetap sama.
c. Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubahmeskipun ada perubahan volume produksi/penjualan. Iniberarti biaya tetap perunitnya berubah-ubah karena adanyaperubahan volume kegiatan.
d. Harga jual perunit tidak berubah selama periode yangdianalisa.
e. Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk.Apabila diproduksi lebih dari satu macam produk,perimbangan penghasilan penjualan antara masing-masingproduk atau “sales mix-nya adalah tetap konstan.
Gunawan Adisaputro dalam buku Anggaran Perusahaan
(2004: 96) analisa break even membutuhkan asumsi tertentu sebagai
dasarnya. Asumsi-asumsi itu adalah:
1. Bahwa biaya pada berbagai tingkat kegiatan dapatdiperkirakan jumlahnya secara tepat. Dengan demikianperubahan tingkat produksi dapat dijabarkan menjadiperubahan tingkat biaya.
2. Biaya yang diperkirakan itu dapat dipisahkan mana yangbersifat variabel dan mana yang merupakan biaya tetap.Analisa BEP hanya dapat dihitung bilamana sebagianbiaya merupakan biaya tetap.
3. Tingkat penjualan sama dengan tingkat produksi, artinyaapa yang diproduksi dianggap terjual habis. Dengandemikian tingkat persediaan barang jadi tidak mengalamiperubahan atau perusahaan sama sekali tidak menyediakanstock barang jadi.
4. Harga jual produk perusahaan pada berbagai tingkatpenjualan tidak mengalami perubahan. Ini berartidemikian sempurna atau bahwa share pasaran perusahaansedemikian kecilnya sehingga tidak akan mampu merubahharga pasar yang terjadi.
5. Efisien perusahaan pada berbagai tingkat kegiatan jugatidak berubah sehingga biaya variabel setiap unit produksama untuk berbagai volume produksi.
71
6. Tidak terdapat perubahan pada berbagai kebijakanpimpinan yang secara langsung berpengaruh terhadapbeban tetap keseluruhan. Dengan demikian biaya tetapkeseluruhan juga tidak berubah.
7. Perusahaan dianggap seakan-akan hanya menjual satumacam produk akhir bilamana dalam kenyataannyaproduk yang dibuat lebih dari satu macam, maka salesMix dipertahankan tetap sama.
Di dalam kenyataan yang sebenarnya lebih banyak asumsi
yang tidak dapat dipenuhi. Namun demikian perubahan asumsi ini
tidak mengurangi validitas dan kegunaan analisa BEP sebagai satu
alat bantu pengambilan keputusan. Hanya saja diperlukan suatu
modifikasi tertentu dalam penggunaannya.
Jenis Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas)
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan
perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya
variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung
berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit
dikalikan dengan penjualan dalam unit.
2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh
oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of
time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh
72biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan
biaya ini tetap dikeluarkan.
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan
sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya
yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman
dimana komisi bagi salesman ini tetap unutk range atau volume tertentu, dan
naik pada level yang lebih tinggi (http://elearning.gunadarma.ac.id/
docmodul/kursus financial analysis/BEP).
Analisa pulang pokok umumnya tercliri dari refleksi,
pembahasan, pertimbangan dan pembuatiln keputusan relatif
terhadap tuiuh unsure pokok:
a. Biaya Tetap : pengeluaran yang dikeluarkan tanpa meiihat jumlah
produk yang dihasilkan.
b. Biayav ariabel : pengeluarany ang berfluktuasid engani umlah
produk yang dihasilkan.
c. Biaya Total: jumlah total biaya tetap darr biaya variabei yqng
berkaitan dengan produksi.
d. Pendapatan Total : semua nilai rupiah penjualan yang
terakumulasi dari penir.ralanp roduk.
e. Keuntungan : jumlah pendapatan total yang melebihi biaya total
dari produksi barang yang dijual.
73
f. Kerugian : iumlah biaya total produksi barang yang metebihi
pendapatan total yang diperoleh dari perjualan barang tersebut.
g. Titik Pulang Pokok : penclapatan total sama dengan biaya
totalnya, artinya perusahaan hanya memperoleh pendapatan yang
hanya cukup untuk menutupi biaya-biayanya. Perusahaan tidak
untung tidak rugi
(http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/bussinesplan/File002
0.PDF).
2.4. Pengertian Biaya
Setiap manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-
hari selalu disertai pengorbanan-pengorbanan, baik berupa
pengorbanan pikiran dan tenaga maupun pengorbanan material
untuk mendapatkan barang-barang atau jasa-jasa yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Demikian pula halnya
dengan rumah tangga perusahaan yang melakukan kegiatan
produksi atau pemasaran memerlukan pengorbanan berupa
pengorbanan faktor-faktor produksi. Dan nilai dari suatu
pengorbanan faktor-faktor produksi itulah yang disebut biaya.
Lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan biaya maka
berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian biaya. Seperti
74
yang dikemukakan oleh Abas Kartadinata (1997: 87) yang
menyatakan bahwa biaya adalah pengorbanan yang diukur dengan
satuan uang, yang dikeluarkan atau harus dilakukan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
Mengenai pengertian biaya, oleh American Accounting
Assosiation yang diterjemahkan oleh R. Soemita Adikoesoemo
(1997: 1), memberikan defenisi untuk istilah cost sebagai berikut:
Cost (biaya) ialah pengeluaran yang diukur secara terus menerus
dalam uang atau yang potensiil harus dikeluarkan untuk mencapai
suatu tujuan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (1996: 48) memberikan
pengertian biaya adalah jumlah, yang diukur dalam satuan uang,
yaitu pengeluaran dalam bentuk kontan atau dalam bentuk
pemindahan kekayaan, pengeluaran modal saham, jasa-jasa yang
diserahkan, atau kewajiban yang ditimbulkannya daalam
hubungannya dengan barang-barang aatau jasa-jasa yang
diperolehnya atau akan diperolehnya.
Dengan pengertian biaya diatas, maka dapatlah dikatakan
bahwa untuk menjamin kontinyutas perusahaan dimasa yang akan
datang perlu ditetapkan suatu standar biaya. Manajemen
perusahaan memungkinkan dapat mengetahui berapa besar biaya
75
yang seharusnya dikeluarkan, sebelum produksi dimulai, sehingga
dapat diketahui jumlah pemborosan yang terjadi dalam usaha
efisiensi biaya variabel.
Mulyadi (1998: 3), memberikan pengertian biaya adalah
pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang,
yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai
tujuan tertentu.
Dari pengertian diatas dikatakan bahwa biaya adalah
pengeluaran atau pengorbanan yang diukur dengan satuan uang
untuk mencapai atau tujuan tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian biaya yang telah
dikemukakan diatas, maka dapat pula dijelaskan bahwa biaya
promosi adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
memperkenalkan produknya, yang terdiri atas:
- Biaya tenaga kerja yang mempromosikan secara langsung
- Biaya publikasi
- Biaya transportasi
- Biaya iklan.
Dengan demikian biaya yang dikeluarkan pada suatu
perusahaan dengan melalui proses pencatatan akuntansi bertujuan
unutk mennyajikan informasi biaya yang dibutuhkan oleh
76
manajemen, agar dapat mengolah perusahaan atau bagian lainnya
secara baik, maka dalam mencatat dan menggolongkan biaya selalu
diperhatikan untuk tujuan apa biaya dikeluarkan. Oleh D. Hartanto
(1999: 81) mengatakan bahwa : Tak ada suatu konsep biaya yang
dapat dipakai untuk semua tujuan dalam menggunakan kata biaya,
kita harus melihat tujuan yang hendak kita capai dengan
menggunakan konsep dimana sesuai dengan tujuan itu.
Selanjunya D. Hartanto (1999: 83) mengatakan pula bahwa:
Cost adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat
(service potential) diwaktu yang akan datang dan karenanya
merupakan aktiva yang di cantumkan dalam neraca.
Dari defenisi yang telah dikemukakan bahwa dari sejumlah
pengeluaran tidaklah semuanya digolongkan sebagai biaya,
sehingga dengan demikian tidak semua biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan dianggap sebagai biaya sehingga perlu diadakan
klasifikasi biaya.
Menurut Matz (1999: 44), biaya dapat diklsifikasikan atas
dua kelompok yaitu:
1. Manufacturing Cost
- Direct material
- Direct labour
77
- Factory overhead
2. Comercial Expenses
- Merketing (or distribution or selling) expenses and
- Administrative (general and ministrative) expenses.
Dari klasifikasi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Manufacturing Cost yang biasa disebut dengan factory cost
atau production cost, yaitu semua biaya dikeluarkan mulai dari
pembelian bahan baku kemudian diolah menjadi bahan jadi.
Manufacturing Cost dapat dibagi atas tiga bagian :
a. Direct Labour Cost atau biaya tenaga kerja.
Jenis biaya ini juga dikatakan sebagai biaya tenaga kerja
yang secara langsung dapat diidentifikasikan terhadap
produk tertentu.
b. Direct Material Cost atau biaya bahan langsung yaitu bahan
baku yang dapat secara langsung dimasukan dalam
perhitungan harga pokok.
c. Manufactuirng Overhead Cost.
Biaya ini adalah merupakan biaya dari bahan tidak
langsung, tenaga kerja tidak langsung dan semua faktor
lainnya yang ikut menunjang kelancaran proses produksi.
78
Manufactuirng Overhead Cost ini dapat dibagi atas tiga
bagian, yaitu :
- Indirect Material, yaitu seluruh barang-barang yang
digunakan untuk memperlancar proses produksi, tetapi
tidak secara langsung dapat diperhitungkan pada
produksi akhir.
Oleh karena jumlah relatif kecil dan begitu kompleks
sehingga sukar untuk digolongkan sebagai direct
material.
- Indirect Labour, yaitu tenaga kerja tidak terlibat
langsung dalam proses produksi, misalnya kepala
bengkel, mandor, pembantu umum dan sebagainya.
- Other Manufacturing expenses, yaitu biaya-biaya tidak
langsung selain dari indirect labour dan indirect
material, seperti biaya atas penggunaan tanah, pajak,
penghapusan, pemeliharaan dan perbaikan.
2. Comercial Expenses yang terdiri dari :
- Selling expenses, adalah semua ongkos yang dikeluarkan
setelah selesainya produksi sampai pada saat terjualnya.
Ongkos-ongkos ini meliputi penyimpanan, pengangkutan,
penagihan dan ongkos yang menyangkut fungsi penjualan.
79
- Administrasi expenses, adalah ongkos-ongkos yang
meliputi ongkos perencanaan dan pengawasan.
Biasanya semua ongkos-ongkos yang tidak dapat dibebankan
pada bagian produksi atau penjualan dipandang sebagai ongkos
administrasi.
2.5. Pengertian Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Menurut Abdul Halim dan Bambang Supomo dalam buku
Akuntansi Manajemen (2001: 15) manajemen memerlukan
informasi biaya yang didasarkan pada perilakunya. Oleh sebab itu,
perlu diketahui penggolongan biaya atas dasar perilakunya. Yang
dimaksud dengan perilaku biaya adalah pola perubahan biaya dalam
kaitannya dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas
perusahaan. Besar kecilnya biaya dipengaruhi oleh besar kecilnya
volume produksi atau volume penjualan. Berdasarkan penjelasan di
atas biaya dapat digolongkan atas:
a. Biaya variabelBiaya variabel adalah biaya-biaya yang totalnya selaluberubah secara proporsional (sebanding) denganperubahan volume kegiatan perusahaan. Besar kecilnyatotal biaya variabel dipengaruhi oleh besar kecilnyavolume produksi/penjualan secara proporsional.
b. Biaya tetapBiaya tetap adalah biaya-biaya yang di dalam jarakkapasitas (range of capasity) tertentu totalnya tetap,meskipun volume kegiatan perusahaan berubah-ubah.Sejauh tidak melampaui kapasitas, biaya tetap total
80
tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya volume kegiatanperusahaan.
c. Biaya semi variabelBiaya semi variabel adalah biaya-biaya yang totalnya selalu berubahtetapi tidak proporsional dengan perubahan volume kegiatanperusahaan. Berubahnya biaya ini tidak dalam tingkat perubahanyang konstan. Biaya ini dapat dikelompokkan pada yang tidakperubahannya semakin tinggi dan yang tingkat perubahannyasemakin rendah dalam biaya ini terkandung unsur biaya variabeldan unsur biaya tetap.
Menurut Mulyadi dalam buku Akuntansi Biaya (2003: 8)
mengatakan bahwa:
Definisi biaya dapat dibagi menjadi dua yaitu dalam arti luasdan arti sempit. Dalam arti luas biaya adalah pengorbanansumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telahterjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuantertentu.Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut di atas:1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.2. Diukur dalam satuan uang.3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi.4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tersebut.
Sedangkan dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai
pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Untuk
membedakan pengertian biaya dalam arti luas, pengorbanan sumber
ekonomi untuk memperoleh aktiva ini disebut dengan istilah harga
pokok.
Pada umumnya pola perilaku biaya diartikan sebagai
hubungan antara total biaya dengan perubahan volume kegiatan.
Berdasarkan perilakunya dalam hubungan dengan perubahan
81
volume kegiatan, biaya dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel. Untuk keperluan
perencanaan dan pengendalian.
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar
perubahan volume kegiatan tertentu. Biaya tetap per satuan berubah
dengan adanya perubahan volume kegiatan. Biaya tetap atau biaya
kapasitas merupakan biaya untuk mempertahankan kemampuan
beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu. Besar biaya
tetap dipengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang,
teknologi dan metode serta strategi manajemen.
a. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya variabel
per unit konstan (tetap) dengan adanya perubahan volume
kegiatan. Biaya ini naik atau turun tidak pada saat yang sama
dengan perubahan volume kegiatan. Setiap perubahan volume
kegiatan tidak secara langsung diikuti dengan perubahan biaya.
b. Biaya semi variabel adalah biaya yang memiliki unsur tetap dan
variabel di dalamnya. Unsur biaya tetap merupakan jumlah biaya
minimum untuk menyediakan jasa sedangkan unsur variabel
merupakan bagian dari biaya semi variabel yang dipengaruhi
oleh perubahan volum kegiatan.
82
2.6. Perhitungan Break Even Point
Menurut Sunarto dalam buku Akuntansi Manajemen (2002:
91-100) tingkat break even dapat ditentukan dengan:
1. Pendekatan secara teknik persamaan
a. Penentuan jumlah penjualan produk minimal yang harus
dicapai agar permasalahan mencapai break even dapat
ditentukan dengan rumus:
Biaya tetapBEP (dalam satuan produk) =
Harga jual per satuan – biaya variabel per satuan
b. BEP (impas) dalam rupiah penjualan dapat menggunakan
rumus sebagai berikut :
FCBEP (dalam rupiah penjualan) =
VC1 –
S
Di mana:
FC : Total biaya tetap
VC : Total biaya variabel
S : Total nilai penjualan dalam rupiah
2. Pendekatan secara grafis
Berdasarkan pengertian break even tersebut di atas maka apabila
jumlah pendapatan dengan jumlah biaya yang diproyeksikan
83
dalam suatu grafik, maka kita akan memperoleh suatu grafik
break even point (terlihat pada gambar 1).
CR
O
gambar 1. Break Even Point
Keterangan:
C : Total biaya
R : Penjualan
Q : Jumlah produk
S : Volume penjualan
BEP: Break Even Point
Dalam grafik tersebut akan terdapat suatu titik
perpotongan ini disebut titik pulang pokok. Pada titik
perpotongan ini di mana hasil penjualan sama dengan jumlah
biaya-biaya tersebut, perusahaan tidak memperoleh laba dan
BEP SC
VC
FC
FC
84
juga tidak menderita kerugian. Keuntungan baru akan
diperoleh apabila jumlah produksi/penjualan telah melebihi atau
di atas titik pulang pokok.
2.7. Keterbatasan Analisis Break Even Point
Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even
dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini at dipertahankan
apabila biaya-biaya dan harga jual dalah konstan, karena naik turunnya harga
jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even. Dalam kenyataan analisis
ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab ini bagi analis perlu diketahui
bahwa analisis break even mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:
• Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
• Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
• Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
• Sales mix adalah konstan (http://elearning.gunadarma.ac.id/ docmodul/kursus
financial analysis/BEP).
Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP) akan
bergeser atau berubah apabila:
1. Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi,
dimana perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya,
meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC
naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya.
852. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini
akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC
per unit akan menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
3. Perubahan dalam sales price per unit
Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR).
Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun
semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
4. Terjadinya perubahan dalam sales mix
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk
maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain
(sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi
kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun
akan berubah (http://elearning.gunadarma.ac.id/ docmodul/kursus financial
analysis/BEP).
2.8. Penentuan Penjualan Minimal
Apabila besarnya keuntungan yang diinginkan telah
ditetapkan atau besarnya risiko kerugian telah ditetapkan, maka
perlukah ditentukan berapa besarnya penjualan minimal yang harus
dicapai untuk memungkinkan diperolehnya keuntungan yang
diinginkan tersebut.
Jika perusahaan ingin menentukan seberapa besar
keuntungan/laba yang diinginkan maka dapat ditentukan penjualan
86
minimal agar diperoleh keuntungan tersebut dengan
menggunakan rumus:
FC + Keuntungana. Penjualan minimal (dalam rupiah) =
VC1 –
S
FC + Keuntunganb. Penjualan minimal (dalam unit) =
P – V
2.9. Pengertian Laba
Tujuan perusahaan adalah mendapatkan laba. Laba
direncanakan oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu laba
juga sebagai informasi atau menggambarkan keberhasilan atau
kegagalan operasi perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya.
Hasil operasi perusahaan diukur dengan membandingkan antara
pendapatan perusahaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut.
Apabila pendapatan lebih besar dari biaya, maka dikatakan
bahwa perusahaan memperoleh laba dan bila terjadi sebaliknya
maka perusahaan dikatakan rugi.
Dari uraian di atas menurut Haryono Jusuf dalam buku
Dasar-dasar Akuntansi (2002:24) mengatakan bahwa:
87
Laba atau rugi adalah selisih lebih atau kurang antara
pendapatan dengan biaya atau laba sebagai kelebihan
penghasilan di atas biaya selama satu periode.
Sedangkan menurut Supriyono dalam buku Akuntansi Biaya
(2003: 331) mengatakan bahwa:
Laba perusahaan adalah merupakan selisih antara penghasilan
penjualan di atas semua biaya dalam periode akuntansi
tertentu.
Lebih lanjut Supriyono dalam buku Akuntansi Biaya (2003:
4) mengemukakan bahwa:
Perencanaan pada dasarnya adalah memilih alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan denganmempertimbangkan tujuan perusahaan serta sumber-sumberekonomi yang dimiliki perusahaan dan kendala-kendala yangdihadapi, untuk tujuan tersebut perusahaan perlu mengetahuidata yang relevan terutama yang menyangkut penghasilandan biaya pada perusahaan tersebut.Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan atas
kegiatan perusahaan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
perusahaan pada periode yang akan datang. Tujuan perusahaan pada
umumnya adalah untuk memperoleh laba optimal sesuai dengan
kemampuan perusahaan. Oleh karena itu, untuk mencapai laba
optimal tersebut perlu disusun perencanaan laba agar kemampuan
88
yang dimiliki perusahaan dapat dikerahkan secara terkoordinasi
dalam mencapai tujuan.
Perencanaan laba merupakan rencana kerja yang telah
diperhitungkan dengan cermat di mana implikasi keuangannya
dinyatakan dalam bentuk proyeksi perhitungan rugi-laba, neraca,
kas, dan modal kerja untuk jangka panjang dan jangka pendek.
Anggaran hanyalah merupakan suatu rencana yang dinyatakan
dalam nilai uang atau satuan kuantitatif lainnya. Perencanaan laba
ditujukan kepada sasaran akhir organisasi dan bermanfaat sebagai
pedoman untuk mempertahankan arah kegiatan yang pasti.
Perencanaan laba yang baik dan cermat tidaklah mudah
karena teknologi berkembang dengan cepat dan faktor-faktor sosial,
ekonomi, dan politik berpengaruh kuat dalam dunia usaha.
89
B A B III
METODE PENELITIAN
3.1. Daerah dan Waktu Penelitian
Daerah penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah
Kota Makassar atau pada PT. Daya Kobelco Construction Machinery
Indonesia yang berlokasi di Jalan Pelita Raya No.8 Makassar,
sedangkan waktu penelitian diperkirakan akan dilaksanakan dalam
jangka waktu kurang lebih 2 (dua) bulan.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Cara untuk mengumpulkan data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah :
a. Library Research (penelitian kepustakaan)
Penelitian pustaka yaitu dengan menggunakan literatur yang
tersedia dan berhubungan dengan materi yang dibahas dalam
penelitian ini juga memperoleh pengetahuan dan landasan teori.
b. Field Research (penelitian lapang)
Penelitian ini meliputi :
- Wawancara dengan pimpinan serta karyawan yang
mengetahui masalah tujuan penelitian ini.
90
- Observasi atau pengamatan langsung pada obyek yang
diteliti.
3.3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
1. Data kualitatif, yaitu data yang berbentuk kata, kalimat,
skema, dan gambar.
2. Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka atau data
yang diangkakan.
b. Sumber Data
1. Data primer, yaitu data yang berasal dari hasil penelitian pada
PT. Daya Kobelco Construction Machinery Indonesia Cabang
Makassar yaitu berupa hasil wawancara dengan pimpinan
perusahaan dan karyawan perusahaan lainnya.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen dan
laporan perusahaan yang relevan dengan materi yang dibahas.
3.4. Metode Analisis
Untuk menguji hipotesis yang dikemukakan, maka digunakan
peralatan analisis, sebagai berikut :
a. Analisa break even point
91
1. Break even point atas dasar penjualan dalam rupiah dapat
dilakukan dengan mempergunakan rumus :
FC
BEP (dalam rupiah penjualan) = (Bambang Riyanto, 2003:365)
VC1 –
SDi mana:
FC : Biaya tetap
S : Nilai sewa
VC : Biaya variabel per unit
2. Break even point atas dasar unit dapat dilakukan dengan
menggunakan:
FC
BEP = (Bambang Riyanto, 2003: 364)P – V
Di mana:
FC: Biaya tetap
V : Biaya variabel per unit
P : Harga jual per unit
b. Shut Down Point dalam unit:
Biaya Tetap TunaiSDP = ------------------------- → BTT = FC – Penyusutan.
P - V
92
Di mana:
P = sewa per unit
V = biaya variabel per unit.
c. Shut Down Point dalam rupiah:
Biaya Tetap TunaiSDP = --------------------------
1 – VC/S
Keterangan:S = Nilai sewa
VC = Jumlah biaya variabel
93B A B IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan
Asal mula PT. Daya Kobelco Construction Machinery Indonesia
adalah Kobe Steel, Ltd, yang didirikan pada bulan September 1905, telah
tumbuh menjadi salah satu dari perusahaan yang paling beragam di
dunia. Memproduksi mesin konstruksi yang pertama di Jepang yaitu 50K
Electric Mining Shovel yaitu suatu mesin alat berat yang dapat
mengangkat atau memindahkan beban yang berat.
Setelah beberapa tahun kemudian, PT. Daya Kobelco Construction
Machinery Indonesia didirikan pada tanggal 1 Oktober 1999 yang
berlokasi di Tokyo Jepang.
Perusahaan ini pada mulanya sebuah anak perusahaan dari Kobe
Steel, Ltd., KCM (Kobelco Construction Machinery) menjadi sebuah
perusahaan independen pada tahun 1999. Pada tahun 2004 KCM
memisahkan operasional excavator dan operasional crane.
PT. Daya Kobelco Construction Machinery Indonesia berdiri pada
tanggal 7 Nopember 2000 sebagai distributor eksklusif Excavators
Kobelco di Indonesia. PT. Daya Kobelco Construction Machinery
Indonesia adalah anak dari perusahaan besi baja Jepang terkemuka,
Kobe Steel Group.
94
Sebagai distributor eksklusif, PT. Daya Kobelco Construction
Machinery Indonesia menyediakan rangkaian produk yang beragam
untuk industri pertambangan, pertanian, kehutanan, infrastruktur,
konstruksi dan migas di Indonesia.
PT. Daya Kobelco Construction Machinery Indonesia juga menjadi
distributor untuk New Holland Construction Equipment seperti Backhoe
Loader, Skid Steer Loader dan Iwafuji Harvesting Equipment.
Dengan 18 kantor cabang dan pusat servis di seluruh Indoensia,
serta perluasan jaringan yang terus menerus, kami menawarkan
jangkauan secara nasional dan harga yang kompetitif serta didukung oleh
tim purnajual yang handal dan kompeten.
4.2. Struktur organisasi
Salah satu syarat dalam menunjang suksesnya suatu perusahaan
dalam beroperasi dan mengorganisir sumber daya yang dimiliki agar
tujuan perusahaana dapat tercapai yaitu dengan memiliki struktur yang
baik dan tepat menempatkan sumber daya dengan benar.
Struktur organisasi yang baik dan benar adalah struktur organisasi
yang menggambarkan kedudukan setiap personil /karyawannya yang
memiliki wewenang, tugas dan tanggung jawab yang jelas dalam
menjalankan aktivitasnya karena tanpa struktur organisasi yang baik dan
95
jelas, maka akan terjadi kesimpangsiuran dalam menjalankan tugas
hingga para karyawan tidak dapat bekerja secara benar.
Agar tercapai suatu struktur organisasi yang baik dan jelas maka
pimpinan perusahaan hendaknya memiliki wawasan dan pengetahuan
yang luas tentang sifat dan perilaku perusahaan sehingga dapat memiliki
dan merekrut personil yang cakap dan berdaya guna.
Selain hal tersebut, maka seorang pimpinan haruslah memiliki
kemampuan dalam berorganisasi serta memiliki sifat kepemimpinan.
Dengan demikian akan melahirkan suatu struktur yang terarah di antara
fungsi-fungsi yang terlibat didalamnya sehingga akan dampak
perusahaan tersebut akan memiliki suatu tim kerja yang baik.
Hal-hal yang penting dalan penyusunan strukur organisasi yaitu :
- Pembagian kerja, menyangkut kadar spesialisasi pekerjaan dimana
perusahaan membagi keseluruhan tugas organisasi menjadi beberapa
bagian ke dalam berbagai pekerjaan khusus yang menjadi tugas para
karyawan dalam aktivitasnya.
- Pendelegasian wewenang, menyangkut yang harus didelegasi kepada
setiap pekerjaan dan pelaksanaannya dimana tinggi rendahnya
wewenang yang diberikan tergantung tugas dan tanggung jawab yang
diemban karyawan.
96
- Departementalisasi, menyangkut pengelompokan pekerjaan
menjadi beberapa departemen. Sehingga dalam operasional
perusahaan terjadi suatu job description yang jelas.
- Rentang kendali, menyangkut hubungan antara pribadi yang dapat
dikendalikan seorang manajer departemen dan orang-orang yang
langsung berhubungan dengan pimpinan perusahaan.
Untuk memperjelas tugas-tugas, pekerjaan serta wewenang dan
tanggung jawab dari masing-masing anggota organisasi, maka berikut ini
diperlihatkan struktur organisasi PT. Daya Kobelco Construction
Machinery Indonesia Cabang Makassar, sebagai berikut :
97
Skema IStruktur Organisasi PT. Daya Kobelco Construction Machinery
Indonesia Cabang Makassar, Tahun 2011
Ket : Garis KonsultasiGaris Komando
Sumber: PT. Daya Kobelco Construction Machinery Indonesia Cabang
Makassar
Komisaris
DirekturUtama
InternalAuditor
Perencanaan
Sekretaris
Dir.Pemasaran
Dir.Keuangan/Adm
ManajerPersonalia
ManajerKeuangan
ManajerUmum
ManajerPemasaran
ManajerSpare Time
ManajerService
Sekretaris Personalia Personalia Personalia
98
Susunan Personalia PT. Daya Kobelco Construction Machinery
Indonesia Komisaris 1 orang
1. Dewan Direksi terdiri atas tiga orang, yakni :
- Direksi Utama 1 orang
- Direksi Keuangan dan Administrasi 1 orang
- Direksi Pemasaran 1 orang
2. Sekretaris 1 orang
3. Internal Auditor 1 orang
4. Bagian Perencanaan 1 orang
5. Middle Manager terdiri atas enam orang, yakni :
- Manajer Kauangan 1 orang
- Manajer Penjualan 1 orang
- Manajer Service dan Manajer Sapare Parts 1 orang
- Manajer Personalia 1 orang
- Manajer Umum 1 orang
6. Employess terdiri dari empat orang, yakni :
- Accounting 1 orang
- Gudang 1 orang
- Purna Pakai 1 orang
- Kasir 1 orang
Uraian Tugas
99
Untuk memperlajri tugas-tugas dan tanggung jawab karyawan,
maka ditetapkan uraian tugas, sebagai berikut:
1. Komisaris
Merupakan dewan komisaris yang berfungsi sebagai pengawas umum
terhadap pengendalian perusahaan secara keseluruhan. Tugas utama
dewan komisaris adalah memberinasehat direksi perusahaan, bila
dalam menjalankan tugasnya terjadi sesuatu yang sangat merugikan
perusahaan, serta memberikan usul dan saran yang dianggap berguna
bagi perusahaan, baik sekarang maupun masa yang akan datang.
2. Direksi
Direksi terdiri dari tiga orang, yaitu :
- Direktur Utama, adalah penanggung jawab penuh terhadap
jalannya perusahaan. Direktur Utama bertugas mengendalikan
perusahaan sebaik-baiknya, agar tujuan perusahaan berjalan
sebagaimana mestinya sesuai yang diharapkan sebelumnya.
- Direktur Keuangan dan Aministrasi, berfungsi mengkoordinasi
seluruh bagian, terutama bagian keuangan agar digunakan
sebaik-baiknya.
- Direktur Pemasaran, berfungsi mengkoordinasikan semua
bagian pemasaran pada perusahaan, utamanya bagian
100
penjualan agar melakukan kegiatan yang bertujuan
meningkatkan market share yang lebih luas.
3. Sekretaris
Sekretaris berfungsi sebagai penata usaha administrasi perusahaan
dalam tugasnya sehari-hari, menjalankan tugas umum dan instruksi
yang diberikan Direksi dan General Manager.
4. Internal Auditor
Berfungsi untuk mengadakan pengawasan dalam lingkungan
perusahaan, menempatkan semua personil untuk mengawasi
aktivitas keuangan disetiap anak perusahaan / cabang dan
perwakilan serta melakukan pembinaan tenaga pengawasan, serta
mengawasi langsung persoalan finansial perusahaan dan
memberikan tindakan bila terjadi penyelewengan.
5. Bagian Perencanaan
Bagian ini berfungsi atas semua perencanaan dan pengembangan
perusahaan, agar perusahaan tetap eksis di dunia persaingan global.
6. Bagian Keuangan
Dipimpin oleh seorang manajer, yang berfungsi mengelola
keuangan perusahaan secara keseluruhan. Pada bagian ini terdapat
kasir utama penagihan piutang, administrasi piutang dan
pembukuan. Kemudian secara horizontal mengawasi semua yang
101
bersangkutan dengan keuangan. Bagian ini bertanggung jawab
langsung kepada Direksi Keuangan dan Administras.
7. Bagian Pemasaran
Dipimpin oleh seorang Manajer, yang berfungsi menjalankan tugas
pemasaran produk, melaksanakan studi banding tentang harga
kendaraan alat berat, mempelajari tingkat persaingan yang ada,
merencanakan stock kendaraan alat berat, dan melaksanakan
berbagai bentuk promosi. Dan salah satu sarana promosi yang telah
dilaksanakan pada perusahaan ini adalah mendatangi yang berfungsi
memasarkan kendaraan alat berat bermerek Komatzu. Bagian ini
bertanggung jawab langsung kepada Direksi Pemasaran.
8. Bagian Spare Parts
Bagian ini dipimpin oleh seorang manajer, yang berfungsi
mengadakan penjualan suku cadang, meneliti keadaan pasar,
merencanakan stock suku cadang, melaksanakan promosi utamanya
meningkatkan genuine part of Komatzu.
9. Bagian Service Station
Bagian ini dipimpin oleh seorang manajer, yang bertugas
memberikan pelayanan purna jual, baik pemeliharaaan maupun
perbaikan.
102
10. Bagian Personalia
Dipimpin oleh seorang manajer, berfungsi untuk mengontrol semua
kegiatan umum di dalam perusahaan maupun didalam pemerinah.
11. Bagian umum
Dipimpin oleh seorang manajer, berfungsi mengkoordinir atau
mengawasi semua kegiatan yang ada di dalam perusahaan.
12. Bagian Accounting
Berfungsi mencatat semua transaksi harian pada perusahaan dan
memberikan laporan kepada bagian keuangan.
13. Bagian Gudang
Dipimpin oleh seorang kepala gudang, berfungsi menyerahkan
produk yang tersedia kepada pembeli serta kepada karyawan yang
diberi tugas oleh pimpinan untuk mengambil kendaraan dari
gudang, serta mengawasi/ melindungi mobil dari ancaman pihak
lain.
14. Bagian Purna Pakai
Berfungsi untuk mengawasi semua kendaraan alat berat yang ditarik
dari konsumen yang tidak sanggup membayar uang kredit
pembelian, kemudian dimasukkan ke gudang.
15. Perwakilan/cabang
103
Masing-masing dipimpin oleh seorang kepala perwakilan yang
bertanggung jawab penuh kepada direksi atas segala masalah
perwakilan yang terjadi, serta hasil yang dicapai perwakilan yang
dipimpinnya.
104
LAMPIRAN
105ANALISIS PENERAPAN EVEN POINT SEBAGAI ALAT
PERENCANAAN PADA PT DAYA KOBELCO CONSTRUCTION
MACHINERY INDONESIA CABANG
MAKASSAR
Oleh
EVA MIRANDA T
A311 03 747
JURUSAN AKUNTANSI EKONOMI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
106Informasi Umum Perusahaan
Asal mula PT. Daya Kobelco Construction Machinery Indonesia adalah
Kobe Steel, Ltd, yang didirikan pada bulan September 1905, telah tumbuh
menjadi salah satu dari perusahaan yang paling beragam di dunia. Memproduksi
mesin konstruksi yang pertama di Jepang yaitu 50K Electric Mining Shovel yaitu
suatu mesin alat berat yang dapat mengangkat atau memindahkan beban yang
berat.
Setelah beberapa tahun kemudian, PT. Daya Kobelco Construction
Machinery Indonesia didirikan pada tanggal 1 Oktober 1999 yang berlokasi di
Tokyo Jepang.
Perusahaan ini pada mulanya sebuah anak perusahaan dari Kobe Steel,
Ltd., KCM (Kobelco Construction Machinery) menjadi sebuah perusahaan
independen pada tahun 1999. Pada tahun 2004 KCM memisahkan operasional
excavator dan operasional crane.
PT. Daya Kobelco Construction Machinery Indonesia berdiri pada
tanggal 7 Nopember 2000 sebagai distributor eksklusif Excavators Kobelco di
Indonesia. PT. Daya Kobelco Construction Machinery Indonesia adalah anak
dari perusahaan besi baja Jepang terkemuka, Kobe Steel Group.
Sebagai distributor eksklusif, PT. Daya Kobelco Construction Machinery
Indonesia menyediakan rangkaian produk yang beragam untuk industri
pertambangan, pertanian, kehutanan, infrastruktur, konstruksi dan migas di
Indonesia. 30 PT. Daya Kobelco Construction Machinery Indonesia juga menjadi
distributor untuk New Holland Construction Equipment seperti Backhoe Loader,
Skid Steer Loader dan Iwafuji Harvesting Equipment.
107Dengan 1 8 kantor cabang dan pusat servis di seluruh Indonesia serta
perluasan jaringan yang terus menerus, kami menawarkan jangkauan secara
nasional dan harga yang kompetitif serta didukung oleh tim purnajual yang
handal dan kompeten.
Salah satu syarat dalam menunjang suksesnya suatu perusahaan dalam
beroperasi dan mengorganisir sumber daya yang dimiliki agar tujuan perusahaan
dapat tercapai yaitu dengan memiliki struktur yang baik dan tepat menempatkan
sumber daya dengan benar.
Struktur organisasi yang baik dan benar adalah struktur organisasi yang
menggambarkan kedudukan setiap personil /karyawannya yang memiliki
wewenang, tugas dan tanggung jawab yang jelas dalam menjalankan aktivitasnya
karena tanpa struktur organisasi yang baik dan jelas, maka akan terjadi
kesimpangsiuran dalam menjalankan tugas hingga para karyawan tidak dapat
bekerja secara benar.
Agar tercapai suatu struktur organisasi yang baik dan jelas maka
pimpinan perusahaan hendaknya memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas
tentang sifat dan perilaku perusahaan sehingga dapat memiliki dan merekrut
personil yang cakap dan berdaya guna.
Selain hal tersebut, maka seorang pimpinan haruslah memiliki
kemampuan dalam berorganisasi serta memiliki sifat kepemimpinan. Dengan
demikian akan melahirkan suatu struktur yang terarah di antara fungsi-fungsi
yang terlibat didalamnya sehingga akan dampak perusahaan tersebut akan
memiliki suatu tim kerja yang baik.
Hal-hal yang penting dalam penyusunan struktur organisasi yaitu :
108- Pembagian kerja, menyangkut kadar spesialisasi pekerjaan dimana
perusahaan membagi keseluruhan tugas organisasi menjadi beberapa bagian
ke dalam berbagai pekerjaan khusus yang menjadi tugas para karyawan
dalam aktivitasnya.
Pendelegasian wewenang, menyangkut yang harus didelegasi kepada setiap
pekerjaan dan pelaksanaannya dimana tinggi rendahnya wewenang yang'
diberikan tergantung tugas dan tanggung jawab yang diemban karyawan.
Departementalisasi, menyangkut pengelompokan pekerjaan menjadi beberapa
departemen. Sehingga dalam operasional perusahaan terjadi suatu job
description yangjelas.
- Rentang kendali, menyangkut hubungan antara pribadi yang dapat
dikendalikan seorang manajer departemen dan orang-orang yang langsung
berhubungan dengan pimpinan perusahaan.
Untuk memperjelas tugas-tugas, pekerjaan serta wewenang dan tanggung
jawab dari masing-masing anggota organisasi, maka berikut ini diperlihatkan
struktur organisasi PT. Daya Kobelco Construction Machinery Indonesia Cabang
Makassar, sebagai berikut:
109
Sumber: PT. Daya Kobelco Construction Machinery Indonesia Cabang
Makassa.
110Susunan Personalia PT. Daya Kobelco Construction Machinery
Indonesia
Komisaris 1 orang
1. Dewan Direksi terdiri atas tiga orang, yakni:
- Direksi Utama 1 orang
Direksi Keuangan dan Administrasi 1 orang
- Direksi Pemasaran 1 orang
2. Sekretaris 1 orang
3. Internal Auditor 1 orang
4. Bagian Perencanaan 1 orang
5. Middle Manager terdiri atas enam orang, yakni:
- Manajer Keuangan 1 orang
- Manajer Penjualan 1 orang
- Manajer Service dan Manajer Spare Parts 1 orang
- Manajer Personalia 1 orang
- Manajer Umum 1 orang
6. Employees terdiri dari empat orang, yakni :
- Accounting 1 orang
- Gudang 1 orang
- Purna Pakai 1 orang
- Kasir 1 orang
Uraian Tugas
111Untuk mempelajari tugas-tugas dan tanggung jawab karyawan, maka
ditetapkan uraian tugas, sebagai berikut:
1. Komisaris
Merupakan dewan komisaris yang berfungsi sebagai pengawas umum
terhadap pengendalian perusahaan secara keseluruhan. Tugas utama dewan
komisaris adalah memberi nasehat direksi perusahaan, bila dalam
menjalankan tugasnya terjadi sesuatu yang sangat merugikan perusahaan,
serta memberikan usu! dan saran yang dianggap berguna bagi perusahaan,
baik sekarang maupun masa yang akan datang.
2. Direksi
Direksi terdiri dari tiga orang, yaitu :
Direktur Utama, adalah penanggung jawab penuh terhadap jalannya
perusahaan. Direktur Utama bertugas mengendalikan perusahaan sebaik-
baiknya, agar tujuan perusahaan berjalan sebagaimana mestinya sesuai yang
diharapkan sebelumnya.
Direktur Keuangan dan Aministrasi, berfungsi mengkoordinasi seluruh
bagian, terutama bagian keuangan agar digunakan sebaik-baiknya. Direktur
Pemasaran, berfungsi mengkoordinasikan semua bagian pemasaran pada
perusahaan, utamanya bagian penjualan agar melakukan kegiatan yang
bertujuan meningkatkan market share yang lebih luas.
3. Sekretaris
Sekretaris berfungsi sebagai penata usaha administrasi perusahaan dalam
tugasnya sehari-hari, menjalankan tugas umum dan instruksi yang diberikan
Direksi dan General Manager.
1124. Internal Auditor
Berfungsi untuk mengadakan pengawasan dalam lingkungan perusahaan,
menempatkan semua personil untuk mengawasi aktivitas keuangan disetiap
anak perusahaan / cabang dan perwakilan serta melakukan pembinaan tenaga
pengawasan, serta mengawasi langsung persoalan finansial perusahaan dan
memberikan tindakan bila terjadi penyelewengan.
5. Bagian Perencanaan
Bagian ini berfungsi atas semua perencanaan dan pengembangan perusahaan,
agar perusahaan tetap eksis di dunia persaingan global.
6. Bagian Keuangan
Dipimpin oleh seorang manajer, yang berfungsi mengelola keuangan
perusahaan secara keseluruhan. Pada bagian ini terdapat kasir utama
penagihan piutang, administrasi piutang dan pembukuan. Kemudian secara
horizontal mengawasi semua yang bersangkutan dengan keuangan. Bagian ini
bertanggung jawab langsung kepada Direksi Keuangan dan Administrasi.
7. Bagian Pemasaran
Dipimpin oleh seorang Manajer, yang berfungsi menjalankan tugas
pemasaran produk, melaksanakan studi banding tentang harga kendaraan alat
berat, mempelajari tingkat persaingan yang ada, merencanakan stock
kendaraan alat berat, dan melaksanakan berbagai bentuk promosi. Dan salah
satu sarana promosi yang telah dilaksanakan pada perusahaan ini adalah
113mendatangi yang berfungsi memasarkan kendaraan alat berat bermerek
Komatzu. Bagian ini bertanggung jawab langsung kepada Direksi Pemasaran.
8. Bagian Spare Parts
Bagian ini dipimpin oleh seorang manajer, yang berfungsi mengadakan
penjualan. suku cadang, meneliti keadaan pasar, merencanakan stock suku
cadang, melaksanakan promosi utamanya meningkatkan genuine part of
Komatzu.
9. Bagian Service Station
Bagian ini dipimpin oleh seorang manajer, yang bertugas memberikan
pelayanan purna jual, baik pemeliharaan maupun perbaikan.
10. Bagian Personalia
Dipimpin oleh seorang manajer, berfungsi untuk mengontrol semua
kegiatan umum di dalam perusahaan maupun didalam pemerintah.
11. Bagian umum
Dipimpin oleh seorang manajer, berfungsi mengkoordinir atau mengawasi
semua kegiatan yang ada di dalam perusahaan.
12. Bagian Accounting
Berfungsi mencatat semua transaksi harian pada perusahaan dan
memberikan laporan kepada bagian keuangan.
13. Bagian Gudang
Dipimpin o!eh seorang kepala gudang, berfungsi menyerahkan produk yang
tersedia kepada pembeli serta kepada karyawan yang diberi tugas oleh
pimpinan untuk mengambil kendaraan dari gudang, serta mengawasi/
melindungi mobil dari ancaman pihak lain.
11414. Bagian Purna Pakai
Berfungsi untuk mengawasi semua kendaraan alat berat yang ditarik dari
konsumen yang tidak sanggup membayar uang kredit pembelian, kemudian
dimasukkan ke gudang.
15. Perwakilan/cabang
Masing-masing dipimpin oleh seorang kepala perwakilan yang bertanggung
jawab penuh kepada direksi atas segala masalah perwakilan yang terjadi, serta
hasil yang dicapai perwakilan yang dipimpinnya.
A. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui perencanaan laba yang diperoleh perusahaan.
2. Untuk mengetahui besarnya titik pulang pokok (Break Even Point).
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan perusahaan dalam menerapkan
kebijaksanaan break even perusahaan dalam hubungannya dengan usaha
perencanaan laba.
4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.
Keterangan:
C : Total biaya
R : Penjualan
Q : Jumlah produk
S : Volume penjualan
BEP : Break Even Point
Dalam grafik tersebut akan terdapat suatu titik perpotongan ini
disebut titik pulang pokok. Pada titik perpotongan ini di mana hasil
penjualan sama dengan jumlah biaya-biaya tersebut, perusahaan tidak
115memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian. Keuntungan baru
akan diperoleh apabila jumlah produksi/penjualan telah melebihi atau di
atas titik pulang pokok.
B. Ruang Lingkup Analisis break Even Point
Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even
dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini at dipertahankan
apabila biaya-biaya dan harga jual adalah konstan, karena naik turunnya harga
jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even. Dalam kenyataan analisis
ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab ini bag! analis perlu diketahui
bahwa analisis break even mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:
1. Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
2. Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
3. Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
4. Sales mix adalah konstan (http://elearning.gunadarma.ac.id/
docmodul/kursus)
Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP) akan
bergeser atau berubah apabila:
1. Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi,
dimana perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya,
meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC
naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya.
2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini
akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biaya VC
per unit akan menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
1163. Perubahan dalam sales price per unit
Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR).
Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun
semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
4. Terjadinya perubahan dalam sales mix
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk
maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain
(sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi
kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun
akan berubah (http://elearning.gunadarma.ac.id/ docmodul/kursus financial
analysis/BEP).
2.8. Penentuan Penjualan Minimal
Apabila besarnya keuntungan yang diinginkan telah ditetapkan atau
besarnya risiko kerugian telah ditetapkan, maka perlukah ditentukan berapa
C. Temuan-temuan
Temuan khusus yang penulis dapatkan setelah perusahaan tersebut.
Masalah break even baru muncul apabila suatu perusahaan di samping
mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variabel
secara totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi,
sedangkan besarnya biaya tetap secara totalitas tidak mengalami perubahan
meskipun ada " perubahan volume produksi.
Karena adanya unsur variabel di satu pihak dan unsur tetap di lain pihak,
maka dapat terjadi bahwa suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu
117menderita kerugian, karena penghasilan penjualannya hanya menutup biaya
variabel dan sebagian saja biaya tetap. Ini berarti bahwa bagian dari penghasilan
penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap tidak cukup untuk menutup
biaya tetapnya. Penghasilan penjualan setelah dikurangi biaya variabel
merupakan bagian dan penghasilan penjualan yang tersedia untuk menutup biaya
tetap biasanya dinamakan "Contribution Margin". Apabila contribution margin
lebih besar daripada biaya tetap, berarti penghasilan penjualan lebih besar
daripada biaya total, maka perusahaan mendapatkan keuntungan.
Berhubungan dengan itu, maka sangatlah penting bagi pimpinan suatu
perusahaan untuk mengetahui pada volume kegiatan atau volume produksi
penjualan berapa penghasilan penjualan dapat tetap menutupi biaya total untuk
dapat menghindarkan kerugian.
D. Rekomendasi
Rekomendasi dapat berupa hal-hal yang dapat dipakai untuk
memperbaiki sistem organisasi perusahaan. Penulis telah mengungkapkan
temuan-temuan yang dianggap sebagai keterangan perusahaan. Temuan-temuan
tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pimpinan perusahaan agar
fungsi keuangan dalam perusahaan dapat berjalan dengan baik.
Laporan neraca keuangan perusahaan sangat menentukan tingkat
keberhasilan perusahaan yang bersangkutan dalam mengetahui laba yang
diperoleh perusahaan. Perusahaan dalam memperoleh modal kerja diharapkan
pada dua alternatif yang ditempu, pertama adalah dari laba ditahan atau modal
sendiri dan yang kedua adalah dengan meminjam dari luar perusahaan atau
disebut modal asing.
118Apabila perusahaan menambah dananya dengan cara meminjam dari
luar perusahaan misalnya dari bank, maka perusahaan menghadapi konsekwensi
adanya biaya atas bunga modal pinjaman. Di mana keadaan ini menimbulkan
konsekwensi pembayaran bunga kredit, sehingga perusahaan harus berusaha
secara seksama untuk mengefektifkan penggunaan dana pada perusahaan.
Analisis ini diawali dengan melihat biaya yang digunakan perusahaan
kemudian menghitung penerimaannya dan selanjutnya membandingkan biaya
dan pendapatan PT. Daya Kobelco Construction Machinery Indonesia Cabang
Makassar.
Untuk keperluan berbagai pihak terhadap informasi akuntansi dari suatu
perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Perusahaan telah mengeluarkan
peraturan untuk mengumumkan neraca dan perhitungan rugi laba setiap tahun
yaitu tiap akhir bulan Desember.
Laporan akuntansi disusun secara standar, agar dapat memahami laporan
tersebut tidaklah berlebihan apabila para pembaca perlu mengetahui pengertian
yang ada pada masing-masing pos tersebut.